Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh DWI WAHYUNI
20120350040
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh DWI WAHYUNI
20120350040
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii Disusun oleh: Dwi Wahyuni
20120350040
Telah disetujui dan diseminarkan pada 02 Juni 2016
Dosen Pembimbing,
Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt. NIK :19680229199409173008
Dosen Penguji 1
Bangunawati Rahajeng,M.Si.,Apt. NIK:197001105201104173154
Dosen Penguji 2
Pinasti Utami, M.Sc., Apt. NIK:19850318201004173123
Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
Nama : Dwi Wahyuni
NIM : 20120350040
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah
ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 02 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
Dwi Wahyuni
iv
FELL THE BITTERNESS OF STUPIDITY, LATER”.
“ALLAH AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN DI
ANTARAMU DAN ORANG-ORANG YANG DIBERI ILMU PENGETAHUAN.”
v
Terimakasih atas doa, dukungan serta motivasi Ayah dan Mama yang sejak dulu hingga detik ini selalu menyertai perjalanan hidupku.
Untuk semua Kakak-kakaku tersayang, yang selalu kujadikan contoh kesuksesan dalam hidupku. Terimakasih kalian selalu memotivasiku agar kelak kubisa lebih sukses dari kalian dan
terimakasih juga atas doa-doa kalian yang selalu mendoakan kesuksesanku.
vi
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kualitas Hidup Pasien Interprofessional Education (IPE) Rawat Jalan Di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta”.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat dan hidayah-Nya.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi izin dalam pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Dra. Salmah Orbayinah M,Kes., Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bangunawati Rahajeng,M.Si.,Apt selaku Dosen Penguji 1 dan Pinasti Utami, M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar program studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Teman-teman satu bimbingan, yaitu M.Fachriannor, Uswatun Niswah, Rima Fathu Nimah, Rifa Atria Muda, Chakra Haadi, dan Seftina Wulandari.
8. Sahabat di Yogyakarta, Irna Nurrohmah, Farida Elyyani, Neng Rini AY, Uswatun Niswah, Imas Nurhayati dan anak-anak “Wisma Patria”.
9. Sahabat-sahabat di Lampung, Endah Giantrisna S dan Nurul Annisa Ridwan. 10.Keluarga besar ASPARTIC (Farmasi 2012)
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna mendapatkan hasil karya tulis ilmiah yang lebih baik. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 02 Juni 2016
vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
MOTTO ... iv
A. Latar belakang penelitian ... 1
B. Perumusan masalah ... 3
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Keaslian penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Interprofessional Education (IPE) ... 6
1. Definisi Interprofessional Education (IPE)... 6
2. Tujuan Interprofessional Education (IPE) ... 7
3. IPE di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)... 8
B. Asri Medical Center (AMC) ... 10
C. Rawat Jalan ... 12
D. Kualitas Hidup ... 14
1. Definisi Kualitas Hidup ... 14
2. Dimensi – Dimensi Kualitas Hidup ... 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 17
E. Kerangka Konsep ... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
A. Desain Penelitian ... 19
B. Tempat dan Waktu ... 19
C. Populasi dan Sampel ... 19
D. Kriteria inklusi dan eksklusi ... 20
E. Definisi Operasional... 20
F. Instrumen Penelitian... 21
G. Cara Kerja ... 22
viii
C. Keterbatasan Penelitian ... 34
BAB V ... 35
Kesimpulan dan Saran... 35
A. Kesimpulan ... 35
B. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
ix
Gambar 3. Langkah Kerja ... 22
Gambar 4. Distribusi berdasarkan jenis kelamin ... 25
Gambar 5. Distribusi responden berdasarkan usia ... 26
Gambar 6. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ... 27
x
xii
meningkatkan kolaborasi interprofessional sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Proses pembelajaran IPE di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan di Asri Medical Center (AMC).Proses pembelajaran ini akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien terutama pasien rawat jalan dengan beberapa jenis penyakit.Pelayanan kesehatan yang optimal akan memberikan kualitas hidup yang tinggi untuk pasien. Kualitas Hidup adalah kondisi sesorang yang dilihat dari keadaan psikologis,kesejahteraan emosional, kesehatan fisik dan mental, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien IPE rawat jalan Di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Sebanyak 10 pasien rawat jalan IPE diberikan
kuesioner THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE
(WHOQOL) –BREF dengan 26 pertanyaan meliputi 4 dimensi kualitas hidup. Pengukuran skor awal kualitas hidup dari instrumen penelitian WHOQOL –BREF akan ditransform menjadi skala 0-100 dan dikategorikan menjadi skala kategori kualitas hidup sebagai berikut: 0: kematian; 1-55: rendah; 56-79: sedang; 80-99: tinggi dan 100: sempurna.
Hasil penelitian didapatkan kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran Interprofessional Education (IPE) di AMC adalah tinggi, yaitu dengan rerata 84,97±1,53. Kualitas hidup pasien berdasarkan 4 dimensi, diurutkan dari yang terbesar yaitu hubungan sosial, kesehatan psikologi, lingkungan dan kesehatan fisik. Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien IPE rawat jalan di AMC tinggi.
xiii
result of improving quality of patients life. Learning process IPE at University Muhammadiyah Yogyakarta held in Asri Medical Center (AMC). Learning process will be provided patients to especially for outpatients with some disease. The optimality of health care will be provided with a high quality of patients life. A Quality life is the someone condition who have seen from a psychological condition, welfare emotional, physical and mental health, have a physical ability to do the things to do every day.
The research aims to determine the quality of outpatients life IPE Asri Medical Center Yogyakarta. The research is descriptive analysis research with cross sectional approach. The sampling technique using totally sampling technique. There are 10 outpatients IPE be given the questionnaires THE
WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) –
BREF with 26 questions comprising 4 dimensions quality of life. The first score measurement from research instrument WHOQOL –BREF will be transform to scale 0-100 and categorized to scale categories quality of life based on 0: mortality; 1-55: low; 56-79: medium; 80-99: high and 100: perfect.
The result of this research available to quality of patients life toward learning process of IPE in AMC is high with an average 84.97 ± 1.53. The quality of patients life by four dimensions, sorted from biggest there are social relationships, psychological health, environmental and physical health.The conclusion of this result is the quality of outpatients life IPE AMC is high.
atau lebih mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofessional sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Proses pembelajaran IPE di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan di Asri Medical Center (AMC).Proses pembelajaran ini akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien terutama pasien rawat jalan dengan beberapa jenis penyakit.Pelayanan kesehatan yang optimal akan memberikan kualitas hidup yang tinggi untuk pasien. Kualitas Hidup adalah kondisi sesorang yang dilihat dari keadaan psikologis,kesejahteraan emosional, kesehatan fisik dan mental, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien IPE rawat jalan Di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Sebanyak 10 pasien rawat jalan IPE diberikan
kuesioner THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE
(WHOQOL) –BREF dengan 26 pertanyaan meliputi 4 dimensi kualitas hidup. Pengukuran skor awal kualitas hidup dari instrumen penelitian WHOQOL –BREF akan ditransform menjadi skala 0-100 dan dikategorikan menjadi skala kategori kualitas hidup sebagai berikut: 0: kematian; 1-55: rendah; 56-79: sedang; 80-99: tinggi dan 100: sempurna.
