• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

KUN FATINDAH FEBRIANI WAHDAH

041301004

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2009

(3)

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Kun Fatindah F.W. dan Desvi Yanti Mukhtar

ABSTRAK

Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan(Guilford dalam Munandar, 2004). Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik pada anak didik tidak hanya dibutuhkan ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) tetapi juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada fakultas Psikologi. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menjadi pusat pengembangan ilmu Psikologi di Sumatera serta misinya, menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan pengambilam sample menggunakan teknik stratified propotional random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966, Kreativitas Verbal dari Munandar (1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh peneliti. Skala sikap kreatif yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan teori ciri-ciri afektif/bersikap kreatif menurut Guilford (dalam Munandar, 1992). Jumlah aitem skala sebanyak 58 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,93 dan menggunakan validitas isi dan validitas tampang pada skala.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara mayoritas tinggi yaitu kategori tinggi sebanyak 59 orang (59%), kategori sedang sebanyak 24 orang (24%) dan kategori rendah sebanyak 17 orang (17%). Sementara hasil tambahan yang diperoleh melalui uji T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kreativitas subjek ditinjau dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan

(4)

KATA PENGANTAR

Terima kasih yang tidak terkira peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas semua karunia dan keindahan yang telah diberikan-Nya, umur yang panjang, kesehatan, waktu dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kepada orangtua saya Yuyung Faturahman dan Indah Gayatri yang selalu mendoakan. H. Madsupi (kakek) dan Hj. Minanti (nenek) tersayang yang telah membesarkan, membimbing, memberikan dukungan dan selalu mendoakan saya.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing yang menjadi tempat bertanya dan berdiskusi, menyediakan waktu untuk mendampingi penelitian seminar pendidikan ini, dan selalu memberikan masukan serta bantuan yang tiada terkira di tengah kesibukan yang begitu padat.

(5)

4. Ibu Filia Dina Anggaraeni, S.Sos; Ibu Sri Supriyantini, M.Si, Psikolog; Ibu Rr. Lita Hadiati, S.Psi, Psi; yang begitu bersemangat memberikan masukan dari awal progress seminar bagian pendidikan dilaksanakan sampai penyelesaian skripsi berlangsung.

5. Ibu Etti Rahmawati, M.Si yang selalu membantu menyelesaikan kebingungan peneliti mengenai metode penelitian, terimakasih ibu atas bantuan menemukan formula penskoringan tes kreativitas saya.

6. Adik saya tersayang Ami dan Upi. Mudah-mudahan kakak bisa memberikan yang terbaik buat kalian berdua. Kak Tri, kak Turi, kak Evi, AA dan kak Eca yang selalu memberikan masukan dan memberikan semangat saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada Charles, Nisa, Fia, K’vi, Farah dan Indi, terimakasih untuk hari-hari yang telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan.

8. Kepada semua orang-orang yang telah berjasa dalam hidup saya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu saya akan sangat bersedia untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di lain waktu.

Medan, Juni 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Grafik ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II Landasan Teori... 13

A. Kreativitas ... 13

1. Definisi Kreativitas ... 13

2. Ciri-Ciri Kreativitas ... 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas... 24

B. Mahasiswa ... 28

1. Definisi Mahasiswa... 28

2. Mahasiswa Psikologi... 29

C. Kreativitas Mahasiswa Psikologi ... 31

(7)

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 35

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

1. Populasi dan Sampel ... 36

2. Teknik Pengambilan Sampel... 36

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 37

D. Alat ukur yang digunakan ... 38

1. Tes Kreativitas Figural Tipe B... 38

2. Tes Kreativitas Verbal dari Munandar... 43

3. Skala Sikap Kreatif ... 49

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 53

1. Tes Kreativitas ... 53

2. Skala Sikap Kreatif ... 54

a. Validitas ... 54

b. Daya Beda Aitem ... 55

c. Reliabilitas... 55

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 57

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 60

1. Tahap Persiapan ... 60

2. Tahap Pelaksanaan ... 62

3. Tahap Pengolahan Data... 63

H. Metode Analisis Data ... 63

(8)

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 64

B. Hasil Penelitian... 65

1. Gambaran umum kreativitas verbal pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 65

2. Gambaran umum kreativitas figural pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 68

3. Gambaran umum sikap kreatif pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara………. 70

Gambaran sikap kreatif dilihat dari ciri-ciri sikap kreatif.... 72

4. Hasil Tambahan Penelitian ... 77

C. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

1. Saran Metodologis ... 87

2. Saran Praktis ... 87

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera

Utara...38

Tabel 2. Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara... 38

Tabel 3. Keterangan Pilihan Berdasarkan Tabulasi Respon. ... 41

Tabel 4. Keterangan Nilai Bonus Originality... 42

Tabel 5. Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas ... 43

Tabel 6. Penilaian Skala Sikap Kreatif ... 51

Tabel 7. Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Uji Coba ... 52

Tabel 8. Blue Print Distribusi Aitem Skala sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Uji Coba Setelah Uji Coba... 57

Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang Akan Digunakan Dalam Penelitian ... 59

Tabel 10. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 64

Tabel 11. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum Kreativitas Verbal ... 65

Tabel 12. Kategorisasi Norma Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 66

(10)

Tabel 14. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum

Kreativitas Figural... 68 Tabel 15. Kategorisasi Norma Kreativitas Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 68 Tabel 16. Kategorisasi Norma Kreativitas Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Skortes .. 69 Tabel 17. Gambaran Mean, Nilai Minimun dan Nilai Maksimum

Sikap Kreatif Mean Empirik dan Mean Hipotetik ... 70 Tabel 18. Kategorisasi Norma Sikap Kreatif Figural Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 71 Tabel 19. Kategorisasi Skor Sikap Kreatif Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara... 71 Tabel 20. Gambaran Sikap Kreatif Dilihat Dari Ciri-Ciri

Sikap Kreatif ... 72 Tabel 21. Kategorisasi Sikap Kreatif Ditinjau Dari Ciri-Ciri

Sikap Kreatif ... 74 Tabel 22. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum

Kreativitas Berdasarkan Transformasi Data ... 75 Tabel 23. Kategorisasi Norma Kreativitas Pada Mahasiswa

Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 76 Tabel 24. Kategorisasi Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi

(11)
(12)

DAFTAR GRAFIK

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara Kun Fatindah F.W. dan Desvi Yanti Mukhtar

ABSTRAK

Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan(Guilford dalam Munandar, 2004). Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik pada anak didik tidak hanya dibutuhkan ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) tetapi juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada fakultas Psikologi. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menjadi pusat pengembangan ilmu Psikologi di Sumatera serta misinya, menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan pengambilam sample menggunakan teknik stratified propotional random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Tes Kreativitas Figural Form B subtes III, yang disusun oleh Paul Torrance pada tahun 1966, Kreativitas Verbal dari Munandar (1999), serta menggunakan skala sikap kreatif yang disusun oleh peneliti. Skala sikap kreatif yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan teori ciri-ciri afektif/bersikap kreatif menurut Guilford (dalam Munandar, 1992). Jumlah aitem skala sebanyak 58 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,93 dan menggunakan validitas isi dan validitas tampang pada skala.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa kreativitas pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara mayoritas tinggi yaitu kategori tinggi sebanyak 59 orang (59%), kategori sedang sebanyak 24 orang (24%) dan kategori rendah sebanyak 17 orang (17%). Sementara hasil tambahan yang diperoleh melalui uji T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kreativitas subjek ditinjau dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang, membuat individu dihadapkan pada beberapa tuntutan untuk dapat menghadapi tantangan zaman. Tuntutan-tuntutan tersebut berupa kemampuan menyesuaikan diri, bergerak dengan cepat serta mampu untuk mencari alternatif baru dalam proses pemecahan masalah, sehingga dalam mengantisipasi perkembangan tersebut individu harus memiliki kemampuan dan kreativitas terhadap tantangan yang baru.

Guilford (dalam Munandar, 2004) menyatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Pernyataan tersebut didukung oleh Munandar (2004) yang memaparkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.

(16)

penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan (Ayan, 2002).

Devito (dalam Munandar, 1992) menyatakan kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif dan potensi ini dapat dikembangkan, yang diperlukan adalah bagaimana cara mengembangkan kreativitas tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyatan Munandar (1992) bahwa kreativitas dapat dimiliki oleh siapa saja dan di mana saja. Tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial-ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Tetapi meskipun setiap orang mempunyai bakat kreatif, jika tidak dipupuk kreativitas tersebut tidak akan berkembang, sebaliknya pada orang yang dianggap memiliki bakat kreatif yang terbatas, kreativitas dapat ditingkatkan.

Pentingnya kreativitas untuk dikembangkan dan ditingkatkan pada individu menurut Guiford (dalam Munandar, 1999) adalah membuat individu lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan. Individu dapat mewujudkan dirinya dengan berkreasi, dengan bersibuk diri secara kreatif juga dapat memberikan kepuasan bagi individu serta kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

(17)

utama yang membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan

originilitas dalam bepikir dan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Non-aptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Aptitude dan non-aptitudetraits diharapkan bisa berjalan bersamaan sehingga kreativitas dapat terwujud dengan baik.

