• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sel Darah Merah pada Anak Sapi Friesian Holstein yang diberi tambahan Mineral ZN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Sel Darah Merah pada Anak Sapi Friesian Holstein yang diberi tambahan Mineral ZN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SEL DARAH MERAH PADA ANAK SAPI

Friesian Holstein

YANG DIBERI TAMBAHAN MINERAL Zn

ASRANG BIN ABDULLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Sel Darah Merah pada Anak Sapi Friesien Holstein yang diberi Tambahan Mineral Zn adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ASRANG BIN ABDULLAH. Gambaran Sel Darah Merah pada Anak Sapi Friesien Holstein yang diberi Tambahan Mineral Zn. Dibimbing oleh SUS DERTHI WIDHYARI.

Mineral zinc (Zn) merupakan mikro mineral esensial yang diperlukan ternak ruminansia yang berperan pada sejumlah fungsi biokimiawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi zinc (Zn) terhadap profil sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada anak Sapi perah Friesian Holstein (FH). Penelitian ini menggunakan sembilan ekor sapi FH yang sehat secara klinis berumur antara 6-10 bulan. Sapi dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor. Pengelompokan berdasarkan perbedaan suplementasi mineral Zn di dalam pakannya yaitu: kontrol tanpa suplementasi Zn, Kelompok suplementasi Zn sebesar 60 ppm dan Kelompok suplementasi Zn sebesar 120 ppm. Pengambilan darah dilakukan sebelum dan setelah pemberian Zn setiap bulan selama tiga bulan. Sampel darah diambil melalui vena jugularis kemudian dianalisis terhadap jumlah sel darah merah, konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit tidak berbeda antar kelompok perlakuan. Suplementasi Zn 60 ppm maupun 120 ppm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada anak Sapi FH (P>0,5).

(5)

ABSTRACT

ASRANG BIN ABDULLAH. Red Blood Cell Profile on Friesien Holstein calves based diet Supplemented Mineral Zn. Supervised by SUS DERTHI WIDHYARI.

Zinc is an essential micro mineral required by ruminants which play important role in hematology profiles. The aim of this study was is to determine the effect of zinc (Zn) supplementation towards the profile of erythrocyte count, haemoglobin concentration, and haematocrit values on the Friesian Holstein calf. Nine Friesian Holstein calves between 6 – 10 months of age were used in this experiment. Calves were divided into three groups. Each group were consisted of three calves i.e with zero (control), 60 ppm and 120 ppm of Zn supplementation, respectively. Every month, blood has been collected right before and after giving Zn and continued for about three months. Blood sample were collected from jugular vein and analysed for the amount of erythrocytes, hemoglobin concentration, and the hematocrit value. Result shown that the amount of erythrocytes, hemoglobin concentration, and the hematocrit values show no differences between the groups. Supplementation of Zn 60 ppm or 120 ppm also did not show a appropriate difference towards the amount of erythrocytes, hemoglobin concentration, and the hematocrit value towards the Friesian Holstein calf (P>0,05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

GAMBARAN SEL DARAH MERAH PADA ANAK SAPI

Friesian Holstein

YANG DIBERI TAMBAHAN MINERAL Zn

ASRANG BIN ABDULLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammdad SAW, keluarga dan para sahabat. Skripsi dengan Judul “Gambaran Sel Darah Merah pada Anak Sapi Friesien Holstein yang diberi Tambahan Mineral Zn” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan baik moral ataupun material dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga besar Abdullah Patta yang tercinta, tante Indar dan saudara-saudaraku yang tersayang Askar, Asni, Mahadir, Asrianto, Asnini, Asmirul, Hasan dan Cahyani yang banyak memberikan kasih sayang, semangat dan kebahagiaan yang selalu diberikan kepada penulis.

2. Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, masukan ilmu, dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Drh. Nurhidayat MS PAVet selaku pembimbing akedemik yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan selama proses perkuliahan.

4. Dr. Drh. Anita sfandiari, MSi atas dukungan dan semangat yang diberikan. 5. Sudradjat, SSi sebagai staff Laboratorium Patologi Klinik, Divisi penyakit

dalam, Departemen KRP, FKH, IPB yang turut membantu selama penelitan. 6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman satu penelitian Aditia,

Danny, Puput, Bimo dan Sistha atas kerjasama dan bantuan selama penelitian. 7. Teman seperjuangan rantauan Noraimah, Marul, Mayahsastriah, Emma dan Sutriani serta seluruh Ahli PKPMI Bogor yang telah menjadi keluarga kedua penulis selama penjalani studi perkuliahan.

