• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Kaitannya Dengan Produksi Tuna Di Ppp Tamperan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variabilitas Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Kaitannya Dengan Produksi Tuna Di Ppp Tamperan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN

KLOROFIL-A KAITANNYA DENGAN PRODUKSI TUNA

DI PPP TAMPERAN

SAMSUDIN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP

Tamperan” adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2015

Samsudin

(3)

ABSTRAK

SAMSUDIN. Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP Tamperan. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan EKO SRI WIYONO

Produksi tuna di PPP Tamperan mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2009 sampai dengan 2012. Fluktuasi produksi tuna dipengaruhi antara lain oleh faktor penangkapan dan faktor oseanografi seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a. Penelitian ini menggunakan data hasil tangkapan, data panjang ikan, data suhu permukaan laut dan data konsentrasi klorofil-a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa effort tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 299 unit dan terendah terjadi pada bulan Januari 2012 sebesar 7 unit. Sebaran suhu permukaan laut di perairan Selatan Pacitan berkisar 25,85-30,47°C, suhu rata-rata 28,19°C dan suhu dominan 26,4°C. Sebaran klorofil-a di perairan selatan Pacitan berkisar 0,07 mg/m3-0,34 mg/m3 dengan klorofil-a rata-rata 0,15 mg/m3 dan klorofil-a dominan 0,09 mg/m3. Produksi tuna mempunyai hubungan terbalik dengan suhu permukaan laut. Suhu permukaan laut dan produksi tuna mempunyai korelasi yang cukup berarti (r=0,65). Klorofil-a dan produksi tuna menunjukkan hubungan yang linear. Klorofil-a dan produksi tuna mempunyai korelasi yang cukup berarti (r=0,69).

Kata Kunci: Konsentrasi klorofil-a, PPP Tamperan, Produksi Tuna, Suhu Permukaan Laut

ABSTRACT

SAMSUDIN. Relationship between Sea Surface Temperature and Concentration Clorophyll-a Variability and Tuna Production in Tamperan Coastal Fishing Port. Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and EKO SRI WIYONO

Tuna production in Tamperan Coastal Fishing Port fluctuated from 2009 to 2012. Fluctuations in tuna production is influenced by oceanographic parameters such as sea surface temperature and chlorophyll-a consentration. This research used catch data, fish length data, sea surface temperature data and chlorophyll-a concentration data. The results showed that the highest effort occurred in June 2010 for 299 units and the lowest one in January 2012 for 7 units. In addition, the distribution of sea surface temperatures in the waters of South Pacitan ranged from 25.85 to 30.47°C, the average temperature was 28.19°C and the dominant temperature was 26.4°C. While the distribution of chlorophyll-a consentration was from 0.07 mg/m3 to 0,34 mg/m3, averages chlorophyll-aconsentration was 0.15 mg/m3 and dominant of chlorophyll-a consentration was 0.09 mg/m3. Furthermore, Tuna production and sea surface temperature has inverse relationship with a significant correlation (r=0.65). In contrast, Chlorophyll-a and production of tuna showed a linear relationship with a significant correlation (r=0.69).

(4)

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN

KLOROFIL-A KAITANNYA DENGAN PRODUKSI TUNA DI

PPP TAMPERAN

SAMSUDIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Penelitian : Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP Tamperan

Nama : Samsudin

NIM : C44090045

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh:

Diketahui oleh:

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi Pembimbing I

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rizki yang telah diberikan dan telah membimbing sampai tulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian ini bertema hubungan SPL dan klrofil-a terhadap produksi tuna, dengan judul “Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP Tamperan” dan dilaksanakan selama bulan Agustus 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari riset BOPTN 2013 dengan judul

“Model Pengembangan Rumpon sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan

Sumberdaya Ikan Tuna Secara Berkelanjutan” yang dibiayai oleh Dirjen DIKTI.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1) Ibu Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi dan Bapak Dr Eko Sriwiyono selaku pembimbing dan Bapak Dr. Am Azbas Taurusman selaku penguji serta Bapak Dr. Iin Sholihin selaku komisi pendidikan.

2) Dirjen DIKTI yang telah membiayai penelitian ini.

3) Toha Asyari, Bapak Juhar dan Bapak Hartono selaku pihak pengelola Pelabuhan PPP Tamperan yang telah membantu selama penelitian.

4) Ayah, Ibu dan Istri serta Anak-anakku yang telah memberi semangat dan do’a serta kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Penelitian Terdahulu 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis data 4

Produksi hasil tangkapan 4

Ukuran panjang ikan yellowfin tuna 4

Variabilitas SPL dan klorofil-a 4

Hubungan antara variabilitas SPL dan klorofil-a dengan

produksi tuna 5

Hubungan ukuran panjang ikan dengen SPL dan klorofil-a 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Produksi Tuna di PPP Tamperan 5

Ukuran Panjang Ikan 9

Variasi SPL dan Klorofil-a di Perairan Selatan Pacitan 9 Hubungan Variabilitas SPL dan Klorofil-a terhadap Produksi Tuna

di PPP Tamperan 12

Distribusi Ukuran Panjang Ikan dengan SPL dan Klorofil-a 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(8)