Hasil penelitian didapatkan kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran Interprofessional Education (IPE) di AMC adalah tinggi, yaitu dengan rerata 84,97±1,53. Kualitas hidup pasien berdasarkan 4 dimensi, diurutkan dari yang terbesar yaitu hubungan sosial, kesehatan psikologi, lingkungan dan kesehatan fisik. Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien IPE rawat jalan di AMC tinggi.
result of improving quality of patients life. Learning process IPE at University Muhammadiyah Yogyakarta held in Asri Medical Center (AMC). Learning process will be provided patients to especially for outpatients with some disease. The optimality of health care will be provided with a high quality of patients life. A Quality life is the someone condition who have seen from a psychological condition, welfare emotional, physical and mental health, have a physical ability to do the things to do every day.
The research aims to determine the quality of outpatients life IPE Asri Medical Center Yogyakarta. The research is descriptive analysis research with cross sectional approach. The sampling technique using totally sampling technique. There are 10 outpatients IPE be given the questionnaires THE
WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) –
BREF with 26 questions comprising 4 dimensions quality of life. The first score measurement from research instrument WHOQOL –BREF will be transform to scale 0-100 and categorized to scale categories quality of life based on 0: mortality; 1-55: low; 56-79: medium; 80-99: high and 100: perfect.
The result of this research available to quality of patients life toward learning process of IPE in AMC is high with an average 84.97 ± 1.53. The quality of patients life by four dimensions, sorted from biggest there are social relationships, psychological health, environmental and physical health.The conclusion of this result is the quality of outpatients life IPE AMC is high.
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang penelitian
Tujuan melakukan terapi pada seorang pasien adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Menurut Donald (2003) kualitas hidup adalah sesuatu yang
dideskripsikan untuk mengukur emosional, sosial dan kondisi fisik seseorang serta
kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan
sehari-hari. Seseorang dikatakan memiliki kualitas hidup yang baik apabila dapat
menikmati potensi-potensi penting dalam hidupnya (Renwick dan Brown, 1995).
Kualitas hidup dipakai sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari sebuah
perawatan atau menyeimbangkan faktor-faktor resiko dan manfaat dari sebuah
pengobatan. Keberhasilan terapi seorang pasien dapat dilihat dari peningkatan
kualitas hidup dia setelah diberikannya suatu terapi. Diagnosa yang tepat dari
dokter, pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan, serta kepatuhan pasien
dalam mengkonsumsi obat mampu untuk menjamin keberhasilan suatu terapi.
Keberhasilan terapi bisa dilihat dari kondisi kesehatan pasien yang semakin
membaik setelah dilakukannya suatu terapi, baik terapi secara farmakologi atau
non farmakologi. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW :
ًءافش هل لزْنأ اّإ ًءاد ه لزْنأ ام
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan
penawarnya.” (HR Bukhari).
Menurut American College of Clinical Pharmacy (ACCP, 2009),
Kemajuan dalam pelayanan kesehatan telah membuat seorang tenaga kesehatan
tidak mungkin bekerja sendirian untuk memberikan pelayanan yang optimal,
sehingga perlu diadakannya kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan untuk
mewujudkan terapi yang optimal untuk pasien. Oleh karena itu pada tahun 2007,
World Health Organization (WHO) mencetuskan salah satu konsep pendidikan
yaitu IPE sebagai pendidikan yang terintegrasi untuk peningkatan kemampuan
kolaborasi.
IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau lebih disiplin ilmu
yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar dengan tujuan untuk
membina interdisipliner/interaksi interprofessional yang meningkatkan praktek
disiplin masing-masing (ACCP, 2009). Menurut Cochrane Collaboration, IPE
terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda
melaksanakan pembelajaran interaktif bersama dengan tujuan untuk
meningkatkan kolaborasi interprofessional dan meningkatkan kesehatan atau
kesejahteraan pasien.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah menerapkan proses pembelajaran IPE
sejak tahun 2013, dengan diikuti oleh mahasiswa tahap profesi dari Kedokteran
Umum, Kedokteran Gigi, Keperawatan dan mahasiswa strata satu yaitu Farmasi.
Salah satu proses pembelajaran di IPE adalah Bed Site Teaching (BST) dengan
pasien riil dan pasien simulasi sesuai dengan modul yang berjalan yaitu: Diabetes
Milletus (DM), Human Immunodeficiency Virus (HIV) , Drug Abuse, Malaria,
Tuberculosis (TBC),Osteo Arthritis (OA), Abortus, Trauma, Gondok dan Stroke.
merupakan hal yang baru di UMY dan bahkan di Indonesia. Adanya kegiatan IPE
ini diharapkan agar mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan dapat terlibat dan
berkontribusi aktif dalam kerjasama “collaborative practice” sehingga dapat
meningkatan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Berridge (2010), komunikasi interprofesi merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam meningkatkan keselamatan pasien, karena melalui
komunikasi interprofesi yang berjalan efektif, akan menghindarkan tim tenaga
kesehatan dari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan medical error, sehingga
perlu adanya kurikulum pembelajaran IPE yang mampu melatih kemampuan
mahasiswa dalam sebuah kolaborasi interprofesi. Terjalinnya komunikasi yang
baik antar mahasiswa kesehatan yang sedang melakukan proses pembelajaran IPE
diharapkan dapat memberi perubahan yang baik terhadap kualitas hidup seorang
pasien. Melihat fakta dan penjelasan dari berbagai sumber di atas membuat
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup pasien IPE
rawat jalan di AMC Yogyakarta.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini, yaitu :
Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan proposal
ini adalah :
“Untuk mengetahui Kualitas Hidup Pasien IPE Rawat Jalan Di AMC
Yogyakarta”.
Keaslian penelitian
Sepengetahuan peneliti belum pernah ada penelitian serupa tentang
kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran IPE, namun ada penelitian
lain mengenai IPE yaitu “Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Praktek
IPE di AMC”, penelitian ini dilakukan oleh Wahidah Aulianissa pada tahun 2015.
Perbedaan terletak pada tujuannya, yang mana penelitian yang akan dilakukan
bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien sedangkan penelitian
sebelumnya adalah tingkat kepuasan IPE. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah deskriptif non-eksperimental dengan pendekatan cross
sectional. Hasil dari penelitian ini yaitu diketahui bahwa dari 14 responden yang
terpapar praktik IPE di AMC, mayoritas responden menyatakan sangat puas
dengan persentase 78,6% dan sisanya puas dengan persentase sebesar 21,4%.
