• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TERHADAP GANGGUAN KONSENTRASI PADA SISWA-SISWI SMAIT AL-FITYAN

MEDAN

Oleh :

RISKA MEUTIRANI 110100049

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TERHADAP GANGGUAN KONSENTRASI PADA SISWA-SISWI SMAIT AL-FITYAN MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

RISKA MEUTIRANI 110100049

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi terlalu sedikit. Anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum dari anemia. Sekitar 20% wanita, 50% ibu hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki cukup zat besi dalam tubuh mereka. Anemia berkembang perlahan setelah cadangan besi normal dalam tubuh dan sumsum tulang sudah kehabisan. Secara umum,Wanita memiliki cadangan besi lebih kecil daripada laki-laki karena mereka kehilangan lebih banyak melalui menstruasi.

Anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh buruknya penyerapan zat besi dalam makanan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik dan psikis, perilaku dan kerja. Dewasa Pasien Anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik, penurunan daya tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan analisa 1 variabel pada hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi, didapatkanhasil uji chi square dengan nilai p value sebesar p = 0,305 (p>0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini menujukan adanya hubungan yang tidak signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN.

(5)

ABSTRACT

Iron deficiency anemia is dedecrease in the number of red blood cells caused by too little iron. Iron deficiency anemia is the most common form of anemia. About 20% of women, 50% of pregnant womenand 3% of men do not have enough iron on their body. Anemia develops slowly after the normal iron stores in the body and bone marrowhave run out. In general, womwn have smaller stores of iron than men because they lose more through menstruation. Iron deficiency anemia may also be caused by poor absorbtion of iron in the diet.

Anemia of irondeficiency represent the problem of serious society health because affecting at physical growth and physical, behavior and work. Adult patients of iron deficiency can result the degradation work of physical, degradation of body endurance, lethargy and downhill of the productivity

The objective of this study is to determine the relationship of iron deficiency anemia to the concentration disorder

The results obtained from this study is based on analysis of 1 variable on relationshiop of iron deficiency anemia to the concentration disorder, chi square test result obtained with p value of p =0.305 (p > 0,005)

This study show that there is no significant relationship between anemia with concentration disorder of Senior High School student in AL-FITYAN SCHOOL MEDAN.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan KTI ini dengan judul “Hubungan Anemia Defisiensi Besi terhadap gangguan konsentrasi”, merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan buah karya ini kepada yang tersayang kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Tarmizi Husein , SE dan ibunda Devi Oktavia, S.Pd serta kepada adik-adik penulis yaitu Desita Musdalifah , M.Aulia Ramadhan, M.Farhan atas doa dan dukungan yang tidak terhingga sehingga penulis bias menyelesaikan perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan KTI ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Kepala sekolah SMAIT AL-FITYAN Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama dalam penyusunan KTI ini.

3. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni , M.kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk berkonsultasi dalam menyusun proposal dan hasil penelitian KTI sehingga dapat berjalan dengan lancar.

(7)

5. Dr. Elvita R. Daulay ,sp.Rad selaku dosen penguji dua yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk berkonsultasi dalam menyusun laporan hasil penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.

6. Spesial untuk orang yang selalu memberi dukungan dan cinta kepada penulis, yakni Rendi Pratama Siregar , terimakasih atas bantuan, semangat ,doa, serta kesabarannya hingga penyusunan KTI ini berjalan dengan lancar.

7. Spesial untuk para sahabat-sahabat penulis diantaranya : Fawziah Jambak , Ananda Putri Tarigan, Badia Prima Citra, Lina Melawati, Ratu Soka, Nasha Artilia, Monica Hedyanta, Reidita Rosela, Nisak Amin, Michelle, Zarin Safana,Christy Sitorus, Tomy Kesuma Putera dan teman-teman semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, Terimakasih atas dukungan baik moril maupun materi sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berjalan lancar.

8. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari masih bayak kekuranagn , untuk itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap KTI ini bias bermanfaat bagi para pembaca.

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Konsentrasi Belajar ... 6

2.1.2. Aspek Konsentrasi Belajar ... 6

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi ... 6

2.1.4. Kiat Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa 8

2.1.5. Bourdon Test ... 8

2.2.8. Gambaran Klinis Anemia Defisiensi Besi ... 14

2.2.9. Skrining ... 14

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL . 16

4.7 Hasil Uji Validasi dan Reabilitas kuesioner……….. 21

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh... 11

Tabel 2.2. Absorsi Besi ... 12

Tabel 2.3. Penyebab Defisiensi Besi ... 14

Tabel 2.4. Definisi Operasional ... 17

Tabel 5.1. Definisi Frekuensi Jenis Kelamin ... 22

Tabel 5.2. Definisi Frekuensi Anemia Defisiensi Besi ... 22

Tabel 5.3. Definisi Frekuensi Ganguan Konsentrasi ... 24

Tabel 5.4.Hasil uji Chi-square Hubungan Anemia dengan Gangguan Konsentrasi ... 24

Tabel 5.5.Hasil uji Chi-square Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Konsentrasi ... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

ABSTRAK

Anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi terlalu sedikit. Anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum dari anemia. Sekitar 20% wanita, 50% ibu hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki cukup zat besi dalam tubuh mereka. Anemia berkembang perlahan setelah cadangan besi normal dalam tubuh dan sumsum tulang sudah kehabisan. Secara umum,Wanita memiliki cadangan besi lebih kecil daripada laki-laki karena mereka kehilangan lebih banyak melalui menstruasi.

Anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh buruknya penyerapan zat besi dalam makanan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik dan psikis, perilaku dan kerja. Dewasa Pasien Anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik, penurunan daya tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan analisa 1 variabel pada hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi, didapatkanhasil uji chi square dengan nilai p value sebesar p = 0,305 (p>0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini menujukan adanya hubungan yang tidak signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN.