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi tuna di PPP Tamperan 6

2 Jumlah armada penangkapan ikan tuna 6

3 Produksi tuna bulanan tahun 2009 – 2012 7

4 Effort bulanan di PPP Tamperan 8

5 CPUE bulanan di PPP Tamperan 8

6 Persentase layak tangkap ikan yellowfin tuna 9 7 Nilai rata-rata SPL dan klorofil-a bulanan di Perairan PPP Tamperan

tahun 2009-2012 11

8 Sebaran SPL perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012 12 9 Sebaran klorofil-a perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012 12 10 Hubungan SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan 13 11 Hubungan korelasi SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan 13 12 Hubungan klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan 14 13 Hubungan korelasi klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan 14

14 Hubungan ukuran panjang ikan dengan SPL 14

15 Hubungan ukuran panjang ikan dengan Klorofil-a 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012 18

2 Produksi tuna di PPP Tamperan 18

3 Upaya penangkapan (effort) bulanan tahun 2009-2012 18 4 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) di PPP Tamperan 19

5 Ukuran panjang ikan Yellowfin tuna 19

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PPP Tamperan adalah salah satu tempat pendaratan ikan di Kecamatan Tamperan Kabupaten Pacitan. Ikan yang didaratkan di PPP Tamperan salah satunya adalah Yellowfin tuna. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tamperan merupakan hasil tangkapan dari perairan Samudra Hindia. Berdasarkan penelitian Setiawan (2011) produksi perikanan tuna di PPP Tamperan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, produksi tuna pada tahun 2006 sebesar 74.231 kg/tahun, tahun 2007 sebesar 1.153.236 kg/tahun, tahun 2008 sebesar 1.181.905 kg/tahun, dan pada tahun 2009 produksi tuna sebesar 1.688.588 kg/tahun. Namun produksi tuna mengalami penurunan sebesar 1.589.989 kg/tahun dari tahun 2009 ke tahun 2010.

Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh faktor penangkapan dan oseanografi seperti suhu dan klorofil-a. Menurut Wahyuningrum dan Simbolon (2011) suhu merupakan salah satu parameter oseanografi yang menjadi faktor penting bagi kehidupan organisme yang mempengaruhi aktivitas perkembangan metabolisme organisme tersebut. Berbagai proses yang terjadi di laut mempunyai hubungan timbal balik dengan suhu permukaan laut. Suhu terhadap ikan berperan penting terhadap proses metabolisme ikan seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh seperti kecepatan renang dan rangsangan syaraf. Berdasarkan penelitian Haryanti (2012) peningkatan klorofil-a mengindikasikan bahwa kesuburan perairan cenderung meningkat sehingga akan mengakibatkan ikan-ikan pelagis kecil berkumpul. Kumpulan ikan-ikan kecil tersebut akan menarik ikan pelagis besar seperti yellowfin tuna untuk berkumpul pada perairan yang sama untuk memakan ikan-ikan kecil.

Data dan informasi mengenai kondisi oseanografi penting untuk mengetahui penyebab fluktuasi jumlah produksi. Agar dapat diketahui apakah faktor oseanografi seperti suhu dan klorofil-a merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya produksi, maka perlu dilakukannya penelitian tentang variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a kaitannya dengan produksi tuna di PPP Tamperan.

Penelitian Terdahulu

(10)

Tanjung Putus dan Tegal, untuk ikan kembung terdapat di Kelagian dan ikan teri terdapat di sekitar Pulau Condong dan Kelagian.

Berdasarkan penelitian Putra (2012) tentang variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit MODIS serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan laut Jawa menunjukkan bahwa SPL rata-rata bulanan di laut Jawa tahun 2006-2010 berkisar 27,9°C-31,4°C. penyebaran SPL mengikuti pola angin musim dimana SPL cenderung menurun di musim Barat dan Timur dan SPL naik di musim Peralihan 1 dan Peralihan 2.

Trend kenaikan SPL tahun 2006-2010 naik 1°C. Sebaran klorofil-a berkisar 0,22-

1,15 mg/m3 dengan penyebaran mengikuti pola angin yang sedang berlangsung. Nilai klorofil-a tertinggi pada musim Barat dan terendah pada musim Peralihan 2. Hubungan SPL terhadap komoditas ikan layang dan banyar menunjukkan respon yang negatif terutama pada musim Timur. Hal ini disebabkan masuknya massa air yang bersuhu rendah dan bersalinitas tinggi dari Laut Flores dan Selat Makassar. Hubungan SPL terhadap ikan lemuru dan ikan tembang menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara SPL dengan CPUE. Sedangkan hubungan antara klorofil-a dengan lemuru dan tembang menunjukkan adanya respon positif. Hubungan klorofil-a dengan ikan layang, banyar dan tongkol menunjukkan klorofil-a tidak langsung berdampak pada naiknya nilai CPUE.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1) Menghitung CPUE, produksi tuna serta ukuran panjang ikan yang didaratkan di PPP Tamperan;

2) Menghitung variabilitas suhu pemukaan laut dan klorofil-a di sekitar perairan PPP Tamperan;

3) Menganalisis hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Memberikan informasi bahwa jumlah produksi selain dipengaruhi oleh faktor penangkapan juga mempunyai hubungan dengan variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a;

2) Nelayan dapat memanfaatkan data dan informasi SPL dan klorofil-a untuk menentukan waktu penangkapan ikan;

3) Bagi mahasiswa dapat pengetahuan baru tentang variabilitas suhu dan klorofil-a sebagai faktor penting untuk mengetahui perubahan jumlah produksi yang didaratkan.

