• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN JENIS POHON OLEH PETANI DALAM

PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA GOBANG,

KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR

EUIS WAHYUNI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

EUIS WAHYUNI. Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI.

Salah satu solusi mengurangi tekanan terhadap hutan alam adalah dengan pembangunan hutan rakyat. Pemilihan jenis pohon merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya usaha hutan rakyat. Jenis pohon yang dipilih oleh petani dalam pengembangan hutan rakyat itu berbeda-beda, sehingga perlu adanya penelitian mengenai pemilihan jenis ditinjau dari karakteristik internal dan eksternal petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Bogor dengan jumlah responden 45 orang yang dipilih menggunakan metode

purposive sampling. Dengan menggunakan analisis deskriptif dari data yang

didapatkan diketahui bahwa karakteristik internal tidak ada yang berpengaruh karena tidak adanya perbedaan dalam memilih jenis pohon, pemilihannya dibuktikan dengan hampir seluruh responden memilih menanam jenis pohon sengon (95.6%). Karakteristik eksternal yang paling banyak dipertimbangkan dalam memilih jenis pohon adalah daur yang cepat (82.2%).

Kata kunci: Hutan rakyat, pemilihan jenis, pengembangan

ABSTRACT

EUIS WAHYUNI. Selection of Trees Species by Farmers in Community Forest Development at Gobang Village, Rumpin District, Bogor Regency. Supervised by LETI SUNDAWATI.

One solution to reduce the pressure on natural forests is the development of community forests. Selection of tree species is one of the supporting factors in the development of community forest businesses. Types of trees selected by farmers in the development of community forest is different, so the need for research on the selection of the type in terms of internal and external characteristics of farmers. This research was conducted in the village of Gobang, Rumpin District, Bogor Regency with the amount of 45 respondents were selected using purposive sampling method. By using descriptive analysis of the data obtained, it is known that the internal characteristics have no effect because there is no difference in choosing the type of tree, the selection proved that almost all respondents chose sengon plant species (95.6%). External characteristics of the most widely considered in choosing the type of tree is a fast tree cycle (82.2%).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PEMILIHAN JENIS POHON OLEH PETANI DALAM

PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA GOBANG,

KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR

EUIS WAHYUNI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 ini ialah pemilihan jenis, dengan judul “Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ibrahim selaku RW Kampung Babakan, Warga Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor; Staf BP3K Leuwiliang, serta teman-teman yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran 2

Waktu dan Lokasi 3

Alat dan Bahan 3

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data 3

Teknik Pengumpulan Data 4

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4 HASIL PEMBAHASAN

Kondisi Umum 4

Karakteristik Responden 7

Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Internal 8 Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Eksternal 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tata guna lahan 6

2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal 7

3 Keragaman jenis pohon dari setiap tipe daur 8

4 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 9 5 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur petani dan sebaran

jenis yang ditanam 9

6 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 10 7 Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendidikan dan sebaran

jenis yang ditanam 10

8 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 11 9 Distribusi responden berdasarkan karakteristik jumlah anggota keluarga

dan sebaran jenis yang ditanam 11

10 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 12 11 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran

jenis yang ditanam 12

12 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 12 13 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama bertani dan sebaran

jenis yang ditanam 13

14 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 13 15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik luas lahan hutan rakyat

dan sebaran jenis yang ditanam 14

16 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 14 17 Distribusi responden berdasarkan pertimbangan karakteristik eksternal

petani memilih jenis pohon 15

18 Distribusi responden berdasarkan kombinasi kombinasi jumlah jenis pohon terhadap kombinasi karakteristik eksternal 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 2

2 Kondisi Tegakan Hutan Rakyat di Desa Gobang 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data responden 19

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan rakyat merupakan salah satu solusi dalam menghadapi pasokan bahan baku kayu yang semakin kritis dari hutan alam, adapun definisi hutan rakyat menurut undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik. Definisi ini pula yang membedakan dengan hutan negara yang mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (Hardjanto 2000).

Perkembangan hutan rakyat menunjukan luas dan potensi kayu yang ditanam meningkat. Menurut Puslitbang Hasil Hutan (2006) perkiraan hutan rakyat mencapai luasan 1 568 415 ha dengan potensi keseluruhan 39 416 557 m3 atau 7 juta m3 per tahun. Pada tahun 2012 luas dari hutan rakyat di Provinsi Jawa Barat mencapai 271 802.83 ha, dan menurut data dari Kemenhut (2013) Kabupaten Bogor termasuk salah satu wilayah yang memiliki perkembangan produksi kayu rakyat yang cukup pesat.