(13)

ABSTRACT

Iron deficiency anemia is dedecrease in the number of red blood cells caused by too little iron. Iron deficiency anemia is the most common form of anemia. About 20% of women, 50% of pregnant womenand 3% of men do not have enough iron on their body. Anemia develops slowly after the normal iron stores in the body and bone marrowhave run out. In general, womwn have smaller stores of iron than men because they lose more through menstruation. Iron deficiency anemia may also be caused by poor absorbtion of iron in the diet.

Anemia of irondeficiency represent the problem of serious society health because affecting at physical growth and physical, behavior and work. Adult patients of iron deficiency can result the degradation work of physical, degradation of body endurance, lethargy and downhill of the productivity

The objective of this study is to determine the relationship of iron deficiency anemia to the concentration disorder

The results obtained from this study is based on analysis of 1 variable on relationshiop of iron deficiency anemia to the concentration disorder, chi square test result obtained with p value of p =0.305 (p > 0,005)

This study show that there is no significant relationship between anemia with concentration disorder of Senior High School student in AL-FITYAN SCHOOL MEDAN.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dalam proses tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi (Rusyan,2002)

Menurut Deny Hendrata (2007) konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran akan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa. Pikiran tidak bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu yang bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal. Apabila konsentrasi seseorang masih cukup kuat maka dapat mengingat suatu hal dalam waktu yang lama.

Penelitian yang dilakukan Ama (1987) ternyata anemia mempengaruhi daya konsentrasi,daya persepsi dan perhatian. Seseorang yang menderita anemia defisiensi besi,maka jumlah hemoglobin dalam darahnya lebih rendah daripada orang yang tidak memiliki anemia. Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan perifer dan mengangkut karbondioksida dari jaringan perifer keparu-paru .

Seseorang yang mempunyai kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik karena menurunnya daya ingat ataupun berkurangnya kemampuan berkonsentrasi.

Salah satu penyakit defisiensi yang masih merupakan masalah gizi pada anak sekolah dasar dalah anemia defisiensi besi . Anemia adalah suatukondisi yang diakibatkan ketidak mampuan jaringan erythropoetic mempertahankan konsentrasi hemoglobin yang normal. Diperkirakan prevalensi anemia defisiensi besi berkisar antara 25-30% (Sayogo, 1995).

(15)

besi merupakan penyebab anemia tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan (Hoffbrand,2005).

Besi adalah salah satu unsur terbanyak dalam lapisan kulit bumi,tetapi defisiensi besi adalah penyebab anemia tersering, yang mengenai sekitar 500 juta orang diseluruh dunia. Hal ini terjadi karena tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengabsorbsi besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan akibat perdarahan (Hoffbrand,2005).

Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi,tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhan meningkat pada bayi,remaja,wanita hamil,menyusui serta menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang (Hoffbrand,2005).

Seseorang yang menderita anemia defisiensi besi maka jumlah hemoglobin dalam darahnya jadi berkurangang, sehingga suplai oksigen kedalam jaringan-jaringan tubuh mengalami gangguan,dengan berkurangnya oksigen yang ada didalam jaringan tubuh maka proses metabolisme akan terganggu dan tidak dapat optimal. Dengan tidak optimalnya proses metabolisme maka kebutuhan akan energi untuk proses belajar mengalami gangguan. Semakin tinggi kadar Hb dalam darah, maka semakin banyak pula oksigen yang dapat diangkut ke berbagai jaringan tubuh (Ganong,1990).

Maka jika dilihat dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN Medan.

1.2 Rumusan Masalah

(16)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui remaja yang mengalami anemia defisiensi besi dan keterkaitannya dengan gangguan konsentrasi.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui remaja yang mengalami anemia defisiensi besi. b. Untuk mengetahui remaja yang mengalami gangguan konsentrasi belajar. c. Untuk mengetahui remaja yang mengalami gangguan konsentrasi berdasarkan jenis kelamin.

4. Untuk mengetahui remaja yang mengalami anemia defisiensi besi berdasarkan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Peneliti

Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian dapat meningkatakan pengetahuan peneliti mengenai hubungan anemia defiensi terhadap gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT ALFITYAN serta sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjan kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4.2 Subjek Penelitian

Bagi subjek penelitian diharapkan hasil penelitian dapat membuat subjek mengetahui hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi, dan subjek dapat terhindar dari ancaman anemia defisiensi besi tersebut.

1.4.3 Institusi Kesehatan

Bagi institusi kesehatan diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi institusi kesehatan mengenai hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

(17)
(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsentrasi Belajar

2.1.1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan (emon,2009). Slameto (2003) berpendapat bahwa dalam belajar,berkonsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadao suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sutu objek.Misalnya konsentrasi pikiran,perhatian dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat pada suatu pelajaran. Maka konsentrasi merupakan salah satu aspek pendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Apabila konsentrasi berkurang maka dalam mengikuti pelajaran dikelas maupun belajar secara pribadi pun dapat terganggu.

Menurut Deny Hendrata (2007) konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran akan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa. Pikiran tidak bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu yang bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal. Apabila konsentrasi seseorang masih cukup kuat maka dapat mengingat suatu hal dalam waktu yang lama.

(19)

2.1.2. Aspek Konsentrasi Belajar

Menurut Nugroho (2007) aspek-aspek konsentrasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan,nyaman,perhatian sesorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan yingkah laku yang lebih baik dalam memnuhi kebutuhannya.

c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.

d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan/tuntutan dari orang lain atau lingkungan.

e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang bersal dari dala individu maupun orang sekitar sendiri. Misalnya : masalah ekonomi keluarga,masalah pribadi individu.

f. Gangguan kepanikan : hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan orang tersebut.

g. Kesiapan belajar : keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran, sehingga individu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi

Keberhasilan dalam pemusatan pikiran sebagian besar tergantung pada individu itu sendiri. Ditempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar karena pikirannya melayang-layang ke hal-hal lain diluar bahan yang dihadapinya.

