SEJARAH KAMPUNG MADRAS
DI KELURAHAN MADRAS HULU KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SISKA DORAULI TIANUR SINAGA
NIM. 3121121008
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Siska Dorauli Tianur Sinaga. NIM. 3121121008. Sejarah Kampung Madras di Kelurahan Madras Hulu Kota Medan. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah awal terbentuknya sebuah kampung pemukiman masyarakat yang bernama Kampung Madras, untuk mengetahui awal mula kedatangan etnis Tamil kekota Medan, untuk mengetahui kehidupan ekonomi masyarakatnya, untuk mengetahui kehidupan beragama masyarakatnya, untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi perubahan nama yang dilakukan pada Kampung Madras.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan data kualitatif. Penulis melakukan penelitian dilapangan dengan mengadakan observasi kesetiap lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan masyarakat yang berada dilingkungan Kelurahan Madras Hulu, serta masyarakat yang mengetahui tentang tema yang penulis angkat, dan juga wawancara dengan pemerintah setempat. Penulis juga mendokumentasi hal yang didapat dilapangan dengan bentuk gambar. Selain itu untuk mendukung penelitian ini penulis juga mengumpulkan buku yang berkaitan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa Kampung Madras adalah sebuah pemukiman yang awalnya banyak dihuni oleh masyarakat etnis Tamil. Etnis Tamil yang datang kekota Medan adalah mereka yang bekerja sebagai buruh perkebunan industri perkebunan tembakau Deli, selain itu etnis Tamil tersebut sudah ada berabad sebelumnya sebagai pembawa ajaran agama Hindu dan Buddha, mereka juga dianggap ahli dalam mengolah rempah maka itu pedagang Tamil turut datang bersama Belanda ke Indonesia saat kongsi dagang VOC beroperasi di Indonesia. Awal mula penyebutan nama pemukiman ini adalah Kampung Keling yang biasa dipakai masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Keling berarti hitam, namun kosakata Keling tidak pernah ditemukan dibelahan dunia manapun. Kehidupan masyarakat yang ada di Kampung Madras ini tergolong baik, tidak ditemukan konflik yang pernah terjadi antar masyarakatnya, walau saat ini dominasi etnis Tamil mulai berkurang namun keberadaan mereka tetap ada dan diakui. Hingga pada tahun 2008 dilakukanlah sebuah pelestarian nama pada Kampung Madras, banyak masyarakat yang menginginkan agar nama Kampung Keling diganti menjadi Kampung Madras.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih dan anugerahNya yang sudah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan perkuliahan pada jenjang S-1. Adapun yang menjadi judul skripsi
ini adalah “Sejarah Kampung Madras di Kelurahan Madras Hulu Kota
Medan.”
Dalam melaksanakan penelitian maupun selama penulisan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan dukungan, doa dan bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Teristimewa penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis,
Ayahanda R. S. S Sinaga dan Ibunda M. br. Simbolon yang telah
membantu penulis serta senantiasa mendoakan, memotivasi penulis
untuk menyelesaikan studi ini bahkan dengan jerih payah membekali
penulis dalam studi hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dan
juga proses perkuliahan penulis di Universitas Negeri Medan, penulis
sampaikan terimakasih yang tulus dan penuh cinta.
2. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
iii
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah Universitas Negeri Medan, dan juga selaku Dosen Penguji
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
5. Bapak Syahrul Nizar S, M.Hum, M.A selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah, serta Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Jurusan
Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
selama penulis menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Sejarah, dan juga
membantu penulis menyelesaikan administrasi perkuliahan.
6. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dorongan, masukan,
arahan serta semangat dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, penulis sampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada beliau.
7. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan dosen penguji, yang telah membimbing dan membantu
penulis selama menjalani perkuliahan di Jurusan Pendidikan Sejarah
UNIMED.
8. Bapak Pristi Suhendro Lukitoyo, S.Hum, M.Si selaku Dosen Penguji,
yang telah turut memberikan masukan serta kritik dan saran yang
membangun kepada penulis.
9. Kedua adik laki-laki yang penulis sangat sayangi, Jeffry Samuel
Sinaga dan Jose Daniel Sinaga, terima kasih karena selalu mendukung
iv
menyayangi kalian berdua, dan berharap adik-adik agar terus fokus
belajar, dan meraih gelar sarjananya.
