• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G. Bimaculatus) Dan Jangkrik Celiring (G. Mitratus) Di Kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G. Bimaculatus) Dan Jangkrik Celiring (G. Mitratus) Di Kota Bekasi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN JANGKRIK KALUNG

(

G. bimaculatus

) DAN JANGKRIK CELIRING

(

G. mitratus)

DI

KOTA BEKASI

MUHAMMAD FAJAR SIDIQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G. bimaculatus) dan Jangkrik Celiring (G. mitratus) di Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Muhammad Fajar Sidiq

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAJAR SIDIQ. Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G. bimaculatus) dan Jangkrik Celiring (G. mitratus) di Kota Bekasi. Dibimbing oleh ASNATH M FUAH dan BURHANUDDIN.

Budidaya jangkrik di Indonesia sendiri masih belum berkembang secara luas. Potensi yang menjanjikan secara ekonomi dan permintaan pasar yang selalu ada, membuat ternak jangkrik dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pembibitan jangkrik merupakan faktor utama dalam peternakan janglrik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis usaha dan koefisien teknologi dibidang usaha pembibit jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) dan jangkrik celiring (Gryllus mitratus) di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, kota Bekasi. Umur awal jangkrik bertelur 32 hari untuk jangkrik kalung dan celiring 40 sampai 45 hari, umur afkir jangkrik 50 hari dan 65 hari. Sex ratio yang digunakan 1:3 jantan:betina kepadatan kandang jangkrik kalung 1.7 cm2 ekor-1 dan jangkrik celiring 1.4 cm2 ekor-1. Usaha pembibitan jangkrik di Kelompok Tani Perwira memiliki potensi bisnis, dengan pendapatan bersih sebesar Rp 11 628 000 per periode, R/C ratio 2.1 dan BEP unit kalung 113 ons, BEP unit celiring 75 ons. Jika biaya tenaga kerja, pakan sayuran dan klaras Rp. 0, maka pendapatan bersih Rp. 13 500 000 per periode, R/C ratio 2.6 dan BEP unit kalung 44 ons dan BEP unit celiring 30 ons.

Kata kunci: analisis usaha, pembibitan jangkrik

ABSTRACT

MUHAMMAD FAJAR SIDIQ. Business Analysis Of Kalung And Celiring Cricket Breeding At Bekasi city. S oleh ASNATH M FUAH and BURHANUDDIN.

Crickets farming in Indonesia is still not extensively developed. Economically, cricket enterprise is very promising business to meet market needs. Cricket breeding is a major factor in cricket’s farming. This study was conducted to determine the business analysis and analyses of technical and influencing factors in breeding of kalung crickets (Gryllus bimaculatus) and celiring crickets (Gryllus mitratus) in Perwira Village, North Bekasi District, Bekasi. The result suggested that crickets layed eggs in 32-40 days in average, culling age was 50 days and 65 days for the two breeds respectively. Sex ratio was 1: 3 (male: female), cage density of kalung crickets was 1.7 cm2 head-1 crickets celiring 1.4 cm2 head-1. Breeding crickets in the Perwira Village was economicaly beneficial, with a net income of Rp 11 628 000 per period, R/C ratio of 2.1 and BEP unit of

kalung 113 ons and for celiring 75 ons. If the cost of labor, feed vegetables and

klaras was assumed as zero then the net income of Rp. 13 500 000 per period, R /C ratio of 2.6 and a BEP unit 44 ons and 30 ons for kalung crickets and celiring crickets respectively.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan MUHAMMAD FAJAR SIDIQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN JANGKRIK KALUNG

(

G. BIMACULATUS

) DAN JANGKRIK CELIRING

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah analisis usaha pembibitan jangkrik kalung (G. Bimaculatus) dan jangkrik celiring (G. Mitratus) di Kota Bekasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Asnath M Fuah MS dan Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku komisi pembimbing atas saran, ilmu dan waktu dalam penulisan karya ilmiah ini serta Ibu Ir Lucia Cyrilla ENSD MSi selaku dosen penguji seminar dan Dr Ir Afton Atabany MSi selaku dosen penguji sidang atas sarannya dan Bapak Dr Jakaria SPt MSi dan Bapak Winarno SPt penulis ucapkan terimaksih atas bimbingannya.

