• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kandungan Lemak Trans Pada Pembuatan Coating Fat Dari Minyak Inti Sawit Melalui Reaksi Hidrogenasi Parsial, Interesterifikasi Dan Metode Blending

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kandungan Lemak Trans Pada Pembuatan Coating Fat Dari Minyak Inti Sawit Melalui Reaksi Hidrogenasi Parsial, Interesterifikasi Dan Metode Blending"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

HIDROGENASI PARSIAL , INTERESTERIFIKASI DAN METODE BLENDING

DISERTASI

OLEH

MELISSA TJENG

088103005 / KM

PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HIDROGENASI PARSIAL , INTERESTERIFIKASI DAN METODE BLENDING

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

OLEH

MELISSA TJENG

088103005 / KM

PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN DISERTASI

Judul disertasi :

Nama : MELISSA TJENG

Nomor Pokok : 088103005

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof.DR.Harlem Marpaung Promotor

Prof.DR.Jamaran Kaban, MSc Prof.Basuki Wirjosentono,MS,PhD Co-Promotor Co-Promotor

Ketua Program Studi S3 Kimia Dekan FMIPA USU

Prof.Basuki Wirjosentono,MS,PhD DR. Sutarman ,MSc

(4)

Prof.DR.Harlem Marpaung

Guru Besar Bidang Kimia Analitik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Co – Promotor

Prof.DR.Jamaran Kaban, MSc

Guru Besar Bidang Sintesa Kimia Organik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Co – Promotor

Prof.Basuki Wirjosentono,MS,PhD

Guru Besar Bidang Kimia Polimer

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(5)

TIM PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Harlem Marpaung

Anggota : Prof. Dr. Jamaran Kaban , MSc

Prof. Dr. Basuki Wirjosentono , MS, Ph.D

Prof. Dr. Tonel Barus

Prof. Dr. Harry Agusnar , MSc, M.Phil

(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Disertasi ini adalah karya penulis sendiri , dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Melissa Tjeng

Nomor Pokok : 088103005

(7)

Penulis dilahirkan di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, pada tanggal : 16

Juni 1960. Merupakan anak ke-6 dari 8 bersaudara dari Bapak Tjeng Cin Hin

(Alm) dan Ibunda Lim Siu Moi.

Pendidikan formal penulis adalah :

 Lulus SD Jaya Lama, Medan , tahun 1974

 Lulus SMP Husni Thamrin, Medan , tahun 1977

 Lulus SMA Husni Thamrin, Medan , tahun 1981

 Lulus Sarjana Kimia pada FMIPA USU Medan, tahun 1986

 Lulus Magister Management (MM), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta , tahun 1998

 Lulus Master of Science (MSc) , pada Jakarta Institute Of Management Studies (JIMS) , accredited by the World Association of University and

Colleges (WAUCS), tahun 1998

 Lulus Program Doktor Ilmu Kimia pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan,

13 Oktober 2011

RIWAYAT PEKERJAAN

 Pada tahun 1984 – 1986 sebagai guru Kimia di SMA Perguruan Sutomo Medan.

 Pada tahun 1984 – 1986 sebagai guru Kimia di SMA Perguruan Hang Kesturi Medan.

 Pada tahun 1987 -1994 sebagai Kepala Laboratorium di PT. Ivo Mas Tunggal , Belawan, Medan.

(8)

Serang , Jakarta.

 Pada tahun 1999 – 2005 sebagai guru Kimia di Jakarta.

 Pada tahun 2006 – 2007 sebagai Kepala Laboratorium di PT. Indopac , Medan.

 Pada tahun 2008 – 2010 sebagai Quality Control Section Head di PT. Smart tbk , Belawan , Medan.

 Pada tahun 2011sampai sekarang sebagai Quality Management Departement

(9)

Dalam upaya untuk melindungi kesehatan konsumen, dibutuhkan kadar

lemak trans yang sangat rendah. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan

coating fat dengan metode hidrogenasi parsial , interesterifikasi dan metode

blending untuk memperoleh kadar lemak trans yang rendah. Metode hidrogenasi

parsial dengan katalis nikel yang lebih murah dan ketersediaan (availability)

menghasilkan minimal asam lemak trans sedangkan metode blending

menghasilkan zero trans fat yang aman untuk dikonsumsi. Melalui metode reaksi

interesterifikasi komposisi asam lemak trans tidak berubah sebelum dan sesudah

reaksi.

Hidrogenasi parsial adalah salah satu cara proses modifikasi untuk

meningkatkan sifat fisika dan kimia minyak dan lemak. Hidrogenasi banyak

digunakan oleh industri untuk menghasilkan lemak pengganti kakao dan pada saat

ini sudah diaplikasi keberbagai produk seperti coating fat , lemak pengganti coklat

dan sebagainya. Proses hidrogenasi parsial dengan suhu rendah dan tekanan tinggi

akan menghasilkan minimal asam lemak trans. Kandungan lemak padat (SFC) ,

titik leleh (MP) , komposisi asam lemak (FAC), angka yodium (IV) dan asam

lemak trans (TFA) ditentukan dari hasil reaksi. Proses hidrogenasi parsial

menurunkan kandungan lemak padat yang rendah dan titik leleh (32-35 oC).

Lemak hasil reaksi akan berbentuk padat pada suhu ruang dan mencair pada suhu

tubuh dengan minimal asam lemak trans yang aman untuk dikonsumsi. Proses

blending banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan proses hidrogenasi

dalam menurunkan asam lemak trans. Blending antara RBDHPKO (Refined

Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil) dengan RBDPKO (Refined

Bleached Deodorized Palm Kernel Oil), ratio perbandingan (10:90), adalah

perbandingan yang baik untuk coating fat dengan zero trans fat yang aman untuk

dikonsumsi.

Kata kunci : hidrogenasi , asam lemak trans, lemak pengganti kakao, dan

(10)

ABSTRACT

In an effort to protect consumer health , it is needed minimal trans fat. The

development of the coating fat with partial hydrogenation , interesterification and

blending methods. Minimal trans fatty acid was obtained through a simple

reaction process of partial hydrogenation with nickel catalyst which the advantage

of cheap, simple and availability. Blending methods produce zero trans fat , is

safe for consumption where as with the interesterification reaction the fatty acid

composition is not change before and after reaction.

Partial hydrogenation is one of the most important part of the modification

process for increase physical and chemical properties of oils and fats. Industries

are now relying more on hydrogenation process to produce low trans fats, and this

fat was used to many product such as coating fat , cocoa butter substitute etc.

However the partial process of hydrogenation with low temperature and high

pressure was applied to minimize trans fatty acid. The Solid Fat Content (SFC) ,

melting point (MP) ,Fatty Acid Composition (FAC), Iodine Value (IV) and trans

fatty acid (TFA) were determined of fat obtained by the hydrogenation process.

Partial hydrogenation process reduced low solid fat content and result a good

product with melting point ( 32-35 oC). It was solid in room temperature and melts

at body temperature by minimizing trans fatty acid and safe to be consumed.

Blending process was used to reduce trans fatty acid by replacing hydrogenation

process. Blending RBDHPKO (Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm

Kernel Oil) with RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm kernel Oil) with

the ratio 10:90 yield good coating fat.

Key words : hydrogenation , trans fatty acid , cocoa butter substitute ,

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat

karunia dan rahmat serta hidayah –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas disertasi ini.

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr.

dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) , Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Bapak Prof.Dr.Ir. Rahim Matondang

MSIE , Dekan FMIPA Bapak Dr.Sutarman,MSc dan ketua Program S3 Kimia

Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS,PhD , atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Doktor Ilmu Kimia di

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan

kepada :

1 Bapak Prof. DR.Harlem Marpaung , selaku dosen/Promotor yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam penulisan disertasi ini.

2 Bapak Prof.DR.Jamaran Kaban ,MSc, selaku Co-Promotor yang telah

memberikan kesempatan, bimbingan , pengarahan dan bantuan dalam

menyelesaikan penulisan disertasi ini.

3 Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS,PhD, selaku ketua Program S3

kimia dan Co-Promotor yang telah banyak memberikan dorongan ,

semangat , bimbingan dan bantuan dalam penulisan disertasi ini.

4 Ananda tercinta, Citra Aryanti dan Yurika Aristya adalah mutiara berharga

yang menghiasi hidup , yang memberikan semangat , motivasi dan warna

(12)

Sarjana, USU, hingga selesainya penulisan disertasi.