10. Sahabat yang penulis sayangi, yang selalu ada sejak kita duduk
dibangku SMA, Irawaty Septiani Turnip, Siska Enjelin Hulu, Emma
Christa Siregar, Yohana Pasaribu, Siska Sembiring, Dicky Simarmata,
Andi Sembiring, Bintang Melki, Wiratama Panjaitan, Master
Simbolon, Ririn Simarmata, Silvia Maria, serta sahabat penulis
lainnya yang tidak tertuliskan diatas, terima kasih penulis sampaikan
untuk persahabatan sejak SMA hingga saat ini, kalian adalah keluarga
bagi penulis.
11. Teruntuk Rani Hartati br. Siringo-ringo, yang telah selama 4 tahun ini
menjadi teman dan kakak bagi penulis. Segala nasihat, candaan dan
rasa kesal yang diberikan kepada penulis, saling berbagi suka dan
duka dalam berbagai situasi, penulis sampaikan terimakasih.
12. Teman-teman kelas B Reguler 2012 yang selalu bersama selama 4
tahun, berteman penuh suka duka dalam menimba ilmu bersama. Serta
teman-teman seperjuangan satu angkatan stambuk 2012 baik itu kelas
A Reguler dan juga Non Reguler, penulis sampaikan terimakasih.
13. Teman-teman seperjuangan PPLT 2015 SMK Dharma Patra
Pangkalan Berandan, terlebih untuk Doni Ardi Yunus Ndraha yang
telah banyak membantu penulis selama penelitian hingga penulisan
v
14. Pihak Kelurahan Madras Hulu, Bapak dan Ibu informan yang berada
di Kelurahan Madras Hulu, serta Ketua dan pengurus Parisada Hindu
Dharma Sumatera Utara yang bersedia memberikan informasi yang
penulis butuhkan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha keras untuk maksimal,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan
baik dari segi isi, penyusunan kata dan lain sebagainya. Oelh karena itu, penulis
bersedia menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca,
terutama mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
Medan, Agustus 2016
Penulis
Siska Dorauli Tianur Sinaga
vi
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 6
1.4 Rumusan Masalah ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.2 Kerangka Teori ... 12
2.2.1 Teori Perubahan Sosial ... 12
2.2.2 Teori Akulturasi ... 13
2.2.3 Teori Asimilasi ... 15
2.3 Kerangka Konseptual ... 15
2.3.1 Konsep Kampung ... 15
2.3.2 Konsep Madras ... 17
2.3.3 Kota Medan ... 17
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1 Metode Penelitian ... 23
3.2 Lokasi Penelitian ... 24
3.3 Sumber Data ... 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.5 Teknik Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
4.1.1 Letak dan Geografis Kelurahan Madras Hulu ... 27
4.1.2 Sejarah Kelurahan Madras Hulu ... 27
4.1.3 Kependudukan di Kelurahan Madras Hulu ... 28
4.1.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .... 28
4.1.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 29
4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ... 31
4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis ... 32
4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 35
4.1.4 Kampung Madras ... 37
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 39
4.2.1 Faktor Kedatangan Etnis Tamil ke Kota Medan ... 39
4.2.2 Terbentuknya Kampung Madras ... 45
viii
4.2.3.1 Kehidupan Ekonomi Masyarakat ... 51
4.2.3.2 Kehidupan Agama Masyarakat ... 54
4.2.4 Faktor Perubahan Nama Pada Kampung Madras ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 70
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 29
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 30
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ... 31
Tabel 4.4 Komposisi Etnik Penduduk Sumatera Timur, 1920... 33
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis ... 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pedoman Wawancara ... i
Lampiran 2. Daftar Informan ... i
Lampiran 3. Foto Lokasi Penelitian ... i
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 29
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 30
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ... 31
Tabel 4.4 Komposisi Etnik Penduduk Sumatera Timur, 1920... 33
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis ... 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pedoman Wawancara ... i
Lampiran 2. Daftar Informan ... i
Lampiran 3. Foto Lokasi Penelitian ... i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk
kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun
juga besar dari jumlah penduduknya. Penduduk kota Medan berasal dari beragam
daerah, terdiri dari suku bangsa, ras, agama, golongan sosial yang berbeda-beda.