Penelitian lainnya yaitu mengenai kualitas hidup dengan judul “Potensi
Peran Farmasis Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Lanjut Usia:
Perspektif Rawat Rumah” yang dilakukan oleh D.A. Perwitasari pada tahun 2009
dan dilaksanakan di RSUP Sardjito. Metode pada penelitian ini adalah deskriptif
Quality of Life (WHOQOL) yang sudah tersedia dalam bahasa Indonesia. Hasil
penelitian diketahui bahwa dari 7 responden yang diteliti mendapatkan rata-rata
kualitas hidup rendah (46,1±4,4). Perbedaan dengan penelitian yang peneliti
lakukan yaitu pada waktu,objek dan tempat penelitian.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan dibidang pendidikan kesehatan terutama
tentang kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran IPE.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan untuk tetap menerapkan proses pembelajaran IPE di
kegiatan perkuliahan agar dapat menghasilkan lulusan tenaga medis yang
berkualitas dan mampu berkolaborasi dengan baik,antar tenaga medis lain agar
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien.
3. Bagi Asri Medical Center
Memberikan masukan kepada manajemen AMC tentang kualitas hidup pasien
terhadap praktik IPE yang berpengaruh terhadap kesehatan pasien rawat jalan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Interprofessional Education (IPE) Definisi Interprofessional Education (IPE)
Menurut The Center for the Advancement of Interprofessional Education
(CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan
tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan.
Sebuah rekomendasi dari WHO (2010) yang bertema “Framework For Action On
Interprofessional Education & Collaborative Practice” menjelaskan bahwa IPE
merupakan strategi pembelajaran inovatif yang menekankan pada kerjasama dan
kolaborasi interprofesi dalam melakukan proses perawatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan pasien. Lebih jauh WHO (2010) menjelaskan bahwa
kerjasama interprofesi merupakan kemampuan yang harus selalu dipelajari dan
dilatih melalui IPE. Kemampuan kerjasama interprofesi yang baik dapat dilihat
dari kemampuan mahasiswa untuk menjadi team leader dan mampu mengatasi
hambatan dalam kerjasama interprofesi.
Topik dan konten yang dapat dipelajari dalam IPE meliputi epidemiologi,
promosi kesehatan, keterampilan klinis, pengambilan keputusan klinik, rencana
perawatan, analisis kritis, etik, komunikasi, patient safety dan lain-lain. Dengan
pengalaman pembelajaran IPE ini mahasiswa akan dapat saling bertukar
pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan terkait peran dan tugas
masing-masing profesi dalam menangani pasien sehingga akan muncul sikap saling
menghargai antar profesi yang nantinya akan meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien.
Tujuan Interprofessional Education (IPE)
Tujuan IPE adalah untuk melatih mahasiswa untuk lebih mengenal peran
profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan mampu untuk
berkolaborasi dengan baik saat proses perawatan pasien. Proses perawatan pasien
secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
meningkatkan kepuasan pasien. Menurut The Canadian InterprofessionalHealth
Collaborative (2009), praktek kolaborasi terjadi ketika penyelenggara pelayanan
kesehatan bekerja dengan orang yang berasal dari profesinya sendiri, luar
profesinya sendiri, dan dengan pasien atau klien serta keluarganya.
WHO (2010) juga menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE
dalam meningkatkan hasil perawatan pasien. IPE merupakan langkah yang sangat
penting untuk dapat menciptakan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan
profesional sehingga dapat meningkatkan hasil perawatan pasien.
Menurut Cooper (2001) dalam Fauziah (2010), tujuan pelaksanaan IPE
antara lain meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan
kerjasama, membina kerjasama yang kompeten, membuat penggunaan
sumberdaya yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas perawatan pasien
yang komprehensif. ACCP (2009) menyebutkan bahwa hasil yang diharapkan dari
sebuah pembelajaran IPE antara lain, reaksi, modifikasi sikap dan persepsi,
tambahan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap, perubahan dalam
IPE di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi bahwa IPE
merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan primer pada tahun
1978, berbagai universitas di seluruh dunia mulai mengembangkan IPE dalam
kurikulum pendidikan mereka. Salah satu universitas yang telah menerapkan
pembelajaran IPE adalah Griffith University dan Queensland University di
Australia, kemudian pada tahun 2013 salah satu universitas di Indonesia juga
mulai menerapkan pembelajaran ini secara formal yaitu di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
dandilaksanakan di AMC Yogyakarta. IPE di FKIK UMY diikuti oleh mahasiswa
dari empat program studi, yaitu mahasiswa pendidkan dokter, pendidikan dokter
gigi dan ilmu keperawatan tahap profesi yang sedang menjalani stase kedokteran
keluarga/kedokteran komunitas dan sudah melewati 4 stase besar, beserta
mahasiswa program studi farmasi yang sedang menempuh S-1 Farmasi.
Mahasiswa farmasi yang diikutsertakan dalam proses pembelajaran IPE masih
dalam tahap S-1 karena di FKIK UMY saat ini belum ada program studi profesi
untuk farmasi, sehingga untuk melengkapi semua mahasiswa kesehatan tetap ada
dalam proses pembelajaran IPE ini mahasiswa S-1 farmasi tetap diikutsertakan.
Kegiatan IPE dilakukan secara berkelompok yang dimana 1 kelompok terdiri dari
10-12 orang.
Sesuai dengan yang tercantum pada modul IPE di AMC, alur pelaksanaan
1) BST, tujuan dari BST adalah :
a) Mengajarkan keterampilan klinis (keterampilan klinik dasar
maupun prosedural)
b) Mengamati pencapaian keterampilan klinis dengan memberikan
feedback
Hal- hal yang dapat diajarkan dari kegiatan BST adalah :
a) Kemampuan wawancara medis
b) Kemampuan pemeriksaan fisik dan keterampilan prosedural
c) Keputusan klinik
d) Kemampuan konseling dan kualitas humanistik/profesionalisme
e) Keterampilan klinik prosedural
f) Kompetensi klinis keseluruhan
2) Tutorial Klinik
Kegiatan ini berupa pembelajaran berbasis kasus nyata yang ditemui di
klinik. Tutorial klinik difasilitasi oleh 1 orang dosen pembimbing
klinik IPE.
3) Presentasi Kasus
Tujuan dari kegiatan ini adalah mahasiswa IPE mampu melaporkan
kasus klinik secara lengkap berikut langkah – langkahnya secara
bertahap dan lengkap. Presentasi kasus difasilitasi oleh perwakilan
dosen pembimbing masing – masing program studi. Langkah –
langkah yang dilakukan dalam presentasi kasus adalah :
b) Pengisian rekam medis lengkap
c) Pembahasan, yang dilengkapi dengan teori dan data Evidence
Based Medicine (EBM)
d) Presentasi dengan menggunakan power point.
4) Refleksi Kasus
Refleksi kasus meliputi proses pengungkapan kembali atas observasi,
analisis dan evaluasi dari pengalaman klinik yang didapat peserta.