Anwar dan Hakim (2010) membagi hutan rakyat berdasarkan jenis tanaman dan pola penanamannya ke dalam 3 kelompok yaitu hutan rakyat murni, hutan rakyat campuran, dan hutan rakyat dengan sistem wanatani atau tumpangsari. Pola penanaman campuran dan tumpangsari seperti ini sudah mulai diminati oleh petani yang umumnya memiliki lahan sempit, terutama petani di Jawa Barat. Desa Gobang, Kecamatan Rumpin merupakan salah satu sentra hutan rakyat yang ada di Kabupaten Bogor dimana cukup banyak masyarakatnya menggantungkan diri pada usaha hutan rakyat. Jenis kayu rakyat pada umumnya merupakan jenis yang cepat tumbuh dan tidak dirawat seperti di hutan tanaman (Achmad et al 2012). Faktor yang memengaruhi petani dalam memilih jenis pohon menjadi hal yang menarik untuk dilakukan penelitian.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemilihan jenis pohon hutan rakyat oleh petani ditinjau dari karakteristik internal dan eksternal petani.

Manfaat Penelitian

(12)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Memilih dan menentukan jenis pohon adalah salah satu tahap awal yang dilakukan oleh petani dalam membangun hutan rakyat. Pemilihan jenis pohon ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal petani. Karakteristik internal merupakan faktor yang berasal dari individunya sendiri yaitu: umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, lama bertani, dan, luas lahan hutan rakyat. Karakteristik eksternal meliputi bantuan, harga kayu, harga bibit, manfaat, daur, hama penyakit, sosial, turun-temurun, kemudahan pemasaran, akses pasar, dan kemudahan pemeliharaan. Pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan kondisi sekitar dan sumberdaya lahan petani dapat mendorong perkembangan hutan rakyat kedepannya. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran Hutan Rakyat

Faktor Internal Faktor Eksternal

Tingkat Pendidikan Umur

Jumlah Anggota Keluarga Lama tinggal

Lama bertani

Luas lahan hutan rakyat

Bantuan Sosial

Harga Kayu Turun-temurun Harga Bibit Kemudahan pemasaran Manfaat Akses Pasar

Daur Hama Penyakit Kemudahan penanaman

Kemudahan Penanaman

Pemilihan Jenis Pohon

(13)

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014. Pemilihan Desa Gobang sebagai lokasi penelitian dikarenakan cukup banyak masyarakatnya yang menggantungkan diri pada hutan rakyat, sistem pengelolaan yang sudah cukup baik, dan juga akses yang tidak terlalu sulit.

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat interview disertai alat tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, laptop, Microsoft Excel, dan Microsoft Word.

Jenis Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan dengan mengidentifikasi jenis pohon yang ditanam oleh petani hutan rakyat dengan mengajukan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden yang sifatnya terstruktur, dimana responden diberikan pertanyaaan yang jawabannya dibatasi. Data primer ini terdiri dari identitas responden seperti nama, umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Data sekunder didapat dari instasi-instasi yang terkait dengan penelitian ini, seperti kondisi umum lokasi penelitian, informasi mengenai sosial ekonomi masyarakat (jumlah penduduk, umur, pendidikan, kepemilikan lahan).

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah 45 responden yang terdiri dari petani pemilik dan pengelola hutan rakyat. Jumlah total seluruh petani hutan rakyat 82 orang yang tersebar pada tiga kelompok tani. Pemilihan lokasi penelitian yaitu Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilakukan secara sengaja karena terdapat cukup banyak hutan rakyat dan merupakan salah satu sentra hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Penentuan jumlah responden dihitung berdasarkan metode Slovin, dengan rumus sebagai berikut:

n =

Keterangan:

n = Jumlah sample N = Jumlah populasi

(14)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Teknik observasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati langsung obyek yang diteliti, seperti keberadaan hutan rakyat, jenis-jenis pohon yang ditanam di hutan rakyat, karakteristik yang mempengaruhi petani memilih jenis pohon, dan bentuk pengembangan dari usaha hutan rakyat itu sendiri.

2. Teknik wawancara, pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik wawancara dilakukan seperti tanya jawab langsung kepada masyarakat terkait pemilihan jenis pohon. Wawancara dilakukan menggunakan acuan pertanyaan terstruktur dari kuesioner yang telah disediakan.