Hingga sampai saat ini Medan adalah salah satu kota yang besar dan cukup
berkembang di Indonesia, dapat dilihat dari segi sosialnya, ekonomi, budaya,
agama, ragam penduduk dan juga nilai sejarahnya.
Hal yang menyebabkan perkembangan pesat kota Medan sampai detik ini
adalah dampak dibukanya kota Medan sebagai kota perkebunan dulunya, yaitu
industri perkebunan di Sumatera Timur yang dipelopori oleh Jacobus Nienhuys
seorang berkebangsaan Belanda. Tembakau adalah komoditi ekspor yang paling
menguntungkan dari dibukanya perkebunan di Sumatera Timur ini.
Pelzer (1985:17) mengatakan bahwa tugas untuk mensurvei keadaan pantai
timur Sumatera pertama kali diberikan kepada R. Ibbetson oleh Sekretaris
Gubernur Perusahaan Hindia Timur Inggris di Penang. Tetapi karena R. Ibbetson
jatuh sakit, ia tidak jadi melaksanakan tugas itu. Kemudian tanggal 1 Januari
1823, John Anderson diperintahkan untuk melaksanakan tugas yang terpaksa
2
Januari 1823 menuju Sumatera Timur dan kembali pada tanggal 9 April tepat tiga
bulan kemudian.
Pembukaan perkebunan Deli mengakibatkan pengaruh terhadap keberadaan
tenaga kerja, karena di daerah tersebut tidak mampu menyediakan tenaga kuli
untuk penanaman tembakau-tembakau tersebut. Kuli-kuli yang bekerja di
industri perkebunan Deli mulai didatangkan dari Cina, India, dan pulau Jawa.
Ketika itu kuli-kuli tersebut didatangkan dalam jumlah yang besar oleh
pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja ditiap
wilayah perkebunan.
Sejak dibukanya kebun-kebun yang pertama sudah dimanfaatkan tenaga
kuli bangsa India itu. Para tuan kebun lebih menyukai keterampilan dan tenaga
kuli Cina, tapi kuli India lebih menguntungkan karena lebih murah dan menurut
pertimbangan tuan kebun, berwatak lebih tenang dan tak suka berkomplot.
Kuli-kuli India ini dikenal rajin, mencintai pekerjaannya dan ahli dalam pengelolaan
hasil perkebunan maupun sebagai peternak sapi untuk diambil susunya.
Menurut Breman (1997:26) sekitar tahun 1862 perkebunan di Sumatera
Timur mulai menghasilkan produk-produk pertanian yang siap diproduksi
diantaranya adalah tembakau yang paling populer. Kini jumlah perkebunan pun
meningkat pesat. Untuk itu, pada 1869 didatangkan 800-900 orang kuli. Selain
orang Cina juga dipekerjakan beberapa ratus orang Madras (dari pesisir
Koromandel di India-Inggris), orang Siam (Thailand) dan orang Jawa.
Hingga sampai akhir tahun 1875 di Sumatera beroperasi 20 perkebunan,
3
4476 orang Cina, 459 orang India dan 316 orang Jawa. Mereka telah menjadi kuli
perkebunan selama rentang waktu yang cukup lama dan tersebar diberbagai
daerah di Sumatera Timur.
Salah satu komunitas kuli perkebunan tersebut adalah kuli Etnis Tamil yang
berasal dari India. Sebenarnya jauh sebelum mereka datang ke Sumatera Timur
untuk bekerja diperkebunan, keberadaan mereka sudah diketahui sejak abad ke-3
Masehi dalam misi penyebaran agama Hindu dan juga agama Buddha di Barus.
Kemudian berabad-abad selanjutnya, yaitu diabad ke-19 dimulailah kedatangan
imigran dan kuli Tamil ke perkebunan Sumatera Timur.
Menurut Sinar (2008:10) mereka senang bekerja di Sumatera Timur yang
pantainya panas sesuai dengan suaca didataran Tanjore, Madura, Tinenelly. Kalau
di Srilangka kuli Tamil harus menyesuaikan diri dengan udara pegunungan untuk
menanam kopi tetapi di Sumatera Timur mereka cocok dengan tanaman coklat,
lada, kelapa dan tembakau.