(11)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Penelitian ini bertempat di PPP Tamperan Kabupaten Pacitan. Pengolahan data dilakukan pada bulan Januari-Juni 2015.

Alat dan Bahan Alat

Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Software

microsoft excel 2013, software SEADas, kamera untuk mendokumentasikan hasil

penelitian, data sheet, meteran untuk mengukur panjang ikan dan alat tulis untuk mencatat hasil tangkapan, kuisioner yang digunakan untuk wawancara nelayan dan pengelola PPP Tamperan.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah data hasil tangkapan tuna tahun 2009-2012 di PPP Tamperan dan data citra SPL dan klorofil-a yang diunduh pada alamat

website http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Responden terdiri dari nelayan dan pihak pengelola PPP Tamperan yang dipilih sebanyak 10% yaitu 15 orang nelayan dan 3 orang pengelola PPP Tamperan dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan sampel atau responden dengan pertimbangan tertentu dan ditentukan terlebih dahulu yaitu responden memiliki informasi yang dibutuhkan untuk penelitian dan responden di anggap memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Metode Pengumpulan Data

(12)

Data sekunder terdiri dari data produksi tuna tahun 2009-2012 diperoleh dengan pengambilan data di UPT PPP Tamperan dan data sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a yang diambil dari website

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ (lampiran 6 dan 7).

Analisis data

Produksi Hasil Tangkapan

Analisis produksi dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis produktivitas hasil tangkapan yang digunakan adalah analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) (King 1995 vide

Purnamaningtyas 2006)

�� � =

��

��

Keterangan: CPUE : hasil per upaya penangkapan (kg/trip)

Catch (Ci) : hasil tangkapan pada bulan ke-i (kg)

Effort (Ei) : upaya penangkapan pada bulan ke-i (trip/bulan)

Ukuran Panjang Ikan Yellowfin tuna

Analisis ukuran panjang ikan dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Ukuran panjang ikan yang diukur yaitu panjang cagak. Ikan yang yang sudah layak tangkap Fromentin dan Fonteneau (2000) mengatakan ikan mempunyai panjang cagak minimal 105 cm dimana ikan sudah memijah minimal satu kali.

Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a

Variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a ditentukan dengan menggunakan rumus keragaman sebagai berikut (Sugiyono, 2011)

=� X %

Sehingga S (ragam contoh) dihitung dengan rumus:

� =∑ � −̅ �

�= � −

� = √�

Keterangan:

S2 : ragam contoh SPL dan klorofil-a S : simpangan baku

Xi : data SPL dan klorofil-a X : rata-rata SPL dan klorofil-a V : koefisien keragaman

(13)

Hubungan antara Produksi Tuna dengan Variabilitas SPL dan Klorofil-a

Hubungan antara produksi ikan tuna dengan SPL dan klorofil-a dilakukan dengan analisis korelasi linear yang merupakan ukuran hubungan linear antara dua peubah yaitu SPL dan klorofil-a sebagai variabel bebas dengan produksi sebagai variabel tidak bebas. Ukuran korelasi linear yang digunakan adalah koefisien korelasi momen hasil kali atau korelasi Pearson. Rumus koefisien korelasi atau korelasi Pearson sebagai berikut (Hasan, 2003)

� = � ∑��= � � − ∑��= � ∑��= � √[� ∑� �

�= − ∑��= � ]− [� ∑��= �− ∑��= � ]

Keterangan: r: korelasi koefisien/Pearson X: klorofil-a dan SPL n: jumlah produksi hasil tangkapan Y: CPUE

Table 1 Kisaran Koefisien Korelasi Sumber (Hasan 2003) r

r = 0 Tidak ada korelasi 0 < r < 0,2 Korelasi sangat rendah 0,2 < r < 0,4 Korelasi rendah

0,4 < r < 0,7 Korelasi yang cukup berarti 0,7 < r < 0,9 Korelasi yang tinggi, kuat 0,9 < r < 1,0 Korelasi sangat tinggi r = 1 Korelasi sempurna

Hubungan antara Panjang Ikan dengan Variabilitas SPL dan Klrofil-a

Hubungan antara panjang ikan tuna dengan SPL dan klorofil-a dilakukan dengan analisis korelasi linear yang merupakan ukuran hubungan linear antara dua peubah yaitu SPL dan klorofil-a sebagai variabel bebas dengan panjang ikan sebagai variabel tidak bebas. Ukuran korelasi linear yang digunakan adalah koefisien korelasi momen hasil kali atau korelasi Pearson.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Tuna di PPP Tamperan

Hasil tangkapan yang di daratkan di PPP Tamperan didominasi tuna dan cakalang. Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012 terdiri dari Yellowfin

tuna, Bigeye tuna, Cakalang, Tongkol, Marlin, Tenggiri dan Lemadang. Data

hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tamperan menunjukkan 59,50% adalah

yellowfin tuna dan 34,46% adalah cakalang (Lampiran 1). Hasil tangkapan di

(14)

Hasil tangkapan yang diperoleh mempunyai ukuran yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya spesifikasi tertentu pada karakteristik ukuran dan bentuk tubuh. Perbedaan ukuran ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti hormon dan faktor keturunan. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan seperti suhu dan makanan.