3. Studi pustaka, metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen terkait ataupun hasil penelitian yang serupa, dan sumber-sumber pustaka yang berkaitan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian ini diolah dengan menggunakan Microsoft Word dan

Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan

mengolah serta mentabulasikan data primer. Tabulasi data dilakukan untuk menentukan kategori pilihan responden terkait pemilihan jenis tanaman oleh petani di hutan rakyat ditinjau dari karakteristik internal dan eksternal, dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan pemilihan jenis pohon oleh petani kaitannya dengan pengembangan hutan rakyat. Tahapan selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan analisis statistika deskriptif sederhana yang disajikan dalam bentuk tabel. Metode pengolahan data berupa tabulasi data primer yaitu dengan membagi karakteristik petani dalam pemilihan jenis pohon hutan rakyat, yaitu:

a. Karakteristik internal seperti umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, lama bertani, dan, luas lahan hutan rakyat.

b. Karakteristik eksternal meliputi bantuan, harga kayu, harga bibit, manfaat, daur, hama penyakit, sosial, turun-temurun, kemudahan pemasaran, akses pasar, dan kemudahan pemeliharaan.

Data tersebut kemudian dianalisis untuk masing-masing jenis beserta pertimbangan utamanya, serta dilihat kombinasi jumlah jenis berdasarkan karakteristik internal dan eksternal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lokasi Penelitian

(15)

sebanyak 3839 jiwa dan perempuan berjumlah 3380 jiwa. Jumlah dari petani hutan rakyat Desa Gobang adalah 82 orang yang tersebar pada 3 kelompok tani. Desa Gobang berada pada ketinggian 375 mdpl dengan curah hujan rata-rata 3300 mm per tahun dan suhu rata-rata sebesar 25.50C.Luas Desa Gobang 628 ha dan terdiri dari tujuh kampung, yaitu: 1) Kampung Babakan, 2) Kampung Cibuluh, 3) Kampung Gobang, 4) Kampung Bedeng, 5) Kampung Seuseupan, 6) Kampung Kebon Kalapa, dan 7) Kampung Pabuaran.

Hutan Rakyat

Kondisi hutan rakyat Desa Gobang berdasarkan jenis tanaman dan pola penanamannya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu hutan rakyat campuran (polikultur) dan hutan rakyat sistem tumpangsari (agroforestri) pada Gambar 2. Pola penanaman campuran dan tumpangsari banyak diminati oleh petani karena memanfaatkan lahan yang umumnya sempit untuk dipadukan secara bersamaan dengan kegiatan pertanian dan kehutanan tanpa mengurangi kelestarian hasilnya. Kegiatan pertanian tersebut terdiri dari penanaman tanaman perkebunan (kopi, cengkeh, kelapa, karet, cabe), tanaman buah (mangga, jeruk, manggis, duku, rambutan, alpukat, durian, kecapi, pisang, nanas, jengkol, pete), dan tanaman palawija secara bersamaan ataupun pada sela-sela tegakan pohon kehutanan (sengon, melia, kayu afrika, mahoni, akasia, jabon, rasamala, gmelina). Jarak tanam yang digunakan 1×1 m2 atau 3×3 m2 untuk tanaman kayu. Kondisi tegakan hutan rakyat di Desa Gobang disajikan pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2 Kondisi tegakan hutan rakyat di Desa Gobang pola campuran (a) dan pola tumpangsari (b)

Hutan rakyat yang dikelola oleh petani pada umumnya terletak tidak dalam satu hamparan melainkan menyebar pada berbagai kawasan, seperti di kaki gunung. Penyebaran lahan terjadi karena masyarakat memiliki lahan secara bertahap dan hasil dari warisan orang tua. Selain itu, status kepemilikan hutan rakyat Desa Gobang didominasi oleh girik yaitu sebesar 98% dan sertifikat hanya sebesar 2% atau 1 responden saja yang memiliki lahan hutan rakyat bersertifikat.

(16)

pekarangan adalah lahan yang tepat berada di depan rumah warga dan ditanami oleh berbagai macam tanaman termasuk tanaman kayu.