Untuk mendukung kehidupan mereka selama menjadi kuli perkebunan
Sumatera Timur, etnis Tamil mulai mendirikan pemukiman mereka yang terletak
di Jl. KH. Zainul Arifin (dulunya bernama Jalan Calcutta). Pemilihan wilayah ini
yang berada disepanjang Sungai Babura, yaitu sebuah sungai yang membelah kota
Medan dan menjadi jalur transportasi penduduknya dimasa lampau. Banyaknya
kuli etnis Tamil yang tinggal menetap dikawasan ini menjadikan masyarakat kota
Medan terbiasa menyebutnya dengan nama Kampung Madras.
Etnis Tamil mulai menetap di kawasan Jl. KH. Zainul Arifin ini
4
memperoleh keberhasilan ekonomi setelah tembakau Deli laku keras dan menjadi
komoditi utama industri perkebunan Deli dikancah dunia. Sekarang kawasan ini
tidak hanya didiami oleh etnis Tamil saja tetapi juga penduduk keturunan
Tionghoa (Cina), suku Aceh, suku Jawa, suku Batak dan suku Melayu.
Sejak lama, orang Medan biasa menyebutnya dengan Kampung Keling.
Dinamakan Keling karena didaerah ini dikenal sebagai komunitas orang-orang
Tamil yang berkulit hitam. Didaerah ini pula sejarah ajaran agama Hindu
berkembang dan diawali dengan berdirinya Kuil Shri Mariamman pada tahun
1884. Adanya kampung ini menjadi bukti bahwa masyarakat etnis Tamil telah
lama ada dan bermukim disini seperti halnya dengan etnis lainnya dikota Medan.
Keberadaan etnis Tamil juga ditandai dengan berdirinya sebuah mesjid yang
didirikan oleh komunitas etnis Tamil yang beragama Islam. Mesjid tersebut
bernama Mesjid Ghaudiyah yang didirikan tahun 1887. Mesjid ini terletak
dipinggir jalan, tepatnya di Jl. KH. Zainul Arifin, Kelurahan Petisah Tengah.
Kehadiran ini menunjukkan beragamnya etnis Tamil yang ada di Kampung
Madras ini.
Kampung Madras menjadi salah satu kampung yang menarik dan
menyimpan banyak ragam sejarah didalamnya juga bangunan sejarah sebagai
bukti keberadaan etnis Tamil dikota Medan. Sejak awal terbentuknya, kawasan
perkampungan ini populer dan lebih dikenal dengan sebutan Kampung Keling,
walau sekarang telah kembali namanya menjadi Kampung Madras. Perubahan ini
5
Kampung Madras terlebih lagi etnis Tamil itu sendiri, menginginkan agar kata
Keling dihapus dan kemudian diganti kembali menjadi nama Madras.
Penggunaan kata Keling dianggap memiliki konotasi negatif karena
berkaitan dengan kulit mereka yang hitam dan menimbulkan keberatan bagi etnis
Tamil itu sendiri. Selain itu, tidak pernah ditemukan ada etnis Keling maupun
daerah bernama Keling didunia. Nama Kampung Madras dianggap lebih baik dan
cocok, karena selain dapat menghilangkan kata “Keling” itu sendiri,
perkampungan itu sendiri terletak di Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan
Polonia, Kota Medan. Selain itu, masyarakat awalnya juga adalah mereka yang
berasal dari Madras, sebuah daerah di India.
Berdasarkan dasar pemikiran dan uraian yang dijelaskan pada latar belakang
tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti sebuah perkampungan yang sudah
cukup tua dan terkenal dikota Medan, kampung yang dihuni etnis Tamil yang
berasal dari India sejak dibukanya perkebunan Sumatera Timur, yaitu Kampung
Madras, dengan judul penelitian “Sejarah Kampung Madras di Kelurahan Madras Hulu Kota Medan.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi
masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Faktor kedatangan etnis Tamil ke kota Medan
2. Sejarah terbentuknya Kampung Madras
6
4. Faktor perubahan nama pada Kampung Madras
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan
melakukan pembatasan masalah terhadap penelitian tersebut. Pembatasan masalah
ini akan membantu peneliti dalam meneliti masalah yang sebenarnya. Penelitian
ini akan terfokus pada judul “Sejarah Kampung Madras di Kelurahan Madras Hulu Kota Medan.”
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja faktor kedatangan etnis Tamil ke kota Medan?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Madras?
3. Bagaimana kehidupan ekonomi dan beragama masyarakat di Kampung
Madras?