Gambar 1 Produksi Tuna di PPP Tamperan.

Produksi ikan tuna yang didaratkan di PPP Tamperan berfluktuasi setiap tahunnya. Jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah produksi sebesar 1.635.671 kg dan produksi terendah terjadi pada tahun 2011 (2011) produksi dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti suhu dan klorofil-a dan faktor penangkapan. Tahun 2009 jumlah armada 151 kapal mengalami penurunan sebesar 7 kapal (1%) ke tahun 2010 dengan jumlah kapal 144 kapal dan kembali menurun sebesar 29 kapal (6%) ke tahun 2011 dengan jumlah kapal 115. Jumlah kapal kembali meningkat sebesar 12 kapal (3%) pada tahun 2012 dengan jumlah armada 127 kapal (Gambar 2).

(15)

Rata-rata produksi tuna bulanan tahun 2009-2012 meningkat pada bulan April hingga Agustus dimana dengan produksi tertinggi pada bulan Juli 2009 sebesar 301.781 kg dan terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 1.301 kg (Gambar 3). Peningkatan produksi terjadi disebabkan adanya peningkatan effort pada musim peralihan I dan musim Timur. Menurut Setiawan (2011) nelayan yang ada di PPP Tamperan terlebih dahulu harus mengetahui musim penangkapan ikan, khususnya ikan tuna, sebelum mereka melakukan operasi penangkapan ikan. Musim penangkapan tuna terjadi pada musim Timur yaitu bulan Juli sampai bulan September. Berdasarkan wawancara nelayan, pada saat musim tuna setiap kapal rata-rata mendapatkan hasil tangkapan mencapai 20 ton per trip. Jumlah hasil tangkapan akan kembali menurun pada musim Barat yaitu pada bulan Januari hingga Maret. Pada musim Barat nelayan hanya mendapatkan hasil tangkapan 5 ton per trip bahkan tidak mendapatkan hasil tangkapan

Gambar 3 Produksi tuna bulanan tahun 2009 – 2012.

Meningkat dan menurunnya hasil tangkapan berdasarkan rata-rata produksi di pengaruhi oleh effort yang ada di PPP Tamperan. Jumlah effort

tertinggi pada musim ikan Tuna yaitu bulan Juni 2010 sebesar 299 upaya penangkapan dan effort terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 7 upaya penangkapan (Gambar 4). Berdasarkan wawancara nelayan, setiap musim ikan tuna nelayan lebih banyak melakukan trip dan mengoptimalkan fungsi rumpon milik mereka agar hasil tangkapan meningkat. Musim ikan tuna terjadi pada musim Timur yaitu bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan musim paceklik terjadi pada musim Barat yaitu pada bulan Januari hingga Maret.

(16)

Gambar 4 Effort tunabulanan di PPP Tamperan

Gambar 5 CPUE tuna bulanan di PPP Tamperan

Rata-rata produktivitas (CPUE) bulanan di PPP Tamperan menunjukkan produktivitas tertinggi terjadi pada bulan Desember 2011 sebesar 1614,47 kg/trip (6,67%) dan terendah terjadi pada bulan Januari 2012 sebesar 185,86 kg/trip (0,77%) (Gambar 5). CPUE mengalami peningkatan tertinggi pada bulan November ke bulan Desember 2009 sebesar 3,69% dan penurunan terendah pada bulan Desember 2009 ke bulan Januari 2010 sebesar 5,53% (Lampiran 4).

Fluktuasi CPUE yang terjadi, menurut Putra (2012) secara tidak langsung berhubungan dengan fluktuasi suhu dan klorofil-a yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan. Pergerakan massa air dari Samudera Hindia yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu dimana dapat mempengaruhi hasil tangkapan ikan tuna. Sedangkan pada fluktuasi klrofil-a terjadi akibat adanya proses upwelling yang dapat mempengaruhi kelimpahan sumberdaya ikan tuna di perairan Selatan Pacitan.

(17)

Ukuran Panjang Ikan Yellowfin Tuna

Yellowfin tuna merupakan pemakan ikan-ikan kecil dan salah satu ikan

ekonomis penting dan sebagai komoditas utama di PPP Tamperan (Maarif 2011). Hasil tangkapan ikan tuna di PPP Tamperan mempunyai ukuran yang bervariasi (Lampiran 5). Sampel hasil tangkapan yellowfin tuna sebanyak 79 ekor menunjukkan hasil tangkapan lebih banyak tertangkap pada ukuran 119-125 cm sebanyak 14 ekor (17,72%) dan hasil tangkapan terendah pada ukuran 91-97 cm dan 105-111 cm sebanyak 2 ekor (2,53%). Hasil tangkapan nelayan lebih banyak pada kisaran ukuran diatas LM (105 cm) (Lampiran 8).