(18)

masyarakat tempat individu tinggal. Lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan kreativitas adalah lingkungan yang menghargai kreativitas. Pada lingkungan yang menghargai kreativitas akan muncul interaksi antara individu-individu yang berarti dan saling menghormati (Rogers dalam Munandar, 2004).

Lembaga pendidikan menjadi salah satu sarana utama pendidikan dalam meningkatkan kreativitas. Hal-hal yang ditingkatkan adalah pengetahuan, ingatan dan kemampuan berpikir logis atau penalaran yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada berdasarkan informasi yang tersedia (Supriadi, 2001). Pendidikan juga mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Seperti yang tercantum pada Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 (dalam Suparlan, 2004) bahwa :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(19)

Mahasiswa sebagai anak didik yang berada pada perguruan tinggi diharapakan dapat memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi (Takwin, 2008). Menurut Winkel (1997) mahasiswa berada pada rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun.

Proses belajar di Perguruan Tinggi berbeda dengan proses belajar di lingkungan sekolah terutama sekolah menengah. Dilihat dari seluruh sistem, banyak perbedaan antara perguruan tinggi dan sekolah serta lingkungan kampus berbeda dengan lingkungan sekolah. Dalam kegiatan akademik, perlakuan terhadap mahasiswa berbeda dengan yang diterima siswa. Cara dosen memberikan kuliah kepada mahasiswa umumnya tidak sama dengan cara guru menjelaskan pelajaran bagi siswa. Perbedaan yang mencolok tersebut membawa kesulitan sebagian mahasiswa dalam peralihan dari kebiasaan belajar di sekolah kepada tuntutan belajar di perguruan tinggi (Ginting, 2003).

Tugas perguruan tinggi bukan hanya menyampaikan pengetahuan (to inform) kepada mahasiswa untuk dihafalkan dan dilestarikan. Perguruan tinggi juga bertujuan untuk membentuk mahasiswa menjadi pribadi dan komunitas yang mampu berpikir kritis, memahami dirinya, mengembangkan potensi dirinya, sehingga kompeten dalam memecahkan masalah kehidupan yang sedang dihadapi dan di dalam tugas-tugas masa depan (Sidjabat, 2008)

(20)

menghasilkan ilmuwan dan praktisi di bidang psikologi yang berkompeten dalam penanganan masalah-masalah psikologi dan penelitian kajian psikologi untuk pengembangan ilmu (Selayang Pandang Program Studi Psikologi, 2004). Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisi yang ada dan menjadi tenaga-tenaga ahli yang memiliki kreativitas tinggi.

Saputro (2008) mengatakan beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa antara lain : (1) terbelenggu dengan aktifitas rutin, (2) takut berbuat salah dan ditertawakan, (3) rasa malas yang berlebihan atas sesuatu yang akan dikerjakan, dan (4) kuliah hanya mementingkan nilai saja dari pada

skill. Salah satu dari beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa di atas juga dapat kita lihat pada mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Toni (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

“Kreativitas mahasiswa Psikologi menurut saya kurang kak…ya…memang saya nggak bisa menggeneralisasikan semua mahasiswa psikologi di sini tapi yang saya lihat si…seperti itu… contoh kecilnya aja kak, setiap ada acara nggak semua mahasiswanya itu ikut berpartisipasi… di ancam dulu baru pada ikut berpartisipasi… terus hampir semua anak-anak disini punya gang-gang tersendiri, rasa kekeluargaannya masih kurang gimana mau berkumpul bersama-sama membuat sesuatu hal yang baru buat kampus ini…”

(Komunikasi Personal, Medan, 22 Mei 2008)

(21)

dikerjakan. Dari komunikasi personal didapatkan mahasiswa Psikologi USU kurang ikut berperan serta dalam setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kampus Psikologi USU. Perlu ada ancaman atau punishment dari dosen sebagai pendidik kepada mahasiswa agar mahasiswa tersebut ikut berperan serta.

Dengan kurikulumnya yang diantaranya mencakup kemampuan mengasah dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, kemampuan mengasah dalam biopsikomoral, kemampuan melakukan penelitian dalam bidang psikologi. Contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi. Dalam mewujudkan keseluruhannya diperlukan cara berpikir yang kreatif baik dari segi kemampuan kreativitas figural maupun kemampuan kreativitas verbal yang nantinya akan berguna dalam perkembangan bangsa ini (Supratiknya, 2003). Peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Vivi (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

”...kakak kan tahu kalau disini kita tiap hari selalu persentasi hampir semua mata kuliah selalu ada persentasinya. Awal-awalnya saya sangat tidak terbiasa dengan hal seperti itu, apalagi saya termasuk orang yang pemalu, apa lagi harus berbicara di depan umum. Tapi sebenarnya psikologi itukan selalu identik dengan dapat berkomunikasi dengan baik. Ya...jadi memang diperlukan lah kemampuan verbalnya... ”.

