• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GENDER PADA RUMAH TANGGA PETANI

DI DESA SUNTEN JAYA, KECAMATAN LEMBANG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

LUPHITA ANGELIE

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Luphita Angelie

(4)

ABSTRAK

LUPHITA ANGELIE. Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dibimbing oleh SITI AMANAH.

Usahatani merupakan salah satu alternatif mata pencaharian masyarakat pedesaan di Indonesia. Usahatani memberikan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk terlibat. Tidak hanya pada usahatani, keterlibatan laki-laki dan perempuan terdapat pada urusan rumah tangga dan sosial kemasyarakatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peranan gender pada rumah tangga petani hortikultura dan peternak di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Perempuan dan laki-laki pada kedua rumah tangga memiliki peranan gender yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan dan pengambilan keputusan reproduktif didominasi oleh perempuan, sedangkan kegiatan dan pengambilan keputusan produktif didominasi oleh laki-laki. Ciri usahatani, profil rumah tangga dan tingkat kesadaran tentang gender memiliki hubungan nyata dengan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani.

Kata kunci: usahatani, peternakan, hortikultura, gender, peranan gender

ABSTRACT

LUPHITA ANGELIE. Gender Roles of Farmers Families at Sunten Jaya Village, Lembang Sub-district, West Bandung District. Supervised by SITI AMANAH.

Farming is one of many alternative employments for the rural communities in Indonesia. Farming gave opportunity for men and women to get involved. Not only in farming, the involvement of men and women can be found in the domestic activities and social activities. The objective of this research is to analyze gender roles of horticulture farmers families and breeders families at Sunten Jaya Village, Lembang Sub-district, West Bandung District. Men and women in two types families have the different gender roles according to their abilities. Research results show that activities and decision-making in reproductive are dominated by women, whereas activities and decision-making in productive are dominated by men. In addition, characteristic of farming, characteristic of family and the level of gender awareness are affecting the level of gender equality in farmers families.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERANAN GENDER PADA RUMAH TANGGA PETANI

DI DESA SUNTEN JAYA, KECAMATAN LEMBANG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

LUPHITA ANGELIE

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

Nama : Luphita Angelie NIM : I34100153

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis tujukan hanya kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih karunia dan penyertaan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah peranan gender dalam pengelolaan sumber daya pertanian, dengan judul Peranan Gender pada Rumah Tangga Petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc selaku dosen pembimbing dan ketua departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) yang telah memberikan banyak masukan dan nasihat yang penting bagi penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis, yakni Ayahanda Hermawan Ali Rejeki dan Ibunda Tuti Budhi, Pamella Paramitha dan Aries Niko yang telah menjadi semangat ketika rasa menyerah itu datang. Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman KPM 47 atas dukungan moril baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pengumpulan data di lapangan, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Wahyono selaku Kepala Desa Sunten Jaya, Bapak Encang selaku kepala RW 10 dan Bapak Maman selaku kepala RW 06 yang telah memberikan informasi yang memadai terkait penelitian.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna, terutama bagi peminat studi gender. Amin.

Bogor, Januari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 7

Konsep Gender dan Kesetaraan Gender 7

Konsep Peran Gender 8

Rumah Tangga Petani 8

Usahatani 9

Usahatani Brokoli 10

Usahatani Sapi Perah (Ternak) 11

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis 14

Definisi Operasional 15

METODE 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Pengumpulan Data 21

Teknik Sampling 23

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Kondisi Geografis dan Administratif 27

Kondisi Penduduk 28

GAMBARAN UMUM RUMAH TANGGA PETANI DAN USAHATANI 31

Profil Rumah Tangga Responden 31

Ciri Usahatani 35

(10)

Tingkat Pengetahuan tentang Gender 41

Pola Pembagian Kerja Rumah Tangga Petani 44

Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Petani 48

TINGKAT KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER 55

DALAM RUMAH TANGGA PETANI 55

Tingkat Akses Sumber Daya Pertanian 55

Tingkat Kontrol atas Aset, Sumber Daya dan Modal 57 HUBUNGAN ANTARA CIRI USAHATANI, PROFIL RUMAH TANGGA DAN TINGKAT KESADARAN TENTANG GENDER DENGAN TINGKAT

KESETARAAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PETANI 65

Hubungan antara Ciri Usahatani dengan Tingkat Kesetaraan Gender 65 Hubungan antara Profil Rumah Tangga dengan Tingkat Kesetaraan Gender 67 Hubungan antara Tingkat Kesadaran tentang Gender dengan 70

Tingkat Kesetaraan Gender 70

SIMPULAN DAN SARAN 73

Simpulan 73

Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75

LAMPIRAN 77

(11)

DAFTAR TABEL

Rincian metode pengumpulan data 22

Pemanfaatan lahan di Desa Sunten Jaya 27

Sarana umum Desa Sunten Jaya 28

Jumlah dan persentase penduduk Desa Sunten Jaya menurut tingkat

pendidikan 28

Jumlah dan persentase penduduk Desa Sunten Jaya menurut mata

pencaharian 29

Jumlah dan persentase responden menurut usia, tahun 2013 31 Jumlah dan persentase responden menurut usia, tahun 2013 32 Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut besar

tanggungan, tahun 2013 33

Jumlah dan persentase petani hortikultura dan peternak menurut tingkat

pendidikan, tahun 2013 34

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut tingkat

pengeluaran, tahun 2013 35

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut jenis komoditas

usahatani, tahun 2013 36

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut luas lahan

usahatani, tahun 2013 36

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut modal, tahun

2013 37

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut jumlah tenaga

kerja, tahun 2013 38

Jumlah dan persentase rumah tangga petani menurut produksi brokoli per

panen, tahun 2013 38

Jumlah dan persentase rumah tangga peternak menurut produksi susu per

panen, tahun 2013 39

Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut pendapatan

usahatani per tahun, tahun 2013 39

Jumlah responden menurut pernyataan gender, tahun 2013 43 Pembagian kerja reproduktif petani hortikultura dan peternak 45 Pembagian kerja produktif rumah tangga petani brokoli, tahun 2013 46 Pembagian kerja produktif rumah tangga peternak, tahun 2013 47 Pembagian kerja sosial kemasyarakatan pada rumah tangga petani

brokoli dan peternak, tahun 2013 48

Pengambilan keputusan reproduktif pada rumah tangga responden, tahun

2013 49

Pengambilan keputusan produktif pada rumah tangga petani hortikultura,

tahun 2013 50

Pengambilan keputusan produktif pada rumah tangga peternak, tahun

2013 51

Pengambilan keputusan sosial kemasyarakatan pada rumah tangga

responden, tahun 2013 52

Tingkat akses sumber daya pertanian pada rumah tangga petani

(12)

Tingkat akses sumber daya pertanian pada rumah tangga peternak, tahun

2013 56

Tingkat kontrol pada rumah tangga petani hortikultura, tahun 2013 57 Tingkat kontrol pada rumah tangga peternak, tahun 2013 58 Tingkat manfaat pada rumah tangga petani hortikultura, tahun 2013 59 Tingkat manfaat pada rumah tangga peternak, tahun 2013 60 Tingkat partisipasi pada rumah tangga petani hortikultura, tahun 2013 61 Tingkat partisipasi rumah tangga peternak, tahun 2013 62 Persentase responden menurut ciri usahatani dan tingkat kesetaraan

gender di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, tahun 2013 65 Hubungan antara ciri usahatani dan tingkat kesetaraan gender 66 Persentase responden menurut profil rumah tangga dan tingkat

kesetaraan gender di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, tahun

2013 68

Hubungan antara profil rumah tangga dan tingkat kesetaraan gender 69 Persentase responden menurut tingkat kesadaran gender dan tingkat

kesetaraan gender di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, tahun

2013 70

Hubungan antara tingkat kesadaran tentang gender dengan tingkat

kesetaraan gender 71

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Pemikiran 14

Teknik sampling responden 23

Persentase responden menurut tingkat pendidikan 33 Jumlah responden menurut tingkat pengetahuan gender 41 Jumlah responden menurut tingkat kebutuhan pengetahuan gender 42

DAFTAR LAMPIRAN

Jadwal kegiatan mingguan penanaman brokoli (Skala produksi 1 Ha) 1 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat kesadaran tentang

gender dan tingkat kesetaraan gender pada rumah tangga petani 2 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara profil rumah tangga dan tingkat

kesetaraan gender 3

Hasil uji korelasi Rank Spearman antara ciri usahatani dan tingkat

kesetaraan gender 4

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu sektor yang menunjang kehidupan masyarakat di Indonesia adalah sektor pertanian. Bagi sebagian besar masyarakat pedesaan, sektor pertanian merupakan sumber utama pendapatan dan mata pencaharian. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki mata pencaharian sebagai petani masih mendominasi. Pada tahun 2012, persentase petani adalah 39 persen dari total keseluruhan angkatan kerja. Sebanyak 70 persen dari 120 juta penduduk yang tinggal di pedesaan masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Muspriyanto 2012). Data ini menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pembangunan pertanian harus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani dan keluarganya.