Jumlah sampel ikan tuna yang diambil sebanyak 79 ekor memiliki kisaran panjang 77-166 cm. Fromentin dan Fonteneau (2000) menyebutkan Yellowfin

tuna penyebaran di daerah tropis, berat minimal yang layak tangkap (weight at

maturity) 25 kg dan panjang minimal (length at maturity) 105 cm. Sampel ikan

yang diukur menunjukkan ikan dibawah LM sebanyak 13 ekor (16,45%) tidak layak tangkap dan 66 ekor (83,54%) sudah layak tangkap (Gambar 6).

Gambar 6 Persentase layak tangkap ikan yellowfin tuna

Variasi SPL dan Klorofil-a di Perairan Selatan Pacitan

Suhu perairan PPP Tamperan setiap tahunnya berfluktuasi. Berdasarkan rata-rata suhu bulanan di perairan PPP Tamperan, Suhu tertinggi terjadi pada musim Barat di bulan Maret 2010 sebesar 30,47°C dan suhu terendah terjadi pada musim Timur di bulan September 2011 sebesar 25,85°C. Suhu mengalami fluktuasi dimana penurunan suhu terjadi pada bulan April hingga September atau musim peralihan I hingga musim Timur. Sedangkan pola naik terjadi pada bulan Oktober hingga Maret atau musim peralihan II hingga musim Barat (Gambar 6). Sebaran suhu di perairan selatan Pacitan Januari 2009 – Desember 2012 berkisar 25,85-30,47°C dengan suhu rata-rata sebesar 28,19°C dan suhu dominan 26,49°C (Gambar 7). Hasil perhitungan varian suhu permukaan laut sebesar 1,61 dengan nilai koefisien keragaman (V) sebesar 0,04% atau dapat dikatakan sebaran suhu seragam karena nilai V lebih kecil dari 15%. Menurut Latumeten et al (2013) tuna Sirip Kuning sangat menyukai suhu dengan kisaran antara 20-28°C. Nilai kecil suhu yang terjadi pada bulan Agustus dan September 2011 masing – masing 26,13°C dan 25,85°C merupakan musim ikan tuna terutama ikan tuna sirip kuning dimana kelimpahan ikan tuna sangat tinggi. Pada musim ini, jumlah penangkapan ikan juga tinggi untuk mengeksploitasi hasil laut ikan tuna. Rata-rata jumlah

16%

84%

(18)

penangkapan pada musim Timur yaitu bulan Agustus 247 dan bulan September 212 penangkapan (Lampiran 3). Jumlah penangkapan pada bulan Agustus dan September merupakan yang tertinggi dari pada bulan yang lainnya. Fluktuasi suhu dipengaruhi oleh upwelling dan arus munson dimana pada musim Timur suhu mengalami penurunan dan banyak terjadi upwelling. Sedangkan pada musim Barat upwelling lebih sedikit terjadi dan kenaikan suhu di perairan Samudera Hindia. Menurut Ridha et. al. (2013) faktor yang berpengaruh langsung terhadap suhu dan klorofil-a adalah upwelling dan arah arus munson Indonesia sehingga pada musim Timur lebih banyak terjadi upwelling dengan suhu rendah. Arus munson Indonesia dari Barat ke arah Timur (Laut, Bali, Laut Flores dan Laut Banda) dan Selatan (Samudera Hindia) banyak mengangkut massa air sehingga terjadi surplus sehingga untuk mengurangi surplus maka terjadi downwelling. Pada musim Timur, banyak mengangkut massa air dari Timur dan Samudera Hindia ke Barat sehingga terjadi defisit air, untuk mengurangi defisit tersebut maka terjadi upwelling. Naiknya lapisan air dari dalam ke permukaan air mengakibatkan menurunnnya suhu permukaan (Ridha et. al. 2013).

Berdasarkan Gambar 6 nilai rata-rata klorofil-a dapat dilihat bahwa klorofil-a di perairan PPP Tamperan berfluktuasi dengan klorofil-a tertinggi pada musim Timur yaitu bulan Sepetember 2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan nilai klorofil-a terendklorofil-ah pklorofil-adklorofil-a musim Bklorofil-arklorofil-at yklorofil-aitu bulklorofil-an Desember 2010 sebesklorofil-ar 0,07 mg/m3. Kisaran nilai klorofil-a mengalami kenaikan pada musim Timur yaitu bulan Juli hingga September dan klorofil-a rendah pada musim Barat yaitu bulan Januari hingga Maret (Gambar 6). Sebaran klorofil-a dari Januari 2009 – Desember 2012 berkisar 0,07-0,34 mg/m3 dan klorofil-a dominan sebesar 0,09 mg/m3. Nilai koefisien keragaman (V) sebesar 0,49% dan varian 0,0055. Nilai koefisien klorofil-a dapat dikatakan sebaran klorofil-a masih seragam karena nilai koefisien lebih kecil dari 15% (Gambar 8).