Refleksi kasus dilakukan 1 kali setiap mahasiswa dan dipresentasikan
kepada 1 dosen pembimbing klinik IPE.
5) Tes Sumatif
Tes sumatif merupakan tes tulis yang diberikan kepada mahasiswa IPE
untuk mengevaluasi proses pembelajaran mengenai IPE. Tes tulis ini
berisikan sekitar 30 soal yang harus dikerjakan oleh setiap mahasiswa
IPE.
B. Asri Medical Center (AMC)
Asri Medical Center dididirikan berdasarkan SK BPH UMY. Ijin
Pendirian Asri Medical Center atas nama UMY sebagai induk organisasi. Dengan
demikian status AMC secara hukum mengikuti Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta sebagai sebuah Badan Hukum Pendidikan. AMC berada di tengah
kota Yogyakarta yaitu di Jl. HOS Cokroaminoto No.17 Yogyakarta.
AMC menghadirkan pelayanan pemeliharaan kesehatan, kebugaran, dan
holistik. Center-center yang dimiliki oleh AMC meliputi : Diabetic Center,
Rheumatic and Pain Center, Eye Center, Anti Aging and Skin Center dan Dental
Aesthetics Center. Support medik lainnya : Poliklinik DSM (Dana Sehat
Muhammadiyah), Pusat pelayanan dokter spesialis, Apotek, Pusat Pelayanan
Laboratorium dan Diagnostik Pramita Utama, dan Laboratorium Pathologi
Anatomi.
AMC juga menyediakan layanan dan fasilitas untuk proses pembelajaran
IPE bagi mahasiswa FKIK UMY sebagai salah satu kurikulum perkuliahannya.
AMC menyediakan ruangan IPE, ruang Bed Site Teaching (BST), dan ruang
tutorial untuk pelaksanaan kegiatan IPE. Pasien yang disediakan adalah pasien riil
dan pasien simulasi sesuai dengan modul yang berjalan yaitu modul terhadap
Diabetes Mellitus, HIV/AIDS, Stroke, Osteo Arthritis, Tuberkulosis, Drug abuse,
Trauma, Malaria, Abortus dan Gondok. Pasien yang riil untuk saat ini adalah
pasien penderita Diabetes Mellitus, HIV/AIDS, Drug abuse, Stroke, Osteo
Arthritis, dan Tuberkulosis, Selain dari penyakit tersebut hanya pasien simulasi.
Jadi, di penelitian ini penulis hanya akan meneliti kualitas hidup dari
pasien-pasien riil yang disediakan pada proses pembelajaran IPE ini.
C. Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kesehatan. Secara sederhana menurut Feste (1989) dalam Azwar
(1996), yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan
hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
atau klinik tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien serta di rumah
perawatan (nursing homes).
Prosedur penerimaan pasien pasien rawat jalan dapat disesuaikan dengan
sistem yang dianut oleh masing-masing rumah sakit. Prosedur penerimaan pasien
rawat jalan adalah sebagai berikut:
1. Pasien baru
Setiap pasien baru diterima di Tempat Penerimaan Pasien (TPP) akan
diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan informasi mengenai data identitas
sosial pasien yang harus diisikan pada formulir Ringkasan Riwayat Klinik. Setiap
pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang akan digunakan sebagai kartu
pengenal (kartu berobat), yang harus dibawa pada setiap kunjungan berikutnya ke
rumah sakit yang sama, baik pasien berobat jalan maupun sebagai pasien rawat
inap. Pada rumah sakit yang telah menggunakan sistem komputerisasi identitas
sosial pasien dengan nomor rekam medis pasien baru harus disimpan untuk
dijadikan database pasien, sehingga sewaktu – waktu pasien berobat kembali ke
rumah sakit maka data pasien tersebut mudah ditemukan dengan cepat. Ringkasan
riwayat klinik juga dipakai sebagai dasar pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien
(KIUP) dan data diatas pula disimpan sebagai database bagi rumah sakit yang
menggunakan sistem komputerisasi. Proses pendaftaran, pasien baru dipersilahkan
menunggu dipoliklinik yang dituju dan petugas rekam medis mempersiapkan
berkas rekam medisnya lalu dikirim ke poliklinik tujuan pasien. Semua berkas
Rekam Medis, kecuali pasien yang harus dirawat, rekam medisnya akan dikirim
ke ruang perawatan.
2. Pasien Lama
Untuk pasien lama atau pasien yang pernah datang berobat sebelumnya ke
rumah sakit, maka pasien mendatangi tempat pendaftaran pasien lama atau ke
tempat penerimaan pasien yang telah yang telah ditentukan. Pasien lama ini dapat
dibedakan:
a. Pasien yang datang dengan perjanjian.
b. Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri)
Baik pasien dengan perjanjian maupun pasien yang datang atas kemauan
sendiri, setelah membeli karcis, baru akan mendapat pelayanan di TPP (tempat
pendaftaran pasien). Pasien perjanjian langsung menuju poliklinik yang dituju
karena rekam medisnya telah disiapkan oleh petugas. Untuk pasien yang datang
atas kemauan sendiri/bukan pasien perjanjian, harus menunggu sementara rekam
medisnya dimintakan oleh petugas TPP ke Instalasi Rekam Medis. Setelah berkas
rekam medisnya ditemukan maka berkas Rekam Medis tersebut dikirim ke
poliklinik oleh petugas, selanjutnya pasien akan mendapat pelayanan kesehatan di
poliklinik (DepKes, 2006).Adapun prosedur penerimaan pasien rawat jalan di
Gambar 1. Prosedur penerimaan pasien rawat jalan AMC D. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
Menurut Schipper yang dikutip oleh Ware (1992), mengemukakan kualitas
hidup sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang
diberikan menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang dikutip
oleh Haan (1993), kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal
kualitas hidup mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan
pengobatannya dalam hubungannya dengan tujuan, nilai dan pengharapan
seseorang, sedangkan status fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari
kemampuan fisik dan emosional pasien. WHO (1997) mendefinisikan secara
umum Quality of Life as individual’s perception of their position in life in the
context of the culture and value systems in which they live and in relation to their
goals, expectations, standards and concerns. Artinya, kualitas hidup sebagai
persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan Front office
Komunikasi
Pendaftaran
Pengisian formulir
Antrian
sistem nilai dimana mereka hidup, yang berkaitan dengan tujuan, harapan, standar
dan perhatian.
Penelitian yang dilakukan oleh Bowling (2005), mendeskripsikan kualitas
hidup yang positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis
yang positif, memiliki kesejahteraan emosional, memiliki kesehatan fisik dan
mental yang baik, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang
ingin dilakukan, memiliki hubungan yang baik dengan teman dan keluarga,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan yang
aman dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri.