Pada kenyataannya, pembangunan pertanian Indonesia masih belum mencapai hasil yang maksimal dalam perbaikan taraf hidup para petani. Fakta menunjukkan bahwa produktivitas pertanian di Indonesia masih sangat rendah. Meskipun tenaga kerja pertanian hampir mencapai 40 persen dari total tenaga kerja di Indonesia, produktivitas pertanian masih sekitar 14 persen (Wiyanto 2013). Hal ini disertai oleh rendahnya tingkat efisiensi penggunaan sumber daya pertanian dan penerapan jenis usahatani yang masih belum sesuai dengan kondisi lokal.

Hasil produksi pertanian di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan keluarga (subsisten) maupun dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Hingga saat ini, berdasarkan hasil pencacahan Sensus Pertanian 2013 ([BPS] 2013), populasi rumah tangga usaha pertanian di seluruh Indonesia mencapai 26,13 juta rumah tangga, 5,49 ribu perusahaan pertanian berbadan hukum dan 6,17 ribu usaha pertanian lainnya. Populasi ini telah mengalami penurunan sebesar 5,04 juta rumah tangga dari 31,17 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga pada tahun 2013. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Sektor pertanian yang merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat harus lebih dikembangkan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati dan Fahmi (2008) menunjukkan bahwa lebih dari separuh (59,52 persen) petani contoh di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor memiliki pendapatan kurang dari Rp500 000 per bulan. Di samping itu, pengeluaran per bulan dari contoh keluarga berkisar antara Rp500 001 dan Rp1 000 000 dengan rata-rata Rp855 625. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan ekonomi, terutama kesulitan ekonomi, merupakan permasalahan yang paling umum dihadapi oleh rumah tangga petani.

(14)

2

antara laki-laki dan perempuan dalam ranah domestik dan publik akan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani menurut indikator BPS (Kusumo et al. 2008).

Relasi antara laki-laki dan perempuan ini dikaji dalam konsep gender. Salah satu bentuk nyata dari konsep gender di tengah masyarakat adalah peran gender. Pembagian peran gender bisa berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, disesuaikan dengan karakteristik masyarakat serta lingkungan sosial dan budayanya. Moser (1999) mengelompokkan peran gender ke dalam tiga kategori, yakni peran reproduktif yang berada di sektor domestik, peran produktif yang berada di sektor publik dan peran sosial yang berada di komunitas.

Laki-laki dan perempuan memiliki peranan gender yang berbeda. Demikian juga pembagian peran dalam rumah tangga petani. Hasil penelitian Arkaniyati (2010) menunjukkan bahwa kegiatan usahatani merupakan kegiatan produktif yang melibatkan laki-laki dan perempuan dengan peranan yang bervariasi. Kegiatan yang dilakukan laki-laki adalah pengolahan sawah, pembuatan bedengan, mencangkul, pemupukan, pengairan, pengangkutan dan pemberian benih. Kegiatan yang dilakukan perempuan adalah menanam benih, menyiram, menyiangi hama, pembersihan, dan pemilihan benih. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan bersama adalah kegiatan memanen dan pengemasan.

Adapun penelitian lainnya yang membahas pembagian kerja pada petani padi dilakukan oleh Priyadi (2005) di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Kegiatan pengolahan lahan pertanian didominasi seluruhnya oleh tenaga kerja lelaki tanpa melibatkan tenaga kerja perempuan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan juga sebagian besar dilakukan oleh laki-laki, namun masih melibatkan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja perempuan mendominasi pada kegiatan penanaman dan pemanenan hasil.

Selain melalui analisis peran gender, relasi antara laki-laki dan perempuan dapat juga dianalisis melalui perbedaan akses terhadap sumber daya. Tingkat akses sumber daya akan mempengaruhi kontrol dan manfaat serta partisipasi masing-masing pihak. Berbagai analisis relasi gender ini mengarah kepada tingkat keadilan dan kesetaraan gender pada berbagai aras masyarakat, terutama pada aras terkecil yakni rumah tangga. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia memperkirakan bahwa akses yang setara kepada sumber daya pada petani perempuan akan meningkatkan hasil pertanian di Negara Berkembang sebanyak 2,5 hingga 4 persen ([WB] 2011). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesetaraan gender merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kemajuan pertanian.

Desa Sunten Jaya merupakan salah satu desa yang memiliki keberagaman usahatani sebagai mata pencaharian utama penduduk. Desa Sunten Jaya ini terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini dikenal sebagai salah satu pemasok produk pertanian berkualitas dan terbesar di Lembang. Sebanyak 63,24 persen lahan di desa ini digunakan sebagai lahan pertanian secara luas, baik itu lahan pertanian hortikultura, pertanian pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Kondisi ini pada akhirnya mendukung perkembangan usahatani dan usaha ternak di Desa Sunten Jaya.

(15)

3 Hal ini dibuktikan oleh pengolahan limbah kotoran ternak menjadi batako dan biogas oleh rumah tangga petani.

Usahatani yang berbasis rumah tangga di Desa Sunten Jaya menyebabkan laki-laki dan perempuan terlibat secara bersama-sama dalam kegiatan ini. Laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda dalam usahatani, baik pada kegiatan pra produksi, produksi dan pasca produksi. Perbedaan peranan ini seharusnya tidak menimbulkan ketidakadilan dalam relasi gender, yang berujung pada berbagai masalah gender. Analisis relasi antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga petani sangat penting dilakukan agar kebutuhan dan kepentingan laki-laki dan perempuan yang juga berbeda dapat terpenuhi. Oleh karena itulah, penting bagi penulis untuk menganalisis pembagian peranan gender pada usahatani hortikultura, yakni komoditas brokoli, dan peternakan sapi perah di Desa Sunten Jaya beserta kaitannya dengan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani.

Perumusan Masalah

Usaha pertanian merupakan salah satu sumber utama mata pencaharian sebagian besar rumah tangga petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Populasi rumah tangga petani yang memiliki usahatani, baik pertanian pangan maupun hortikultura adalah 488 rumah tangga atau 21,84 persen dari total rumah tangga. Populasi rumah tangga peternak sapi di desa tersebut adalah 965 rumah tangga atau 43,2 persen dari total rumah tangga.

Di Desa Sunten Jaya, luas lahan yang ditanami sayur-mayur secara keseluruhan mencapai 193 hektar dengan nilai produksi sebesar Rp425 000 000 per tahun. Tingginya hasil produksi sayur-mayur ini memberikan pengaruh sangat besar bagi perekonomian desa, termasuk perekonomian rumah tangga petani. Populasi sapi perah di desa ini mencapai 2179 ekor dengan total pemilik 965 orang. Produksi susu dari sapi perah secara keseluruhan adalah 3 600 000 liter per tahunnya. Dengan demikian, kondisi pertanian dan peternakan di Desa Sunten Jaya tergolong cukup maju. Selain berasal dari dukungan pemerintah desa setempat, perkembangan sektor pertanian ini juga didukung oleh pembagian kerja dalam setiap rumah tangga. Kemajuan usahatani dan usaha ternak ini tidak dapat dilepaskan dari tingkat kerjasama dalam pembagian kerja antar anggota rumah tangga.