8. Acromon ‟47 serta seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bebyana J, wanita hebat yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan menjadi motivasi pribadi. Terima kasih karena telah hadir di dalam hidup penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, dan bagi ilmu pengetahuan dunia.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sapi Friesian Holstein (FH) 2

Sel Darah Merah 2

Hemoglobin 3

Hematokrit 4

Mineral Zn 4

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan dan Alat Penelitian 5

Hewan Percobaan yang digunakan 6

Metode Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Jumlah Sel Darah Merah 7

Hemoglobin 9

Hematokrit 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

(13)

DAFTAR TABEL

1 Rataan jumlah sel darah merah (juta/mm3) pada anak sapi FH yang diberi suplementasi Zn 7 2 Rataan kadar hemoglobin (gram/dl) pada anak sapi FH yang diberi

suplementasi Zn 9

3 Rataan nilai hematokrit (%) pada anak sapi FH yang diberi

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi Friesien Holstein (FH) jantan dapat menjadi alternatif sumber protein hewani dalam upaya peningkatan penyediaan kebutuhan pangan. Usaha peningkatan pangan sangat tergantung pada keberhasilan manajemen pemeliharaan anak sapi. Pada pemeliharaan anak sapi, target yang harus dicapai adalah mengoptimalkan masa selama pertumbuhan yang meliputi pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan perawatan khusus dalam manajemen pemeliharaan anak sapi seperti manajemen pakan, manajemen kandang, dan kesehatan hewan (Reksohadiprodjo 1995). Kesalahan dalam pemeliharaan anak sapi dapat menyebabkan pertumbuhan anak sapi terhambat dan tidak maksimal (Siregar 2003)

Pakan harus mengandung zat gizi yang cukup baik dari segi kualitas dan kuantitasnya, agar produktivitas sapi meningkat. Kebutuhan nutrient ternak baik makro dan mikro haruslah tercukupi. Salah satu nutrient mikro yang dibutuhkan oleh ternak yaitu mineral seng (Zn) yang merupakan unsur esensial bagi ternak. Rink dan Gabriel (2000) menyatakan bahwa mineral Zn berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan sel. Pada umumnya, rata-rata kandungan Zn dalam pakan ternak ruminansia adalah rendah yaitu sekitar 20-35 mg/kg bahan kering, sedangkan kebutuhan Zn sekitar 40-60 mg/kg bahan kering (Scaletti et al. 2004). Apabila terjadi status defisiensi Zn, maka aktivitas mikroba rumen tidak berlangsung secara optimal sehingga tingkat pemanfaatan menjadi rendah yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas, reproduktivitas dan kesehatan ternak (Darmono 2007). Mineral Zn dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi mutlak harus ada di dalam pakan, karena Zn tidak bisa dikonversi dari zat gizi lain. Zn berperan penting dalam berbagai aktivitas enzim, pertumbuhan dan deferensiasi sel, serta berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi sistem tangkap kebal (Paik 2001).

Informasi tentang pemberian suplemen Zn pada anak sapi FH belum banyak dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan, khususnya anak sapi perah FH dari segi profil sel darah merah, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit dengan adanya penambahan suplementasi Zn dengan tingkat dosis yang berbeda pada pakan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tambahan mineral Zn terhadap profil sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada anak sapi Friesian Holstein (FH).

Manfaat Penelitian

(16)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Friesian Holstein (FH)

Sapi Friesian Holstein (FH) adalah sapi perah dengan produksi susu yang paling tinggi dengan kadar lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya di daerah tropis maupun subtropis. Syarif dan Harianto (2011) mencatat rata-rata produksi susu sapi FH di Indonesia adalah 10 liter/ekor/hari. Selain produksi susu, sapi FH dapat digunakan sebagai sapi pedaging karena pertumbuhan cepat.

Sapi masa pertumbuhan merupakan periode penting, karena anak sapi yang dibesarkan akan disiapkan untuk mengganti kelompok induk sapi perah dimasa akan datang. Terdapat perbedaan antara anak sapi baik jantan maupun betina pada peternakan sapi perah setelah pasca sapih (masa pertumbuhan). Pedet jantan pasca sapih akan digunakan sebagai bakal pemacak dan bakalan ternak potong, sedangkan pedet betina nantinya ditujukan untuk penggantian induk (replacement stock). Pada pemeliharaan sapi masa pertumbuhan, target yang harus dicapai adalah mengoptimalkan pertumbuhan yang meliputi pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan perawatan khusus dalam manajemen pemeliharaan sapi pedet seperti manajemen pakan, manajemen kandang, dan kesehatan pedet (Reksohadiprodjo 1995).

