• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK

DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI

LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA

MAHASISWI IPB

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ellsa Fauziah Trieyani

NIM I14114022

__________________________

(4)

ABSTRAK

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Dengan Komposisi Lemak Tubuh Serta Kebugaran Pada Mahasiswi IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diprediksikan pada tahun 2020 sebanyak 60% kematian disebabkan akibat kebugaran jasmani yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh serta kebugaran mahasiswi IPB. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Contoh merupakan 34 orang mahasiswi IPB yang bersedia menjadi contoh serta dalam keadaan sehat. Rata-rata status gizi contoh adalah normal, asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serta mineral contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga. Sebagian besar contoh berolahraga dengan jenis olahraga jogging dengan durasi 30 menit per minggu. Komposisi lemak tubuh contoh yang tidak olahraga lebih rendah dibandingkan dengan contoh yang berolahraga. Terdapat hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi pangan sumber lemak (p=0.000, r=0.628) dengan komposisi lemak tubuh. Demikian juga terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak (p=0.001, r=0.530), durasi olahraga (p=0.000, r=0.717) dengan kebugaran.

Kata kunci: pangan sumber lemak, komposisi lemak tubuh, kebugaran

ABSTRACT

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI. Relationship of Food Consumption Patterns And Habits Sports Source Fat With Body Fat Composition And Fitness In IPB student. Supervised by LEILY AMALIA FURKON.

According to the World Health Organization ( WHO )it is predicted that 2020 around 60 % of deaths is caused by low physical fitness. The purpose of this study was to analyze the relationship pattern of food consumption and exercise habits with the composition of the IPB students body fat and fitness. The design of this study was cross sectional. Examples were 34 IPB students who were willing to be examples and in good health. Average nutritional status was normal, intake of energy, protein, fat, carbohydrate, and mineral examples like sports more than in the sample who do not like sports. Most of the examples of the type of exercise jogging exercise with a duration of 30 minutes per week . Body fat composition examples are not sports lower than the example that exercise. There is a significant relationship between the frequency of consumption of food sources of fat (p=0.000, r=0.628) and body fat composition. Similarly, there is a significant relationship between fat intake (p=0.001, r=0.530 ), exercise duration (p = 0.000 , r = 0.71 ) with fitness.

(5)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK

DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI

LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA

MAHASISWI IPB

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)
(7)

Judul : Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB

Nama : Ellsa Fauziah Trieyani NIM : I14114022

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon STP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Rimbawan Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Dengan Komposisi Lemak Tubuh Dan Kebugaran Pada Mahasiswi IPB” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Leily Amalia Furkon, STP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih keapada dr Naufal Muharam Nurdin, S.Ked selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada mahasiswi IPB yang telah bersedia dijadikan contoh dalam skripsi ini.

Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Papa, Mama, Gilang, dan Majid atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Serta terima kasih kepada seluruh keluarga dan semua saudara yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih pula kepada teman-teman alih jenis angkatan 5, asyita graha 1, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungannya yang diberikan selama menyelesaikan studi di IPB. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 2

METODE PENELITIAN 4

Desain, Waktu dan Tempat 4

Jumlah dan Cara Penarikan contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Karakteristik Contoh 10

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan 12

Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak 15

Aktivitas Fisik 17

Kebiasaan Olahraga 18

Komposisi Lemak Tubuh 19

Tingkat Kebugaran 20

Hubungan Antar Variabel dengan Komposisi Lemak Tubuh 21

Hubungan Antar Variabel dengan Kebugaran 23

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data 4

2. Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian 5 3. Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 7 4. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 8 5. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan usia, status gizi, besar uang jajan, biaya pengeluaran pangan, dan biaya pengeluaran non pangan 10 6. Kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) 12 7. Rata-rata asupan energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan 12 8. Asupan pangan sumber lemak dan kandungan energi serta zat gizi

per berat sekali konsumsi 15

9. Berat dan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak per minggu 16

10. Rata-rata PAL contoh 17

11. Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis, dan durasi

olahraga 18

12. Komposisi lemak tubuh contoh 19

13. Tingkat kebugaran contoh 20

14. Hubungan frekuensi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak

tubuh 21

15. Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi

lemak tubuh 21

16. Hubungan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh 22 17. Hubungan asupan energi dengan komposisi lemak tubuh 22 18. Hubungan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dengan

kebugaran 23

19. Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan kebugaran 23

20. Hubungan asupan lemak dengan kebugaran 24

21. Hubungan asupan energi dengan kebugaran 24

22. Hubungan kebiasaan olahraga dengan kebugaran 25

23. Hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran 25

24. Hubungan komposisi lemak tubuh dengan kebugaran 26

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber lemak dan kebiasaan olahraga terhadap komposisi lemak tubuh dan

kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor 3

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji ststistik Korelasi Pearson 29

2. Hasil uji statistik Korelasi Spearman 29

3. Hasil uji statistik Korelasi Spearman 29

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta kecerdasan yang baik. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas SDM sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan antara lain oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan WHO (1999) yang menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.

Pola hidup masyarakat di zaman modern saat ini cenderung untuk tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan ini dapat berdampak pada kesehatan. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif kardiovaskular, diabetes melitus, dan beberapa jenis kanker. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diprediksikan pada tahun 2020 sebanyak 73% kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, atau sebanyak 60% kematian disebabkan akibat kebugaran jasmani yang rendah.

Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Olahraga terbukti pula dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kebugaran seseorang. Kesehatan yang baik adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga memiliki tingkat kebugaran yang optimal.

Kebugaran merupakan suatu kondisi seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, serta memiliki kemampuan untuk hal yang bersifat mendadak. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan memerlukan tingkat kebugaran yang cukup dari empat komponen jasmani yaitu kebugaran jantung, paru dan peredaran darah, lemak tubuh, kekuatan otot dan kelenturan sendi (Efendi 2012).

Lemak merupakan sumber energi untuk latihan aerobik intensitas ringan-sedang (<50-65% VO2 max). Simpanan lemak endogen di jaringan adiposa dan di jaringan otot berada dalam bentuk trigliseralida. Trigliseralida selanjutnya diubah ke dalam bentuk gliserol dan asam lemak bebas (Free Fatty Acid) sebagai sumber energi utama selama latihan fisik. Proses pemecahan lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol disebut lipolisis(Mora et al 2000).