(Komunkasi Personal, Medan 22 Mei 2008)

(22)

dengan dosen, praktik wawancara dengan sesama mahasiswa psikologi maupun individu di luar program studi psikologi. Kreativitas verbal berperan amat penting dalam menjaga kualitas diri dalam berinteraksi dengan lawan bicara. Kelancaran, kecepatan, dan kecakapan mahasiswa dalam memilih bahasa dan kata-kata yang bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun memiliki makna yang sama sehingga orang yang mendengarkan pun dapat memahami dan mengerti secara jelas.

Mahasiswa Psikologi juga tidak hanya dituntut dapat memiliki kreativitas verbal saja tetapi kreativitas figural juga sangat dibutuhkan. Dapat terlihat dari enam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa psikologi kreativitas figural juga harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi. Mahasiswa psikologi dituntut untuk dapat berpikir kritis, mampu membuat suatu hal yang inovatif dan kreatif. Peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Andri (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

”...memang kita sebagai mahasiswa psikologi harus bisa berkomunikasi dengan baik, apalagi kita pekerjaannya yang selalu berinteraksi dengan orang. Makanya ada matakuliah komunikasi. Tapi jangan salah kenapa kita ada matakuliah kewiraswastaan? Karena selain kita dituntut untuk dapat berkomunkasi dengan baik kita juga harus bisa memiliki kemampuan inovatif. Bagaimana kita menggunakan strategi, cara ataupun membuat suatu hal itu menjadi menarik sehingga orang dapat tertarik dengan kita...”

(Komunikasi Personal, Medan, 22 Mei 2008)

(23)

kreatif dan inovatif ketika akan berhadapan dengan klien. Misalnya, ketika sedang melakukan wawancara tidak hanya dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan baik saja tetapi juga dituntut untuk dapat berpikir kritis, kreatif dalam mengungkapkan suatu gagasan atau pertanyaan dan yang paling penting adalah inovatif, bagaimana caranya membuat suasana wawancara menjadi nyaman, sehingga klien merasa tertarik dan terbangun sebuah rapport serta trust yang baik.

Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa diketahui terdapat fenomena di fakultas Psikologi USU, yang berhubungan dengan masalah kreativitas. Terlihat bahwa sebagai mahasiswa psikologi USU diharapkan untuk memiliki kreativitas yang tinggi, tidak hanya dari segi kreativitas verbal tetapi dari segi kreativitas figural juga sangat diperlukan. Dari pemaparan di atas peneliti ingin melihat gambaran kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa psikologi Universitas Sumatera Utara.

(24)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kreativitas mahasiswa khususnya pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Peneletian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kreativitas yang ada pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang psikologi pendidikan mengenai kreativitas khususnya pada mahasiswa sehingga diharapakan dapat memperkaya teori-teori yang sudah ada sebelumnya.

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa psikologi serta para pendidik mengenai kondisi kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara.

(26)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang sekolah alam, sikap, orang tua, dan peranan orang tua dalam pendidikan anak.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas

Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi tetapi juga dengan kreativitas. Individu sebagai pribadi, maupun sebagai elompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk cara-cara baru, atau mengubah cara lama secara kreatif, agar kita dapat bertahan dan tidak tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara. Individu yang kreatif menghasilkan ide-ide baru dalam meningkatkan daya saing di era globalisasi, dinamis, fleksibel, komunikatif dan aspiratif. Individu yang kreatif biasanya tidak dapat diam, selalu menginginkan perubahan-perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, mampu merubah bentuk suatu ancaman menjadi tantangan dan dari tantangan menjadi peluang. Daya kreativitas dapat membangkitkan semangat, dan percaya diri untuk menghadapi masa depang yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Munandat, 1999).

1. Pengertian kreativitas

Munandar (2004) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan

(28)

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Mulyadi (2004) seorang psikolog perkembangan anak mengatakan, kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen

dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

Kreativitas menurut Rhodes (dalam Munandar, 1999) dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P’s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan

(29)

kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press merupakan kreativitas yang menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas.

(30)

2. Ciri-ciri kreativitas

Ada beberapa ciri-ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu yang kreatif. Guilford (dalam Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri kognitf

(aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam bepikir dan

elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Kedua jenis ciri-ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku kreatif dapat terwujud.

Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri afektif (non-aptitude)

menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan lebih lanjut a. Ciri-ciri Kognitf

Kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif (divergen) dan memiliki lima ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

1) Kemampuan berpikir lancar (fluency)

(31)

hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.

Mulyadi (2004) membagi kelancaran dalam berpikir ke dalam empat bagian meliputi :

a. World Fluency, merupakan kemampuan untuk menuliskan atau mengucapkan atau memikirkan sebanyak mungkin kata-kata.

b. Associational Fluency, merupakan kemampuan untuk

menemukan sebanyak mungkin sinonim kata dalam waktu tertentu.

c.Expressional Fluency, merupakan kemampuan membuat kalimat sebanyak mungkin yang disusun dengan cepat dan memenuhi syarat tata bahasa.

d. Ideational Fluency, merupakan kemampuan untuk menemukan berbagai ide mengenai benda tertentu dengan sifat tertentu. Dalam waktu yang terbatas.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam bentuk mengajukan banyak pertanyaaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

(32)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda, memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain, dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok., jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya, mampu mengubah arah berpikir secara spontan. 3) Kemampuan berpikir orisinal (originality)

(33)

unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesain yang baru, memberikan warna-warna yang tegas dan berbeda dengan keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.

4) Kemampuan menilai (evaluation)

Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya.

(34)

gagasan-gagasan yang tercetus, pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

5) Kemampuan memperinci (elaboration)

Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci., mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

b. Ciri-ciri afektif

(35)

Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu: 1) Rasa ingin tahu.

Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya, memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu, misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian.

2) Bersifat imajinatif/fantasi

(36)

dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3) Merasa tertantang oleh kemajemukan

Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan, adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

(37)

tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.

5) Sifat menghargai

(38)

Keativitas pada penelitian akan diungkap melalui tes kreativitas figural tipe B subtes III dari Paul Torrance dan tes kreativitas verbal dari Munandar (1999), dimana kedua alat tes tersebut digunakan untuk mengungkap aspek kognitif dari kreativitas. Aspek afektif pada kreativitas diungkap dengan menggunakan skala sikap kreatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers ( dalam Munandar, 1999) adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan

(39)

individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya

(40)

toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. 2. Status sosioekonomi

(41)

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

(42)

saja yang dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga dapat menyebabkan munculnya perbedaan kreativitas.

B. Mahasiswa

1. Pengertian mahasiswa

(43)

Winkel (1997) mengatakan tugas perkembangan yang dihadapi mahasiswa pada dasarnya adalah mahasiswa di semester awal harus menyesuaikan diri dengan pola kehidupan di kampus dan di luar kampus, baik yang menyangkut hal-hal akademik maupun non-akademik, mahasiswa di semester tinggi harus memantapkan diri dalam mengejar cita-cita dibidang studi akademik, dipekerjaan dan dibidang kehidupan. Beraneka kesulitan yang tinbul dapat di bagi atas 2 kelompok, yaitu kesulitan akademik dan non-akademik. Meskipun kedua kelompok kesulitan itu berpengaruh satu terhadap yang lain. Kesulitan dibidang akademik misalnya; kurang menguasai cara belajar mandiri, kurang mampu mengatur waktu yang baik, salah pilih program studi, hubungan dengan dosen renggang atau jauh. Sedangkan kesulitan di bidang non-akademik misalnya; kesulitan menanggung biaya pendidikan, kekurangan dalam fasilitas belajar, asupan makanan yang kurang bergizi, ketegangan dalam bergaul dengan tema, rasa bosan dll.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu yang berada pada rentang umur 18-25 tahun yang sedang belajar diperguruan tinggi.

2. Mahasiswa psikologi

(44)

3) ketrampilan berbahasa, 4) ketrampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) ketrampilan interpersonal, sejarah psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.

Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005) ada enam kompetensi utama dalam psikolgi yaitu :

a. Penguasaan teori-teori Psikologi

Pengusaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum psikologi, hasil-hasil empiris dsb.

b. Penguasaan metode penelitian dasar

Penguasaan metode penelitian dasar, ketrampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisa baik dalam membentuk metode kuantitatif maupun kualitatif. c. Pengukuran assesment

Menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian.

d. Kemampuan membangun hubungan interpersonal

Membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki ketrampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.

e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan

(45)

f. Kemampuan Soft Skill

Berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan, tulisan, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa psikologi adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk menguasai teori-teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill.