Salah satu faktor yang turut berperan dalam produktivitas sapi FH yaitu manejemen pakan yang mana memiliki kualitas dan kuantitasnya yang memenuhi standar kebutuhan ternak. Pemberian pakan harus memenuhi standar sesuai kebutuhan nutrisi, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas yang optimal. Selain itu, pakan juga penting dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan produksi daging. Beberapa syarat yang harus diambil dalam penyusunan pakan antara lain murah, mudah diperoleh dan palabilitas tinggi (Abidin 2002).

Pakan yang diberikan pada ternak berguna untuk mempertahankan hidup pokok yang antara lain dipergunakan untuk mempertahankan suhu, energi untuk kondisi normal, protein serta mineral untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak.

Kebutuhan nutrien ternak baik makro dan mikro yang belum tercukupi dapat menyebabkan produktivitas sapi menurun. Defisiensi nutrien mikro dapat diperbaiki melalui suplementasi dalam penyusunan ransum. beberapa organel dalam sitoplasmanya. Oksigen dapat diikat dikarenakan sitoplasma dalam sel darah merah berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe).

(17)

3 permukaan membran dalam proses pertukaran gas. Sel darah merah pada mikroskop biasanya tampak berwarna merah dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut central polor. Pada anjing central polar ini dapat terlihat dengan jelas. Pada kuda dan kucing central polar ini terlihat kurang jelas, sedangkan pada sapi, kambing, domba dan babi central polar tidak terlihat (Dellman dan Eurel 1998).

Erithropoiesis atau pembentukan sel darah merah terjadi pada sumsum tulang. Proses pembentukan sel darah merah terjadi secara terus menerus sebanding dengan tingkat kerusakan sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah dapat hidup sekitar 120 hari, lalu dirombak di dalam hati dan limpa. Beberapa hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yang merupakan pigmen biru pemberi warna pada empedu. Hemoglobin akan diurai menjadi zat besi lalu dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya hasil penguraian ini digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Swenson (1984) mengatakan bahwa eritropoiesis diatur oleh mekanisme umpan balik, yang mana prosesnya dihambat oleh peningkatan level sel darah merah yang bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia.

Hemoglobin

Menurut Swenson (1977), hemoglobin atau zat warna sel darah merah adalah suatu kompleks konjugasi protein yang terdiri dari suatu pigmen atau protein sederhana. Hemoglobin terbentuk dari gabungan dua komponen yaitu heme dan globin (Colville dan Bassert 2002). Globin merupakan protein yang diproduksi oleh ribosom, sedangkan heme yang berwarna merah diproduksi oleh mitokondria, yakni suatu komponen yang berisi atom besi. Sekitar 5% dari hemoglobin adalah heme. Guyton dan Hall (1997) menambahkan bahwa hemoglobin mampu mengikat oksigen secara longgar dan reversible. Hal ini dikarenakan, molekul hemoglobin terdiri dari satu molekul globin yang dihubungkan dengan empat molekul heme yang mengandung zat besi yang mana masing-masingnya dapat diputar mengikat molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin. Setiap molekul heme dapat berikatan dengan satu molekul oksigen dan satu molekul hemoglobin dapat mengangkut 4 molekul oksigen.

Menurut Benjamin (1994), peran utama dari hemoglobin diantaranya transport oksigen dari paru ke jaringan, membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru dan regulasi tingkat keasaman darah. Hemoglobin membantu oksigen dalam mengikat zat warna dan memperkuat ikatan oksigen dengan besi. Pada saat darah melintasi kapiler paru-paru, oksigen dibebaskan dengan mudah dari molekul hemoglobin. Hemoglobin memiliki hubungan fisiologis yang penting dengan oksigen, oksihemoglobin terbentuk dari hasil gabungan hemoglobin dengan oksigen.

(18)

4

berbagai tingkat pertumbuhan. Utama (2001) menyatakan bahwa konsentrasi hemoglobin darah normal pada sapi dewasa berkisar4 antara 8,5-12 gram/dl.

Hematokrit

Hematokrit atau dikenal juga sebagai PVC (Packed cell Volume) adalah volume darah yang diukur di dalam 100 ml darah dalam bentuk persentase (Frandson 1986). Pengukuran nilai hematokrit darah dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu sel darah merah di bagian dasar, leukosit dan trombosit berupa lapisan berwarna putih (buffy coat) serta lapisan teratasnya adalah plasma darah.

