REKRUTMEN KARANG PADA TERUMBU BUATAN
DI PERAIRAN PULAU KARYA, KEPULAUAN SERIBU
MUHAMMAD MUJAHID
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Muhammad Mujahid
ABSTRAK
MUHAMMAD MUJAHID. Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN dan HAWIS MADDUPPA.
Perairan Pulau Karya merupakan wilayah terumbu karang yang penting karena terdapat terumbu buatan untuk upaya pemulihan ekosistem terumbu karang secara alami. Pemulihan ekosistem terumbu karang di alam ditandai dengan adanya rekruitmen karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rekrutmen karang pada substrat paralon dan jaring. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan pengambilan foto koloni karang dan foto close up
koralit karang sehingga dapat diidentifikasi dan dilakukan pengukurang panjang dan luasan koloni karang tersebut. Karang rekrut yang ditemukan dari seluruh stasiun berjumlah 383 koloni dimana jumlah koloni karang terbanyak yaitu pada Substrat paralon dengan jumlah 347 koloni. Ditemukan 36 genus pada seluruh stasiun tempat penelitian. Pada substrat jaring memiliki panjang rata-rata tertinggi sebesar 13,1 ± 7,4 cm yaitu genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki panjang rata-rata koloni tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus Montipora. Substrat jaring memiliki luas rata-rata koloni tertinggi sebesar 111,1 ± 124,6 cm2 terdapat pada genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki luas tertinggi sebesar 154,5 cm2 terdapat pada genus Montipora. Substrat yang cocok untuk penempelan larva karang yaitu paralon horizontal bawah karena karang membutuhkan substrat yang kokoh untuk penempelan.
Kata Kunci : Rekrutmen Karang, Koloni Karang, Substrat Paralon, Substrat Jaring, Terumbu Karang ,Terumbu Buatan
ABSTRACT
MUHAMMAD MUJAHID. Coral Recruitment in the Artificial Reef at the Karya Island Water, Kepulauan Seribu. Supervised by BEGINER SUBHAN and HAWIS MADDUPPA.rcoding DNA’ and Phyl
Artificial reefs have been submerged in the Karya Island’s reef area which are important for coral recovery. The coral recovery could be identify from coral recruits attached to the surface of artificial reefs. Each coral colony was photographed and identified to the highest taxa based on its coralite. The coral
colony’s length and area was measured. Two different substrate materials of
artificial reef were observed: nets and PVC. A total of 383 coral colony was recorded attach to the artifial reefs. The highest number of coral recruits was observed on the PVC substrat (347 colonies). Coral recruit on PVC substrate had average length of colonies is 18.5 cm, with montipora as the longest, simmiliar to the nets substrate has highest average of colony its 111,1 ± 124,6 cm2, with Pocillopora as the longest. The PVC substrate was observed as the highest area is 154,5 cm2, with Montipora as the largest area. The study found that suitable substrate for coral recruitment media is PVC with horizontal bottom position.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
REKRUTMEN KARANG PADA TERUMBU BUATAN
DI PERAIRAN PULAU KARYA, KEPULAUAN SERIBU
MUHAMMAD MUJAHID
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Judul Skripsi: Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu
Nama : Muhammad Mujahid NIM : C54090070
Disetujui oleh
Beginer Subhan, S.Pi, M.Si Pembimbing I
Dr. Hawis Madduppa S.Pi, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunianya untuk setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi teladan bagi umat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Hawis Madduppa, S.Pi, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan kritik dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. PKSPL IPB dan CNOOC untuk penggunaan data penelitian.
3. Kedua Orang tua saya yaitu Juang Rata Matangaran, dan Iis Diatin dengan motivasi, nasehat, dan terus mendukung serta terus menyemangati penulis.
4. Saudara penulis yaitu Qi Adlan, Ahmad Teduh, dan Ilmi Mutsmir, yang selalu mengingatkan penulis dan memberi semangat kepada penulis. 5. Semua Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan yang baik secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis mencapai studinya.
6. Teman-teman civitas FPIK yang selalu mengingatkan, memberi semngat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Muhammad Tauhid sebagai partner penelitian.