5 Ayahanda (alm) dan ibunda tercinta , yang telah membesarkan dan

memberikan kasih sayang yang tak terhingga baik dalam moril maupun

materi kepada saya.

6 Seluruh staff pengajar program doktor ilmu kimia FMIPA USU penulis

mengucapkan terima kasih atas ilmu pengetahuan, pengalaman dan

bantuan yang diberikan pada saya.

7 Kepada senior , sahabat , teman-teman sekelas S3 Kimia dan semua pihak

yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu penulis dalam

menyelesaikan disertasi ini.

8 Pimpinan Perusahaan , staff dan karyawan PT.Smart Tbk , yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

laboratorium serta pemakaian alat dan chemical yang berkaitan dengan

judul disertasi ini.

9 Seluruh staff dan analis laboratorium PT. Smart Tbk Belawan yang telah

membantu dalam menyelesaikan disertasi ini.

10 Pimpinan , staff dan seluruh keluarga besar Laboratorium TPD Surabaya ,

yang telah memberikan fasilitas pemakaian hydro reactor dan fasilitas

pemakaian alat lainnya yang menyangkut judul penelitian.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Ridho dan Rahmatnya bagi

kita semua.

Medan, 2011

(13)

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR GRAFIK ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

DAFTAR SINGKATAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Permasalahan ………. 5

1.3 Hipotesa ……….. 5

1.4 Tujuan ………. 5

1.5 Manfaat ………... 6

1.6 Lokasi Penelitian ……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1 Minyak dan lemak ……….. 7

2.2 Mekanisme proses hidrogenasi ……… 8

2.2.1 Transfer dan difusi ……….. 9

2.2.2 Skema diagram dari reaksi hidrogenasi …………. 9

2.2.3 Formasi ikatan rangkap migrasi ………. 11

2.2.4 Formasi ikatan rangkap migrasi dan transisomer … 11 2.2.5 Terbentuk konjugat Fatty Acid ……… 12

2.2.6 Adsorpsi ……….. 13

2.2.6.1 Adsorpsi atau penyerapan ………. 14

2.2.6.2 Disosiasi ………... 14

2.2.6.3 Ionisasi ………. 14

2.2.6.4 Difusi ………... 14

2.2.6.5 Recombinasi ……… 14

2.2.6.6 Desorpsi ………... 14

2.2.7 Jenis-jenis Hidrogenasi ……….. 15

2.2.8 Kebutuhan katalis dan gas hidrogen ………. 21

2.2.9 Faktor-faktor yg mempengaruhi hidrogeasi ……. 22

2.3 Sifat –sifat fisik minyak dan lemak ……… 26

2.3.1 Solid Fat Content ………. 26

2.3.2 Melting Point ……….. 27

2.3.3 Slip Melting Point ……… 27

2.3.4 Iodine Value ………. 27

2.3.5 Aplikasi Produk Hidrogenasi ……….. 28

(14)

2.4.1.2 Interesterifikasi enzimatik ……….. 33

2.4.2 Blending ……… 34

2.5 Asam lemak trans ……… 35

BAB III METODOLIGI PENELITIAN ………... 38

3.1 Bahan-bahan ……… 38

3.2 Peralatan ……….. 38

3.3 Metode Penelitian ……… 38

3.4 Prosedur Penelitian ………... 39

3.4.1 Parsial Hidrogenasi ……… 39

3.4.1.1 Persiapan reaktor ……….. 39

3.4.1.2 Prosedur kerja reaksi hidrogenasi ………. 39

3.4.1.3 Prosedur sampling ……… 41

3.4.2. Blending ………. 42

3.4.2.1 Perlakukan blending ………. 42

3.4.3 Interesterifikasi ………... 43

3.4.3.1 Interesterifikasi minyak sawit ………….. 44

3.4.4 Penentuan angka yodium ……… 44

3.4.5 Penentuan titik leleh ……… 45

3.4.6 Penentuan lemak padat ………... 46

3.4.7 Penentuan FAC / Trans fatty acid ……….. 49

3.4.8 Kondisi operasi reaksi hidrogenasi parsial ………. 50

3.5 Bangan Penelitian ………. 51

3.5.1. Skema Penelitian ……… 51

3.5.2. Diagram Interesterifikasi ……… 52

3.5.3 Diagram angka yodium ………... 53

3.5.4. Diagram Preparasi FAME ……….. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 55

4.1 Hasil ……… 55

4.1.1. Komposisi asam lemak dan asam lemak trans ….. 55

4.1.2. Penentuan kandungan lemak padat ………. 63

4.1.4. Gambar grafik ………. 67

4.2 Pembahasan ……… 72

4.2.1. Komposisi asam lemak trans (TFA) ………. 72

4.2.2. Asam lemak asam lemak (FAC) ……….. 75

4.2.3. Kandungan lemak padat (SFC) ………. 76

4.2.4. Titik leleh (MP) ……….. 79

4.2.5. Penentuan angka yodium ……… 80

4.2.6. Komposisi blending coating fat ………. 80

(15)

5.2 Saran ……… 84

DAFTAR PUSTAKA ……… 85

LAMPIRAN ……….. 91

(16)

Tabel Judul Hal

4.1 Komposisi asam lemak (FAC) reaksi 1-3.……… 56

4.2 Komposisi asam lemak (FAC) reaksi 4-8………. 57

4.3 Komposisi asam lemak (FAC) reaksi O1-O3……….. 58

4.4 Komposisi asam lemak (FAC) reaksi O4-O5……….. 59

4.5 Komposisi asam lemak (FAC) , RBDHPKO + RBDPKO…….. 60

4.6 Komposisi asam lemak (FAC) interesterifikasi……… 61

4.7 Komposisi asam lemak (FAC) RBDPS + RBDPKL... 61

4.8 Komposisi asam lemak (FAC) ,RBDHPKO+RBDHPKOlein…. 62 4.9 Hubungan antara SFC, IV dan MP reaksi 1-4……….. 63

4.10 Hubungan antara SFC, IV dan MP reaksi 5-8……….. 64

4.11 Hubungan antara SFC, IV dan MP reaksi O1………... 64

4.12 Hubungan antara SFC, IV dan MP reaksi O2-O5……… 65

4.13 Hubungan antara SFC, IV dan MP RBDHPKO+RBDPKO…… 66

4.14 Hubungan antara SFC, IV dan MP IE……….. 66

4.15 Hubungan antara SFC, IV dan MP RBDPS + RBDPKL, IE….. 67

(17)

Gambar Judul Halaman

2.1 Absorbsi hydrogen ke permukaan katalis ……… 9

2.2 Transfer atom hydrogen dari permukaan katalis …………. 10

2.3 Mekanisme reaksi hidrogenasi ………. 10

2.4 Formasi migrasi dan transisomer pada reaksi hidrogenasi I. 11 2.5 Formasi migrasi dan transisomer pada reaksi hidrogenasi II. 12 2.6 Konjugasi fatty acid……… 12

2.7 Migrasi membentuk konjugasi fatty acid ………. 13

2.8 Adsorpsi pada hidrogenasi ……… 13

2.9 Reaksi hidrogenasi ……… 16

2.10 Pembentukan cis/trans hasil hidrogenasi ………. 17

2.11 Struktur cis dan trans asam oleat ……….. 17

2.12 Reaksi addisi gas hidrogen ……….. 18

2.13 Reaksi penjenuhan ikatan rangkap ………... 19

2.14 Bentuk cis/trans hasil hidrogenasi ………. 19

2.15 Diagram alur proses hidrogenasi ……….. 20

2.16 Reaksi oksidasi-reduksi dengan hidrogenasi ……… 20

2.17 Diagram alur interesterifikasi ………... 31

2.18 Mekanisme intramolekul ester ………. 32

2.19 Mekanisme intermolekul ester ………. 32

2.20 Interesterifikasi random ……… 33

2.21 Diagram alur interesterifikasi enzimatik ……….. 34

4.1 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 1………. 68

4.2 Hubungan antara IV, MP dan TFA reaksi 2………. 68

4.3 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 3………. 68

4.4 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 4………. 68

4.5 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 5………. 68

4.6 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 6………. 68

4.7 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 7………. 68

4.8 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi 8………. 68

4.9 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi O1……….. 69

4.10 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi O2……….. 69

4.11 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi O3……….. 69

4.12 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi O4……….. 69

4.13 Hubungan antara IV , MP dan TFA reaksi O5……….. 69

4.14 Hubungan antara IV , MP dan TFA hasil blending antara RBDHPKO + RBDPKO………. 69 4.15 Hubungan antara IV , MP dan TFA hasil blending antara RBDHPKO + RBDHPKL……….. 69 4.16 SFC reaksi 1……… 70