4. Apa saja faktor perubahan nama pada Kampung Madras?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor kedatangan etnis Tamil ke kota Medan.
7
3. Untuk mengetahui kehidupan ekonomi dan beragama masyarakat di
Kampung Madras
4. Untuk mengetahui faktor perubahan nama pada Kampung Madras.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat di lakukan nya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai penambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam
pembuatan karya tulis ilmiah berupa skripsi.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang
sejarah Kampung Madras yang berada di Kelurahan Madras Hulu,
Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti ataupun mahasiswa untuk
meneliti hal yang sama namun pada waktu dan lokasi yang berbeda.
4. Menambah perbendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kedatangan etnis Tamil dimulai sejak pertengahan abad ke-19
tepatnya tahun 1863 ketika Jacobus Nienhuys membawa mereka
untuk dijadikan kuli perkebunan tembakau Deli. Mereka datang ke
perkebunan bersama-sama dengan etnis Tamil dan suku Jawa yang
juga turut dibawa Belanda untuk bekerja diperkebunan.
2. Tidak hanya sebagai kuli perkebunan, kedatangan etnis Tamil ke kota
Medan yang terjadi saat kedatangan kongsi dagang VOC adalah
mereka yang berprofesi sebagai pedagang rempah. Ini dikarenakan
orang-orang India dianggap ahli dalam mengolah rempah dan dalam
perdagangan rempah.
3. Untuk etnis Tamil yang bekerja di perkebunan biasanya melakukan
pekerjaan merawat daun tembakau, sebagai pengangkut bal-bal berisi
tembakau dari satu daerah ke daerah lain, mengerjakan sarana
transportasi didaerah perkebunan, merawat sapi sebagai ternak dan
juga untuk diambil susunya sebagai konsumsi orang Belanda.
4. Etnis Tamil yang bekerja diperkebunan membentuk pemukiman
66
yang mereka dirikan ada di Kelurahan Madras Hulu dengan nama
Kampung Madras.
5. Kampung Madras adalah salah satu pemukiman etnis Tamil terbesar
di Kota Medan, yang telah ada sejak awal pembukaan industri
perkebunan tembakau Deli di Sumatera Timur (kini namanya menjadi
Sumatera Utara). Etnis Tamil memilih lokasi ini selain berada
ditengah kota, juga karena terdapat dipinggiran Sungai Babura, yang
mana sungai tersebut menjadi sumber kehidupan mereka dahulu.
Selain itu, keberadaan sungai digunakan mereka untuk sarana
transportasi dari satu daerah kedaerah lainnya.
6. Nama Kampung Madras dahulu ketika masih Kampung Keling, nama
Keling berasal dari banyak versi, ada yang mengatakan Keling berarti
hitam, sebutan Keling dari Kerajaan Kalingga, lalu ada yang
mengatakan biasa memanggil Keling karena dahulu pernah ada orang
madras yang membunuh orang Belanda yang seharusnya dipanggil
“Killing” menjadi Keling.
7. Sebagai penanda bahwa kawasan ini telah dihuni oleh etnis Tamil
sejak lama, telah didirikan sebuah Kuil bernama Kuil Shri
Mariamman yang dibangun tahun 1884 yang terletak dipersimpangan
jalan KH. Zainul Arifin dan juga Jl. Tengku Umar Medan. Tak hanya
itu, terdapat satu kuil lagi di Jl. Tengku Cik Ditiro yang bernama Kuil
Shri Kaliamman, dan juga terdapat Sikh Gurdwara Sri Guru Nanak
67
8. Selain kuil sebagai tempat peribadatan umat Hindu Tamil tersebut, di
Kampung Madras juga telah ada sebuah Mesjid yang didirikan oleh
etnis Tamil yang beragama Islam, yakni Mesjid Ghaudiyah yang
berdiri sejak sekitar tahun 1887 di Jl. KH, Zainul Arifin.
9. Keberadaan bangunan bersejarah milik etnis Tamil baik itu yang
beragama Hindu, Sikh maupun Islam, telah menunjukkan eksistensi
mereka sejak pertengahan abad ke-19 di Kota Medan.
10. Di Kampung Madras terdapat salah satu sekolah yang cukup tua,
yakni Sekolah Khalsa (Khalsa School) yang dahulu merupakan
sekolah pertama di Kota Medan yang menggunakan Bahasa Inggris.