Beberapa gangguan konsentrasi yang dapat menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi belajar (Nugroho, 2007), antara lain :

(20)

bagus tahun ini. Akan tetapi orang tua juga harus berhati hati dalam memberikan rangsangan berupa hadiah. Jangan sampai ia malah selau mengharapkan hadiah,baru ia mau belajar. Untk tahap awal pada siswa usia dini, penggunaan hadiah masih dapat dibenarkan. Secara perlahan kurangi pemberian hadiah dengan lebih mengutamakan motivasi dalam diri siswa. b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif : susasana yang ramai dan

bising tentu saja sangat menggangu siswa ang ingin belajar dengan suasana tenang. Demikian pula bila dalam satu rumah terdapat lebih dari 1 tipe cara belajar siswa. Disatu sisi ada salah satu sisiwa yang baru bisa belajar apabila sambil mendengarkan music dengan keras, sedangkan siswa lainnya menghendaki susasana yang hening.

c. Kondisi kesehatan siswa: bila siswa terlihat ogah ogahan pada materi pelajaran yang sedang dialaminya,hendaknya jangan tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi kesehatannya saat itu sedang ada masalah.

d. Siswa merasa jenuh : beban pelajaran yang harus dikuasai oleh seseorang siswa sangatlah banyak. Belum lagi agar memiliki ketrampilan tambahan,tak jarang mereka harus mengikuti beberapa kegiatan dibebrapa lembaga pendidikan formal (kursus). Karena sedemikian padatnya aktifitas yang harus dilakukan oleh seorang siswa,maka seringkali mereka dihinggapi kejenuhan. Bila hal ini terjadi, bukan merupakan suatu tindakan yang bijaksan apabila orrangtua tetap memaksakan anakya utntuk belajar.Berilah mereka waktu istirahat barang sejenak (refreshing), sekedar mengendorkan urat syaraf yang sudah sangat tegang tersebut.

2.1.4. Kiat Untuk Meningkatakan Konsentrasi Belajr Siswa

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa (Nugroho ,2007), antara lain :

(21)

baru bisa belajar dalam keadaan yang benar-benar sepi,tetapi ada juga siswa yang belajar sambil mendengarkan music dan mengemil(makan makanan ringan).

b. Pergunakan konsep reward and punishment dalam belajar : terkadang orang tua perlu memberikan suatu penghargaan bagi anaknya yang berprestasi. Hal ini sudah terbukti ampuh meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar untuk mencapai suatu prestasi.Karena dengan reward siswa akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar sunguh-sungguh agar memperoleh prestasi yang baik dan pada akhirnya mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh orangtuanya. Bila ada penghargaan tentu saja harus diimbangi dengan adanya suatu hukuman (punishment). Apabila prestasi tahuni ini jelek daripada tahun lalu,orang tua bisa memberikan hukuman.Tentu saja untuk hukuman yang akan diberikan sudah disepakati terlebih dahulu dengan siswa.

c. Mengubah kebiasaan belajar siswa :belajar tidak selamanya harus di dalam kamar. Tidak ada salahnya apabila sekali-sekali siswa diajak belajar diluar rumah.Bahkan bila perlu di mall ataupun tempat menyenangkan lainnya. Yang penting siswa dapat melakukan belajar dengan baik.Hal ini juga dapat mengurangi ketegangan serta kejenuhan siswa dalam belajar.

(22)

2.1.5 Penilaian Konsentrasi Belajar dengan Bourdon Test

Tes Bourdon adalah tes umum yang digunakan untuk persepsi visual

gabungan, kewaspadaan dan konsentrasi. Tes ini telah digunakan dalam evaluasi konsentrasi dimana subjek diinstruksikan untuk mencoret semua kelompok dari 4 titik pada kertas A4. Tes terdiri dari 21 baris, dengan masing-masing baris berisi secara acak, delapan kelompok dari 3 titik, delapan kelompok dari 4 titik dan delapan kelompok dari 5 titik. Diameter rata-rata dari kelompok titik-titik sekitar 5mm. Para peserta ujian menandai setiap kelompok 4 titik secepat dan seakurat mungkin. Dua baris di bagian belakang, lembar tes diilustrasikan prosedur, dengan peneliti melakukan baris pertama untuk menunjukkan bagaimana untuk melakukan tugas dan pelajar menyelesaikan baris kedua sebagai contoh. Jumlah kelompok uncrossed dari 4 titik, kelompok titik-titik selain 4 menyebrang, dan waktu yang dihabiskan(maksimum 15 menit) akan diambil untuk dievaluasi dan dikategorikan sebagai konsentrasi baik atau buruk.

2.2. Anemia Defisiensi Besi 2.2.1. Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis , karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang akhirnya mengakibatkan pembentukan haemoglobin berkurang (Bakta,2006).

Anemia defiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,yang ditandai penurunan cadangan besi,konsentrasi besi serum,dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdul muthalib, 2009).

2.2.2. Etiologi

(23)

2.2.3. Prevalensi

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengenai Negara-negara kaya maupun miskin. Meskipun penyebab terbanyak adalah anemia defisiensi besi , tetapi jarang timbul sebagai penyebab tunggal . Lebih sering timbul bersama-sama dengan beberapa penyakit malaria,infeksi parasit,kekurangan gizi,dan hemoglobinopati. Akibat pentingnya penyakit ini,beberapa Negara telah menempuh langkah-langkah untuk mengurangi anemia jenis ini khususnya pada kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan dan memiliki efek yanga sangat merugikan ; ibu hamil dan anak-anak. Dalam rangka untuk mengetahui hasil dari langkah intervensi yang diambil tersebut, adekuasi dari strategi yang ditetapkan, dan kemajuan yang telah dicapai, informasi tentang prevalensi anemia harus didapatkan.

WHO dalam Global Database on Anemia berusaha mendapatkan prevalensi anemia tersebut beserta gambaran tentang factor-faktor yang berhubungan dan menyebabkan berkembangnya anemia ini. Kenyataannya factor-faktor ini kompleks dan saling berkaitan tetapi usaha untuk mengumpulkan data tentang factor-faktor ini penting untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam mengintervensi berkembangnya keadaan anemia defisiensi besi .