4.17 SFC reaksi 2……… 70

(18)

4.20 SFC reaksi 5……… 70

4.21 SFC reaksi 6……… 70

4.22 SFC reaksi 7……… 70

4.23 SFC reaksi 8……… 70

4.24 SFC reaksi O1………. 71

4.25 SFC reaksi O2………. 71

4.26 SFC reaksi O3………. 71

4.27 SFC reaksi O4………. 71

4.28 SFC reaksi O5………. 71

4.29 SFC hasil blending antara RBDHPKO + RBDPKO……….. 71

4.30 SFC hasil blending antara RBDHPKO + RBDHPKL……… 71

(19)

Lampiran Judul Halaman

Gambar Peralatan Penelitian 91

4.1 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 1.1……… 92

4.2 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 1.2……… 93

4.3 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.1……… 94

4.4 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.2……… 95

4.5 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.3……… 96

4.6 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.4……… 97

4.7 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.5……… 98

4.8 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.6……… 99

4.9 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.7……… 100

4.10 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.8……… 101

4.11 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 2.9……… 102

4.12 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.1……… 103

4.13 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.2……… 104

4.14 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.3………. 105

4.15 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.4………. 106

4.16 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.5………. 107

4.17 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 3.6………. 108

4.18 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 4.1………. 109

4.19 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 4.2………. 110

4.20 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 4.3………. 111

4.21 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 5.1………. 112

4.22 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 6.1………. 113

4.23 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 6.2………. 114

4.24 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 6.3………. 115

4.25 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 7.1………. 116

4.26 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 7.2………. 117

4.27 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 7.3………. 118

4.28 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 7.4………. 119

4.29 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 8.1………. 120

4.30 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 8.2………. 121

4.31 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 8.3………. 122

4.32 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 8.4………. 123

4.33 GC hidrogenasi parsial RBDPKO , reaksi 8.5………. 124

4.34 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O1.1………… 125

4.35 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O1.2………… 126

4.36 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O1.3………... 127

4.37 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O1.4………… 128

4.38 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O2.1………... 129

(20)

4.41 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O2.4………… 132

4.42 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O2.5………… 133

4.43 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O2.6………… 134

4.44 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O3.1………… 135

4.45 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O3.2………… 136

4.46 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O3.3………… 137

4.47 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O3.4………… 138

4.48 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O4.1………… 139

4.49 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O4.2………… 140

4.50 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.1………… 141

4.51 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.2………… 142

4.52 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.3………… 143

4.53 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.4………… 144

4.54 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.5………… 145

4.55 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.6………… 146

4.56 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.7………… 147

4.57 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.8………… 148

4.58 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.9………… 149

4.59 GC hidrogenasi parsial RBDPKOlein , reaksi O5.10……….. 150

4.60 GC hasil hidrogenasi (A=RBDHPKO) ……….. 151

4.61 GC Komposisi asam lemak (FAC) RBDPKO (B) ………… 152

4.62 GC blending antara RBDHPKO 10% + RBDPKO 90%... 153

4.63 GC blending antara RBDHPKO 20% + RBDPKO 80%... 154

4.64 GC blending antara RBDHPKO 30% + RBDPKO 70%... 155

4.65 GC blending antara RBDHPKO 40% + RBDPKO 60%... 156

4.66 GC blending antara RBDHPKO 50% + RBDPKO 50%... 157

4.67 GC blending antara RBDHPKO 60% + RBDPKO 40%... 158

4.68 GC blending antara RBDHPKO 70% + RBDPKO 30%... 159

4.69 GC blending antara RBDHPKO 80% + RBDPKO 20%... 160

4.70 GC blending antara RBDHPKO 90% + RBDPKO 10%... 161

4.71 GC RBDPKO IV 17.36 sebelum IE………. 162

4.72 GC RBDPKO IV 17.36 sesudah IE………. 163

4.73 GC RBDHPKO IV 0.302 sebelum IE………. 164

4.74 GC RBDHPKO IV 0.402 sesudah IE……… 165

4.75 GC RBDHPO IV 33.45 sebelum IE………. 166

4.76 GC RBDHPO IV 33.45 sesudah IE………. 167

4.77 GC RBDHPO IV 44.09 sebelum IE………. 168

4.78 GC RBDHPO IV 43.75 sesudah IE………. 169

4.79 GC RBDHPKO : RBDHPKO 88:12 sebelum IE……… 170

4.80 GC RBDHPKO : RBDHPKO 88:12 sesudah IE………. 171

4.81 GC RBDHPKO 100 ……….. 172

4.82 GC RBDHPKO 95 : RBDHPKOlein 5 ……….. 173

4.83 GC RBDHPKO 90 : RBDHPKOlein 10 ……….. 174

(21)

4.86 GC RBDHPKO 75 : RBDHPKOlein 25 ……… 177

4.87 GC RBDHPKO 70 : RBDHPKOlein 30 ……… 178

4.88 GC RBDHPKO 65 : RBDHPKOlein 35 ……… 179

4.89 GC RBDHPKO 60 : RBDHPKOlein 40 ……… 180

4.90 GC RBDHPKO 55 : RBDHPKOlein 45 ……… 181

4.91 GC RBDHPKO 50 : RBDHPKOlein 50 ……… 182

4.92 GC RBDHPKO 45 : RBDHPKOlein 55 ……… 183

4.93 GC RBDHPKO 40 : RBDHPKOlein 60 ………. 184

4.94 GC RBDHPKO 35 : RBDHPKOlein 65 ……… 185

4.95 GC RBDHPKO 30 : RBDHPKOlein 70 ………. 186

4.96 GC RBDHPKO 25 : RBDHPKOlein 75 ……… 187

4.97 GC RBDHPKO 20 : RBDHPKOlein 80 ……… 188

4.98 GC RBDHPKO 15 : RBDHPKOlein 85 ……… 189

4.99 GC RBDHPKO 10 : RBDHPKOlein 90 ……… 190

4.50 GC RBDHPKO 5 : RBDHPKOlein 95 ………. 191

4.51 GC RBDHPKOlein 100 ………. 192

(22)

AOCS American Oil Chemist Sociaty

ALJ Asam lemak jenuh

ALTJ Asam lemak tak jenuh

CBS Cocoa Butter Substitute , lemak pengganti coklat

CF Coating Fat

Cooling liquid Cairan anti beku

CPKO Crude Palm Kernel Oil

CPKOL Crude Palm Kernel Olein

CPKST Crude Palm Kernel Stearin

FAC Fatty Acid Composition , komposisi asam lemak

FAME Fatty Acid Methyl Ester

FID Free Induction Decay

GC Gas Chromatographi

HDL High Density Lipoprotein

HPKO Hydrogenated Palm Kernel Oil

HPKOL Hydrogenated Palm Kernel Olein

HPKST Hydrogenated Palm Kernel Stearin

IV Iodine Value , angka iodium

LDL Low Density Lipoprotein

MP Melting point , titik lebur

NMR Nuclear Magnetic Resonance

PCF Premium Coating Fat

PVC Poly Vinyl Chlorida

RBDHPKO Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil

RBDHPKOL Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Olein

RBDHPKST Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Stearin

RBDPKO Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil

RBDPKOL Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Olein

RBDPKST Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Stearin

RBDPO Refined Bleached Deodorized Palm Oil

RBDPST Refined Bleached Deodorized Palm Stearin

RBDHPO Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Oil

SFC Solid Fat Content , kandungan lemak padat

SFI Solid Fat Index

SMP Slip Melting Point , titik lebur

STS Sodium Tristearat

TFA Trans Fatty Acid , asam lemak trans

Valve Katup

(23)

Dalam upaya untuk melindungi kesehatan konsumen, dibutuhkan kadar

lemak trans yang sangat rendah. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan

coating fat dengan metode hidrogenasi parsial , interesterifikasi dan metode

blending untuk memperoleh kadar lemak trans yang rendah. Metode hidrogenasi

parsial dengan katalis nikel yang lebih murah dan ketersediaan (availability)

menghasilkan minimal asam lemak trans sedangkan metode blending

menghasilkan zero trans fat yang aman untuk dikonsumsi. Melalui metode reaksi

interesterifikasi komposisi asam lemak trans tidak berubah sebelum dan sesudah

reaksi.

