FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
. 0000
00000
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Melva Nomor Pokok : 047023013
Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K)) (dr. Deri Edianto, Sp.OG(K))
Ketua Anggota
Ketua Program Studi
(Dr.Drs. Surya Utama, MS)
Direktur
(Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji
Pada tanggal : 16 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K)
Anggota : 1. dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)
2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes
3. dr. Ria Masniari, M.Si
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG
DATANG BEROBAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 16 Desemder 2008
ABSTRAK
Kanker leher rahim (KLR) masih menjadi problema kesehatan bagi masyarakat Indonesia , karena kanker ini masih merupakan salah satu keganasan yang paling banyak pada wanita. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit KLR dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia produktif
Untukmengetahui factor yang mempengaruhi terjadinya KLR telah dilakukan penelitian dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita KLR sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita KLR. Sampel diambil pada penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan Februari – Maret 2008 di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam MalikMedan. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuestioner. Data dianalisis secara Univariat, Bivariat, Multivariat
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian KLR: usia pertama hubungan seks (p=0.000), paritas (p=0.034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi kelamin (p=0.000). Hasil analisis Multivariat melalui uji Regresi Logistik Ganda menunjukkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks (p=0.005;Rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0.000; Ratio prevalens 2.5)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan sosialisasi KLR secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Departemen Agama, Tokoh Masyarakat, melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). Pelaksanaan Deteksi Dini menjadi suatu Program Penanggulangan KLR, baik di tingkat daerah maupun tingkat Puskesmas.
ABSTRACT
Cervical cancer is still a major health problem for Indonesian women , as the cancer is the first rank incidence of malignancy in Indonesian. The incidence of cervical cancer is increasing in Indonesian that it becomes one of the causes of death of women in their productive age
To find out the influencing risk factor of the incidence of the cervical cancer, it is done a cross sectional study to sixty patiens suffering of cervical cancer and sixty people not surffering .The sample for this study are those who came to H.Adam Malik General Hospital Medan in period of February to March 2008.The datas were achieved by enterviewing, fulfilling the questionnaire and analysed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Chi Square test shows that there were four factors that significantly determine the incidence of cervical cancer i.e, the age of under twenty year, the first time committed sexual intercourse (p=0,000), parity of more than three (p=0,000), Changing of sexual patner (p=0,020), being ever get cervical infection (p=0,000). Multivariate (logic Regression) analysis showed that the most determining factor influencing were the first time of commiting sexual intercourse (p=0.005; ratio prevalence 2,3) cervical infection (p=0,000; ratio prevalens 2,5).
Based the result it is suggested that health service, personnels, primary health center, Department of Religious Affairs, prominent community leaders joinly do an intergrated socialitation of cervical cancer through education information communication. The implemation of early detection has become a cervical cancer prevention program either at district or Puskesmas levels.
Key words : Cervical Cancer
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul :
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita
yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008”.
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Bapak/ibu : Prof.dr, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K) sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi
pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis
mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa
ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji
tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada Bapak/Ibu :
1. Bapak Prof., Charuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wakil direktur Medis dan Penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan
dan staff yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.
5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi yang telah memberikan
pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.
7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan
yang telah memberikan izin belajar kepada penulis.
8. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, Bapak,
Kakak dan Adik-adik serta teman-teman di Institusi Prodi D-III & D-IV
Kebidanan Medan yang selalu memberikan dorongan moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/Ibu.
Medan,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Melva
Tempat/tanggal Lahir : Pematang Siantar, 23April 1961
Pekerjaan : Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan
Kebidanan Medan
Alamat : Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung
Riwayat Pendidikan
1967 – 1973 : SD TP Mardi Lestari Medan
1973 – 1976 : SMP TP Mardi Lestari Medan
1976 – 1980 : SMA Negeri IV Medan
1980 – 1983 : Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
1999 – 2000 : D IV Perawat Pendidik USU Medan
2004 – 2008 : Sekolah Pascasarjana USU Medan
Riwayat Pekerjaan
DAFTAR ISI
1.4. Hipotesis Penelitian... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pengertian Kanker Leher Rahim... 8
2.2. Epidemiologi Kanker Leher Rahim ... 8
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher Rahim ... 11
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 35
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 39
4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik... 39
4.2. Hasil Penelitian ... 41
BAB 5. PEMBAHASAN ... 52
5.1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks dengan Kejadian KLR... 53
5.2. Paritas (Jumlah Anak) dengan Kejadian KLR ... 54
5.3. Ganti Pasangan dengan Kejadian KLR... 55
5.4. Infeksi dengan Kejadian KLR... 57
5.5. Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR ... 58
5.6. Merokok dengan Kejadian KLR ... 60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman. 2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000………... 24 3.1 Metode Pengukuran ... 35
4.1 Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. ... 41
4.2 Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. ... 43
4.3 Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam Malik Tahun 2008. ... 45
4.4 Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05 .. 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Kerangka Teori ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil uji validitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP. HAM Medan Tahun 2008 (n.30) ...