Pada hewan normal hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah sel darah merah dan kandungan hemoglobin, sehingga volume sel dalam sirkulasi darah biasanya lebih sedikit dari pada volume plasma (Swenson 1984). Mitruka dan Rawnsley (1981) mengatakan bahwa hematokrit merupakan ukuran dari porsi sel darah merah dengan plasma dalam darah periperial. Hematokrit tubuh adalah ratio dari total sel darah merah dengan volume total darah. Rataan nilai hematokrit untuk sapi perah dilaporkan berkisar antara 24 – 46 % (Jackson dan Cockroft 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan ukuran sel darah merah juga mempengaruhi nilai hematokrit. Apabila jumlah sel darah merah dalam keadaan banyak (polisitemia) maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosir sedikit (anemia) maka nilai hematokrit juga akan menurun. Mbassa dan Poulsen (1993) menyatakan bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh waktu, tempat dan kondisi fisiologi hewan pada saat pengambilan sampel.

Mineral Zn

Zinc (Zn) merupakan mineral penting dan dapat ditemukan pada setiap jarigan tubuh hewan, yang mana sebagian besar berada dalam hati, ginjal, pankreas, tulang dan otot (Rink dan Gabriel 2000). Mineral Zn bertanggung jawab terhadap lebih dari 200 reaksi enzim dan reaksi seluler yang terjadi di dalam tubuh. Enzim dalam tubuh berasosiasi dengan Zn sebagai bagian dari molekulnya maupun sebagi aktivator, metabolism asam nukleat, metabolism protein, serta menstabilkan struktur RNA, DNA dan ribosom. Sedangkan peran fisiologis utama dari mineral Zn adalah sebagai komponen dari metaloenzim karbonat anhidrase (McDowell, 1992; Cheeke, 1999). Sebagai komponen metoloenzim, mineral Zn dapat meningkatkan enzim-enzim pencernaan, sintesis protein dan asam nukleat, proses reproduksi dan metabolisme energi (Lieberman dan Bruning 1990).

(19)

5 Zn dalam darah menjadi rendah (Rahardjo et al. 1982). Jumlah penyerapan Zn tergantung pada jumlah dalam makanan dan permintaan fisiologis. Ternak yang mengalami defisiensi akan menyerap mineral Zn dalam ransum lebih tinggi, akibat dampak dari kebutuhan fisiologis tubuh terhadap Zn. Rahardjo et al. (1982) menambahkan bahwa defisiensi zn dalam jangka waktu yang lama pada ruminansia akan menyebabkan kadar Zn pada rambut, tulang, hati, ginjal, paru-paru dan plasma darah menjadi rendah.

Mineral Zn merupakan salah satu unsur mikro dan berperan penting dalam proses biologis tubuh. Zn merupakan mineral anorganik yang tidak mampu dikonversi dari zat gizi lain, oleh karena itu suplemen Zn mutlak diperlukan dalam ransum ternak. Kekurangan asupan mineral Zn akan mengakibatkan parakeratosis yaitu hiper-keratinasi atau penebalan kulit akibat gagalnya degenerasi inti sel secara lengkap pada sel epitel kulit dan simulasi limfosit mengalami penurunan berat yang berpengaruh terhadap berbagai fungsi sel T (Underwood 1999). Menurut Hegel dan Rink (2003), kekurangan mineral Zn dapat menyebabkan penurunan fungsi normal limfosit T, limfosit B mengalami apoptosis, menekan aktivitas natural killer cell, menekan fungsi magrofag dan fungsi neutrophil (kemotaksis) serta menekan produksi dari antibodi.

Zn mempunyai hubungan dengan sistem imun yaitu (1) resorpsi Zn dan asupan pakan tergantung dari usia, status kesehatan dan komposisi pakan, (2) Zn merupakan kofaktor dari 300 enzim yang mempengaruhi fungsi organ yang mempunyai efek terhadap sistem imun, (3) Zn berefek langsung terhadap produksi, fungsi dan pematangan leukosit, dan (4) Zn mempengaruhi imunostimulan (Rink dan Gabriel 2000). Beberapa gejala dari kelebihan asupan mineral Zn diantaranya yaitu dapat menyebabkan anemia, pertumbuhan terhambat, efesiensi pakan rendah, resorpsi tulang, hemoragi pada persendian tulang, menurunnya nafsu makan dan berakibat kematian (Ensminger 1980 dalam Widhyari 2005).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Oktober 2013. Pengambilan sampel darah sapi dilakukan di peternakan rakyat desa Citapen kecamatan Ciawi Bogor, Jawa Barat. Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik, Divisi Penyakit Dalam, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

(20)

6

set, mikrokapiler, hemometer, lilin penyumbat (creastoseal), cover glass, counter (alat penghitung) dan microhematocrit reader.