Menurut Ridha et. al. (2013) fluktuasi klorofil-a dipengaruhi oleh pergerakan massa air dan upwelling. Proses pergerakan massa air dari Timur ke arah Barat mengakibatkan terjadinya upwelling dimana massa air dari dalam samudera terangkat ke arah permukaan air. Proses upwelling mengakibatkan melimpahnya klorofil-a. Hal ini terjadi karena nutrien dari dasar laut ikut terangkat oleh pergerakan massa air tersebut.

Suhu mengalami peningkatan di musim Barat dan musim Peralihan I dan penurunan di musim Timur dan musim Peralihan II. Sedangkan pada klorofil-a mengalami peningkatan pada musim Timur dan musim Peralihan II dan penurunan pada musim Barat dan musim Peralihan I. Menurut Ramansyah (2009) fluktuasi suhu dan klorofil-a keduanya dipengaruhi oleh angin munson (munson Tenggara), pergerakan massa air, dan upwelling. Upwelling terjadi karena adanya pergerakan angin munson tenggara yang mengakibatkan proses sirkulasi massa air yang kaya nutrient ke arah permukaan. Proses tejadinya upwelling diakibatkan oleh pergerakan massa air dimana dapat mengakibatkan suhu mengalami penurunan karena adanya suhu yang lebih dingin dari Samudera Hindia ke arah permukaan air. Selain suhu, upwelling juga mengakibatkan tingginya klorofil-a seperti yang terjadi pada musim Timur dan musim Peralihan II.

(19)
(20)

Gambar 8 Sebaran SPL perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012

Gambar 9 Sebaran klorofil-a perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012

Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap Produksi Tuna di PPP Tamperan

Suhu mempengaruhi keberadaan ikan tuna di perairan. Rata-rata, suhu mengalami peningkatan saat musim Barat hingga musim Peralihan I dan menurun di musim Timur hingga musim Peralihan II. Nilai suhu mengalami peningkatan pada saat produksi rendah dengan suhu tertinggi pada bulan Maret 2010 sebesar 30,47°C dan suhu mengalami penurunan pada musim ikan tuna yaitu dengan suhu terendah pada bulan September 2011 sebesar 25,85°C (Gambar 10). Hasil tangkapan tertangkap pada kisaran suhu 26 - 30°C. Hubungan suhu permukaan laut terhadap produksi tuna dapat dihat dengan nilai korelasi suhu permukaan laut terhadap produksi dengan nilai r sebesar 0,65 dan determinasi 0,43 atau dapat dikatakan bahwa suhu permukaan laut terhadap klorofil-a mempunyai korelasi yang cukup berarti (Gambar 11).

Menurut penelitian Latumeten et. al. (2013) Yellowfin tuna merupakan ikan pelagis besar yang senang hidup di daerah upwelling, front, senang beruaya dan memburu daerah yang kaya makanan. Yellowfin tuna tersebar pada kedalama 80 m -100 m dan lebih banyak ditemukan pada kisaran suhu 20-28°C

(21)

Gambar 6 Hubungan Variabilitas SST Terhadap Produksi Tuna di PPP Tamperan

Gambar 10 Hubungan SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan

Gambar 11 Hubungan korelasi SPL terhadap produksi tuna

Menurut Nababan (2008) klorofil-a berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberadaan ikan disuatu perairan. Konsentrasi klorofil-a menunjukkan keberadaan fitoplankton, dalam rantai makanan fitoplankton sebagai produsen yang dimakan oleh organisme trofik yang lebih tinggi. Tingginya konsentrasi klorofil-a menyebabkan ikan-ikan kecil datang untuk mencari makan. Ikan kecil merupakan sumber makanan bagi ikan tuna. Berdasarkan Gambar 12 rata-rata produksi meningkat pada saat klorofil-a tinggi seperti yang terlihat pada bulan Juli hingga September dan produksi menurun pada saat klorofil-a rendah seperti pada bulan Januari hingga Maret. Klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan September 2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan klorofil-a terendah terjadi pada bulan Desember 2010 sebesar 0,07 mg/m3. Nilai korelasi antara klrorofil-a terhadap produksi tuna

(22)

dengan nilai r sebesar 0,69 dan determinasi 0,48 atau dapat dikatakan bahwa klorofil-a terhadap produksi mempunyai korelasi yang cukup berarti (Gambar 13). Menurut penelitian Latumeten et. al. (2013) kandungan klorofil-a di perairan Samudra Hindia, musim Timur kandungan klorofil-a lebih tinggi dari pada musim Barat. Hal ini dikaitkan dengan terjadinya fenomena front pada musim timur dimana wilayah penangkapan Tuna dilakukan di daerah front. Hasil tangkapan yellowfin tuna lebih banyak tertangkap pada musim Timur karena pada musim Timur proses terjadinya upwelling dan front lebih tinggi. kisaran klorofil-a di Samudera Hindia pada musim Timur berkisar antara 0,01-1,1 mg/m3 sedangkan pada musim Barat berkisar antara 0,01-0,3 mg/m3.