(16)

4

Usahatani yang berhasil memerlukan peran dan kerjasama yang harmonis antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kebutuhan, peran dan kepentingan yang khas sesuai dengan jenis kelaminnya. Kedua belah pihak memiliki potensi, pengalaman, dan kemampuan yang berbeda, namun tidak untuk dibeda-bedakan (Hubeis 2010). Dengan adanya kerjasama antara laki-laki dan perempuan, baik dalam urusan rumah tangga maupun dalam urusan usahatani, kesenjangan gender dapat berkurang. Akan tetapi, seringkali dalam sebuah program pembangunan pertanian terdapat ketimpangan antara petani laki-laki dan petani perempuan. Ketimpangan ini tampak dalam hal hal akses sumber daya pertanian dan inovasi, kontrol atas aset, modal, tenaga kerja, dan pendapatan usaha, manfaat yang dirasakan dan partisipasi dalam setiap tahapan usaha. Fausia dan Prasetyaningsih (2005) mengungkapkan bahwa mayoritas perempuan di pedesaan kurang memiliki akses, hak atas lahan dan penguasaan terhadap sumberdaya lainnya. Ketiadaan akses ini tentunya akan menyebabkan perempuan tidak memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya pertanian, seperti yang setara dengan laki-laki.

Ketidaksetaraan gender dapat mengurangi kesejahteraan laki-laki dan perempuan. Ketidaksetaraan ini memiliki dampak negatif bagi peningkatan taraf hidup dan mengurangi produktivitas laki-laki maupun perempuan, sehingga akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan ([Deptan] 2007). Akses, kontrol, manfaat dan partisipasi di Desa Sunten Jaya juga berbeda antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itulah, penting bagi penulis untuk menganalisis tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga pertanian pada dua cabang usahatani yang berbeda di Desa Sunten Jaya, yakni pertanian hortikultura (brokoli) dan peternakan sapi perah?

Tingkat kesetaraan gender ini didukung oleh banyak faktor, yakni ciri usahatani, karakteristik rumah tangga petani, maupun pandangan dan pemahaman masing-masing anggota rumah tangga tentang peranan gender. Budaya masyarakat setempat juga mengkonstruksikan tingkat kesadaran laki-laki dan perempuan terkait kesetaraan gender. Oleh karena itu, menjadi penting bagi penulis untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani Desa Sunten Jaya?

Tingkat akses, kontrol, manfaat dan partisipasi antara laki-laki dan perempuan petani ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan strategi pemberdayaan rumah tangga petani dan peternak. Upaya ini dapat dilakukan demi mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender pada setiap anggota rumah tangga, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis peranan gender dalam rumah tangga petani brokoli dan

(17)

5 2. Menganalisis tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani brokoli

dan rumah tangga peternak sapi perah.

3. Menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani brokoli dan rumah tangga peternak sapi perah yang berkaitan dengan akses, kontrol, manfaat dan partisipasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, pembuat kebijakan dan masyarakat peminat kajian gender. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut : 1. Bagi akademisi

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai peranan gender pada rumah tangga petani. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai peranan gender dalam rumah tangga petani.

2. Bagi pembuat kebijakan.

Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam menganalisis peranan gender dalam rumah tangga petani untuk membuat kebijakan terkait pembangunan pertanian dan kesetaraan gender.

3. Bagi masyarakat.

(18)
(19)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Gender dan Kesetaraan Gender

Salah satu isu penting dalam pembangunan dunia saat ini adalah isu gender. Gender menjadi sorotan para petinggi negara dan pembuat kebijakan setelah terjadinya pergeseran paradigma dari Women in Development (WID) dan Women and Development (WAD) menjadi Gender and Development (GAD). Pendekatan atau paradigma GAD tidak sama dengan dua pendekatan sebelumnya yang lebih berfokus pada satu jenis kelamin saja, yakni perempuan. Bahasan pendekatan GAD ini lebih terfokus pada hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial. Kesetaraan dan keadilan gender merupakan kunci utama keberhasilan suatu program kesejahteraan masyarakat.

Konsep gender seringkali disamaartikan dengan konsep sex atau jenis kelamin. Menurut Hubeis (2010), gender adalah suatu konsep yang menunjuk kepada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Berdasarkan definisi tersebut, gender merupakan produk sosial-budaya masyarakat, yang berbeda dari makna sex. Secara eksplisit, Quisumbing (1996) mengemukakan perbedaan antara sex dan gender. Disebutkan bahwa: “Sex refers to the innate biological categories of male and female. Gender refers to the social roles and identities associated with what it means to be a man or a woman”. Berdasarkan hal tersebut, pendefinisian gender sebagai suatu takdir, seperti yang telah berkembang di masyarakat, merupakan suatu kekeliruan.

Perbedaan yang dikonstruksikan masyarakat sebagai gender tidak akan menimbulkan masalah apabila perbedaan ini tidak berubah menjadi suatu pembedaan. Apabila salah satu pihak dirugikan dari perbedaan gender tersebut, maka dapat dipastikan bahwa terjadi suatu permasalahan gender. Permasalahan gender inilah yang sering disebut sebagai kesenjangan gender. Kesenjangan gender ini tidak semata-mata muncul akibat pembedaan gender saja, melainkan juga oleh persepsi identitas peranan gender yang dicampuradukkan dengan perbedaan jenis kelamin oleh masyarakat (Mugniesyah 2006). Adapun definisi dari kesenjangan gender (gender gap) menunjukkan adanya perbedaan dalam pendidikan, ekonomi, kesehatan dan hak berpolitik (memberi suara) dan bersikap antara laki-laki dan perempuan (Hubeis 2010).

(20)

8

Development Goals yang menentukan kesejahteraan suatu negara (Raney dkk 2011).

Konsep Peran Gender

Salah satu perwujudan konsep gender adalah peran gender. Hubeis (2010) mendefinisikan peran gender (gender role) sebagai peran perempuan atau peran laki-laki yang diaplikasikan dalam bentuk nyata menurut kultur setempat yang dianut dan diterima. Sementara itu, lebih terperinci lagi, Mugniesyah (2006) mengemukakan bahwa peranan gender adalah suatu perilaku yang diajarkan dalam masyarakat, komunitas, dan kelompok sosia tertentu yang menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu dipersepsikan umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi, dan sosial. Definisi ini menunjukkan bahwa peran gender di suatu wilayah akan berbeda dari peran gender lainnya sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

Walaupun peran gender pada tiap wilayah berbeda, namun peran ini dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe secara universal. Moser (1993) dalam Hubeis (2010) mengemukakan tiga tipe peran gender, yakni peran reproduktif, peran produktif dan peran masyarakat (sosial). Peran reproduktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan seperti menyiapkan makanan, menyiapkan air, mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara kesehatan keluarga dan mengasuh serta mendidik anak. Peran produktif merupakan pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Peran ini memperhitungkan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam aktivitas kesehariannya. Sementara itu, peran masyarakat (sosial) merupakan kegiatan jasa dan partisipasi politik. Peran jasa masyarakat seringkali dilakukan oleh kaum wanita, sementara peran politik seringkali dilakukan oleh kaum pria.

Scanzoni dan Supriyantini (2002) dalam Rachmawati (2010) mengemukakan bahwa peran gender juga dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni peran gender tradisional dan peran gender modern. Pada peran gender tradisional, pembagian tugas atau kerja dibedakan secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Sementara itu, pada peran gender modern, pembagian tugas atau kerja tidak dibedakan secara kaku berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan berada dalam posisi seimbang atau sejajar, baik dalam minat maupun kepentingannya.

Rumah Tangga Petani

(21)

9 kedekatan secara fisik dan emosional. Sebagai unit sosial ekonomi, menurut Manig (1991) dalam Dharmawan (2001) rumah tangga memiliki fungsi, yakni: 1) alokasi sumberdaya yang memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan rumah tangga, 2) jaminan terhadap berbagai tujuan rumah tangga, 3) produksi barang dan jasa, 4) membuat keputusan atas penggunaan pendapatan dan konsumsi, 5) reproduksi sosial dan materi dan keamanan sosial terhadap anggota rumah tangga.