Ungkapan terimakasih disampaikan kepada Bapak (alm. Budiman), Ibu (Eli Juita), kakak (Gema Taufik Maulana), dan bibi ( yang tidak henti memberikan

do’a, nasehat, kasih sayang, materil, moral dan dukungan yang selalu menyertai. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Penulis ucapkan terimakasih kepada Tri Arfani atas dukungan, kerjasama dan bantuannya selama penelitian dan pengumpulan data ini dan khususnya Rizky, Adita, Dinni, Taofiq, Andika, Bintang, Denny, Akhdiat, Mulya, Iqbal, Ghulam, Hendi, Zuhriyansyah, Dary, Adrizal, Gidry dan sahabat IPTP 48, KEPAL-D, dan HIMAPROTER atas bantuan, semangat dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 2

Jenis dan Sumber Data 2

Parameter yang Diukur 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Gambaran Umum Usaha Pembibitan Jangkrik 4

Gambaran Umum Kelurahan Perwira 4

Prasarana Pembibitan Jangkrik 5

Pakan Jangkrik 5

Karakteristik Reproduksi Jangkrik 6

Karakteristik Usaha 6

Ketersediaan Bahan Baku 7

Analisis Koefisien Teknis 7

Umur Awal Indukan 8

Sex Ratio 8

Daya Tetas Telur 8

Kapasitas Kandang 8

Analisis Usaha 8

Analisis Pendapatan 9

Analisis R/C Ratio 11

Analisis BEP 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Biaya tetap pembibit jangkrik kelompok tani Perwira dalam satu periode 10 2 Biaya variabel pembibitan jangkrik skala 20 kotak selama satu periode 11 3 Penerimaan usaha pembibitan jangkrik skala satu periode 11 4 Rata-rata penerimaan, biaya variabel, biaya tetap, total biaya, marjin 11

kotor dan pendapatan bersih pembibitan jangkrik perperiode

DAFTAR LAMPIRAN

1 Total biaya, total penerimaan, dan total pendapatan pembibitan jangkrik 14 dalam satu periode

2 R/C ratio pembibitan jangkrik 15

3 BEP unit telur jangkrik kalung dan celiring 15

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jangkrik merupakan jenis serangga yang berhabitat di alam, memiliki siklus hidup yang pendek dan merupakan pakan hewan peliharaan ikan arwana dan burung. Seiring perkembangan ekonimi dan kebutuhan, permintaan terhadap jangkrik di pasar semakin meningkat terutama konsumen yang memelihara burung dan ikan arwana, mengakibatkan ketersediaan jangkrik di alam menurun dan terancam punah.

Saat ini jangkrik sudah dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pasar, dan dijadikan sebagai pendapatan alternatif peternak, karena modal untuk mendirikan usaha jangkrik tergolong kecil, pemeliharaannya relatif singkat. Jesnis jangkrik yang umum di budidayakan di Indonesia yaitu jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus), jangkrik celiring (Gryllus mitratus) dan jangkrik cendawang (Gryllus testacius).

Budidaya jangkrik di Indonesia masih belum berkembang secara luas, sehingga peluang untuk mendirikan usaha budidaya jangkrik masih terbuka. Menurut Paimin et al. (1999), jika peternak yang memiliki 10 kotak pembibitan maka keuntungan yang didapat sebesar Rp 3 698 968.75 atau sebesar 80.39% dari biaya total sebesar Rp 4 601 031.25, dan usaha ini masih tergolong baru bagi masyarakat Indonesia, oleh karna itu pembibitan merupakan sektor yang sangat berpengaruh untuk keberlangsungan peternak-peternak yang akan memulai bisnisnya dibidang jangkrik. Salah satu aspek penting didalam usaha budidaya jangkrik yakni ekonomi yang berhubungan dengan kelayakan usaha budidaya jangkrik. Analisis usaha dalam budidaya jangkrik sangat diperlukan untuk keberlangsungan.

Budidaya jangkrik dijalankan oleh kelompok tani yang berlokasi di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena sudah memiliki kelompok yang intensif. Jangkrik yang dibudidayakan sudah memiliki 18 kandang yang terdiri dari satu kandang pembibitan dan 17 kandang pembesaran dalam kurun waktu empat tahun. Namun, usaha ini belum dianalisis kelayakan usahanya.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usaha dan sistem pemeliharaan pembibitan jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) dan jangkrik celiring (Gryllus mitratus) Kelompok Tani Perwira di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.

Ruang Lingkup Penelitian

(14)

2 Event Point (BEP), koefisien teknis yang digunakan di Kelompok Tani Perwira mencakup umur awal indukan, sex ratio, daya tetas telur, dan kepadatan kandang. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap manajemen pemeliharaan, sumberdaya lingkungan, dan aspek pasar.

METODE

Waktu Dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga April 2015, berlokasi pada unit usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira, di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, kota Bekasi.

Bahan

Bahan yang digunakan antara lain adalah kuesioner yang dibuat berdasarkan studi pustaka dan kunjungan awal ke peternak.

Alat

Alat-alat bantu lainnya mencakup alat tulis (buku, pensil, penggaris), kamera digital, dan timbangan digital.

Prosedur

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data harga jual output, harga input, komponen biaya investasi, biaya tetap, biaya operasional dan data-data lain yang berkaitan dengan proses pembibitan yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisoner dengan pemilik usaha, pihak-pihak yang terkait serta laporan keuangan di Kelompok Tani Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.

Data sekunder merupakan kumpulan data yang telah diolah lebih lanjut, dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), situs-situs internet yang memiliki informasi yang dibutuhkan, serta literatur atau kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian terdahulu, buku, majalah, Fpakansurat kabar, dan sebagainya.

(15)

3 Parameter yang Diukur

Umur Awal Induk dan Jantan, diperhitungkan berdasarkan lama waktu yang dicapai untuk menghasilkan telur (panen terakhir), dengan melihat waktu awal dan akhir bertelur.

Sex ratio, digunakan untuk menentukan perbandingan antara jantan dan betina dalam 1 kotak pembibitan. Jangkrik diambli secara acak dalam 1 kotak dengan 5 kali ulangan untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina. Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan acak sederhana (simple random sampling).

Daya tetas telur, digunakan untuk mengetahui seberapa persentase keberhasilan telur tersebut menetas. Daya tetas dihitung dari total jumlah telur yang menetas dibagi dengan jumlah telur yang dihasilkan, dikalikan 100%.

Kepadatan kandang, merupakan jumlah ternak yang memenuhi luasan tertentu pada setiap kandang. Kepadatan kandang berpengaruh terhadap jumlah telur yang dihasilkan dalam pembibitan.

Analisis Data

Analisis usaha bertujuan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Hernanto (1996) Analisis usaha dimaksud untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh dengan melihat aspek-aspek pendapatan usaha tani, R/C ratio dan

Break Even Point.

Analisis pendapatan usaha ternak bertujuan untuk melihat tingkat pendapatan pada setiap sekat-sekat volume kegiatan yang diusahakan dan membandingkan pendapatan masing-masing usaha, dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Soekartawi 1993):

Π = TP – TB

Keterangan : Π = Pendapatan usaha ternak

TP = Total Penerimaan (penerimaan diperoleh dari hasil penjualan selama periode yang ditentukan)

TB = Total Biaya (biaya yang dikeluarkan selama periode yang ditentukan)

R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C ratio

diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah (Harmono dan Andoko 2005).

Ketika suatu usaha ingin diketahui untung atau tidaknya, maka dilakukan perhitungan Revenue and Cost Ratio (R/C) dengan rumus:

R/C ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak Total Pengeluaran Usaha Ternak

(16)

4 R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian

R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi

Break Event Point (BEP) dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya). Analisa BEP tidak hanya semata – mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik BEP, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Matzh (1997) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk manajemen, yaitu : membantu pengendalian melalui anggaran, meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan, menganalisa dampak perubahan volume, menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya, merundingkan upah, menganalisa bauran produk, menerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan, menganalisa margin of safety. Alat analisis yang dapat digunakan sebagai dalam mencari tingkat break event point :

BEP dibagi menjadi dua perhitungan yaitu Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi break even point dan rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi break event point.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha Pembibitan Jangkrik

Gambaran Umum Lokasi dan Peternak

Pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira sebagai objek penelitian terletak di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi yang merupakan salah satu Kelurahan dari 6 Kelurahan yang terletak di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi. Letak peternakan di Gang Barokah 3 RT.001 RW.016. Kisaran suhu di daerah Kecamatan Perwira 23.6 sampai 34.2oC sehingga cocok untuk beternak jangkrik yang membutuhkan suhu berkisar 26oC sampai 32oC dan kelembaban 75 sampi 80% (Sukarno 1999).

(17)

5 perkembangan yang terjadi, permintaan jangkrik menjadi banyak dan popular di Kelurahan Perwira, sehingga pada akhirnya peternak yang melakukan pusat pembibitan jangkrik memiliki anggota pembesaran jangkrik dan mendirikan Kelompok Tani Perwira.

Prasarana Pembibitan Jangkrik

Peralatan yang digunakan untuk menunjang pembibitan jangkrik terdiri dari kandang, kotak jangkrik, tempat bersembunyi, dan tempat bertelur. Pakan jangkrik yang digunakan sayuran dan konsentrat ayam. Kotak jangkrik digunakan sebagai tempat jangkrik kawin dan bertelur. Kotak yang digunakan untuk pembibitan berukuran panjang 124 cm, lebar 122 cm dengan tinggi 60 cm. Kandang jangkrik digunakan untuk menaungi beberapa kotak jangkrik agar terhindar dari hujan, terik matahari secara langsung, predator seperti semut, tikus, dan cicak.

Satu kotak pembibitan dimodifikasi lagi untuk keberlangsungan pembibitan dengan cara pemberian lakban coklat disetiap pinggir mulut bagian atas kotak agar jangkrik tidak dapat keluar dari kotak pembibitan, lalu disetiap kaki kotak diberi kaleng yang diisi oli untuk menghindari predator semut. Setiap kotak diberikan tiga nampan berisi pasir sebagai tempat jangkrik bertelur.

Media untuk tempat bertelur jangkrik harus lembab disebabkan induk jangkrik mancari tempat lembab untuk meletakan telurnya (Kumala 1999), agar telur tidak infertil telur jangkrik harus tetap lembab. Media yang digunakan untuk bertelur yaitu media pasir yang halus dan sudah bersih dari kotoran. Pembibit di Kelompok Tani Perwira menggunakan media pasir karena media ini dapat digunakan beberapa kali periode dan jangkrik lebih menyukai tanah atau pasir sebagai media bertelur (Kumala 1999). Banyaknya pasir yang digunakan berdasarkan wadah tempat peneluran. Wadah yang digunakan yaitu nampan plastik berdiameter 40 cm, dan ketebalan pasir tiga sampai empat centimeter. Satu kotak pembibitan diberi 3 nampan plastik.

Pakan Jangkrik

Pakan jangkrik terdiri dari konsentrat dan sayuran. Sayuran digunakan sebagai sumber pakan dan minum sehingga jangkrik tidak diberikan air minum. Jenis sayuran yang diberikan yaitu daun singkong, gedebong pisang, sawi, daun papaya dan dapat juga memanfaatkan limbah pasar atau limbah rumah tangga. Pemberian pakan sayuran dilakukan dua kali sehari dan sisa pakan dibuang agar tidak berjamur.

(18)

6 Karakteristik Reproduksi Jangkrik

Pembibit di Kelompok Tani Perwira memiliki 8 kotak jangkrik celiring (G. mitratus) dan 12 kotak jangkrik kalung (G. bimaculatus). Permintaan terhadap jangkrik kalung lebih besar dibandingkan jangkrik celiring, karena siklus hidup jangkrik kalung lebih cepat 7 sampai 10 hari dibandingkan dengan jangkrik celiring. Siklus hidup jangkrik berawal dari telur yang berkisar antara 13 sampai 25 hari hingga menetas menjadi nimfa (Mansy 2000), lama waktu yang diperlukan untuk menjadi jangkrik dewasa yang sudah siap kawin yaitu berkisar 47 sampai 64 hari, dan lama bertelur 15 sampai 23 hari sampai dengan afkir (Januar 2001).

Indukan yang digunakan diperoleh dari kelompok tani pembesaran jangkrik. Terdapat 17 kandang pembesaran yang siap dipilih sebagai indukan unggul. Indukan dilihat dari performa dan bentuk fisiknya. Indukan yang unggul memiliki performa yang lincah dan rakus, sedangkan dari bentuk fisiknya, indukan harus besar merata. Setiap kotak diisi 8 kg jangkrik kalung dan jangkrik celiring. Telur yang dihasilkan dari setiap kotak yaitu sebanyak 6 kg per-periode. Pada dasarnya indukan betina dapat bertelur berkali-kali, namun jumlah telur menurun seirung pertumbuhan umur, sampai mencapai masa afkir. Jangkrik yang sudah afkir dibuang atau dikubur.

Telur dipanen 3 hari sekali untuk jangkrik kalung dan 4 kali sehari untuk jangkrik celiring sampai mencapai usia afkir. Cara pemanenan telur menggunakan wadah ember besar, air dan saringan. Pasir yang sudah dipanen dimasukan kedalam ember dan diberi air hingga penuh lalu diaduk. Karena masa jenis telur lebih ringan dibanding pasir maka telur akan mengambang kemudian disaring. Metode ini lebih efesien dan menghemat waktu. Telur dianginkan agar telur tidak basah, lalu dibungkus dengan kain agar suhu dan kelembaban dapat terjaga. Agar kelembaban telur dapat terjaga peternak menyemprotkan air ke kain sesuai kondisi cuaca sekitar. Ketika telur sudah berumur 5 hari telur dimasukan ke dalam kain kecil dengan berat 4 ons. Telur yang dihasilkan memiliki daya tetas telur 95%. Kecepatan pertumbuhan jangkrik banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya temperatur, kelembaban, pakan dan cara pemeliharaan (Chapman 1975). Jangkrik di Indonesia umumnya hidup dengan baik dikisaran suhu 26 sampai 32oC (Sukarno 1999).

Jenis Jangkrik yang digunakan Kelompok Tani Perwira yaitu jangkrik kalung (G. bimaculatus) dan celiring (G. mitratus). Terdapat banyak perbedaan pada jenis jangkrik tersebut, dari ukuran badan, lama pemeliharaan, dan segi ketahanan fisik. Pada umumnya di Kelompok Tani Perwira menggunakan jangkrik kalung dikarenakan pertumbuhannya yang lebih cepat 7-10 hari dari jangkrik celiring, sehingga dapat menghemat biaya pakan, ukurannyapun lebih besar, tetapi ketahanan tubuhnya sangat rentan terkena penyakit. Jangkrik celiring relatif mudah dipelihara karena tidak mudah terkena penyakit. Lama jangkrik memproduksi telur 20 sampai 25 hari dengan jumlah telur satu kali periode produksi kotak-1 sebanyak 6 kg.

Karakteristik Usaha

(19)

7 Sempitnya lahan yang dimiliki pembibit tidak dapat menambah kapasitas kotak pembibitan dan tenaga kerja.

Penyewaan lahan sangat mahal dan sulit untuk mencari tenaga kerja yang cukup ahli untuk membibitkan jangkrik. Pengurangan kotak dilakukan ketika salah satu peternak pembesaran tidak beternak jangkrik. Penjualan telur saat ini 90% dijual kedalam kelompok tani dan 10% dijual keluar. Pembibit lebih memprioritaskan menjual telur kepada kelompok budidaya yang membutuhkan.

Telur jangkrik dijual 4 ons dalam bentuk gulungan kain. Satu gulungan kain dapat digunakan untuk satu kotak pembesaran. Harga per 4 ons bibit adalah Rp 75 000 untuk jangkrik kalung dan Rp 80 000 untuk jangkrik celiring. Telur dijual ke kelompok ternak pembesaran sisanya dijual kepada pembeli dari luar kelompok ternak. Sistem pembayaran dapat dilakukan secara langsung ataupun sesudah peternak pembesaran panen.

Ketersediaan Bahan Baku

Sumber daya lingkungan amat sangat perlu diperhatikan untuk menunjang pembangunan suatu peternakan di daerah tersebut. Ketersediaan bahan yang dibutuhkan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan, beberapa dukungan dari masyarakat setempat dan pengelolaan kandang agar tidak mengganggu masyarakat.

Bahan baku yang diperlukan untuk pembibitan yaitu pakan, indukan dan klarasa. Indonesia merupakan iklim tropis yang dapat ditumbuhi pohon pisang, terutama di daerah Bekasi yang kondisi suhunya panas yang dimana potensi pohon pisang tumbuh sangat besar, sehingga pencarian klaras sangat mudah didapatkan. Daerah sekitar Kelompok Tani Perwira merupakan perumahan penduduk dan dekat dengan pasar tradisional, sehingga dapat dengan mudah mencari limbah pasar sebagai pakan jangkrik. Limbah pasar yang dapat dikonsumsi jangkrik diantaranya gedebong pisang, kubis, kol, daun singkong. Ketersediaan pakan konsentrat disediakan oleh salah satu warga yang bekerja di perusahaan pakan, sehingga mempermudah akses penyediaan pakan.

Indukan jangkrik diambil dari peternak pembesaran jangkrik, jika ketersediaan indukan tidak mencukupi atau tidak memadai untuk menjadi indukan, pembibit mencari indukan unggul ke peternakan lain yang ada. Pergantian indukan unggul dilakukan secara berkala, biasanya satu tahun satu kali agar anakan tidak mengecil yang bersifat inbreeding. Umumnya peternak memiliki lahan disamping rumahnya yang bisa digunakan sebagai kandang ternak. Karna lahan yang digunakan untuk beternak tidak memerlukan lahan yang begitu luas (Paimin 1999)

Analisis Koefisien Teknis

Aspek koefisien teknis pembibitan jangkrik dapat ditinjau berdasarkan tekhnik cara penanganan peternak menghasilkan telur yaitu dengan melihat sex rasio, kepasitas kandang, umur afkir jangkrik dan daya tetas telur. Berikut ini adalah analisis dari aspek koefisien teknis jangkrik.

(20)

8 Umur Awal Indukan

Tujuan dari penentuan umur awal indukan adalah menghemat penggunaan pakan dan mengetahui batas afkir dari indukan. Penentuan umur awal indukan dilakukan dari melihat timbul sayap pada jangkrik jantan. Sayap yang sudah muncul pada jangkrik menentukan bahwa jangkrik siap berproduksi. Jangkrik kalung mulai berproduksi kisaran umur 32 hari hingga afkir kisaran 50 hari, sedangkan jangkrik celiring mulai berproduksi antara rentan waktu 40 sampai 45 hari dan afkir pada umur 65 hari. Widyaningrum (2001) waktu dimana G. bimaculatus berproduksi maksimal yaitu pada hari ke 16 sedangkan G. mitratus

pada hari ke 20. Sistem pembibitan perperiodenya memerlukan lama waktu kurang lebih satu bulan dan pembibit harus mencari indukan dua hari sebelum jangkrik bereproduksi.

Sex Ratio

Sex ratio digunakan sebagai penentu jumlahnya jantan dan betina. Standar produktifitas yang baik untuk pembibitan jangkrik yaitu jumlah jantan lebih sedikit dibandingkan jumlah betina. Perbandingan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Perwira adalah 1:3. Berdasarkan penelitian Widyaningrum (2001), jumlah telur berdasarkan perbandingan antara jantan dan betina 1:1 ; 1:5 dan 1:9 tidak menunjukan perbedaan yang nyata.

Daya Tetas Telur

Daya tetas telur merupakan acuan seberapa kualitas telur yang dihasilkan dari pembibit. Daya tetas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pakan dan iklim. Musim penghujan daya tetas telur mencapai 65 sampai 75% sedangkan pada musim panas daya tetas telur mencapai 90 sampai 95%. Rendahnya daya tetas telur saat musim hujan disebabkan kelembaban telur yang terlalu tinggi sehingga telur mudah berjamur. Kelembaban relatife yang dibutuhkan untuk penetasan telur , menurut Sukarno (1999) berkisar antara 65% sampai 80%, dengan suhu udara 26oC. Menurut Widyaningrum (2011) telur yang berkualitas baik memiliki daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan yang berkualitas jelek di bawah 50%.

Kapasitas Kandang

Kapasitas kandang yang sesuai bertujuan untuk menekan angka mortalitas dan memaksimalkan jumlah telur jangkrik. Kondisi kandang yang terlalu padat dapat memicu kanibalisme (Clifford et al. 1977), semakin tinggi kepadatan kandang maka mortalitas semakin banyak dan jumlah telur yang dihasilkan menurun. Kepadatan jangkrik kalung di Kelompok Tani Perwira sebesar 1.7 cm2 ekor-1 dan jangkrik celiring 1.4 cm2 ekor-1. Sesuai dengan standar Astrik (2002) kepadatan kandang jangkrik berkisar 1.5 cm2 ekor-1.

Analisis Usaha

Aspek koefisien ekonomis dalam usaha pembibitan jangkrik bertujuan melihat seluruh nilai input dan output dengan menggunakan analaisis pendapatan,

(21)

9 Analisis Pendapatan

Nilai pendapatan pembibitan jangkrik dilihat dari nilai seluruh biaya dikurangi dengan seluruh penjualan. Biaya yang digunakan untuk pembibitan terdiri dari biaya variable dan biaya inventasi. Berikut adalah uraiannya:

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang di keluarkan satu kali dalam biaya proyek untuk beberapakali penggunaan yang berfungsi menambah barang produksi. Biaya investasi dalam pembibitan jangkrik terdiri dari lahan pembibitan, kandang jangkrik dan kotak jangkrik. Total biaya investasi yang di keluarkan dengan jumlah kotak jangkrik 20 adalah sebesar Rp 13 000 000 dengan lahan milik pribadi. Biaya pembangunan kandang Rp 8 000 000 dan harga satu kotak pembibitan Rp 250 000. b. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi dalam satu periode (satu satuan waktu). Biaya tetap yang dikeluarkan setiap beberapa tahunnya mengalami kenaikan yang disebabkan oleh pengaruh inflasi. Besarnya biaya tetap pada peternakan jangkrik tercantum pada Table 1.

(22)

10 Berdasarkan data pada Tabel 1 ada beberapa biaya yang merupakan biaya penyusutan. Biaya penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan suatu aset selama umur manfaatnya (Kusanadi 2002). Biaya penyusutan didalam usaha pembibitan jangkrik yaitu kandang, pasir, saringan, oli, kaleng, ember, semprotan, lakban, sikat, nampan plastik dan kotak jangkrik, hal tersebut dikarenakan aktiva memiliki pengunaan yang relatif tetap tiap periode dan kegunaan ekonomisnya berkurang sesuai dengan berjalannya waktu (Baridwan dan Zaki 2004)

c. Biaya Variabel

Biaya Variabel merupakan baiaya yang selalu bertambah ketika ingin menambah jumlah produksi. Biaya variable pada pembibitan jangkrik yaitu jangkrik indukan, klaras, konsentrat dan sayuran.

Tabel 2 Biaya variabel pembibitan jangkrik skala 20 kotak selama satu periode

Biaya Variabel Harga Satuan Jumlah Total Sayuran 1 000 Kg 200 200 000 Konsentrat 7 000 Kg 500 3 500 000 jangkrik indukan

a. jangkrik kalung 25 000 Kg 96 2 400 000 b. jangkrik celiring 30 000 Kg 64 1 920 000 Kelaras 20 000 Kotak 20 400 000 Total 8 420 000

Harga jual telur jangkrik tegantung dari jenis telur yang dijual, yaitu telur jangkrik kalung dan jangkrik celiring. Besarnya penerimaan hasil penjualan telur jangkrik dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3 Penerimaan usaha pembibitan jangkrik skala satu periode

Uraian Jumlah Satuan Harga Total

Telur Jangkrik Kalung 720 Ons 17 500 12 600 000 Telur Jangkrik Celiring 480 Ons 20 000 9 600 000

Total 22 200 000

(23)

11

Tabel 4 Rata-rata penerimaan, biaya variabel, biaya tetap, total biaya, marjin kotor dan pendapatan bersih pembibitan jangkrik perperiode

Perhitungan tersebut menggunakan biaya pakan sayuran, klaras dan upah tenaga kerja. Kelompok Tani Perwira menggunakan pakan sayuran yang diambil dari limbah pasar dan limbah rumah tangga, klaras diambil dari pohon pisang liar disekitar kelurahan perwira dan biaya tenaga kerja dilakukan oleh peternak itu sendiri, sehingga kost yang dikeluarkan untuk biaya pakan sayuran, klaras dan tenaga kerja sama dengan nol dengan pendapatan dari pembibit jangkrik perperiode sebesar Rp 13 500 000.

Analisis Revenue/Cost Ratio

Revenue/Cost ratio untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Soeharjo dan Patong (1973) menjelaskan bahwa usahatani dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1. Pada usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira R/C

ratio sebesar 2.1. Hal tersebut adalah setiap Rp 1 biaya yang di keluarkan akan mendapat penerimaan sebesar Rp 2.1. Nilai R/C ratio ketika pendapatan pembibit sebesar Rp 13 500 000 adalah 2.6.

Analisis Break Event Point (BEP)

(24)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira, Kota Bekasi memiliki nilai ekonomi tinggi yang ditentukan oleh nilai R/C ratio lebih dari satu sehingga layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Usaha ini mampu meningkatkan pendapatan peternak karena memiliki sistem pembibitan yang cukup baik untuk menghasilkan telur yang optimum pada skala usaha yang layak.

Saran

(25)

13

DAFTAR PUSTAKA

[ASTRIK] Asosiasi Peternak Jangkrik. 2002. Company Profile. Yogyakarta (ID). Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Ed ke-8. Yogyakarta (ID). BPFE Chapman RF. 1975. The Insect Structure and Funtion. Elsewier.

Clifford CW, Richard MR, Woodring JP. 1977. Rearing methods for obtaining house crickets Acheta domesticus of known age, sex, and instar. Annals of The EntomologicalSociety of America. 70(1): 69–73.

Harmono, Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis. Jakarta (ID). Agromedia Pustaka.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Janwar FD. 2001. Pertumbuhan dan mortalitas jangkrik cliring pada masa pembesaran dengan kepadatan dan jenis pakan tambahan yang berbeda. [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kumala L. 1999. Sukses Budidaya Jangkrik. Surabaya (ID). Penerbit Arkola. Kusnadi. 2002. Akutansi Keuangan Menengah. Malang (ID). Universitas

Brawijaya

Mansy F. 2002. Performa jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) yang diberi kombinasi konsentrat dengan daun sawi dan daun singkong selama masa pertumbuhan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Matzh A. 1997. Akuntansi Biaya. Jilid Kedua. Jakarta (ID). PT Erlangga. Munawir S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta (ID). Liberty.

Lumowo AT. 2001. Pertumbuhan tiga jenis jangkrik lokal (kalung, cliring, dan cendawang) dengan pakan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Paimin FB. 1999. Mengatasi Permasalahan Beternak Jangkrik. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Paimin FB, Pudjiastuti IE, Erniwati. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Soeharjo A, Patong D. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta (ID). PT. Raja Grafindo Persada.

Sukarno H. 1999. Budidaya Jangkrik. Yogyakarta (ID). Penerbit kanisisus. Cetakan ke-1.

(26)

14 LAMPIRAN

Lampiran 1 Total biaya, total penerimaan, dan total pendapatan pembibitan jangkrik dalam satu periode

Total biaya penyusutan pembibitan jangkrik

Uaraian Harga Jumlah Total Umur Ekonomis (bulan)

Total pendapatan pembibitan jangkrik dalam satu periode

(27)

15 Lampiran 2 R/C ratio pembibitan jangkrik

R/C ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak Total Pengeluaran Usaha Ternak Analisis R/C ratio

Uraian Nilai (Rp/tahun) Total penerimaan pembibitan jangkrik (R) 22 200 000 Total biaya pembibitan jangkrik (C) 10 572 000

R / C ratio 2.1

Analisis R/C ratio dalam keadaan sesungguhnya

Uraian Nilai (Rp/tahun) Total penerimaan pembibitan jangkrik (R) 22 200 000 Total biaya pembibitan jangkrik (C) 8 700 000

R / C ratio 2.6

Lampiran 3 BEP unit telur jangkrik kalung dan celiring

BEP keseluruhan =

= 880 000

1 - 7 820 000 22 200 000

= Rp 1 358 553.55 BEP unit kalung = 1 358 553.55 x 720

22 200 000 = 44.061 ons

BEP unit celiring = 1 358 553.55 x 480 22 200 000

(28)

16 Lampiran 4 Sex ratio jantan dan betina

No kotak Jantan Betina

1 13 36

2 15 45

3 17 43

4 10 28

5 13 39

6 14 41

7 12 35

8 12 39

9 13 44

10 14 38

11 16 45

12 20 53

13 12 35

14 11 37

15 14 44

16 22 55

17 17 42

18 16 41

19 15 39

20 12 40

Jumlah 288 819

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Juni 1993 sebagai anak kedua dari 2 bersaudara keluarga Bapak alm. Budiman dan Ibu Eli Juita. Riwayat pendidikan penulis dimuali dari TK Insan Taqwa Kabupaten Bogor pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SDN Cilendek 1 Bogor dan lulus pada tahu 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Peda tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 Bogor dan lulus pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UTM (Ujian Talenta Masuk) IPB jalur tulis mandiri dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Gambar

Tabel 1  Biaya tetap pembibit jangkrik Kelompok Tani Perwira dalam  satu periode
Tabel 2  Biaya variabel pembibitan jangkrik skala 20 kotak selama satu periode
Tabel 4 Rata-rata penerimaan, biaya variabel, biaya tetap, total  biaya, marjin                kotor dan pendapatan bersih pembibitan jangkrik perperiode

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dan pengujian terhadap Sistem Pendukung Keputusan (SPK) perbandingan tingkat pelanggaran perlindungan kekerasan pada anak dengan multikriteria

[r]

[r]

Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja dan keselamatan kerja, tentunya tujuan pemerintah dalam hal ini selain

Ukuran Al yang lebih besar dari Si akan menyebabkan peningkatan ukuran pori MCM-41 apabila adanya proses subtitusi isomorfis silika dengan alumina (Tabel

Adapun konsep Orthogonal Channel Set digunakan untuk merencanakan atau mendsain jaringan wireless metropolitan area network ( WMAN ) adapun factor-faktor yang harus dimiliki

Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan dan kepemilikan saham oleh pihak dalam memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan

Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik, data teks seperti tulisan (De