Tidak ada satu tulisan pun yang menggambarkan prevalensi pasti anema defisiensi besi secara global , bahkan suatu terbitan yang dikeluarkan oleh WHO yang berjudul Iron Deficiency Anemia; Assesment, Prevention, and Control tahun 2001 menggunakan prevalensi anemia secara global untuk mewakili anemia defisiensi besi. Hal ini beralasan karena 50% dari anemia disebabkan oleh anemia defisiensi besi. (Bakta,2011)

2.2.4. Metabolisme Besi

(24)

memungkinkan besi tersedia untuk fungsi-fungsi fisiologis sementara dalam waktu yang bersamaan menjaga elemen ini dan penanganan sedemikian rupa sehingga toksisitasnya dapat terhindar (Harrison,2008).

Peranan utama besi pada mamalia adalah untuk membawa oksigen sebagai bagian hemoglobin. Oksigen juga berikatan dengan mioglobin di otot. Distribusi besi pada tubuh dapat terlihat pada table. Tanpa besi, sel dapat kehilangan kapasitasnya untuk mengantar electron dan metabolism energy. Pada sel eritroid, sinresa hemoglobin yang buruk, menghasilkan anemia dan penurunan hantaran oksigen ke jaringan (Harrison,2008).

Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh Distribusi Besi

Absorbsi besi bergantung tidak hanya pada jumlah besi pada makanan, namun juga,yang lebih penting, pada bioavaibilitas besi itu sendiri, dan kebutuhan akan besi. Absorbsi besi dapat dipengaruhi beberapa fase yang berbeda (Hoffbrand,2005).

(25)

Tabel 2.2. Absorbsi Besi

Dibantu oleh Dihambat oleh

Faktor diet

Peningkatan besi heme Peningkatan makanan hewani Garam besi ferrous

Penurunan makanan hewani Garam besi ferric

Basa(mis.sekresi pancreas) Kompleksbesi

insoluble(phytates,tannates pada besi, kulit padi

Besi berlebih

Penurunan eritropoesis Kelainan inflamasi(hepcidin)

2.2.6. Siklus Besi Pada Manusia

(26)

tulang. Dengan perkiraan level besi plasma 80-100 ug/dl, jumlah besi yang melewati transferrin adalah 20-40 mg per hari (Bakta,2011).

Eritrosit yan terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular) (Bakta,2011).

Pada individu normal, rentang hidup rata-rata dari sel darah merah adalah 120 hari. Sehingga 0,8-1,0 % sel darah merah bertukar setiap hari. Pada akhir masa hidupnya, sel darah merah tidak dikenali oleh sel dari sistem retikuloendotelial 9RE), setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sum-sum tulang sebesar 17 mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) (Bakta,2011).

Tambahan besi yang dibutuhkan untuk produksi sel darh merah harian didapat dari diet. Normalnya, pria dewasa membutuhkan absorbsi setidaknya 1 mg elemen besi per hari untuk memenuhi kebutuhan; wanita membutuhkan setidaknya 1,4 mg/hari. Bagaimanapun, untuk mencapai proliferasi maksimum respon sumsum tulang terhadap anemia, tambahan besi harus tersedia. Dengan adanya stimulasi eritropoesis, kebutuhan besi meningkat sebanyak enam sampai delapan kali lipat. Jika hantaran besi ke sumsum tulang suboptimal, respon proliferasi sumsum tulang tidak baik, maka sintesis hemoglobin akan terganggu. Hasilnya adalah hipoproloferatif sumsum tulang diikuti anemia mikrositik hipokromik (Edward,2008).

2.2.7. Penyebab Anemia Defisiensi Besi

(27)

Tabel 2.3.Penyebab Defiensi Besi

Penyebab Defisiensi Besi

Peningkatan kebutuhan besi

Pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja Kehamilan

Terapi Eritropoetin

Peningkatan hilangnya darah Kehilangan darah kronik Menstruasi

Kehilangan darah akut Donasi darah

Penurunan absorbsi besi Diet yang tidak adekuat Inflamasi akut

2.2.8. Gambaran Klinis Anemia Defisiensi Besi

Gejala klinis yang terkait dengan defisiensi besi bergantung pada keparahan dan kronisitas dari anemia disamping tanda-tanda anemianya biasanya lemah,pucat,berkurangnya kapasitas aktifitas. Pasien juga sering memiliki keinginan untuk makan-makanan yang tidak lazim (pica), seperti tanah liat,es,lem dan lain-lain (Hoffbrand,2005).

Cheilosis (fisura di sudut mulut) dan koilonychias (kuku sendok) adalah tanda dari defisiensi besi lanjut. Pasien juga dapat mengeluhkan atrofi papil lidah, atrofi kulit sepertiga pasien (Edward,2008).

2.2.9. Skrining

(28)

sebaiknya diperiksa setiap lima tahun kecuali memiliki factor resiko anemia, skrining diakukan setiap tahun. Namun pada remaja laki-laki pemeriksaan anemia hanya dilakukan apabila memiliki faktor resiko (Alton,2005).

2.2.10. Penatalaksanaan

Keparahan dan penyebab anemia defisiensi besi menentukan pendekatan yang tepat untuk pengobatan. Seperti misalnya, pasien lanjut usia dengan anemia defisiensi besi berat dan kinstabilitas kardiovaskular mungkin membutuhkan tranfusi sel darah merah. Pasien lebih muda dengan anemia yang terkompensasi dapat diterapi lebih konservatif dengan penggantian besi. Pada banyak kasus defisiensi besi (wanita hamil, anak-anak dan remaja dalam pertumbuhan, pasien dengan episode pendarahan berulang, dan yang dengan asupan besi tidak adekuat), terapi besi oral sudah cukup. Untuk pasien dengan kehilangan darah tidak biasa atau malabsorbsi, test diagnostic spesifik dan terapi yang dapat diperlukan. (Edward,2008).