Salah satu bentuk rumah tangga di Indonesia adalah rumah tangga petani. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), rumah tangga petani merupakan rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruhnya dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Rumah tangga petani ini umumnya memiliki ketergantungan yang kuat dengan sektor pertanian sesuai dengan komoditas yang dikembangkannya.

Usahatani

Usahatani berasal dari dua buah suku kata, yakni usaha dan tani. Usaha merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Dalam melakukan suatu usaha, pelaku usaha akan mengerahkan dan mengelola seluruh aset sumber daya yang dimiliki, seperti sumber daya alam, modal, fisik, tenaga maupun waktu. Tani merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan tanah dan sumber daya alam. Pertanian sendiri memiliki makna yang sangat luas. Tidak hanya seputar tanam-menanam, melainkan juga segala kegiatan yang memanfaatkan keberadaan makhluk hidup, seperti tanaman, hewan dan mikroorganisme. Oleh karena itulah, secara singkat, usahatani berarti kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati.

Menurut Shinta (2011), usahatani adalah kegiatan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien pada suatu usaha pertanian agar memperoleh hasil yang maksimal. Sumber daya tersebut adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Usahatani dapat dibedakan menjadi dua kelompok menurut penguasaannya, yakni usahatani perseorangan dan usahatani kooperatif. Usahatani perseorangan adalah usahatani dengan faktor produksi yang dimiliki oleh seseorang, sehingga hasil produksinya pun dikelola oleh perseorangan. Sementara usahatani kooperatif adalah usahatani dengan faktor produksi yang dimiliki bersama, sehingga hasilnya dibagi berdasarkan kesepakatan bersama.

(22)

10

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yakni faktor internal yang berasal dari pengelolaan usahatani sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari pengaruh luar usahatani. Faktor internalnya antara lain: petani pengelola, tanah, modal, tenaga kerja, teknologi, jumlah keluarga dan kemampuan petani dalam mengalokasikan dan mengelola pendapatan. Faktor eksternalnya antara lain: tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek yang menyangkut barang usahatani dan pemasaran hasil, fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani. Menurut Nasoetion (1991), usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan kehidupan para petani adalah dengan mengupayakan agar mereka mengelola usaha pertanian mereka lebih mendekati suatu bisnis. Oleh karena itulah, kegiatan usahatani milik para petani sangat penting untuk dikembangkan.

Usahatani Brokoli

Brokoli adalah salah satu tanaman sayuran, yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah dari tanaman brokoli.

Spesies : Brassica oleracea L. (Kelompok atau varietas Italica)

Bagian brokoli yang dapat dimakan adalah kepala bunga yang berwarna hijau dan tersusun rapat. Sebagian besar kepala bunga ini dikelilingi oleh dedaunan panjang dan lebar. Menurut Wahyudi (2010), syarat tumbuh dari tanaman brokoli adalah:

1. Ditanam pada tipe tanahlempung sampai lempung berpasir, gembur dan mengandung bahan organik.

2. Tanah memiliki pH (tingkat keasaman) optimum sebesar 6,0 sampai 6,8. 3. Ketinggian tempat antara 400 dan 2000 meter di atas permukaan laut.

4. Ditanam pada lokasi terbuka dan mendapatkan sinar matahari penuh serta drainase atau sistem pengairannya lancar.

Usahatani brokoli ini dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. Jadwal penanaman brokoli pada skala 1 hektar dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut ini adalah penjelasan mengenai langkah usahatani brokoli.

1. Penyiapan Bibit

(23)

11 Bumbungan ini diletakkan dan disusun pada tempat persemaian atau yang biasa disebut sebagai bedengan, lahan yang dibatasi oleh bilah kayu atau bambu.

Sebelum menanam benih, media semai pada bumbungan harus disiram dengan larutan Agrobost dengan dosis 1 mililiter per liter air hingga lembap. Benih brokoli yang telah disiapkan ditanam pada bagian tengah media semai. Permukaan bumbungan ini ditutup dengan menggunakan karung, daun pisang atau plastik. Benih ini harus disiram hingga benih berkecambah (kurang lebih 3 sampai 4 hari). Setelah berumur 23 hingga 28 hari (setidaknya memiliki minimum tiga helai daun sejati), bibit siap untuk dipindahtanamkan (transplanting) ke lahan. 2. Pengolahan Lahan

Langkah ini dimulai dengan membersihkan gulma atau sisa tanaman sebelumnya dari lahan. Kemudian lahan yang telah dibersihkan dibajak atau dicangkul untuk membalik dan memecah agregat tanah. Pada lahan dibuatkan bedengan tinggi 17-20 cm, lebar selokan 40-50 cm dan lebar 90 cm. Bedengan yang telah dibuat kemudian diberikan pupuk kandang pada bagian kanan dan kirinya, lalu diaduk ke dalam tanah.

3. Penanaman

Tahap ini dimulai dengan membuat lubang tanam dengan jarak 40 cm dalam baris dan 50 cm antar baris. Sementara itu, dilakukan penyiraman pada bumbungan persemaian hingga media menjadi lembap menjelang pemindahtanaman. Bibit ditanam satu per satu pada lubang tanam dengan tidak melepasnya dari bumbungan. Kegiatan penyiraman dapat dilakukan kembali agar bibit brokoli dapat cepat beradaptasi dengan kondisi tanah yang baru.

4. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman ini dilakukan dengan memberikan pupuk yang sesuai dengan kondisi brokoli. Pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk kimia, seperti NPK, urea dan KCl. Penyiangan rumput dan gulma juga dibutuhkan untuk menjaga kondisi tanaman brokoli. Hal yang terpenting dari pemeliharaan brokoli juga adalah pengairan yang rutin.

5. Panen

Panen brokoli dilakukan pada umur 50-70 hari setelah tanam (HST). Semakin tinggi daratan penanaman, maka umur panen tanaman akan semakin meningkat. Brokoli yang siap panen akan mengalami dua ciri berikut, yakni bentuk bunga yang seperti kubah atau permukaan atas bunga yang tidak rata lagi dan kepadatan bunga masih kompak atau belum adanya anak bunga yang mekar.

Usahatani Sapi Perah (Ternak)

Sapi merupakan salah satu hewan yang dipelihara dan dimanfaatkan sebagai ternak. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah dari hewan sapi.

(24)

12

Sapi dapat dimanfaatkan sebagai ternak, karena memiliki manfaat atau hasil, seperti susu, daging, kulit, jeroan dan tanduknya. Salah satu ras sapi adalah Bos primigenius taurus. Anggota dari ras ini adalah sapi Hereford, Aberdeen Angus, dan Simmental yang merupakan sapi pedaging dan sapi Holstein yang merupakan sapi perah. Sapi perah merupakan sapi yang mampu memproduksi susu dan berasal dari benua Eropa. Sapi perah ini dikembangbiakkan pada daerah Lembang, khususnya Desa Sunten Jaya. Dalam beternak sapi, penting untuk memperhatikan beberapa hal berikut ([BPPT] 2005).

1. Pembuatan Kandang

Kandang merupakan tempat hidup ternak. Kandang memiliki dua tipe, yakni kandang tunggal dan kandang ganda. Pada kandang tunggal, sapi ditempatkan pada satu baris sejajar. Pada kandang ganda, sapi-sapi ditempatkan dalam dua baris berjajar yang saling berhadapan, sehingga di antara kedua baris tersebut biasanya terdapat jalur untuk jalan. Tipe kandang dibuat dan disesuaikan dengan jumlah ternak.

Lokasi kandang pun seharusnya jauh dari rumah tempat tinggal. Jarak antara rumah dan kandang idealnya minimal 10 meter. Ukuran kandang harus lebih luas agar sapi dapat lebih bebas bergerak. Ukuran kandang untuk sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 meter atau 2,5x2 meter, sementara untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 meter dan untuk anak sapi adalah 1,5x1 meter.Lantai kandang dapat terbuat dari tanah padat maupun semen agar mudah dibersihkan. Lantai uga dapat dialasi dengan jerami agar sapi dapat merasa hangat. Temperatur kandang berkisar 25 dan 40 derajat Celcius dan kelembapan 75 persen.

2. Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Bibit atau calon induk sapi harus memenuhi beberapa kriteria agar anak sapi yang dihasilkan berkualitas baik. Kriteria tersebut adalah menghasilkan susu dengan produksi dan kualitas tinggi, kepala dan leher sedikit panjang, pundak tegap, jarak antara kedua kaki depan dan belakang cukup lebar, jumlah ambing tidak lebih dari 4 dan harus simetris, tubuh sehat dan tidak sering terkena penyakit. Untuk bibit sapi betina harus berumur sekitar 3,5-4,5 tahun, sedangkan untuk sapi jantan adalah 4-5 tahun. Tingkat kesuburan pada bibit juga harus baik dan tidak memiliki cacat yang bisa diturunkan kepada anaknya.

3. Sanitasi

(25)

13 4. Pemberian Pakan

Pakan sapi yang diberikan dapat digolongkan menjadi dua, yakni hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala dan rumput raja. Hijauan ini diberikan pada siang hari setelah pemerahan susu, kira-kira sebanyak 30-50 kg per ekor per harinya. Pakan konsentrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, bungkil kelapa dan mineral berupa garam dapur. Idealnya konsentrat diberikan sebanyak dua kali, yakni pada pagi dan sore hari. Pakan konsentrat yang diberikan sebanyak 1-2 kg per ekor per hari. Air minum untuk sapi juga harus selalu disediakan. Pemberian air minum sebanyak 10 persen dari berat badan sapi per harinya.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menganalisis pola pembagian peran gender dan tingkat kesetaraan gender pada rumah tangga petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gender yang dikaitkan dengan konsep usaha tani, baik itu usaha tani hortikultura maupun usaha ternak. Kegiatan usaha tani akan memperoleh hasil yang maksimal ketika terjadi pembagian peran yang seimbang dan harmonis antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga petani.Keseimbangan dan keharmonisan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan juga saling mempengaruhi tingkat keadilan dan kesetaraan gender pada rumah tangga petani. Berbagai faktor dapat mempengaruhi pembagian peran gender dan kesetaraan gender dalam rumah tangga petani.

Penelitian ini menganalisis hubungan antara ciri usaha tani (X1), profil rumah tangga (X2) dan tingkat kesadaran tentang gender (X3) dengan tingkat kesetaraan gender (Y1) dalam rumah tangga petani. Ciri usaha tani diukur melalui variabel Luas lahan (X1.1), Jenis komoditas (X1.2), Modal (X1.3), Jumlah tenaga kerja (X1.4) dan Pendapatan usaha tani per tahun (X1.5). Jenis komoditas yang berbeda antara petani brokoli dan peternak sapi perah diduga akan menjadi faktor pengaruh terpenting dalam ciri usahatani ini.

(26)

14

Ketiga variabel ini diduga memiliki hubungan nyata dengan variabel Tingkat Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga Petani (Y1). Variabel terpengaruh ini diukur melalui tingkat Akses sumber daya pertanian (Y1.1), Pengawasan atas aset, sumber daya dan modal (Y1.2), Manfaat (Y1.3) dan Partisipasi dalam Usaha tani (Y1.4). Variabel terpengaruh ini sesuai dengan wujud kesetaraan dan keadilan gender (Hubeis 2010). Seluruh variabel ini akan memberikan gambaran mengenai bagaimana pembagian peran gender pada rumah tangga petani dan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani. Berikut ini adalah gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian:

: alur hubungan langsung

Hipotesis

Secara general, hipotesis yang diajukan yaitu ciri usaha tani, profil rumah tangga petani dan tingkat kesadaran tentang gender diduga memiliki hubungan

Ciri Usaha tani (X1) (X1.1) Luas lahan (X1.2) Jenis komoditas (X1.3) Modal

(X1.4) Tenaga kerja

(X1.5) Pendapatan usaha tani per tahun

Profil Rumah tangga (X2) (X2.1) Usia anggota rumah tangga (X2.2) Besar tanggungan rumah tangga (X2.3) Tingkat pengeluaran

(X3.2) Pola pembagian kerja dalam rumah tangga

(X3.3) Pengambilan keputusan dalam RTP (Tiga peranan gender)

Tingkat Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga Petani (Y1) (Y1.1) Tingkat akses sumberdaya pertanian

(Y1.2)Tingkat kontrol atas aset, sumberdaya dan modal

(Y1.3) Tingkat manfaat

(Y1.4) Tingkat partisipasi dalam usaha

(27)

15 nyata dengan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani di Desa Sunten Jaya. Hipotesis parsial dapat dirinci sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara luas lahan usaha tani, jenis komoditas, modal, jumlah tenaga kerja, dan pendapatan usaha tani per tahun dengan tingkat kesetaraan gender pada rumah tangga petani.

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia anggota rumah tangga, besar tanggungan rumah tangga, tingkat pengeluaran, dan tingkat pendidikan anggota rumah tangga dengan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani.

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat pengetahuan tentang gender dan pertanian, pola pembagian kerja dalam rumah tangga dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga (tiga peranan gender) dengan tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga petani.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberikan batasan dan indikator pengukurannya. Berikut ini adalah rumusan operasionalisasi masing-masing peubah:

1. Ciri usaha tani adalah keadaan atau kondisi kegiatan usaha tani yang dijalankan oleh petani responden, baik dalam bidang pertanian hortikultura maupun peternakan. Variabel ini dapat diukur dengan:

a. Luas lahan usaha tani adalah besarnya kepemilikan lahan yang dikuasai oleh responden yang dinyatakan dalam ukuran baku perkalian nilai panjang dan lebar. Luas lahan ini diukur dalam satuan hektar (Ha). Luas lahan ini akan diukur sebagai berikut:

1) Sempit : jika luas lahan usaha tani berkisar kurang dari 0,5 hektar. 2) Menengah : jika luas lahan usaha tani berkisar 0,5-1 hektar.

3) Luas : jika luas lahan usaha tani berkisar lebih dari 1 hektar. b. Jenis komoditas adalah sumberdaya yang diproduksi dalam kegiatan usaha

tani responden dan memberikan pendapatan material terhadap rumah tangga responden. Jenis komoditas akan dikategorikan sebagai berikut:

Komoditas Hortikultura = label 1 Komoditas Peternakan = label 2

c. Modal adalah besarnya kebutuhan finansial yang digunakan untuk memulai dan mengelola kegiatan usaha tani responden, baik berasal dari tabungan pribadi, pinjaman, gadai maupun bantuan pemerintah. Modal ini akan diukur sebagai berikut:

1) Kecil : jika modal < – ½ sd

2) Menengah : jika modal –½ sd ≤ x ≤ + ½ sd 3) Besar : jika modal > + ½ sd

(28)

16

1) Sedikit : jika tenaga kerja pada usaha tani < – ½ sd

2) Menengah : jika tenaga kerja pada usaha tani – ½ sd ≤ x ≤ + ½ sd 3) Banyak : jika tenaga kerja pada usaha tani > + ½ sd

e. Pendapatan usaha tani adalah besarnya uang yang diterima oleh rumah tangga petani sebagai hasil dari usaha taninya dalam kurun waktu satu bulan. Pendapatan usaha tani ini dapat diukur sebagai:

1) Kecil : jika pendapatan usaha tani < – ½ sd

2) Menengah : jika pendapatan usaha tani –½ sd ≤ x ≤ + ½ sd 3) Besar : jika pendapatan usaha tani > + ½ sd

2. Profil Rumah tangga adalah kondisi spesifik rumah tangga responden petani dan peternak, baik secara sosial maupun ekonomi. Variabel ini dapat dikur dengan:

a. Usia adalah umur responden yang dihitung berdasarkan tahun kelahirannya hingga waktu diadakannya penelitian. Usia ini diukur dalam satuan tahun. Pengklasifikasian usia ini didasarkan pada teori perkembangan Hurlock (1980) dengan skala rasio. Berikut ini adalah pengkategoriannya:

1) Muda (Dewasa Awal) : 18-40 tahun 2) Madya (Dewasa Akhir) : 41-60 tahun 3) Tua (Usia Lanjut) : > 60 tahun

b. Besar tanggungan rumah tangga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang memiliki hubungan kekerabatan erat dan tinggal dalam satu bangunan rumah. Besar tanggungan rumah tangga ini dapat diukur sebagai berikut: 1) Sedikit : jika rumah tangga beranggotakan < – ½ sd

2) Menengah : jika rumah tangga beranggotakan –½ sd ≤ x ≤ + ½ sd 3) Banyak : jika rumah tangga beranggotakan > + ½ sd

c. Tingkat pengeluaran rumah tangga adalah besarnya uang yang dikeluarkan atau digunakan rumah tangga responden demi memenuhi kebutuhannya selama satu tahun. Tingkat pengeluaran rumah tangga ini dapat diukur sebagai berikut:

1) Kecil : jika pengeluaran rumah tangga < – ½ sd

2) Menengah : jika pengeluaran rumah tangga –½ sd ≤ x ≤ + ½ sd 3) Besar : jika pengeluaran rumah tangga > + ½ sd

d. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan ini diukur dengan skala ordinal dengan penggolongan sebagai berikut:

1) Rendah : Tidak bersekolah dan tamat SD/ sederajat 2) Menengah : Tamat SMP/ sederajat

3) Tinggi : Tamat SMA/ sederajat dan tamat perguruan tinggi

3. Tingkat Kesadaran tentang Gender adalah pandangan, opini, perspektif, dan pemahaman responden terhadap perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan konstruksi sosial-budaya masing-masing responden. Variabel ini dapat diukur dengan:

(29)

17 terkait gender dan pertanian. Jumlah pernyataan yang diajukan adalah sebanyak 20 pernyataan, terkait pengetahuan tentang gender, pembagian kerja gender dan kesetaraan gender.

b. Pola pembagian kerja adalah pembagian seluruh aktivitas dalam suatu rumah tangga petani sesuai peranan masing-masing anggotanya. Dalam tabel profil kegiatan, terdapat berbagai aktivitas yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis kegiatan, yakni kegiatan reproduktif (10 kegiatan), kegiatan produktif (10 kegiatan) dan kegiatan sosial (5 kegiatan). Responden dapat memilih salah satu dari tiga pilihan, yakni kegiatan laki-laki sendiri (skor 1), kegiatan perempuan sendiri (skor 2) dan kegiatan bersama (skor 3).

Kemudian jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing ranah akan dikategorikan menjadi tiga skala ordinal untuk kegiatan reproduktif dan produktif, yakni:

c. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga adalah kemampuan yang dimiliki setiap anggota rumah tangga dalam mengambil suatu keputusan terkait peranan reproduktif, peranan produktif dan peranan sosial dalam suatu rumah tangga petani. Pengambilan keputusan ini diukur dengan menilai jawaban responden atas pernyataan yang diajukan terkait peranan gender. Jumlah pernyataan yang diajukan adalah sebanyak 28 pernyataan, yakni 10 pernyataan berkaitan dengan pengambilan keputusan reproduktif, 10 pernyataan berkaitan dengan pengambilan keputusan produktif dan 8 pernyataan berkaitan dengan peranan sosial atau kemasyarakatan. Responden dapat memilih salah satu dari tiga pilihan, yakni keputusan laki-laki sendiri (skor 1), keputusan perempuan sendiri (skor 2) dan keputusan bersama (skor 3).

Kemudian jumlah skor yang diperoleh pada pengambilan keputusan reproduktif dan produktif dikategorikan menjadi tiga skala ordinal, yakni: 1) Rendah : jika skor 10-16

2) Menengah : jika skor 17-23 3) Tinggi : jika skor 23-30

Untuk pengambilan keputusan sosial, pengkategoriannya adalah sebagai berikut:

1) Rendah : jika skor 8-12 2) Menengah : jika skor 12-18 3) Tinggi : jika skor 19-24

(30)

18

a. Tingkat akses sumberdaya pertanian adalah besarnya kesempatan yang dimiliki oleh anggota rumah tangga, baik laki-laki maupun perempuan, dalam memanfaatkan, menggunakan dan memperoleh berbagai sumberdaya pertanian. Sumberdaya pertanian yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah modal fisik, modal finansial, modal teknologi dan modal alam. Akses diukur dengan menggunakan 10 jenis akses dalam pertanian yang tercantum dalam tabel. Responden dapat memilih satu dari tiga pilihan, yakni laki-laki sendiri (skor 1), perempuan sendiri (skor 2) dan bersama (skor 3).

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga skala ordinal, yakni:

1) Rendah : jika skor 10-16 2) Menengah : jika skor 17-23 3) Tinggi : jika skor 23-30

b. Tingkat kontrol atas aset, sumberdaya dan modal adalah besarnya kekuasaan yang dimiliki oleh anggota rumah tangga dalam mengatur dan mengawasi sumber daya usahatani dan usahaternak. Kontrol diukur dengan menggunakan 10 jenis kontrol atau pengawasan dalam usahatani yang tercantum dalam tabel. Responden dapat memilih satu dari tiga pilihan, yakni laki-laki sendiri (skor 1), perempuan sendiri (skor 2) dan bersama (skor 3).

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga skala ordinal, yakni:

1) Rendah : jika skor 10-16 2) Menengah : jika skor 17-23 3) Tinggi : jika skor 23-30

c. Tingkat manfaat adalah besarnya hasil yang diterima oleh laki-laki dan perempuan berdasarkan kesertaannya dalam usahatani rumah tangga. Manfaat diukur dengan menggunakan 10 jenis manfaat dalam usahatani atau usahaternak yang tercantum dalam tabel. Responden dapat memilih satu dari tiga pilihan, yakni laki-laki sendiri (skor 1), perempuan sendiri (skor 2) dan bersama (skor 3).

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga skala ordinal, yakni:

1) Rendah : jika skor 10-16 2) Menengah : jika skor 17-23 3) Tinggi : jika skor 23-30

d. Tingkat partisipasi adalah keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan suatu aktivitas. Partisipasi diukur dengan menggunakan tabel yang berisi 17 jenis partisipasi dalam usahatani hortikultura dan 10 jenis partisipasi dalam usaha ternak sapi perah. Responden dapat memilih satu dari tiga pilihan, yakni laki-laki sendiri (skor 1), perempuan sendiri (skor 2) dan bersama (skor 3).

Jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga skala ordinal untuk rumah tangga petani hortikultura, yakni:

(31)

19 Untuk rumah tangga peternak sapi perah, berikut ini adalah pengkategoriannya:

(32)
(33)

21

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan daerah ini dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini didukung oleh dua alasan mendasar, yakni kesesuaian karakteristik lokasi dengan tujuan penelitian dan kekhasan lokasi ini dibandingkan dengan lokasi lainnya akibat banyaknya sumber mata pencaharian yang dikembangkan penduduk.

Penelitian dimulai dari bulan September 2013, meliputi kegiatan penyusunan proposal, kolokium, dan perbaikan proposal. Selanjutnya pengumpulan data di lapangan, pengolahan data, penyusunan skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel atau contoh untuk mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Terdapat dua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yakni data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer ini adalah metode kuantitatif yang didukung oleh metode kualitatif.

Dengan metode kuantitatif, data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada rumah tangga sampel sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Data yang dapat dikumpulkan adalah karakteristik rumah tangga petani sampel, karakteristik usahatani yang digeluti rumah tangga petani, pembagian peran dalam rumah tangga petani, tingkat kesadaran tentang gender dalam rumah tangga petani, dan tingkat kesetaraan gender pada dua karakteristik rumah tangga petani, yakni rumah tangga petani hortikultura dan rumah tangga peternak.

