• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMETAAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMETAAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2008

Skripsi Oleh : Sholeh Wibawa

K 5404056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PEMETAAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

SKRIPSI

Disusun Oleh : Sholeh Wibawa

K 5404056

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Wakino, M.S NIP. 19521103 197603 1 003

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ...……….

Tanggal : ....………

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ………...…..

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ………...

Anggota I : Drs. Wakino, M.S ………...

Anggota II : Rahning Utomowati, Ssi ….………....………..

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Sholeh Wibawa. PEMETAAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Persebaran penerima BLT di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. (2) Karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. (3) Efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis dengan analisis peta dan analisis tabel. Populasi adalah penerima BLT sebanyak 3.927 KK dan sampel yang digunakan adalah 161 responden untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan 35 responden untuk mengetahui efektivitas penyaluran BLT. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan observasi. Data yang diperoleh, kemudian diolah dan diklasifikasikan untuk dapat dianalisis sebarannya. Karakteristik sosial ekonomi yang diteliti adalah karakteristik sosial ekonomi yang tercantum pada Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK / PKSK / dan PCL yang terdiri dari luas lantai setiap anggota keluarga, jenis lantai bangunan, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, kemampuan mengkonsumsi protein hewani, kemampuan membeli pakaian, konsumsi makanan, kemampuan berobat, sumber dan penghasilan kepala keluarga, tingkat pendidikan, dan kepemilikan barang berharga atau modal. Efektivitas penyaluran BLT berdasarkan analisis dari data karakteristik penerima BLT. Efektivitas penyaluran BLT diketahui dari perbandingan jumlah penerima BLT berdasarkan kriteria penerima BLT dan kecukupan jumlah kalori.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) persebaran penerima BLT di Kecamatan Gatak termasuk dalam kategori rendah. Banyak sedikitnya jumlah penerima BLT di setiap desa berdasarkan jumlah keluarga miskin dan jumlah keluarga (jumlah KK) yang dimiliki setiap desa. Jumlah KK yang besar pada akan berpengaruh pada jumlah keluarga miskin yang terdapat pada desa tersebut. (2) berdasarkan karakteristik sosial ekonomi penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 terdapat 19 keluarga miskin (18,63 %), 67 keluarga hampir miskin (41.61 %), dan 64 keluarga tidak miskin (39,75 %) (3) efektivitas penyaluran BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 kurang efektif.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Sholeh Wibawa. DIRECT CASH ASSISTANCE (BLT) RECEIVER MAPPING IN DISTRICT GATAK REGENCY OF SUKOHARJO IN 2008. Thesis. Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, 2010.

The purposes of this research are to know: (1) distribution of BLT receiver in Sub district Gatak, Regency of Sokoharjo in 2008. (2) characteristic of BLT receiver in Subdistrict Gatak, Regency of Sokoharjo in 2008. (3) and the effectiveness of BLT distributions in Sub district Gatak, Regency of Sokoharjo in 2008.

This research uses the geographical descriptive method with map and tables analysis. BLT population is 3.927 of family leader, 161 respondents as characteristic of BLT receiver sample and 35 respondents as effectivveness of BLT distribution sample. Technigue sampling use puposive sampling technique and the data collecting technique is used interview and observation. The received data can be manner and to be classified to get distribution analysis. Social economic characteristic that is researched is the social economic characteristic which is available in field execution guidance of KSK/PKSK/and PCL that consist of the wide floor type of each family, type of building floor, type of wall, toilet facility, light source, mineral water source, fuels for cook, the ability to consume animal protein, to buy clothes, ability to consume food, ability to buy medicine, the source of family leader income, education stratification, luxurious stuff ownership. Effectiveness of BLT distribution known from comparison the BLT receiver based on criteria of BLT receiver and sufficiency of calorie.

(7)

commit to user

vii MOTTO

“Alloh tidak akan membebankan suatu beban, kecuali sesuai dengan kesanggupannya”.

(QS. Al Baqoroh : 286)

“Yang bisa kita lakukan sebagai manusia ialah mencoba dan tidak takut

untuk melangkah, karena tidak semua hal akan datang menghampiri

kita”

(Anonim)

“Semua itu indah bila kita mensyukuri….

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan ucapan syukur Allhamdulillah

karya ini kupersembahkan untuk:

 Bapak dan Ibuku yang tercinta.

 Adik-adikku yang aku sayangi.

 Seseorang yang selalu mendukungku.

 Sahabat Geografi ’04.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Banyak hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat

bimbingan, petunjuk, bantuan, dan saran-saran yang bermanfaat dari berbagai

pihak sehingga tugas ini dapat selesai dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan

rasa syukur, hormat dan bahagia disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

mengkomunikasikan dengan pihak luar UNS.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

dalam rangka penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

izin untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wakino, M.S, selaku Pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku Pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Geografi atas bimbingan dan bekal ilmu

yang telah diberikan selama belajar.

7. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Camat Gatak beserta jajarannya, Kepala Desa di Kecamtan Gatak dan

jajarannya, dan warga Kecamatan Gatak yang telah banyak membantu

(10)

commit to user

x

9. Sahabatku Arief, Sukma, Habib, Eka, Linda, Prawita, dan seluruh anak

geografi angkatan 04, Thank’s for all. Terima kasih atas bantuan, motivasi

dan kerjasamanya selama ini.

10.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan imbalan yang sepadan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun

demi sempurnanya skripsi ini sangat diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Amiin.

Surakarta, Mei 2010

(11)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

4. Efektivitas Penyaluran BLT ... 23

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

(12)

commit to user

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 33

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 30

G. Prosedur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

1. Letak ... 44

2. Luas ... 44

3. Penggunaan Lahan ... 46

4. Keadaan Penduduk ... 50

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk ... 50

b. Kepadatan Penduduk ... 51

c. Komposisi Penduduk ... 49

5. Penduduk Miskin dan Penerima BLT di Kecamatan Gatak ... 56

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

1. Persebaran Penerima BLT ... 62

2. Karakteristik Penerima BLT ... 73

a. Luas Lantai Setiap Anggota Keluarga ... 73

b. Jenis Lantai Bangunan ... 74

h. Kemampuan Mengkonsumsi Protein Hewani ... 80

i. Kemampuan Membeli pakaian ... 81

(13)

commit to user

xiii

k. Kemampuan Berobat ... 83

l. Sumber dan Penghasilan Kepala Keluarga ... 85

m. Tingkat Pendidikan ... 87

n. Barang Berharga atau Modal ... 88

3. Efektivitas Penyaluran BLT ... 92

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Contoh Simbol Piktoral, Geometrik, dan Huruf ... 11

Tabel 2. Penelitian yang Relevan. ... 26

Tabel 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31

Tabel 4. Persebaran Sampel Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008... 36