Hewan Percobaan yang digunakan

Penelitian ini menggunakan 9 ekor anak sapi Friesian Holstein (FH) yang berumur antara 6–10 bulan yang teridiri dari enam ekor jantan dan tiga ekor betina. Hewan penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari dua ekor jantan dan satu ekor betina yang mana beratnya diseragamkan. Pengelompokan berdasarkan perbedaan kandungan mineral Zn di dalam pakannya yaitu: Kelompok Zn0 sebagai kontrol (tanpa suplementasi), Kelompok Zn60 pakan disuplementasi Zn sebesar 60 ppm dan Kelompok Zn120 pakan disuplementasi Zn sebesar 120 ppm.

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan sebelum dan setelah pemberian Zn setiap bulan selama tiga bulan. Darah diambil menggunakan disposable syringe melalui vena jugularis kurang lebih sebanyak 2 ml lalu dimasukkan ke dalam vakutainer yang mengandung antikoagulan EDTA untuk kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Penghitungan Jumlah Sel Darah Merah

Darah dihisap menggunakan pipet pengencer sampai batas tera 0.5. Pipet dicelupkan ke dalam cairan pengencer Hayem, lalu dihisap dengan cepat dan hati-hati sampai batas tera 101. Pipet diangkat, ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah kemudian dihomogenkan dengan menggunakan mesin getar atau mesin homogenisasi selama satu menit. Setelah homogen cairan pada ujung pipet dibuang kira-kira 3-5 tetes, kemudian cairan dituangkan ke dalam kamar hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar kamar hitung dan kaca penutup. Penghitungan dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Lima kotak yang dihitung adalah empat kotak pojok dan satu kotak tengah. Hasil penghitungan akhir dikalikan 10.000 per mm3.

Penghitungan Kadar Hemoglobin

(21)

7 Penghitungan Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit ditentukan dengan menggunakan metode mikrohematokrit. Darah dimasukkan ke dalam pipa kapiler dengan cara memasukkan ujung pipa kapiler ke dalam sampel darah. Posisikan tabung hampir mendatar dan bagian ujung tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Kemudian ujung tabung ini disumbat dengan lilin penyumbat (creastoseal), lalu disentrifus selama 4-5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Hasil dibaca dengan menggunakan alat khusus (Mikrohaematokrit Reader), dan dinyatakan dalam persen „%‟.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam (Analysis of Variance/ANOVA), dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan`s Multiple Range Test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Sel Darah Merah

Hasil rataan jumlah sel darah merah anak sapi FH pada kelompok tanpa suplementasi Zn (Zn0), kelompok suplementasi Zn sebanyak 60 ppm (Zn60) dan kelompok suplementasi Zn sebanyak 120 ppm (Zn120) selama tiga bulan di

(22)

8

Zn yang cukup dari induk sapi sehingga suplementasi Zn tidak berpengaruh banyak dalam kerja hematopoisesis.

Jumlah sel darah merah dari hasil penelitian ini di awal pengamatan (B0) berkisar antara 4,46 sampai 6.32 juta/mm3, nilai ini sedikit lebih rendah dibanding beberapa literatur. Menurut Lumsden et al. (1980), jumlah sel darah merah sapi FH pada kelompok umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 6,5–11,5 juta sel/µl, sedangkan jumlah sel darah merah sapi FH pada kelompok umur antara enam bulan sampai dua tahun berkisar antara 6,1–10,6 juta sel/ µl. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan atau penurunan jumlah sel darah merah antara lain yaitu umur, ras, musim dan waktu pengambilan sampel (Jain 1993). Jumlah sel darah merah yang rendah dapat disebabkan karena organ dan jaringan pembentuk sel darah merah belum bekerja secara sempurna, namun seiring dengan pertambahan umur, organ dan jaringan pembentuk sel darah merah mulai aktif bekerja dengan baik sehingga akan terjadi peningkatan jumlah sel darah merah. Mohri et al. (2007) melaporkan bahwa adanya kecenderungan peningkatan jumlah sel darah merah seiring dengan pertambahan umur sapi. Laporan ini dikuatkan dengan pernyataan Brown dan Dellmann (1989) bahwa sel darah merah diproduksi di sumsum tulang setelah lahir dan terus meningkat seiring dengan pertambahan umur hingga mencapai nilai yang stabil. Hal ini dibuktikan pula pada Tabel 1 yang menunjukkan rataan nilai jumlah sel darah merah ketiga kelompok mulai stabil dari bulan ke-1 (B1) hingga bulan ke-3 (B3). Pernyataan ini didukung oleh Jain (1993) bahwa jumlah sel darah merah mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur dan mulai stabil pada umur satu tahun. Selain faktor umur, Frandson (1996) menambahkan bahwa jumlah sel darah merah dapat dipengaruhi juga oleh nutrisi dalam pakan seperti zat besi, Cu, vitamin dan asam amino.