(34)

22

Tabel 1 Rincian metode pengumpulan data

(35)

23

Teknik Sampling

Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2013, peneliti memilih dua RW dari 17 RW. Kedua RW tersebut adalah RW 10 dan RW 6. Terdapat tiga alasan yang mendasari pemilihan RW ini, yakni kesesuaian karakteristik kedua RW dengan syarat kajian, jumlah rumah tangga petani brokoli dan rumah tangga peternak yang terpusat pada kedua RW tersebut, dan permasalahan geografis, yakni jarak antar RW yang berjauhan akibat luasnya desa.

Kriteria Sampling Frame adalah rumah tangga dengan minimal satu anggota yang memiliki usahatani dan lahan usahatani, baik dalam bidang pertanian hortikultura (tanaman brokoli) untuk RW 6 dan peternakan sapi perah untuk RW 10. Unit analisa dari penelitian ini adalah rumah tangga. Setiap rumah tangga diwakili oleh laki-laki dan perempuan dewasa. Total rumah tangga yang menjadi responden adalah 30 rumah tangga, yakni 15 rumah tangga petani brokoli dan 15 rumah tangga peternak sapi. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana. Teknik ini dipilih karena populasi memiliki karakteristik yang homogen, yakni dalam hal mata pencaharian yang bersumber dari sektor pertanian.

Gambar 2 Teknik sampling responden

Sementara itu, teknik yang digunakan untuk menentukan informan adalah teknik non probability sampling, yakni purposive sampling. Pada teknik ini, informan dipilih secara sengaja sesuai dengan kriteria penelitian atau orang-orang

(36)

24

yang memiliki pengetahuan atau wawasan tentang informasi yang dibutuhkan, yakni tentang pembagian kerja gender pada rumah tangga petani dan faktor yang mempengaruhinya. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Sunten Jaya, Ketua RW 10, ketua RW 06 dan ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Panggupay.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum kuesioner dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh data primer penelitian, validitas dan relabilitas kuesioner telah diuji terlebih dahulu. Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan kuesioner dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan suatu kuesioner apabila digunakan untuk mengukur suatu gejala yang sama. Pengujian tersebut dilakukan secata internal dan eksternal. Pengujian secara internal dilakukan dengan menyesuaikan pertanyaan dengan konsep penelitian dan hasil penelitian terdahulu. Pengujian ini akan membuat kuesioner dapat dikatakan valid secara isi.

Pengujian secara eksternal dilakukan dengan penyesuaian istilah yang digunakan dalam kuesioner dengan bahasa, adat, dan kebudayaan masyarakat di lokasi penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan menguji kuesioner kepada tokoh adat di Desa Sunten Jaya. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat perbedaan makna antara peneliti dan responden, sehingga kuesioner akan dapat dikatakan valid secara budaya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini, baik kuantitatif maupun kualitatif, akan diolah dan dianalisis sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan. Langkah pengolahan data yang pertama adalah membuat lembar penyimpanan data pada program Microsoft Excel 2007 sesuai dengan kuesioner yang telah diajukan. Langkah kedua adalah coding atau pemindahan data dari kuesioner ke lembar penyimpanan data. Data yang dimasukkan harus dalam bentuk kode agar seragam dan mudah untuk diolah. Selanjutnya data yang telah diberikan kode harus dipindahkan ke program IBM Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 20 for Windows untuk memudahkan pembersihan dan pengolahan data. Data yang telah dibersihkan (cleaning) selanjutnya diolah sesuai rencana analisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan uji korelasi. Analisis dengan statistik deskriptif ditunjukkan dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang dan grafik. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

(37)

25

Keterangan:

rs = Koefisien Korelasi Spearman = Total Kuadrat Selisih Ranking N = Jumlah sampel penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dan lainnya, uji korelasi Spearman ini menunjukkannya dengan menggunakan nilai probabilitas atau signifikansi. Berikut ini adalah cara mengidentifikasi hubungan antar variabel:

1. Jika nilai signifikansi atau probabilitas < 0,01 atau 0,05; maka Ho akan ditolak, sehingga hubungan antar variabel signifikan atau berhubungan nyata.

2. Jika nilai signifikansi atau probabilitas > 0,01 atau 0,05; maka Ho diterima, sehingga hubungan antar variabel tidak signifikan atau tidak berhubungan nyata.

Hubungan sebab akibat pada uji Spearman ini ditunjukkan melalui tanda positif (+) dan negatif (-) di depan nilai koefisien. Tanda positif menandakan hubungan antar variabel searah, misalnya nilai variabel A yang semakin besar akan mempengaruhi nilai variabel B yang semakin besar juga. Tanda negatif menandakan bahwa hubungan antar variabel tidak searah atau berbanding terbalik, jika variabel pengaruh bernilai besar maka variabel terpengaruh bernilai kecil, begitu juga sebaliknya.

(38)
(39)

27

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Sunten Jaya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 4556,56 hektar. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan adalah sekitar 13,5 kilometer. Desa ini tergolong dalam desa daratan tinggi dengan ketinggian sebesar 1280 meter dari permukaan laut. Curah hujan di desa ini adalah 2027 milimeter dengan suhu rata-rata 20 derajat Celcius per harinya. Tingkat kemiringan lahan di desa ini adalah 30 derajat. Berikut ini adalah batas wilayah Desa Sunten Jaya:

Sebelah utara : Desa Bukanagara, Kecamatan Cisalak, Subang Sebelah selatan : Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Bandung Sebelah timur : Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Bandung Sebelah barat : Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Bandung Barat Desa Sunten Jaya ini terbagi atas 17 Rukun Warga (RW) dan 47 Rukun Tetangga (RT). Hampir sebagian besar lahan di desa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (63,24 persen) dan kehutanan (17,56 persen). Tingginya persentase pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian secara umum menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama bagi keberlangsungan hidup masyarakat Sunten Jaya. Lahan pertanian yang dimiliki merupakan aset bagi rumah tangga petani untuk memperoleh hasil pertanian yang dimanfaatkan sendiri ataupun menjadi sumber pendapatan dari usahatani. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Desa Sunten Jaya.

Tabel 2 Pemanfaatan lahan di Desa Sunten Jaya

Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 125,60 2,76

Sumber : Data Monografi Desa, 2011

(40)

28

untuk menjangkau sarana yang dibutuhkan mereka. Transportasi di dalam desa pun hanya ada pada waktu tertentu, sehingga sebagian besar masyarakat memiliki kendaraan bermotor maupun memanfaatkan tenaga dengan berjalan kaki.

Tabel 3 Sarana umum Desa Sunten Jaya

Sarana Umum Jumlah

Sumber : Data Monografi Desa, 2011

Kondisi Penduduk

Jumlah penduduk secara keseluruhan pada tahun 2011 adalah 7302 orang, yakni sebanyak 3685 orang laki-laki dan 3617 orang perempuan. Total keluarga yang tinggal di desa ini adalah 2234 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keluarga pertanian adalah 1334 rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk di desa adalah sebesar 0,4 per kilometer.

Penduduk di desa ini dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa golongan, yakni tingkat pendidikan dan mata pencahariannya.Berikut ini adalah data tingkat pendidikan warga di Desa Sunten Jaya.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa SuntenJaya menurut tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD 1095 14,99

Tamat SD/sederajat 4191 57,39

Tamat SMP/sederajat 1542 21,12

Tamat SMA/sederajat 454 6,22

Perguruan Tinggi 20 0,27

Total 7302 100

Sumber : Data Monografi Desa, 2011

(41)

29 orang tua akan pentingnya pendidikan, ditambah juga dengan kondisi perekonomian rumah tangga di desa yang menengah ke bawah.