Hasil uji Reliabilitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP. HAM Medan Tahun 2008.(n.30) ...
Master tabel data penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada penderita yang datang berobat di RS. H. Adam Malik Medan...
Hasil uji univariat, bivariat, dan multivariat data penelitian...
Surat Permintaan Izin dari Program Pasca Sarjana USU
Pernyataan Setuju Menjadi Responden
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menurut Azis(2001). Muslim(2003) Kanker Leher Rahim (KLR)
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker
payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Diperkirakan
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari
kasus tersebut terdapat di Negara – Negara yang sedang berkembang.
Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia,( WHO) setiap tahun jumlah
penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita
kanker baru. Dalam 10 tahun mendatang di perkirakan 9 juta orang akan
meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada
di Negara – Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ( Bustan,1997.
Ratna 2004).
Menurut Riono(1999) di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa di negara
Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40/100.000 penduduk,
sedangkan di wilayah Australia Barat, tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang
wanita didiagnosa positif menderita kanker leher rahim.
Menurut Hacker & Moore(2001) di Amerika Serikat pada tahun 1990
sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan
sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
Menurut Wiknjosastro, Saefudin, Rachimhadhi (1999) di Asia dijumpai
insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian
5-10/100.000.wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50
tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia
rata-rata 52 tahun.
Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini ada sekitar 200.000
kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang
datang kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita
KLR saat ini masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.
Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau
sekitar 180.000 ribu penderita pertahun (Sahil, 2003. Mustari, 2006).
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit
ini ganas bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Di Indonesia terjadi
peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia
produktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)menunjukkan proporsi
penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun
1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah
penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000
sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus.
Data RS dr. Pirngadi Medan tahun 2000 menunjukkan bahwa KLR
menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999
terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004
sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam
Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak
53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun
2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).
Kematian karena KLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam
waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus
kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva
0,9% dan vagina 0,6% (Ramli, 2005).
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat
Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)
Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan
kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat
tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual
sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang
memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami
infeksi HPV serta kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif.
Menurut Bustan(1997), Wiknjosastro(1999) kanker dapat disembuhkan
jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala
yang ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali
terlambat yang menyebabkan kematian.
Penanganan kanker sering terlambat akibat minimnya gejala yang
ditimbulkannya,sehingga terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun bahkan
cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda(Jonathan, 2000).
Pemeriksaan yang paling utama dalam deteksi dini KLR adalah
pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya perempuan yang sudah
aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman,1999.Aziz,2002)
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi , sederhana , cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear
efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker
leher rahim.
Menurut Heru(2000) tiga puluh persen dari penderita neoplasma, kasus
ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat
disembuhkan bahkan dapat dicegah (preventable disease).Di beberapa negara
papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka
kematiam turun secara drastis sekitar 50 – 60%.
Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000
wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20
tahun program penyarigan.( Scaberg,1985.Sianturi,1996)
Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR
menduduki rangking ke delapan diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi
telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan
dengan adanya sediaan apus Papanicolau yang memungkinkan pendeteksian
penyakit sebelum invasif.
Tingginya angka kematian penderita KLR di Indonesia disebabkan
sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar
70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya
kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini
kanker leher rahim ( Ratna,2004 ).
Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,
sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan
hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal
hampir 90% (Hidayani, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka yang menjadi
permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan
ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim,dan
deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik penderita kanker leher rahim (umur, pendidikan,
pekerjaan dan deteksi dini) yang datang berobat dan rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi (usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, riwayat pemakaian
kontrasepsi, merokok) dengan kejadian kanker leher rahim pada penderita
yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim
2. Ada pengaruh paritas dengan kejadian kanker leher rahim
3. Ada pengaruh ganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim
4. Ada pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kanker
5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim
6. Ada pengaruh penyakit/ infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher
rahim
1.5Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan dalam memahami faktor resiko terjadinya kanker leher rahim.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kanker Leher Rahim
Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.
2.2 Epidemiologi kanker leher rahim
2.2.1 Kejadian Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada
wanita di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000
kasus KLR baru di seluruh dunia , 77 % berada di Negara sedang berkembang
( Sjamsudin, 2001 ).