Zn dikenal sebagai katalisator beberapa enzim dalam sel darah merah sehingga Zn dibutuhkan di dalam pakan. Bhagavan (1992) mengatakan bahwa Zn diperlukan dalam darah (whole blood) sekitar 80% terutama pada sel darah merah yang mana hampir semuanya secara eksklusif sebagai enzim carbonic anhidrase. Zn yang terdapat di dalam darah menunjung fungsi kerja enzim carbonic anhidrase yang terdapat pada membran sel yang berperan menjaga permeabilitas dan integritas sel. Menurut Guyton dan Hall (1997), mineral Zn diperlukan oleh enzim carbonic anhidrase dalam sel darah merah berperan penting dalam mengatur bikarbonat dan menetralkan metabolisme terutama CO2. Uderwood (1999) dalam Widhyari (2005) melaporkan bahwa sebagian Zn yang ditemukan dalam pembuluh darah terutama sel darah merah mengandung 1 mg Zn/10 juta sel, lebih dari 85% sebagai carbonic anhidrase dan sekitar 5% sebagai cuper zinc superoksida dismutase (CuZnSOD). Oleh karena itu Zn dibutuhkan agar beberapa enzim yang terdapat dalam sel darah merah dapat bekerja dengan baik.

(23)

9 Hemoglobin

Hasil rataan kadar hemoglobin anak sapi FH pada kelompok tanpa suplementasi Zn (Zn0), kelompok suplementasi Zn sebanyak 60 ppm (Zn60) dan kelompok suplementasi Zn sebanyak 120 ppm (Zn120) selama tiga bulan di

Hasil penelitian menunjukkan rataan kadar hemoglobin selama pengamatan berkisar antara 9,67-11,33 gram/dl. Nilai tersebut masih dalam kisaran normal seperti yang dilaporkan Lumsden et al. (1980), kadar hemoglobin sapi FH pada umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 8,5–14,1 g/dl, sedangkan kadar hemoglobin sapi FH pada umur 6-12 bulan berkisar antara 9,5-15,4 g/dl. Data ketiga kelompok perlakuan berfluktuasi dalam kisaran normal. Peningkatan dan penurunan hemoglobin berhubungan erat dengan sel darah merah karena hemoglobin merupakan pigmen merah pembawah oksigen dalam sel darah merah. Hemoglobin juga menyumbang sepertiga dari berat sel darah merah. Semua hemoglobin terdapat dalam sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin bersifat paralel satu sama lain ketika terjadi perubahan. Uji secara statistik memperlihatkan bahwa kadar hemoglobin tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Hal ini sama seperti yang dilaporkan dalam penelitian Widhyari (2005) yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin kambing etawa selama periode kebuntingan dan partus tidak berbeda nyata setelah pemberiaan pakan tambahan Zn

(24)

10

Kadar hemoglobin tidak berbeda nyata antar kelompok perlakuan (P>0,05). Mandal dan Dass (2010) tidak menemukan perubahan yang nyata pada kadar hemoglobin pada sapi persilangan (Bos tarus x Bos indicus) yang diberikan tambahan pakan Zn organik dan anorganik yang masing-masing sebanyak 35 ppm.

Kadar hemoglobin pada pemberian Zn sebesar 120 ppm juga tidak bebeda secara nyata dengan control (P>0,05). Hasil laporan dari Hartati (1998) menjelaskan bahwa suplementasi Zn pada sapi perah masa pertumbuhan yang optimal dicapai pada dosis 75 ppm dengan 1,5% minyak lemuru. Pemberian dengan level ini memperlihatkan peningkatkan koloni bakteri pada rumen dan penurunan protozoa rumen. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan kecernaan protein dan retensi nitrogen. Peningkatan retensi nitrogen dan energi dalam komponen tubuh sapi menyebabkan penimbunan protein yang merupakan refleksi dari tingginya penggunaan zat-zat nutrisi tercerna yang pada gilirannya tercermin pada kenaikan pertumbuhan sapi.

Hematokrit

Hasil rataan nilai hematokrit anak sapi FH pada kelompok tanpa suplementasi Zn (Zn0), kelompok suplementasi Zn sebanyak 60 ppm (Zn60) dan kelompok suplementasi Zn sebanyak 120 ppm (Zn120) selama tiga bulan di tampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan nilai hematokrit (%) pada anak sapi FH yang diberi suplementasi Zn.