Gambar 12 Hubungan klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan

Gambar 13 Hubungan korelasi klorofil-a terhadap produksi tuna y = 844859x + 1932

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

(23)

Distribusi Ukuran Panjang Ikan dengan SPL dan Klorofil-a

Hasil tangkapan Yellowfin tuna yang didaratkan mempunyai ukuran yang bervariasi. Ikan yang didaratkan merupakan hasil tangkapan nelayan tonda. Hasil tangkapan diatas LM (105 cm) atau ikan besar tertangkap pada suhu 27-28.5°C dan di bawah LM atau ikan yang lebih kecil banyak tertangkap pada suhu 27.5-28°C. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tuna yang lebih besar menyebar di lapisan suhu 27-28.5°C. Sedangkan ikan kecil lebih menyukai suhu pada kisaran 27.5-28°C (Gambar 14).

Menurut Simbolon (2004) mengatakan bahwa ikan yang lebih besar dapat menyesuaikan di berbagai kisaran suhu. Hal ini dikarenakan ikan yang lebih besar memiliki system metabolisme yang lebih baik dari pada ikan kecil.

Gambar 14 Hubungan ukuran panjang ikan tuna dengan SPL

Hasil tangkapan lebih banyak tertangkap pada klorofil-a 0,1-0,2 mg/m3 terutama ikan-ikan besar. Sedangkan ikan kecil tertangkap pada konsentrasi klorofil-a 0,1 mg/m3. Gambar 15 menunjukkan bahwa ikan besar lebih menyukai perairan yang memiliki kandungan klorofil-a yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan tingginya nilai klorofil-a mengindikasikan ikan-ikan kecil berkumpul. Nababan (2008) mengatakan konsentrasi klorofil-a menunjukkan adanya fitoplankton, dalam rantai makanan fitoplankton sebagai produsen bagi organisme trofik yang lebih tinggi. Tingginya konsentrasi klorofil-a menyebabkan ikan-ikan kecil datang untuk mencari makanan.

(24)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produksi tuna di PPP Tamperan setiap tahunnnya berfluktuasi. Rata-rata produksi bulanan meningkat pada saat musim Timur dan produksi menurun pada musim Barat. Produktivitas tertinggi pada bulan Desember 2011 sebesar 1614,47 kg/unit dan terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 185,86 kg/unit.

Suhu setiap tahunnya berfluktuasi. Suhu terendah pada September 2011 sebesar 25,85°C dan suhu tertinggi pada bulan April 2010 dengan nilai suhu 30,47°C. Sebaran suhu di Selatan Pacitan tahun 2009-2012 berkisar 25,85-30,47°C dengan suhu rata-rata 28,19°C dan suhu dominan 26,49°C. Hasil perhitungan varian suhu sebesar 1,61 dengan koefisien keragaman (V) sebesar 0,04% dan dapat dikatakan sebaran suhu seragam. Fluktuasi suhu dipengaruhi oleh proses upwelling dan angin munson.

Nilai klorofil-a berfluktuasi setiap tahunnya. Klorofil-a tertinggi pada bulan September 2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan nilai klorofil-a terendah bulan Desember 2010 sebesar 0,07 mg/m3. Sebaran klorofil-a berkisar 0,07–0,34 mg/m3, klorofil-a dominan 0,09 mg/m3 dengan klorofil-a rata-rata 0,15 mg/m3. Hasil perhitungan varian klorofil-a sebesar 0,0055 dengan koefisien keragaman (V) sebesar 0,49% dan dapat dikatakan sebaran a seragam. Fluktuasi klorofil-a dipengklorofil-aruhi oleh proses upwelling dan pergerakan massa air.

Hubungan variabilitas suhu dengan produksi dengan nilai r sebesar 0,65. Sedangkan hubungan variabilitas klorofil-a dengan produksi dengan nilai korelasi

r sebesar 0,69 sehingga dapat dikatakan bahwa suhu dan klorofil-a terhadap produksi mempunyai korelasi yang cukup berarti.

Saran

Saran dari penelitian ini adalah adanya sistem pendataan hasil tangkapan maupun kapal yang melakukan pendaratan agar dapat dijadikan dalam pengambilan kebijakan bagi pelabuhan PPP Tamperan.

DAFTAR PUSTAKA

Fausan. 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) Berbasis Sistem Informasi Geografis di Perairan

Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin

Fromentin dan Fonteneau. 2000. Fishing Effects and Life History Traits: a Case Study Comparing Tropical Versus Temperate Tunas. Fisheries Research

Journal. No. 53: 133-150.

(25)

Hasan I. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1. Statistik Deskriptif. Edisi Kedua PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Latumeten G. A., Purwanti F., dan Hartoko A. (2013) “Analisa Hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit Modis dan Sub-Surface Temperature Data Argo Float Terhadap Hasil Tangkapan Tuna di

Samudera Hindia” Management Of Aquatic Resources Journal” 2, (2), 1-8 Maarif R. 2011. Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonsa di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Nababan B. 2008. Analisis Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dalam Kaitannya dengan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Binuangeun, Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Purnamaningtyas SE, Sugiarti Y, Hartati SR. 2006. Hasil Tangkapan Ikan dengan Menggunakan Bubu di Teluk Saleh, NTB. Seminar Nasional Ikan IV; Jatiluhur, Indonesia. 255-264.