11. Sebelum kini menjadi Pasar Tradisional Muara Takus, dahulu
merupakan kompleks pemakaman dan pembakaran mayat bagi umat
Hindu dan etnis Tamil di Kampung Madras.
12. Kampung Madras juga tidak hanya dihuni oleh masyarakatnya yang
keturunan Tamil saja, namun keberanekaragaman suku bangsa serta
agama terlihat jelas di Kampung Madras ini. Selain etnis Tamil,
kawasan ini juga dihuni oleh etnis Tionghoa, suku Batak, suku Jawa,
suku Melayu dan suku lainnya dalam jumlah yang sedikit.
13. Sifat kemajemukan yang ditemukan di Kampung Madras turut
menjadikan masyarakatnya memiliki toleransi yang tinggi dalam
kehidupan sosial maupun agama nya. Tidak ditemukan konflik
beragama maupun konflik sosial antar suku ataupu antar agama di
68
14. Agama Buddha adalah agama dengan penganut terbanyak disini,
diikuti oleh Islam, Kristen dan Hindu.
15. Kampung Madras kini tidak lagi dihuni etnis Tamil sebagai golongan
mayoritas, namun etnis Tionghoa lah yang kini menjadi mayoritas
dibidang penduduk maupun pemegang ekonomi di kawasan ini.
penyokong perekonomian masyarakatnya kebanyakan dari sektor
perdagangan, selain itu dari sektor penyedia jasa dan juga bekerja
dipemerintahan.
16. Nama Kampung Keling yang kontroversional menimbulkan gejolak
dimasyarakatnya. Keresahan mulai timbul dari masyarakat etnis Tamil
sendiri yang menginginkan perubahan nama dilakukan segera. Nama
Keling dianggap sudah sangat negatif dari waktu ke waktu, dan
tergolong sudah menyakitkan bagi mereka yang selalu dipanggil
dengan Keling.
17. Maka pada tahun 2008 saat posisi Gubernur Sumatera Utara dijabat
oleh Syamsul Arifin, dilakukan perubahan nama Kampung Keling
menjadi Kampung Madras. Syamsul Arifin yang juga memiliki darah
India ditubuhnya merasa sudah saatnya nama Kampung Keling
dihilangkan dan diganti menjadi Kampung Madras.
18. Pemilihan nama Madras sebagai pengganti Keling didasarkan daerah
asal etnis Tamil sebelum datang ke perkebunan Deli pada pertengahan
69
dikarenakan pemukiman ini berada di Kelurahan Madras Hulu maka
pemilihan Madras dirasa sudah pas dan sesuai bagi masyarakatnya.
19. Namun perubahan nama Kampung Keling ini menjadi Kampung
Madras, bukan lah sebuah proses yang berjalan mulus. Banyak
masyarakatnya yang ternyata juga kontra terhadap perubahan nama
ini. Mereka yang menolak perubahan nama memiliki alasan bahwa
nama Kampung Keling sangat bersejarah dan memiliki nilai historis
yang tinggi.
20. Perubahan yang selama ini dikatakan banyak orang nyata nya adalah
sebuah pelestarian nama pada Kampung Madras, pada kenyataannya
ini memang sudah Kampung Madras dan perlu untuk dilestarikan
namanya agar tidak lagi ada yang menyebutnya dengan Kampung
Keling.
21. Perubahan nama ini dipelopori oleh seorang Pendeta, yakni Pastor
Moses Alegessan, MA. Serta didukung oleh Gubernur Sumatera Utara
saat itu. Selain itu, turut mendukung juga, Bapak Rahudman Harahap
(Walikota Medan), Bapak Parlindungan Purba, SH. MM (Anggota
DPD/MPR RI Utusan Sumatera Utara), Bapak Daermando Purba
(Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan), Bapak Dauta Sinurat
(Asisten I Sekda Kota Medan), dan juga seluruh komponen
masyarakat Tamil Kota Medan (Masyarakat Hindu, Indian Muslim,
Buddha, Katolik dan Kristen) yang bernaung dibawah Forum
70
22. Pada tanggal 5 Agustus 2008 diadakanlah sebuah acara yang bernama
“Pesta Pelestarian Kampung Madras” yang diadakan di Kota Medan.