Tabel 1 Tata guna lahan Tata guna lahan

Luasan dari penggunaan lahan tersebut sangat beragam dimana rata-rata luas dari hutan rakyat sebesar 0.36 ha per responden dengan persentase 0.06% diatas luas batasan minimal hutan rakyat 0.25 ha. Sawah memiliki rata-rata luasan yang lebih besar yaitu 0.86 ha per responden dan persentase mencapai 0.14%. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Desa Gobang masih di dominasi oleh sektor pertanian yang lebih dahulu dikenal. Penggunaan lahan untuk kandang ternak terhitung tidak ada, hal ini karena masyarakat menganggap bahwa memelihara ternak lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih banyak dibanding dengan bertani baik hutan rakyat maupun sawah. Luasan rata-rata total dari seluruh penggunaan lahan terhitung 1.58 ha, hanya sebesar 0.26% dari luasan total Desa Gobang. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

Lembaga Penelitian IPB (1990) membagi sistem pengelolaan hutan rakyat menjadi tiga bagian yaitu produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran. Sistem produksi terdiri dari proses penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan. Proses penanaman yang dilakukan dimulai dengan persiapan lahan, pengadaan bibit, dan penanaman. Persiapan lahan biasanya dilakukan satu minggu sebelum penanaman, seperti membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon. Pengadaan bibit petani terbagi menjadi empat sumber, yaitu: membeli, cabutan, budidaya, dan bantuan. Penanaman dilakukan saat musim penghujan karena pada masa awal penanaman pohon membutuhkan banyak air untuk tetap survive.

Proses pemeliharaan dimulai dari pemupukan, pemeliharaan, dan pemangkasan. Kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada tiga bulan pertama pohon tersebut ditanam, sedangkan untuk proses pemeliharaan dan pemangkasan petani lakukan ketika memang sudah dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan dan pemangkasan. Kegiatan pemeliharaan disini hanya sebatas pembersihan lahan dan pemberantasan hama pada 6 bulan pertama. Proses pemanenan di Desa Gobang seluruhnya diserahkan kepada pembeli/tengkulak yang lebih dikenal dengan sebutan rental dengan sistem borongan.

(17)

lebih tinggi, namun kendala ketersediaan alat dan waktu yang dibutuhkan lebih lama menjadi alasan petani tetap bertahan dengan tidak adanya tahap pengolahan hasil. Pada tahap pemasaran biasanya petani tidak turut didalamnya karena sepenuhnya sudah diserahkan kepada tengkulak pada tahap pemanenan.

Pada sistem pengelolaan hutan rakyat tidak ditemukan adat-adat khusus tentang tata cara pengelolaan hutan rakyat. Masyarakat mengelola hutan rakyat dengan kebiasaan atau ilmu yang didapat dari orang tua, tetangga ataupun penyuluh sehingga terkadang sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional dan terbatas. Dalam mengelola lahan sebagian petani hutan rakyat melakukannya secara pribadi ataupun dengan menggunakan tenaga buruh tani yang biasa dibayar Rp 30 000 per setengah hari.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama bertani, lama tinggal, luas lahan, dan pekerjaan terhadap pemilihan jenis pohon hutan rakyat yang dilakukan. Karakteristik responden ini dikelompokan kedalam faktor internal yang dapat mempengaruhi dalam memilih jenis pohon disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal

Karakteristik Sebaran Jumlah (orang) %

Umur (tahun) <52 19 42.2 Jumlah anggota keluarga (orang) <6 24 53.3

6–9 17 37.8

(18)

32–54 tahun mencapai persentase 53.3% dan untuk lama bertani didominasi oleh sebaran 20–35 tahun dengan persentase 48.9%. Sebaran luas lahan didominasi oleh luasan <0.5 ha sebesar 68.9%.

Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Internal

Jenis pohon yang ditanam di Desa Gobang berjumlah 8 jenis pohon, yaitu: sengon (Albizia falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla), melia (Melia

azedarach), kayu afrika (Maesopsis eminii), akasia (Acacia sp), gmelina (Gmelina

arborea), jabon (Antochepalus cadamba), dan rasamala (Altingia excelsa).