8. Sahabat-sahabat penulis G-3 yaitu Irwan Rudy Pamungkas, Muhammad Zainuddin Lubis, Muhammad Yudha, Dwi Putra Imam Mahdi, Ferdy Gustian, Rahmat, Muhammad Syarif Harahap, Bari Gaib, Anggiat Rumahorbo, dan Azrizal yang selalu memberikan dorongan dan semangat yang tidak ada hentinya bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, April 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Lokasi Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil 5
Pembahasan 13
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 3
DAFTAR GAMBAR
4 Perbandingan jumlah koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah 4 5 Perbandingan panjang rata-rata pada jaring atas dan jaring bawah. 5 6 Perbandingan luas rata-rata pada jaring atas dan jaring bawah. 5 7 Perbandingan jumlah koloni pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah. 6
8 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon horizontal atas
dengan paralon horizontal bawah. 7
9 Perbandingan luasan karang pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah 7
10 Perbandingan perbandingan jumlah koloni pada paralon vertikal atas
dengan paralon horizontal 8
11 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon vertikal dengan
paralon horizontal. 9
12 Perbandingan luas rata-rata karang pada paralon vertikal dengan
paralon horizontal. 9
13 Perbandingan jumlah koloni pada paralon dengan jaring 10 14 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon dengan jaring. 11 15 Perbandingan luas rata-rata karang pada jaring dengan paralon 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sketsa terumbu buatan di perairan Pulau Karya 15
2 Diagram alir penelitian 15
3 Diagram alir pengolahan data menggunakan software Image-J 16 4 Karang yang menempel pada substrat jaring dan paralon 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang adalah salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Ekosistem terumbu karang terbentuk melalui proses yang lama dan kompleks (Sorokin 1993). Terumbu karang memiliki fungsi ekologis, sosial ekonomis dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang mata pencahariannya bergantung pada perikanan laut dangkal seperti di Kepulauan Seribu.
Pendataan rekrutmen karang dapat memberikan informasi menenai karang yang dapat tumbuh (dalam hal ini secara alami) beserta distribusi dan kelimpahan dari spesies terumbu karang yang ada (Connel et al. 1997). Rekruitmen karang dapat diartikan sebagai penempelan larva dan pertumbuhan ukuran yang dapat dilihat mata telanjang adalah proses penting dari dinamika populasi yang mendasari keberlanjutan eksistensi terumbu karang (Moulding 2005).
Menurut Obura dan Grimsditch (2009), secara alami respon terumbu karang terhadap berbagai ancaman dan faktor-faktor penyebab kerusakan diantaranya berusaha untuk bertahan (resistency), menunjukkan gejala pemulihan (recovery) sampai terbentuknya komunitas yang stabil (resiliency). Kerusakan disekitar pemukiman lebih banyak diakibatkan oleh eksploitasi batu karang dan pasir, penggunaan sianida (menangkap ikan dengan metode pembiusan), sedimentasi dasar laut dan kontaminasi disposal limbah (Rahmawati et al. 2009).Di alam pemulihan terumbu karang ditandai dengan kemunculan koloni-koloni karang muda (juvenil) dengan ukuran koloni relatif kecil (Babcock dan Mundy 1996). Pada dasarnya ekosistem terumbu karang dapat memperbaiki kondisinya sendiri jika terjadi kerusakan apabila diberi perlindungan, hanya saja waktu pemulihannya yang lama. Oleh karena itu terumbu karang yang menempel secara alami di alam perlu dilestarikan.
Transplantasi karang adalah salah satu upaya rehabilitasi yang dapat diterapkan untuk mempercepat proses pemulihan terumbu karang. Metode transplantasi karang dapat dilakukan secara langsung di alam ataupun pada ruang terkontrol (Soedharma 2007). Metode yang sering dilakukan pada transplantasi karang seperti metode patok, metode jaring, jaring dan substrat, metode jaring dan rangka, rangka, dan substrat, serta metode rantai. Beberapa teknik pelekatan karang yang ditransplantasikan adalah semen, lem plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik (Coremap fase II 2006).
Terumbu buatan (artificial reef) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi tekanan akibat penangkapan ikan dan perusakan terumbu karang alami melalui penciptaan daerah penangkapan ikan baru yang produktif (Reppie 2006). Terumbu buatan juga berfungsi untuk mempercepat proses pemulihan (recovery) dari ekosistem terumbu karang yang rusak melalui penyediaan media penempelan (settlement) dan pertumbuhan larva karang.