Data Insidensi rate KLR (Age standardized cancer incidence rate /
ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983 –
1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %
, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar
dalam kurun waktu 3 tahun ( 1978 - !980 ) sebesar 31,3 % ( Sarjadi,1995 ).
Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada
KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita
(Sarjadi , 1995 ).
Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara.
Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu
kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah
100 orang per 100.000 (Ratna, 2004).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) proporsi
kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %
tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker
merupakan urutan kelima terbanyak penyebab kematian. KLR menempati urutan
pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker
pada wanita ( SKRT 2002 ).
Berdasarkan data dari 13 pusat Patologi di Indonesia tahun 1990. Insiden
KLR menempati urutan pertama dengan persentasi sebanyak 27 % disusul kanker
payudara 11,22 %, Sedangkan data dari beberapa gabungan rumah sakit di
Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh
kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker
kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5
%) dan lain-lain (1,7 %) (Fauzi, 2002.Aziz, 1996).
Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker
yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh
kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %
,kanker vulva 0,9 % dan kanker Vagina 0,6 % ( Sahil ,2002 ).
Penelitian lain di Amerika dilakukan oleh Sidibe Kassim (2000)
memperkirakan setiap tahun terjadi 13.000 kasus KLR . 31,54 % diantaranya
berada pada stadium lanjut . Diperkirakan sekitar 10 -15 % displasia ringan
hingga sedang berkembang menjadi kanker invasif .dan membutuhkan waktu 3
-20 tahun untuk menjadi kanker invasif ( Tambunan ,1996 ).
KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini
47 tahun. Di beberapa daerah geografis , umur rerata dilaporkan 39 tahun dan
yang terbanyak antara 45 – 50 tahun ( Hacker dan Moore, 2001 ).
Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar
10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif
pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Hasil penelitian dari beberapa laboratorium Patologi
Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25
– 34 tahun dengan puncaknya pada usia 45 – 54 tahun. Sedangkan menurut Hatch,
umur rata-rata penderita KLR 52 tahun dengan puncaknya diantara umur 35 – 39
tahun dan 60 – 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini
sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun
kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia
2.3 Faktor – Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim
Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol :
2.3.1 Umur
Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 – 60 tahun dimana
insiden terbanyak pada umur 40 – 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah
berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata
dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya
mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada
wanita 30 – 45 tahun ( Yakub,1993 ).
Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR
yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz(1996), umumnya insidens KLR
sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,
dan puncaknya pada umur 30 – 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia
35 – 55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.
Menurut Riono(1999), KLR biasanya terjadi pada wanita yang berumur
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita
2.3.2 Pendidikan
Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan
kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang
berpendidikan tinggi(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Surbakti E ( 2004 ) pendidikan mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang
berpendidikan rendah merupakan factor resiko yang mempengaruhi terjadinya
KLR .
2.3.3 Pekerjaan
Menurut Teheru(1998) dan Hidayati(1999) terdapat hubungan antara KLR
dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani
memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena KLR dibandingkan wanita pekerja
ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya
hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,
kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik
pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual
Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban
sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang
rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi
terhadap terjadinya KLR, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan
pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda,
jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi
yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya
imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan resiko terjadinya KLR
(Teheru,1998. Hidayati,1999 ).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Hibridawati ( 2001 ) ditemukan proporsi terbesar penderita KLR adalah pekerjaan
Ibu rumah tangga sebesar 73,7 %.
2.3.4 Deteksi Dini.
Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program
penyaringan (screening), melalui Papsmear dapat menemukan penyakit pada
tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada
insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari
11,4 menjadi 3,3, per 1000 wanita selama 20 tahun program
penyaringan(screening).Di negara maju, seperti Jepang , angka penderita KLR
dapat ditekan dengan adanya kesadaran melakukan deteksi dini.Beberapa peneliti
stadium lanjut.,dari keseluruhan wanita yang menderita KLR tidak pernah
melakukan Papsmear sebanyak 85 %(Aziz,2000.Evennett 2003 ).
Di negara-negara Skandinavia dengan melakukan deteksi dini sejak
pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 – 1978) angka kematian
KLR menurun sebesar 50 – 60 % di Kanada insidens KLR turun dari 28,4%
menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000
wanita.Sedangkan penelitian di Australia pada penderita dengan kanker invasif
sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak
melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).
Di Indonesia , terjadi peningkatan kejadian kanker dalam jangka waktu
10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari
peringkat 12 menjadi peringkat 6.Setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000
penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka
kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 – 35% bila dilakukan tindakan
perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian
(Dalimartha, 2004).