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Aaaaaa mfbggmmm

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Penelitian ini menampilkan dua variabel yaitu variabel independen yaitu anemia defisiensi besi, dan juga variabel dependen yaitu gangguan konsentrasi. 3.2.1 Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis , karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang akhirnya mengakibatkan pembentukan haemoglobin berkurang. 3.2.2 Gangguan Konsentrasi

Gangguan pemusatan pikiran,perhatian serta kesadaran terhadap suatu hal,dan menghambat proses belajar serta kegiatan sehari-hari.

Anemia Defisiensi Besi

(30)
(31)

sehari-hari.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi SMA yang bersekolah di SMAIT AL-FITYAN MEDAN.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan saat dimulai penyusunan proposal yaitu bulan Maret sampai bulan Desember 2014.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-sisiwi kelas 10 dan 11 dan 12 yang bersekolah di SMAIT AL-FITYAN MEDAN pada tahun 2014. 4.3.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan total sampling. Jumlah sample yang dalam penelitian ini sebanyak 106 orang. .

1. Kriteria Inklusi

a. Seluruh siswa-siswi kelas 10,11 dan 12 di SMAIT AL-FITYAN MEDAN b. Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

(33)

4.4. Meode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh diperoleh dari hasil kadar hemoglobin, dengan cara mengambil sample darah siswa-siswi pada ujung jari, kemudian melihat hasilnya pada alat ukur kadar hemoglobin (easy touch), dan kemudian di dokumentasikan.

Kemudian untuk menilai konsentrasi belajar dari siswa-siswi tersebut dilakukan uji Bourdon Test. Uji ini dilakukan untuk menilai ketepatan, kecepatan dan ketelitian responden. Pada uji ini nantinya responden akan diberikan lembaran yang berisi titik-titik, dengan kategori : 3 titik, 4 titik, 5 titik. Nantinya responden diminta untuk melingkari kategori yang 4 titik saja dalam waktu 15 menit. Uji ini dilakukan secara berkelompok. Jika makin banyak kategori 4 titik yang dilingkari, maka makin kuat daya konsentrasi responden. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka responden diberi kuesioner seputar gangguan konsentrasi. 4.5. Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer sebagai berikut :

1. Kadar hb dan jenis kelamin diolah secara manual. Kemudian hasilnya disajikan kedalam table dengan menggunakan Microsoft Excel.

2. Gangguan konsentrasi diolah secara manual. Kemudian hasilnya disajikan kedalam table dengan menggunakan Microsoft Excel.

4.5.2 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam table distribusi frekuensi terhadap variable-variabel yang diteliti kemudian dianalisis. Data mengenai kadar hb dan konsentrasi belajar dianalisis dengan menggunakan chi square untuk membuktikan hipotesis ada tidaknya hubungan antara variable

(34)

4.5.3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Uji validitas dan reabilitas dilakukan secara bertahap. Pertama kuesioner terlebih dahulu dirancang berupa pertanyan-pertanyaan yang berkaitan dengan konsentrasi. , kemudian butir-butir pertanyaan ini didiskusikan terlebih dahulu bersama dengan dosen pembimbing untuk menilai, mempertimbangkan dan memutuskan kerepresentatifan dan keterkaitan yang tinggi satu demi satu butir pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner apakah sudah sesuai dengan isi dan aspek yang akan diukur. Kuesioner yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas (content validity), dan kuesioner yang sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi (construct validity).

Dari 24 pertanyaan yang di uji validasi dan reabilitasnya , terdapat 15 pertanyaan yang memenuhi kriteria , yaitu pertanyaan nomor 2, 4 , 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14 , 15, 16, 19, 20, 23, 24. Untuk beberapa petanyaan yang sudah valid , dilampirkan dihalaman lampiran.

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAIT AL-FITYAN MEDAN yang bertempat di Jalan. Keluarga Link IX Kel. Asam Kumbang, Kec. Medan Selayang 20133. Sekolah ini merupakan Yayasan Pendidikan yang berbasis Islam , yang terdiri dari TK ,SD,SMP, dan SMA. Dimana keseluruhan murid , pengajar beserta staff wanita memakai hijab. Jam sekolah dimulai dari jam 7.20 – 16.30 , pada saat jam makan siang, sekolah menyediakan makan siang sehingga murid-murid tidak perlu jajan keluar dan juga makanan yang disediakan terjamin kebersihannya. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang diambil berjumlah 106 siswa yang merupakan siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang diamati meliputi jenis kelamin, status anemia, dan gangguan konsentrasi.

5.1.2.1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (orang) %

Perempuan 55 84,3%

Laki-laki 26 15,7%

Total 81 100%

Dari table 5.1. di atas terlihat bahwa responden laki-laki yaitu sebesar 26 orang (15,7%) dan terbanyak pada responden perempuan yaitu sebesar 55 orang (84,3%).

5.1.2.2. Status Anemia

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Status Anemia

(36)

Anemia 15 18,5%

Normal 66 81,5%

Total 81 100%

Dari table 5.2. diatas terlihat bahwa responden yang menderita anemia berjumlah 15 orang (18,5%) dan jumlah responden yang normal berjumlah 66 orang (81,5%).

5.1.2.3. Gangguan Konsentrasi

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan gangguan konsentrasi

Konsentrasi Frekuensi (orang) %

Baik 63 77,8

Buruk 18 22,2

Total 81 100

Dari table 5.3. diatas terlihat bahwa responden yang memiliki gangguan konsentrasi berjumlah 19 orang (22,2%) dan yang memiliki konsentrasi normal berjumlah 63 orang (77,8%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

(37)

Tabel 5.4. Hasil Uji Chi Square mengenai Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi

Anemia Konsentrasi n(%) p

Baik 10 (66,7%) 0,305

Buruk 5(33,3%)

Dari table 5.4. dapat dilihat bahwa dari 81 responden , yang mengalami anemia defisiensi besi dengan konsentrasi baik berjumlah 10 orang (66,7%) dan yang mengalami konsentrasi buruk berjumlah 5 orang (33,3%). Sementara reponden dengan kadar hb normal dengan konsentrasi baik berjumlah 53 orang(80,3%) dan yang mengalami konsentrasi buruk berjumlah 13 orang (19,7%).