2
jaring dan paralon yang menjadi substrat penempelan larva karang. Secara umum luasan total terumbu buatan yang telah diaplikasikan di Pulau Karya adalah 466,9 m2, terumbu buatan di Pulau Karya Kepulauan Seribu terdiri 5 unit pola, 2 bahan material, dan diletakkan tersebar menjadi 9 kelompok besar. Sejak diaplikasikan di Pulau Karya, pada tahun 2008 ada beberapa titik kerusakan yang terjadi dan menjadi catatan khusus. (Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil 2009)
Penelitian mengenai terumbu karang di wilayah Kepulauan Seribu sudah pernah dilakukan oleh oleh Estradivari etal. (2007), yang melakukan pengamatan terhadap berbagai jenis terumbu karang yang dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah Kepulauan Seribu.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan rekruitmen karang pada substrat jaring dan substrat paralon di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013 bertempat di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan kordinat 5o 44’ LS dan 106o 36’ BT. Peta lokasi wilayah penelitian Pulau Karya, Kepulauan Seribu seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Alat dan Obyek
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan obyek yang digunakan dalam penelitian
Alat Obyek
Alat dasar selam Koloni Karang
Global Positioning System Kamera underwater Penggaris
Perangkat lunak
Prosedur Penelitian
Diagram alir tahap kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengambilan Data Koloni Karang
Pengambilan data dilakukan selama bulan April dengan pengambilan foto koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat jaring dan substrat paralon. Pengambilan foto koloni dilakukan di dua substrat pada area terumbu buatan. Sketsa terumbu buatan di Pulau Karya dapat dilihat pada Lampiran 2. Rekrutmen Karang pada Substrat Jaring
Data rekrutmen karang pada substrat jaring didapatkan dari foto secara langsung pada koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat jaring atas dan substrat jaring bawah. Berikut merupakan contoh koloni karang yang menempel pada substrat jaring.
(a) (b)
Gambar 2. Koloni karang yang menempel pada substrat jaring atas (a), jaring bawah (b)
Rekrutmen Karang pada Substrat Paralon
Data rekrutmen karang pada substrat jaring didapatkan dari foto secara langsung pada koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat paralon secara horizontal yang meliputi posisi paralon horizontal atas dan paralon
4
horizontal bawah, serta paralon secara vertikal. Berikut merupakan contoh koloni karang yang menempel pada substrat paralon.
(a) (b)
Gambar 3. Koloni karang yang menempel pada substrat paralon horizontal (a) dan paralon vertikal (b)
Identifikasi Karang
Identifikasi karang dilakukan setelah mendapatkan data berupa foto koloni karang dan foto koralit karang. Proses identifikasi karang dilakukan dengan melihat kenampakan dari karang tersebut melalui foto koloni dan foto close up
koralit dan dibandingkan dengan buku identifikasi karang Veron (2000). Identifikasi karang dilakukan hingga mendapatkan genus dari karang tersebut. Perhitungan Panjang dan Luasan Menggunakan Software Image- J
Perhitungan data karang dilakukan setelah didapatkannya genus dari koloni karang tersebut. Diagram alir perhitungan panjang dan luasan terumbu karang menggunakan software Image-J dapat dilihat pada lampiran 3.
Analisis Pengukuran Panjang dan Luasan
Analisis perhitungan panjang dan luasan koloni karang dilakukan dengan melakukan perhitungan rata-rata panjang dan rata-rata luas koloni karang tersebut. Rumus perhitungan rata-rata untuk perhitungan panjang dan luas adalah sebagai berikut:
Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari panjang dan luasan koloni karang dilakukan perhitungan nilai simpangan baku atau standar deviasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
HASIL
Luasan total terumbu buatan yang telah diaplikasikan di Pulau Karya adalah 466,9 m2, terumbu buatan di perairan Pulau Karya berada di antara Pulau Karya dan Pulau Panggang. Terumbu buatan ini terdiri atas 5 unit pola, 2 bahan material yaitu paralon dan jaring yang diletakkan tersebar menjadi 9 kelompok besar.