Sering kali overweight dan jaringan lemak tubuh dikaitkan dengan daya tahan kardiorespirasi. Menurut WHO dalam menilai daya tahan kardiorespirasi, VO2 maksimum (VO2 maks) atau konsumsi oksigen maksimum merupakan indikator tunggal terbaik yang dapat diukur secara langsung ataupun tidak langsung.

Persentase lemak tubuh adalah perbandingan massa lemak tubuh dengan komposisi tubuh. Secara sederhana komposisi tubuh dibagi menjadi dua, yaitu

(12)

Apabila seseorang memiliki pola makan yang mengkonsumsi pangan tinggi lemak secara berlebihan maka akan berakibat terjadinya kegemukan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai pola konsumsi pangan sumber lemak dan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh serta kebugaran.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pola konsumsi pangan sumber lemak dan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh dan kebugaran pada mahasiswi IPB.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis karakteristik contoh (usia, status gizi, besar uang saku, pengeluaran pangan dan non pangan).

2. Menganalisis konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi sehari.

3. Menganalisis pola konsumsi pangan sumber lemak (frekuensi makan, waktu dan jenis makanan) pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

4. Menganalisis aktivitas fisik pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

5. Menganalisis kebiasaan olahraga (jenis olahraga, frekuensi dan durasi olahraga) pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

6. Mengukur komposisi lemak tubuh pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor. 7. Mengukur tingkat kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

8. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak tubuh dan kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

9. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh dan kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

10. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

11. Menganalisis hubungan antara komposisi lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor.

Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian “Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Dengan Komposisi Lemak Tubuh Dan Kebugaran Pada Mahasiswi Institut Pertanian Bogor” yaitu diharapkan dapat menjadi masukan oleh mahasiswi untuk memahami arti pentingnya pengaturan pola makan dan olahraga terhadap kebugaran dan menambah pengetahuan sehingga dapat memahami arti pentingnya pola makan dan olahraga.

Kerangka Pemikiran

(13)

sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pendapatan, pekerjaan orangtua, dan besar keluarga) mereka masing-masing.

Status gizi dipengaruhi oleh faktor external dan faktor internal. Faktor external antara lain yaitu tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan budaya. Masalah gizi karena kemiskinan, indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut, artinya bahwa konsumsi sebuah keluarga tergantung pada pendapatan keluarganya. Sedangkan yang menentukan pendapatan keluarga adalah jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendidikan dan budaya dalam sebuah keluarga juga berpengaruh dalam menentukan jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pengolahan, distribusi dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan.

Sedang faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain yaitu usia dan kondisi fisik. Gizi secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penyakit.Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan.

Olahraga yang teratur dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan. Sebgai contoh, seorang yang sudah terbiasa berolahraga secara teratur, ia akan memiliki tungkat kebugaran yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang ridak terbiasa berolahraga. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan memerlukan tingkat kebugaran yang cukup dari empat komponen jasmani yaitu kebugaran jantung, paru dan peredaran darah, lemak tubuh, kekuatan otot dan kelenturan sendi.

(14)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor sebanyak 34 orang, dengan beberapa inklusi seperti bersedia menjadi contoh, dalam keadaan sehat, dan berstatus sebagai mahasiswi aktif IPB. Cara pengambilan contoh dilakukan secara purposive berdasarkan kebiasaan olahraga yaitu contoh yang suka olahraga dan contoh yang tidak suka olahraga.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian terdiri atas karakteristik contoh, konsumsi pangan, kebiasaan olahraga, status gizi, aktivitas fisik, komposisi lemak tubuh dan tingkat kebugaran yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan alat bantu kuesioner.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik contoh 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Besar uang jajan 4. Pengeluaran pangan 5. Pengeluaran non pangan

Menggunakan kuesioner

2 Konsumsi pangan 1. Konsumsi pangan sumber lemak 2. Asupan energi dan zat gizi 3. Jumlah dan jenis pangan yang Dikonsumsi

Menggunakan wawncara dengan metode semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan recall 2x24 jam

3 Kebiasaan olahraga 1.Frekuensi olahraga 2. Jenis olahraga

3.Durasi atau lama olahraga

Menggunakan kuesioner

5 Aktivitas fisik Aktivitas fisik hari kerja dan libur Wawancara langsung 6 Komposisi lemak

tubuh

Lemak tubuh Pengukuran langsung menggunakan

Body Composition Analyzer tipe Olympia 3.5

7 Tingkat Kebugaran Nilai VO2 max Hasil tes Balke

(15)

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan meliputi entry, coding, editing, cleaning, processing, dan analisis. Entry adalah memasukan data jawaban kuesioner. Proses coding

yaitu pemberian angka atau kode. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh data yang sudah diinput. Cleaning adalah melakukan pengecekan kembali terhadap isian data.

Data tinggi badan dan berat badan contoh digunakan untuk mengetahui status gizi contoh berdasarkan IMT. Besar uang jajan dikelompokkan menggunakan rumus interval kelas (Slamet 1993) :

IK = NT - NR ∑ Kategori Keterangan :

IK = interval kelas NT = interval tertinggi NK = nilai rendah

Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian

No Variabel Kategori Acuan

1. Status gizi (IMT)

1. Underweight (IMT ≤ 18,50)

2. Normal (IMT: 18.5-24.9)

3. Overweight (IMT: 25-29.9)

4. Obes (IMT >30)

3. Tinggi : > Rp 1.133.332,2-Rp

2.000.000

1. Defisit tingkat berat : <70% AKE

2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKE

3. Kurang : 80-89%AKE

1. Defisit tingkat berat : <70% AKP

2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKP

(16)

Tabel 2 (lanjutan) Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian

1. Kurang : 24-30 ml/kgBB/min

2. Cukup : 31-37 ml/kgBB/min

3. Baik : 38-48 ml/kgBB/min

Data konsumsi pangan berupa jenis dan berat makanan dalam gram/URT dikonversi ke dalam nilai gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) sehingga dapat diketahui kandungan gizi masing-masing bahan makanan. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi dan protein. Adapun rumus yang digunkanan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikomsumsi adalah :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = penjumlahan zat gizi I dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = kandungan zat gizi I dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan

Data konsumsi pangan sehari merupakan data konsumsi pangan rata-rata yang diambil di hari kerja dan hari libur, yaitu :

Rata-rata = ( 5 x data konsumsi hari kerja)+( 2 x data konsumsi hari libur) Konsumsi sehari 7

Pengukuran tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan konsumsi didapat dari persentase konsumsi aktual anak terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut :

(17)

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i

AKGi = Kecukupan zat gizi I yang dianjurkan Ki = konsumsi zat gizi

Perhitugan rata-rata kebutuhan energi sehari ditentukan dengan rumus Total Energy Expenditure (TEE) yaitu didapatkan dari angka metabolisme basal dengan aktivitas fisik. Metabolisme basal atau sering disebut Basal Energy Expenditure (BEE) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar kehidupan. Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) untuk wanita, HarrisBenedict menemukan sebuah metoda dengan cara perhitungan :

BEE = 655+ (9.6 x BB) + (1.8 x TB) – (4.7 x U)

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas fisik dalam sehari. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas Physical Activity

Ratio/satuan waktu

Tidur(Siang Dan Malam) 1

Tidur-Tiduran, Duduk Diam, Membaca 1.2

Duduk Sambil Menonton TV 1.72

Mandi Dan Berpakaian 2.3

Berdiri Diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.5

Berkendaraan Di Mobil/Bus/Angkutan 1.2

Makan Minum 1.6

Jalan Santai 2.5

Berbelanja (Membawa Beban) 5

Mengendarai Kendaraan 2.4

Melakukan Perkerjaan RT 2.75

Setrika Pakaian ( Duduk) 1.7

(18)

Tabel 3 (lanjutan) Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas Physical Activity

Ratio/satuan waktu

Olahraga (Badminton) 4.85

Olahraga (Jogging, Lari Jarak Jauh) 6.5

Olahraga (Bersepeda) 3.6

Olahraga (Aerobic, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.5

Kegiatan Dilakukan Dengan Duduk 1.5

Kegiatan Ringan 1.4

Memasak 2.1

Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series,

no. 724. Geneva: World Helath Organization; 2001.3

Setelah didapatkan metabolisme basal dan aktivitas fisik, maka akan didapatkan kebutuhan energi sehari dengan rumus :

TEE = BEE x PA

Keterangan :

BEE = Basal Energy Expenditure

PA = Physical Activity

Tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai aktivitas ringan, sedang, dan berat, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan 1.40-1.69

Sedang 1.70-1.99

Berat 2.00-2.40

Tingkat kebugaran diperoleh dari tes Balke. Secara luas tes Balke banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Berikut ini rumus untuk menghitung total VO2 max:

Total VO2maksimum = (Total jarak yang ditempuh ÷ 15) - 133) × 0.172) + 33.3

Sumber : Departemen Kesehatan 2005

Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan program Microsoft Excell

(19)

Definisi Operasional

Contoh adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor

Karakteristik contoh adalah kondisi contoh yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi, meliputi umur, jenis kelamin, dan besar uang jajan

Uang saku adalah pendapatan rata-rata per bulan yang diberikan oleh orangtua yang dinilai dengan rupiah.

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Kebutuhan zat gizi adalah kebutuhan zat gizi wanita dewasa awal yang dianjurkan untuk dipenuhi berdasarkan Angka kecukupan Gizi dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004.

Asupan gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi tubuh baik individu maupun kelompok setelah mengkonsumsi pangan.

Penilaian konsumsi pangan adalah menilai kualitas konsumsi makanan serta kandungan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh contoh dengan menggunakan metode semi kuantitaif food frequency questionnaire.

Semi kuantitaif food frequency questionnaire metode yang bertujuan untuk menilai frekuensi makan yang dikonsumsi dengan periode tertentu,

ukuran porsi makanan dapat diestimasi.

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan konsumsi dari rata-rata zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen.

Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani meliputi frekuensi olahraga, jenis olahraga, dan durasi atau lama olahraga.

Pangan sumber lemak adalah pangan yang memiliki kandungan lemak lebih tinggi dibandingkan kandungan zat gizi lainnya.

Komposisi lemak tubuh adalah persentase lemak tubuh yang diukur dengan alat

Body Composition Analyzer.

Kebiasaan olahraga adalah kegiatan olahraga yang dilakukan oleh contoh, meliputi frekuensi, durasi, dan jenis olahraga yang dilakukan.

Suka olahraga adalah melakukan kegiatan olahraga dalam seminggu yang terukur frekuensi dan durasi olahraga, serta diketahui jenis olahraga yang dilakukan.

Tidak suka olahraga adalah tidak melakukan kegiatan olahraga dalam waktu seminggu.

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang mengakibatkan pengeluaran energi. Diukur dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik, yang meliputi jenis dan lama kegiatan sekarang selama 24 jam dikategorikan menjadi ringan, sedang dan berat.

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh dalam penelitian ini terdiri atas usia, status gizi, besar uang jajan per bulan, pengeluaran pangan per hari, dan pengeluaran non pangan per hari. Adanya variabel karakteristik diharapkan dapat mendukung data hasil penelitian. Variabel karakteristik di bedakan berdasarkan kebiasaan olahraga contoh, yaitu contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga.

Tabel 5 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan kebiasaan olahraga

Variabel Suka Olahraga Tidak Suka Olahraga

n % n %

Usia

< 21 0 0 1 7.1

21-25 19 95 13 92.9

>25 1 5 0 0

Total 20 100 14 100

Status gizi

Kurus 3 15 1 7.1

Normal 16 80 11 78.6

Gemuk 1 5 2 14.3

Total 20 100 14 100

Besar Uang Jajan/bulan

Rendah (<Rp 566.666,6) 2 10 0 0

Sedang (Rp 566.666,7- Rp 1.133.333,2) 11 55 9 64.3

Tinggi (Rp 1.133.333,2-Rp 2.000.000) 7 35 5 35.7

Total 20 100 14 100

Pengeluaran Pangan/hari

Rendah (<Rp 12.647,5) 2 10 1 7.1

Sedang (Rp 12.647,5-Rp 29.587,7) 14 70 10 71.4

Tinggi (>Rp 29.587,7) 4 20 3 21.5

Total 20 100 14 100

Pengeluaran Non Pangan/hari

Rendah (< Rp 4.417,9) 2 10 1 7.1

Sedang (Rp 4.417,9-Rp 19.729) 14 70 10 71.4

Tinggi (> Rp 19.729) 4 20 3 21.5

Total 20 100 14 100

(21)

awal merupakan masa dari puncak perkembangan fisik dan masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima (Santrock 2002).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Irianto 2007 ). Pengukuran status gizi dilakukan dengan menggunakan indikator IMT, yaitu cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, dengan menggunakan IMT dapat diketahui apakah seseorang berat badannya berada di bawah batas minimum (underweight/kekurusan) atau berat badannya berada di atas maksimum (overweight/kegemukan). Sebagain besar contoh penelitian yang suka olahraga dan tidak suka olahraga masuk dalam kategori status gizi normal.