2. Dimensi – Dimensi Kualitas Hidup
Menurut WHOQOL group Lopez dan Sayder (2004) dalam Sekarwiri
(2008), kualitas hidup terdiri dari enam dimensi yaitu kesehatan fisik,
kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan
lingkungan dan keadaan spiritual. Kemudian WHOQOL dibuat lagi menjadi
instrument WHOQOL – BREF dimana dimensi tersebut diubah menjadi empat
dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan
hubungan dengan lingkungan yang digunakan sebagai alat pengukuran kualitas
hidup yang berisi 26 item pertanyaan. Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing dimensi, yaitu :
a. Kesehatan fisik
Menurut Nofitri (2009), dalam hal ini dimensi kesehatan fisik yaitu
kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta
kapasitas kerja.
b. Kesejahteraan psikologis
Menurut Sekarwiri (2008), dimensi kesejahteraan psikologis yaitu bodily
dan appearance, perasaan negatif, perasaan positif, self – esteem, berfikir, belajar,
memori, dan konsentrasi. Kemudian aspek lingkungan yang meliputi sumber
finansial, freedom, physical safety dan security , perawatan kesehatan dan social
care lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru
dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau
kegiatan yang menyenangkan serta lingkungan fisik dan transportasi.
c. Hubungan sosial
Dimensi hubungan sosial mencakup relasi personal, dukungan sosial dan
aktivitas sosial. Relasi personal merupakan hubungan individu dengan orang lain.
Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh
individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya (Nofitri,2009).
d. Hubungan dengan lingkungan
Aspek lingkungan meliputi sumber finansial, freedom, physical safety
dan security , perawatan kesehatan dan social care lingkungan rumah, kesempatan
untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan
kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan serta
lingkungan fisik dan transportasi (Sekarwiri, 2008).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
a. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki peran sosial yang berbeda. Hal ini
memungkinkan untuk mempengaruhi aspek kehidupannya yang selanjutnya juga
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
b. Pendidikan
Perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan
pemahaman seseorang tentang keadaan yang sedang di alami, pengetahuan
terhadap penyakit penyakit yang sedang di derita dan pemahaman terhadap cara
pengobatan penyakit. Pengobatan atau treatment ini mempengaruhi kualitas hidup
pasien (Sarafino, 1990).
c. Perbedaan budaya Budaya
Merupakan salah satu indikator dari aspek persepsi individu yang
mempengaruhi kualitas hidup (Preedy and Watson, 2010).
d. Usia penyakit
Usia penyakit adalah lamanya seseorang mengalami penderitaan akibat
suatu penyakit. Status pengukuran kesehatan menyediakan metode standar
penilaian pengaruh penyakit pada kehidupan sehari-hari, aktivitas dan
kesejahteraan pada penderita kanker. Seseorang yang telah lama menderita suatu
penyakit pasti akan berpengaruh pada kondisi fisik, psikologis dan sosialnya
E. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
Terapi rawat jalan Pasien di AMC
4 Prodi di FKIK UMY :
1. Pendidikan Dokter 2. Dokter Gigi 3. Farmasi 4. Keperawatan
IPE
Kolaborasi antarprofesi kesehatan
Kualitas hidup
1. kesehatan fisik 2. kesehatan
psikologik 3. hubungan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel hanya
dilakukan satu kali pada satu saat.
B.Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di AMC Yogyakarta, pada bulan Juni-Desember
2015. Peneliti memilih AMC sebagai tempat penelitian dengan alasan AMC
merupakan klinik yang menerapkan praktik IPE untuk mahasiswa FKIK UMY.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang sudah terpapar
IPE di AMC yaitu pasien-pasien yang menderita penyakit DM, HIV/AIDS, Drug
abuse, TBC, OA, dan Stroke. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian, maka
peneliti mengambil sampel dari seluruh pasien rawat jalan yang terpapar praktik
IPE di AMC.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pasien riil yang sudah terpapar IPE di AMC (DM, HIV/AIDS, Drug abuse,
TBC, dan Stroke)
b. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah pasien yang terpapar IPE
dalam waktu kurang dari 4 minggu.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. IPE
IPE adalah proses pembelajaran kolaborasi mahasiswa dari pendidikan dokter,
pendidikan dokter gigi, ilmu keperawatan dan farmasi dalam menangani pasien.
Masing-masing profesi memberikan pelayanan terhadap pasien yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kegiatan yang dilakukan saat
pembelajaran IPE yaitu BST, tutorial klinik, persentasi kasus, refleksi kasus dan
tes sumatif.
b. Kualitas hidup
Kualtas hidup adalah keadaan kesehatan fisik, psikologik, hubungan sosial dan
lingkungan seseorang.
F. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner THE WORLD HEALTH
ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) –BREF. Alat ukur ini telah
diadaptasi ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia oleh Dr. Riza Sarasvita
dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian pada drug user namun belum ada uji
psikometrinya (Wardhani, 2006). Selain itu, alat ukur adaptasi ini juga digunakan
oleh Wardhani (2006) untuk mengukur kualitas hidup pada dewasa muda lajang.
Wardhani juga melakukan uji psikometri terhadap alat ukur ini dan hasilnya
adalah bahwa alat ukur ini valid dan reliable dalam mengukur kualitas hidup. Uji
validitas yang dilakukan oleh Wardhani adalah uji validitas item dengan cara
menghitung korelasi skor masing-masing dimensi kuesioner ini. Hasil yang
didapat adalah ada hubungan yang signifikan antara skor item dengan skor
dimensi (r= 0,409-0,850) sehingga alat ukur ini dinyatakan valid dan uji reliable
menggunakan coefficient Alpha Cronbach dan menghasilkan nilai r= 0,8756
sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur ini berbentuk kuesioner yang berisi 26
butir pertanyaan dari empat dimensi kualita hidup. Empat dimensi kualitas hidup
yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Keterangan dimensi pada
setiap nomor di kuesioner yaitu :
- Dimensi kesehatan fisik : 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18.
- Dimensi kesehatan psikologis : 5, 6, 7, 11, 19, 26.
- Dimensi hubungan sosial : 20, 21, 22.
G. Cara Kerja
Langkah kerja dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap persiapan, tahap ini peneliti melakukan tinjauan pustaka berupa jurnal
dan refrensi. Menetapkan tema, judul, dan instrument penelitian.
2. Tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengambilan data terhadap pasien
rawat jalan di AMC yang terpapar IPE, terdiri dari pasien penderita DM,
HIV/AIDS, Drug abuse, TBC, dan Stroke.
3. Tahapan analisis data, peneliti melakukan analisis dan pengolahan terhadap
data yang terkumpul, membuat kesimpulan dan disusun menjadi sebuah
laporan penelitian.
H. Skema Langkah Kerja
Gambar 1. Langkah Kerja I. Analisis Data
Kuesioner yang telah dibagikan kepada responden dikumpulkan kembali
oleh peneliti, kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan
analisis data. Langkah – langkah yang ditempuh di antaranya :
1. Teknik Pengolahan Data
Persiapan
Pelaksanaan/ pengambilan
data
Analisis data
1. Mencari jurnal, referensi , teori 2. Menyusun kuesioner 3. Mengurus perizinan 4. Pembuatan proposal 5. Presentasi proposal
Presentasi proposal Revisi Publikasi
a. Editing adalah kegiatan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan
kelengkapan jawaban kuesioner dan responden. Hal ini dilakukan ditempat
pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera akan dapat dilengkapi.
b. Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri
dari beberapa dimensi.
c. Entry data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam database komputer.