Menurut Aziz(2003) tingginya angka kematian penderita KLR di
Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR atau 70 % penderita
Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim
adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya pada perempuan
yang sudah aktif melakukan hubungan seks (Canavan T at.all, 2000).
Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1989 – 1992), penderita KLR
kebanyakan datang pada stadium lanjut (II dan IV )sekitar 80 % dimana,stadium I
19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan
mendeteksi secara dini KLR (Hidayati, 2001 ).
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi, sederhana cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif
murah,efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh
KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining
Papsmear. Melalui Papsmear kanker leher Rahim dapat dicegah (preventable
disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan
dini KLR namun penggunaannya secara nasional masih merupakan masalah
besar.(Aziz , 2002 ).
2.3.5 Usia Pertama Kawin/ Melakukan Hubungan Seksual
Kawin muda berpengaruh terhadap terjadinya KLR. Penelitian Sandra
Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara
dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau pertama kali koitus pada
umur 15- 20 tahun lebih sering terkena KLR (Lussat ).
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Dimana makin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR
dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula
proses munculnya KLR pada wanita (Yakub ,1993 ).
Menurut Riono (1999 ), Edward (2001), Aziz ( 2002) Wanita menikah di
bawah usia 16 tahun biasanya 10 – 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR
daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih
rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode
perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses
fisiologi tetapi di bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi
sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan
yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel
serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase prainvasif
dari KLR.
2.3.6 Paritas
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan .
Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa
pakar berkisar 3 – 5 kali melahirkan .(Tambunan,1996 .Harjono,1996).
. Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 %
pada nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung
akan timbul (Harahap, 1997).
KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana
hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga dapat terjadi KLR ( Yakub,1993 ).
2.3.7 Ganti pasangan
Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi KLR berhubungan kuat
dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan
hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks
6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi
pria yang melakukan hubungan seks dengan multiple mitra seks atau yang
mengidap kondiloma akuminatum (Aziz, 2000).
Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada
usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko
Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti
pasangan, merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya KLR. Benson
menemukan kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan
prostitusi ( Yakub, 1993).
Menurut Rortkin, pergantian pasangan lebih dua kali akan meningkatkan
resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai
mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun
(Evennett, 2003).
2.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 x lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiaphari resiko
untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau
bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali
dibanding orang yang tidak perokok.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk
2.3.9 Infeksi
Penyebab utama KLR adalah adalah infeksi virus Human Vapiloma
Virus (HPV) lebih dari 90 kanker serviksjenis skuamosa mengandung DNA
VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV
telah terbukti menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan
kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18
mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan
mengkode pembentukan protein – protein yang penting dengan replikasi virus.
Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan
E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,
p53dan pRb adalh protein penekan tumor yang berperan menghambat
kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi
akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan
DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama
terjadinya kanker, dengan mengkode pembentukan protein – protein yang penting
dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah
metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai
upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya
pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA
inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung
2.3.1 Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun
dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 – 2,5 kali. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive
terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia
sehingga berisiko untuk terjadinya KLR (Hidayati, 2001).Pil kontrasepsi oral
diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme
mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang
membuat replikasi DNA HPV
2.4 Patologi
Kanker Leher Rahim timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sambungan
skuamo kolumnar (SSK), histologik antara epitel gepeng berlapis (skuamos
komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri
eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;
(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung
menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses
metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
Dengan masuknya mutagen porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik(displasia dikariotik)
melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &
Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).
2.5 Gambaran Klinis 2.5.1 Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium preklinik (Karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu
kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.2 Pendarahan Pervaginam
Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah
pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi
penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada
penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.
Wiknjosastro , 2002)
2.5.3 Pendarahan Kontak.
Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal
stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi
akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.4 Nyeri
Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan
tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah
perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai
dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah
(Wiknjosastro, 2002. Tambunan, 1996)
2.5.5 Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah bening
menuju 3 arah yaitu :
1. ke arah fornises dan dinding vagina.