Juga dilakukan perubahan nama pada trayek-trayek angkutan umum
yang melintas di Kampung Madras ini, yang dahulu Kampung Keling,
kini menjadi Kampung Madras.
1.2 Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah :
1. Etnis Tamil sebagai salah satu suku bangsa pendatang ke Indonesia,
hendaknya semakin menunjukkan eksistensi nya diberbagai bidang
kehidupan yang ada.
2. Bagi pemerintah, hendaknya sensus penduduk yang dilakukan agar
kembali dilakukan berdasarkan etnis, karena data tentang etnis
sangatlah dibutuhkan masyarakat umum maupun peneliti yang ingin
melakukan kajian tentang etnis.
3. Penambahan literatur tentang sejarah awal kedatangan mereka ke Kota
Medan maupun Sumatera Utara hendaknya diperbanyak, begitu juga
dengan seluk beluk kehidupan mereka selama menjadi kelompok
masyarakat yang hidup di Indonesia.
4. Pemukiman etnis Tamil yang tertua, yakni Kampung Madras
hendaknya bisa dijadikan sebuah situs pembelajaran sejarah maupun
71
5. Bangunan bersejarah yang terdapat di Kampung Madras harus terus
dijaga, dirawat dan dilestarikan lagi keberadaannya. Jika perlu,
pemugaran dapat terus dilakukan demi memperluas lagi area Kuil Shri
Mariamman 1884 dan Mesjid Ghaudiyah 1887 agar keberadaannya
ditengah-tengah kota dapat dipertahankan untuk waktu yang sangat
lama.
6. Identitas etnis Tamil tidak boleh hilang dari Kampung Madras ini,
promosi yang gencar dan pembukaan stan kuliner maupun
kebudayaan India harus terus dilakukan dan ditambah lagi. Agar tidak
hanya etnis Tionghoa saja yang menguasai Kampung Madras ini,
masyarakat etnis Tamil juga harus diberikan ruang untuk
mengembangkan potensi mereka dalam membangun pemukiman
mereka sendiri.
7. Nama Kampung Keling sekalipun telah diubah kembali menjadi
Kampung Madras, namun masyarakat jangan sampai melupakan nama
Kampung Keling yang dahulu, karena dengan nama Kampung
Kelinglah tersimpan sejarah etnis Tamil. Nama yang begitu tinggi
nilainya dalam aspek sejarah, nama yang juga dimiliki hampir ditiap
72
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Ichwan dkk. (2013). Kebudayaan Orang India Tamil di Provinsi
Sumatera Utara. Unimed Press, Medan.
Badan Pusat Statistik Kota Medan. (2001). Kecamatan Medan Polonia dalam
Angka 2000. Badan Pusat Statistik, Medan.
Breman, Jan. (1997). Menjinakkan Sang Kuli. PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Madras Hulu Kota Medan Tahun 2012.
Daldjoeni, N. (2003). Geografi Kota dan Desa. Penerbit PT. Alumni, Bandung.
Djenen. (1983). Perkampungan di Kota Sebagai Wujud Adaptasi Sosial.
Depdikbud, Medan.
Fakultas Ilmu Sosial. (2013) Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal
Penelitian Mahasiswa. Universitas Negeri Medan, Medan. Gottschalk, Louis. (2008). Mengerti Sejarah. UI Press, Jakarta.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi I. Rineka Cipta, Jakarta.
Mayudin, Syaifuddin. (2014). Anna Amartya Dharma D. Kumarasamy (D.K).
Yayasan Sai Ganesha, Medan.
Menno, S. (1994). Antropologi Perkotaan. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Nasution, Farizal. (2012). Cagar Budaya Kota Medan. CV. Mitra, Medan.
Pelzer, Karl J. (1985). Toean Keboen dan Petani. Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.
Sadana, Agus S. (2014). Perencanaan Kawasan Pemukiman. Graha Ilmu, Jakarta.
Said, H Mohammad. (1990). Koeli Kontrak Tempoe Doeloe. PT. Harian Waspada
73
Sinar, Tengku Lukman. (2008). Orang India di Sumatera Utara. FORKALA,
Medan.
Sinar, Tengku Lukman. (2011). Sejarah Medan Tempoe Doeloe. Sinar Budaya
Group, Medan.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak, Yogyakarta.
Sztompka, Piotr. (2007). Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada, Jakarta.