Karang rekrut yang diamati berada pada substrat jaring dan paralon. Posisi paralon terbagi menjadi 2 posisi pengamatan yaitu posisi horizontal atas dan bawah, serta paralon posisi vertikal. Posisi jaring terbagi menjadi 2 posisi pengamatan yaitu posisi atas dan bawah.
Karang Rekrut di Substrat Jaring Atas dan Jaring Bawah
Berdasarkan hasil penelitian, koloni karang yang di temukan di perairan Pulau Karya memiliki jumlah genus sebanyak 26 genus yang tersebar pada substrat paralon dan substrat jaring dengan genus yang paling dominan adalah genus Pocillopora dan genus Porites. Genus yang berada di substrat jaring atas dan jaring bawah adalah genus Acropora, Merulina dan Pocillopora. Grafik perbandingan antara jumlah koloni karang di substrat jaring atas dan substrat jaring bawah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Jumlah koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah.
Berdasarkan Gambar 4 tersebut menunjukkan bahwa jaring atas memiliki koloni lebih banyak dari pada jaring bawah. Total koloni yang terdapat pada jaring atas dan jaring bawah sebesar 36 koloni. Genus Acropora dan Merulina
hanya terdapat pada jaring atas sebanyak 1 koloni. Genus Pocillopora terdapat pada jaring atas maupun jaring bawah dengan jumlah sebanyak 21 koloni pada jaring atas dan sebanyak 13 koloni pada jaring bawah.
6
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang pada substrat jaring atas dan substrat jaring bawah terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rata-rata panjang koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah. Rata-rata Panjang koloni pada jaring bawah lebih besar daripada panjang rata-rata koloni jaring atas. Pada substrat jaring atas genus Acropora memiliki bawah terdapat pada Gambar 6.
Rata-rata Luas koloni di jaring bawah lebih besar daripada Luas rata-rata koloni jaring atas. Pada jaring atas Genus Acropora memiliki luas rata-rata koloni sebesar 18,3 cm2. Genus Merulina memiliki luas rata-rata koloni sebesar 3,8 cm2. Genus Pocillopora di jaring atas memiliki luas rata-rata sebesar 92,7 ± 106,4 cm2 sedangkan di jaring bawah memiliki panjang rata-rata sebesar 140,8 ± 149,2 cm2 . Karang Rekrut di Paralon Horizontal Atas dan Horizontal Bawah
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada paralon horizontal atas dan paralon horizontal bawah yang diukur pada substrat paralon terdapat pada Gambar 7.
Gambar 7. Jumlah koloni karang di substrat paralon horizontal atas dengan paralon horizontal bawah.
Jumlah koloni di substrat paralon horizontal atas dan bawah sebanyak 237 koloni. Paralon horizontal atas memiliki jumlah koloni sebanyak 95 koloni dan paralon horizontal bawah sebanyak 142 koloni. Genus Pocillopora memiliki jumlah koloni terbanyak di substrat paralon horizontal atas dengan jumlah 35 koloni. Genus Porites memiliki jumlah koloni terbanyak di substrat paralon horizontal bawah dengan jumlah 40 koloni.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang pada paralon horizontal atas dan paralon horizontal bawah terdapat pada Gambar 8.
8
Gambar 8. Rata-rata panjang koloni karang pada paralon horizontal atas dengan paralon horizontal bawah.
Substrat paralon horizontal atas memiliki panjang rata-rata koloni yang bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus
Montipora. Paralon horizontal bawah memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,7 cm yang terdapat pada genus Pavona.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata luas pada jaring atas dan jaring bawah terdapat pada Gambar 9.
Substrat paralon horizontal atas memiliki rata-rata luas koloni yang bervariasi dengan luas tertinggi sebesar 190 ± 19,3 cm2 terdapat pada genus
Seriatopora. Paralon horizontal bawah memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 137 cm2 terdapat pada genus Pavona.
Karang Rekrut di Paralon Vertikal dan Paralon Horizontal
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada paralon vertikal dan paralon horizontal yang diukur pada substrat paralon berdasarkan genus dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Jumlah koloni karang pada paralon vertikal atas dengan paralon horizontal.
Jumlah koloni pada paralon vertikal dan horizontal sebanyak 347 koloni. Paralon vertikal memiliki jumlah koloni sebanyak 110 koloni dan paralon horizontal sebanyak 237 koloni. Genus Pocillopora memiliki jumlah koloni terbanyak pada paralon horizontal dengan jumlah 60 koloni dan genus Porites
dengan jumlah 59 koloni. Genus Porites memiliki jumlah koloni terbanyak pada paralon vertikal dengan jumlah 27 koloni.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang karang pada paralon vertikal dan paralon horizontal terdapat pada Gambar 11.
10
Gambar 11.Rata-rata panjang koloni karang pada paralon vertikal dengan paralon horizontal.
Paralon vertikal memiliki rata-rata panjang rata-rata koloni yang bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,3 ± 6,2 cm terdapat pada genus Seriatopora. Paralon horizontal memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,7± 3,6 cm terdapat pada genus Pavona.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata luas pada paralon vertikal dan paralon horizontal terdapat pada Gambar 12.
Paralon vertikal memiliki rata-rata luas koloni yang bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 181,8 ± 110,8 cm2 terdapat pada genus Seriatopora. Paralon horizontal memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 154,5 cm2 terdapat pada genus Montipora.
Kondisi Rekrutmen Karang Paralon dan Jaring
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada substrat paralon dan jaring terdapat pada Gambar 13.
Gambar 13. Jumlah koloni karang pada paralon dengan jaring.
Jumlah koloni pada paralon dan jaring sebanyak 383 koloni. Paralon memiliki jumlah koloni sebanyak 347 koloni dan jaring sebanyak 36 koloni. genus Pocillopora memiliki jumlah koloni terbanyak pada paralon dengan jumlah 86 koloni dan porites dengan jumlah 84 koloni. Genus Pocillopora memiliki jumlah koloni terbanyak pada jaring dengan jumlah 34 koloni.
12
Gambar 14. Rata-rata panjang koloni karang pada paralon dengan jaring. Paralon memiliki rata-rata panjang koloni yang bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus Montipora. Jaring memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 13,1 ± 7,4 cm terdapat pada genus Pocillopora. Sebaran karang rekrut berdasarkan luas rata-rata koloni pada paralon dan jaring dapat dilihat pada Gambar 15.
PEMBAHASAN
Terumbu buatan yang terbuat dari paralon berbahan PVC yang diletakkan di lokasi dasar yang miring menyebabkan unit tidak stabil sehingga sambungan beberapa paralon terlepas. Jaring yang juga menjadi bahan material terumbu buatan mengalami kerusakan yaitu ikatan di sisi-sisinya terlepas, sehingga harus dilakukan pengikatan kembali bagian jaring yang terlepas.
Lokasi penelitian yang berada pada zona intertidal, yaitu zona perairan yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini menyebabkan pada lokasi penelitian pengaruh pasang surut dan adanya gelombang dan arus sangat mempengaruhi pertumbuhan karang. Rachmawati (2009) menjelaskan bahwa pada daerah yang memiliki gelombang yang cukup kuat bagian ujung sebelah luar terumbu akan membentuk karang massif atau bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar. Berdasarkan hal tersebut, maka pengaruh yang diberikan oleh adanya pasang surut air laut serta adanya arus dan gelombang menyebabkan perumbuhan karang cenderung melebar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 26 genus karang pada substrat jaring dan substrat paralon yaitu Achantastrea, Acropora, Coeloseris, Cynarina, Cyphastrea, Favia, Favites, Fungia, Goniastrea, Heliofungia, Hydnopora, Leptastrea, Leptoseris, Merulina, Montastrea, Montipora, Pacyseris, Pavona, Pectinia, Pocillopora, Porites, Psammocora, Sandalolitha, Scolymia, Seriatopora, dan Tubastrea.
Genus yang di temukan pada perairan Pulau Karya memiliki jumlah yang bervariasi di setiap substratnya, pada substat jaring jumlah penempelan koloni karang berjumlah 36 koloni yang terdapat pada posisi jaring atas sebanyak 21 koloni, posisi jaring bawah sebanya 13 koloni. Substrat jaring memiliki genus yang paling dominan yaitu genus Pocillopora dengan jumlah 34 koloni. Substrat paralon jumlah penempelan koloni karang berjumlah 347 koloni yang terdapat di berbagai posisi substrat. Paralon vertikal memiliki jumlah koloni sebanyak 110 koloni dan paralon horizontal sebanyak 237 koloni. Substrat paralon didominasi genus Pocillopora dengan jumlah 86 koloni dan genus Porites dengan jumlah 84 koloni. Total jumlah koloni yang di dapatkan pada substrat jaring maupun paralon berjumlah 383 koloni.