3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi
septum retrovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Karsinoma servik
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan
menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa
atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif
penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus
uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat
menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar illiak, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri
2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim
Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage Description 0 Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma I
Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus should be disregarded)
Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater than stage IA
Clinical lession no greater than 4,0 cm Clinical lession greater than 4,0 cm
II
IIA IIB
Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower third
No obvious parametrial involvement Obvious parametrial involvement
III Carcinoma has extended to the pelvic wall. On rctal examination, there is no cancer-free space between the tumor and pelvic wall. Tumor involves the lower third of the vagina. All cases with hydronephrosis or a non-functioning kidney are included, uncless they are known to be due to another cause
Stage Description IIIA
IIIB
No extension onto the pelvic wall, but involvement of the lower third of the vagina, with no extension to the pelvic wall
Extension to the pelvic wall or hydronephrosis or non-functioning kidney
IV
IVA IVB
Carcinoma has extended beyond the trues pelvis or has clinically involved the mucosa or the bladder or rectum
2.6 Tindakan Pengobatan
Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera
dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak
dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak,
adanya patologi lain dalam uterus, keadaan sosial ekonomi, fasilitas
Pengobatan KLR tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara umum
dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu:
2.6.1 Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi
radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis Ii
disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,
2001).
2.6.2 Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar peugion berkekuatan
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi
dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula
kemoterapi sebagai kombinasi terapi (Riono, 1999. Wiknjosastro, 1999. Hacker
2.6.3 Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena
metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan
hanya bersifat paliatif (Wiknjosastro, 1999. Hacker dan Moore, 2001).
2.7 Prognosis Kanker Leher Rahim
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan
umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau
tim yang menangani dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah
pengobatan adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat klinik I : lebih kurang 85%
Untuk tingkat klinik II : antara 42% dan 70%
Untuk tingkat klinik III : antara 26% dan 42%
2.8 Landasan Teori 2.8 Landasan Teori
Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).
Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).
2.9 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas serta kerangka teori
yang ada,maka penyusun membuat kerangka konsepdalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penderita KLR
Tidak penderita KLR Faktor yang mempengaruhi :
- Usia pertamakali melakukan hubungan seks
- Paritas
- Ganti Pasangan
- Penyakit kelamin/infeksi - Kontrasepsi hormonal
- Merokok
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan
studi penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan crossectional atau
studi potong lintang yang menilai hubungan antara faktor resiko dengan kejadian
penyakit dengan cara memilih kasus (yang mengalami kanker leher rahim) dan
yang tidak menderita kanker leher rahim dimana seluruh variabel diukur pada saat
yang bersamaan ketika penelitian berlangsung.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP.H.Adam Malik Medan pemilihan
lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut
memiliki data rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel
yang nantinya akan mempermudah dalam pengumpulan data yang dibutuhkan
tersedia dengan cukup dan merupakan RS rujukan untuk wilayah regional
Sumatera.
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker leher
rahim dan yang bukan penderita kanker leher rahim yang datang berobat dan
rawat inap di bagian ginekologi RS H Adam Malik Medan dari Februari
sampai Maret 2008 sebanyak 120 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi,yaitu semua penderita
KLR dan tidak penderita KLR yang datang berobat dan rawat inap di bagian
ginekologi RS.H.Adam Malik Medan sebanyak 120 orang serta memenuhi
kriteria inklusi sebagai berikut:
a. kawin
b. Bersedia menjadi responden penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder :
1 Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan
penderita yang dijadikan responden dan berpedoman pada instrumen yang
telah dipersiapkan dengan jawaban tertutup.
2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan rekam medik pada
3 Peneliti dibantu oleh empat orang tenaga kesehatan berpendidikan D
III kebidanan yang sudah dilatih dan memahami isi instrumen, cara
mengisi dan tehnik wawancara yang baik
3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji coba kuesioner penelitian dilaksanakan di RSUP.HAM. Medan pada
tanggal 2 Februari 2008. Adapun pemilihan tempat lokasi uji coba kuesioner
dengan pertimbangan RSUP .HAM. mempunyai karakteristik yang hampir sama
dengan karakteristik sampel sehingga diharapkan kuesioner ini akan memberikan
jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tujuan uji coba kuesioner adalah untuk mengetahui apakah item-item
pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah tanpa mengalami
kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan kesulitan baik dari redaksi
ataupun bahasa yang menyulitkan akan diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang
sangat penting adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari item-item
dalam pertanyaan.
a Uji Validitas
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan uji coba terhadap 30
responden yang bukan penderita KLR, kuesioner penelitian ini dinyatakan valid
karena berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa t hitung
rumus df= N – 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai
r tabel
b. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, bahwa hasil uji statistik
(r-hitung) lebih tinggi dari pada r-tabel, sehingga kuestioner penelitian ini
dinyatakan reabel pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r
tabel maka uji kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan
konsistensi baik.
validitas menggunakan rumus Pearson, bila dalam pengujian ternyata ada
pertanyaan/variabel yang tidak valid maka dilakukan analisa kembali dengan
mengeluarkan variabel/pertanyaan yang tidak valid. Setelah semua variabel atau
pertanyaan valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha
Cronbach dalam Sugiono (1999), yaitu dengan membandingkan nilai r tabel
dengan r hasil, uji coba hasil analisis didapatkan sebagai berikut pada tabel 3.1.