Uang jajan merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, untuk memenuhi keperluan harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang jajan sering menjadi suatu kebiasaan, sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang jajan yang dimiliki (Napitu 1994). Semakin banyak uang yang dimiliki memungkinkan semakin baiknya kualitas makanan yang diperoleh. Data uang jajan per bulan tertinggi sebesar Rp 2.000.000,00 dan terendah sebesar Rp 300.000,00. Uang jajan contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga umumnya termasuk dalam kategori sedang (Rp 566.666,7- Rp 1.133.333,2), yaitu masing-masing sebesar 55% dan 64.3%. Uang jajan yang didapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, sehingga jika uang saku yang didapat sedikit maka kebebasan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan juga akan semakin terbatas (Marzuki 2006).

Uang jajan per bulan digunakan untuk pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan per harinya. Pengeluaran pangan terdiri dari pengeluaran untuk makanan, minuman dan jajanan. Semakin sedikit uang saku yang didapat maka kebebasan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan akan terbatas. Sebagian besar pengeluaran pangan contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar Rp 12.647,5-Rp 29.587,7/hari. Contoh menggunakan uang jajan per bulan untuk pengeluaran pangan rata-rata sebesar 66.9%-78.3%. Dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh yang suka olahraga dan yang tidak suka olahraga menggunakan uang jajan perbulan lebih dari 50% untuk biaya pengeluaran pangan. Hal ini berarti bahwa alokasi uang jajan mahasiswi untuk keperluan lainnya, seperti hiburan, rekreasi, pakaian baru, dan lain-lain menjadi terbatas.

(22)

Kebutuhan, asupan energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi (Almatsier 2001). Kebutuhan energi dan zat-zat gizi dipengaruhi oleh faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Berikut merupakan kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE).

Tabel 6 Kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE)

Kebutuhan Suka olahraga Tidak suka olahraga

Energi (kkal) 1851.3±160.0 1770.5±180.9

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan energi contoh yang suka olahraga lebih tinggi dai contoh yang tidak suka olahraga, yaitu sebesar 1851.3 kkal. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga. Aktivitas fisik merupakan salah satu bagian dari Total Energy Expenditure (TEE).

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah yang dinilai cukup untuk meemenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Penilaian untuk analisis tingkat konsumsi gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen (Hardinsyah & Briawan 1994). Angka Kecukupan Energi menggunakan angka Total Energy Expenditure

masing-masing contoh. Berdasarkan WNPG 2004, zat gizi sehari adalah protein 50 gr/hari, kalsium 800 mg/hari, zat besi 26 mg/hari, vitamin A 500 RE/hari, vitamin B1 1.0 mg/hari, dan vitamin C 75 mg/hari.

Tabel 7 Rata-rata asupan Energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan

Tingkat Kecukupan Suka olahraga Tidak suka olahraga

n % n %

Rata-rata 33.7± 13.0 28.6± 10.6

(23)

Tabel 7 (lanjutan) Rata-rata asupan Energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan

Rata-rata asupan energi contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga, dengan rata-rata asupan energi contoh yang suka olahraga sebesar 946.1±324.0 kkal/hari. Rata-rata tingkat kecukupan gizi pada contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga termasuk dalam kategori defisit berat yaitu sebesar 45% dan 57%. Rendahnya asupan pada contoh dalam penelitian ini karena pada dasarnya mahasiswi menjaga dan membatasi asupan makananya utuk mempertahankan penampilan atau body image. Body image adalah suatu konsep pribadi seseorang tentang penampilan fisiknya. Masing-masing orang memiliki penilaian sendiri akan bentuk tubuhnya. Hasil penelitian Kusumajaya dkk (2007) menjelaskan bahwa persepsi wanita terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Selera makan wanita juga sangat berubah-ubah dari hari ke hari. Wanita pada umumnya ingin mempunyai bentuk badan yang langsing sehingga mereka tidak mau makan pagi (Hurlock (1991). Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002).

Rata-rata asupan protein pada contoh yang suka olahraga lebih tinggi yaitu sebesar 33.7 gr/hari dibandingkan dengan contoh yang tidak suka berolahraga yaitu sebesar 28.6 gr/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Permaisih (2003) yang menyatakan bahwa asupan gizi pada wanita di

Tingkat Kecukupan Suka olahraga

Tidak suka

Rata-rata 61.4± 104.5 43.1± 119.5

(24)

Indonesia biasanya kurang zat gizi makro seperti protein. Apabila hal ini berlangsung terus menerus akan berdampak kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreativitas dan daya fisik menurun dan sebagainya (Almatsier 2003).

Rata-rata asupan lemak pada contoh yang tidak suka olahraga lebih tinggi yaitu sebesar 34.6 gr/hari dibandingkan dengan contoh yang suka berolahraga yaitu sebesar 31.5 gr/hari. Rata-rata asupan karbohidrat pada contoh yang tidak suka olahraga lebih tinggi yaitu sebesar 250.3 gr/hari dibandingkan dengan contoh yang suka berolahraga yaitu sebesar 223.4 gr/hari.

Rata-rata asupan vitamin A pada contoh yang suka olahraga sebesar 344.0±206.9 RE/hari, sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga sebesar 379.3± 181.3 RE/hari. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata asupan vitamin A pada contoh yang tidak suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang suka olahraga.