Tabel 5. Pembagian Luas Kecamatan Gatak ... 42

Tabel 6. Penggunaan Lahan di Kecamamatan Gatak ... 47

Tabel 7. Jumlah dan Distribusi Penduduk di Kecamatan Gatak Tahun 2007 50

Tabel 8. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Gatak tahun 2007 ... 51

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Gatak Tahun 2007 ... 54

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Gatak Tahun 2008 ... 56

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Gatak Tahun 2007 ... 59

Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Gatak Tahun 2007 ... 63

Tabel 13. Jumlah Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 66

Tabel 14. Perbandingan Jumlah KK dan Penerima BLT di Kecamatan

Gatak Tahun 2008 ... 72

Tabel 15. Jenis lantai yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 75

Tabel 16. Jenis Dinding yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan

Gatak Tahun 2008 ... 76

Tabel 17. Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar Penerima BLT di

Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 77

Tabel 18. Sumber Penerangan Penerima BLT di Kecamatan Gatak

(15)

commit to user

xv

Tabel 19. Sumber Air minum Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 79

Tabel 20. Bahan bakar unutk Memasak Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 80

Tabel 21. Kemampuan Mengkonsumsi Protein Hewani (dalam 1 minggu)

Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 81

Tabel 22. Kemampuan Membeli Pakaian (dalam 1 minggu) Penerima BLT

di Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 79

Tabel 23. Kemampuan Makan (dalam 1 hari) Penerima BLT di Kecamatan

Gatak Tahun 2008 ... 83

Tabel 24. Kemampuan Berobat Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 84

Tabel 25. Jenis mata Pencaharian Kepala Keluarga Penerima BLT di

Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 85

Tabel 26. Penghasilan Kepala Keluarga Penerima BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 86

Tabel 27. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Penerima BLT di Kecamatan

Gatak Tahun 2008 ... 87

Tabel 28. Barang Berharga dan Barang Modal yang Dimilki Penerima BLT di

Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 88

Tabel 29. Skor Karakteristik Sosial Ekonomi RTS BLT ... 89

Tabel 30. Klasifikasi Keluarga Miskin Sesuai RTS-BLT di Kecamatan Gatak

Tahun 2008 ... 90

Tabel 31. Klasifikasi RTS-BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 93

Tabel 32. Jumlah Penerima BLT yang Layak Menerima BLT di Kecamatan

Gatak Tahun 2008. ... 97

Tabel 33. Perhitungan Jumlah Kalori dengan Nilai Tukar Rupiah ... 101

Tabel 34. Klasifikasi Kelas Sosial Ekonomi Berdasarkan Jumlah Kalori ... 102

Tabel 35. Perbandingan Kelas Sosial Ekonomi Berdasarkan Kriteria Penerima

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR PETA

Halaman

Peta 1. Persebaran Sampel Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 37

Peta 2 Administrasi Kecamatan Gatak ... 45

Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 49

Peta 4. Kepadatan Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2010 ... 53

Peta 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 57

Peta 6. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 60

Peta 7. Persebaran Kepala Keluarga Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 65

Peta 8. Persebaran Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 67

Peta 9. Perbandingan Jumlah Kepala Keluarga dan Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 71

Peta 10. Persebaran Kelas Sosial Ekonomi Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 91

Peta 11. Kelayakan Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 95

Peta 12. Kesesuaian Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ... 96

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 31

Gambar 2. Penggunaan Lahan Sawah di Kecamatan Gatak ... ..48

Gambar 3. Alur Pembuatan Peta Perbandingan Jumlah KK dan Penerima

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi

Lampiran 2. Ijin Penyusunan Skripsi

Lampiran 3. Permohonan Ijin Research / Try Out

Lampiran 4. Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 5. Surat Rekomendasi Survey / Riset dari Badan Kesatuan Bangsa

Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Sukoharjo

Lampiran 6. Surat Rekomendasi Survey / Riset dari Kecamatan Gatak

Lampiran 7. Daftar Nama Responden

Lampiran 8. Lembar Wawancara dan Observasi

Lampiran 9. Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 10. Perhitungan Luas Lantai per Anggota Keluarga

Lampiran 11. Klasifikasi Sosial Ekonomi Penerima BLT

Lampiran 12. Lembar Wawancara (data tambahan)

Lampiran 13. Daftar Nama, Jumlah Pemasukan dan Pengeluaran Responden

Lampiran 14. Penghitungan Pendapatan Per Orang Per Bulan

Lampiran 15. Perbandingan Klasifikasi Kelas Sosial Ekonomi Berdasarkan

Kriteria Penerima BLT dan Jumlah Kalori

(19)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di Jawa

Tengah pada bulan Juli 2005 tercatat 6.533.500 jiwa (20,49 %) penduduk miskin

sedangkan pada bulan Juli 2007 tercatat 6.556.000 jiwa penduduk miskin

(http://jateng.bps.go.id/, 28 Agustus 2008). Selama periode Juli 2005 – Maret

2007 terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 22.500 jiwa.

Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut tersebar di daerah pedesaan

(16.000 jiwa) dan daerah perkotaan (6.500 jiwa). Persentase penduduk miskin

antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah, dalam dua tahun

tersebut sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan.

Kemiskinan merupakan masalah yang sering terjadi di masyarakat dalam

sebuah Negara. Sebab-sebab kemiskinan menurut Rais (1995: 146) adalah:

1. Kesempatan kerja. Seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan dia tidak

memiliki penghasilan dan jika seseorang bekerja tidak penuh baik dalam

ukuran hari, minggu, atau bulan atau tahun bisa disebut dengan gejala

setengah menganggur.

2. Upah gaji dibawah minimum. Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu

tetapi jika upahnya dibawah standar sementara pengeluarannya relatif tinggi

maka orang tersebut bisa digolongkan sebagai orang miskin.

3. Produktivitas kerja yang rendah, pada umumnya kemiskinan terjadi di sektor

pertanian karena produktivitasnya yang masih rendah.

4. Ketiadaan asset, di bidang pertanian kemiskinan terjadi karena petani tidak

memiliki lahan atau kesempatan untuk mengolah lahan. Petani yang tidak

memiliki lahan bisa digolongkan miskin dengan pendapatan yang lebih kecil

dari pemilik lahan.

5. Diskriminasi, kemiskinan juga bisa disebabkan oleh diskriminasi antara

(20)

commit to user

6. Tekanan harga, pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan oleh

rendahnya produktifitas melainkan juga karena tekanan harga, terutama

berlaku pada petani kecil dan pengrajin dalam industri rumah tangga.