C. Kreativitas Mahasiswa Psikologi

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental yang dimiliki oleh individu yang dipandang sebagai sutau proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret maupun abstrak baik verbal maupun non verbal

(46)

individu dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, diantaranya keterbukaan terhadap pengalaman, evaluasi internal dan kemampuan untuk bermain serta mengadakan eksplorasi. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari keluarga dan lembaga pendidikan. Lingkungan yang memberikan kebebasan individu untuk berkreasi serta mengemukakan pendapat dapat memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan kreativitas dengan baik. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membentuk suatu individu yang memiliki kerativitas yang baik. Selain sekolah perguruan tinggi juga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mampu menciptakan suatu individu-individu atau tenaga-tenaga yang ahli dan kreatif. Mahasiswa-mahasiswa tersebut dapat menjawab suatu permasalahan atau pun tantangan yang ada dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya.

Demikian juga dengan mahasiswa psikologi yang diharapakan dapat memiliki kemampuan untuk menguasai teori-teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal memiliki ras etis atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill .

(47)
(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penelitian ini hanya bertujuan untuk melihat gambaran atau mendeskripsikan kreativitas mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara yang ditunjukkan melalui mean. Menurut Hadi (2000) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karekteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.

(49)

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang hendak diteliti dalam rancangan penelitian ini adalah kreativitas pada mahasiswa.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan. Peneliti menganggap kreativitas merupakan kemampuan yang sudah ada dimiliki oleh tiap-tiap individu tetapi dalam kapasitas yang berbeda-beda dan tergantung pada bagaimana individu tersebut mengembangkan kreativitasnya.

(50)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian yang hendak diukur (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Mengingat keterbatasan untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yang dikenal dengan nama sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang masih aktif kuliah atau tidak sedang PKA.

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwati, 1994). Dengan kata lain

(51)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling. Menurut Hadi (2000) proporsional stratified random sampling dilakukan jika populasi terdiri dari beberapa sub-populasi (kelompok-kelompok) yang mempunyai susunan bertingkat dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi dan tiap-tiap sub-populasi akan diwakili dalam penelitian setelah dilakukan secara random.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Peneliti tidak mengambil seluruh mahasiswa Psikologi USU untuk dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 100 orang. Banyaknya subjek dalam setiap angkatan (sub-kelompok) harus diketahui dahulu berapa jumlahnya, kemudian menentukan jumlah sampel dari setiap lapisan kelompok dengan cara mengkalikan jumlah sampel yang akan dijadikan peneletian dengan jumlah sampel subjek (perempuan/laki-laki) setiap kelompok/lapisan dibagi dengan jumlah populasi (Sugiono, 2007)

(52)

Tabel 1.

Jumlah Mahasiswa Psikologi USU JENIS

(Sumber data Pendidikan Psikologi USU, 2009)

Tabel 2.

Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi USU JENIS

1. Tes Kreativitas Figural Tipe B

(53)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) tipe B. Tes kreativitas Figural Form B ini terdiri dari tiga subtes yaitu :

1. Subtes I : Membuat gambar (Picture Construction), pada subtes I faktor yang dapat terungkap adalah faktor keaslian (originality) dan memperinci (elaboration).

2. Subtes II : Melengkapi gambar (Picture Completion), pada subtes II faktor yang dapat terungkap adalah faktor kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibelity), dan keaslian (originality)

3. Subtes III : Lingkaran (Circle) pada subtes III faktor yang dapat terungkap adalah faktor kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibelity), keaslian (originality), dan elaboration

(Torrance dalam Mukhtar, 2000)

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan ketiga subtes tetapi hanya satu subtes saja yaitu menggunakan tes Figural Form B subtes III (Circle). Hal ini dilakukan karena pada subtes ini banyak faktor yang dapat terungkap tentang kreativitas selain itu untuk menghemat waktu dan biaya serta mengingat proses penilaiannya yang sangat rumit. Tes ini menggunakan waktu selama 30 menit, yang masing-masing tiap subtesnya dibatasi waktu 10 menit.

a. Prosedur penyelenggaraan

(54)

gambar dari lingkaran-lingkaran yang ada. Subtes ini dilakukan dalam waktu 10 menit. Ketika subtes III dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan petunjuk-petunjuk pengerjaannya sampai subjek benar-benar mengerti. Tanda mulai baru diberikan oleh peneliti setelah petunjuk pengerjaannya telah selesai diberikan dan subjek mengerti dalam mengerjakannya, dan tanda berakhir akan diberikan setelah subjek mengerjakannya sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu 10 menit.

b. Prosedur penilaian

Penilaian tes kreativitas figural ini disesuaikan dengan pedoman yang diberikan oleh Torrance (dalam Mukhtar, 2000) seperti yang akan diuraikan secara singkat berikut ini:

Penilaian subtes III lingkaran

Sebelum peneliti memberikan skor pada subtes lingkaran, penting untuk memeriksa secara berulang relevansi gambar yang dibuat dengan stimulus gambar yang berupa lingkaran. Suatu respon yang relevan didefinisikan sebagai suatu yang berisi lingkaran (elemen stimulus tes), sebagai bagian integral dari gambar yang dibuat. Subtes lingkaran dimaksudkan untuk \mengungkap faktor kelancaran, faktor keluwesan, faktor keaslian dan faktor elaborasi. Pedoman penilaian masing-masing aspek kreativitas antara lain adalah:

(55)

Penilaian aspek fluency diberikan pada kuantitas gambar yang relevan yang dapat dihasilkan individu dalam waktu 10 menit, bukan berdasarkan pada kualitas gambar. Secara sederhana respon tidak mendapat nilai bila hanya merupakan pengulangan yang tidak relevan. Penilaian berdasarkan jumlah respon yang diberikan, dikurangi jumlah respon-respon yang sama dan respon-respon yang tidak relevan.

b. Keluwesan (Flexibility)

Skor keluwesan diperoleh dengan cara menjumlahkan kategori respons yang dapat dihasilkan oleh subjek dengan menghitung jumlah respon dalam kategori-kategori yang berbeda.

c. Keaslian (Originality)

Penilaian didasarkan atau tabulasi respon-respon seluruh subjek penelitian.

Tabel 3.

Keterangan Penilaian Bedasarkan Tabulasi Respon Respon (%) Nilai

>10% 0

5% - 9% 1

2% - 4% 2

<2% 3

(56)

membuat suatu gambar. Kriteria yang digunakan oleh Torrance untuk menentukan bonus skor keaslian adalah :

Tabel 4.

Keterangan Nilai Bonus Originality

Banyak Lingkaran Nilai

2 2 3-4 5 5-10 10 11-15 15

>15 25

d. Perincian (Elaboration)

Skor perincian didasarkan pada penambahan detail yang diberikan pada ide stimulus gambar termasuk didalamnya warna, shading, dan dekorasi. Skor 1 diberikan untuk setiap tambahan dari ide-ide dasar.

Skor kreativitas subyek adalah jumlah total skor mentah dari keempat faktor kreativitas yaitu kelancaran, keluwesan, elaborasi, dan keaslian. Hal ini dapat dilambangkan dengan rumus : 

XR = F1 + F2 + O + E

Keterangan :

(57)

F1 = Skor faktor fluency (kelancaran) F2 = Skor faktor flexibility (keluwesan) O = Skor faktor originality (orisinalitas) E = Skor faktor elaboration (elaborasi)

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:

Tabel 5.

Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas

Rentang Nilai Kategorisasi

X < ( - 1,0 ) ( - 1,0 ) ≤ X < ( + 1,0 )

( + 1,0 ) ≤ X

Rendah Sedang Tinggi

2. Tes kreativitas Verbal dari Munandar

Selain tes kreativitas Figural Form B juga peneliti menggunakan tes kreativitas verbal dari Munandar. Konstruksi tes kreativitas verbal berlandaskan model terstruktur intelek dari Guilford sebagai kerangka berpikir. Tes ini terdiri dari atas 6 subtes, yaitu : (1) permulaan kata (word beginning), 2 menyusun kata anagram, (3) membentuk kalimat tiga kata (three word sentences), (4) sifat-sifat yang sama (thing categories), (5) penggunaan tidak biasa (unusual uses), (6) apa akibatnya (consequences). Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif yang dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir tetapi lebih kepada ke dimensi verbal. (Munandar, 2004).

(58)

Metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat tes kreativitas verbal (TKV) dari Munandar (1999). Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai tes kreativitas Verbal (Munandar, 1999), yang meliputi :

1. Permulaan kata (Word Beginning), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran kata dengan kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

Contoh : Sa

2. Menyusun kata anagram, mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari suatu kata yang diberikan sebagai rangsangan (dalam kepustakaan tes ini juga disebut anagram). Tes ini mengukur kelancaran kata, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.

Contoh : Proklamasi

3. Membentuk kalimat tiga kata (Three Word Sentences)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda, menurut kehendak subjek. Contoh: A-l-g

(59)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.

Contoh : Merah dan cair

5. Penggunaan tidak biasa (Unusual Uses), mengungkapkan fleksibilitas dan orisinalitas.

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statistis, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Apa akibatnya (Consequences), mengungkap kelancaran kata dan elaborasi.

(60)

memberi gagasan digabung dengan elaborasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan berbagai macam implikasi.