Berdasarkan daur pertumbuhan jenis tersebut dapat dikelompokan kedalam daur pendek (sengon, akasia, gmelina, melia, kayu afrika, jabon) dan panjang (rasamala, mahoni). Kampung yang memiliki keragaman jenis yang paling banyak yaitu 8 jenis pohon adalah kampung babakan, dimana kampung ini merupakan kampung yang lebih sering mendapatkan bantuan baik berupa bibit atau pupuk. Bantuan bibit-bibit tersebut yang nantinya turut menyumbang keragaman dari jenis pohon yang ditanam oleh petani hutan rakyat Desa Gobang. Keragaman jenis pohon dari setiap tipe daur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Keragaman jenis pohon dari setiap tipe daur

Sengon merupakan pohon yang paling banyak ditanam oleh petani (95.6%). Pohon sengon banyak dipilih petani karena daur yang cepat yaitu 3–7 tahun dan memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap lingkungan, namun hama yang menyerang lebih banyak ditemukan. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi dan wawancara di lapangan. Pohon pada tipe daur panjang didominasi oleh pohon mahoni dengan persentase 42.2%. Pohon Mahoni banyak ditanam karena alasan ekonomi yang dipandang dari harga kayu yang mahal.

Terdapat empat kombinasi jumlah jenis dan kombinasi jenis yang ditanam oleh petani, serta persentase dari responden pada setiap kombinasi jumlah jenis dan kombinasi jenisnya. Pemilihan jenis yang ditanam, didominasi oleh 3 kombinasi jumlah jenis dengan persentase 33.1%. Namun, kombinasi jenis yang paling banyak ditanam oleh petani adalah kombinasi jenis pohon sengon+melia mencapai 15.6%. distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 4.

(19)

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam

Tabel 5 menyajikan keragaman jenis pohon yang ditanam dilihat dari kelas umur petani. Petani di Indonesia umumnya lebih didominasi oleh kelas umur yang sudah tidak produktif, karena kaum muda yang masuk dalam usia produktif biasanya lebih memilih bekerja diluar pertanian.

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur petani dan sebaran Jenis yang ditanam

Karakteristik Internal Umur (tahun)

Jenis

<52 Sengon, jabon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala

52–64 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala

>64 Sengon, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

(20)

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam terdapat banyak responden dengan umur muda (umur produktif) yang relatif lebih berani mengambil resiko dalam menanam jenis, sehingga cenderung menanam pada banyak kombinasi jenis. Kemudian pada kelas umur 52–64 tahun, responden lebih banyak menanam pada 2 kombinasi jumlah jenis pohon karena disini terjadi variasi antara responden yang berumur produktif dan responden dengan umur non-produktif dimana responden dengan umur non-produktif lebih banyak mendominasi. Kelas umur petani >64 tahun masuk dalam umur non-produktif dimana pada petani dengan kelas umur tersebut akan lebih selektif dalam memilih jenis serta kombinasi jenis pohon sehingga cenderung menanam pada sedikit kombinasi.

Pendidikan

Pendidikan responden di Desa Gobang tersebar pada kelas pendidikan Tidak Sekolah (TS), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendidikan dan sebaran jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendidikan dan sebaran jenis yang ditanam

Karakteristik Internal Jenis

Tingkat pendidikan

TS Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia

SD Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala

SMP Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni SMA Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

(21)

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam

Tabel 8 menyajikan responden yang tidak menempuh pendidikan tidak dapat disimpulkan lebih memilih kombinasi jenis yang mana karena jumlah responden yang hanya berjumlah 2 orang. Pada tingkat pendidikan SD, responden banyak menanam pada 2, 3, dan 4 kombinasi jumlah jenis. Sedangkan responden pada tingkat pendidikan SMP lebih banyak menanam pada 3 kombinasi jumlah jenis, dan responden pada tingkat pendidikan SMA banyak menanam pada 2 kombinasi jumlah jenis. Kombinasi jenis pohon ditanam oleh petani berdasarkan pendidikan itu cenderung beragam dari setiap tingkat pendidikan, hal tersebut dikarenakan pendidikan formal tidak berpengaruh besar dalam mendapatkan informasi sehingga pengalaman yang didapat diluar lebih berpengaruh dalam memilih kombinasi jenis.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah jenis pohon yang ditanam dapat dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga dari setiap responden. Distribusi responden berdasarkan karakteristik jumlah anggota keluarga dan sebaran jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan karakteristik jumlah anggota keluarga dan sebaran jenis yang ditanam

Karakteristik Internal Jumlah anggota keluarga (orang)

Jenis

<6 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

6–9 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala >9 Sengon, akasia, kayu afrika, melia

Jumlah anggota keluarga <6 orang didapat sebaran jenis pohon sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni. Pada sebaran jumlah anggota keluarga 6–9 orang ditemukan jenis-jenis yang ditanam seperti: sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala. Kemudian pada sebaran jumlah anggota keluarga >9 orang (sengon, akasia, kayu afrika, dan melia).