Setelah dilakukan uji Fisher Exact Test seperti pada table 5.6. dibawah (dalam hal ini uji chi square tidak dapat digunakan karena terdapat > 20% sel mempunyai nilai harapan <5) dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,305 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

Tabel 5.5. Hasil Uji Chi Square mengenai Hubungan Jenis KelaminTerhadap Gangguan Konsentrasi

Jenis Kelamin Konsentrasi baik Konsentrasi buruk p

Laki-laki 22 (85,55%) 4 (14,5%) 0,212

(38)

Dari table 5.5. dapat dilihat bahwa dari 81 responden , responden laki-laki yang mengalami konsentrasi buruk sebanyak 4 orang (14,5%) dan yang mengalami konsentrasi baik berjumlah 22 orang (85,5%). Sementara reponden wanita yang mengalami konsentrasi baik berjumlah 41 orang(73,8%) dan yang mengalami konsentrasi buruk berjumlah 14 orang (26,2%).

(39)

Tabel 5.6. Hasil Uji Chi Square mengenai Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Anemia

Jenis Kelamin Anemia Normal P Laki-laki 5 (21,5%) 21 (78,5%) 0,783 Perempuan 10 (18,7%) 45 (81,3%)

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa dari 81 responden , responden laki-laki yang mengalami anemia sebanyak 5 orang (21,5%) dan responden yang normal berjumlah 21 orang (78,5%). Sementara reponden wanita yang mengalami anemia berjumlah 10 orang (18,7%) dan responden yang normal berjumlah 45 orang (81,3%).

Setelah dilakukan uji Pearson chi square seperti pada table 5.6. didapati 0% cell mempunyai nilai harapan < 5 dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,783 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan anemia defisiensi besi.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Prevalensi Anemia defisiensi besi pada SMAIT AL-FITYAN MEDAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Prevalensi Anemia defisiensi besi pada siswa-siswi SMAIT Al-Fityan sebanyak (18,5% ) dibandingkan yang tidak mengalami anemia defisiensi besi. Penelitian tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Andreas di SMA Theresia Manado pada tahun 2013 bahwa prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 11,7% dibandingkan yang tidak mengalami anemia defisiensi besi. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Nelly di SMAN1 Rantau Parapat pada tahun 2008 bahwasanya 52% anak mengalami anemia defisiensi besi dibandingkan dengan yang tidak mengalami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia di Sidoarjo pada tahun 2014, 50% responden mengalami anemia defisiensi besi dibandingkan yang tidak mengalami anemia defisiensi besi.

(40)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prevalensi gangguan konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN sebanyak 18 orang (22,2%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami gangguan konsentrasi. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andreas di Sma theresia manado pada tahun 2013 bahwa prevalensi gangguan konsentrasi sebesar 10% dibandingkan yang tidak mengalami gangguan konsentrasi. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh kurnia di SMK BUDURAN SIDOARJO mencatat bahwa 30% responden mengalami gangguan konsentrasi.

5.2.3. Hubungan Anemia Defisiensi Besi terhadap gangguan konsentrasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi siswa-siswi yang mengalami anemia defisiensi besi berjumlah 15 orang (18,5%) dan siswa-siswi yang mengalami gangguan konsentrasi berjumlah 18 orang (22,2%).

Berdasarkan uji Fisher Exact Test (dalam hal ini uji Chi Square tidak dapat digunakan karena terdapat > 20% sel mempunyai nilai harapan < 5) dengan tingkat kemaknaan 0,005 (α = 5%) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,305 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi. Sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andreas di Manado pada tahun 2013 bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gita di kecamatan Krapyak, Semarang pada tahun 2013 , bahwasanya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi. Hal ini kemungkinan jumlah sample yang sedikit dimana penelitian yang dilakukan oleh Andreas jumlah sample sebanyak 60 orang sedangkan jumlah sample yang dimiliki oleh Gita sebanyak 72 orang.

5.2.4. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Gangguan Konsentrasi

(41)

buruk sebanyak 4 orang (14,5%) sedangkan responden wanita dengan konsentrasi baik berjumlah 41 orang (73,8%) dan yang mengalami konsentrasi buruk sebanyak 14 orang (26,2%).

Berdasarkan uji pearson chi square didapati 0% cell mempunyai nilai harapan < 5 dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,212 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan gangguan konsentrasi.Sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap gangguan konsentrasi.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andreas di Manado pada tahun 2013 bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap gangguan konsentrasi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veni di kecamatan Jombang, kabupaten Jombang, pada tahun 2013 , bahwasanya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap gangguan konsentrasi. Hal ini kemungkinan jumlah sample yang sedikit dimana penelitian yang dilakukan oleh Andreas jumlah sample sebanyak 60 orang sedangkan jumlah sample yang dimiliki oleh Veni sebanyak 80 orang. 5.2.5. Hubungan jenis kelamin terhadap anemia defisiensi besi

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden laki-laki yang mengalami anemia defisiensi besi sebanyak 5 orang (21,5%) dibandingkan dengan responden yang normal sebanyak 21 orang (78,5%). Sedangkan responden perempuan yang mengalami anemia defisiensi besi berjumlah 10 orang (18,7%) dibandingkan dengan responden perempuan sebanyak 45 orang (81,3%).

Berdasarkan uji pearson chi square didapati 0% cell mempunyai nilai harapan < 5 dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,783 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan anemia defisinsi besi.Sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap anemia defisiensi besi.

(42)
(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a) Proporsi responden yang mengalami anemia defisiensi anemia defisiensi besi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN berjumlah 15 orang (18,5%) . b) Konsentrasi belajar siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN sebagian besar pada

kategori baik (77,8%).

c) Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap gangguan konsentrasi berdasarkan uji statistik pearson chi-square dengan nilai p = 0,212 atau p> 0,05.

d) Tidak ada hubungan yang signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi berdasarkan uji statistik fisher exact test dengan nilai p = 0,305 atau p> 0,05.

e) Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap anemia defisiensi besi berdasarkan uji statistic pearson chi-square dengan nilai p = 0,783 atau p> 0,05

6.2. Saran

Jika dilihat dari hasil kesimpulan diatas maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kadar hemoglobin agar dapat mengurangi insidensi terjadinya anemia defisensi besi yang nantinya akan menyebabkan gangguan konsentrasi. Adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Perlu adanya kerjasama lintas sector antara pihak sekolah, masyarakat dan Dinas Kesehatan atau Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama penilaian kadar hb agar siswa yang memiliki kadar hemoglobin rendah bisa segera ditanggulangi.

(44)

c) Minum supermen zat besi (jika perlu) untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh.

d) Olahraga secara teratur agar tubuh senantiasa sehat sehingga mudah untuk beraktifitas.

e) Untuk gangguan konsentrasi disarankan untuk mengikuti beberapa tes psikologis dan konsultasi kepada dokter ahli jika sangat menggangu.

f) Jika masih dalam usia remaja disarankan untuk lebih focus terhadap apa yang menjadi prioritas seperti focus terhada pelajaran yang diikuti.

g) Perlu ada waktu untuk refreshing sejenak agar kepenatan dalam pikiran bisa teratasi dengan itu memudahkan untuk berkonsentrasi dalam hal apapun.

h) Memilih waktu dan tempat belajar yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan dan sesuai dengan kepribadian (seperti beberapa orang bisa dengan mudah berkonsentrasi apabila mendengarkan music, ada juga beberapa orrang yan belajar dalam suasana yang tenang).

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien anemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta pusat : Interna Publishing;2011. H. 1109-15.

Bakta IM. Hematologi klinik. Jakarta: EGC; 2007.h.26-39.

Worwood M, Hoffbrand AV. Iron metabolism, iron deficiency and disorders of haemsynthesis. Dalam: Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EG, penyunting. Postgraduate haematology. 5th ed. UK;2005.h.26-42.

Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak,2013. Avalaible from:

Dirgantoro,2012 MakalahTentang Konsentrasi Belajar. Available from: http//www.repository.library.uksw.edu/bitstream/html.

http//www.ejournal.unes.ac.id/article/4835/13/article.html.

Hoffbrand, AV. et all. 2005. Kapita Selekta Hematologi.Jakarta: EGC.

Edward J, Benz Jr. Disorder of Hemoglobin. Dalam: Fauzi AS, Braunwald E,penyunting. Harrison. Harrisons principles pf internal medicine.17th ed. United states: The McGraw-hill Companies; 2008.h.635-42.

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia defisiensi besi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta Pusat: Interna Publisihing; 2011.h.1127-36.

Alton I. Iron deficiency anemia. Dalam: Stang J, Story M, penyunting. Guidelines for adolescent nutrition services. Minnesota;2005.h.101-08.

Provan D. Iron deficiency anaemia. Dalam: Provan D, penyunting. ABC of Clinical Haematology. 2nd Ed. London: BMJ Publishing Group;2003.h.1-4.

Benoist B, Mclean E, Egli I, Cogswell M. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005. Switzerland: WHO press; 2008.

(46)

Masrizal. 2007. Studi Literatur: Anemia Gizi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.2.No.1. Avalaible from :

Deny, Hendrata. 2007. Konsentrasi Belajar

Selasa, 3 April 2014).

Djamarah,Saiful Bahri.2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W.2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Susanto, H. 2006. Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa. (online), 46-51 MeningkatkanKonsentrasi.pdf, (Accesed 28 April 2014).

Theml Harald, MD.et.ALL.2004.Color Atlas Hematology Practical Microscopic and Clinical Diagnosis. New York:Thieme

Ama F. 1987. Pengaruh Anemia Defisiensi Gizi Terhadap Konsentrasi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Serta Cara. Majalah Kesehatan

Masyarakat Indonesia, Tahun XVII No. 3 hal. 160-164.

Ganong,1990. Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Adji Dharma. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Sayogo dkk. 1995. Anemia Akibat Kurang Zat Besi Keadan, Masalah dan Program Penanggulangannya. Medika No.1 Tahun 17 ha.l 38-40.

(47)
(48)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Denga segala hormat,

Saya yang bernama Riska Meutiarani / NIM.110100049 adalah mahasisiwi yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul ‘ Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi Pada Siswa-Siswi SMAIT AL-FITYAN MEDAN.’

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat member informasi baru tentang sejauh mana pemahaman anak sekolah tentang pengaruh anemia defisiensi besi terhadap gangguan konsentrasi.

Prosedur penelitian adalah dengan mengambil sampel darah pada ujung jari untuk menilai kadar hemoglobin dan kemudian didokumentasikan serta dikelompokan dalam kategori anemia atau tidak anemia. Selanjutnya untuk menilai gangguan konsentrasi siswa-siswi nantinya diminta untuk mengerjakan Bourdon Test yang sebelumnya telah peneliti jelaskan bagaimana cara mengerjakannya. Untuk kekuratan penelitian gangguan konsentrasi, maka peneliti menyediakan kuesioner seputar gangguan konsentrasi yang nantinya akan diisi oleh responden penelitian. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan saudar/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian yang saya lakukan dan diharapkan kuesioner yang disediakan diisi dengan sejujur-jujurnya. Penelitian tersebut memakan waktu selama 30 menit. Jika saudara/saudari setuju silahkan menandatangani halaman persetujuan yang dilampirkan sebagai bukti kerelaan anda.