Salah satu penyebab meningkatnya penduduk miskin adalah kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada tanggal 1 September 2005 pemerintah

mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban

APBN khususnya subsidi BBM. Kenaikan BBM tersebut menjadi salah satu

penyebab meningkatnya penduduk miskin dari tahun 2005 ke tahun 2007.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 belum mengalami penurunan

tetapi harga minyak mentah mengalami peningkatan lagi. Sejak Januari sampai

Oktober 2007, harga minyak tidak pernah mengalami penurunan dalam

pergerakan bulanan. Bahkan, bila dibanding harga pada tahun 2000 yang masih

USD 27,00 per barel, harga minyak dunia pada 7 Juni 2008 sudah mencapai $

138,54 per barel (http://muttaqiena.blogspot.com, 24 September 2008). Untuk

menyelamatkan APBN dan perekonomian nasional, maka setelah melalui

pertimbangan yang seksama pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan

Sumberdaya Mineral no.16/2008 menaikkan harga premium, solar, dan minyak

tanah yang mulai berlaku pada 24 mei 2008 (www.esdm.go.id, 6 September

2008).

Dampak kenaikan harga BBM dalam negeri dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat. Masyarakat miskin dengan penghasilan rendah yang paling

merasakan dampak dari kebijakan tersebut. Untuk mempertahankan kesejahteraan

masyarakat yang berpenghasilan rendah terutama masyarakat miskin pemerintah

mengadakan program kompensasi salah satunya adalah program Bantuan

Langsung Tunai (BLT).

Program BLT bersifat sementara (selama 1 tahun), diarahkan sedemikian

rupa sehingga tidak menimbulkan ketergantungan serta tidak mendorong

menguatnya culture of poverty. Besarnya BLT adalah Rp. 100.000,00 per bulan

per Rumah Tangga Sasaran (RTS). Bentuk BLT adalah uang tunai yang diberikan

(21)

commit to user

BLT merupakan program kompensasi jangka pendek akibat kenaikan

harga BBM. Program BLT bertujuan untuk:

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Sasaran BLT adalah rumah

tangga yang masuk dalam kategori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin.

(www.depsos.go.id,6 September 2008).

Penerima bantuan BLT adalah rumah tangga sangat miskin, miskin, dan

hampir miskin. Dalam program BLT tahun 2008 kriteria rumah tangga miskin

yang digunakan untuk menentukan kebijakan bersumber dari Badan Pusat

Statistik (BPS).

Kabupaten Sukoharjo termasuk ke dalam salah satu kabupaten yang

terbebani atas kenaikan harga bahan bakar minyak. Jumlah Rumah Tangga

Sasaran (RTS) di Kabupaten Sukoharjo terdapat 73.401 dari 3.157.816 yang

terdapat di Propinsi Jawa Tengah (www.kompensasi.info, 20 Oktober 2008).

Penyaluran BLT di Kabupaten Sukoharjo dilakukan secara bergilir sesuai jadwal

di 167 Balai Desa lokasi penyaluran BLT. Masing-masing warga menerima Rp.

100.000,00 setiap bulan.

Kecamatan Gatak merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sukoharjo

yang mempunyai luas 19,45 km2 dan dihuni oleh 44.220 jiwa dengan kepadatan

penduduk rata – rata 227 jiwa/km2. Di kecamatan ini terdapat 14 desa yaitu: Desa

Blimbing: Desa Geneng, Desa Jati, Desa Kagokan, Desa Klaseman, Desa Krajan,

Desa Luwang, Desa Mayang, Desa Sanggung, Desa Sraten, Desa Tempel, Desa

Trangsan, Desa Trosemi, dan Desa Wironanggan. Berdasarkan pada data

penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 jumlah penerima BLT terdapat

3.927 KK. Jumlah ini cukup besar bila dibanding dengan kecamatan-kecamatan

(22)

commit to user

di Kecamatan Gatak masih banyak rumah tangga yang termasuk dalam rumah

tangga hampir miskin, miskin, dan sangat miskin.

Data RTS BLT tahun 2008 di Kecamatan Gatak hanya tersedia dalam

bentuk tabel. Data dalam bentuk tabel cukup mudah dibaca akan tetapi data itu

mempunyai kelemahan yaitu data tersebut tidak bisa memberikan gambaran

mengenai distribusi spasial. Alat bantu yang baik untuk mengetahui distribusi

spasial adalah peta. Dari peta dapat diketahui persebaran RTS BLT yang ada di

Kecamatan Gatak sehingga informasi yang ditampilkan lebih jelas dan lebih

mudah dipahami.

Penerima BLT yang ada di Kecamatan Gatak adalah keluarga yang sangat

miskin, miskin dan hampir miskin. Keluarga sangat miskin, miskin, dan hampir

miskin diketahui dari karakteristik sosial ekonomi keluarga tersebut. Dalam

penyaluran BLT karakteristik yang menjadi tolak ukur dalam menentukan status

ekonomi masyarakat adalah karakteristik yang tercantum dalam Pedoman

Pelaksanaan Lapangan KSK / PKSK / dan PCL yang terdiri dari 14 kriteria.

Semua kriteria tersebut perlu diteliti apakah sesuai dengan penerima BLT

di Kecamatan Gatak. Karena setiap kriteria dalam Pedoman Pelaksanaan

Lapangan KSK / PKSK / dan PCL mempunyai nilai dalam menentukan status

ekonomi rumah tangga sasaran BLT. Setelah dilakukan penelitian mengenai

karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak maka akan dapat diketahui

efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008.

Efektivitas penyaluran BLT yang dimaksud adalah apakah penyaluran

BLT sesuai dengan sasaran BLT yaitu keluarga yang sangat miskin, miskin dan

sangat miskin. Efektivitas penyaluran BLT perlu diteliti untuk mengetahui apakah

penyaluran BLT di Kecamatan Gatak sudah sesuai dengan sasaran BLT dan dapat

menjadi alat banding untuk program-program kompensasi pemerintah untuk

mengentaskan kemiskinan, sehingga program-program pengentasan pemerintah

dapat sesuai dengan tujuan dan tepat sasaran.

Sesuai permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai persebaran penerima BLT, karakteristik penerima

(23)

commit to user

judul: "Pemetaan Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kecamatan

Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008".

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persebaran penerima BLT di Kecamatan Gatak,

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008?

2. Bagaimana karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak,

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008?

3. Bagaimana efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak,

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui persebaran BLT di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2008.

2. Mengetahui karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak,

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008.

3. Mengetahui efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak,

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau

tulisan-tulisan tentang informasi persebaran penerima BLT dalam bentuk peta,

sehingga dapat digunakan sebagai studi keruangan tentang program

(24)

commit to user

2. Untuk dunia pendidikan diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan

pembelajaran geografi mengenai antroposfer dan aspek kependudukan Kelas

IX IPS semester I.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah

yang berupa teori-teori dengan kenyataan sesungguhnya di lapangan. Dengan

demikian pemahaman tentang teori akan lebih mendalam.

b. Bagi Badan Pusat Statistik Sukoharjo

1. Dapat memberikan masukan dalam pendataan penduduk miskin di

Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo

2. Dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemetaan

Peta menurut ICA (1973) dalam Sinaga (1999: 5) adalah suatu representasi

atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di

permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau

benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan

diperkecil atau diskalakan. Sedangkan menurut Subagio (1996:12) peta adalah

gambaran sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang disajikan dalam

skala tertentu.

Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah

pengetahuan dan pemahaman geografi bagi pengguna peta. Dalam perencanaan

pembangunan hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut

memulai. Hal ini sesuai dengan fungsi peta dalam perencanaan suatu kegiatan

seperti yang dikemukakan oleh Sinaga (1999: 7) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu

daerah.

2. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang

dilakukan.

3. Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan.

4. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

Demikian pula dalam suatu kegiatan penelitian, peta berfungsi sebagai:

1. Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran tentang

daerah yang akan diteliti.

2. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan data

yang ditemukan di lapangan.

3. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian.

(26)

commit to user

a. Jenis-Jenis Peta

Berdasarkan sumber datanya peta dikelompokkan ke dalam dua golongan

(Subagio, 1996: 2), yaitu :

1. Peta induk.

Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan dan

dilakukan secara sistematis. Peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan

dalam pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometris.

2. Peta Turunan

Peta turunan adalah peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada,

sehingga survei langsung ke lapangan tidak diperlukan.

Berdasarkan jenis data yang disajikan, peta dapat digolongkan dalam dua

kelompok, yaitu:

1. Peta topografi,

Peta topografi merupakan gambaran sebagian kecil permukaan bumi di atas

bidang datar atau bidang yang didatarkan yang dibuat dalam skala tertentu

serta dilakukan dengan metode tertentu pula. Karena banyaknya data topografi

yang dapat disajikan di atas suatu peta, maka perlu dilakukan pemilihan data

yang akan disajikan sehingga kerumitan isi peta dapat dihindari. Dalam

pemilihan data tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti: skala

peta yang akan dibuat, sumber data pemetaan, serta jenis data yang akan

disajikan.

2. Peta tematik,

Peta Tematik adalah peta yang hanya menyajikan data atau informasi dari

suatu konsep atau tema tertentu saja baik itu berupa data kualitatif maupun

data kuantitatif, dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik,

terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut. Yang dimaksud dengan data

kualitatif adalah data yang menyajikan unsur-unsur topografi berupa gambar

atau keterangan seperti jalan, sungai, perumahan, nama daerah, dan lain

sebagainya. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang menyajikan

(27)

commit to user

nilai kontur, jumlah penduduk, dan lain sebagainya.

Berdasarkan skala peta dapat digolongkan dalam 4 kelompok

(Sinaga, 1999: 7), yaitu:

1. Skala Sangat Besar

Apabila skala peta lebih besar dari 1: 10.000. peta dengan skala ini digunakan

untuk aplikasi teknik yang membutuhkan informasi yang sangat akurat dan

sangat detail.

2. Skala Besar

Apabila skala peta lebih besar dari 1: 10.000 dan lebih kecil dari 1: 100.000.

3. Skala Sedang

Apabila skala peta lebih besar dari 1: 1000.000 dan lebih kecil dari

1: 100.000.

4. Skala Kecil

Apabila skala peta lebih kecil dari 1: 1000.000.

b. Skala Peta

Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta, globe, model relatif

atau penampang melintang dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi.

(Prihandito,1989: 9).

Sedangkan menurut Sinaga (1999:9) skala peta adalah perbandingan jarak

antara dua titik di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu di permukaan bumi

(dengan satuan yang sama). Jenis-jenis skala peta sebagai berikut:

1. Skala angka / skala pecahan,

Skala angka / skala pecahan adalah skala yang dinyatakan dengan angka atau

pecahan secara langsung sesuai besaran skala.

Contoh:

Skala angka (Numeric scale) =

Skala pecahan (Representative fraction) =

1: 50000

(28)

commit to user

2. Skala verbal

Skala verbal adalah skala yang dinyatakan dengan menggunakan kalimat.

Contoh:

1 inchi to one miles (skala verbal) = 1: 63660 (skala numerik)

1 inchi to two miles (skala verbal) = 1: 126720 (skala numerik)

3. Skala grafis

Skala grafis adalah suatu bentuk penyajian skala peta di atas garis lurus yang

mempunyai panjang tertentu, dan pada sisi garis yang satu dituliskan panjang

garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada sisi yang lain dituliskan

panjang garis tersebut di lapangan (dalam satuan km), sehingga kedua panjang

garis tersebut mempunyai perbandingan skala.

Contoh:

c. Simbol-Simbol Peta

Peta adalah suatu media komunikasi grafis, berarti informasi yang

diberikan dalam peta berupa gambar atau simbol. Dengan demikian simbol dalam

peta memegang peranan yang sangat penting. Dalam peta-peta khusus atau

tematik, simbol merupakan suatu informasi utama untuk menunjukkan tema suatu

peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan suatu gambar atau tanda yang

mempunyai makna atau arti. (Sinaga, 1999: 26)

Menurut bentuknya, simbol dibedakan menjadi:

1. Simbol titik

Simbol titik digunakan untuk menyatakan lokasi atau bentuk unsur-unsur lain

yang erat hubungannya dengan skala peta. Besarnya simbol titik dari mulai

yang kecil yang dibutuhkan untuk menunjukkan letak sebuah titik sampai

pada sebuah simbol yang dengan sengaja dibesarkan untuk menggambarkan

(29)

commit to user

2. Simbol garis

Simbol garis digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis

seperti sungai, jalan, batas administrasi, garis pantai dan lain sebagainya.

3. Simbol luas

Simbol luas atau ruang, digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang

berbentuk luas seperti areal permukiman, danau, daerah administrasi dan lain

sebagainya.

Simbol geometrik adalah simbol abstrak yang penggambarannya tidak mirip

dengan bentuk asli dari unsur yang diwakilinya.

3. Simbol huruf

Simbol huruf adalah yang simbol yang menggunakan huruf atau angka untuk

menggambarkan obyek yang diwakili. Biasanya menggunakan huruf pertama

atau kedua dari nama obyek yang diwakilinya.

Tabel 1. Contoh Simbol Piktoral, Geometrik, dan Huruf. Bentuk /

Ujud

Simbol

Piktoral Geometrik Huruf / Angka

(30)

commit to user

Bandara

V

Bandara

B

Bandara

Garis

Jalan

Sungai

Batas kabupaten

Batas desa

bb

bbb bbb bbbb

Batas

Bidang

Sawah

Perkebunan

Sawah

Perkebunan

Sawah

Perkebunan

2. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh

manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu

sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek

kehidupan manusia walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya bagi manusia

(31)

commit to user

terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan kesenjangan

adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber ekonomis yang dimiliki.

Substansi kemiskinan (Sudibyo dalam Rais 1995: 11) adalah kondisi

depresiasi terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa

sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar. Sedangkan substansi kesenjangan

adalah ketidakmerataan akses terhadap sumberdaya ekonomis. Masalah

kesenjangan adalah masalah keadilan, yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kemiskinan (Friedmann dalam Suyanto, 1995: 207) adalah ketidaksamaan

kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Kemiskinan

memang merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor

ekonomi tetapi juga faktor sosial dan faktor budaya.