Rata-rata asupan vitamin B1 pada contoh yang suka olahraga sebesar 0.6± 0.6 mg/hari, sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga memiliki rata-rata asupan vitamin B1 yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.5± 0.4 mg/hari. Vitamin B1 memegang peranan penting dalam tubuh, yaitu dalam proses transformasi energi, sintesis pentosa dan bentuk koenzim tereduksi dari niasin (Almatsier 2009). Rata-rata asupan vitamin C pada contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga yaitu sebesar 61.4± 104.5 mg/hari, sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga memiliki rata-rata asupan vitamin C sebesar 43.1± 119.5mg/hari.

Rata-rata asupan kalsium contoh yang suka olahraga sebesar 607.1± 334.7 mg/hari, sedangkan rata-rata asupan kalsium contoh yang tidak suka olahraga sebesar 686.3±335.1 mg/hari. Tercukupinya kebutuhan kalsium pada contoh yang tidak suka olahraga diduga karena pada contoh rutin dalam mengkonsumsi pangan sumber kalsium seperti susu.

Rata-rata asupan zat besi contoh yang suka olahraga sebesar 0.7± 0.6 mg/hari, dengan tingkat kecukupan sebesar 75.4%. Contoh yang tidak suka olahraga memiliki rata-rata asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang suka olahraga yaitu sebesar 0.8± 0.6 mg/hari,

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahi bahwa sebagian besar contoh baik yang suka olahraga maupun yang tidak suka olahraga memiliki kecukupan energi dalam kategori defisit berat, dengan masing-masing persentase sebesar 45% dan 57%. Sedangkan contoh yang memiliki tingkat kecukupan energi normal yaitu masing-masing sebesar 25% dan 21.4%. Begitu juga pada tingkat kecukupan protein, sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan dalam kategori defisit berat. Tingkat kecukupan lemak contoh yang suka olahraga sebesar 80% termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan untuk contoh yang tidak suka olahraga sebanyak 85.7% memiliki tingkat kecukupan lemak dalam kategori normal. Hal ini terjadi karena contoh yang suka olahraga sangat menjaga dan membatasi asupan pangan lemak. Sebagian besar tingkat kecukupan karbohidrat contoh yang suka olahraga berada dalam kategori kurang, sedangkan untuk contoh yang tidak suka olahraga memiliki tingkat kecukupan karbohidrat dalam kategori normal.

(25)

Seagian besar kedua contoh memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 dan vitamin C yang termasuk dalam kategori kurang. Tingkat kecukupan kalsium pada contoh yang tidak suka olahraga lebi baik dibandingkan dengan yang suka olahraga, yaitu dengan persentase sebesar 64.2% termasuk dalam kategori normal. Hal ini dapat terjadi karena pada contoh yang tidak suka olahraga lebih sering mengkonsumsi susu dibandingkan dengan contoh yang suka olahraga.

Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak

Tabel 8 Asupan pangan sumber lemak dan kandungan energi serta zat gizi per berat sekali konsumsi

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat. Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak linoleat (Primana 2000).

(26)

Tabel 9 Berat dan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak per minggu

Bahan makanan

Berat per minggu Frekuensi per minggu

Suka olahraga Tidak suka olahraga Suka olahraga Tidak suka olahraga

Rata-rata±SD Rata-rata±SD Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Corned beef 0± 0 17.1±64.1 0±0 0.3±1.1

Bakwan 253.0± 238.9 203.5±195.3 4.2±4.6 3.5±3.9

Blackforest 164.5± 231.9 105.3±99.1 2.9±4.5 1.6±1.5

Margarin 27.0± 34.1 30.0±40.5 2.1±2.1 2.7±3.9

(27)

Aktivitas fisik

Tabel 10 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) contoh suka olahraga dan tidak suka olahraga

Kategori PAL Suka Olahraga Tidak Suka Olahraga

n % n %

Ringan (1.40-1.69) 20 100 14 100

Sedang (1.70-1.99) 0 0 0 0

Berat (2.00-2.40) 0 0 0 0

Total 20 100 14 100

Rata-rata±SD 1.3±0.08 1.3±0.07

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam.

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui rata-rata aktivitas fisik pada contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga. Sebanyak 20 contoh dengan persentase 100% memiliki aktivitas fisik dengan kategori ringan. Hal ini juga terjadi pada contoh yang tidak suka olahraga yaitu sebanyak 14 contoh dengan persentase 100%. Contoh merupakan mahasiswi yang sebagian besar aktivitas setiap hari adalah kuliah dan mengerjakan tugas. Selain itu berbagai sarana dan fasilitas memadai hingga gerak atau aktivitas menjadi semakin terbatas. Sehingga dapat berakibat mengahambat gerak atau aktivitas.

Kebiasaan olahraga

Tabel 11 Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis olahraga, dan durasi olahraga

Variabel Suka Olahraga Tidak Suka Olahraga

n % n %

Frekuensi olahraga per minggu (kali)

0 0 0 14 100

1 12 60 0 0

2 4 20 0 0

3 3 15 0 0

5 1 5 0 0

Total 20 100 14 100

(28)

Tabel 11 (lanjutan) Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis olahraga, dan durasi olahraga

Variabel Suka Olahraga Tidak Suka Olahraga

n % n %

Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Olahraga terbukti pula dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kebugaran seseorang. Slamet (2008) menyatakan bahwa olahraga adalah kegiatan yang bersifat fisik mengandung sifat permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain. Olahraga juga merupakan suatu bentuk pendidikan dari perorangan dan masyarakat yang mengutamakan gerakan jasmani yang dilakukan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar (outdoor) secara sadar dan sistematis serta berlangsung seumur hidup dan diarahkan dapat tercapainya suatu kualitas kehidupan yang lebih tinggi.

Beberapa hal yang termasuk dalam kebiasaan olahraga adalah frekuensi, jenis olahraga, dan durasi olahraga. Berdasarkan Tabel 10 sebagian besar contoh yang suka olahraga memiliki frekuensi olahraga satu kali dalam seminggu, yaitu sebesar 60%. Olahraga dilakukan oleh contoh umumnya pada saat hari libur. Frekuensi latihan tergantung dari durasi dan intensitas latihan. Frekuensi olahraga yang dapat dilakukan bberapa kali dalam seminggu tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al. 2004).