Menurut Sugiono ( 1999), nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan rumus df=
N – 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai r tabel,
maka suatu kuesioner dinyatakan ujinya valid, namun bila nilai r hasil < nilai r
tabel maka dinyatakan suatu kuesioner ujinya tidak valid. Dari tabel di atas
diketahui bahwa kuesioner no 30 dan 31 tidak valid, maka kedua kuesioner
tersebut dikeluarkan untuk selanjutnya dilakukan uji reliabilitas seperti tabel
Pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r tabel maka uji
kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan konsistensi
baik.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Varibel
Varibel independent (bebas) dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
variabel yaitu; karateristik terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan deteksi
dini serta faktor yang mempengaruhi terdiri dari usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, penyakit kelamin/ infeksi pada
kelamin, kontrasepsi hormonal, merokok. Variabel dependent (terikat) adalah
penderita kanker leher rahim.
3.5.2 Definisi Operasional
Variabel dependent. Kejadian kanker leher rahim adalah kanker yang
diderita oleh pasien yang telah didiagnosa berdasarkan pemeriksaan
histopatologik biopsi jaringan.
Variabel Independent :
1. Umur responden adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai
didiagnosa menderita kanker serviks uteri
3. Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh penderita kanker leher
rahim yang menghasilkan uang atau tidak
4. Papsmear adalah pemeriksaan lendir serviks yang pernah dilakukan oleh
penderita kanker leher rahim
5. Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks adalah usia penderita
kanker leher rahim ketika melakukan hubungan seks pertama.
6. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker
leher rahim dengan bayi hidup atau mati
7. Ganti pasangan adalah aktivitas seksual penderita kanker leher rahim
dengan mitra seksual yang berganti-ganti
8. Penyakit kelamin adalah riwayat penyakit kelamin yang pernah diderita oleh
penderita kanker leher rahim.
9. Pemakaian Kontrasepsi adalah penggunaan alat kontrasepsi yang pernah
digunakan oleh penderita kanker leher rahim
10. Merokok adalah kebiasaan merokok sehari-hari yang dilakukan penderita
3.6 Metode Pengukuran
Tabel 3.1 Metode Pengukuran
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kanker leher
Umur Kuesioner 1. ≥ 40 Tahun 9beresiko)
2. < 40 Tahun (kurang beresiko)
Nominal
Pendidikan Kuesioner 1. < SMA
2. ≥ SMA
Nominal
Pekerjaan Kuesioner 1. Tidak bekerja
2. Bekerja (PNS,
1. Tidak pernah (beresiko) 2. Pernah (kurang
Kuesioner 1. < 20 Tahun (beresiko) 2. ≥ 20 Tahun (kurang
beresiko)
Nominal
Paritas Kuesioner 1. > 3 (beresiko)
2. < 3 (kurang beresiko)
Nominal
Ganti pasangan Kuesioner 1. Pernah (beresiko) 2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Nominal
Penyakit infeksi pada kelamin
Kuesioner 1. Pernah (beresiko) 2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Nominal
Penggunaan kontrasepsi
Kuesioner 1. Pernah (beresiko) 2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Nominal
Merokok Kuesioner 1. Pernah (beresiko)
2. Tidak pernah (kurang beresiko)
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dicek tentang kelengkapan data, dalam
pengumpulkan data tidak dijumpai kekurangan maka tidak dilakukan pendataan
ulang, kemudian di edit dan diberi kode sebelum dimasukkan dalam komputer.
3.7.2 Analisis Data
a Analisis Univariat
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel
yang diteliti baik untuk variabel Independen maupun variabel dependen
b Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependent yang dilakukan secara
statistik dengan menggunakan uji t test independent dan test X2 (chi square)
pada tingkat kemaknaan 95% .
Rumus chi square yang digunakan adalah X2 = ∑ (fo – fe)2
Fe
Keterangan :
X2 = Harga Chi kuadrat yang dihitung dan dibandingkan dengan Chi kuadrat
Fo = Frekuensi yang diselidiki (diobservasi) atau frekuensi empiris.
Fe + Frekuensi yang diharapkanatau frekuensi teoritis.
