PENGARUH KEGIATAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) TERHADAP TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
DI SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN 2013
125102092
MEI NOVALINA HASTUTI DAMANIK
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja
di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Abstrak
Mei Novalina Hastuti Damanik
Latar Belakang : Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sumber kesehatan reproduksi.
Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, pengambilan sampel dalam metode ini adalah simple acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan. Analisa data digunakan dengan uji Chi Square.
Hasil : uji statistik diperoleh nilai ada pengaruh yang signifikan pada kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja (nilai p= 0.032).
Kesimpulan dan saran : dari penelitian ini diketahui bahwa kegiatan komunikasi infomasi dan edukasi penting dalam meningkatkan kegiatan kesehatan reproduksinya. Saran pentingnya mendapatkan kegiatan KIE yang banyak serta melakukan tindakan kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksinya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya serta kesempatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ pengaruh
kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan
reproduksi remaja di sma negeri 17 medan tahun 2013“. Adapun tujuan dari
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menemukan banyak
sekali hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Sumatera
Utara.
2. Erniyati, Skp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, Skp. MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, Skp. MNS selaku pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.
5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua Program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
6. Salbiah, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.
7. Soagahon Simanungkalit S.H. Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Medan
beserta Staff Pengajar
8. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes Selaku dosen yang telah menguji data
Reliabel
9. Seluruh staf dosen pengajar dan pegawai program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
10.Kedua Orangtua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan moril
dan materi serta doa yang tiada hentinya sehingga membuat semangat
penulis terus terpacu dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
11.Teman-teman saya sesama mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yang selalu
memberikan dukungan dan semangat pada saat penulisan karya tulis
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, 4 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………..… iv
KATA PENGANTAR………... v
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… xi
DAFTAR SKEMA………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang………. 14
B.Perumusan Masalah………. 20
C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum………. . 20
2.Tujuan Khusus ……….. 20
D.Manfaat Penelitian 1.Bagi Ilmu Kebidanan ………. . 20
2.Bagi SMA Negeri 17 Medan……….. 20
3.Bagi Responden ………. 21
4.Bagi Peneliti……… 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja 1. Remaja………... 22
3. Karakteristik
Remaja………..……. 24
B. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja……… 25
2. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita ……… 26
3. Hak-Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduksinya ………. 27
C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Komunikasi………. 29
2. Informasi………. 29
3. Edukasi……… 29
D. Konsep Perilaku 1. Pengetahuan ……….. 31
2. Sikap ……….. 31
3. Tindakan ……….... 34
E. Aspek dalam KIE Kesehatan Reproduksi………..…. 34
F. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi……….... 36
BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep ……… 40
B. Hipotesis………... . 40
C. Defenisi Operasional……… 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 42
B. Populasi Dan Sampel………... 42
C. Tempat Penelitian ……….... 43
D. Waktu Penelitian……….. 43
F. Instrumen Penelitian………. 44
G. Uji Validaitas Dan Relibilitas………... 45
H. Pengumpulan Data……… 46
I. Analisa Data ……… 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden……….. 49
2. Analisa Univariat……… 50
3. Analisa Bivariat……….. 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 60
B. Saran………. 61
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Frekuensi dan persentase identitas remaja di SMA Negeri 17
Medan Tahun
2013……… 50
Tabel 5.2 Frekuensi dan persentase Kegiatan Komunikasi informasi dan
Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun
2013……… 51
Tabel 5.3 Frekuensi dan persentase Kegiatan Komunikasi informasi dan
Edukasi pada Remaja Secara di SMA Negeri 17 Medan Tahun Secara Keseluruhan 2013…………... 52
Tabel 5.4 Frekuensi dan persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi
Pada Remaja Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013…… 53
Tabel 5.5 Frekuensi dan persentase Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Pada Remaja Di Smanegeri 17 Medan Tahun 2013 Secara Keseluruhan ……… 54
Tabel 5.6 Pengaruh Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan
Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja …. 27
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
2. Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
3. Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
4. Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
5. Lampiran 5 : Master Data Penelitian
6. Lampiran 6 : Hasil Uji Chi Square
7. Lampiran 7 : Uji Conten Validity
8. Lampiran 8 : Hasil Uji Reabilitas
9. Lampiran 9 : Surat Ijin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
10.Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara
Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja
di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Abstrak
Mei Novalina Hastuti Damanik
Latar Belakang : Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sumber kesehatan reproduksi.
Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, pengambilan sampel dalam metode ini adalah simple acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan. Analisa data digunakan dengan uji Chi Square.
Hasil : uji statistik diperoleh nilai ada pengaruh yang signifikan pada kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja (nilai p= 0.032).
Kesimpulan dan saran : dari penelitian ini diketahui bahwa kegiatan komunikasi infomasi dan edukasi penting dalam meningkatkan kegiatan kesehatan reproduksinya. Saran pentingnya mendapatkan kegiatan KIE yang banyak serta melakukan tindakan kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan.
Implikasi defenisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu
menurunkan serta memenuhi keinginanya tanpa ada hambatan apapun, kapan, dan
berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).
Tidak terkecuali kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting dalam
Milenium Development Goals (MDGs). Selain itu, dewasa ini kesehatan reproduksi
juga mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut kedalam
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir,
pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan
dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan
yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak- hak reproduski.
Sejak saat itu, masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak-hak
remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan
Jumlah remaja di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2005
mencapai 42 juta jiwa atau 19,34% dari seluruh penduduk Indonesia. Masa remaja
adaah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada
saat terjadi kematangan seksual, yaitu antara usia 11 sampai 12 tahun sampai 20
tahun. Pada masa remaja, individu mengalami perubahan baik fisik, psikis, maupun
sosial. Remaja memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu yang besar, gemar
terhadap tantangan dan selalu ingin mencoba hal hal yang baru, cenderung
berkelompok, masih mencari jati diri, mudah terpengaruh dengan lingkungan
sekitarnya, serta cenderung melakukan tindakan tanpa pemikiran yang matang
sehingga permasalahan-permasalahan yang dialami remaja juga khas (Hurlock,
1995:10 dalam Imron, 20012 : 21).
Menurut penelitian Sunarti, Winarni dan Anam (2009) proyeksi penduduk
yang dilakukan BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 116, 11
juta orang menurun dibanding tahun 2000 yaitu 206,6 juta. Penduduk remaja usia 15
-24 tahun pada tahun 2010 diperkirakan 36,8 % atau 42,69 juta orang yang terdiri dari
remaja perempuan 21,0 juta dan remaja laki-laki 21,69 juta orang. Persentase
penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2010, diperkirakan meningkat lebih tajam
dibandingkan jumlah pada tahun 2010 (Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009
50-57).
Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau
28,64 % dari jumlah penduduk Indonesia (proyeksi penduduk Indonesia tahun
Hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya tindakan remaja tentang kesehatan
reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa
subur baru mencapai 29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang
mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali
masing-masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5%. Ramaja perempuan dan remaja laki-laki
usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan
seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja
perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 48,6% dan
46,5% (SKRRI 2002-2003 dalam Muadz dkk, 2008).
Survey dari BKKBN (2004) masalah yang sering dialami remaja adalah
masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Perubahan fisik
dan mulai berfungsinya organ reproduksi remaja kurang memiliki tindakan yang baik
tentang kesehatan reproduksi. fenomena hubungan seksual (HUS) pada saat
Pranikah. Remaja pada usia 13-15 tahun di kota besar, seperti Bandung, Jakarta, dan
Yogyakarta, sebanyak 21-30% telah melakukan hubungan seks pra nikah
(BKKBN,2008a: 5). Permasalahan lain yang muncul adalah kekerasan seksual
terutama pada masa pacaran (KDP) Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi,
Infeksi Menular Seksual (IMS), sampai terjangkitnya HIV/AIDS. Permasalah
tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi. Minimnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi
2002/2003, yaitu hampir sekitar 50 % remaja yang mengerti dengan benar tentang
HIV/AIDS Dan penyakit Infeksi Menular Seksual. Padahal, objek survey BPS
tersebut digunakan hampir 100% mereka yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS.
Survey yang dilakukan DKT Indonesia menunjukan bahwa 81% dari 487 responden
menyatakan lebih nyaman mendiskusikan masalah seksualitas dengan teman, 25%
merasa nyaman membahas dengan pacar, dan hanya 8% yang merasa nyaman
membicarakan masalah seksualitas dengan orangtua (BKKBN,2008b:4 dalam Imron,
2012 :24).
Dari penelitian Sunarti, Winarni dan Anam dkk (2009) yang dilakukan di
SMP N 1 Blitar, diketahui 36,2% (28 responden) sangat butuh, 36,2% (28 responden)
butuh, 24,8% (26 responden) tidak butuh, dan 2,9%(3 responden) sangat tidak butuh
terhadap pelayanan komunikasi informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja
(Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009 50-57).
Menurut Khotai (2003) meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi
remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk.
Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya,
buku-buku, film, video, bahkan dengan mudah membuka situs-situs lewat internet. Namun
ironisnya sangat sedikit remaja memperoleh pendidikan yang berkaitan dengan
seksual dan kesehatan reproduksi dari guru ataupun orang tua, sehingga tidak salah
remaja melangkah sampai tahap percobaan. Pengaruh informasi global (paparan
meniru kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat yaitu berbagai macam perilaku seksual
seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau pra nikah.
Penyimpangan terhadap perilaku seksual menurut Imron (2012), selain
dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan
reproduksi juga sebagai akibat pengaruh media massa dan internet yang menyediakan
informasi yang kurang tepat dan salah. Keluarga sekolah atau pesantren kurang
membekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang sebanding sehingga remaja tidak
mampu membuat keputusan yang tidak tepat. Akibatnya rasa ingin tau yang kuat
membuat remaja semakin terjebak kedalam permasalahan seksualitas. Pendidikan
kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja
sehingga para remaja tahu bagaimana caranya menghindari terjadinya hubungan
seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap dan
perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Saat ini di Indonesia menurut
BKKBN Pusat terdapat tidak kurang dari 31.622 kelompok BKR, 949 buah PIK, dan
16.795 KKPR. Ini belum termasuk kelompok remaja yang perduli terhadap kesehatan
reproduksinya yang berjumlah 8.597 kelompok. Kelompok-kelompok ini perlu
diberdayakan agar lebih efektif dan efesien dalam melakukan KIE terhadap remaja
sasaran agar hasilnya lebih optimal.
Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja masih rendah. Selayaknya para remaja memperoleh
informasi lain tentang : pengenalan alat, system, fungsi dan proses reproduksi,
HIV/AIDS. Pengaruh lingkungan seksual dan media terhadap perilaku remaja,
pelecehan seksual dan pornografi, kesetaraan dan keadilan gender, dan tanggung
jawab remaja terhadap keluarga. Bimbingan dan pengawasan perlu diberikan selama
siswa melaksanakan pembelajaran kesehatan reproduksi remaja agar siswa
termotivasi untuk mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, sehingga siswa
memperoleh informasi kesehatan informasi yang benar dan tepat (Jurnal Kesehatan
Surya Medika Yogyakarta,2010).
Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 17
Medan, diperoleh keterangan dari guru bahwa para siswa telah mendapatkan kegiatan
KIE kesehatan reproduksi dari acara bakti sosial, kegiatan keagamaan dan pelajaran
Biolohi yang secara umum membahas tentang system reproduksi. Mulai saat MOS
(Masa Orientasi Siswa) mendapatkan penyuluhan dari puskesmas tentang
komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Walaupun
upaya yang sudah dilakukan sudah optimal tetapi program penyuluhan ini belum
berhasil apabila dibandingkan dengan target yang diinginkan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti menganggap bahwa penelitian
ini penting dilakukan untuk melihat pengaruh kegiatan komunikasi, informasi dan
komunikasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah ”Bagaimanakah Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi
Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap
tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kegiatan komunikasi informasi dan edukasi remaja
b. Menganalisis tindakan kesehatan reproduksi remaja
c. Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
terhadap kegiatan kesehatan reproduksi remaja.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Ilmu Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan toeri kesehatan
reproduksi, pendidikan dalam kebidanan terutama tentang pentingnya
perawatan kesehatan reproduksi remaja.
b. Bagi SMA Negeri 17 Medan
Sebagai masukan dalam memberikan materi dan informasi yang berguna
c. Bagi Responden
Sebagai penambahan ilmu mengenai pentingnya mempelajari kesehatan
reproduksi remaja dan permasalahanya dalam langkah mencegah
terjadinya berbagai macam kesalahpahaman.
d. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan DIV Bidan
Pendidik serta meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan pengalaman
peneliti mengenai pengaruh komunikasi, informasi dan komunikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Remaja 1. Remaja
Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah periode usia
antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu, menurut The Health Resources and Service Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah
(15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia
10-24 tahun. Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa
remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia.
Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa
kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab
(Kusmiran,2012 : 4).
Menurut Imron (2012) Masa remaja sebagai masa ketika perubahan fisik,
mental, dan sosial ekonomi terjadi. Secara fisik,terjadi perubahan karakteristik
perubahan mental dan identitas usia dewasa berkembang pada masa remaja.
Secara ekonomis, masa ini adalah masa transisi dari ketergantungan
sosial-ekonomi secara total kearah ketergantungan yang relative lebih rendah. Masa
ini juga merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan, ketika
keputusan-keputusan penting diambil dan persiapan dilakukan sehubungan
dengan karier dan peranan dalam kehidupan (Raymundo,dkk., 1999:37).
James-Traore (2001:12) menggunakan kategori usia untuk membedakan
remaja menurut perkembangan fisik mereka, seperti masa remaja awal (10-14
tahun), masa remaja pertengahan (15-19tahun), dan dewasa muda (20-24
tahun). Sedangkan, Depkes RI (2001 : 50) mendefenisikan remaja hanya
meliputi penduduk berusia 10-19 tahun dan belum kawin.
2. Tahapan Masa Remaja
Menurut Widyastuti (2009), ciri perkembangan masa remaja dibagi
menjadi tiga tahap yaitu:
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2. Tampak dan merasa ingin bebas
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2. Adanya keinginan untuk kencan atau ketertarikan kepada lawan jenis.
4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), dengan cirri khas antara lain :
1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2. Lebih selektif dalam mengencani teman sebaya
3. Mempunyai citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4. Dapat mewujudkan perasaan cinta
5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
3. Karakteristik Remaja
Menurut, Jaringan Epidemiologi Nasional (2011) berdasarkan ciri-ciri
perkembanganya, maka secara umum remaja memiliki karakter dan
kebutuhan :
1. Rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin tahu ini bisa jadi
membahayakan, karena :
Sering kali melibatkan beberapa hal yang vital dan mendasar seperti :
apakah Tuhan itu ada, bagaimana rasanya melakukan HUS
(Hubungan Seks).
Seringkali dikaitkan dengan karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan
akan kemandirian yang mendorong ke arah tindakan untuk
membuktikan rasa ingin tahunya.
2. Rasa ingin tahu yang dan kebutuhan akan kemandirian tersebut
mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi, jika rasa ingin
dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya
secara emosional belum siap diterima remaja.
Menurut Schneider, kebutuhan khas yang dimiliki remaja sesuai
dengan perkembanganya adalah sebagai berikut : kebutuhan akan
identitas diri, kebutuhan individualitas, kebutuhan akan kemandirian.
B. Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Defenisi kesehatan reproduki menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata mata
bebas dari dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan system reproduksi, serta fungsi serta prosesnya. Dengan adanya
defenisi tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah
keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang
cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara-cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainya
(Hanim, 2011 : 4)
Menurut IPPF (International Plan Parenthood Federation) yang
dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang
mencakup kesehatan fisik, mental dan sosial dalam arti kata bahwa
kesehatan reproduksi tidak semata mata membahas tentang struktur
biologis laki-laki dan perempuan tetapi juga meliputi pengetahuan system
dan fungsi reproduksi, penyakit menular seksual, AIDS dan membongkar
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal berhubungan dengan system reproduksi dan
fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi oleh karena itu menyatakan
bahwa seseorang mampu memiliki kehodupan seks yang memuaskan dan
aman bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berproduksi dan bebas
untuk memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukanya
(Anonim, 2010 : 5).
2. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita
Mengetahui kondisi normal organ sangat penting, dari situ kita bisa
mendeteksi secara dini kalau hal-hal yang tidak wajar dan mencurigakan.
Yang dibutuhkan adalah secara rutin membasuh bagian diatas vulva
dengan hati-hati menggunakan air hangat dan sabun lembut. Terlalu sering
membasuh vagina dengan cairan kimia dan penggunaan deodorant dan
parfum akan merusak keseimbangan yang ada sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).
Pada saat menstruasi biasanya perempuan menggunakan pembalut
wanita. Penting diperhatikan bahwa pembalut itu harus berbahan lembut,
menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang mengandung
alergi, dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut perlu
diganti 4 hari sampai 5 kali sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri
yang berkembang biak pada pembalut wanita, juga agar pembalut tersebut
mengenakan pakaian dalam terbuat dari katun, karena bahan ini menyerap
keringat sehingga tidak membuat daerah kelamin kepanasan dan lembab.
Hindari pemakaian celana dalam yang ketat. Vaginitis adalah peradangan
pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri
yang ada disitu. Tanda dan gejala paling umum adalah munculnya cairan
berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang
sedap (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).
3. Hak-Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduki
Menurut Aisyaroi (2010), Remaja juga memiliki hak-hak mendasar
terkait, kesehatan reproduksi. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai
kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :
a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali
remaja, untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan,
khususnya bagi remaja perempuan.
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal
ini adalah, perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan
kesinambungan.
c. Hak atas kerahasian pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi
bagi remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas
pilihan-pilihan mereka.
d. Hak atas informasi pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat,
terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit kepercayaan, tradisi,
mitos-mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir
tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan Negara.
g. Hak terbebas penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi
anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari
eksploitasi, pelecahan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaru,
aman, dan dapat diterima.
i. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini
berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.
j. Hak untuk kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur
kehidupan seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorangpun
C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi dalam Kesehatan Reproduksi Remaja.
a. Komunikasi
Menurut Notoatmodjo (2003), Komunikasi kesehatan adalah usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat,
dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan
utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
masyarakat.
Komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirimkan pesan kepada
orang lain. Pengiriman pesan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
“kata” atau “bahasa”. Agar proses komunikasi dapat berlangsung, diperlukan
adanya beberapa unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah :
komunikator, pesan,penerima, dan umpan balik. Pada dasarnya setiap orang
setiap saat memikirkan, merasakan sesuatu dan ingin berkomunikasi dengan
orang lain (Fathonah,2008 : 26)
b. Informasi
Menurut Oktarina (2009) Orang yang memiliki sumber informasi yang
lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu
sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media
massa. Pengetahuan remaja khususnya tentang kesehatan bias di dapat dari
beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan
c. Edukasi
Pendidikan menurut Zulaikha (2010) adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemapuan di dalam dan diluar sekolah serta
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi.
Pemberian informasi kesehatan reproduksi kepada remaja maupun
orangtua dapat dilakukan melalui berbagai media yang tersedia baik mass
media berupa media cetak, elektronik maupun “e-file” , berbagai kelompok
yang ada di masyarakat maupun di sekolah. Pemberian informasi tersebut
ditujukan kepada remaja maupun orangtua. Materi meliputi tiga aspek utama :
a) kesehatan reproduksi yaitu seputar seksualitas manusia termasuk
reproduksi manusia. b) HIV dan AIDS. c) narkoba. Ketiga unsur utama
kesehatan reproduksi remaja tersebut dikemas dan dikaitkan dengan life skill
yaitu bagaimana para remaja dapat menghindari hal-hal buruk bagi kondisi
kesehatan reproduksi mereka. Dalam proses penyiapan KIE tersebut maka
selain diperlukan penyiapan sumber daya manusia dan metode penyampaian
juga perlu dikembangkan materi yang berkualitas yang mampu merubah tidak
saja aspek pengetahuan namun juga sikap dan perilaku target sasaran
(Fathonah,2008).
D. Konsep perilaku
Perilaku adalah bentuk responden atau reaksi terhadap stimuls atau
sangat tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respon tiap tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakanusaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada
dalam diri manusia. perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan,
perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diseleraskan
peran manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,
1999).
Perilaku dibagi dalam 3 ranah, meskipun ranah tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembatasan ranah ini dilakukan
untuk pembatasan pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah efektif dan ranah
psikomotor.
Dalam perkembangan selanjutnya pada akhir pendidikan ada 3 ranah
disini diukur dari:
a. Knowledge (pengetahuan).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dari suatu obyek
tertentu setelah melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, rasa dan raba, merupakan suatu kebutuhan bagi keluarga
apabila diikuti dengan pendidikan. Perubahan perilaku seseorang dapat
terjadi melalui proses belajar (Notoadmodjo, 2003).
Menurut Sarwono (2004), tingkat pengetahuan itu lebih bersifat
pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Notoatmodjo (2006), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu know (tahu),
comprehension (memahami), application (aplikasi), analysis (analisis),
synthesis (sintesis) dan evaluation (evaluasi).
b. Attitude (Sikap)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak, berekspresi sesuai dengan sikap objek. Sikap mempunyai
segi motifasi dari segi-segi perasaan, sikap ada bersipat positif ada yang
negatif dalam sikap positif tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap negatif cenderung
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam
keidupan bermasyarakat (Purwanto, 1999).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak ada
langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup, sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulasi dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,
2003).
Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang
berbeda-beda (sangat bendi,benci, dsb). Sikap tidak sama denagn perilaku
sekali terjadi bahwa seseorang memperlihatnkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang ada berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. (Notoatmodjo, 2003).
Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap,
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valang)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap ada dilakukan secara langsung dengan mengatakan
pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek
c. Practise (tindakan)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah
fasilitas disamping fasilitas juga diperlukan factor pendukung (support)
dari pihak lain.
Tingkat-tingkat praktek tindakan :
1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama.
2. Respon Terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek
tingkat 2.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia
sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
E. Aspek dalam KIE Kesehatan Reproduksi
Menurut Hanim, Santosa dan Affandi (2011), tujuh aspek yang perlu
di perhatikan dalam melaksanakan setiap kegiatan KIE kesehatan reproduksi,
a. Keterpaduan
Kegiatan KIE kesehatan reproduksi dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi,
petugas penyelenggara dana, maupun sasaran.
b. Mutu
Materi KIE kesehatan reproduksi haruslah bermutu, artinya selalu
didasarkan pada informasi ilmiah terbaru, kebenaranya dapat
dipertanggungjawabkan, jujur serta seimbang, sesuai dengan media dan
jalur yang dipergunakan untuk menyampaikanya, jelas dan terarah pada
kelompok sasaran secara tajam tepat guna dan tepat sasaran.
c. Media dan Jalur
Kegiatan KIE Kesehatan reproduksi dapat di laksanakan melalui berbagai
media, dan jalur sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pemilihan
media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan
kelemahan masing-masing media dan jalur sesuai dengan kondisi
kelompok sasaran dan pesan yang ingin disampaikan.
d. Efektif
Pesan-pesan KIE kesehatan reproduksi harus informasi yang jelas tentang
pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan akan mampu dilakukan
oleh kelompok sasaran.
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap,
berulang ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan
kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan.
f. Menyenangkan.
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang
kreatif dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang
dan terhibur. penyampaian yang kreatif dan inovatif ini dilakukan melalui
pendekatan “pendidikan yang menghibur” (edu-tainment), yang
merupakan kombinasi dari edukasi (pendidikan) dan entertainment
(hiburan).
g. Berkesinambungan
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesa-pesan saja,
namun harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.
F. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi.
Menurut Hanim (2011) upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
kesehatan reproduksi memiliki dua tujuan yaitu : (a) penentuan pengetahuan,
(b) perubahan perilaku kelompok sasaran/klien tentang semua aspek
kesehatan reproduksi. Dengan tercapainya dua tujuan ini, diharapkan dapat
membantu tercapainya tujuan akhir kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi,
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ada tiga strategi yang
biasa digunakan sebagai dasar melaksanakan kegiatan KIE kesehatan
1. Advokasi
Mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga tujuan KIE
kesehatan reproduksi dapat tercapai. kelompok sasaran untuk strategi
advokasi ini biasa dikenal dengan istilah “kelompok sasaran tersier”. Bentuk
operasional dari strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada
pimpinan/institusi tertinggi setempat.
Tujuan advokasi :
a. Meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan.
b. Mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskriminatif dan
hambatan-hambatan kebijakan yang menghalangi upaya-upaya
pencegahan dan pengobatan (kesehatan reproduksi remaja)
c. Kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan.
Bentuk – Bentuk Advokasi
Networking sebenarnya merupakan membuat dan menjaga kontak dengan
individu dan organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan advokasi
dan dapat membantu mencapainya.
1. Melalui Media
Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun
elektronik, misalnya internet, koran, jurnal, majalah, radio dan
2. Melalui Materi Tercetak
Menentukan cara penyampaian pesan pada public sangat tergantung
pada beberapa faktor, salah satu yang paling penting adalah sumber
daya yang dimiliki, baik dana maupun keahlian.
3. Melalui Internet
Tegnologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara
strategis usaha menarik target sasaran secara mutakhir dan organisir.
Tetapi penggunaanya lebih efektif bila merupakan komplemen dan
suplemen bukan sebagai pengganti cara yang lebih tradisional.
2. Bina Suasana
Membuat lingkungan sekitar bersifat positif terhadap tujuan KIE
kesehatan reproduksi yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang
diikuti perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok
sasaran para pimpinan masyarakat atau orang-orang yang mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran utama.
kelompok sasaran untuk strategi bina suasana ini bias dikenal dengan istilah
“kelompok sasaran sekunder”. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya
berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-pertemuan dan dapat
memanfaatkan metode komunikasi modern dan formal maupun metode
sederhana dan informal.
a. Tujuan Bina suasana
1. Untuk mencairkan suasana pelatihan, agar setiap peserta dapat saling
2. Menghilangkan rasa ketegangan dan sebagai penyegar otak serta fisik disaat
individu mulai jemu atau mengalami penurunan kemampuan menyerap
kemampuan yang telah diberikan.
3. Gerakan Masyarakat
Membuat pengetahuan kelompok sasaran utama meningkat yang
diikuti dengan perubahan perilaku mereka sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi. Kegiatan ini biasanya bisa didapatkan oleh
mahasiswa melalui Usaha Kesehatan di Sekolah atau (UKS), atau melalui
program kesehatan melalui Puskesmas. Kelompok sasaran untuk strategi
gerakan masyarakat ini umumnya merupakan kelompok sasaran utama dan
dikenal dengan istilah “kelompok sasaran primer” yaitu mereka yang
berpengetahuan dan perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dari
strategi ini biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan
kelompok, dan sering memanfaatkan metode komunikasi yang lebih
sederhana dan informal. yang akan Semua kegiatan KIE kesehatan
reproduksi di Indonesia selalu mengacu pada 5 pelayanan yang tekait dalam
kesehatan reproduksi, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan baru
lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu visualisasi hubungan atau kaitan antara
variabel yang satu dengan yang lainya (Notoatmodjo,2010). Kerangka
konsep pada penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh kegiatan
komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi
remaja. Konsep kerja penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependent
B. Hipotesis
Ada pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap
tindakan kesehatan reproduksi remaja wanita.
Tindakan Kesehatan Reproduksi
Remaja Kegiatan
Komunikasi Informasi Dan
C. Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
N o
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Independent
KIE
Kegiatan KIE yang didapat
di rumah, sekolah dan
lingkungan masyarakat
tentang kesehatan reproduksi
dalam bentuk advokasi, bina
suasana dan gerakan
masyarakat pada siswi di
SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2013.
reproduksi mulai dari
personal hygiene, perawatan
pada masa menstruasi untuk
meningkatkan kesehatan
reproduksi pada siswi di
SMA Negeri 17 Medan.
Kuesioner Wawancara -Baik
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik
yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi
dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri
17 Medan Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti
tersebut (Notoatmodjo,2010). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswi SMA Negeri 17 Medan. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 334 orang (Data Statistik SMA N 17 Medan).
2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2002) dalam Qomariah jika jumlah sampel dapat
diambil 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% dari jumlah populasi.
Peneliti dalam penelitian ini berencana akan mengambil 25% dari
jumlah populasi yaitu sebanyak 84 orang. Adapun kriteria yang
peneliti tetapkan sebagai kriteria inklusi adalah seluruh remaja wanita
kelas X dan XI dengan alasan kelas XII tidak diikutkan berhubung
Diperoleh sampel dari kelas XA : 22 remaja, kelas XB : 24 remaja,
kelas XI IA : 20 remaja, kelas XI IS : 20 remaja. Adapun teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Metode Acak
Sederhana. Yaitu dengan cara undian berdasarkan ruangan kelas dan
dipilih sebanyak 25% dari jumlah populasi keseluruhan siswi yang ada
di SMA Negeri 17 Medan. Dengan demikian siswi yang diteliti
kemungkinan dapat mewakili seluruh siswi.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.
Lokasi penelitian ini dipilih karena SMA tersebut mempunyai letak yang
strategis dan memungkinkanya untuk mendapatkan jumlah responden yang
sesuai dengan kriteria penelitian.
D. Waktu Penelitian
Penelitian Ini sudah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan
April 2013.
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek manusia sebagai objek penelitian,
untuk itu hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk
memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sangsi
apapun. Tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, dalam hal ini
peneliti juga member penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta
harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian.
Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menadi responden,
selain itu ada prinsip etik yang meliputi : informed consent yaitu lembar
persetujuan yang diberikan dan ditandatangani oleh responden yang akan
diteliti disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak
maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Confidentiality yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi,
KIE, dan kesehatan reproduksi.
1. Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi
siswa yang meliputi umur, agama. Kuesioner data demografi terdiri dari
2 pertanyaan.
2. Kuesioner komunikasi informasi dan edukasi mengidentifikasi kegiatan
advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Kuesioner kie ini terdiri
dari 16 pertanyaan.pembuatan alat ukur pada penelitian ini menggunakan
skala likert yang menggunakan empat alternative jawaban yaitu tidak
pernah, kadang-kadang, sering, sering sekali. Pernyataan dengan empat
pilihan jawaban tidak pernah bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, sering
bernilai 3 dan sering sekali bernilai 4 (Lampiran 3). Maka dikategorikan
Baik : 25 – 64
Kurang Baik : 16 – 24
3. Kuesioner kesehatan reproduksi remaja untuk mengidentifikasi perilaku
remaja mengenai personal hygiene, dan menstruasi. Kuesioner perilaku
kesehatan reproduksi ini terdiri dari 8 pertanyaan. Penelitian ini
menggunakan skala likert yang menggunakan 2 alternatif yaitu Benar
dan Tidak Benar. Pernyataan dengan 2 pilihan jawaban benar bernilai 2
dan tidak benar bernilai 1. Maka dikategorikan sebagai berikut:
Baik : 5 – 8
Kurang Baik : 0 – 4
Kuesioner responden hanya memilih satu jawaban diantara beberapa
alternatif jawaban yang disediakan dengan membubuhkan tanda check.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006).
Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas kuesioner
menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson .
Pengujian validitas Oleh Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes Dosen
D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara setelah dilakukan uji
Konten Validity instrument komunikasi informasi dan edukasi sudah
Sedangkan uji Konten Validity pada pada instrument Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi yaitu 0,875 (lampiran 7).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan instrument
tersebut reliabel sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa
dipercaya. Uji reabilitas dilakukan pada 30 remaja yang mempunyai
karakteristik yang sama. Uji reabilitas dilakukan dengan komputerisasi
dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Hasil uji reabilitas pada
30 orang remaja diperoleh nilai sebesar 0,880 (lampiran 8) untuk
kegiatan KIE. Dan 0,771 (lampiran 8) untuk tindakan kesehatan
reproduksi remaja.
H. Pengumpulan Data
1. Peneliti mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian
pada Program D-IV Bidan Pendidik FK USU (Lampiran 9). Dan
mengajukan surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara
(Lampiran 10)
2. Peneliti mengirim surat ijin melaksanakan penelitian ke SMU Negeri
17 Medan.
3. Setelah mendapat ijin dari kepala SMU Negeri 17 Medan (Lampiran
11), peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari remaja.
4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan
meminta kesediaanya untuk menjadi subjek penelitiannya
5. Setelah remaja setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti
mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda
tangani (Lampiran 2)
6. Peneliti meminta kesediaan remaja untuk mengisi kuesioner yang
berlangsung sekitar 10 menit.
7. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada remaja.
8. Peneliti mengingatkan remaja untuk mengisi kuesioner sesuai yang
dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua
pertanyaan yang ada di lembar kuesioner.
9. Peneliti mengambil kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh
remaja pada hari yang sama dan memeriksa apakah kuesioner telah
diisi semua, jika ada yang belum diisi, peneliti meminta remaja untuk
melengkapinya pada saat itu juga.
10.Semua data terkumpul dianalisa.
I. Analisa Data
Setelah semua dat terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui
beberapa tahapan, antara lain tahap pertama yaitu mengecek nomor remaja
dan kelengkapan jumlah kuisioner serta memastikan semua jawaban telah
diisi sesuai petunjuk. Tahap yang kedua yaitu member kode numerik atau
angka tertentu pada kuisioner terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
Tahap yang ketiga yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program
dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, kemudian data
tersebut dianalisis dengan system komputerisasi.
Analisa data yag digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.
Analisa univariat merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisa
data dari variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian
(Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini, analisa univariat ditampilkan berupa
distribusi frekuensi dan persentase.
Analisa bivariat merupakan analisa statistic yang digunakan untuk
oleh peneliti untuk menganalisa ada atau tidaknya pengaruh dan menerangkan
keeratan antara dua variabel. Analisa data dilakukan terhadap data yang
terkumpul dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Square. Uji
alternative Chi Square yang dipakai adalah uji Fisher. Karena jumlah sel dan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
mengenai pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap
tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Februari sampai bulan april 2013
di SMA Negeri 17 Medan dengan jumlah responden sebanyak 84 orang.
Untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA N 17 Medan, peneliti
menggunakan kuesioner yang berisi dua puluh empat pernyataan dan
pengambilan data dilakukan dengan kuesioner yang tetap berpedoman pada
kuesioner yang telah ditulis oleh peneliti.
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu
karakteristik responden dan pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan
edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17
Medan.
Hasil penelitian pada tabel 5.1 didapatkan bahwa remaja mempunyai usia
antara 14 sampai 17 tahun . Usia remaja yang paling banyak pada umur 16
tahun sebanyak 39 remaja (46,6%), mayoritas remaja beragama Kristen yaitu
Tabel 5.1
Frekuensi dan Persentase Identitas Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
2. Agama Responden
a. Islam 24 28,6
b. Kristen 60 71,4
Jumlah 84 100
B. Analisis Univariat
Pada analisa univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun dependen. Selanjutnya
hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-sub berikut :
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukan remaja yang tidak pernah
mendapatkan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi yaitu sebanyak 68
remaja (81,0%) kadang-kadang sebanyak 56 remaja (66,7%) sering sebanyak 24
remaja (28,4%) dan remaja yang sering sekali mendapatkan kegiatan KIE yaitu 2
Tabel 5.2.
Frekuensi dan Persentase Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2013
No Pertanyaan Tidak
pernah
Kadang-kadang
Sering Sering
Sekali Jumlah
F % F % f % F % F % kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) tentang kesehatan reproduksi melalui kegiatan advokasi.
Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui Media
Mendengar dan melihat KIE kesehatan reproduksi melalui Radio, Tv di rumah atau lingkungan lainya. Pernah membaca KIE
kesehatan reproduksi melalui Media Cetak
Membaca kegiatan KIE kesehatan reproduksi melalui majalah kesehatan, serta dari koran.
Membaca kegiatan
kesehatan reproduksi melalui bacaan dari Jurnal-Jurnal Kesehatan.
Pernah membaca program KIE kesehatan reproduksi melalui internet.
Melakukan kegiatan KIE kesehatan reproduksi melalui networking
Melakukan program KIE kesehatan reproduksi melalui kegiatan bina suasana di sekolah atau lingkungan rumah.
Pernah mendapatkan KIE
11
kesehatan reproduksi melalui pelatihan-pelatihan kesehatan di sekolah.
Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui sosialisasi program di
lingkungan rumah.
Ada mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui pertemuan-pertemuan di sekolahnya.
Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui kegiatan-kegiatan agama di lingkungan rumahnya. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat di sekolah melalui usaha kesehatan sekolah.
Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat seperti puskesmas.
Hasil penelitian pada Tabel 5.3 menunjukan frekuensi dan persentase
kegiatan komunikasi informasi dan edukasi secara keseluruhan, remaja yang
mendapatkan kegiatan KIE yang kurang baik yaitu sebanyak 75 remaja (89,3).
Tabel 5.3
Frekuensi Dan Persentase Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukan mayoritas remaja yang tidak
melakukan tindakan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 77 remaja (91,7%).
Sedangkan remaja yang melakukan tindakan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 63
remaja (75,0%).
Tabel 5.4.
Frekuensi dan Persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2013
No Pertanyaan Tidak Ya Jumlah
F % F % F %
1 Melakukan perawatan kesehatan
reproduksi sehari hari meliputi kesehatan alat genital
29 34,5 55 65,5 84 100
2 Setiap hari secara teratur melakukan pembilasan alat genital setelah buang air kecil dan besar.
47 56,0 37 44,0 84 100
3 Melakukan pembilasan alat genital
dari depan ke belakang secara baik
21 25,0 63 75,0 84 100
4 Memakai deodorant dan alat
pembilasan kimia saat membersihkan alat kelamin
77 91,7 7 8,3 84 100
5 Pada saat menstruasi menggunakan
pembalut yang lembut
47 56,0 37 44,0 84 100
6 Mengganti pembalut 4-5 x sehari
secara teratur
42 50,0 42 50,0 84 100
7 Memeriksakan secara rutin kepada
dokter mengenai kesehatan reproduksi
72 85,7 12 14,3 84 100
8 Menggunakan pakaian dalam yang
terbuat dari bahan katun.
23 27,4 61 72,6 84 100
Hasil penelitian pada Tabel 5.5 menunjukan frekuensi dan persentase
tindakan kesehatan reproduksi remaja secara keseluruhan, remaja yang melakukan
Tabel 5.5
Frekuensi dan Persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Secara Keseluruhan
C. Analisa Bivariat
1. Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Pada tabel 5.6. Analisis Chi Square, terdapat pengaruh dibuktikan dengan
nilai pvalue (0,032). Kalau dilihat dari peluangnya 5 kali remaja yang mendapatkan
kegiatan KIE akan mendapatkan tindakan kesehatan reproduksi yang baik. Hal ini
dapat dibuktikan dengan kegiatan KIE yang didapat remaja 75% remaja yang
mendapatkan kegiatan KIE kurang baik , 80% remaja mendapatkan tindakan KIE
yang kurang baik.
Tabel 5.6
Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian akan membahas hasil analisis-analisis variabel yang diteliti
hubungan antara variabel-variabel yang paling mempengaruhi yaitu variabel
terikat yaitu pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Pembahasan yang akan
dilakukan adalah dengan menganalisa dan membandingkan hasil penelitian
dengan tinjauan pustaka dan penelitian lain yang terkait.
1. Karakteristik Responden
Pembahasan mengenai karakteristik responden terdapat 2 variabel
yang diteliti yaitu variabel umur dan agama. Dari hasil tinjauan pustaka
kedua variabel ini merupakan faktor yang mempengaruhi status kesehatan
remaja (Notoatmodjo,2006).
Hasil penelitian mengenai usia remaja menunjukan bahwa frekuensi
dan persentase jumlah remaja yang berusia 16 tahun lebih banyak yaitu
46,4% dibandingkan dengan jumlah remaja yang berumur 14 tahun. Masa
inilah remaja sedang mengalami masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, berubah dari segi biologis, psikologis dan
perubahan dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2006). Menurut Pardede
(2002) cit Narendra, dkk (2002) remaja usia 10-14 tahun merupakan masa
remaja usia awal, dimana ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik serta pada masa ini remaja sangat
terbuka sekali dalam masalah KIE dan tindakan kesehatan reproduksi remaja.
Responden pada penelitian ini adalah remaja wanita, dimana remaja
kesehatan reproduksi karena memiliki resiko yang lebih rentan. WF Connel
(1992) mengatakan bahwa remaja wanita akan lebih banyak melakukan
tindakan KIE tentang kesehatan reproduksi dengan diantaranya yaitu
masalah yang menyangkut tentang kegiatan KIE kesehatan reproduksi
remaja yang bisa mereka temukan di lingkungan keluarga,sekolah dan
masyarakat.
2. Kegiatan KIE
Distribusi dan Persentase remaja tentang kegiatan KIE terhadap
tindakan kesehatan reproduksi remaja. Dimana dalam penelitian ini ada 4
pengalaman remaja dalam mendapatkan kegiatan komunikasi informasi dan
edukasi hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang mendapatkan
kegiatan komunikasi informasi dan edukasi melalui gerakan masyarakat di
sekolah seperti UKS yaitu sebanyak 68 remaja (81,0%) remaja yang
kadang-kadang mendapatkan kegiatan KIE melalui media cetak sebanyak
56 remaja (66,7%) melalui radio, TV atau lingkungan lainya adalah 24
remaja (28,4%) dan remaja yang sering sekali membaca kegiatan KIE
melalui majalah kesehatan serta koran adalah 2 remaja (2,4%).
dan secara keseluruhan remaja yang mendapat kegiatan KIE yang kurang
baik yaitu 75 remaja (89,3%) dan yang baik yaitu 9 remaja (10,7%).
Pernyataan dari hasil penelitian diatas sesuai yang diungkapkan oleh
Moeliono (2004), bahwa keadaan KIE remaja dipengaruhi oleh KIE yang
Tv, kegiatan keagamaan dilingkungan, baik di lingkungan sekolah atau
lingkungan sekitarnya.
3. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja
Tindakan kesehatan reproduksi remaja disini adalah kegiatan yang
dilakukan remaja sehari hari seputar tentang kesehatan reproduksinya.
Tindakan yang menerangkan tentang dampak dan masalah yang sering
dihadapi oleh remaja akibat dari minimnya tindakan remaja mengenai
kesehatan reproduksi dan cara untuk mencegah agar masalah kesehatan
reproduksi remaja. Pada tindakan kesehatan reproduksi remaja diperoleh
remaja dengan tindakan yang kurang baik tentang kesehatan reproduksinya
yaitu sebanyak 64 remaja (76,2%) sedangkan remaja dengan tindakan
kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebanyak 20 remaja (23,8%).
Hasil analisis ini berbeda dengan penelitian kesehatan reproduksi
remaja, didapatkan tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2
Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2008 sebanyak 22 remaja (5%)
mempunyai tindakan yang baik tentang kesehatan reproduksi, dan 18 remaja
(48%) mempunyai tindakan yang kurang tentang kesehatan reproduksi. Dari
hasil diatas sebagian remaja memiliki tindakan yang kurang baik sehingga
pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan tindakan kesehatan
reproduksi remaja lebih baik.
Hal ini didukung pula oleh penelitian Virasanti (2003) yang berjudul
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan
wilayah kerja puskesmas Gondomanan Yogyakarta 2003 dimana terdapat
pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
tindakan seseorang.
4. Pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di sma negeri 17 medan tahun 2013.
Berdasarkan analisis data komunikasi informasi dan edukasi yang
dinilai dari tindakan kesehatan reproduksi remaja. Didapatkan nilai Or
sebesar 5 sehingga Remaja yang bendapatkan kegiatan KIE berpeluang 5 kali
untuk tindakan tindakan kesehatan reproduksi yang baik juga. 75 remaja
yang mendapatkan KIE dalam kategori yang kurang baik, 80% juga
memiliki tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik. Hasil Uji Statistik
diperoleh nilai p=0.032 yang berarti ada pengaruh antara kegiatan
komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi
remaja.
Adanya pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh darimana
seseorang itu mendapatkan kegiatan KIE kesehatan reproduksinya. Penelitian
ini menggabungkan antara pengaruh kegiatan komunikasi Informasi dan
edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja dengan dimana siswi
mendapatkan kegiatan KIE terhadap tindakan kesehatan reproduksinya.
Menurut Widiastuty (2009), tindakan tentang kesehatan reproduksi
kegiatan KIE tentang tindakan kesehatan reproduksi serta bertanggung
jawab.