2. Analisis Data
Pengukuran Skor awal kualitas hidup dari instrumen penelitian WHOQOL
–BREF akan ditransform menjadi skala 0-100 dan dikategorikan menjadi skala
kategori kualitas hidup sebagai berikut: 0: kematian; 1-55: rendah; 56-79: sedang;
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan yang terpapar
proses pembelajaran IPE di AMC Yogyakarta. Kuesioner ini diberikan kepada 10
orang responden berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan secara total
sampling selama kegiatan IPE berjalan dari bulan Juni 2015 – Desember 2015.
Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
No. Karakteristik Responden Jumlah
a. Distribusi respondensi responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 1. Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa jumlah responden perempuan dan
responden laki-laki sama. Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009)mengatakan
bahwa jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Bain, dkk (2003) dalamNofitri (2009) menemukan adanya perbedaan antara
kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, yang mana kualitas hidup laki-laki
cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Pada penelitian ini
kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin dari 10 responden paling tinggi adalah
laki-laki yaitu dengan rata-rata 85,30±1,83 sedangkan untuk perempuan adalah
84,65±1,30.
b. Distribusi responden berdasarkan usia
Berdasarkan gambar 5, mayoritas usia responden pada penelitian yaitu
antara 26 sampai 35 tahun dengan persentase sebesar 50% (5 orang). Moons, dkk
(2004) dan Dalkey (2002) dalam Nofitri (2009, mengatakan bahwa usia adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan
oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) dalam Nofitri (2009), menemukan adanya
perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting
bagi individu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kualitas hidup
paling tinggi berdasarkan usia yaitu pada responden yang berusia >55 tahun
dengan rata-rata kualitas hidupnya 87,50±10,96.
Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan usia
c. Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan
Berdasarkan gambar 6 diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pekerjaan yang beragam dan mayoritas pekerjaan responden adalah
sebagai wiraswasta yaitu dengan persentase 50% (5 orang). Budiarto dan
Anggraeni (2002) mengatakan berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada
frekuensi dan distribusi penyakit, hal ini disebabkan sebagaian hidupnya
dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana lingkungan yang
berbeda. Pada penelitian ini responden yang memiliki kualitas hidup paling tinggi 18-25 tahun ,
10%
26-35 tahun, 50%
36-45, 20%
46-55 tahun,
adalah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pensiunan (lain-lain) yaitu
dengan rata-rata kualitas hidup 87,50±10,96.
Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
d. Distribusi responden berdasarkan pengobatan
Gambar 4. Distribusi Responden berdasarkan pengobatan DM, 20%
Drug Abuse, 10%
HIV, 50%
TB, 10% Stroke, 10% Wiraswasta,
50.00%
Karyawan, 30.00%
Mahasiswa, 10.00%
Berdasarkan gambar 7, karakteristik responden berdasarkan
pengobatannya diketahui bahwa sebagian responden dalam penelitian ini adalah
responden dengan pengobatan HIV yaitu dengan persentase sebesar 50% (5
orang). Pada penelitian ini hasil rata-rata kualitas hidup responden berdasarkan
pengobatannya yang paling tinggi adalah responden dengan pengobatan DM yaitu
dengan rata-rata 86,62±1,23.
2. Analisis Data
Distribusi jawaban responden terhadap peningkatan kualitas hidup pasien
pada proses pembelajaran Interprofessional Education (IPE) di AMC dapat
diketahui melalui tabel di bawah ini :
Tabel 2.Rata-rata dan simpang baku kualitas hidup pasien IPE rawat jalan di AMC periode Juni-Desember 2015.
No. Kategori Mean SD
1 Status kualitas hidup 84,97 1,53
2 Dimensi kualitas hidup
- Kesehatan fisik 81,70 2,21
- Kesehatan psikologi - Hubungan sosial - Lingkungan
84,40 90,00 83,80
4,71 8,08 3,61
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata kualitas hidup pasien IPE
rawat jalan di AMC adalah 84,97±1,53 sehingga masuk pada kategori kualitas
hidup tinggi. Kualitas hidup tersebut dihitung dengan menggunakan instrumen
kuesioner THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE
(WHOQOL) –BREF.Instrumen mengandung empat dimensi yaitu kesehatan fisik,
untuk setiap dimensi, semua dimensi masuk kedalam kategori kualitas hidup
tinggi dan tidak ada perbedaan yang signifikan tiap dimensi.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 10 responden
pasien IPE di AMC rata-rata kualitas hidupnya tinggi yaitu 84,97±1,53 dengan
demikian, proses IPE di AMC memberi kualitas hidup yang tinggi untuk pasien
rawat jalan. Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan kualitas hidup dengan
menggunakan kuesioner dari WHOQOL–BREF yang terdiri dari 26 butir
pertanyaan.
Menurut WHOQOL group (2004), kualitas hidup terdiri dari 4 dimensi
yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Berikut ini adalah pembahasan hasil kuesioner mengenai keempat dimesi tersebut:
1. Dimensi kesehatan fisik
Kesehatan fisik merupakan kesehatan yang berhubungan dengan keadaan
tubuh manusia, dalam hal ini adalah keadaan kesehatan tubuh pasien setelah
menjadi pasien rawat jalan pada proses pembelajaran IPE di AMC. Menurut
Agustianti(2006), kesejahteraan atau kesehatan fisik adalah kemampuan organ
tubuh untuk berfungsi secara optimal sehingga dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kesehatan fisik yang baik pada penelitian ini dilihat dari berkurang atau
hilangnya rasa sakit yang diderita pasien karena penyakitnya, sehingga pasien
gangguan tidur, dan ketergantungan pasien terhadap terapi medis berkurang atau
bahkan tidak lagi menggunakan terapi medis. Pada penelitian ini kesehatan fisik
terdapat pada 7 dari 26 pertanyaan yang ada dikuesioner yaitu nomor 3, 4, 10, 15,
16, 17, dan 18. Hasil kesehatan fisik dari 10 pasien berbeda yaitu 9 orang pasien
adalah 81 dan satu orang pasien sisanya adalah 88 sehingga didapat rata-rata dari
10 pasien adalah 81,70±2,21 hal ini menunjukan kesehatan fisik dari responden
tersebut adalah tinggi.