Identitas pribadi saudara/saudari sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini saja. Apabila terdapat hal yang kurang dimengerti,saudar/saudari dapat bertanya langsung kepada peneliti.

(49)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama:

Umur: Alamat: Telp/hp:

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “ Hubungan Anemia Defisiensi Besi terhadap Gangguan Konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat diperlakukan seperlunya.

(50)

LAMPIRAN 4

No PERTANYAAN Ya Tidak

1 Apakah anda sedang mempunyai masalah dengan keluarga/teman/pacar pada saat ini? 2 Apakah anda baru saja putus hubungan

dengan pacar anda?

3 Apakah anda kehilangan keluarga atu teman terdekat baru-baru ini?

4 Apakah sering terjadi konflik atau pergaduhan didalam keluarga anda? 5 Apakah anda mempunyai masalah

kesehatan?

6 Apakah anda sering jatuh sakit? 7 Apakah anda sering sakit sekarang? 8 Apakah anda sering letih dan tertidur

didalam kelas?

9 Apakahanda sering tidak berminat

mendengar pelajaran yang diberikan guru dikelas?

10 Apakah anda sering melamun dikelas? 11 Apakah anda sering ketinggalan pelajaran? 12 Apakah anda merasa ingin tidur saja dan

tidak mau beraktifitas selepas pulang sekolah?

13 Apakah anda sering tidak mengikuti aktifitas sukan dikelas?

14 Apakah anda harus membaca sesuatu berulang-ulang untuk faham?

(51)
(52)

LAMPIRAN 6

DISTRIBUSI FRREKUENSI JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

DISTRIBUSI FREKUENSI GANGGUAN KONSENTRASI

(53)

Case Processing Summary

*Hubungan Anemia Defisiensi terhadap gangguan konsentrasi

(54)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .292 .006 N of Valid Cases

81

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. *Hubungan jenis kelamin terhadap gangguan konsentrasi

Chi-Square Tests

(55)

*Hubungan jenis kelamin terhadap anemia defisiensi besi Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square .076(b) 1 .783

Continuity

Correction(a) .000 1 1.000

Likelihood Ratio .075 1 .784

Fisher's Exact

Test .777 .500

N of Valid Cases 81

a Computed only for a 2x2 table

(56)

Hubungan jenis kelamin dengan anemia defisiensi besi

hbkel Total

anemia normal anemia

sex pria Count 5 21 26

Hubungan jenis kelamin dengan ganngguan konsentrasi

(57)

Hubungan jenis kelamin terhadap anemia defisiensi besi

konsentrasikel Total

baik buruk baik

hbkel anemia Count 10 5 15

Expected Count 11.7 3.3 15.0

% within hbkel 66.7% 33.3% 100.0%

% within konsentrasikel 15.9% 27.8% 18.5%

normal Count 53 13 66

Expected Count 51.3 14.7 66.0

% within hbkel 80.3% 19.7% 100.0%

% within konsentrasikel 84.1% 72.2% 81.5%

Total Count 63 18 81

Expected Count 63.0 18.0 81.0

% within hbkel 77.8% 22.2% 100.0%

(58)

Hasil uji validasi dan reabilitas kuesioner Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(59)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pertanyaan 2 .70 .470 20

pertanyaan 4 .50 .513 20

pertanyaan 6 .55 .510 20

pertanyaan 8 .70 .470 20

pertanyaan 9 .70 .470 20

pertanyaan 10 .60 .503 20

pertanyaan 11 .40 .503 20

pertanyaan 13 .50 .513 20

pertanyaan 14 .70 .470 20

pertanyaan 15 .75 .444 20

pertanyaan 16 .60 .503 20

pertanyaan 19 .65 .489 20

pertanyaan 20 .75 .444 20

pertanyaan 23 .90 .308 20

(60)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

pertanyaan 2 8.90 17.147 .741 .877

pertanyaan 4 9.10 17.253 .642 .880

pertanyaan 6 9.05 17.734 .525 .886

pertanyaan 8 8.90 17.042 .770 .875

pertanyaan 9 8.90 17.253 .711 .878

pertanyaan 10 9.00 16.842 .765 .875

pertanyaan 11 9.20 17.747 .532 .885

pertanyaan 13 9.10 17.779 .511 .886

pertanyaan 14 8.90 17.674 .596 .883

pertanyaan 15 8.85 18.450 .421 .889

pertanyaan 16 9.00 18.316 .391 .891

pertanyaan 19 8.95 18.471 .367 .892

pertanyaan 20 8.85 17.713 .626 .882

pertanyaan 23 8.70 19.274 .327 .892

pertanyaan 24 9.00 18.000 .469 .888

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(61)
(62)

Gambar

Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh
Tabel 2.2. Absorbsi Besi
TABEL 2.4. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini, adalah untuk menjadikan pemeriksaan darah rutin biasa sebagai alat pemeriksaan skrining (pemantau) pada kelompok masyarakat luas, apakah telah terjadi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pendidikan kesehatan bagi masyarakat untuk mengatur jarak kehamilan sebagai upaya mengurangi risiko anemia

Selain melakukan pelayanan deteksi dini kanker payudara bergerak (mobile), Dinas Kesehatan Kabupaten Badung juga bekerjasama dengan pihak Puskesmas untuk melakukan

Kesimpulan : kerjasama antar tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien sehingga masalah keperawatan

Pada komponen input, diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Makassar agar mengadakan pelatihan secara berkala kepada semua petugas imunisasi puskesmas, melakukan pengadaan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, didapati adanya hubungan yang bermakna antara hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defisiensi besi

dilakukan secara teratur dan berkala (Depkes, 2004). Jadi bila Dinas kesehatan tidak melakukan supervise maka tugas puskesmas menggantikan jadwal Dinas

c; Mendapat pelayanan pemeriksaan / konsultasi kesehatan.. Dilakukan secara rutin oleh Kepala Puskesmas dan berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan. 9)Penanganan pengaduan, saran