Menurut Suparlan (1993: 9) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu

standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi

pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan

yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang

rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan

kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong

sebagai orang miskin.

Dalam ilmu sosial pemahaman mengenai pengertian kemiskinan dilakukan

dengan menggunakan tolak ukur tertentu. Menurut Suparlan (1993: 10) tolak ukur

yang pertama adalah tingkat pendapatan per waktu kerja, dengan adanya tolak

ukur ini maka jumlah dan siapa-siapa saja yang tergolong sebagai orang miskin

dapat diketahui, untuk dijadikan sebagai kelompok sasaran yang diperangi

kemiskinannya. Tolak ukur yang kedua adalah tolak ukur kebutuhan relatif

per-keluarga yang batasannya dibuat berdasarkan kebutuhan minimal yang harus

dipenuhi sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara

sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Tercakup dalam

tolak ukur kebutuhan relatif per keluarga ini adalah: kebutuhan-kebutuhan yang

berkenan dengan biaya sewa rumah, biaya-biaya untuk memelihara kesehatan dan

(32)

commit to user

sandang yang sewajarnya dan pangan yang sederhana tetapi mencukupi dan

memadai.

b. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Sebab-sebab kemiskinan menurut Rais (1995: 146) adalah:

1. Kesempatan kerja. Seseorang itu tidak mempunyai pekerjaan, sehingga dia

tidak memiliki penghasilan dan jika seseorang bekerja tidak penuh baik dalam

ukuran hari, minggu, atau bulan atau tahun bisa disebut dengan gejala

setengah menganggur.

2. Upah gaji dibawah minimum. Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu

tetapi jika upahnya dibawah standar sementara pengeluarannya cukup tinggi

maka orang tersebut bisa digolongkan sebagai orang miskin.

3. Produktivitas kerja yang rendah, pada umumnya kemiskinan terjadi di sektor

pertanian karena produktivitasnya yang masih rendah.

4. Ketiadaan asset, di bidang pertanian kemiskinan terjadi karena petani tidak

memiliki lahan atau kesempatan untuk mengolah lahan dia pemilikan dan

penguasaan lahan. Petani yang tidak memiliki lahan bisa digolongkan miskin

dengan pendapatan yang lebih kecil dari pemilik lahan.

5. Diskriminasi, kemiskinan juga bisa disebabkan oleh diskriminasi antara

penghasilan laki-laki dengan penghasilan perempuan.

6. Tekanan harga, pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan oleh

rendahnya produktifitas melainkan juga karena tekanan harga, terutama hal ini

berlaku pada petani kecil dan pengrajin dalam industri rumah tangga.

Menurut Ghose dan Griffin dalam Suyanto (1995:106)

sekurang-kurangnya ada empat faktor yang menyebabkan kemiskinan di pedesaan,

faktor-faktor tersebut adalah:

Pertama, karena adanya pemusatan pemilikan tanah yang dibarengi

dengan adanya proses fragmentasi pada arus bawah masyarakat. Jumlah penduduk

pedesaan yang terus bertambah tetapi tidak diimbangi dengan bertambahnya tanah

(33)

commit to user

sehingga akan terjadi yang disebut dengan shared poverty atau pembagian

kemiskinan. Di samping itu tekanan kebutuhan sehari-hari yang terus menerus

meningkat dan harga produksi pertanian yang tidak menentu menyebabkan

banyak warga desa sedikit demi sedikit terpaksa menjual lahannya untuk

menyambung hidup.

Kedua, nilai tukar hasil produksi warga pedesaan khususnya sektor

pertanian yang semakin jauh tertinggal dengan hasil produksi lainnya termasuk

kebutuhan sehari-hari warga.

Ketiga, karena lemahnya posisi masyarakat desa khususnya petani dalam

rantai perdagangan. Biasanya pihak yang dominan menentukan harga adalah pada

pedagang atau tengkulak. Mungkin saja pada saat tertentu harga jual produk

pertanian tertentu naik. Tetapi karena sudah terjerat sistem ijon atau karena lemah

posisi harga barang maka acap kali tetap harus menanggung kerugian karena

harga beli ditekan serendah-rendahnya.

Keempat, karena faktor karakter struktur sosial masyarakat pedesaan yang

terpolarisasi, warga elit desa yang secara ekonomi mapan dan memiliki akses

terhadap kekuasaan dengan mudah dapat mengambil keuntungan dari paket-paket

inovasi yang masuk. Sementara, warga desa kebanyakan yang kurang

berpendidikan dan miskin harus puas hanya sebagai penonton.

c. Karakteristik Golongan Miskin

Menurut Zelinsky (1996: 88) karakteristik penduduk dapat dikategorikan

dalam beberapa klasifikasi berdasarkan rumah tempat tinggal, tingkat pendidikan,

jenis pekerjaan, penggunaan lahan, dan kecukupan gizi serta perawatan kesehatan

bisa menjadi indikator peningkatan kehidupan sosial masyarakat.

Karakteristik golongan miskin menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:

13) adalah:

1. Karakteristik demografi dari penduduk miskin.

Secara umum, rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin di Indonesia

(34)

commit to user

jumlah anggota rumah tangga adalah indikasi yang dominan dalam

menentukan miskin atau ketidak-miskinan suatu rumah tangga. Bertambah

besarnya jumlah anggota rumah tangga maka bertambah besar pula

kecenderungan menjadi miskin. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa

Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan untuk membatasi jumlah anggota

rumah tangga adalah relevan dengan upaya-upaya pengentasan kemiskinan.

2. Karakteristik ekonomi dari penduduk miskin

Karakteristik dari ekonomi rumah tangga mencakup informasi atas pekerjaan

kepala rumah tangga apakah sebagai karyawan atau sebagai pengusaha atau

bahkan sebagai keduanya. Pekerjaan kepala rumah tangga mempengaruhi

jumlah pendapatan keluarga. Pola pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan

indikator kemiskinan. Jumlah pengeluaran rumah tangga untuk pangan sangat

besar perbandingannya dengan pengeluaran bukan pangan adalah salah satu

karakteristik ekonomi penduduk miskin.

3. Karakteristik dilihat dari pekerjaan kepala rumah tangga.

Pekerjaan kepala rumah tangga terbagi menjadi dua jenis yaitu:

karyawan/buruh dan pengusaha/majikan. Pekerjaan dengan status

karyawan/buruh dalam istilah ini merupakan kepala rumah tangga yang

memperoleh upah atau gaji sebagai imbalan atau balas jasa dari pekerjaannya

sebagai contoh pegawai negeri, karyawan perusahaan, buruh pabrik, pembantu

rumah tangga, pengemudi dengan sistem upah atau gaji.

Kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan sebagai pengusaha misalnya

sebagai pemilik tanah, nelayan yang mempunyai atau menyewa kapal dan

lain-lain. Di perkotaan dan pedesaan seperti di Jawa dan Bali, di bagian timur

Indonesia, maupun di bagian barat Indonesia lebih banyak kepala rumah

tangga miskin yang menjadi pengusaha ketimbang yang menjadi buruh.

4. Karakteristik dari pola konsumsi rumah tangga miskin.

(35)

commit to user

komunitas (miskin dan bukan miskin), menunjukkan bahwa secara umum

porsi konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sampai sebesar 70%

dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan makanan yang hanya 29, 31%.

dibandingkan dengan kondisi perkotaan porsi konsumsi makanan rumah

tangga miskin lebih besar dibandingkan di pedesaan. Hal ini agak kurang

dapat dipercaya mengingat rumah tangga miskin di pedesaan harus mengambil

makanan dari tanah mereka. Penjelasan yang paling memungkinkan untuk

kondisi ini adalah kemiskinan di pedesaan sudah sedemikian buruknya dimana

keluarga miskin harus mengkonsumsi porsi yang besar dari pendapatannya

hanya untuk makan.

5. Karakteristik sosial budaya

Rata-rata orang miskin di perkotaan berpendidikan lebih tinggi daripada di

pedesaan. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh tingkat pendapatan warga

yang tinggal di perkotaan memiliki pendapatan yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan pendapatan di pedesaan. Selain itu di perkotaan fasilitas

pendidikan lebih lengkap dan lebih memadai jika dibandingkan dengan

pedesaan.

Menurut Sayogyo dalam Suyanto, (1995:5) ada tiga tipe orang miskin,

yaitu miskin (poor), sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest).

Penggolongan ini berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam

setiap tahun.

Orang miskin (poor) adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan

dalam beras yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut dianggap cukup

memenuhi kebutuhan makan minimum (1900 kalori/orang/hari dan 40 gr

protein/orang/hari).

Orang sangat miskin (very poor) berpenghasilan antara 240 kg – 320 kg

beras/orang/tahun.

Orang termiskin (poorest) berpenghasilan berkisar antara 180 kg – 240 kg

(36)

commit to user

d. Dimensi Kemiskinan

Dimensi kemiskinan menurut Ellis G.P.R. dalam Rais (1995: 31) terdiri

dari:

1. Ekonomi

Dimensi yang paling jelas dalam kemiskinan adalah dari segi ekonomi,

dimensi ini menjelma dalam segala kebutuhan ekonomi dan dapat dihitung

dalam rupiah meskipun harganya akan selalu berubah setiap tahunnya

tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri.

2. Sosial budaya

Dimensi kemiskinan adalah sosial dan budaya. Lapisan yang secara ekonomis

miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang disebut budaya

kemiskinan demi kelangsungan hidup. Budaya kemiskinan dapat diketahui

dari ketidak-berdayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Struktural atau politik

Kemiskinan berdimensi struktural atau politik artinya orang yang mengalami

kemiskinan ekonomi pada hakekatnya karena mengalami kemiskinan

struktural. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin tersebut tidak memiliki

sarana politik, tidak memiliki kekuatan politik sehingga menduduki struktur

sosial yang paling rendah.

Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut pada hakekatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam lingkup ekonomi tetapi juga

memperhatikan masalah sosial, budaya, dan politik.

e. Kriteria Keluarga Miskin, Penduduk Miskin, dan Rumah Tangga Miskin Menurut PT Pos Indonesia, kriteria keluarga miskin, penduduk miskin,

dan rumah tangga miskin adalah sebagai berikut:

1. Kriteria keluarga miskin

(37)

commit to user

untuk memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun

non-makanan.

Seseorang/rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam

kondisi serba kekurangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan

dasarnya.

Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis

kemiskinan yang disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan

2. Penduduk miskin

Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan untuk memenuhi

konsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang per hari plus

kebutuhan dasar non-makanan, atau setara dengan Rp. 120.000,00 per

orang per bulan.

Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi

makanan hanya mencapai antara 1900 sampai 2100 kalori per orang per

hari plus kebutuhan dasar non-makanan, atau setara Rp. 150.000,00 per

orang per bulan.

Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi

konsumsi makanan hanya mencapai antara 2100 sampai 2300 kalori plus

kebutuhan dasar non-makanan atau setara Rp. 175.000,00 per orang per

bulan

3. Rumah Tangga Miskin

Rumah tangga dikatakan Sangat Miskin apabila tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp. 120.000,00 = Rp. 480.000,00 per

rumah tangga per bulan.

Rumah tangga dikatakan Miskin apabila kemampuan memenuhi

kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 150.000,00 = Rp. 600.000,00

(38)

commit to user

Rumah tangga dikatakan Mendekati Miskin apabila kemampuan

memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 175.000,00 = Rp.

700.000,00 per rumah tangga per bulan, tetapi di atas Rp. 600.000,00.

3. Bantuan Langsung Tunai (BLT)

BLT menurut tim sosialisasi BLT Departemen Komunikasi dan

Informatika (Depkominfo) adalah sejumlah uang tunai yang diberikan oleh

pemerintah kepada rumah tangga yang perlu dibantu agar kesejahteraannya tidak

menurun jika harga BBM dinaikkan. (www.bappenas.go.id, 6 September 2008).

Keputusan menaikkan harga BBM dalam negeri diambil karena biaya subsidi

BBM dalam negeri meningkat sangat pesat dengan naiknya harga minyak mentah

dunia yang terus naik mencapai di atas US$ 120,00 per barel pada bulan Mei

2008.

Dasar hukum pelaksanaan program adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 Tentang Pelaksanaan Program BLT Untuk Rumah Tangga Sasaran. Rumah Tangga Sasaran (RTS) adalah rumah tangga yang masuk dalam kategori Sangat Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin (www.depsos.go.id, 6 September 2008).

Dampak kenaikan harga BBM dalam negeri dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat terutama masyarakat ekonomi lemah. Namun demikian pemerintah

bertekad untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan

rendah terutama masyarakat miskin melalui program kompensasi, yang berupa:

1. Peningkatan program kemiskinan yang bersifat jangka panjang seperti PNPM,

program keluarga harapan, program JAMKESNAS, program penyediaan

beasiswa, program pelayanan KB bagi PUS, Program KUR dan program lain

yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

2. Program kompensasi jangka pendek yaitu program BLT, perluasan program

raskin, program penjualan minyak goreng bersubsidi dan program pasar beras

(39)

commit to user

Program BLT termasuk program kompensasi jangka pendek yang bersifat

sementara, dan diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

ketergantungan serta tidak mendorong menguatnya culture of poverty. Besarnya

BLT adalah Rp 100.000,00 per bulan per rumah tangga sasaran. Bentuk uang

tunai diberikan untuk mencegah turunnya daya beli masyarakat miskin yang

disebabkan oleh naiknya harga BBM.

Data dasar yang digunakan adalah data untuk pelaksanaan BLT tahun

2005-2006 yang telah dimutakhirkan oleh BPS. Di samping itu, PT Pos

melakukan penyesuaian sehubungan dengan adanya rumah tangga sasaran yang

berpindah alamat, meninggal dunia atau tidak mengambil uang tunai pada

program BLT 2005-2006.

Tujuan Program BLT dilatarbelakangi upaya mempertahankan tingkat

konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai akibat adanya kebijakan

kenaikan harga BBM. Tujuan BLT adalah:

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Di dalam proses pelaksanaanya, warga masyarakat yang ingin

mendapatkan BLT harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan oleh BPS.

Adapun Kriteria RTS layak BLT adalah:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 M2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah / bambu / kayu

murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu / rumbia / kayu berkualitas

rendah / tembok tanpa plester

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga

lain

(40)

commit to user

6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air

hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak

tanah

8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam setahun

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik

12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5

Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 per bulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD /

hanya SD.

14.Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal

Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit / non kredit), emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

Pembagian keluarga sangat miskin, miskin, dan hampir miskin adalah

sebagai berikut:

1. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 8 poin atau kurang, maka termasuk

dalam keluarga tidak miskin

2. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 9 poin sampai dengan 10, maka

termasuk dalam keluarga hampir miskin.

3. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 11 poin sampai dengan 12 poin, maka

termasuk dalam keluarga miskin.

4. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 13 poin atau lebih, maka termasuk

dalam keluarga sangat miskin.

(41)

commit to user

4. Efektivitas Penyaluran BLT

Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,

meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan

pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara

mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan

outputnya.

Chester I. Barnard dalam Prawirosentono (1999: 27), menjelaskan bahwa

arti efektif dan efisien adalah sebagai berikut: “When a specific desired end is

attained we shall say that the action is effective. When the unsought consequences

of the action are more important than the attainment of the desired end and are

dissatisfactory, effective action, we shall say, it is inefficient. When the unsought

consequences are unimportant or trivial, the action is efficient. Accordingly, we

shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it

satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not”. (Bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut

adalah efektif. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari kegiatan

mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai,

sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak

efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari, tidak penting atau remeh,

maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan

sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Dikatakan efisien bila hal itu

memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau

tidak).

Dalam bahasa dan kalimat yang mudah hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa: sesuatu dikatakan efektif apabila tujuan dapat dicapai sesuai dengan

kebutuhan yang direncanakan.

Sesuai dengan pengertian efektivitas diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa efektivitas penyaluran BLT adalah kesesuaian antara tujuan BLT dan

realita yang tercapai oleh program BLT. Yaitu BLT yang menyasar kepada rumah

(42)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

1. Pemetaan Penerima RASKIN ( Beras Untuk Keluarga Miskin ) Di Kecamatan

Todanan Kabupaten Blora Tahun 2005. Penulis : Yuni Sulistyawati

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Todanan Kabupaten Blora pada

tahun 2005 mengenai RASKIN. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

persebaran keluarga miskin, mengetahui persebaran penerima RASKIN di

Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun 2005 dan mengetahui efektivitas

penyaluran Raskin di Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun 2005.

Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil

penelitiannya adalah persebaran keluarga miskin tersebar merata setiap desa

dengan jumlah 5.972 keluarga atau 37,31% dari jumlah keseluruhan keluarga

miskin di Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Persebaran penerima

RASKIN tersebut merata di setiap desa. Klasifikasi persebaran penerima

RASKIN adalah kelas sangat tinggi terdapat di Desa Todanan, Desa

Ngumbul, Desa Ketileng, Desa Pelem Sengir, dan Desa Bedingin. Sedangkan

yang masuk dalam kategori sangat rendah adalah Desa Ledok, Desa Gondorio,

Desa Wukirsari, dan Desa Prigi.

Efektivitas penyaluran RASKIN di Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora belum efektif karena tidak sesuai dengan kriteria penerima RASKIN

dan penyalurannya yang tidak sesuai dengan ketentuan penyaluran RASKIN.

2. Analisis Kemanfaatan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bagi Rumah Tangga

Miskin (RTM) Tahun 2005-2006. Penulis : Tri Anggoro

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kwarasan Kabupaten Kebumen

kepada 100 responden. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi

karakteristik sosial ekonomi RTM penerima BLT bila dilihat dari segi

pendidikan, jumlah keluarga, pemanfaat BLT, durasi penggunaan dana BLT,

dan pemanfaatan dana BLT di Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen,

mengetahui pengaruh pendidikan dan jumlah keluarga terhadap kemanfaatan

(43)

commit to user

mengetahui berapa besar tingkat perbedaan antara tingkat pendidikan yang

lebih rendah, jumlah keluarga yang lebih sedikit dan jumlah keluarga yang

lebih banyak terhadap kemanfaatan BLT bagi RTM di Kecamatan Kuwarasan

Kabupaten Kebumen.

Metode Penelitian yang digunakan adalah area probability sampling

dan diolah dengan metode binary logit berdasarkan tingkat signifikansi 10% dengan alat bantu Eview’s 4.0.

Hasil penelitiannya diketahui bahwa secara individu variabel

pendidikan berpengaruh terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat signifikansi

10% dengan nilai probabilitas sebesar 0,0520, sedangkan variabel jumlah

keluarga secara individu berpengaruh terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat

signifikansi 1% dengan nilai probabilitas sebesar 0,0067. Berdasarkan oods

ratio, untuk variabel pendidikan, perbedaan probabilitas kepala rumah tangga

yang berpendidikan lebih rendah dalam menjelaskan adanya kemanfaatan

BLT sebesar 1,27 kali dari probabilitas adanya kemanfaatan BLT bagi kepala

rumah tangga dengan pendidikan yang tinggi. Sedangkan untuk variabel

jumlah keluarga, perbedaan probabilitas rumah tangga yang jumlah anggota

keluarganya lebih sedikit dalam menjelaskan adanya kemanfaatan BLT adalah

1,37 kali dari probabilitas adanya BLT bagi rumah tangga yang mempunyai

(44)

26

1. Persebaran keluarga miskin tersebar merata setiap

desa dengan jumlah 5.972 keluarga atau 37,31% dari

jumlah keseluruhan keluarga miskin di Kecamatan

Todanan Kabupaten Blora.

2. Persebaran penerima RASKIN merata di setiap desa.

Persebaran penerima RASKIN yang masuk dalam

kelas sangat tinggi terdapat di Desa Todanan, Desa

Ngumbul, Desa Ketileng, Desa Pelem Sengir, dan

Desa Bedingin. Sedangkan yang masuk dalam

kategori sangat rendah adalah Desa Ledok, Desa

Gondorio, Desa Wukirsari, dan Desa Prigi.