2. Kesehatan psikologi
Kesehatan psikologi merupakan kesehatan seseorang yang berhubungan
dengan psikis atau jiwanya, misalnya kecemasan, depresi, ketakutan atau keadaan
tidak menyenangkan seseorang terhadap dirinya sendiri yang disebabkan oleh
penyakitnya.Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan psikologi adalah suatu
keadaan yang mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap
dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi
masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Notosoedirjo dan Latipun (2005)mengatakan bahwa terdapat banyak cara
dalam mendefenisikan kesehatan mental/kesehatan psikologi (mental hygene)
yaitu: (1) karena tidak mengalami gangguan mental, (2) tidak jatuh sakit akibat
stessor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (4)
Pada penelitian ini kesehatan psikologi dilihat dari kondisi psikologis
responden yang terdapat pada 6 dari 26 pertanyaan kuesioner responden yaitu
pada nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Pertanyaan tersebut berhubungan dengan
keadaan psikologi responden setelah menjadi pasien pada proses pembelajaran
IPE di AMC. Hasil kesehatan fisik dari 10 pasien berbeda yaitu 6 orang pasien
adalah 81, 3 orang pasien adalah 88 dan 1 orang pasien adalah 94 sehingga
didapat rata-rata dari 10 pasien adalah 84,40±4,71. Hasil tersebut menunjukan
bahwa keadaan psikologi pasien setelah menjadi pasien IPE adalah tinggi.
3. Dimensi hubungan sosial
Hubungan sosial merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan
seseorang dengan individu lain. Hubungan tersebut misalnya hubungan seks
dengan pasangannya dan hubungan dengan orang-orang disekitarnya seperti
dukungan atau bantuan keluarga dalam terapi penyakitnya. Gillin dan Gillin
(1954) dalam Soekanto S.(2006) mengartikan interaksi sosial sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antar individu, antar
kelompok-kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
Hasil dimensi hubungan 10 orang responden berbeda, 4 orang responden
adalah 81, 4 orang responden adalah 94 dan 2 orang responden adalah 100
sehingga rerata 10 yaitu 90,00±8,08. Hasil ini dihitung dari jumlah 3 pertanyaan
dari 26 pertanyaan kuesioner yaitu nomor 20, 21, dan 22 kemudian dihitung
rata-ratanya. Pertanyaan teresebut mencangkup seberapa puas pasien terhadap
hubungan personal atau sosial, hubungan seksual dan dukungan yang diperoleh
menunjukan bahwa hubungan sosial responden setelah menjadi pasien IPE di
AMC tinggi. Dari keempat dimensi kualitas hidup, dimensi hubungan sosial
mendapat rata-rata paling tinggi.
4. Dimensi lingkungan
Dimensi lingkungan memaparkan mengenai keadaan lingkungan rumah,
kesempatan menerima informasi, penjagaan dan keamanan (WHO, 1998). Hal
lain yang megenai dimensi lingkungan yaitu seberapa puas pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan saat menjadi pasien praktik IPE di AMC.
Dimensi lingkungan pada kuesioner penelitian ini terdapat dalam 8 dari 26
pertanyaan yaitu nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Hasil untuk dimensi ini
juga berbeda tiap responden, 6 orang responden yaitu 81 dan 4 orang responden
lagi adalah 88 sehingga rata-rata untuk 10 responden yaitu 83,80±3,61. Hasil
tersebut menunjukan bahwa dimensi lingkungan pasien setelah menjadi pasien
praktik IPE di AMC tinggi.
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diberikan kepada 10 responden
pasien IPE rawat jalan di AMC, ada perbedaan rata-rata kualitas hidup pasien.
Faktor-faktor yang menyebabkan berbedaan tersebut yaitu usia, jenis kelamin,
jenis penyakit dan jenis pekerjaan responden. Akan tetapi, secara keseluruhan
kualitas hidup 10 orang responden dalam penelitian ini masuk dalam kategori
kualitas hidup tinggi. Tingginya kualitas hidup pada penelitian ini disebabkan
karena pelayanan kesehatan yang ada pada proses IPE ini. Pelayanan kesehatan
tersebut meliputi peran tenaga medis yang dapat saling berkolaborasi memberikan
secara jelas dan mudah dimengerti, pelayanan yang diberikan tidak lebih dari 1
jam dan prosedur pelayanan tidak berbelit-belit (Aulianissa, 2015). Pelayanan
kesehatan dapat ditingkatkan dengan kolaborasi dan kerjasama yang baik dari
berbagai tenaga medis. Utami (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
adanya proses pembelajaran IPE membuat mahasiswa FKIK UMY mempunyai
sikap untuk bekerjasama yang baik.
Kolaborasi dan kerjasama yang baik dari tenaga medis dalam memberi
pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, harus disertai
pemahaman peran dari masing-masing tenaga medis. Suter etal, (2009) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa profesi kesehatan di kota Alberta, Edmonton,
Canada mempunyai persepsi yang positif terhadap pentingnya pemahaman
terhadap peran profesi lain. Penerapan IPE dalam sistem pembelajaran diharapkan
dapat memperjelas peran dan tanggung jawab masing-masing profesi
(Utami,2015).
Menurut WHO (2010), salah satu manfaat IPE adalah meningkatkan
kesehatan pasien. Kecepatan dan ketanggapan semua tenaga medis atas informasi
dan keluhan yang dirasakan pasien menjadi hal penting untuk meningkatkan
pelayanan kepada pasien sehingga kesehatan pasien akan meningkat. Adanya
peningkatan kesehatan yang dialami oleh pasien maka kualitas hidupnya pun
menjadi tinggi. Pelayanan penunjang peningkatan kualitas hidup lainnya yaitu
pada saat penyampaian Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang tepat
Kegiatan IPE mampu memberi kualitas hidup yang tinggi kepada pasien
sehingga diharapkan kegiatan ini tetap dilanjutkan agar mampu melatih setiap
calon tenaga medis untuk berkolaborasi dan bekerjasama dengan tenaga medis
lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Wahidah (2015)
berpendapat bahwa Interprofessional Education (IPE) penting ditanamkan sejak
dini di antara tenaga medis dengan menyamakan persepsi dan juga kemampuan
komunikasi hingga pasien dapat merasa puas dan mendapatkan pengobatan yang
optimal. Pengobatan yang optimal dan pelayanan kesehatan yang tepat dapat
memberikan kualitas hidup yang lebih baik kepada pasien.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum adanya penelitian serupa
mengenai kualitas hidup pasien IPE rawat jalan sehingga peneliti kesulitan dalam
mencari referensi sebagai acuan. Selain itu, jumlah responden yang digunakan
pada penelitian ini juga sangat terbatas sehingga peneliti kesulitan untuk
35 BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran
Interprofessional Education (IPE) adalah tinggi, yaitu dengan rata-rata
84,97±1,53. Kualitas hidup pasien berdasarkan 4 dimensi, diurutkan dari yang
terbesar yaitu hubungan sosial, kesehatan psikologi, lingkungan dan kesehatan
fisik.