Putra E. 2012. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut dari Citra Satelit MODIS Serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Perairan Laut Jawa [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ramansyah F. 2009. Penentuan Pola Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat Sunda dan Perairan Sekitarnya dengan Menggunakan Data Inderaan Aqua MODIS [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ridha U., Muskananfola M.R., Hartoko A. (2013) “Analisa Sebaran Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Selat Bali”. Diponegoro

Journal Of Maquares. 2, (4), 53-60

Setiawan D. 2011. Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Pacitan Berbasis pada Distribusi Ikan yang Didaratkan di PPP Tamperan [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Simbolon D. 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan Cakalang dan Teknologi yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP. 13(1): 48-67

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.

Surini. 2013. Varibailitas Suhu Permukaan Laut Kaitannya dengan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Lampung [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(26)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012 Jenis Ikan Berat (Kg) Persentase (%) Tuna (Yellowfin tuna) 1.348.011 49,50

Tuna (Bigeye tuna) 4.369 0,16

Cakalang 938.346 34,46

Tongkol 327.931 12,04

Marlin 33.533 1,23

Tenggiri 5.521 0,20

Lemadang 65.442 2,40

Jumlah 2.723.153 100

Sumber (UPT PPP Tamperan)

Lampiran 2 Produksi tuna di PPP Tamperan

2009 2010 2011 2012 Rata-rata Sumber (UPT PPP Tamperan)

Lampiran 3 Upaya penangkapan (effort) di PPP Tamperan

2009 2010 2011 2012

(27)

Lampiran 4 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) di PPP Tamperan

September 493.06 591.02 1167.50 Oktober 952.97 1142.71 November 671.89 1517.40 Desember 1563.46 1614.47

Lampiran 5 Ukuran Panjang Ikan Yellowfin tuna

77 102 118 122 128 136 145 154

Sumber data hasil lapangan

Lampiran 6 Rata-rata bulanan suhu permukaan laut di PPP Tamperan

2009 2010 2011 2012 Januari 28.7978 29.1369 28.3699 29.3097 Februari 28.7732 29.8993 28.7830 29.4690 Maret 29.7203 30.4707 29.3436 29.4175 April 29.7180 30.2986 29.3548 29.1306 Mei 28.5611 29.3409 28.7674 28.3495 Juni 28.0668 28.6172 27.5929 27.5303 Juli 27.1992 27.3471 26.4977 26.4315 Agustus 26.4996 27.1388 26.1377 25.8921 September 26.2705 27.4962 25.8545 26.0524 Oktober 26.8085 28.0945 26.5092 27.0079 November 27.8364 28.7026 27.9687 28.0352 Desember 28.8417 29.4249 29.2540 29.0364

(28)

Lampiran 7 Rata-rata bulanan klorofil-a di PPP Tamperan

2009 2010 2011 2012 Januari 0.0911 0.0919 0.0971 0.0824 Februari 0.1012 0.0981 0.1049 0.0947 Maret 0.0975 0.0975 0.0905 0.1075 April 0.1256 0.0983 0.1006 0.1042 Mei 0.1348 0.1193 0.1199 0.1434 Juni 0.1457 0.1448 0.2191 0.1827 Juli 0.2181 0.1941 0.2396 0.2633 Agustus 0.2836 0.1894 0.3445 0.3269 September 0.2246 0.1398 0.3483 0.2761 Oktober 0.1616 0.1056 0.2223 0.1881 November 0.1193 0.0913 0.1123 0.1118 Desember 0.0900 0.0775 0.0848 0.0858 Sumber (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/)

Lampiran 8 Selang kelas ukuran panjang ikan yellowfin tuna

Selang Kelas Frekuensi Persentase (%)

77-83 3 3.80

84-90 0 0

91-97 2 2.53

98-104 8 10.13

105-111 2 2.53

112-118 7 8.86

119-125 14 17.72

126-132 10 12.66

133-139 8 10.13

140-146 10 12.66

147-153 4 5.06

154-160 7 8.86

161-167 4 5.06

Jumlah 79 100%

(29)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2 Jumlah armada penangkapan ikan tuna.
Gambar 3 Produksi tuna bulanan tahun 2009 – 2012.
Gambar 4 Effort tuna bulanan di PPP Tamperan
Gambar 6 Persentase layak tangkap ikan yellowfin tuna
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kajian tinjauan ini telah dilaksanakan dengan matlamat untuk mengenal pasti kemahiran pengajaran pensyarah pendidikan khas (masalah pendengaran)

Bahagian ini penyelidik menggunakan skala likert yang membolehkan responden memilih jawapan berdasarkan lima skala persetujuan. Bahagian ini mengandungi sebanyak 32

Asia Tenggara sensitif dipengaruhi oleh sektor infrastruktur transportasi dan teknologi informasi komunikasi, maka diduga keterkaitan faktor-faktor tersebut terhadap

Variasi bahasa dapat juga dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis. Adanya ragam bahasa

Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik relai itu

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang mengatur tentang K ompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan  Pembelajaran dalam Struktur

Benturan budaya dan agama dipandang sebagai bertemunya budaya dan agama di mana apabila terjadi gesekan, hukum harus bisa melihat kejadian dan proses dalam setiap konflik

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengambil fokus pada makna tradisi “Rajaban Astana Kuntul Nglayang” masyarakat desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu