• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PERIKANAN

PURSE SEINE

PELAGIS KECIL

DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)

PEKALONGAN

EDDY SOESANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

EDDY SOESANTO. Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) : Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. dan Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc.

Penelitian ini menganalisis kinerja usaha (analisis R/C ratio), nilai produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan (KepMen No.KEP/38 tahun 2003), Harga Patokan ikan (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006), dan besarnya nilai dan prosentase (%) PHP (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006) terhadap kapal-kapal purse seine

pelagis kecil.

Berdasarkan kondisi aktual dan simulasi kenaikan BBM dan kenaikan harga ikan antara 40% – 60% sesuai dengan harga pelelangan pada periode awal tahun 2006 terhadap kegiatan penangkapan tahun 2004 dan 2005, secara umum kinerja usaha kapal-kapal purse seine layak secara ekonomi dan memiliki kemampuan untuk membayar PHP dengan HPI es. Nilai produktivitas kapalpurse seine pelagis kecil adalah tetap dan sama dengan 1,5 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam KepMen No. 38/Tahun 2003. Komposisi ikan hasil tangkapan kapal-kapal purse seine/tahun telah berubah dan berbeda dengan ketentuan yang berlaku, sehingga perlu ditinjau kembali terhadap ketentuan dalam KepMen No. 38 Tahun 2003 tentang komposisi ikan hasil tangkapan kapalpurse seine pelagis kecil. Nilai Harga Patokan Ikan (HPI) kapal purse seine pelagis kecil adalah tetap dan sama dengan ketentuan yang berlaku dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006. Harga Patokan Ikan (HPI) kapal purse seine pelagis kecil untuk ketentuan harga ikan lainnya dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006 belum tercantum sebagai ketentuan HPI yang diberlakukan. Nilai prosentase (%) Pungutan Hasil Perikanan (PHP) kapalpurse seine pelagis kecil memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan antara 3.5% - 4.5%, sehingga dapat meningkatkan PNBP bagi Departemen Kelautan dan Perikanan.

Untuk mendukung kesinambungan implementasi kebijakan dan kelayakan usaha perikanan purse seine pelagis kecil, maka tetap diperlukan kegiatan pemantauan terhadap kinerja usaha kapal-kapal purse seine dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan harga ikan di tingkat lokal (hasil pelelangan) hingga akhir tahun 2006 sebagai upaya untuk memperkuat kebijakan yang akan diambil dan diperlukan sosialisasi hasil penelitian yang memberikan pemahaman terhadap kondisi ideal aspek usaha perikanan purse seine pelagis kecil kepada stakeholder

pengusaha perikanan bagi pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang menekankan bahwa kebijakan khusus terhadap pungutan PHP bagi kapalpurse seine

(3)

EDDY SOESANTO. Policy of Retribution Product of Fishery (PHP) : Case Study on Small Pelagic of Purse Seine Fisheris in Pekalongan Nusantara Fishing Port. Supervised by Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. and Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc.

Purse seine fishery in North Java coastal represent one of effort capture fishery which becoming importance for fishery society in Central Java, especially Pekalongan city. The purpose of this research is to analyze effort of occupation, value of ship productivity and fish composition, fish price standard (HPI), and volume an reward (%) of PHP towards of ship purse seine small fish pelagic. This research was studied during January to June 2006 for primary collecting data at Pekalongan Fishing Port, Central Java. Method used in this research is literature study and survey method. The result show that all purse seiner are capable to operate except for 81 GT ( 2004 & 2005) and 65 GT (2005) vessels; However and the productivity of purse seiner was decreased until 14,5 % - 60,9 % for 2004 and 2005. The standard of fish price was appropriated by Ministry Regulation and Rewards of PHP have opportunity increasing equal to 3.5 % – 4.5 %.

(4)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(5)

STUDI KASUS PERIKANAN

PURSE SEINE

PELAGIS KECIL

DI PELABUHAN PERIKANAN (PPN) PEKALONGAN

EDDY SOESANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Pada Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) : Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan

Nama Mahasiswa : Eddy Soesanto

NRP : C 551040184

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ketua,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,M.S

(7)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) : Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, Desember 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP

EDDY SOESANTO. Lahir di Solo 31 Oktober 1961, merupakan anak ke 7 dari 9 bersaudara pasangan ayahanda Alm H. Marwoto dan ibunda Almh Hj Sangadah

Menamatkan Sekolah dasar Negeri 37 di Surakarta pada tahun 1973, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 di Surakarta tahun 1976, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Surakarta tahun 1980 Pendidikan sarjana ditempuh tahun 1981 di Program studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, lulus pada bulan tahun 1987 Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister (S2) pada Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2005

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) : Studi Kasus Perikanan Purse SeinePelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, merupakan salah satu penelitian evaluasi kebijakan yang dapat penulis sumbangkan bagi almamater dan Departemen Kelautan dan Perikanan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. dan Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis hingga selesainya tesis ini.

Demikian juga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc., selaku dosen penguji luar komisi atas saran dan arahan yang telah diberikan dan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Kosasih M,Si serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya

Bogor, Desember 2007

(10)

ABSTRACT

Purse seine fishery in North Java coastal represent one of effort capture fishery which becoming importance for fishery society in Central Java, especially Pekalongan city. The purpose of this research is to analyze effort of occupation, value of ship productivity and fish composition, fish price standard (HPI), and volume an reward (%) of PHP towards of ship purse seine small fish pelagic. This research was studied during January to June 2006 for primary collecting data at Pekalongan Fishing Port, Central Java. Method used in this research is literature study and survey method. The result show that all purse seiner are capable to operate except for 81 GT ( 2004 & 2005) and 65 GT (2005) vessels; However and the productivity of purse seiner was decreased until 14,5 % - 60,9 % for 2004 and 2005. The standard of fish price was appropriated by Ministry Regulation and Rewards of PHP have opportunity increasing equal to 3.5 % – 4.5 %.

(11)

Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama Kota Pekalongan yang menjadi basis perikanan purse seine

di daerah tersebut. Saat ini terdapat sekitar 400 unit purse seine yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, 75%-nya merupakan kapal-kapal dengan ukuran lebih dari 30 GT (PPN Pekalongan, 2005), sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pungutan perikanan yang disumbangkan daerah tersebut memberikan kontribusi yang cukup berarti.

Salah satu perhatian pemerintah yang diberikan kepada para pengusaha perikanan/pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil adalah dengan menetapkan kebijaksanaan mengenai penghitungan PHP secara khusus, untuk kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan atau/ beroperasi di perairan Laut Jawa. Perhitungan khusus tersebut adalah Harga Patokan Ikan (HPI) yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006 adalah khusus jenis-jenis ikan yang mengalami penggaraman (HPI garam) sebagai upaya pengolahan pertamanya di atas kapal. Harga jenis-jenis ikan tersebut umumnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan jenis yang sama namun menggunakan es curah sebagai bahan pengawetnya (HPI es). Pada kondisi yang bersifat khusus tersebut, PHP yang dikenakan untuk kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan/atau beroperasi di perairan Laut Jawa lebih kecil atau ringan dibandingkan untuk kapal sejenis di daerah lainnya.

Kenaikan harga BBM pada akhir tahun 2005 yang sangat signifikan telah memukul usaha perikanan ini. Hal tersebut cukup berdampak pada PNBP dari pungutan perikanan yang menjadi kewajiban mereka dalam membayar PHP. Banyak kapal-kapalpurse seine Pekalongan yang tetap membayar PHP yang telah ditetapkan. Namun demikian ada juga yang enggan membayar PHP karena merasa tidak beroperasinya kapal mereka akibat biaya operasional yang semakin meningkat dan tidak mendatangkan keuntungan.

Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana ketentuan khusus ini dapat berlaku efektif dan memberikan dampak yang positif bagi industri perikanan purse seine pelagis kecil namun tidak mengurangi aspek PNBP bagi pemerintah, dengan melakukan analisis mendalam terhadap kinerja usaha (analisis R/C ratio), nilai produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan (KepMen No.KEP/38 tahun 2003), Harga Patokan ikan (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006), dan besarnya nilai dan prosentase (%) PHP (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006) terhadap kapal-kapal purse seine

pelagis kecil.

(12)

GT masing-masing : 38 GT, 42 GT, 55 GT, 65 GT, 74 GT, 81 GT, 96 GT, 102 GT, dan 114 GT yang dianggap mewakili ukuran GT Kapal-kapalpurse seine

Berdasarkan kondisi aktual dan simulasi kenaikan BBM dan kenaikan harga ikan antara 40% – 60% sesuai dengan harga pelelangan pada periode awal tahun 2006 terhadap kegiatan penangkapan tahun 2004 dan 2005, secara umum kinerja usaha kapal-kapal purse seine layak secara ekonomi dan memiliki kemampuan untuk membayar PHP dengan HPI es. Nilai produktivitas kapalpurse seine pelagis kecil adalah tetap dan sama dengan 1,5 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam KepMen No. 38/Tahun 2003. Komposisi ikan hasil tangkapan kapal-kapal purse seine/tahun telah berubah dan berbeda dengan ketentuan yang berlaku, sehingga perlu ditinjau kembali terhadap ketentuan dalam KepMen No. 38 Tahun 2003 tentang komposisi ikan hasil tangkapan kapalpurse seine pelagis kecil. Nilai Harga Patokan Ikan (HPI) kapal purse seine pelagis kecil adalah tetap dan sama dengan ketentuan yang berlaku dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006. Harga Patokan Ikan (HPI) kapal purse seine pelagis kecil untuk ketentuan harga ikan lainnya dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006 belum tercantum sebagai ketentuan HPI yang diberlakukan. Nilai prosentase (%) Pungutan Hasil Perikanan (PHP) kapalpurse seine pelagis kecil memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan antara 3.5% - 4.5%, sehingga dapat meningkatkan PNBP bagi Departemen Kelautan dan Perikanan.

Untuk mendukung kesinambungan implementasi kebijakan dan kelayakan usaha perikanan purse seine pelagis kecil, maka tetap diperlukan kegiatan pemantauan terhadap kinerja usaha kapal-kapal purse seine dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan harga ikan di tingkat lokal (hasil pelelangan) hingga akhir tahun 2006 sebagai upaya untuk memperkuat kebijakan yang akan diambil dan diperlukan sosialisasi hasil penelitian yang memberikan pemahaman terhadap kondisi ideal aspek usaha perikanan purse seine pelagis kecil kepada stakeholder

pengusaha perikanan bagi pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang menekankan bahwa kebijakan khusus terhadap pungutan PHP bagi kapalpurse seine

(13)

Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama Kota Pekalongan yang menjadi basis perikanan purse seine

di daerah tersebut. Saat ini terdapat sekitar 400 unit purse seine yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, 75%-nya merupakan kapal-kapal dengan ukuran lebih dari 30 GT (PPN Pekalongan, 2005), sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pungutan perikanan yang disumbangkan daerah tersebut memberikan kontribusi yang cukup berarti.

Salah satu perhatian pemerintah yang diberikan kepada para pengusaha perikanan/pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil adalah dengan menetapkan kebijaksanaan mengenai penghitungan PHP secara khusus, untuk kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan atau/ beroperasi di perairan Laut Jawa. Perhitungan khusus tersebut adalah Harga Patokan Ikan (HPI) yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006 adalah khusus jenis-jenis ikan yang mengalami penggaraman (HPI garam) sebagai upaya pengolahan pertamanya di atas kapal. Harga jenis-jenis ikan tersebut umumnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan jenis yang sama namun menggunakan es curah sebagai bahan pengawetnya (HPI es). Pada kondisi yang bersifat khusus tersebut, PHP yang dikenakan untuk kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan/atau beroperasi di perairan Laut Jawa lebih kecil atau ringan dibandingkan untuk kapal sejenis di daerah lainnya.

(14)

Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana ketentuan khusus ini dapat berlaku efektif dan memberikan dampak yang positif bagi industri perikanan purse seine pelagis kecil namun tidak mengurangi aspek PNBP bagi pemerintah, dengan melakukan analisis mendalam terhadap kinerja usaha (analisis R/C ratio), nilai produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan (KepMen No.KEP/38 tahun 2003), Harga Patokan ikan (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006), dan besarnya nilai dan prosentase (%) PHP (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006) terhadap kapal-kapal purse seine

pelagis kecil.

Metode yang digunakan adalah studi literatur dan survai dengan kasus perikanan purse seine pelagis kecil di PPN Pekalongan. Data trip operasi penangkapan ikan diambil dari kapal-kapal purse seine berdasarkan pengambilan contoh secara purposive sampling untuk kapal dengan ukuran > 30 GT , dengan melihat tingkat kesulitan yang cukup besar dalam memperoleh data dari pihak pengusaha, maka jumlah kapal contoh penelitian adalah 9 unit kapal dengan ukuran GT masing-masing : 38 GT, 42 GT, 55 GT, 65 GT, 74 GT, 81 GT, 96 GT, 102 GT, dan 114 GT yang dianggap mewakili ukuran GT Kapal-kapalpurse seine

(15)

Hasil Perikanan (PHP) kapalpurse seine pelagis kecil memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan antara 3.5% - 4.5%, sehingga dapat meningkatkan PNBP bagi Departemen Kelautan dan Perikanan.

Untuk mendukung kesinambungan implementasi kebijakan dan kelayakan usaha perikanan purse seine pelagis kecil, maka tetap diperlukan kegiatan pemantauan terhadap kinerja usaha kapal-kapal purse seine dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan harga ikan di tingkat lokal (hasil pelelangan) hingga akhir tahun 2006 sebagai upaya untuk memperkuat kebijakan yang akan diambil dan diperlukan sosialisasi hasil penelitian yang memberikan pemahaman terhadap kondisi ideal aspek usaha perikanan purse seine pelagis kecil kepada stakeholder

pengusaha perikanan bagi pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil yang menekankan bahwa kebijakan khusus terhadap pungutan PHP bagi kapalpurse seine

(16)

DAFTAR ISI

2.1.1 Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan . 13 2.1.2 Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP ... 15

2.1.3 KepMen No. KEP. 38/men Tahun 2003 tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan ... 17

2.1.4 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan ... 19

2.1.5 PerMen No. PER. 17/Men/2006 Tentang Usaha perikanan tangkap ... 20

2.1.6 PerMen Perdagangan No. 23/M-DAG/Per/6/2006 Tentang Harga Patokan Ikan (HPI) ... 21

2.2 Unit PenangkapanPurse Seine ... 22

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis ... 24

2.3.1 Layang (Decapterus spp.) ... 24

2.3.2 Tongkol (Euthynnus sp.) ... 24

2.3.3 Tenggiri(Scomberomorus spp.) ... 25

2.3.4 Lemuru(Sardinella sp.) ... 25

2.3.5 Tembang (Sardinella fimbrianta) ... 26

3 METODOLOGI ... 27

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2 Desain Penelitian ... 27

(17)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Analisis Data ... 32

4 KEADAAN PERIKANAN LOKASI PENELITIAN ... 38

4.1 Letak dan Pengelolaan PPN Pekalongan ... 38

4.2 Perikanan Tangkap di PPN Pekalongan ... 39

4.2.1 produksi Ikan Hasil tangkapan ... 39

4.2.2 Unit Penangkapan Ikan ... 43

4.3 Perikanan Purse SeinePekalongan ... 46

4.3.1 KapalPurse Seine ... 46

4.3.2 Alat TangkapPurse Seine ... 47

4.3.3 Metode Pengoperasian ... 51

4.3.4 Penanganan Ikan Hasil Tangkapan di KapalPurse seine 54 4.4 Armada KapalPurse Seine ... 54

4.5 Produksi Ikan Pelagis ... 59

4.5.1 Ikan Layang (Decapterus macrosoma) ... 60

4.5.2 Ikan Selar (Selaroides leptolepis) ... 61

4.5.3 Ikan Banyar atau Kembung (Rastrelliger brachysoma) 61 4.5.4 Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) ... 61

4.5.5 Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) ... 62

4.5.6 Ikan Tongkol (Auxis thazard) ... 62

4.5.7 Ikan Tenggiri (Acomberomorus sp) ... 63

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan ... 64

4.6.1 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan di Perairan Utara Jawa ... 64

4.6.2 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan di Wilayah Barat dan Timur ... 68

5 HASIL PENELITIAN ... 70

5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil ... 70

5.2 Pungutan Hasil Perikanan (PHP) ... 72

5.2.1 PHP Berdasarkan Ketentuan ... 72

5.2.2 PHP Berdasarkan Simulasi Kondisi Aktual ... 74

5.3 Produktivitas KapalPurse Seine ... 77

5.4 Harga Patokan Ikan (HPI) ... 79

5.5 Kinerja Usaha KapalPurse Seine ... 83

5.5.1 KeragaanEffort dan Produktivitas KapalPurse Seine .. 84

5.5.2 Perkembangan Harga Ikan Kondisi aktual ... 85

5.5.3 Keragaan Kinerja Usaha ... 87

(18)

iii

6 PEMBAHASAN ... 104

6.1 Produktivitas dan Komposisi hasil tangkapan Ikan Pelagis Kecil ... 104

6.2 Harga Patokan Ikan (HPI) ... 106

6.3 Kinerja Usaha KapalPurse Seine ... 107

6.4 Prosentase PHP KapalPurse SeinePelagis Kecil ... 107

7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

7.1 Kesimpulan ... 110

7.2 Saran ... 111

(19)

Halaman

1. Produktivitas kapal penangkap ikan ... 18

2. Komposisi ikan hasil tangkapan (kapalpurse seine) ... 18

3. Penetapan Harga Patokan Ikan (HPI) untuk Perhitungan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Tahun 2006 ... 22

4. Contoh kapalpurse seine penelitian ... 30

5. Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan tahun 1996-2005 di PPN Pekalongan ... 39

6. Produksi hasil tangkapan per jenis alat tangkap tahun 1996-2005 di PPN Pekalongan ... 40

7. Jenis hasil tangkapan, produksi dan nilai produksinya di PPN Pekalongan pada tahun 2004 dan 2005 ... 41

8. Perkembangan jumlah kapal berdasarkan GT di PPN Pekalongan tahun 1996-2005 ... 43

9. Perkembangan jumlah alat tangkap yang ada di PPN Pekalongan tahun 1996-2005 ... 44

10. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Pekalongan tahun 1996-2005 45 11. Contoh spesifikasi kapalpurse seine di Pekalongan ... 47

12. Contoh spesifikasi jaringpurse seine di Pekalongan ... 49

13. Musim dan daerah penangkapan ikan layang ... 65

14. Musim dan daerah penangkapan ikan kembung ... 65

15. Musim dan daerah penangkapan ikan selar ... 66

16. Musim dan daerah penangkapan ikan lemuru ... 66

17. Musim dan daerah penangkapan ikan tembang ... 67

18. Musim dan daerah penangkapan ikan tongkol ... 67

19. Musim dan daerah penangkapan ikan tenggiri ... 68

20. Kegiatan operasi penangkapan kapalpurse seine di perairan Natuna (wilayah barat) ... 69

21. Kegiatan operasi penangkapan kapalpurse seine di perairan Selat Makassar (wilayah timur) ... 69

22. Nilai PHP kapalpurse seine untuk kondisi ikan dengan HPI es dan ikan dengan HPI garam ... 74

23. Nilai PHP kapalPurse seine kondisi aktual tahun 2004 (dengan mempertimbangkan ketentuan HPI es dan tanpa mempertimbangkan ketentuan nilai produktivitas 1,5 dan ketentuan komposisi ikan) ... 75

(20)

v

25. Keragaan produktivitas kapalpurse seine/tahun ... 78

26. Perbandingan harga ikan layang dengan HPI ... 80

27. Perbandingan harga ikan kembung dengan HPI ... 80

28. Perbandingan harga ikan selar dengan HPI ... 81

29. Perbandingan harga ikan lemuru dengan HPI ... 81

30. Perbandingan harga ikan tembang dengan HPI ... 82

31. Perbandingan harga ikan lainnya dengan HPI ... 82

32. Kegiatan operasi penangkapan kapalpurse seine contoh penelitian .. 84

33. Gambaraneffortdan produktivitas kapalpurse seine tahun 2004 ... 84

34. Gambaraneffortdan produktivitas kapalpurse seine tahun 2005 ... 85

35. Harga ikan rata-rata kapalpurse seine tahun 2004 ... 85

36. Harga ikan rata-rata kapalpurse seine tahun 2005 ... 86

37. Harga ikan rata-rata kapalpurse seine tahun 2006 ... 86

38. Perbandingan dan tingkat kenaikan harga ikan rata-rata kapal purse seine tahun 2004 – 2006 ... 87

48. Perbandingan nilai total PHP tahun 2004 terhadap nilai retribusi daerah dengan simulasi nilai prosentase PHP ... 99

49. Perbandingan nilai total PHP tahun 2005 terhadap nilai retribusi daerah dengan simulasi nilai prosentase PHP ... 100

50. Simulasi kinerja usahapurse seine 38 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 100

51. Simulasi kinerja usahapurse seine 42 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 101

52. Simulasi kinerja usahapurse seine 55 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 101

53. Simulasi kinerja usahapurse seine 65 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 101

54. Simulasi kinerja usahapurse seine 74 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 102

55. Simulasi kinerja usahapurse seine 81 GT dengan nilai prosentase PHP antara 3.5 – 4.5% ... 102

(21)

57. Simulasi kinerja usahapurse seine 102 GT dengan nilai prosentase

PHP antara 3.5 – 4.5% ... 103 58. Simulasi kinerja usahapurse seine 114 GT dengan nilai prosentase

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pemikiran ... 8 2. Desain Penelitian ... 28 3. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Pekalongan tahun 1996-2005 45 4. Gambaran konstruksipurse seinePekalongan ... 50 5. Metode operasi penangkapanpurse seinePekalongan ... 53 6. Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan ... 55 7. Armada penangkapan ikan untuk kelompok ukuran 31 – 50 GT ... 55 8. Armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan untuk kelompok

ukuran 51 – 70 GT ... 56 9. Armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan untuk kelompok

ukuran 71 – 100 GT ... 57 10. Armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan untuk kelompok

ukuran 101 - 130 GT ... 58 11. Armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan untuk kelompok

ukuran >130 GT ... 58 12. Perkembanganpurse seine dan armada penangkapan ikan di PPN

Pekalongan Tahun 2005 untuk kelompok ukuran GT Kapal ... 59 13. Perkembangan produksi ikan pelagis dibandingkan dengan total

produksi ikan di PPN Pekalongan tahun 2001 - 2005 ... 60 14. Perkembangan produksi ikan layang yang didaratkan kapal

purse seine di PPN Pekalongan tahun 2001 – 2005 ... 60 15. Perkembangan produksi ikan selar yang didaratkan kapal

purse seine di PPN Pekalongan tahun 2001 – 2005 ... 61 16. Perkembangan produksi ikan banyar (kembung) yang didaratkan

kapalpurse seine di PPN Pekalongan tahun 2001 – 2005 ... 62 17. Perkembangan Produksi Ikan Lemuru yang Didaratkan Kapal

Purse seinedi PPN Pekalongan Tahun 2001 – 2005 ... 62 18. Perkembangan produksi ikan tembang yang didaratkan kapal

purse seineDi PPN Pekalongan tahun 2001 - 2005 ... 63 19. Perkembangan produksi ikan tongkol yang didaratkan kapal

purse seineDi PPN Pekalongan tahun 2001 - 2005 ... 63 20. Perkembangan produksi ikan tenggiri yang didaratkan kapal

purse seineDi PPN Pekalongan tahun 2001 – 2005 ... 64 21. Nilai % rata-rata komposisi ikan hasil tangkapanpurse seine

per tahun (Tahun 2001 – 2005) ... 71 22. Nilai % rata-rata komposisi ikan utama hasil tangkapanpurse seine

(23)

23. Komposisi ikan hasil tangkapan kapalpurse seine Tahun

2001 – 2005 yang didaratkan di PPN Pekalongan ... 73 24. Produktivitas kapalpurse seine dibandingkan dengan ketentuan

Kepmen No. 38 Tahun 2003 ... 78 25. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 38 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 88 26. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 42 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 89 27. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 55 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 90 28. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 65 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 91 29. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 74 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 92 30. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 81 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 93 31. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 96 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 94 32. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 102 GT

kondisi aktual dan simulasi ... 95 33. Kinerja usaha (R/Cratio) per tahun kapalpurse seine 114 GT

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta daerah penangkapan ikan kapalpurse seine di wilayah

utara Jawa, wilayah barat dan timur ... 115 2. Perkembangan armada penangkapan ikan danpurse seine pelagis

kecil di PPN Pekalongan (tahun 2001 – 2005) ... 116 3. Perkembangan harga ikan pelagis kecil di PPN Pekalongan

tahun 2001 – 2005 ... 117 4. Perkembangan Produksi ikan di PPN Pekalongan tahun 2001 – 2005 118 5. Komposisi ikan hasil tangkapanpurse seine di PPN Pekalongan

tahun 2001 – 2005 ... 121 6. Purse seine 38 GT - KM. Moderen II ... 122 7. Purse seine 42 GT - KM. Mitra Mina Utama ... 142 8. Purse Seine55 GT - KM. Mitra Cipta Jaya ... 162 9. Purse Seine 65 GT -KM. Bintang Mas Patriot ... 182 10. Purse seine 74 GT - KM. Bintang Sumber jaya B ... 202 11. Purse seine81 GT - KM. Bintang Remaja ... 222 12. Purse Seine96 GT - KM. Bintang Mas Yunior ... 242 13. Purse seine102 GT - KM. Buana I ... 262 14. Purse seine114 GT - KM. Banyu Makmur ... 282 15. Perhitungan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) ... 302 16. Perkembangan harga ikan bulan Januari – Mei 2006 ... 307 17. Perhitungan Nilai PHP aktual ... 311 18. Kegiatan kapalpurse seinepelagis kecil di PPN Pekalongan ... 320

(25)

1.1 Latar belakang

Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama Kota Pekalongan yang menjadi basis perikanan purse seine

di daerah tersebut. Saat ini terdapat sekitar 400 unit purse seine yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, 75%-nya merupakan kapal-kapal dengan ukuran lebih dari 30 GT(PPN Pekalongan, 2005), sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pungutan perikanan yang disumbangkan daerah tersebut memberikan kontribusi yang cukup berarti.

Usaha perikanan purse seine di Pekalongan juga telah memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi warga setempat maupun pendatang. Lapangan pekerjaan yang disediakan beragam, mulai dari awak kapal, buruh bongkar muat, bakul penjual ikan hingga tukang kayu pembuat dan perawat kapal.

Salah satu perhatian pemerintah yang diberikan kepada para pengusaha perikanan/pemilik kapal-kapal purse seine pelagis kecil didaerah tersebut adalah dengan menetapkan kebijaksanaan mengenai perhitungan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) secara khusus, untuk kapal-kapalpurse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan atau/ beroperasi di perairan Laut Jawa. Perhitungan khusus tersebut adalah Harga Patokan Ikan (HPI) yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006 adalah khusus jenis-jenis ikan yang mengalami penggaraman (HPI garam) sebagai upaya pengolahan pertamanya di atas kapal. Harga jenis-jenis ikan tersebut umumnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan jenis yang sama namun menggunakan es curah sebagai bahan pengawetnya (HPI es). Pada kondisi yang bersifat khusus tersebut, PHP yang dikenakan untuk kapal-kapalpurse seine pelagis kecil yang berpangkalan di pantai utara Jawa dan/atau beroperasi di perairan Laut Jawa lebih kecil atau ringan dibandingkan untuk kapal sejenis di daerah lainnya.

(26)

2

perikanan rakyat ini. Ketentuan khusus ini juga berawal dari keinginan dari pihak

stakeholder pengusaha perikanan purse seine pelagis kecil, namun seiring dengan naiknya harga BBM pada akhir 2005 yang sangat signifikan, maka hal ini telah memukul usaha perikanan ini. Hal tersebut cukup berdampak pada PNBP dari Pungutan Perikanan yang menjadi kewajiban mereka dalam membayar PHP. Banyak kapal-kapal purse seine pantai utara Jawa yang tetap membayar PHP yang telah ditetapkan. Namun banyak juga yang enggan membayar PHP karena merasa bahwa tidak beroperasinya kapal mereka adalah akibat biaya operasional yang semakin meningkat dan tidak mendatangkan keuntungan.

Sejauh mana ketentuan khusus ini dapat berlaku efektif dan memberikan dampak yang positif bagi industri perikanan purse seine pelagis kecil, tetapi di sisi lain juga tidak mengurangi aspek PNBP bagi pemerintah pusat, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan adalah analisis kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) dengan studi kasus perikananpurse seinepelagis kecil di PPN Pekalongan. Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat dianalisis secara mendalam aspek ekonomi unit usaha perikananpurse seine pelagis kecil di Pekalongan dan diharapkan dapat memberikan masukan dalam penetapan dan penghitungan PHP, dalam prosentase (%) dari PHP, produktivitas alat penangkap ikan, komposisi ikan hasil tangkapan dan harga patokan ikan sebagai elemen penting dalam penghitungan PHP.

1.2 Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan terkait dengan kegiatan usaha perikanan purse seine pelagis kecil di pantai utara Jawa umumnya dan di PPN Pekalongan khususnya, yaitu antara lain :

(27)

wawancara dan pengamatan di lapang, hanya sekitar 50 % armada kapal yang masih aktif dioperasikan. Sekitar 30 % tidak begitu aktif dioperasikan, tergantung dari kondisi musim ikan dan ketersediaan dana operasi penangkapan dari pemiliknya dan 20 % sisanya cenderung dibiarkan dan ditambatkan saja.

(2) Permasalahan perikananpurse seine yang terkena dampak akibat kenaikan BBM di seluruh wilayah pantai utara Jawa memiliki kendala yang terkait dengan keberadaan wilayah fishing base (Pangkalan Pendaratan Ikan/Pelabuhan Perikanan) dan musim ikan pelagis yang pada waktu tertentu berada dekat dan/atau jauh dari fishing ground (daerah penangkapan ikan). Dengan demikian, eksistensi kapal-kapalpurse seine

untuk tetap melakukan kegiatan operasi penangkapan akan sangat tergantung pada keterampilan nakhoda dalam menganalisis daerah penangkapan, baik di wilayah barat (Perairan Natuna), di wilayah perairan utara Jawa dan/atau di wilayah perairan timur (Selat Makassar) yang dapat memastikan keberhasilan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Dengan kata lain, bahwa kegiatan operasi penangkapan yang dilakukan di wilayah perairan utara Jawa tetap menjadi andalan untuk tujuan penangkapan, karena wilayah tersebut masih cukup dekat dan jumlah hari operasi per tripnya tidak terlalu lama dibandingkan dengan di wilayah barat maupun timur. Dengan demikian kebutuhan BBM per tripnya tidak terlalu besar dan bila dilakukan pada saat musim puncak akan memberikan hasil tangkapan yang besar. Walaupun demikian, pemilihan daerah penangkapan tetap menjadi dilema terkait dengan pendugaan musim dan daerah penangkapan yang baik bagi hasil tangkapan kapal-kapal purse seine. Dilema yang terjadi adalah, bahwa kapal-kapal purse seine akan tetap dioperasikan walaupun akan mengalami kenaikan biaya operasi per trip penangkapan ikan.

(28)

4

ikan hasil tangkapan secara keseluruhan. Penurunan jumlah pendapatan dan jumlah total produksi hasil tangkapanpurse seine mempunyai dampak yang negatif seperti menurunnya tingkat kesejahteraan nelayan purse seine, menurunnya tingkat pendapatan para pemilik kapal dan juga menurunnya tingkat penerimaan restribusi daerah dan penerimaan PNBP. (4) Laut Jawa merupakan salah satu perairan yang telah dieksploitasi secara

(29)

berkurang, sedangkan volume (jumlah) ikan hasil tangkapan dalam kondisi di garami (asin) menjadi lebih banyak. Dengan kata lain, jumlah ikan yang didaratkan dalam bentuk segar menjadi lebih sedikit bila dibandingkan dengan hasil tangkapan dalam bentuk asin.

(5) Kemampuan dan keinginan stakeholder pengusaha perikanan purse seine

untuk membayar (willingness to pay) pungutan perikanan PHP cenderung berkurang, dengan alasan bahwa kegiatan operasi penangkapan tidak memberikan keuntungan yang layak dan/ atau dianggap bahwa usaha perikanan purse seine sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena selalu merugi. Sehingga untuk dapat membuka dan menyelesaikan permasalahan ini, maka kegiatan penelitian ini akan banyak difokuskan untuk melihat aspek kinerja effort, produktivitas dan aspek usaha perikanan purse seine

secara aktual dan melalui pendekatan simulasi terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga satuan per jenis ikan yang didaratkan kapal-kapalpurse seine pada periode awal tahun 2006.

(6) Kondisi ketersediaan data untuk perikananpurse seine di PPN Pekalongan memiliki data yang cukup lengkap, sehingga kondisi aktual yang dibutuhkan sebagai bahan evaluasi akan dapat dianalisis dengan baik.

1.3 Kerangka pemikiran

Penelitian ini merupakan kegiatan analisis suatu kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) yang bersifat operasional dan telah berlaku cukup lama termasuk dalam aktivitas usaha perikananpurse seine pelagis kecil. Sifat kebijakan tentang PHP adalah wajib bagi stakeholder pengusaha perikanan purse seinepelagis kecil, dimana kebijakan tersebut akan berkaitan dengan aspek perijinan usaha penangkapan ikan. Bila PHP telah dibayarkan, maka Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) bagi kapal-kapal purse seine pelagis kecil akan dikeluarkan oleh Direktorat jenderal Perikanan tangkap, sehingga kapal-kapal tersebut dapat dioperasikan.

Ketentuan perhitungan PHP yang diberlakukan bagi kapal-kapalpurse seine

(30)

6

stakeholder perikanan purse seine pelagis kecil. Pemerintah pusat akan memperoleh nilai Pungutan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari aktivitas usaha penangkapan dan pengusaha perikanan purse seine akan mengorbankan sejumlah nilai keuntungan usaha penangkapan yang dilakukannya agar kapal-kapalnya dapat tetap beroperasi.

Beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan ketentuan PHP dalam kebijakan tersebut yang dianggap sebagai bagian dari permasalahan dalam perikananpurse seinepelagis kecil, yaitu :

(1) Apakah sumberdaya ikan pelagis kecil di daerah operasi penangkapan ikan yang telah ditetapkan dalam perijinan masih memiliki potensi yang cukup tinggi?

(2) Apakah harga ikan pada tingkat pelelangan ikan memberikan nilai jual yang tinggi?

(3) Apakah akumulasi keuntungan usaha yang dilakukan setiap trip operasi penangkapan ikan selama satu tahun mampu untuk membayar nilai PHP? (4) Bagaimana dengan dampak kenaikan BBM bagi keberlanjutan usaha

penangkapan ikan yang dilakukannya?

(5) Apakah aspek pembinaan yang telah dilakukan kepada stakeholder

perikanan purse seine pelagis kecil telah memberikan kepuasan yang layak?

(6) Mengapa banyak perusahaan perikanan purse seine pelagis kecil yang tidak melakukan pembayaran PHP?

(7) Mengapa banyak perusahaan perikanan purse seine pelagis kecil yang mengurangi jumlah trip operasi penangkapan pada akhir tahun 2005? (8) Mengapa banyak perusahaan perikanan purse seine pelagis kecil yang

tidak mengoperasikan kapal-kapalnya pada awal tahun 2006?

(9) Apakah kebijakan khusus yang bersifat insentif dalam bentuk surat edaran tentang perhitungan PHP untuk perikananpurse seinepelagis kecil dengan menggunakan ketentuan Harga Patokan Ikan (HPI) garam masih membebani pihakstakeholderpengusaha perikananpurse seinetersebut?

(31)

melalui kegiatan penelitian terhadap keragaaneffort, produktivitas dan aspek kinerja usaha (R/C ratio) kapal-kapal purse seine pelagis kecil. Melalui pendekatan keragaaneffort,produktivitas, dan kinerja usaha, serta analisis deskriptif komparatif maka diharapkan dapat mengetahui kondisi aktual aspek usaha yang dilakukan yang terkait dengan kemampuan dan kesanggupan pihak stakeholder untuk membayar PHP.

Hasil dari penelitian ini akan memberikan informasi tentang Nilai PHP yang dianggap sesuai bagistakeholderpengusaha perikanan purse seinepelagis kecil dan nilai PHP yang layak bagi pemerintah pusat sebagai bagian dari PNBP dari Departemen Kelautan dan Perikanan. Informasi hasil penelitian tersebut diharapkan akan menjadi acuan dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan ketentuan PHP bagi perikanan purse seine pelagis kecil di Pekalongan khususnya dan pantai utara Jawa umumnya. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada

(32)

8

Gambar 1. Kerangka pemikiran KEBIJAKAN SAAT INI

KETENTUAN YANG BERLAKU :

- KepMen No/KEP/38/2003 tentang produktivitas alat tangkap/kapal penangkap ikan dan komposisi ikan

- PP No. 19/2006 tentang Pungutan Hasil Perikanan (PHP) - KepMen Perdagangan No.

23/M-DAG/PER/6/2006 tentang Harga Patokan ikan (HPI) - Ketentuan tentang Harga Patokan Ikan (HPI) khusus untuk HPI garam yang akan diperhitungkan dalam PHP

- Stok sumberdaya ikan pelagis - Daerah penangkapan ikan - Produktivitas kapal - BBM naik

- Tingkat pendapatan dan keuntungan

- Nilai PHP

- Perhitungan nilai PHP - Produktivitas kapal

- Analisa effort dan produktivitas - Kinerja Usaha

ALTERNATIF KEBIJAKAN PENETAPAN PHP PERMASALAHAN SAAT INI

(33)

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian kebijakan tentang Pungutan Hasil Perikanan (PHP) dengan studi kasus perikananpurse seinepelagis kecil di PPN Pekalongan, adalah :

(1) Menganalisis kinerja usaha (analisis R/C ratio) perikanan purse seine

pelagis kecil;

(2) Menganalisis nilai produktivitas kapal purse seine pelagis kecil dan komposisi ikan hasil tangkapan (KepMen No.KEP/38 tahun 2003);

(3) Menganalisis Harga Patokan ikan (HPI) untuk kapal purse seine pelagis kecil (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/6/2006 tanggal 22 Juni 2006);

(4) Menganalisis besarnya nilai dan prosentase (%) PHP untuk kapal purse seinepelagis kecil (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006)

1.5 Manfaat

Manfaat penelitian kebijakan tentang Pungutan Hasil Perikanan (PHP) dengan studi kasus perikananpurse seinepelagis kecil di PPN Pekalongan, adalah :

(1) Diperolehnya informasi aktual tentang kelayakan usaha perikanan purse seinepelagis kecil di PPN Pekalongan;

(34)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai tujuan (Lembaga administrasi Negara, 1996). Menurut Jones (1977) menyatakan bahwa kebijakan dalam hubungannya dengan tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah masyrakat didefinisikan sebagai keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah yang diutarakan. Heclo dalam Silalahi (1989)

menyatakan bahwa kebijakan adalah cara untuk bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan.

Jones (1977) menyatakan bahwa kebijakan terdiri atas komponen-komponen, seperti : (1) Tujuan, yaitu tujuan yang diinginkan; (2) Proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan; (3) Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan; (4) Keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program; dan (5) Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder).

Kebijakan publik merupakan tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan individu atau lembaga swasta. Kebijakan publik memiliki 2 (dua) ciri pokok, yaitu : (1) Kebijakan dibuat atau diproses oleh lembaga pemerintahan atau berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah, dan (2) Kebijakan bersifat memaksa atau berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh seorang atau lembaga swasta dan tidak bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain (Hogwood and Gunn, 1996).

(35)

kebutuhan atau tuntutan) dari masyarakat yang dilakukan oleh penguasa politik. Tujuan pembuatan kebijakan menurut silalahi (1989) adalah : (1) memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana kebijakan tersebut merupakan praktika sosial; (2) mengatur konflik; (3) upaya untuk menciptakan insentif (dorongan) bagi pihak-pihak yang mendapat perlakuan kurang rasional; (4) Dalam arti mikro, untuk menjaga kepentingan elit politik yang mempunyai hak preferensi; dan (5) Menjaga sistem politik yang berlaku.

Pelaksanaan kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu pelaksanaan maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan mempunyai kedudukan yang penting dalam kebijakan negara (Silalahi, 1989). Selanjutnya Nakamura (1987) menyatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi dan kemudian menterjemahkannya ke dalam keputusan-keputusan yang bersifat khusus.

Penelitian kebijakan (policy research) diartikan sebagai tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah sosial. Pemecahan masalah sosial oleh policymakerdalam hal ini dilakukan atas rekomendasi yang dibuat oleh policy researcher berdasarkan hasil penelitiannya. Kebijakan di sini tidak dipersepsi dari sudut pandang politik pemerintahan, melainkan kebijakan sebagai objek studi (Danim, 1997). Selanjutnya dikatakannya juga bahwa penelitian kebijakan secara spesifik ditujukan untuk membantu pembuat kebijakan dalam menyusun rencana kebijakan dengan jalan memberikan pendapat atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa penelitian kebijakan pada hakekatnya merupakan penelitian yang dimaksudkan guna melahirkan rekomendasi untuk pembuat kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial.

(36)

12

dikatakannya juga, bahwa terdapat 3 (tiga) latar penelitian kebijakan yang harus dipahami peneliti, yaitu : (1) Penemuan yang diperoleh dalam penelitian kebijakan hanyalah salah satu dari masukan yang diperlukan bagi pembuat kebijakan. Dalam hal ini tidak ada temuan tunggal yang dapat menjadi masukan tunggal untuk menyusun kebijakan; (2) Kebijakan itu tidak dibuat, tetapi merupakan akumulasi. Kebijakan merupakan suatu siklus, kebijakan itu secara kontinu dianjurkan, dilaksanakan, dinilai dan diperbaiki; dan (3) Kompleksitas kebijakan pada hakikatnya sama dengan kompleksitas masalah sosial. Proses pembuatan kebijakan adalah kompleks, karena proses tersebut melibatkan banyak aktor yang berbeda dan bervariasi serta harus menyerap banyak sekali perbedaan mekanisme dengan perbedaan konsekuensi yang dapat ditentukan dan yang tidak dapat ditentukan.

Analisis kebijakan adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Analisis kebijakan mempunyai tujuan yang bersifat penandaan (designative) dengan pendekatan empiris (berdasarkan fakta), bersifat penilaian dengan pendekatan evaluasi dan bersifat anjuran dengan pendekatan normatif. Quade (1989) menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan bagi para pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Analisis kebijakan diambil dari berbagai disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan perspektif. Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

Dalam evaluasi kebijakan, efektivitas menduduki posisi sentral. Pertanyaan pokok yang sering muncul dalam evaluasi kebijakan adalah Apakah kebijakan ini atau itu berjalan dengan baik?. Gysenet.al. (2002) mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan efektivitas suatu kebijakan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :

(1) Pertanyaan ini berkenaan atau berhubungan dengan apa yang terjadi; (2) Pertanyaan yang terkait dengan asal muasal. Pada kategori ini,

(37)

berusaha untuk memahami latar belakang terjadinya, perubahan-perubahan yang muncul dan lain sebagainya sebagai akibat dari munculnya suatu kebijakan;

(3) Pertanyaan dapat berbentuk normatif. Pertanyaan dalam kategori ini berkutat di sekitar kepuasan terhadap suatu kebijakan, seperti apakah implementasi kebijakan memberikan hasil yang memuaskan?

2.1.1 Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan tentang pemanfaatan sumber daya ikan, baik untuk kegiatan penangkapan maupun pembudidayaan ikan sekaligus meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya serta kesinambungan pembangunan perikanan nasional.

Selanjutnya sebagai konsekuensi hukum atas diratifikasinya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on The Law of the Sea 1982 menempatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki hak penuh untuk melakukan pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumberdaya ikan di perairan Indonesia seperti misalnya di laut Jawa, selat Makassar dan lainnya. Sedangkan untuk wilayah perairan Indonesia di zona ekonomi eksklusif Indonesia dan laut lepas yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku.

(38)

14

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan peran serta masyarakat dalam upaya pengawasan dibidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Mengingat perkembangan perikanan saat ini dan yang akan datang, maka Undang-Undang ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan :

(1) Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan;

(2) Pengelolaan perikanan wajib didasarkan pada prinsip perencanaan dan keterpaduan pengendaliannya;

(3) Pengelolaan perikanan dilakukan dengan memperhatikan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;

(4) Pengelolaan perikanan yang memenuhi unsur pembangunan yang berkesinambungan, yang didukung dengan penelitian dan pengembangan perikanan serta pengendalian yang terpadu;

(5) Pengelolaan perikanan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan di bidang perikanan;

(6) Pengelolaan perikanan yang didukung dengan sarana dan prasarana perikanan serta sistem informasi dan data statistik perikanan;

(7) Penguatan kelembagaan dibidang pelabuhan perikanan, kesyahbandaran perikanan, dan kapal perikanan;

(8) Pengelolaan perikanan yang didorong untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan kelautan dan perikanan;

(9) Pengelolaan perikanan dengan tetap memperhatikan dan memberdayakan nelayan kecil atau petani ikan (pembudidaya ikan) skala kecil;

(39)

(11) Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, baik yang berada di perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, maupun laut lepas dilakukan pengendalian melalui pembinaan perizinan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan internasional sesuai dengan kemampuan sumber daya ikan yang tersedia;

(12) Pengawasan perikanan;

(13) Pemberian kewenangan yang sama dalam penyidikan tindak pidana dibidang perikanan kepada penyidik pegawai negeri sipil perikanan, perwira TNI-AL dan pejabat polisi negara Republik Indonesia;

(14) Pembentukan pengadilan perikanan; dan

(15) Pembentukan dewan pertimbangan pembangunan perikanan nasional.

2.1.2 Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP

Pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara serta pemanfaatan sumberdaya alam guna pencapaian tujuan pembangunan nasional dapat mewujudkan suatu bentuk penerimaan negara yang disebut sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sumberdaya alam yang dimaksud tersebut adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, di permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh negara. Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 23 ayat (2) antara lain menegaskan bahwa segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-Undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Oleh karena itu, penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan seperti PNBP yang menempatkan beban kepada rakyat juga harus didasarkan kepada Undang-Undang. Ketentuan tentang hal ini telah ditetapkan dalam UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP.

Dalam Ketentuan Umum UU Nomor 20 Tahun 1997, dikatakan bahwa PNBP adalah penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Kelompok PNBP diantaranya adalah dapat berupa :

(1) Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah; (2) Penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya alam;

(40)

16

(4) Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;

(5) Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang tersendiri.

Jenis PNBP yang tercakup atau yang belum tercakup dalm kelompok PNBP tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Dengan demikian PP yang mengatur ketentuan kelompok PNBP tersebut bersifat mengikat dan harus dipatuhi, bila tidak dipatuhi maka akan menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sebagai konsekuensinya, maka akan diberikan ancaman pidana sesuai dengan Ketentuan Pidana dalam UU Nomor 20 Tahun 1997 pasal 20. Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat, yaitu :

(1) Tujuan perumusan UU tentang PNBP yang berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan kesederhanaan, yaitu :

(2) Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber PNBP dan ketertiban administrasi pengelolaan PNBP serta penyetoran PNBP ke kas negara; (3) Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan yang menghasilkan PNBP; (4) Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta investasi di seluruh wilayah Indonesia;

(5) Menunjang upaya terciptanya aparat pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa, penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban, peningkatan tertib administrasi keuangan dan anggaran negara serta peningkatan pengawasan.

(41)

dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan, seperti :

(1) Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi; (2) Pelayanan kesehatan;

(3) Pendidikan dan pelatihan; (4) Penegakkan hukum;

(5) Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu; dan (6) Pelestarian sumberdaya alam.

2.1.3 KepMen No. KEP. 38/men Tahun 2003 tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan

Sehubungan dengan perubahan produktivitas kapal penangkap ikan, dan

sebagai pelaksanaan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002

tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Departemen Kelautan dan Perikanan, dipandang perlu meninjau kembali ketentuan

produktivitas kapal penangkap ikan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.23/MEN/2001 tentang Produktivitas Kapal

Penangkap Ikan.

Pasal 1 disebutkan bahwa Produktivitas kapal penangkap ikan merupakan

tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan

per tahun. Produktivitas kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) ditetapkan dengan mempertimbangkan :

(1) ukuran tonase kapal;

(2) jenis bahan kapal

(3) kekuatan mesin kapal

(4) jenis alat penangkap ikan yang digunakan

(5) jumlah trip operasi penangkapan per tahun

(6) kemampuan tangkap rata-rata per trip

(7) wilayah penangkapan ikan

Pasal 2 menetapkan bahwa produktivitas kapal penangkap ikan per Gross

(42)

18

ikan per kapal dalam satu tahun dibagi besarnya GT kapal yang bersangkutan.

Produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan menurut jenis alat

penangkap ikan yang dipergunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Pasal 3

menegaskan juga bahwa produktivitas kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat 2, ditinjau sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.

Tabel 1. Produktivitas kapal penangkap ikan

No. JENIS ALAT PENANGKAP IKAN HASIL

TANGKAPAN

2.1. L. Arafura Ikan 4.00

Udang 0.20

2. Pukat 2.2. S. Malaka Ikan 3.50

Ikan Udang 0.10

2.3. S. Hindia (Barat Ikan 3.00

Sumatera) Udang 0.10

2.4. L. Cina Selatan Ikan 2.50

3. Long Line (Rawai Tuna) Ikan 0.60

4. Bottom Long Line (Pancing Prawe Dasar) Ikan 1,20

5. Purse seine (Pukat Cincin) Pelagis Kecil Ikan 1.50

Purse seine 6.1. Operasi Kapal Tunggal (1 Kapal) Ikan 2.00 (Pukat Cincin)

6. Pelagis Besar 6.2. Operasi Secara Terpadu (Group) Ikan 3.50

7. Hook and 7.1. Pole and Line (Huhate) Cakalang, Tuna 1.50

Line 7.2. Hand Line Tuna 2.00

8.1. Gill Net (Jaring Insang) Pantai Ikan 1.00

8. 8.2. Gill Net (Jaring Insang) Dasar Cucut/Pari 0.80

8.3. Gill Net (Jaring Insang) Oceanik Ikan 1.00

9. Squid Jigging Cumi-Cumi 0.30

10. Bubu Ikan 0.60

Tabel 2. Komposisi ikan hasil tangkapan (kapalpurse seine)

Jenis Ikan Jenis Alat Tangkap Ikan

Nama Lokal Nama Latin Persentase

Purse seine Layang Decapterus spp 40.0

(Pukat Cincin) Kembung Rastrelliger spp 20.0

Pelagis Kecil Selar Selaroides leptolepis 15.0

Lemuru Clupeidae 10.0

Tembang Sardinella fimbriata 10.0

Lainnya - 5.0

(43)

2.1.4 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan

Pelaksanaan ketentuan Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, selain mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2002, maka telah ditetapkan juga Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2006 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan.

Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Pungutan Perikanan adalah pungutan negara atas hak pengusahaan dan/atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada Pemerintah oleh perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan ikan, sedangkan untuk pengenaan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari jasa-jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 PP No. 19 Tahun 2006. Pada Pasal 2 dinyatakan bahwa salah satu jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan adalah penerimaan dari Pungutan Perikanan.

Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2006 menyatakan bahwa Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh Izin Usaha Perikanan (IUP) baru atau perubahan, Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal (APIPM) baru atau perubahan, Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) baru atau perpanjangan, dan pada saat perusahaan perikanan Indonesia di bidang pembudidayaan ikan memperoleh Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) baru atau perubahan, Rekomendasi Pembudidayaan Ikan Penanaman Modal (RPIPM) baru atau perubahan, serta Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) baru atau perpanjangan. Pungutan Hasil Perikanan (PHP) dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh dan/atau memperpanjang Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI). Pungutan Perikanan Asing (PPA) dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh atau memperpanjang Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)

(44)

20

rumusan tarif per Gross Tonnage (GT) dikalikan total GT kapal penangkap ikan dan kapal pendukung yang dipergunakan

Besarnya Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) berdasarkan rumusan tarif per Gross Tonnage (GT) dikalikan ukuran GT kapal menurut jenis kapal perikanan yang digunakan. Besarnya Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) = Tarif per Gross Tonnage (GT) dikalikan ukuran GT kapal menurut jenis kapal perikanan yang dipergunakan. Besarnya Pungutan Hasil Perikanan (PHP) ditetapkan :

(1) Perusahaan perikanan skala kecil sebesar 1% (satu per seratus) dikalikan produktivitas kapal dikalikan Harga Patokan Ikan;

(2) Perusahaan perikanan skala besar sebesar 2,5% (dua-setengah per seratus) dikalikan produktivitas kapal dikalikan Harga Patokan Ikan.

Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan secara periodik produktivitas kapal penangkap ikan menurut alat penangkapan ikan yang digunakan berdasarkan hasil evaluasi pemanfaatan sumberdaya ikan menurut wilayah pengelolaan perikanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan menetapkan secara periodik Harga Patokan Ikan berdasarkan Harga Jual Rata-rata Tertimbang Hasil Ikan yang berlaku di pasar domestik dan /atau internasional.

2.1.5 PerMen No. PER. 17/Men/2006 Tentang Usaha perikanan tangkap

PerMen Kelautan dan Perikanan sebagai ketentuan tentang usaha perikanan tangkap yang dikeluarkan sebagai pelaksanaan Pasal 32 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai usaha perikanan tangkap. Peraturan ini terdiri dari 19 Bab dan 82 Pasal.

(45)

asing untuk kegiatan pemeriksaan fisik kapal, tetapi tidak untuk kapal-kapal yang berhubungan dengan agen perusahaan untuk izin SIKPI (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan) bagi kapal pengangkut ikan yang digunakan perusahaan bukan perusahaan perikanan. Dalam PerMen ini disebutkan juga bahwa Menteri dapat mendelegasikan kewenangan penerbitan perpanjangan SIPI dan/atau SIKPI kepada Gubernur atau pejabat di daerah yang bertanggung jawab di bidang perikanan bagi kapal perikanan berbendera Indonesia berukuran di atas 30 GT sampai dengan ukuran tertentu.

Hal-hal lainnya juga ditetapkan tentang pengadaan kapal perikanan, penggunaan tenaga kerja asing, pembinaan dan pengawasan, sanksi, dan pencabutan perizinan usaha perikanan tangkap.

2.1.6 PerMen Perdagangan No. 23/M-DAG/Per/6/2006 Tentang Harga Patokan Ikan

Dalam pelaksanaan ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 23/M-DAG/Per/6/2006 tentang Penetapan Harga Patokan Ikan untuk Perhitungan Pungutan Hasil Perikanan.

(46)

22

Tabel 3. Penetapan Harga Patokan Ikan (HPI) untuk Perhitungan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Tahun 2006

Nama Ikan

1 Layang Es Layang scad Decapterus macrosoma 2,500

Garam 750

2 Kembung Es Stripped mackerel Rastrelliger brachyosoma 3,000

Garam 750

3 Selar Es Yellowstripe trevally Selaroides leptolepis 1,700

Garam 1,200

4 Lemuru Es Indonesia oil sardine Sardinella longiceps 600

Garam 300

5 Tembang Es Fringescale sardine Sardinella fimbriata 500

Garam 250

6 Alu-alu Es Obtuse barracuda Sphyraena abtusata 7,500

Garam 5,800

7 Sardine Spotted sardinella Clupeida 1,000

8 Teri Commerson's anchovy Stolephorus commersonii 2,500

9 Golok-golok Wolf herring Chirocentrus dorab 2,000

10 Kacangan Dark finned sea-pike Sphyraenaspp 5,000

11 Tetengkek Hardtail scad Megalaspis cordyla 1,000

2.2 Unit PenangkapanPurse Seine

Kegiatan penangkapan ikan khususnya dilaut adalah suatu bentuk upaya memanfaatkan atau “mengambil” sumberdaya perikanan, khususnya ikan di laut dengan menggunakan berbagai teknologi penangkapan. Teknologi penangkapan tersebut diciptakan berdasarkan tingkah laku sumberdaya ikan yang menjadi target pemanfaatan. Berdasarkan hal tersebut Chopin dan Arimoto (1995) menyebutkan bahwa kegiatan pengelolaan perikanan yang layak dibutuhkan pengetahuan tentang karakteristik alat tangkap ikan, tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan ikan sampingan lainnya, serta kondisi lingkungan di daerah penangkapan ikan , dimana aktivitas penangkapan ikan dilakukan

(47)

misalnya : Decapterus spp, Rastrelligger spp, Sardinella spp, yang dalam pergerakannya membentuk schooling

Menurut Sadhori (1985)purse seine dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : (1) Berdasarkan tipe letak kantong, yaitu tipe Amerika dan tipe Jepang; (2) Berdasarkan jumlah kapal, yaitu purse seine satu papal dan dua papal; (3) Berdasarkan target tangkapan, yaitu purse seine tuna, purse seine layang, purse seine kembung; dan (4) Berdasarkan waktu operasi, yaitu siang hari dan malam hari. Di Indonesia berkembang tipe atau jenis no. (2), yang pada bagian bawahnya dimodifikasi sehingga berbentuk trapesium terbalik sama kaki. Pengoperasianpurse seine melingkari ikan yang bergerombol di sekitar rumpon dan atau lampu (lure purse seine), atau secara langsung tanpa menggunakan alat bantu ini. Selanjutnya dikatakannya juga, bahwa berdasarkan dimensinya purse seine dikelompokan sebagai berikut :

(1) Purse seine mini : panjang tidak lebih dari 300 m, berkembang di laut dangkal (Laut Jawa, Selat Malaka, perairan Timur Aceh) atau di sepanjang perairan pantai pada umumnya coastalfisheries. Sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil, seperti : ikan layang, ikan tembang, lemuru dan kembung.

(2) Purse seine berukuran sedang : panjang lebih dari 300 m hingga 600 m yang dioperasikan di perairan yang lebih jauh atau di perairan lepas pantai (offshore fisheries). Sasaran utamanya adalah ikan tongkol dan kembung. (3) Purse seine berukuran besar : panjang lebih dari 600 m hingga 1000 m, yang dioperasikan di perairan laut-dalam di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Deep sea fisheries). Sasaran utama : ikan cakalang dan ikan tuna.

Menurut Ayodhyoa (1981), tahapan dalam kegiatan penangkapan ikan denganpurse seine, yaitu :

(1) Menemukan gerombolan ikan dengan memperhatikan perubahan warna permukaan air laut dan ada tidaknya riak-riak, buih-buih atau burung-burung yang menyambar permukaan air.

(48)

24

(3) Menentukan faktor kekuatan, kecepatan, arah angin, dan arus serta menentukan arah dan kecepatan renang gerombolan ikan.

(4) Melakukan penangkapan, yaitu dengan melingkarkan jaring dan menarik

purse line dengan cepat agar gerombolan ikan tidak dapat meloloskan diri dari arah horizontal maupun vertical, dan

(5) Mengangkat jaring dan memindahkan ikan dari bagian bunt ke palka denganscoop netdan fish pump.

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis

Sainsbury (1986) mengatakan bahwa untuk perairan Jawa dan sekitarnya hasil tangkapan utama purse seine umumnya adalah layang (decapterus spp.), kembung (Rastrelliger sp.), lemuru (Sardinella sp.) dan sebagainya. Sumberdaya ikan pelagis terdiri dari dua kelompok yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis besar seperti: tongkol, cakalang dan jenis-jenis tuna, sedangkan yang termasuk jenis ikan pelagis kecil adalah layang, kembung, lemuru, selar, dan tembang. Jenis ikan pelagis besar pada umumnya tidak ditemukan dalam kelompok yang besar seperti sifat jenis ikan pelagis kecil.

2.3.1 Layang (Decapterus spp.)

Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan salah satu sumber perikanan lepas pantai yang terdapat di Indonesia. Ikan ini hidup diperairan lepas pantai berkadar garam tinggi (Stenohaline). Panjang ikan layang dapat mencapai 30 cm, tetapi pada umumnya berkisar antara 20 – 25 cm dengan bentuk badan memanjang dan gepeng. Selanjutnya disebutkan bahwa ikan layang termasuk ikan perenang cepat, bersifat pelagis tidak menetap dan suka berkelompok. Meskipun ikan layang aktif berenang, tetapi kadang-kadang tidak aktif saat mereka membentuk suatu kelompok, pada suatu daerah yang sempit atau disekitar benda-benda terapung. Itulah sebabnya mengapa ikan layang suka berkelompok (Nontji, 1995).

2.3.2 Tongkol (Euthynnus sp.)

(49)

Ciri umum lainnya adalah bentuk kepala tajam dengan mata besar. Adanya garis-garis hitam yang melengkung pada bagian punggung mulai dari batas bawah bagian tengah sirip punggung pertama merupakan ciri untuk membedakan dengan tuna lain. Sirip punggung pertama tinggi pada bagian depan dan pendek pada bagian belakang. Tongkol juga merupakan jenis tuna paling kecil dengan ukuran berat rata-rata 2-5 kg/ekor. Rasa dagingnya kurang lezat dibandingkan tuna lain sehingga kurang dikenal dalam perdagangan tuna dunia. Ikan tongkol terdapat diperairan tropis sampai subtropis berkadar salinitas tinggi dan bergerak dalam gerombolan besar di lautan bebas dan akan beruaya dengan jarak yang sangat jauh. Ikan tongkol juga merupakan karnivor (Saanin, 1984).

2.3.3 Tenggiri(Scomberomorus spp.)

Ikan tnggiri merupakan ikan yang tergolong ikan perenang capat dan bersifat karnivor. Ciri umum ikan tenggiri yaitu ikan ini sangat rakus dalam memangsa makanannya. Makanan ikan tenggiri yaitu ikan-ikan kecil seperti ikan sardin. Tenggiri hidup di laut lepas dan merupakan ikan yang senang beruaya pindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Panjang ikan tenggiri dapat mencapai 183 cm dengan berat 27 kg (Saanin, 1984 ).

2.3.4 Lemuru(Sardinella Sp.)

(50)

26

2.3.5 Tembang (Sardinella fimbrianta)

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran
Tabel 2. Komposisi ikan hasil tangkapan (kapal purse seine)
Tabel 3.Penetapan Harga Patokan Ikan (HPI) untuk Perhitungan PungutanHasil Perikanan (PHP) Tahun 2006
Gambar 2.  Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

PHQMDODQNDQVXDWXSHUDWXUDQVHKLQJJDGDODP SHPEDKDVDQ LQL SHQXOLV DNDQ PHQFRED PDPEDKDVWHQWDQJSHQHUDSDQDWDXGDUL3DVDO D\DW GDQ D\DW GDUL SHUDWXUDQ PHQWHUL 1HJDUD DJUDULD 1R 7DKXQ

manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka terima dan pelayanan yang mereka harapkan

Petani sudah paham akan manfaat dan dampak konservasi tanah apabila tidak dilakukan, (2) Pada umumnya petani mempunyai lahan lebih dari satu bidang dan ditanami tanaman

Hasil dari penelitian tersebut adalah suatu sistem e-learning berbasis knowledge management yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

Menurut Harrel (2004;144) yang dikutip dalam modul praktikum simulasi Universitas Brawijaya mengartikan model merupakan representasi dari suatu sistem nyatta, dimana dalam

Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain 7 sangat penting. Pengalaman

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa karakter eksekutif, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

metode penyajian fakta kepada pengguna sebagai berikut: (i) inovasi dalam ranah teori, metodologi dan penelitian dasar, (ii) laporan penelitian tunggal dan artikel, (iii) sintesis