B. Saran
Setelah mengetahui kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran
Interprofessional Education (IPE) di AMC tinggi, diharapkan proses
pembelajaran IPE ini tetap dilanjutkan dan dikembangkan. Hal ini untuk melatih
mahasiswa kesehatan agar mampu berkolaborasi dan bekerjasama dengan tenaga
medis lain sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik untuk pasien dan
DAFTAR PUSTAKA
Agustianti, Dwi.,2006, Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Bandar Lampung, Diakses pada
tanggal 12 Desember 2015
http://www.hubungan+dukungansosial+kualitashidup +ODHA+bandarlampug.html.
American College of Clinical Pharmacy.,2009,Interprofessional Education: Principles and Application, a Faramework for Clinical
Pharmacy.Pharmacotherapy, 29(3), 145-164.
http://www.accp.com/docs/positionswhitePapers/InterProfEduc.pdf
Aulianissa, Wahidah.,2015, Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Praktik Interprofessional Education (IPE) Di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Azwar, Azrul.,1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Sinar Harapan, Jakarta.
Berridge, G.R.,2010, “Diplomacy Theory and Practice”, Leicester, University of Leicester, United Kingdom.
Bowling, A.,2005, Measuring Health : A Review of Quality of Life Measurement Scales,Bell & Bain Ltd, New York.
Brown, I., Renwick, R., Nagler, M.,1996, Conceptual Approaches, Issues, and Applications. Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitation, Sage Publications, London.
Budiarto & Anggraeni.,2002, Pengantar Epidemiologi, Edisi 2, EGC, Jakarta.
CAIPE (Centre for the Advancement of Interprofessional Education).,1997, Interprofessional Education: A Definiton. CAIPE, London.
Donald, A.2003., What is quality of life ? [internet], Heyward medical communications. Vol 1 No. 9 [internet] Available from : http://www.Evidence-Based-Medicine.co.uk.
Nofitri.,2009, Gambaran Kualitas Hidup Penduduk Dewasa pada Lima Wilayah di
Jakarta.Diakses pada tanggal 12 Januari 2016 di
http://lontar.ui.ac.id/file?fle=digital/125595-155.9%20NOF%20g%20-%20 Gambaranhttp://lontar.ui.ac.id/file?fle=digital/125595-155.9%20NOF%20g%20-%20kualitashttp://lontar.ui.ac.id/file?fle=digital/125595-155.9%20NOF%20g%20-%20-http://lontar.ui.ac.id/file?fle=digital/125595-155.9%20NOF%20g%20-%20HA.
Notosoedirjo & Latipun.,2005, Kesehatan Mental,Konsep dan Penerapan, UMM Presc, Malang.
Pieper, J. & Uden, M. V.,2006, Religion in Coping and Mental Health Care, Yord University Press, New York.
Utami,Putri, Laksmi.,2015, Pengaruh Pembelajaran Interprofessional Education (IPE) Terhadap Persepsi Dan Sikap Untuk Bekerjasama Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Sarafino, E.P.,1990, Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. United State of America:John Wiley & Sons, Inc.
Sekarwiri, Edesia.,2008, Hubungan antara Kualitas Hidup dengan sense of J.Immunol.Immunopathol, 4(1&2): 20-28.
Soekanto, S.,2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suter, E., Arndt, J., Arthur, N., Parboosingh, J. Taylor, E., & Deutschlander, S.,2009, Role understanding and effective communication as core competencies for collaborative practice. Journal of Interprofessional Care 23(1): 41-51.
Wardhani, Vini.,2006, Gambaran Kualitas Hidup Dewasa Muda Berstatus Lajang Melalui Adaptasi Instrumen WHOQOL-BREF dan SRPB. Tugas Akhir S2. Fakultas Psikologi UI, Depok.
World Health Organization.,2007, World Health Organization Study Group on Interprofessional Education and Collaborative Practice.
World Health Organization.,1997, WHOQOL: Measuring Quality of Life, Online Available http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf [accessed 06/12/15].
D w i W a h y u n i [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 1 KUALITAS HIDUP PASIEN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) RAWAT
JALAN DI ASRI MEDICAL CENTER (AMC) YOGYAKARTA THE LIFE QUALITY OF INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) OUTPATIENTS AT ASRI MEDICAL CENTER (AMC) YOGYAKARTA
Dwi Wahyuni 1), Salmah Orbayinah1)
1)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dwiarly8@gmail.com
INTISARI
Interprofessional Education (IPE) adalah proses pembelajaran kolaborasi dua atau lebih mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofessional sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Proses pembelajaran IPE di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan di Asri Medical Center (AMC).Proses pembelajaran ini akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien terutama pasien rawat jalan dengan beberapa jenis penyakit.Pelayanan kesehatan yang optimal akan memberikan kualitas hidup yang tinggi untuk pasien. Kualitas Hidup adalah kondisi sesorang yang dilihat dari keadaan psikologis,kesejahteraan emosional, kesehatan fisik dan mental, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien IPE rawat jalan Di Asri Medical Center (AMC) Yogyakarta.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Sebanyak 10 pasien rawat jalan IPE diberikan kuesioner THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) –BREF dengan 26 pertanyaan meliputi 4 dimensi kualitas hidup. Pengukuran skor awal kualitas hidup dari instrumen penelitian WHOQOL –BREF akan ditransform menjadi skala 0-100 dan dikategorikan menjadi skala kategori kualitas hidup sebagai berikut: 0: kematian; 1-55: rendah; 56-79: sedang; 80-99: tinggi dan 100: sempurna.
Hasil penelitian didapatkan kualitas hidup pasien terhadap proses pembelajaran Interprofessional Education (IPE) di AMC adalah tinggi, yaitu dengan rerata 84,97±1,53. Kualitas hidup pasien berdasarkan 4 dimensi, diurutkan dari yang terbesar yaitu hubungan sosial, kesehatan psikologi, lingkungan dan kesehatan fisik. Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien IPE rawat jalan di AMC tinggi.
D w i W a h y u n i [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 2 Interprofessional Education (IPE) is the collaboration two or more different students health profession to improving interprofessional collaboration with the result of improving quality of patients life. Learning process IPE at University Muhammadiyah Yogyakarta held in Asri Medical Center (AMC). Learning process will be provided patients to especially for outpatients with some disease. The optimality of health care will be provided with a high quality of patients life. A Quality life is the someone condition who have seen from a psychological condition, welfare emotional, physical and mental health, have a physical ability to do the things to do every day.
The research aims to determine the quality of outpatients life IPE Asri Medical Center Yogyakarta. The research is descriptive analysis research with cross sectional approach. The sampling technique using totally sampling technique. There are 10 outpatients IPE be given the questionnaires THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) –BREF with 26 questions comprising 4 dimensions quality of life. The first score measurement from research instrument WHOQOL –BREF will be transform to scale 0-100 and categorized to scale categories quality of life based on 0: mortality; 1-55: low; 56-79: medium; 80-99: high and 100: perfect.
The result of this research available to quality of patients life toward learning process of IPE in AMC is high with an average 84.97 ± 1.53. The quality of patients life by four dimensions, sorted from biggest there are social relationships, psychological health, environmental and physical health.The conclusion of this result is the quality of outpatients life IPE AMC is high.