(29)

badminton, berenang, jogging, lari, plank, sepeda. dan sit up. Sebanyak 25% contoh umumnya melakukan olahraga jogging. Hal ini dapat terjadi karena jogging merupakan jenis olahraga yang ringan dan mudah dilakukan. Selain itu terdapat contoh yang menyukai lebih dari satu jenis olahraga. Olahraga tersebut meliputi berenang dan jogging.

Sebagian contoh dengan persentase sebesar 59.1% melakukan olahraga dengan panjang durasi 30-60 menit setiap satu kali berolahraga. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ian Janssen (2013) yang menyatakan bahwa berolahraga dengan total waktu 60 menit adalah yang paling sehat, karena total waktu, jenis, dan intensitas kegiatan lebih berpengaruh bagi tubuh ketimbang frekuensi olahraga.

Komposisi lemak tubuh

Tabel 12 Komposisi lemak tubuh contoh suka olahraga dan tidak suka olahraga

Kategori Suka Olahraga

Tidak Suka

Rata-rata±SD 27.9±3.2 28.3±3.4

Komposisi tubuh adalah jumlah seluruh dari bagian tubuh. Bagian tubuh terdiri dari adiposa dan massa jaringan bebas lemak. Perubahan jaringan lemak akan menggambarkan cadangan protein tubuh. Persentase lemak tubuh adalah perbandingan massa lemak tubuh dibandingkan dengan komposisi tubuh. Secara sederhana komposisi tubuh dibagi menjadi dua, yaitu fat mass (massa lemak) dan

fat-free mass (massa tubuh yang bukan lemak) (Supariasa 2001). Pada penelitian ini contoh dikukur komposisi lemak tubuh dengan menggunakan alat Body Analyzer Composition.

(30)

Tingkat kebugaran

Tabel 13 Tingkat kebugaran contoh suka olahraga dan tidak suka olahraga

Kategori Suka Olahraga Tidak Suka Olahraga

n % n %

Kurang (24-30) 15 75 13 92.8

Cukup (31-37) 5 25 1 7.2

Total 20 100 14 100

Rata-rata±SD 29.4±2.0 28.1±1.4

Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran antara seseorang dengan orang lainnya berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan masing-masing individu. Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya (Kapasitas Aerobik Maksimal=VO2Max). Salah satu cara penting untuk menentukan kesegaran kardiovaskular adalah mengukur besarnya VO2Max.

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui tingkat kebugaran contoh yang suka olahraga dengan contoh yang tidak suka olahraga. Contoh yang suka olahraga memiliki tingkat kebugaran yang lebih tinggi dengan kategori cukup yaitu dengan persentase sebesar 25%, dibandingkan dengan tingkat kebugaran contoh yang tidak suka olahraga. Orang yang sering melakukan aktifitas olahraga mempunyai VO2max yang lebih besar daripada orang yang aktifitas fisiknya biasa-biasa saja. Seseorang yang mempunyai VO2 max tinggi dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum merasa lelah dibandingkan dengan mereka yang mempunyai VO2 max lebih rendah (Kuntaraf & Kuntaraf 2006).

Hubungan antar variabel dengan komposisi lemak tubuh

Tabel 14 Hubungan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak tubuh

(31)

tubuh yang baik, dengan rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber lemak sebanyak 0.2-3.5 kali per minggu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Krachler (2006) yang menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pangan lemak dengan komposisi lemak tubuh. Menurut Tuminah (2009) bahwa frekuensi asupan lemak yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama kegemukan, tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan kanker usus serta dikaitkan juga dengan sejumlah gangguan lainnya. Hubungan antara frekuensi makan dengan komposisi lemak tubuh sudah bnyak dikaji bahwa frekuensi makan berpengaruh pada metabolisme lemak dan glukosa (Amelia 2009). Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi dan gizi setiap hari, laporan terbaru dari National Academies Institute of Medicine menyebutkan bahwa orang dewasa sebaiknya mendapatkan 20-35% dari lemak.

Tabel 15 Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak tubuh termasuk dalam kategori komposisi lemak yang baik, yaitu dengan sebaran 69.3-206.5 gram per minggu. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara berat konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak tubuh (p=0.00, r=0.381). Menurut Amelia (2009) komposisi lemak tubuh sangat bervariasi antar individu dan tergantung dari beberapa hal yaitu salah satunya adalah kebiasaan makan.

Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Mahan, LK dan Escott Stump, S 2008).

Tabel 16 Hubungan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh

(32)

Tabel 16 menunjukkan contoh dengan durasi olahraga dalam kategori kurang memiliki komposisi lemak tubuh yang termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 56.3%. Berdasarkan hasil kolerasi Spearman (p= 0.739, r= -0.080) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi olahraga dengan komposisi lemak tubuh. Hal ini dapat terjadi karena durasi olahraga yang dilakukan contoh belum maksimal. Hasil kolerasi sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Bolivar (2013) dengan contoh wanita sebanyak 217 orang di wilayah Columbia. Terdapat kolerasi negatif antara durasi olahraga dengan komposisi lemak tubuh. Menurut Bolivar frekuensi dan durasi olahraga yang tinggi per minggu dapat mengurangi kadar lemak dalam tubuh.

Tabel 17 Hubungan asupan energi per hari dengan komposisi lemak tubuh

Asupan energi per hari

Berdasarkan hasil kolerasi Spearman (p=0.84, r= 0.036) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan komposisi lemak tubuh. Hal ini dapat terjadi karena diduga saat pengambilan data recall. Contoh merasa malu untuk mengungkapkan apa saja yang sebenarnya di konsumsi Dapat diketahui berdasarkan Tabel 17 sebanyak 66.7 % contoh yang memiliki asupan kurang dari 912.6 kkal, komposisi lemak tubuh contoh termasuk dalam kategori lebih. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM 2002).

Hubungan antar variabel dengan kebugaran tubuh

(33)

Berdasarkan hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dengan kebugaran tubuh (p=0.554, r=0.105). Sebagian besar contoh memiliki kebugaran tubuh dalam kategori kurang, yaitu sebesar 92%. Dengan sebaran frekuensi konsumsi pangan sumber lemak antara 0.2-3.5 kali per minggu. Beberapa penelitian epidemiologi telah mengamati hubungan antara frekuensi kebiasaan orang, hasilnya berhubungan dengan berat badan bukan kebugaran tubuh.

Tabel 19 Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan kebugaran tubuh

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebesar 75% contoh yang memiliki frekuensi konsumsi pangan sumber lemak 69.3-206.5 gram per minggu memiliki kebugaran tubuh yang kurang. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak tubuh (p=0.043, r=0.348). Hal ini sejalan dengan Sharkey (2003) untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik, seseorang harus berpola hidup sehat. Beberapa aspek yang harus dipenuhi adalah mengatur makanan, mengatur waktu istirahat, dan berolahraga.

Tabel 20 Hubungan asupan lemak dengan kebugaran

Hasil uji kolerasi Spearman menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan lemak per hari dengan kebugaran tubuh (p=0.001, r= 0.530). Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2013) yang mengemukakan bahwa hubungan antara asupan lemak dan nilai VO2max sangat bermakna (0,05≤ p ≤0,1). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20 yang menunujukkan bahwa contoh yang memiliki asupan lemak sebesar >46.5 gram per hari memiliki tingkat kebugaran dalam kategori yang cukup.

(34)

ATP dan Creatine Phosphate, selanjutnya energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat (glycogen). Apabila kerja otot berlangsung lebih lama, lemak menjadi sumber energi utama dari pada karbohidrat. Cadangan lemak akan dipecah dengan bantuan hormon norepinephrine untuk memobilisasi asam lemak bebas yang kemudian akan dioksidasi di dalam Siklus Krebs (Murray 2003).

Tabel 21 Hubungan asupan energi dengan kebugaran

Hasil uji kolerasi Spearman menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi per hari dengan kebugaran tubuh (p=0.008, r= 0.448). Hasil ini sejalan dengan penelitian Fajarwati (2006) adanya hubungan positif yaitu bila asupan energi responden cukup maka tingkat kebugaran (V02 Max) akan baik. Menurut Perry Howard (1997: 37-38) faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran salah satunya adalah asupan energi. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa contoh sebesar 20% dengan asupan energi yang berkisar lebih dari 1254.9 kkal memiliki tingat kebugaran dalam kategori cukup dengan persentase 75%.

Tabel 22 Hubungan kebiasaan olahraga dengan kebugaran

Hasil kolerasi dengan uji Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi olahraga dengan kebugaran (p=0.274 r=0.257). Hal ini dapat terjadi karena contoh belum maksimal dalam melakukan olahraga, sehingga belum memiliki kebugaran yang maksimal. Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa contoh dengan durasi olahraga dalam kategori cukup memiliki kebugaran yang termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebanyak 100%.

Komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan antara lain adalah kebugaran kardiopulmonal dan kebugaran muskuloskeletal (termasuk kekuatan, daya tahan dan kelenturan otot). Kebugaran kardiopulmonal didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk

(35)

menyediakan oksigen guna kerja otot selama aktivitas yang ritmik dan kontinyu dengan melibatkan kelompok besar otot.

Tabel 23 Hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran

Hasil kolerasi dengan uji Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (p=0.210, r=0.224). Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa semua contoh memiliki aktivitas fisik dalam kategori ringan. Seperti yang diketahui bahwa aktivitas mahasiswi sebagian besar hanya kuliah, mengerjakan tugas, dan menonton tv. Sehingga sebagian besar contoh memiliki kebugaran tubuh yang termasuk dalam kategori kurang. Hal ini sejalan dengan penelitiaSolikhah (2012) menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran. Aktivitas fisik dinyatakan tidak berhubungan secara statistik dengan kebugaran. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak seimbangnya antara jumlah energi yang dikonsumsi dari makanan dengan aktivitas fisik (olahraga) yang dilakukan. Aktivitas fisik yang dilakukan manusia memerlukan energi dan zat-zat gizi. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi tersebut sebanding dengan kadar aktivitas fisik yang dilakukan. Perbedaan jenis dan bentuk latihan/olahraga yang dilakukan akan berpengaruh pada komposisi zat makanan yang harus diterima.

Tabel 24 Hubungan komposisi lemak tubuh dengan kebugaran

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui sebanyak 85.8% contoh memiliki komposisi lemak tubuh yang termasuk dalam kategori baik dengan tingkat kebugaran yang termasuk dalam kategori yang kurang. Hasil uji kolerasi Spearman (p=0.970, r= 0.007) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komposisi lemak tubuh dengan kebugaran tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Kiflu (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komposisi lemak tubuh dengan kebugaran.

(36)

Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya (Kapasitas Aerobik Maksimal=VO2 Max). Salah satu cara penting untuk menentukan kesegaran kardiovaskular adalah mengukur besarnya VO2 Max. Kebugaran tubuh dapat ditingkatkan dengan pemantauan status gizi yang baik serta penyediaan asupan makanan yang seimbang dan aktivitas fisik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata rentang usia contoh 20-29 tahun. Sebagian besar contoh memiliki status gizi bormal. Rata-rata rentang uang jajan contoh per bulan Rp 566.666,7-Rp 1.133.333,2. Biaya pengeluaran pangan rata-rata contoh yaitu sebesar 66.9%-78.3% dari uang jajan per bulan. Rata-rata biaya pengeluaran non pangan contoh yaitu 23.3%-52% dari uang jajan per bulan.

Asupan energi dan zat gizi contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak suka olahraga. Frekuensi dan berat konsumsi pangan sumber lemak contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga. Sebagian besar contoh suka berolahraga dengan jenis olahraga jogging dengan durasi 30-60 menit per minggu. Komposisi lemak tubuh contoh yang suka olahraga lebih rendah dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga. Aktivitas fisik contoh diukur berdasarkan PAL. Sebagian besar PAL contoh masuk dalam kategori ringan.

Terdapat hubungan signifikan antara frekuensi dan berat konsumsi pangan sumber lemak (p=0.000, r=0.628), (p=0.003, r=0.381) dengan komposisi lemak tubuh. Berat konsumsi pangan sumber lemak (p=0.043, r=0.348), asupan lemak (p=0.001, r=0.530), kebiasaan olahraga (p=0.000, r=0.717) dengan kebugaran.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Rizki. 2009. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Faktor-faktor lain dengan Status Lemak Tubuh Pada Pramusaji Di Pelayanan Gizi Unit Rawat Inap Terpadu A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Bellisle F et. al. 2006. Meal frequency and energy balance. Br J Nutr. (1997) 77 (Suppl 1):S57-70. cross-sectional study. Nutrition Journal 2006, 5:34 Bolivar Moreno. 2012. Correlation of anthropometric variables, conditional and

exercise habits in activite olders. Columbia Medica Vol 43 No 3 2012. Demura Shinichi. 2011. Influence of exercise habits and physical fitness level on

subjective fatigue symptoms in adolescent students. Japanese Journal of Physical Fitness and Sports Medicine, Vol 3 581-592.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jantung (Vo2 Max) Peserta Senam Aerobik di Sanggar Senam dan Fitness Centre Kartika Dewi Yogyakarta. Research Report Program Pascasarjana Univeritas Gadjah Mada.

[IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.

Janine Clarke and Ian Janssen. 2013. Is the frequency of weekly moderate-to-vigorous physical activity associated with the metabolic syndrome in Canadian adults. Journal Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism Volume 38.

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Kiflu Adane Alemmebrat, Reddy R.C, Syam Babu M. 2012. Relationship of Body Fat Percentage and Selected Physical Fitness Performances between Overweight and Normal Weight Sedentary Young Male Adults. Research Journal of Recent Sciences Vol.1(12), 15-20, December (2012).

Krachler Benno. 2006. Reported food intake and distribution of body fat: a repeated

(38)

Kusumajaya,Ngurah.A.A, dkk. Persepsi Remaja Terhadap Body Image (Citra Tubuh) Kaitannya dengan Pola Konsumsi Makan dan Status Gizi. Jurnal Skala Husada 2007; 5(2);114-25.

Lawson H. 1994. Foods Oils and Fats. Chapman&Hall. New York.

Mahan K. dan Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi XXV. Jakarta : EGC.

Nieman D.2001. The exercise test as a component of the total fitness evaluation.Primary Care Clinics in Office Practice 28 :1-13.

Permaisih D. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-permaisih-886-gizi.

Sharkey, B.J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal : 71-74.

Solikhah. 2012. Hubungan Antara Pola Konsumsi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Tuminah Sulityowati. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak

(39)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji statistik Korelasi Pearson

Variabel Kebugaran

Aktivitas fisik Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

0.224 0.210 34

Lampiran 2 Hasil uji statistik Korelasi Spearman

Variabel Komposisi lemak Asupan energi Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.036 0.841 34

Lampiran 3 Hasil uji statistik Korelasi Spearman

Variabel Kebugaran Asupan lemak Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) Aktivitas fisik Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.224 0.210 34 Komposisi lemak tubuh Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

(40)

Lampiran 4 Kuesioner penelitian

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DAN

KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI LEMAK

TUBUH SERTA KEBUGARAN PADA MAHASISWI IPB

Kode responden : A. Halaman Muka

1. Nama Lengkap :

2. Jenis kelamin :

3. Jurusan /NIM :

4. Umur :

5. No. Telp/HP :

6. Tempat tinggal :

7. Tempat, Tanggal Lahir :

8. Data Antropometri

a) BB :

b) TB :

9. Besarnya uang jajan/bulan : 10.Sumber pendapatan/bulan

a) Orang tua / keluarga, besarnya :

b) Beasiswa, besarnya :

c) Lainnya (sebutkan) :

11.Pendidikan orang tua :

12.Pengeluaran biaya pangan/hari : 13.Pengeluaran biaya non pangan/hari : 14.Jenis Olahraga yang disukai/lakukan :

a) Frekuensi : (dalam 1 minggu/bulan)

b) Durasi : jam/menit (salah satu)

(41)

B. Data Konsumsi Pangan

FOOD RECALL 2 x 24 JAM

Hari biasa

Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan

Makan Pagi

Selingan

Makan siang

Selingan

(42)

Hari libur

Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan

Makan pagi

Selingan

Makan siang

Selingan

(43)

Food Ferquency Quitioners (FFQ)

No Namapangan Frekuensi konsumi dalam Banyaknya (gram/URT) Hari Minggu Bulan

1 Telur ayam 2 Telur bebek 3 Telur puyuh 4 Daging 5 Ikan 6 Ayam 7 Susu 8 Keju

9 Jeroan (kulit, babat,dll) 10 Alpukat 11 Margarin 12 Santan 13 Gorengan 14 Kue manis

(pastry) 15 Biskuit 16 Lainnya... 17

(44)

C. Aktivitasfisik (Hari biasa)

Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)

(45)

D. Aktivitasfisik (Hari libur)

Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)

(46)

E. Hasil Pengukuran Kebugaran

a) Jarak yang ditempuh dalam waktu 15 menit : meter b) Denyut nadi sebelum melakukan test :

c) Denyut nadi setelah melakukan test :

F. Hasil Pengukuran komposisi Lemak Tubuh dengan Body Analyzer Composition

Bagian Lemak Jumlah

(47)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber lemak dan
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
Tabel 2 (lanjutan) Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status antropometri (indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang pinggul) merupakan beberapa faktor yang

Perbedaan Konsumsi Cairan, Status Gizi, Aktivitas Fisik Dan Persen Lemak Tubuh Pada Murid Kelas VII SLTPN 69 Jakarta.. Fakultas Kedokteran

Gambaran serta Hubungan antara Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara teknik pengukuran komposisi tubuh, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang dengan

Bagaimana hubungan antara teknik pengukuran komposisi tubuh berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan kebugaran kardiorespirasi pada mahasiswi FK

Hasil penelitian dapat disimpulkan ternate tidak menunjukan hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh (IMT) dan komposisi lemak tubuh

Hasil uji regresi antara perbedaan konsumsi cairan, status gizi,aktivitas fisik dan persen lemak tubuh menunjukkan nilai r = 0,486, yang berarti ada hubungan

PERBEDAAN ASUPAN LEMAK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA PADA SISWA DENGAN STATUS GIZI OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT Differences of fat intakeand exercise habitsbetween overweight and