Substrat paralon memiliki jumlah koloni yang lebih banyak di bandingkan dengan substrat jaring karena karang memerlukan substrat yang kokoh untuk menempel. Pada substrat jaring terdapat rongga-rongga yang menyebabkan tempat penempelan tidak kokoh dan mudah terganggu, sedangkan pada substrat paralon tidak terdapat rongga dan karang dapat menempel dengan kokoh di paralon. Pertumbuhan koloni karang yang baik terdapat para paralon posisi di bawah karena koloni karang dapat terlindung dari tekanan, sedangkan pada paralon posisi di atas pertumbuhan koloni karang terkena oleh sinar matahari langsung dan lebih banyak tekanan.
14
pada genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki luas tertinggi sebesar 154,5 cm2 terdapat pada Genus Montipora.
Laju pertumbuhan panjang pada koloni-koloni karang dapat berbeda satu sama lain, karena perbedaan spesies, umur koloni, dan daerah suatu terumbu. Koloni yang muda dan kecil cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada koloni-koloni yang lebih tua, sedangkan koloni-koloni bercabang-cabang atau yang seperti daun cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang masif (Nybakken 1982).
Bentuk pertumbuhan koloni yang dominan berupa lembaran juga beberapa perbedaan yaitu genus Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal
(perpanjangan dinding koralit).
Terumbu buatan di perairan Pulau Karya terdapat berbagai macam hewan laut dan tumbuhan laut antara lain hewan karang, ikan, bulu babi, karang lunak, organism bentik, dan makro alga. Terumbu buatan tersebut terdapat koloni karang antara lain koloni karang Pocillopora dan Porites, karena karang jenis ini lebih mampu bersaing dengan alga dan bertahan pada keadaan sedimen yang cukup banyak. Kemunculan sponge juga bisa menjadi ancaman yang serius karena dapat menghambat pertumbuhan polip karang (Supriharyono 2000).
Menurut Veron (1995), setiap jenis karang mempunyai respon yang spesifik terhadap karakteristik lingkungannya. Faktor lingkungan, seperti kedalaman, kuat arus dan gelombang dapat mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang. Terumbu buatan yang berada di perairan Pulau Karya dipengaruhi oleh sedimentasi yang cukup tinggi hal ini berhubungan dengan ketahanan dan kemampuan pulih fase juvenil karang dalam menerima dampak dari lingkungannya (Abrar 2011). Koloni karang yang berukuran kecil akan rentan menerima gangguan dari lingkungan perairan, misalnya sedimentasi, arus, inveksi penyakit, maupun kompetisi untuk mendapatkan makanan.
Bentuk pertumbuhan karang batu umumnya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan di sekitarnya, contohnya spesies karang dengan bentuk percabangan yang ramping umumnya terdapat pada area dengan energi gelombang yang rendah (Riegl et al. 1996). Kepadatan yang sedang dari bulu babi menentukan suatu tingkatan kondisi grazing yang layak sehingga dapat menekan populasi alga sekaligus membiarkan suatu tingkatan yang pantas bagi settlement serta kelangsungan hidup dari planula karang (Sammarco 1996).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rekruitmen karang di substrat jaring dan paralon yang terdapat di terumbu buatan Pulau Karya menunjukkan variasi jumlah genus, pertumbuhan panjang dan luasan karang rekrut. Substrat jaring atas memiliki jumlah genus lebih banyak daripada substrat jaring bawah, namun rata-rata panjang dan rata-rata luas pertumbuhan pada jaring atas lebih kecil daripada jaring bawah.
Substrat paralon horizontal bawah memiliki jumlah genus dan rata-rata pertumbuhan panjang yang lebih besar daripada paralon horizontal atas, namun rata-rata luas pertumbuhan pada paralon horizontal bawah lebih kecil daripada paralon horizontal atas. Substrat paralon vertikal memiliki jumlah genus dan rata-rata pertumbuhan panjang yang lebih kecil daripada paralon horizontal, namun rata-rata luas pertumbuhan pada paralon vertikal lebih kecil daripada paralon horizontal.