Hidrogenasi parsial adalah salah satu cara proses modifikasi untuk

meningkatkan sifat fisika dan kimia minyak dan lemak. Hidrogenasi banyak

digunakan oleh industri untuk menghasilkan lemak pengganti kakao dan pada saat

ini sudah diaplikasi keberbagai produk seperti coating fat , lemak pengganti coklat

dan sebagainya. Proses hidrogenasi parsial dengan suhu rendah dan tekanan tinggi

akan menghasilkan minimal asam lemak trans. Kandungan lemak padat (SFC) ,

titik leleh (MP) , komposisi asam lemak (FAC), angka yodium (IV) dan asam

lemak trans (TFA) ditentukan dari hasil reaksi. Proses hidrogenasi parsial

menurunkan kandungan lemak padat yang rendah dan titik leleh (32-35 oC).

Lemak hasil reaksi akan berbentuk padat pada suhu ruang dan mencair pada suhu

tubuh dengan minimal asam lemak trans yang aman untuk dikonsumsi. Proses

blending banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan proses hidrogenasi

dalam menurunkan asam lemak trans. Blending antara RBDHPKO (Refined

Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil) dengan RBDPKO (Refined

Bleached Deodorized Palm Kernel Oil), ratio perbandingan (10:90), adalah

perbandingan yang baik untuk coating fat dengan zero trans fat yang aman untuk

dikonsumsi.

Kata kunci : hidrogenasi , asam lemak trans, lemak pengganti kakao, dan

(24)

ABSTRACT

In an effort to protect consumer health , it is needed minimal trans fat. The

development of the coating fat with partial hydrogenation , interesterification and

blending methods. Minimal trans fatty acid was obtained through a simple

reaction process of partial hydrogenation with nickel catalyst which the advantage

of cheap, simple and availability. Blending methods produce zero trans fat , is

safe for consumption where as with the interesterification reaction the fatty acid

composition is not change before and after reaction.

Partial hydrogenation is one of the most important part of the modification

process for increase physical and chemical properties of oils and fats. Industries

are now relying more on hydrogenation process to produce low trans fats, and this

fat was used to many product such as coating fat , cocoa butter substitute etc.

However the partial process of hydrogenation with low temperature and high

pressure was applied to minimize trans fatty acid. The Solid Fat Content (SFC) ,

melting point (MP) ,Fatty Acid Composition (FAC), Iodine Value (IV) and trans

fatty acid (TFA) were determined of fat obtained by the hydrogenation process.

Partial hydrogenation process reduced low solid fat content and result a good

product with melting point ( 32-35 oC). It was solid in room temperature and melts

at body temperature by minimizing trans fatty acid and safe to be consumed.

Blending process was used to reduce trans fatty acid by replacing hydrogenation

process. Blending RBDHPKO (Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm

Kernel Oil) with RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm kernel Oil) with

the ratio 10:90 yield good coating fat.

Key words : hydrogenation , trans fatty acid , cocoa butter substitute ,

(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada umumnya hasil proses hidrogenasi parsial akan terbentuk trans fatty

acid (TFA) yang tidak diinginkan. Asam lemak trans cenderung meningkatkan

kadar kolesterol total dalam darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit

kardiovaskuler (jantung koroner), sehingga asam lemak trans perlu dihilangkan

atau di minimalkan.

Asam lemak tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang terdapat di

minyak dapat berada dalam dua bentuk yakni cis dan trans. Asam lemak tak jenuh

yang terdapat di alam biasanya berada sebagai asam lemak cis, hanya sedikit

bentuk trans. Jumlah asam lemak trans dapat meningkat akibat pengolahan seperti

hidrogenasi , pemanasan pada suhu tinggi. (Sebedio and Chardigny, 1996, Martin

et al, 1998, Silalahi, 2002).

Proses hidrogenasi ditemukan pada tahun 1903 oleh Norman. Penemuan

reaksi hidrogenasi katalitik minyak nabati memungkinkan minyak cair

dikonversikan menjadi solid dan semi solid dengan konsistensi tertentu yang

sesuai untuk aplikasi margarin dan shortening. Proses ini terdiri dari pemanasan

dengan adanya hidrogen elementer yang dibantu oleh suatu katalisator logam ,

biasanya menggunakan Nikel. Keuntungan menggunakan Nikel katalis antara lain

adalah ketersediaan (availability) dan lebih murah bila dibandingkan katalis lain.

Hasil hidrogenasi parsial ialah terjadinya penjenuhan sebagian dari ikatan

tak jenuh asam lemak, isomerisasi ikatan rangkap bentuk cis (alami) menjadi

bentuk trans dan perubahan posisis ikatan rangkap. Perubahan ini akan menaikkan

titik leleh, berarti mengubah minyak cair menjadi lemak setengah padat yang

sesuai kebutuhan. (O’Brien, 1998, Silalahi , 2002). Proses Hidrogenasi luas

digunakan secara komersial untuk meningkatkan titik-lebur dan untuk

(26)

warna dan bau, meningkatkan stabilitas dan tahan terhadap oksidasi. Asam

lemak trans dari hidrogenasi tradisional terbentuk pada saat proses dan mendapat

pengawasan ketat berkaitan dengan kesehatan manusia.

Hubungan antara kondisi proses dan efek terhadap Selectivity Ratio,

kandungan Trans, dan kecepatan reaksi yaitu : Temperatur yang tinggi akan

menghasilkan lebih banyak TFA (Trans Fatty Acid). Tekanan yang tinggi dan Ni

katalis yang lebih akan mengurangi TFA (Trans Fatty Acid). Klasifikasi

kandungan asam lemak trans (TFA) :

High trans product : > 20% TFA

Low trans product : < 5% TFA (minimal trans fat).

Zero trans product : < 0.5% TFA

(Perryman Shirley, et al , 2006).

Hidrogenasi parsial adalah mereaksikan minyak dengan gas H2 dan katalis

untuk membuat ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal membentuk ikatan jenuh.

Hasil reaksi akan membentuk ikatan jenuh ,migrasi dari ikatan rangkap dan

terbentuk Trans-fatty acid. Ciri khas kondisi proses partial hidrogenasi sbb :

Temperatur : 150 – 180 oC

Tekanan H2 : 2 – 20 bar

Katalis : Ni katalis (100 ppm Ni)

% trans : f (T,P,Ni)

Sejak tahun 1990 penelitian tentang efek negative dari TFA meningkat

karena ternyata TFA dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.

(Mensink , et al., 1992 ; Judd,et al., 1994 ; Ascherio , et al., 1994 ; Subbaiah, et al

., 1998 ; Oomen, et al., 2001, Silalahi , 2002).

Untuk menghindari terjadinya trans fatty acid atau membuat minimal

trans fat pada saat proses parsial hidrogenasi , dapat menggunakan katalis Pt dan

(27)

Zero trans fat juga dapat diperoleh dari blending minyak nabati seperti

minyak kelapa ,Palm Stearin, dan soybean oil parsial hidrogenasi (PH-SBO).

(Reyes-Hernandedz,J.et al. JAOCS , Nov 2007).

Zero trans fat shortening diperoleh dari blending Palm Stearin dengan Rice

Bran Oil, dengan mengatur kecepatan agitasi dan mempertahankan temperatur

kristalisasi supaya hasil produk akhir bebas trans fat. (Mayamol, P.N., JAOCS,

April 2004).

Dari hasil penelitian selama dekade terakhir menunjukkan dampak negatif

TFA terhadap kesehatan yaitu memicu penyakit jantung koroner. (Silalahi, J.

2002). Pada reaksi hidrogenasi terjadi pengikatan atom H , sehingga molekul cis

akan berubah menjadi molekul trans. Bentuk trans sulit mengalami efek polarisasi

meski dipengaruhi oleh medan. Hal ini karena molekul trans selain mempunyai

gaya tarik van der Waals yang sangat kuat, juga mempunyai rantai zig –zag.

Atom H pada asam lemak trans yang letaknya berseberangan menyebabkan

molekul tersebut tidak mengalami efek polarisasi yang kuat sehingga rantainya

tetap relatif lurus. (Silalahi ,2000 ; K Sofjan dkk, 2008).

Dari penelitian sebelumnya ,dengan parsial hidrogenasi belum dapat

menghasilkan zero trans fat , hal ini merupakan suatu tantangan untuk melakukan

penelitian mengenai reaksi parsial hidrogenasi terhadap Palm Kernel Oil untuk

menghasilkan coating fat , minimal atau zero trans fat (TFA) yang berkualitas

baik dan aman untuk dikonsumsi. Dalam penelitian ini dicoba melakukan reaksi

partial hidrogenasi dari minyak inti sawit (Palm Kernel Oil ) , menggunakan Ni

sebagai katalis dan memberikan gas hidrogen secara langsung atau di permukaan

katalis. Dengan menggunakan logam Ni dan untuk memungkinkan pasokan

hidrogen terlarut di dekat lokasi dimana kontak fasa cair minyak dengan fasa

padat katalis Ni. Dengan memodifikasi beberapa faktor dalam reaksi hidrogenasi

parsial seperti :

• Konsentrasi dari katalis

• Tekanan (reaksi) – konsentrasi dari gas H2

(28)

• Tingkat kecepatan dari agitasi

Diharapkan dapat menghasilkan coating fat minimal trans fat (TFA) yang baik

untuk kesehatan dan berkualitas baik untuk dikonsumsi. Beberapa aplikasi produk

yang sejalan dengan perkembangan ini adalah pembuatan cocoa butter. Salah satu

lingkup aplikasi dari produk cocoa butter adalah dalam bidang confectionery,

dimana produk tersebut dapat digunakan sebagai coating fat. Ada dua alasan

untuk menghidrogenasi minyak. Yang pertama adalah untuk mengubah lemak dan

minyak menjadi suatu bentuk fisik dengan karakteristik konsistensi dan handling

yang sesuai dengan fungsionalitasnya. Alasan lain dari proses hidrogenasi adalah

untuk meningkatkan stabilitas produk (misalnya, untuk frying fat) terhadap

oksidasi serta menambah keberagaman aplikasi yang dapat diterapkan. Biasanya

hidrogenasi minyak digambarkan sesederhana sebagai penjenuhan dari ikatan

rangkap dalam minyak tidak jenuh dengan hidrogen, menggunakan nikel sebagai

katalisnya. Padahal terdapat beberapa reaksi yang sangat kompleks selama proses

hidrogenasi. Produk dari hidrogenasi merupakan campuran yang sangat kompleks

karena beberapa reaksi simultan terjadi , penjenuhan ikatan rangkap, isomer cis /

trans dan pemindahan ikatan rangkap.

Keistimewaan dari cocoa butter adalah berbentuk padat pada temperatur

kamar memiliki titik leleh 32 – 35 oC , mulai meleleh pada 30 – 32 oC dan cepat

meleleh pada suhu tubuh. Produksi cocoa butter sangat dipengaruhi oleh produksi

buah coklat, biaya produksi yang besar sehingga harganya mahal, oleh karena itu

perlu dilakukan modifikasi lemak untuk mendapatkan alternatif lain sebagai

pengganti cocoa butter. Dalam industri berbasis minyak sawit , proses pengolahan

terus berkembang untuk memenuhi keinginan para konsumennya, pengolahan kini

tidak terbatas pada proses refining dari minyak mentah menjadi minyak goreng.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membantu industri untuk

mengubah ikatan–ikatan dalam molekul trigliserida minyak yang berupa ikatan

rangkap menjadi ikatan tunggal yang lebih stabil. Dengan proses hidrogenasi

ditujukan agar diperoleh karakteristik produk yang berbeda dari sebelumnya,

seperti stabilitas yang lebih baik terhadap oksidasi baik selama penyimpanan

maupun saat digunakan dan berwujud padat pada suhu ruang serta mencair pada

(29)

Berdasarkan uraian diatas timbul keinginan untuk melakukan penelitian

hidrogenasi parsial untuk menghasilkan minimal trans fat dan menentukan jenis

dan persentasi lemak terbaik untuk menghasilkan zero trans fat melalui metode

blending.

1.2. PERMASALAHAN

 Apakah dengan reaksi hidrogenasi parsial yang umumnya menghasilkan trans isomer pada saat proses dapat di ubah menjadi minimal trans fat

dengan memodifikasi kondisi proses ?

 Berapakah ratio perbandingan persentasi yang optimal untuk blending lemak hidrogenasi (RBDHPKO) dengan RBDPKO supaya menghasilkan

cocoa butter substitute / coating fat dengan zero trans fat yang aman untuk

dikonsumsi?

 Apakah reaksi Interesterifikasi dapat menghasilkan minimal trans fat sesuai kondisi proses yang dilakukan ?

1.3. HIPOTESA

 Hidrogenasi parsial minyak inti sawit RBDPKO dan RBDPKOlein dapat membentuk lemak kakao (cocoa butter substitute) yang kaya akan asam

laurat (C12) sebagai sumber asam lemak kalori rendah dan dengan

kondisi reaksi suhu rendah menghasilkan minimal asam lemak trans yang

aman untuk dikonsumsi.

 Hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO akan menghasilkan zero asam lemak trans yang berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi.

 Sebelum dan sesudah reaksi Interesterifikasi tidak ada terjadi perubahan komposisi asam lemak trans.

1.4. TUJUAN

(30)

asam lemak trans yang berkualitas baik dan dapat memenuhi berbagai

spesifikasi standard yang diinginkan pasar.

 Menghasilkan cocoa butter substitute / premium coating fat dengan metode blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO yang berkualitas

baik.

 Menghasilkan produk yang berbeda dari sebelumnya, seperti stabilitas yang lebih baik terhadap oksidasi baik selama penyimpanan maupun saat

digunakan dan berwujud padat pada suhu ruang dan mencair pada suhu

tubuh , konsistensi produk yang lebih baik, memiliki tekstur dan citarasa

yang baik sesuai dengan permintaan konsumen.

1.5. MANFAAT

 Dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi terbentuknya trans fat pada reaksi hidrogenasi parsial, sehingga menghasilkan minimal trans fat yang

aman dan berkualitas baik untuk dikonsumsi.

 Sebagai kontribusi memberi informasi kepada produsen minyak inti sawit (CPKO) di Indonesia bahwa melalui reaksi hidrogenasi parsial dapat

dihasilkan lemak pengganti coklat (Cocoa Butter Substitute) / coating fat

type baru dengan minimal trans fat yang memenuhi berbagai spesifikasi

standard dan zero TFA.

 Dapat diperoleh produk dengan konsistensi yang lebih baik dengan kandungan lemak trans yang sesuai dengan permintaan konsumen,

perubahan karakteristik dari minyak sawit ini memberikan aplikasi produk

yang lebih beragam , seperti bidang confectionery dan coating fat.

1.6. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di laboratorium Belawan dan Technical Product

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak dan lemak

Minyak dan lemak adalah senyawa kimia yang banyak terdapat di alam.

Minyak umumnya berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak cenderung

berwujud padat pada suhu ruang. Asam-asam lemak merupakan komponen

penyusun minyak dan lemak, dan asam lemak ini merupakan senyawa rantai

karbon. Dalam rantai karbon asam lemak tersebut, terdapat ikatan antar karbon

yang berjenis tunggal maupun rangkap. Ikatan jenis tunggal pada rantai karbon

memiliki kestabilan oksidatif yang lebih baik dibandingkan ikatan rangkap.

Sebaliknya, ikatan rangkap memberikan sifat minyak yang cair pada suhu ruang.

Jenis ikatan yang ada dalam asam lemak akan berpengaruh terhadap jenis aplikasi

yang cocok digunakan terhadapnya. Secara keseluruhan, susunan trigliserida

minyak dan lemak mempunyai kesamaan pada gliserol, maka perbedaan sifat-sifat

minyak dan lemak dilihat pada komponen asam lemaknya.

Dalam industri berbasis minyak sawit, pengolahan kini tidak terbatas pada

proses refining dari minyak tersebut menjadi minyak goreng. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah membantu industri untuk mengubah

ikatan-ikatan dalam molekul trigliserida (minyak) yang berupa ikatan-ikatan rangkap menjadi

ikatan tunggal yang lebih stabil. Hal ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik

yang mendekati lemak, seperti stabilitas oksidatif yang lebih baik dan berwujud

padat pada suhu ruang. Dengan pengubahan jenis ikatan pula, diharapkan

diperoleh konsistensi produk yang lebih baik, yang dapat memenuhi kebutuhan

konsumen.

Beberapa aplikasi yang dilakukan sejalan dengan perkembangan ini adalah

pembuatan margarin sebagai alternatif mentega (yang berbasis lemak hewani),

dan pada aplikasi produk sebagai komponen dalam pembuatan Cocoa Butter

(32)

satunya dengan proses yang disebut hidrogenasi. (Coenen,J.W.E. (1976). JAOCS,

53. 382-389).

Bahan baku (raw material) yang diproses pada pengolahan Cocoa Butter

Substitute (CBS) dapat berupa Crude Palm Kernel Oil (CPKO) yang diperoleh

dari hasil pengepresan inti sawit/palm kernel (PK) di proses pengolahan Palm

Kernel Chrushing. Pengolahan CPKO menghasilkan Refined Bleached

Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil (RBDHPKO). Raw material yang

diproses pada pengolahan tersebut dapat juga berupa Crude Palm Kernel Olein

(CPKOL) atau Crude Palm Kernel Stearin (CPKST). Kedua raw material tersebut

merupakan hasil fraksinasi dari Crude Palm Kernel Oil (CPKO). Pengolahan

Crude Palm Kernel Olein (CPKOL) menghasilkan Refined Bleached Deodorized

Hydrogenated Palm Kernel Olein (RBDHPKOL). Sedangkan pengolahan Crude

Palm Kernel Stearin (CPKST) menghasilkan Refined Bleached Deodorized

Hydrogenated Palm Kernel Stearin (RBDHPKST).

Secara umum, proses yang ada di pengolahan Cocoa Butter Substitute

(CBS) terdiri dari fraksinasi, refinery I, hidrogenasi , refinery II. Proses

pengolahan CBS menghasilkan produk antara lain:

 Cocoa Butter Substitute, yang didapat dari RBDHPKST

 Premium Coating Fat, yang didapat dari RBDHPKO

 Coating Fat, yang didapat dari RBDHPKOL

Customer Request, yang disesuaikan dengan pesanan customer

(O’Brien, RD. 1998 ,P. 81-95).

2.2 Mekanisme process Hidrogenasi

Mekanismenya atom-atom H2 tersebut mengeleminasi unsaturated fatty acid

(carbon ikatan rangkap), dengan pengurangan atau penghilangan unsaturated fatty

(33)

Dari proses Hidrogenasi diperoleh nilai titik leleh atau melting profile tertentu

yang dapat dilihat dari kandungan lemak padat atau SFC (Solid Fat Content) hasil

analisa produknya.

Parameter Proses Hidrogenasi yang dicapai adalah penurunan angka

yodium atau IV (Iodine Value) ,dengan berkurangnya ikatan rantai rangkap maka

angka IV-nya juga semakin turun. Dan sebaliknya nilai Slip Melting Point (SMP)

menjadi naik, secara fisik minyaknya menjadi lebih keras/solid, makanya bisa

juga disebut Harden Fat. Hasil dari proses Hidrogenasi, banyak diaplikasikan

untuk produk coating, substitusi seperti : coklat, wafer ,candy , ice cream dan

lain-lain. Langkah – langkah dari Hidrogenasi yaitu : Transfer dan/atau diffusi

,Adsorpsi, Hydrogenasi/isomerisasi , Desorpsi dan Transfer. (Lyle F. Albright,

Purdue University, Indiana 47907).

2.2.1 Transfer dan diffuse

Transfer dan adsorpsi merupakan langkah kritis dalam mengkontrol

derajat isomerisasi dan selektifity dari reaksi.

Transfer: Transfer dari reactants dan products ke dan dari phase cair

(minyak) dan di luar permukaan katalis

Diffusi : Diffusi dari reactant ke pori-pori katalis. Diffusi dari produk

keluar dari pori-pori katalis.

2.2.2 Skema Diagram dari Reaksi Hidrogenasi sbb :

Secara kimia proses hidrogenasi diduga meliputi tahap-tahap :

a. Ikatan hidrogen terabsorbsi (melalui interaksi) ke permukaan dari

katalis logam.

Permukaan katalis

(34)

b. Sebuah atom hidrogen ditransfer dari permukaan katalis logam ke

salah satu atom karbon di dalam ikatan rangkap, dan atom karbon yang

[image:34.595.178.499.179.269.2]

lain berikatan (melalui ikatan) dengan permukaan logam.

Gambar 2.2 : Transfer atom hidrogen dari permukaan katalis

c. Atom hidrogen kedua ditransfer dari permukaan katalis logam ke atom

karbon terakhir.

[image:34.595.157.468.437.674.2]
(35)

2.2.3 Formasi ikatan rangkap Migrasi dan Transisomer pada proses Hidrogenasi tahap I :

Tahap pertama dalam reaksi hidrogenasi bersifat balik dimana atom

hydrogen dapat kembali ke permukaan logam. Isomerisasi cis / trans

biasanya terjadi pada tahap ini dengan adanya rotasi di sekitar ikatan C–C.

Gambar 2.4 : Formasi migrasi dan transisomer pada reaksi hidrogenasi I

2.2.4 Formasi ikatan rangkap Migrasi and Transisomer pada proses Hidrogenasi tahap II :

Perpindahan posisi ikatan rangkap (isomerisasi posisi) juga dapat

terjadi ,yaitu apabila reaksi balik di atas terjadi pada gugus metilen yang

terletak di sebelah ikatan rangkap. (gambar 2.5). Isomerisasi geometris

secara tidak langsung mengubah struktur molekul asam lemak dan

(36)

Gambar 2.5 : Formasi migrasi dan transisomer pada reaksi hidrogenasi II 2.2.5 Terbentuk konjugasi Fatty Acids :

Rantai karbon asam lemak tak jenuh mempunyai satu atau lebih

ikatan rangkap dua. Ikatan rangkap tersebut ada yang bersifat

nonkonjugasi dan konjugasi , oleh karena itu ikatan rangkap tersebut

terletak berdampingan dan dipisahkan oleh gugus metilen (- CH2-).

(37)

2.2.6 Adsorpsi

Adsorpsi pada reactant di permukaan katalis sangat penting untuk

mengkontrol selektiviti dan isomerisasi selama proses hidrogenasi.

[image:37.595.140.524.190.435.2]

Ikatan rangkap migrasi membentuk konjugate trans-fatty acids.

Gambar 2.7 : Migrasi membentuk konjugasi fatty acid

Langkah-langkah adsorpsi pada hidrogenasi :

Gambar 2.8 : Adsorpsi pada hidrogenasi

Dari hidrogenasi A; 9, 15 and 11, 15

Dari hidrogenasi B; 10,15 and 12, 15

Dari hidrogenasi C; 9, 12 and 9, 14

[image:37.595.132.457.499.720.2]
(38)

2.2.6.1 Adsorpsi atau penyerapan : suatu proses yang terjadi ketika suatu

fluida, cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat

penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau

film (zat terserap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan

absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan

membentuk suatu larutan. Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan

suatu fasa tertentu (gas, cair) pada permukaan adsorben yang berupa

padatan.

2.2.6.2 Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang

lebih sederhana.

2.2.6.3 Ionisasi adalah proses fisik mengubah atom atau molekul menjadi ion

dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan seperti

elektron. Proses ionisasi ke muatan positif atau negatif sedikit berbeda.

Ion bermuatan positif didapat ketika elektron yang terikat pada atom

atau molekul menyerap energi cukup agar dapat lepas dari potensial

listrik yang mengikatnya.

2.2.6.4 Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam

pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi

rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut

gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel

tersebar luas secara merata.

2.2.6.5 Recombinasi adalah menggabungkan kembali transfer electron dalam

gas yang menghasilkan netralisasi ion yang timbul dari partikel energi

tinggi.

2.2.6.6 Desorpsi adalah sebuah fenomena dimana suatu zat dilepaskan dari atau

melalui permukaan. Proses ini adalah kebalikan dari serapan (yaitu, baik

adsorpsi dan penyerapan ). Hal ini terjadi dalam sistem berada dalam

keadaan kesetimbangan penyerapan antara fasa bulk (cairan, yaitu gas

atau larutan cair) dan permukaan yang menyerap (padat atau batas

(39)

2.2.7 Jenis-jenis Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses eliminasi ikatan rangkap pada minyak dengan

penambahan gas H2 untuk merubah minyak tak jenuh (unsaturated) menjadi

minyak jenuh (saturated). Indikator untuk mengetahui jumlah ikatan rangkap

pada minyak adalah Iodine Value (IV). Semakin rendah IV maka semakin sedikit

pula ikatan rangkap pada minyak.

Proses hidrogenasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a. Fully Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan ikatan

rangkap secara keseluruhan. Target penurunan IV maksimal hingga 0-2.

b. Partial Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan hanya

sebagian ikatan rangkap.

c. Selective Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk menghilangkan

sebagian ikatan rangkap pada posisi yang selektif sesuai dengan Solid Fat

Content (SFC) yang diinginkan. Jenis ini hampir sama dengan Partial

Hydrogenation.

Reaksi Hidrogenasi :

Ikatan-ikatan rangkap pada lemak dan minyak tak-jenuh cenderung

membuat gugus-gugus yang ada di sekitarnya tertata dalam bentuk "cis". Suhu

tinggi yang digunakan dalam proses hidrogenasi cenderung mengubah beberapa

ikatan C=C menjadi bentuk "trans". Jika ikatan-ikatan khusus ini tidak

dihidrogenasi selama proses, maka mereka masih cenderung terdapat dalam

(40)
[image:40.595.132.423.86.287.2]

Gambar 2.9 : Reaksi hidrogenasi

Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang

menghasilkan adisi hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang

atom hidrogen ke sebuah molekul. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi

yang berjalan efisien sedangkan hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan

kondisi temperatur yang sangat tinggi. Pada hidrogenasi terjadi proses

pengubahan jumlah ikatan rangkap dalam suatu asam lemak oleh gas hidrogen

(H2). Dengan hidrogenasi, terjadi penambahan atom hidrogen ke dalam ikatan

rangkap asam lemak sehingga jumlah ikatan rangkap tersebut berkurang atau

ikatan rangkapnya terlepas. Perubahan jumlah ikatan rangkap akan mengarah

pada perubahan sifat fisik dan kimia minyak, yang terlihat dari angka yodium atau

Iodine Value (IV), kandungan lemak padat atau Solid Fat Content (SFC) dan titik

leleh atau Slip Melting Point (SMP) produk. Jadi tujuan dilakukannya hidrogenasi

antara lain :

 Memodifikasi minyak agar didapatkan Solid Fat Content (SFC) yang diinginkan.

 Merubah Iodine Value (IV) produk.

 Menghilangkan ikatan rangkap, sehingga produk lebih stabil terhadap oksidasi.

Merubah Fatty Acid composition produk.

(41)

Reaksi hidrogenasi parsial dengan mengaddisi gas hidrogen memakai katalis Ni

dapat dilihat sbb :

a. Pembentukan cis dan trans hasil hidrogenasi parsial.

Unsaturated triglyceride + H2 --> saturated triglyceride

Gambar 2.10 : Pembentukan cis / trans hasil hidrogenasi

b. Bentuk molekul cis dan trans dari hasil hidrogenasi parsial.

Reaksi hidrogenasi merupakan reaksi yang bersifat eksotermis. Proses

hidrogenasi melibatkan beberapa parameter penting yang perlu dikontrol,

misalnya suhu, jumlah katalis, tekanan gas dan jumlah gas yang digunakan

(volume gas). Dengan mempelajari kondisi proses hidrogenasi maka diharapkan

dapat diperoleh karakteristik produk hasil hidrogenasi yang sesuai dengan

(42)

digunakan bahan yang disebut dengan katalis. Katalis yang sering dipakai untuk

proses hidrogenasi adalah Nikel (Ni). Keuntungan menggunakan Nikel antara lain

adalah ketersediaannya dan lebih murah bila dibandingkan katalis lain. Secara

umum, reaksi kimia yang terjadi pada hidrogenasi adalah:

Oil + Catalyst Oil-Catalyst (complex)

Oil-Catalyst (complex) + H2 Hydrogenated Oil + Catalyst

Langkah reaksi addisi gas hidrogen terdiri dari langkah 1 dan 2 seperti terlihat

dibawah ini : membentuk minyak – katalis (kompleks). Gas hidrogen diadsorbsi

pada permukaan katalis.

 Gas H2 diserap pada permukaan katalis Ni secara parsial atau penuh sehingga terjadi perpisahan ikatan atom H --- H

 Ikatan π pada alkene membentuk kompleks dengan logam Ni.  Oil + Catalyst  Oil-Catalyst (kompleks).

Gambar 2.12 : Reaksi addisi gas hidrogen

Langkah 3 dan 4 : dua atom H akan ditransfer dan dari ikatan rangkap dua

menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap dua ini segera akan mengaddisi gas

hidrogen yang terikat pada permukaan katalis Ni.

 Dua atom H ditransfer berturut-turut ke ikatan π pada langkah 3 dan 4 membentuk alkana (jenuh ,ikatan rangkap dua menjadi ikatan tunggal).

 Karena produk alkana tidak mempuyai ikatan π yang membentuk senyawa komplex dengan logam, sehingga dilepaskan dari permukaan katalis.

(43)
[image:43.595.145.486.369.597.2]

Gambar 2.13. Reaksi penjenuhan ikatan rangkap

c. Pembentukan cis dan isomer trans setelah reaksi hidrogenasi sbb :

Unsaturated triglyceride + H2 --> saturated triglyceride.

(44)

d. Proses hidrogenasi secara singkat dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 2.15 : Diagram alur proses hidrogenasi

e. Oksidasi – reduksi dari alkena dengan hidrogenasi memakai katalis logam.

 Ketika minyak nabati tidak jenuh di reaksikan dengan hidrogen, beberapa atau semua ikatan π yang dijenuhkan oleh atom H akan meningkatkan titik leleh minyak.

 Margarin disiapkan untuk hidrogenasi parsial memberikan suatu produk yang konsisten dan mendekati produk cocoa butter.

[image:44.595.198.421.141.385.2]

Gambar 2.16 : Reaksi oksidasi – reduksi dengan hidrogenasi

(45)

2.2.8 Kebutuhan Katalis dan H2 untuk reaksi

Kebutuhan katalis antara 0,1% - 0,2% dari minyak yang akan diproses.

Secara teoritis Kebutuhan Gas H2 sebenarnya adalah : setiap penurunan 1 (satu)

angka IV sama dengan kebutuhan 1 m3 Gas H2 tiap 1 (satu) Ton minyak.

Jadi Kebutuhan Gas H2 per-ton Minyak adalah :

H2 (m3) = 1 x ( IVawal - IVakhir )

=฀IV

= m3 / ton

Pendekatan Hukum Gas Ideal :

P . V = n . R . T

Dimana :

P = tekanan, 105 Newton / m2

V = volume gas

R = 8,314 j / mol oK = 8,314 Newton . m / mol oK

T = 273 oK

253,4

10

BM

W

n

6

P

)RT

n

(n

V

oil

fat

BM = Berat Molekul Minyak, 253,4

n = mol minyak

n berubah setelah ditambahkan gas H2 karena Berat Molekul naik, sehingga

diasumsikan sebanding dengan perubahan IV

Sehingga,

P

Weight

Mol

100

T

R

Oil

Weight

)

IV

(IV

V

oil fat

H2

5 6 fat oil H

10

253,4

100

273

8,314

10

)

IV

(IV

V

2

/ton

m

)

IV

(IV

0,90

V

H oil fat 3
(46)

Jadi Kebutuhan Gas H2 per-ton Minyak adalah :

H2 (m3) /Ton minyak = 0.9x ( IVawal - IVakhir )

= 0.90 x ฀IV

Operasional proses kebutuhan Gas H2 tidak mesti sesuai dengan teori , karena

ada faktor – faktor yang bisa mempengaruhi antara lain suhu, tekanan,

pengadukan, konsentrasi katalis, jenis katalis dan sumber minyak.

Kebutuhan Gas H2 per-ton Minyak di Operasional sekarang adalah :

H2 (m3) /Ton minyak = 1.15 x ( IVawal - IVakhir )

= 1.15 x ฀IV

2.2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrogenasi

Hidrogenasi merupakan reaksi yang melibatkan 3 fase yang berbeda yakni

minyak (cair), hidrogen (gas) dan katalis (padat). Reaksi terjadi pada permukaan

katalis dimana minyak dan molekul gas hidrogen diserap kemudian terjadi kontak

antara keduanya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses hidrogenasi

antara lain :

Suhu

Hidrogenasi berjalan lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu operasi.