(22)

Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam

Sebaran jenis pohon ditanam berdasarkan lama tinggal petani yang terbagi dalam tiga kelas lama tinggal <32 tahun, 32–54 tahun, dan >54 tahun. Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran jenis yang ditanam

Karakteristik Internal Lama tinggal (tahun)

Jenis

<32 Sengon, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

32–54 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala

>54 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

Pada kelas lama tinggal <32 tahun jenis pohon yang ditanam adalah sengon, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni, sedangkan pada kelas lama tinggal 32– 54 tahun jenis yang ditanam yaitu: sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala. Jenis yang ditanam pada kelas umur >54 tahun adalah sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni.

Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam Kombinasi

(23)

Lama Bertani

Jenis pohon ditanam dapat ditinjau dari pengalaman lama bertani seseorang, lama bertani ini berdasarkan lamanya petani bergelut dalam dunia bertani.

Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama bertani dan sebaran jenis yang ditanam

20–35 Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni >35 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni

Tabel 13 memperlihatkan bahwa sebaran jenis pada responden dengan lama bertani <20 tahun (sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala). Pada responden dengan lama bertani 20–35 tahun ditemukan jenis-jenis pohon yang ditanam seperti sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni. Kemudian pada responden dengan lama bertani >35 tahun menanam jenis-jenis pohon yaitu: sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni.

Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam Kombinasi kombinasi jumlah jenis, hal tersebut karena pengalaman bertani yang masih sebentar sehingga informasi yang didapat masih sangat minim dan cenderung ingin mencoba menanam lebih banyak kombinasi jenis agar mendapatkan hasil yang maksimal (Tabel 14). Berbeda dengan lama bertani 20–35 tahun yang lebih banyak menanam pada 2 dan 3 kombinasi jumlah jenis, karena pengalaman yang lebih lama dan selektif dalam memilih kombinasi jenis. Pada lama bertani >35 tahun itu selektif dengan banyaknya responden yang menanam pada 2, 3, dan 5 kombinasi jumlah jenis. Faktor kesejahteraan dari setiap keluarga itu berbeda sehingga tidak dapat dilihat hanya dari lamanya bertani.

Luas Lahan Hutan Rakyat

(24)

hasil dari warisan orang tua. Sebaran luasan hutan rakyat terhadap jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik luas lahan hutan rakyat dan sebaran jenis yang ditanam

0.5-1 Sengon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala >1 Sengon, kayu afrika, mahoni

Sebaran jenis pada luasan hutan rakyat <0.5 ha (sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala), dan pada luas hutan rakyat 0.5–1 ha terdapat jenis-jenis pohon seperti: sengon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala. Sedangkan pada luas hutan rakyat >1 ha terdapat jenis pohon yang ditanam (sengon, kayu afrika, dan mahoni).

Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam Kombinasi

Tabel 16 menunjukan kombinasi jenis pada luas lahan hutan rakyat <0.5 ha didominasi oleh 2 kombinasi jumlah jenis, sedangkan pada luas lahan 0.5–1 ha cenderung menanam pada 3 kombinasi jumlah jenis. Responden dengan luas lahan hutan rakyat >1 ha tidak dapat disimpulkan lebih memilih kombinasi jenis yang mana karena jumlah responden yang hanya berjumlah 1 orang. Sebagian besar responden petani hutan rakyat Desa Gobang memiliki luasan hutan rakyat <1 ha. Semakin kecil luasan hutan rakyat dari seorang responden maka kecenderungan memilih menanam pada banyak kombinasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Eksternal

(25)

Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan pertimbangan karakteristik eksternal

Bantuan pupuk ataupun bibit yang diterima oleh masyarakat Desa Gobang berasal dari pemerintah dan instansi terkait seperti lembaga pendidikan. Sengon, kayu afrika, melia, mahoni, dan akasia merupakan jenis yang ditanam oleh sebagian masyarakat Desa Gobang yang bibitnya berasal dari bantuan. Harga kayu yang relatif stabil dari masing-masing jenis kayu afrika dan melia berumur 8 tahun adalah ±Rp 700 000/pohon dan ±Rp 500 000/pohon. Harga kayu yang tinggi dari masing-masing jenis mahoni dan rasamala berumur 15 tahun adalah sebesar ±Rp 1 500 000/pohon dan ±Rp 800 000/pohon. Harga bibit yang murah pada tipe daur pendek (sengon, melia, akasia, gmelina) yaitu berkisar antara Rp 1000 sampai dengan Rp 2000/bibit menjadi alasan petani memilih jenis pohon.

Pertimbangan manfaat lain sebagai kayu bakar dan pakan ternak menjadi alasan dalam memilih jenis sengon, kemudian pertimbangan manfaat sebagai kayu bangunan dan meubel menjadi alasan dalam memilih jenis rasamala. Daur yang cepat yaitu 3–8 tahun menjadi pertimbangan dalam memilih jenis sengon, melia, akasia, jabon, dan gmelina. Tidak adanya hama penyakit yang menyerang menjadi pertimbangan dalam memilih jenis yang ditanam. Salah satu karakteristik eksternal yang menjadi pertimbangan adalah sosial, dimana petani dalam memilih jenis pohon yang ditanam hanya sekedar mengikuti lingkungan sekitar dengan memperhatikan keuntungan yang didapat.

Karakteristik turun-temurun berdasarkan kebiasaan keluarga menjadi pertimbangan dalam memilih jenis pohon sengon. Kemudahan penanaman karena tidak adanya persiapan khusus dalam melakukan penanaman menjadi karakteristik yang dipertimbangkan dalam memilih jenis. Kemudian untuk akses pasar yang mudah karena hampir sebagian besar industri kayu disana menerima semua jenis pohon khususnya jenis sengon. Pemeliharaan yang tidak dilakukan secara rutin membuat biaya yang dikeluarkan menjadi minim, menjadi pertimbangan dalam memilih jenis yang ditanam.

(26)

akasia (4.4%). Harga kayu yang stabil dan mahal menjadi pertimbangan utama petani memilih jenis pohon mahoni (33.3%) dan rasamala (4.4%). Selain itu hama penyakit yang menyerang sedikit bahkan tidak ada menjadi pertimbangan petani memilih jenis pohon melia (33.3%) dan kayu afrika (26.7%). Pada pohon akasia selain daur yang menjadi pertimbangan utama petani memilih jenis tersebut, bantuan menjadi pertimbangan utama karena persentase yang sama yaitu 4.4%. Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis pohon terhadap kombinasi karakteristik eksternal

Kombinasi jumlah jenis

Kombinasi karakteristik eksternal Jumlah (orang) Harga kayu + hama penyakit + kemudahan penanaman 1 2.2 Harga kayu + hama penyakit + harga bibit 1 2.2

4 Daur + hama penyakit 2 4.4

Hama penyakit + turun-temurun 1 2.2

Daur + harga kayu + hama penyakit 2 4.4

Daur + harga kayu + turun-temurun 1 2.2

Daur + harga kayu + harga bibit 1 2.2

Harga kayu + hama penyakit + harga bibit 1 2.2 Harga kayu + hama penyakit + kemudahan pemeliharaan 1 2.2 Harga kayu + hama penyakit + manfaat 1 2.2 Harga kayu + daur + hama penyakit + kemudahan pemeliharaan 1 2.2 Harga kayu + hama penyakit + bantuan + sosial 1 2.2 5 Daur + harga kayu

Daur + hama penyakit + bantuan + akses pasar

(27)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jenis pohon yang ditanam oleh petani mayoritas dari kelompok berdaur pendek (<10 tahun) dan pemilihan jenis yang mendominasi adalah jenis pohon sengon (95.6%), melia (77.8%), dan kayu afrika (53.3%). Kombinasi penanaman banyak terdapat pada 3 kombinasi penanaman (33.1%). Karakteristik internal berdasarkan umur petani pada umur petani <52 tahun dan 52–64 tahun masing-masing banyak memilih 2 dan 4 kombinasi jumlah jenis pohon. Kemudian responden dengan tingkat pendidikan SD lebih banyak menanam 2–4 kombinasi jumlah jenis pohon, responden dengan jumlah anggota keluarga <6 orang banyak menanam 3 dan 4 kombinasi jumlah jenis. Responden dengan lama tinggal 32–54 tahun lebih banyak memilih 4 kombinasi jumlah jenis pohon, sedangkan untuk lama bertani 20–35 tahun didominasi oleh 2 dan 3 kombinasi jumlah jenis pohon. Berdasarkan luas lahan hutan rakyat <0.5 ha petani banyak menanam 2 kombinasi jumlah jenis pohon.

Pertimbangan karakteristik eksternal dalam memilih jenis lebih banyak dipengaruhi oleh daur yang cepat (82.2%). Pada masing-masing jenis, faktor yang mempengaruhinya berbeda seperti: sengon, jabon, dan gmelina dipengaruhi oleh daur yang cepat, kemudian kayu afrika dan melia banyak dipilih karena pertimbangan hama penyakit yang sedikit, mahoni dan rasamala karena pertimbangan harga kayu yang cukup tinggi, kemudian akasia dipilih karena pertimbangan bantuan yang banyak dan daur yang cepat.

Saran

Jenis pohon kayu afrika dan melia yang sebaiknya ditanam oleh petani Desa Gobang karena memiliki tingkat ketahanan terhadap hama penyakit, namun harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pentingnya keaktifan penyuluh dalam memberikan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan sebagai media musyawarah bagi petani hutan rakyat Desa Gobang khususnya mengenai pemilihan jenis pohon yang tepat dan penanganan hama penyakit. Bantuan seperti bibit yang berkualitas, pupuk, ataupun kestabilan harga kayu dan kemudahan pemasaran sangat diharapkan dapat menjamin kesejahteraan petani dan perkembangan hutan rakyat kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad B, Simon H, Diniyati D, Widyaningsih TS. 2012. Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Dan Fungsi Hutan Rakyat Dikabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari 12(1): 123-136.

Anwar S, Hakim I. 2010. Social Forestry Menuju Restorasi Pembangunan

Kehutanan Berkelanjutan. Anwar S, Hakim I, editor. Bogor (ID) : Badan

(28)

Hardjanto. 2000. Beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat di jawa. Dalam Suharjito (Penyunting). Hutan Rakyat Di Jawa Perannya Dalam

Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian Dan Pengembangan

Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB.

Kementrian Kehutanan. 2013. Profil Kehutanan 33 Provinsi. Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan.

Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Murtafiah F. 2014. Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan usaha tani di Desa Bayasari Kecamatan Jatinegara Kabupaten Ciamis Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 2006. Rumusan Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Di Dalam: Kontribusi Hutan Rakyat

Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Bogor (ID): Pusat Penelitian

Dan Pengembangan Hutan. Hlm IX-X.

(29)

Lampiran 1 Identitas responden petani hutan rakyat Nama Umur

(tahun)

Jenis kelamin

(30)
(31)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 08 Juni 1992 dari pasangan suami istri Wakin dan Encah Sumiati, dan merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di sekolah Negeri 1 Dramaga pada tahun 2010. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) tepatnya di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Penulis aktif berorganisasi di IPB sebagai sekretaris Divisi PSDM Himpunan Profesi Forest Management Student Club (FMSC) periode 2011-2012, serta sekretaris Kelompok Studi Kebijakan Manajemen Hutan (FMSC) periode 2013. Penulis aktif dalam Olimpiade Mahasiswa IPB cabang Basket Putri mewakili Fakultas Kehutanan pada tahun 2012-2014.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari seluruh jawaban yang diberikan oleh responden dapat digolongkan bahwa responden yang mengelola hutan rakyat memiliki motivasi yang cukup tinggi dalam pengelolaan

Suharjito (2000) mengatakan bahwa beberapa faktor telah mendorong budidaya hutan rakyat di Jawa, yaitu faktor ekologis, ekonomi, dan budaya. Ketiga faktor tersebut

Pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Gunung Kidul dan Wonogiri merupakan teladan keberhasilan suatu proses pembelajaran petani dengan kearifan tradisionalnya dalam pengelolaan

Penelitian ini bertujuan menganalisis agihan hutan rakyat (SVLK), menganalisis karakteristik hutan rakyat SVLK, dan menganalisis dampak keberadaan hutan rakyat SVLK

Pendapatan petani yang bersumber dari tanaman kehutanan yaitu dengan menanam tanaman Acacia mangium dan jati (Tectona grandis) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Taro Yamane (Riduwan, 2010), dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 81 petani hutan rakyat. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan

Model pengembangan pembelajaran petani pengelola Hutan Rakyat Lestari hasil penelitian ialah peningkatan intensitas belajar petani melalui (1) pengembangan kelembagaan

Petani dengan luas lahan hutan rakyat yang besar juga memiliki lahan pertanian yang ditanami dengan tanaman pangan sehingga mereka tidak lagi akan mengkonversi hutan rakyatnya menjadi