Rekrutmen karang pada substrat paralon memiliki jumlah genus ,rata-rata pertumbuhan panjang, dan rata-rata luas yang lebih besar daripada substrat paralon. Substrat yang cocok untuk dijadikan media rekrutmen karang yaitu paralon dengan posisi paralon horizontal bawah karena karang membutuhkan substrat yang kokoh untuk penempelan.
Saran
Adanya penelitian lanjutan mengenai rekrutmen karang dalam periode pengamatan yang terus menerus.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abrar M. 2011. Kelulusan Hidup Rekrutmen Karang (Scleractinia) di Perairan Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Babcock RC and CP Mundy. 1996. Coral recruitment: consequences of settlement choice for early growth and survivorship of two scleractinians. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. (206): 179-201.
Connell JH, TP Hughes and CC Wallace. 1997. A 30-year study of coral abundance, recruitment, and disturbance at several scales in space and time.
J.Ecol. Mono. (67): 461-488.
[Coremap fase II] Coral Reef Rehabilitation and Management Program 2006. Modul Transplantasi Karang Secara Sederhana: Pelatihan Ekologi Terumbu Karang. LIPI. Selayar, Sulawesi Selatan.
Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil. 2009. Laporan Pembinaan dan Monitoring Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Pulau- pulau Kecil di Pulau Pramuka, Kab Kepulauan Seribu, Jakarta. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Estradivari, M. Syahrir, S. Nugroho, Y. Safran dan T. Silvianita. 2007. Terumbu Karang Jakarta: pengamatan jangka panjang terumbu karang kepulauan seribu (2004-2005). Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Jakarta.
Moulding AL. 2005. Coral Recruitment Patterns in The Florida Keys. J. Rev. de Biol. Trop. (53): 75-82.
Nybakken JW. 1982. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis . Terjemahan. Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Obura D and G Grimsditch. 2009. Resilience assessment of coral reefs: Rapid assessment protocol for coral reefs, focusing on coral bleaching and thermal stress. IUCN. Gland. Switzerland. 70 pp.
Rahmawati F, Yusuf A, Pratama LAG. 2009. Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Pulau Sekati dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Reppie E. 2006. Desain, Konstruksi dan Kinerja (Fisik, Biologi dan Sosial Ekonomi Terumbu Buatan sebagai Nursery Ground Ikan-ikan Karang [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Riegl B, C Heine, GM Branch. 1996. Function of Funnel-Shaped Coral Growth in A High Sedimentation Environment. Mar. Ecol. Prog. (145): 87-93.
Sammarco PW. 1996. Comments on coral reef regeneration, bioerosion, biogeography, and chemical ecology: future directions. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. (200): 135-168.
Sorokin YI. 1993. Coral Reef Ecology. Ecological Studies 102. Springer-Verlag. Berlin. 465 pp.
Suharsono. 2008. Jeni-Jenis Karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI. Jakarta: 372.
Veron JEN. 1995. Corals in Space and Time. The Biogeography and Evolution of The Scleractinia. UNSW Press. Sidney.
Veron, J.E.N. 2000. Corals of the world Vol.1. Australian Institute of Marine Science, PMB3, Townsville MC, Qld4810, Australia. 463 p
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tahapan Penelitian
Lampiran 3. Diagram alir proses pengolahan data menggunakan software Image-J
Lampiran 4. Karang yang menempel pada substrat jaring dan paralon
Acropora Pocillopora
Merulina Porites
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor – Jawa Barat, 16 Mei 1991, dari pasangan Dr. H. Juang Rata Matangaran dan Hj. Iis Diatin, MM merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 9 Kota Bogor pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan tercatat sebagai mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Profesi HIMITEKA sebagai pengurus Divisi PSDM (2010-2012), Jendral Kontingen ITK (2011-2012) Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada OMI TPB (2010-2011). Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada PORIKAN (2011-2013), Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada Olimpiade Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (2012-2013), Asisten Mata Kuliah Selam Ilmiah (2013), Koordinator Asisten (KOAS) Mata Kuliah Ikhtiologi (2013), Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Akustik Kelautan (2013), Asisten Mata Kuliah Akustik Kelautan (2014)