Mata pencaharian di Desa Sunten Jaya didominasi oleh petani dan peternak. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah dan cuaca desa yang sangat cocok untuk peternakan dan pertanian, terutama pertanian hortikultura. Persentase buruh tani lebih besar dibandingkan dengan persentase petani. Dapat disimpulkan bahwa hanya beberapa persen rumah tangga petani yang menjadi pemilik usahatani, sementara penduduk yang menjadi buruh tani sangat besar persentasenya. Selain itu, masih terdapat profesi lainnya, seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, karyawan swasta, buruh migran dan lainnya. Berikut ini adalah data jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencahariannya.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sunten Jaya menurut mata pencaharian

Sumber : Data Monografi Desa, 2011

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani 488 16,22

Buruh tani 718 23,86

Buruh migran 424 14,09

Pegawai Negeri Sipil 65 2,16

Pengrajin industri rumah tangga 23 0,76

Pedagang keliling 116 3,85

Peternak 848 28,18

Pemilik Usaha Peternakan 12 0,40

Bidan swasta 3 0,10

Pembantu rumah tangga 59 1,96

TNI 2 0,07

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 55 1,83

Pengusaha kecil dan menengah 17 0,56

Karyawan perusahaan swasta 69 2,30

Karyawan perusahaan pemerintah 65 2,16

Lainnya 45 1,50

(42)
(43)

31

GAMBARAN UMUM RUMAH TANGGA PETANI

DAN USAHATANI

Profil Rumah Tangga Responden

Profil rumah tangga responden, baik yang berprofesi sebagai petani hortikultura maupun peternak, dapat dilihat berdasarkan kategori usia, besar tanggungan rumah tangga, tingkat pengeluaran dan tingkat pendidikan, Berikut ini adalah penjelasannya.

Usia

Usia responden diklasifikasikan menjadi tiga kategori sesuai dengan teori perkembangan Hurlock (1980), yakni usia muda atau dewasa awal (18-40 tahun), usia madya atau dewasa akhir (41-60 tahun) dan usia tua atau usia lanjut (lebih dari 60 tahun). Pengkategorian responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut usia, tahun 2013

Kategori Usia Laki-laki Perempuan

N % N %

Dewasa Awal (18-40 tahun) 16 53,33 20 66,67

Dewasa Madya (41-60 tahun) 11 36,67 8 26,67

Usia Lanjut (> 60 tahun) 3 10 2 6,66

Total 30 100 30 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden laki-laki dan perempuan sebagian besar berada pada kategori usia dewasa awal atau usia muda, dengan persentase masing-masing 53,33 persen dan 66,67 persen. Usia termuda untuk responden laki-laki adalah 23 tahun dan untuk responden perempuan adalah 18 tahun. Usia tertua untuk responden laki-laki adalah 68 tahun dan untuk responden perempuan adalah 62 tahun.

Dominasi usia responden pada kategori dewasa awal sesuai dengan tahapan perkembangan. Kategori usia dewasa awal merupakan usia produktif untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, baik melalui usahatani hortikultura maupun usaha ternak. Selain itu, pada tahapan perkembangan ini, seseorang biasanya akan mencari pasangan hidup, memulai sebuah keluarga, belajar hidup bersama dengan suami dan istri, dan mengasuh anak. Data primer menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase usia responden jika digolongkan berdasarkan jenis usahataninya, yakni petani hortikultura dan peternak. Perbedaan ini dipaparkan pada Tabel 7.

(44)

32

persen). Hal yang berbeda ditunjukkan oleh responden peternak. Persentase usia terbesar peternak, baik untuk responden laki-laki maupun perempuan, berada pada kategori dewasa awal, dengan masing-masing persentasenya 66,67 persen dan 80 persen.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut usia, tahun 2013 Kategori Usia

Petani Hortikultura Peternak

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

Kategori usia lanjut pada petani hortikultura untuk responden laki-laki dan perempuan memiliki persentase yang sama, yakni 13,33 persen. Pada rumah tangga peternak, hanya ada satu orang atau sebanyak 6,66 persen yang termasuk ke dalam kategori usia lanjut untuk responden laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa petani hortikultura yang berusia lanjut lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang berusia lanjut.

Masyarakat Desa Sunten Jaya pada usia dewasa awal lebih banyak memilih menjadi seorang peternak sapi perah. Pilihan ini didukung oleh kemudahan teknik budidaya sapi perah dibandingkan dengan teknik penanaman brokoli mulai dari pengolahan, panen hingga pasca panen. Selain itu, menjadi peternak sapi perah di desa ini akan memperoleh banyak kemudahan, seperti jaminan modal usaha, rantai pemasaran yang jelas, harga jual yang jelas dan prosedur pengembangbiakan yang jelas juga. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi para petani brokoli, sehingga sebagian besar petani berada pada kategori usia dewasa madya.

Besar Tanggungan Rumah Tangga

Besar tanggungan rumah tangga responden dihitung berdasarkan jumlah anggota yang tinggal dalam rumah responden. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota yang tinggal akan mempengaruhi alokasi pengeluaran rumah tangga secara keseluruhan. Besarnya tanggungan rumah tangga ini dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan perhitungan rata-rata dan standar deviasi anggota rumah tangga responden secara keseluruhan. Data besar tanggungan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 8.

(45)

33 tangga petani hortikultura, besar tanggungan rumah tangga kategori rendah dan menengah memiliki persentase yang sama, yakni 46,67 persen dari total rumah tangga petani hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa besar tanggungan rumah tangga berkisar antara 2 sampai 4 orang dalam satu rumah tangga. Besar tanggungan rumah tangga kategori banyak hanya dimiliki oleh satu rumah tangga, dengan anggota rumah tangga sebanyak 7 orang.

Hal yang berbeda ditunjukkan oleh rumah tangga peternak. Besar tanggungan rumah tangga peternak didominasi oleh kategori menengah, yakni 73,33 persen. Pada rumah tangga peternak yang menjadi responden, tidak ditemukan rumah tangga yang memiliki besar tanggungan kategori banyak.

Tabel 8 Jumlah dan persentase rumah tangga responden menurut besar tanggungan, tahun 2013

Besar Tanggungan Rumah Tangga

Petani Hortikultura Peternak Total

n % n % n %

Sedikit (2-3 orang) 7 46,67 4 26,67 11 36,67

Menengah (4-5 orang) 7 46,67 11 73,33 18 60

Banyak (lebih dari 5 orang) 1 6,66 0 0 1 3,33

Total 15 100 15 100 30 100

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenis pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni: 1) tingkat pendidikan rendah, jika responden tidak bersekolah atau telah tamat SD; 2) tingkat pendidikan menengah, jika responden telah tamat SMP; dan 3) tingkat pendidikan tinggi, jika responden telah tamat SMA atau perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase responden menurut tingkat pendidikan 77%

13% 10%

Laki-laki

Rendah

Menengah

Tinggi

63% 20%

17%

Gambar

Tabel 1  Rincian metode pengumpulan data
Gambar 2  Teknik sampling responden
Tabel 2  Pemanfaatan lahan di Desa Sunten Jaya
Tabel 4  Jumlah dan persentase penduduk Desa SuntenJaya menurut tingkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengetahui perasaan diri sendiri. 2) Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengungkapkan perasaan sendiri. 3) Keyakinan untuk

Sebuah Safety Valve (katup pengaman) adalah mekanisme katup untuk melepas suatu fluida secara otomatis dari HRSG, bejana tekanan, atau sistem lain ketika tekanan atau

Dari permasalahan tersebut diperlukan alat yang dapat mempermudah komunikasi berupa pesan singkat yang dikirim ke tunanetra berupa teks dapat di konversikan ke

Penelitian yang dilakukan oleh Dui Astuti, Joni Devitra (2017), yang berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Simpan Pinjam pada Koperasi Pegawai Negeri

Rekomendasi Kebijakan Isu-isu Strategis yang Berkualitas Persentase Rekomendasi Kebijakan Isu-isu Strategis di Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya

Ketika data ini memang sangat-sangat transparan, maka dengan sendirinya akan mengubah pola pikir masyarakat yang pada awalnya mereka terlihat acuh terhadap virus ini kemudian beralih

Sementara secara tradisional terdapat beberapa jenis alat tangkap yang digunakan menangkap tuna antara lain huhate ( pole and line ), pancing ulur ( hand line ) dan pancing tonda

Pelaksanaan seni tayub dalam kehidupan masyarakat baik itu saat pelaksanaan untuk ritual, hiburan maupun politik merupakan suatu fakta sosial yang tidak dapat dipungkiri dan