3. Efektivitas penyaluran RASKIN di Kecamatan

Todanan Kabupaten Blora belum efektif.

(45)

2 Tri Anggoro Analisis

terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat signifikansi

10% dengan nilai probabilitas sebesar 0,0520, sedangkan

variabel jumlah keluarga secara individu berpengaruh

terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat signifikansi 1%

dengan nilai probabilitas sebesar 0,0067. berdasarkan

oods ratio, untuk variabel pendidikan, perbedaan

probabilitas kepala rumah tangga yang berpendidikan

lebih rendah dalam menjelaskan adanya kemanfaatan

BLT sebesar 1,27 kali dari probabilitas adanya

kemanfaatan BLT bagi kepala rumah tangga dengan

pendidikan yang tinggi. Sedangkan untuk variabel

jumlah keluarga, perbedaan probabilitas rumah tangga

yang jumlah anggota keluarganya lebih sedikit dalam

menjelaskan adanya kemanfaatan BLT adalah 1,37 kali

dari probabilitas adanya BLT bagi rumah tangga yang

mempunyai anggota keluarga yang lebih banyak.

(46)
(47)

commit to user

29

C. Kerangka Pemikiran

Kenaikan harga BBM harus dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan

APBN. Dampak dari kenaikan harga BBM sangat berpengaruh terhadap harga

barang di pasar. Masyarakat semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan karena

harga barang-barang kebutuhan semakin meningkat. Masyarakat kalangan

menengah kebawah adalah masyarakat yang paling merasakan dampak kenaikan

harga BBM. Angka kemiskinan akhirnya meningkat karena masyarakat dari

kalangan menengah kebawah tidak siap untuk menghadapi kenaikan harga BBM.

Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut pemerintah mengeluarkan suatu

program yang bersumber dari subsidi BBM, program tersebut adalah BLT.

Penyaluran BLT pada tahun 2008 dilakukan di desa atau kelurahan kepada

keluarga misk. Pedoman untuk penentuan RTS BLT adalah berdasarkan

karakteristik sosial ekonomi keluarga. Karakteristik sosial ekonomi RTS penerima

BLT meliputi luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat,

jenis dinding tempat tinggal. fasilitas buang air besar, sumber penerangan rumah

tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak. kemampuan

mengkonsumsi protein hewani (daging / susu / ayam) dalam satu minggu,

kemampuan membeli pakaian baru dalam satu tahun, kemampuan untuk makan

dalam satu hari, kemampuan berobat di Puskesmas / Poliklinik, sumber

penghasilan kepala rumah tangga. pendidikan tertinggi kepala rumah tangga,

kepemilikan tabungan / barang yang mudah dijual.

Di Kecamatan Gatak pada tahun 2008 terdapat 3.927 KK (30.45 %)

menerima BLT dari 12.898 KK. Jumlah penerima BLT pada tahun 2008 sama

dengan jumlah penerima BLT pada tahun 2005. Dari fakta tersebut menimbulkan

pertanyaan apakah jumlah keluarga miskin dalam rentang waktu selama 3 tahun di

Kecamatan Gatak tidak mengalami perubahan? Untuk menjawab pertanyaan

tersebut maka di lakukan survei untuk mengatahui karakteristik penerima BLT

apakah masih sesuai dengan 14 kriteria penerima BLT dan apakah penerima BLT

(48)

commit to user

Dari karakteristik penerima BLT sesuai kriteria penerima BLT akan

diketahui kelas sosial ekonomi penerima BLT. Untuk mengukur efektivitas

penyaluran BLT dapat dilakukan dengan membandingkan penerima BLT menurut

14 kriteria penerima BLT dan menurut kecukupan jumlah kalori.

Data RTS penerima BLT disajikan dalam bentuk peta tematik. Untuk

memudahkan analisis keruangan, data penerima BLT perlu diwujudkan dalam

bentuk peta. Melalui peta dapat diketahui persebaran penerima BLT dan

efektivitas penyalurannya. Berikut adalah gambar diagram alur

(49)

commit to user

(50)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo yang

terdiri dari 14 desa yaitu: Desa Blimbing, Desa Geneng, Desa Jati,

Desa Kagokan, Desa Klaseman, Desa Krajan, Desa Luwang, Desa Mayang,

Desa Sanggung, Desa Sraten, Desa Tempel, Desa Trangsan, Desa Trosemi, dan

Desa Wironanggan.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu lima belas bulan diawali

dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian, mulai dari bulan

September 2008 sampai bulan November 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(51)

commit to user

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Metode penelitian geografi adalah tata cara kerja yang sistematis untuk

memahami obyek penelitian geografi dengan menggunakan alat dan melalui

prosedur ilmiah geografi, agar tujuan penelitian dapat tercapai.

Untuk mengetahui persebaran penerima BLT di Kecamatan Gatak, maka

dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif geografis yaitu menjelaskan

secara spasial persebaran penerima BLT tahun 2008 di Kecamatan Gatak. Strategi

penelitian yang digunakan adalah analisis peta dan analisis tabel dari data primer,

dan sekunder.

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara kemudian disusun

kedalam tabel. Data sekunder berbentuk tabel dan dokumentasi yang diperoleh

dari instansi yang terkait dalam pelaksanaan program BLT. Setelah analisis data

primer dan data sekunder analisis peta dilakukan untuk mengkaji persebaran

penerima BLT.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer diperoleh dari wawancara dan observasi tahap pertama

dilakukan kepada penerima BLT di 14 desa di Kecamatan Gatak dan wawancara

tahap kedua dilakukan kepada penerima BLT di 3 desa. Responden pada tahap

kedua adalah keluarga yang sama dengan wawancara dan observasi tahap

pertama. Pedoman wawancara disusun dengan menggunakan kuesioner (daftar

pertanyaan) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Data primer yang diperoleh dari wawancara tahap pertama adalah:

1. Identitas responden yang berupa nama dan alamat.

2. Luas lantai bangunan tempat tinggal.

Gambar

gambar diagram
Gambar 1: Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 3.  Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4. Persebaran Sampel di Kecamatan Gatak Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Evaluation pada program Negeri Indonesia selalu dilakukan dalam segala kesempatan evaluasi dan itu biasanya dilakukan pada saat program tersebut sudah

Belanja cetak Belanja cetak Dishutbun Dishutbun Kantor Dishut Kantor Dishut 12 Bulan 6 Item 12 Bulan Belanja foto copy Belanja foto copy Dishutbun Dishutbun Kantor Dishut Kantor

Pencarian data primer tersebut di atas, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan tentang peristiwa, hal-hal yang dialami, pelayanan yang diperoleh pada saat kejadian dan pasca

Taman Indah Permai, Jalan Sepanggar 88450 Kota Kinabalu Sabah.. (CAWANGAN LIKAS PLAZA)

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk nitrogen berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap laju

Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif

Akuntansi adalah proses dari transaksi yang dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur kemudian akan menghasilkan informasi dalam