Kenaikan suhu akan menurunkan kelarutan gas hidrogen dalam minyak

namun meningkatkan kecepatan reaksinya. Oleh karena itu, kenaikan suhu

akan meningkatkan selektivitas, pembentukan trans isomer dan kecepatan

reaksi yang menghasilkan kurva SFC yang curam. Karena reaksi hidrogenasi

merupakan reaksi eksotermis, maka penurunan 1 (satu) iodine value akan

menaikkan suhu reaksi sebesar 1,6 oC hingga 1,7 oC. Kenaikan suhu ini akan

mempercepat reaksi hingga dicapai titik optimum. Suhu optimum beragam

untuk tiap produk, namun sebagian besar minyak mencapai titik optimumnya

pada suhu maksimum 230 oC hingga 260o C.

Tekanan

Hidrogenasi edible fats dan oil dilakukan pada tekanan antara 0,8 hingga 4

(47)

dapat menyelimuti permukaan katalis sedangkan pada tekanan tinggi, gas

hidrogen telah siap untuk menjenuhkan ikatan rangkap minyak.

Agitasi atau pengadukan

Fungsi utama dari agitasi adalah untuk menyuplai hidrogen terlarut pada

permukaan katalis, tapi massa reaksi tersebut harus pula diaduk agar terjadi

distribusi panas ataupun pendinginan sebagai kontrol suhu dan distribusi

suspensi katalis dalam minyak sebagai penyeragaman reaksi.

Konsentrasi katalis

Kecepatan reaksi hidrogenasi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

katalis hingga suatu titik. Peningkatan kecepatan reaksi tersebut disebabkan

oleh peningkatan permukaan aktif dari katalis. Titik maksimum tercapai

karena pada kadar sangat tinggi, hidrogen tidak mampu terlarut cukup cepat

untuk menyuplai jumlah katalis yang tinggi.

Jenis katalis

Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi

tanpa bahan tersebut menjadi ikut terpakai; dan setelah reaksi berakhir, bahan

tersebut akan kembali ke bentuk awal tanpa terjadi perubahan kimia.

Penggunaan katalis dapat menurunkan tingkat aktivasi energi yang

dibutuhkan, membuat reaksi terjadi lebih cepat atau pada suhu yang lebih

rendah.

Pemilihan katalis memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kecepatan

reaksi, selektivitas dan isomerisasi geometris. Jenis high-selectivity catalyst

memungkinkan penggunanya untuk mengurangi asam linolenat tanpa

menghasilkan asam stearat berlebih, sehingga diperoleh produk dengan

oxidative stability yang baik dan bertitik leleh rendah. Contohnya, katalis

copper-chromite telah digunakan dalam hidrogenasi selektif dari asam

linolenat menjadi asam linoleat dalam minyak kedelai agar diperoleh produk

flavor-stable salad oil.

Catalyst poison

Refined oil dan gas hidrogen dapat mengandung pengotor yang dapat

meracuni atau memodifikasi katalis. Racun (poison) tersebut mengurangi

(48)

kecepatan reaksi. Gas hidrogen bisa mengandung gas CO, H2S atau amoniak

sedangkan refined oil bisa mengandung sabun, senyawa sulfur, fosfatida, asam

lemak bebas (FFA) ataupun senyawa lain yang dapat mengubah katalis.

Pengotor sulfur misalnya, terutama mempengaruhi aktivitas yang

mempercepat isomerisasi dengan menghambat kapasitas dari katalis nikel

untuk menyerap dan memecah hidrogen. Fosfor dalam bentuk fosfatida dan

sabun mempengaruhi selektivitas dengan menutup tempat masuk pada pori

katalis yang mencegah keluarnya trigliserida dengan tingkat kejenuhan yang

lebih tinggi. Moisture dan asam lemak bebas merupakan deactivator yang

dapat mengurangi kecepatan reaksi hidrogenasi karena bereaksi secara kimia

dengan katalis membentuk nickel soaps.

Katalis logam mulia.

Logam mulia seperti platinum, palladium, ruthenium, rhodium, Au, Ag, baik

tunggal atau kombinasi merupakan jenis katalis yang banyak dipergunakan

sebagai katalis. Keuntungan penggunaan katalis logam mulia karena memiliki

tingkat aktivitas yang tinggi, selektifitas yang baik, dan daya tahan yang baik

sehingga jangka waktu penggantiannya lama.

Platinum: merupakan katalis logam mulia yang paling banyak dipergunakan.

Katalis ini memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses hidrogenasi,

dehidrogenasi, oksidasi, dll.

Ruthenium: katalis ruthenium memiliki aktivitas yang tinggi dalam

hidrogenasi senyawa karbonil alifatik dan cincin aromatik pada kondisi

medium tanpa reaksi sampingan.

Rhodium: merupakan katalis yang memiliki aktivitas tinggi dalam

hidrogenasi senyawa aromatik. Katalis ini menghidrogenasi banyak senyawa

aromatik pada suhu ruang dan tekanan normal.

Iridium: meskipun katalis iridium memiliki aktivitas yang rendah dan aplikasi

yang terbatas mengingat kelangkaannya, katalis ini mulai mendapat perhatian

karena sifat reaksinya yang unik.

Logam-logam lain seperti Sn, Pb, Ni, Co, Ge digunakan sebagai promotor.

Logam-logam ini dilapisi berbagai carrier/pembawa seperti alumina, silica,

(49)

Bentuk Katalis. Selain tergantung pada bahan katalitik, bahan promotor dan

bahan pembawa (carrier), efektifitas fungsi katalitik juga ditentukan oleh

bentuk dan ukuran katalis. Katalis dapat berbentuk pellet, granular, sarang

lebah, atau serat agar memiliki kinerja yang optimum disesuaikan dengan

tahapan proses produksi yang dijalani.

Sumber minyak

Selektivitas hidrogenasi bergantung pada jenis asam lemak tak jenuh yang

tersedia dan jumlah asam lemak tak jenuh per trigliserida.

Dari variabel proses di atas, dapat dilihat bahwa kecepatan reaksi

meningkat sejalan dengan peningkatan suhu, tekanan, agitasi dan konsentrasi

katalis. Selektivitas meningkat seiring dengan peningkatan suhu dan berakibat

sebaliknya seiring dengan kenaikan tekanan, agitasi dan katalis. Isomerisasi ikatan

rangkap meningkat seiring kenaikan suhu tapi menurun dengan peningkatan

tekanan, agitasi dan katalis. Trans isomer juga dapat terjadi akibat penggunaan

kembali (deaktivasi) katalis atau sulfur-poisoned catalyst.

Reaktivitas kimia dari asam lemak tak jenuh ditentukan oleh posisi

sebagaimana juga jumlah dari ikatan rangkap dalam molekul. Reaktivitas

meningkat secara signifikan dengan peningkatan dalam jumlah ikatan rangkap,

baik dalam bentuk conjugated (dipisahkan hanya oleh satu ikatan tunggal) atau

methylene-interrupted (dipisahkan oleh suatu unit -CH2-). Jika suatu asam lemak

memiliki 2 ikatan rangkap terisolasi (dipisahkan oleh 2 atau lebih methylene unit),

reaktivitasnya hanya meningkat sedikit daripada asam lemak yang memiliki satu

ikatan rangkap. Untuk proses hidrogenasi, dikenal minyak nabati yang biasanya

digunakan dalam proses tersebut. Vegetable oil (minyak nabati) dapat dibagi

dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Saturated, seperti cocoa butter, minyak sawit

2. Oleic, seperti minyak zaitun, minyak kacang, canola oil, high-oleic

sunflower

3. Linoleic, seperti minyak jagung, cottonseed oil, soybean oil, sunflower oil.

(50)

2.3 Sifat-sifat fisika minyak dan lemak

2.3.1. Solid Fat Content

Solid fat content (SFC) berkaitan dengan persentase minyak yang berupa

padat pada berbagai suhu. Keseluruhan kurva tidak dapat diperkirakan hanya

dengan penentuan pada satu variasi suhu; keseluruhan kurva SFC diperlukan

untuk memahami karakteristik produk (minyak) pada berbagai suhu.

Metode awal yang digunakan untuk memperkirakan persentase padatan

pada lemak adalah dilatometry (AOCS Cd 10-57). Hasilnya disebut solid fat

index. Namun, metode

Gambar

Gambar 2.2 : Transfer atom hidrogen dari permukaan katalis
Gambar 2.7  : Migrasi membentuk konjugasi fatty acid
Gambar 2.9 : Reaksi hidrogenasi
Gambar 2.13.  Reaksi penjenuhan ikatan rangkap
+7

Referensi

Dokumen terkait