Hasil perhitungan statistik dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan
yang signifikan antara variabel yang diteliti yaitu dengan melihat nilai p. Bila dari
hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan ratio prevalens (RP) untuk melihat
estimasi risiko relatif terjadinya outcome, sebagai pengaruh adanya variabel
independen. Yang dimaksud RP adalah suatu perbandingan pajanan diantara
kelompok kasus terhadap pajanan pada kelompok tanpa resiko. Perubahan satu
unit variabel independen akan menyebabkan sebesar nilai RP pada variabel
dependen. Estimasi confidence interval (CI) untuk RP ditetapkan pada tinggkat
kepercayaan 95%. Interprestasinya adalah sebagai berikut:
Bila RP > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya penyakit.
Bila RP = 1 berarti tidak ada faktor risiko tetapi sebagai faktor proteksi atau
perlindungan.
Bila RP < 1 berarti tidak ada hubungan faktor risiko dengan kejadian.
c Analisis Multivariat
Selanjutnya dapat dilakukan analisis multivariat, yaitu untuk melihat
hubungan antara satu variabel dependen dengan seluruh variabel independen,
sehingga dapat diketahui variabel independen yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian kanker leher rahim dengan menggunakan uji Regressi Logistik
Uji Regressi Logistik Ganda dilakukan melalu beberapa tahapan untuk
mendapatkan nilai p < 0, 05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh
terjadinya kanker leher rahim. Analisis secara simultan dari beberapa variabel
faktor terhadap suatu hasil dapat dilakukan dengan metode regressi logistik
Adapun tahapan dalam proses analisis multivariat meliputi :
1. Memasukkan variabel kandidat dalam proses analisa multivariat Regressi
Logistik, dengan cara memilih variabel independen yang memiliki nilai p <
0,25.
2. Melakukan analisis semua variabel independent yang masuk dalam
pemodelan, dengan cara mengeluarkan variabel independen yang memiliki
nilai p terbesar, sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor
penentu yang memiliki nilai p < 0,05.
3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p < 0,05 merupakan model akhir
dari penentu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker leher
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik resmi berdiri pada tanggal 21
Juli 1993 yang terletak di jalan Bungalau no .17 Medan Tuntungan kota Medan
Propinsi sumatera Utara .Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik , adalah
rumah sakit pemerintah dengan kategori Kelas A ( Profil RSUP H.Adam Malik
2007 ).
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik memiliki luas 10 hadengan
tenaga seluruhnya sebanyak 1627 orang, dengan jumlah terbesar (35,9 % ) adalah
tenaga para medis , tenaga medis sebesar 24,3% .
Visi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik adalah sebagai Pusat
unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pusat rujukan kesehatan
wilayah sumatera bagian utara dan tengah pada tahun 2010 yang bertumpu pada
kemandirian. Adapun yang menjadi Misi RSUP H. Adam Malik adalah : (1)
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna , bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, ( 2) menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang
bermutu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional dibidang
kesehatan , ( 3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang
kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan , (4) Menyelenggarakan
Fungi dari Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah sebagai
berikut : (1) Menyelenggarakan pelayanan medis ,( 2) Menyelenggarakan
pelayanan penunjang medis dan non medis , (3) Menyelenggarakan pelayanan
asuhan keperawatan ,(4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan ,(5)
Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan,(6) Menyelenggarakan Penelitian
dan Pengembangan ,(7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
(Profil Adam malik Medan 2007 ).
RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang direktur rumah sakit yang
bertanggung jawab kepada direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis RI Pusat
.Direktur membawahi : Wakil direktur pelayanan medik dan pendidikan , wakil
direktur penunjang medik dan penelitian dan wakil direktrur umum dan keungan
deserta sub bagiannya masing – masing.
Jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Ají Adam
Malik meliputi : ( 1) Rawat jalan (2) Rawat inap (3) Pelayan intensif (40
pelayanan gawat darurat (5) farmasi (6)Radiologi (7) Laboratorium (80 Patologi
anatomi ( 9) Gizo (10) IDT (11) Cath lab (12)CVCU ( 13 ) Breast clinic (14) dan
4.2 Hasil penelitian
4.2.1 Analisa Diskriptif
1 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok yang
menderita 60 dan kelompok bukan penderita 60, distribusinya menurut variabel
yang diteliti disajikan dalam tabel 4.1 seperti di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik penderita Kanker Leher Rahim di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008
Penderita Bukan penderita
No Karakteristik
umur terbesar adalah > 40 tahun (76.7%), dengan umur rata-rata 47 tahun, umur
bukan penderita kanker proporsi terbesar adalah umur ≥ 40 tahun (66,7%) dengan
umur rata-rata 47 tahun dan umur terendah 32 tahun dan umur tertinggi 70 tahun.
Dari 60 penderita KLR proporsi pendidikan terbesar adalah SMP ke
bawah (75%), sedangkan yang bukan penderita KLR dari 60 responden proporsi
terbesar pendidikan SMP ke bawah juga (66.7%). Sementara itu kebanyakan dari
penderita KLR tidak bekerja (86.7%) dan demikian juga pada yang bukan
penderita KLR (78.3%). Sedangkan dari 60 responden dari 60 kasus proporsi
terbesar adalah responden yang tidak pernah melakukan papsmear (91.7%),
demikian juga bukan penderita sebesar (93.3%) tidakpernah melakukan
2 Gambaran hasil faktor yang mempengaruhi
Tabel 4.2 Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008
Penderita Bukan penderita Variabel
Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa kasus KLR proporsi terbesar terjadi
pada kelompok usia pertama melakukan hubungan seks < 20 tahun (60%), dan
pada yang bukan penderita ternyata proporsi terbesar ≥ 20 tahun (60.8). Proporsi
terbesar riwayat ganti pasangan adalah pada yang tidak pernah berganti pasangan
(76.7%) dan begitu juga dengan kelompok bukan penderita KLR (56.7%).
Proporsi terbesar infeksi kelamin kasus KLR adalah pada kelompok yang pernah
mengalami infeksi kelamin (66.7%) dan pada bukan penderita KLR proporsi
terbesar tidak pernah mengalami infeksi kelamin (55.8%). Pada kelompok kasus
KLR proporsi terbesar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal adalah dengan
kelompok yang pernah ada riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (60%),
demikian juga pada kelompok yang bukan penderita (65%). Pada kelompok kasus
KLR proporsi terbesar riwayat merokok adalah yang tidak pernah merokok
(65%), dan begitu juga pada kelompok yang bukan penderita KLR (62.5%).
4.2.2 Analisis bivariat
Setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah dengan
menggunakan piranti lunak komputer diperoleh gambaran responden. Untuk
melihat kemaknaan pengaruh antara faktor risiko dengan terjadinya KLR
dilakukan analisis uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil
perhitungan statistik dengan p < 0.05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independent dengan variael dependent.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok
penderita 60 dan bukan penderita 60, dimana distribusi Ratio Prevalensi (RP)
adalah nilai p, RP dengan 95% CI pada penderita KLR di RS. Adam Malik Medan
Lanjutan Tabel 4.3
Dari tabel 4.3 di atas dapat diuraikan analisis bivariat yaitu :
a. Usia pertama melakukan hubungan seks dengan kejadian KLR
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang melakukan
hubungan seks pertama kali pada usia < 20 tahun (60%). Dari hasil uji chi square
diperoleh nilai 0.000 (p< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara responden yang melakukan hubungan seks pertama pada kelompok umur <
20 tahun dengan ≤ 20 tahun terhadap kejadian KLR. Nilai RP 2.330 (95% CI
kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat kepercayaan
95%.
b. Paritas dengan kejadian KLR
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang
mempunyai paritas ≤ 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034
(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang mempunyai paritas ≤ 3 terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1,473 (95% CI
1.044-2.079), berarti bahwa paritas ≤ 3 kemungkinan merupakan faktor protektif
untuk terjadinya KLR.
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3-5 kali
untuk terjadinya KLR ( Harjono ) Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9
% adalah multi para dan 51 % pada nulli para dimana bila persalinan pervaginam
maka KLR cenderung akan timbul ( Harahap ER ) . Menurut Matingly KLR
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan
jumlah persalinan dengan kejadian KLR , karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga terjadi KLR .
Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak dijumpai pada wanita
yang sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada
keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan.
bahwa pada Nulli para juga dapat terjadi KLR , tidak hanya pada multi para yang
dapat meninigkatkan resiko terjadinya KLR.
c. Ganti pasangan dengan kejadian KLR
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang
mempunyai riwayat tidak pernah berganti pasangan (76.7%). Dari hasil uji chi
square diperoleh nilai 0.020 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden yang mempunyai riwayat berganti pasangan dengan
tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.643 (95% CI
1.035 –2.609), berarti bahwa berganti pasangan kemungkinan merupakan faktor
risiko untuk terjadinya KLR.
d. Infeksi kelamin dengan kejadian KLR
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang pernah
menderita infeksi kelamin (66.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000
(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang pernah mengalami infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2.528
(95% CI 1.698 – 3.764), berarti bahwa infeksi kelamin kemungkinan merupakan