Dari indikator nilai hematokrit dalam penelitian ini, penambahan suplementasi Zn sebesar 60 ppm dan 120 ppm pada pakan tidak berbeda secara signifikan terhadap nilai hematokrit anak sapi FH kontrol (P>0,05). Pada bulan ke-1 (B1), ketiga kelompok mengalami peningkatan nilai hematokrit. Plasma darah yang terdapat pada pembuluh darah dapat mepengaruhi nilai hematokrit. Berkurangnya cairan atau plasma darah dari pembuluh darah membuat persentasi sel darah terhadap cairannya naik sehingga nilai hematokritnya juga meningkat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit diantaranya adalah waktu, tempat dan kondisi fisiologi hewan pada saat pengambilan sampel (Mbassa & Poulsen 1993). Waktu dan kecepatan sentrifus juga mempengaruhi nilai hematokrit. Kondisi hewan yang yang mengalami dehidrasi, berada pada dataran tinggi, dan lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah dapat meyebabkan peningkatan nilai hematokrit (Foster 2009)

(25)

11 masing-masing sekitar 23,00 % sampai 27,67 % dan 25,33 % sampai 29.00 %. Nilai tersebut masih dalam kisaran normal seperti yang dilaporkan Jain (1993) bahwa nilai hematokrit sapi berkisar antara 24 sampai 46 %, sedangkan nilai hematokrit sapi pada kelompok umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 23 sampai 42 % (Lumsden et al. 1980). Sapi dalam kondisi yang sehat dan zat gizi yang tercukupi dapat mensintesis sel darah merah dengan jumlah yang normal sehingga memperlihatkan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit yang baik. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Frandson (1996) bahwa sel darah merah dalam kondisi normal jumlahnya berkolerasi positif dengan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit darah, sehingga meningkat atau menurunya sel darah merah akan disertai dengan peningkatan atau penurunan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit darah.

Dari hasil data yang diperolehi diketahui bahwa kadar hemtokrit tidak berbeda secara signifikan antar kelompok perlakuan (P>0,05). Temuan serupa juga dilaporkan oleh Azizzadeh et al. (2005) yang menyatakan bahwa pemberian Zn melalui kolostrum pada anak sapi yang baru lahir dengan berbagai tingkat dosis tidak berbeda terhadap nilai hemtokrit. Hal serupa dilaporkan oleh Mandal dan Dass (2010) bahwa pemberian Zn pada sapi persilangan (Bos tarus x Bos indicus) pada pakan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata pada nilai hematokrit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Suplementasi Zn 60 ppm maupun 120 ppm pada pakan tidak menyebabkan perubahan terhadap jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada anak sapi FH.

Saran

(26)

12

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka Pr. Azizzadeh M, Mohri M, Seifi HA. 2005. Effect of oral zinc supplementation on

hematology, serum biochemistry, performance, and health in neonatal dairy calves. Comp Clin Path. 14: 67–71.

Benjamin MM dalam Marcelinus V. 1994. Outline of Veterinary Clinical Pathology. Ed ke-3. Lowa (US): The lowa State University Pr.

Bhagavan NV. 1992. Medical Biochemistry. Boston (US): Jones and Bartlett. Brown EM, Dellman HD. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta (ID): UI

Pr.

Burns MJ. 1980. Role of zinc in physiologycal processes. Auburn Veterinarian. 30(2):45-47.

Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding. Ed ke-2. Department Of Animal Science, Oregon State University (US).

Colville T, Bessert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary

Foster. 2009. Blood cells & complete blood counts (CBC) in animals. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 14]. Tersedia pada: www. peteducation.com/article.cfm. Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Srigandono B & Praseno K,

penerjemah; Soedarsono, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology of Farm Animals.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Jakarta (ID): EGC. Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang

mengandung silase pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan Sapi Holstein jantan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hegel K, Rink L. 2003. Zinc-altered immune function. J Nutr. 133:

1452S-Laurent GJ, Brisson GJ. 1988. Effect of dietary iron and desferrioxamine on blood hemoglobin and on pigment content and color of muscles in veal calves. J Anim Sci. 27: 1527-1531

Lieberman S, Bruning N. 1990. The Real Vitamin and Mineral Book. New York (US): A very Publishing Group Inc Garden City Park.

(27)

13 Mandal GP, Dass RS. 2010. Hemato-biochemical profile of crossbred calves supplemented with inorganic and organik of zinc. J Indian Anim Res. 44 (3): 197-200.

Mbassa GK, Poulsen JSD. 1993. Reference Ranges for Hematological Value in McDowell, LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Department of Animal Science. University of Florida. Gainesville, Florida McDowell LR. 2002. Minerals In Animal and Human Nutrition London (GB):

Academic Pr.

Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine. Interpretation and Diagnosis. Ed Ke-3. Missouri (US) : Saunders.

Mitruka BM, Rawnsley HM. 1981. Clinical Biochemical and Haematological Reference Values in Normal Experimental Animals and Normal Humans Ed ke-2. Massons Publishin USA Inc. New York. penerjemah; Soedarsono, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Mohri M, Sharifi K, Eidi S. 2007. Hematology and serum biochemistry of Holstein dairy calves: age related changes and comparison with blood composition in adults. J Vet Scin. 83: 30-39

National Research Council. 1989. Everybody Count. A Report to the Nations on the Future of Mathematic. Washington DC (US) : National Acedemy Pr. Paik IK. 2001. Applicatian of chelated minerals in animal production. Asian-Aust..

J. Anim. Sci. 1:191-198

Rahardjo T, Suhermiyati S, Narsum. 1982. Kandungan mineral serum sapi P.O di tempat tipe tanah di jawa tengah. Proseding. Hlm 270-274. Reproduction Performance of Holstein-Friesian Dairy Cattle at Cikole

Reksohadiprodjo S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropis Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Rhains TA, Shay NF. 1995. Zinc status specifically changes preferences for carbohydrate and protein in rats selecting from separate carbohydrate, protein and fat containina diets. J. Nutr. 125:2874-2879

Rink L, Gabriel P. 2000. Zinc and the immune system. Procceding of the nutrition society. 59: 51-552.

Scaletti RW, Amaral Phillips DM, harmon RJ. 2003. Using nutrition to improve immunity againts deseases in dairy cattle: Copper, Zinc, Selenium, and Vitamin E. (Internet). [Diunduh pada 2014 Juni 20] Tersedia pada Department of Animals Sci. http://www.Ca.Uky.du/Agc/Pubs/acs15/asc 15.htm [20 Juni 2014].

Scaletti RW, Amaral Phillips DM, Harmon RJ. 2004. Using nutrition to improve immunity against deseases in dairy cattle: cooper, zinc , selenium and

Sobhanirad S, Naserian AA. 2012. Effects of high dietary zinc concentration and zinc sources on hematology and biochemistry of blood serum in Holstein dairy cows. Animal Feed Science and Technology. ANIFEE-12751

(28)

14

Swenson MJ.1984. Dukes Physiologi of Domestic Animals, Ed ke-10. Ithaca. Ithaca and London (GB): Cornel University Pr.

Syarif E, Harianto B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Underwood J. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. Di dalam: Underwood EJ, Suttle NF, editor. The Mineral Nutrition of LiveStock. Ed ke-3. USA: Commonwealth Agricultural Bureaux International Publishing. Hlm 77-512. Utama IH. 2001. Karakteristik Anemia Sapi Bali. J Vet. Fakultas Kedokteran

Hewan, Unud. 2(1) : 13-16.

(29)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lahad Datu, Sabah, Malaysia pada tanggal 31 Desember 1991 sebagai putra keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Abdullah Bin Patta dan Ibu Samsia Binti Rabina.

Pada tahun 1997, penulis mendapat pendidikan awal di Taman Kanak-kanak Segeri Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia dan lulus pada tahun 1998. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SK Sepagaya Lahad Datu, Sabah, Malaysia dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2006 di SMK Sepagaya Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2008 di SM Teknik (Pertanian) Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor sebagai Mahasiswa Kedokteran Hewan melaui jalur mahasiswa asing.

Gambar

Tabel 3  Rataan nilai hematokrit (%) pada anak sapi FH yang diberi suplementasi

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH T{ABUPATEN TOLITOLI DINAS PEKERJAAN UMUM.. PAIIITTA DEI{GADAAH

[r]

untuk antena adalah yang memiliki konstanta dielektrik yangpaling rendah dari rentang tersebut karena akan menghasilkan efisiensi yang lebih baik, bandwidth yang lebar serta

Compared with the other ethnic group, more parents from Malay Malaysian prepare their children for bias, like telling their children that their ethnic is different with

Judul : Motivasi Individu Bergabung Dalam Komunitas Penggemar Tim Sepakbola (Studi Kasus: Lima Anggota Fansclub United Indonesia Bali).. Telah berhasil dipertahankan di

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran AIR ( Auditory, Intellectually, Repetition) , dikatakan efektif

Physics artinya fisika yang merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan card yang berarti kartu. Jadi, physics card merupakan media

Pengolahan yang masih sederhana dan minimnya informasi mengenai pemanfaatan biji beton oleh masyarakat umum, mendorong kami untuk membuat kue dari bahan dasar tepung beton1.