Contoh : Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes dibuat cukup longgar agar tersedia kesempatan bagi subjek untuk dapat menyatakan ide-ide mereka (Munandar, dalam Rismiati & Mukandari, 2004). Jumlah waktu untuk mengerjakan tes kreativitas Verbal ini adalah 60 menit.

b. Prosedur penilaian

1. Penilaian subtes permulaan kata (word beginning).

Setiap kata mendapat skor 1, jika memenuhi persyaratan yaitu kata tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya, sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak perlu sempurna. Dasar pertimbangannya adalah subtes ini tidak merupakan tes bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas, misalnya: ditulis “sayur”. Ini betul dan mendapat skor 1, oleh karena itu penggunaan susunan huruf “sa” yang diberikan adalah benar akan tetapi jika ditulis “sampo” yang seharusnya “shampo”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan huruf “sa” yang diberikan tidak tepat. Nama orang tidak dibenarkan tetapi nama negara, kota, gunung di benarkan.

(61)

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem tes. Tidak dibenarkan menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul dua kali seperti huruf “a” dalam kata kreativitas. Singkatan tidak dibenarkan, seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari misalnya TV. Bahasa asing / daerah tidak di benarkan, kecuali jadi bahasa/di terima sebagai bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata (three word sentences)

Urutan huruf-huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh diubah. Jadi tidak selalu harus berurut seperti yang diberikan. Tiga kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya tetapi tidak mendapatkan skor. Dapat menggunakan kata nama orang. Susunan kata kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali menyangkut huruf pertama dari kata, karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat-sifat yang sama (thing categories)

Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat yang disebut pada masing-masing aitem, yaitu:

(62)

bola. Yang dapat diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.

b. Putih dan dapat dimakan. Maksudnya kata yang luas, meliputi makan/minuman, misalnya; susu, bahan yang matang, telah dimasak maupun yang perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung. c. Panas dan berguna maksudnya semua benda yang kegunaannya

adalah akibat dari “kepanasannnya”/kehangatannya. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari berfungsinya tapi tidak merupakan sumber kegunannya, maka jawaban seperti itu tidak dapat diskor. Benda atau zat yang mempunyai efek panas walaupun suhu benda/zat tersebut tidak harus tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak-serai, obat-gosok, param balsam.

5. Macam-macam kegunaannya

(63)

telah dibuat oleh Munandar berdasarkan hasil penelitian terhadap 267 responden.

6. Apa akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran dalam memberikan gagasan/elaborasi. Seperti jawaban yang menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan mendapat satu skor. Kecuali setiap elaborasi atau perincian yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati orang lain? Dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mengetahui pikiran-pikiran jahatnya, sehing menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi.

Skor tinggi pada total dari masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal tinggi dan sebaliknya.

3. Skala sikap kreatif

Skala sikap kreatif digunakan untuk mengukur sikap kreatif dari individu. Dengan pertimbangan bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga sikap kreatif. Pertimbangan penggunaan skala dalam pengukuran kreativitas adalah sebagai berikut (Hadi, 2000):

(64)

b. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya cenderung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Sikap kreatif menggunakan ciri-ciri afektif dari Guilford (dalam Munandar, 1992), yaitu :

1. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu hal.

2. Bersifat imajinatif/fantasi yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan.

3. Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4. Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan) yaitu berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain.

5. Sifat menghargai yaitu kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

(65)

pengukuran model Likert yang jawabannya terdiri dari 4 (empat) alternative jawaban, dimana sebagai dasar penentuan nilainya dikategorikan dalam sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala psikologis ini terdiri dari pernyataan yang

favorabel dan unfavorabel yang tujuannya untuk melihat konsistensi subjek dalam memberikan jawaban. Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorabel dan 1 sampai 4 untuk item-item yang

unfavorabel. Semakin tinggi skor mahasiswa maka semakin bagus sikap kreatif yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut dan sebaliknya.

Tabel 6.

Penilaian Skala Sikap Kreatif

Jumlah Item

Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang akan digunakan dalam uji coba

Pernyataan

No Karakteristik Indikator

Favorable Unfavorable

Jumlah Total 1. Rasa ingin tahu Selalu bertanya

Memperhatikan banyak hal Tidak takut menjajaki

(66)

Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar Ingin mengamati

perubahan-perubahan dari sesuatu hal

73,77 75,79 20 melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain

Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain.

3. Merasa tertantang oleh

kemajemukan

 Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk

 Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain

 Menggunakan

gagasan/masalah-masalah yang rumit

 Berusaha terus-menerus agar berhasil

 Tidak cenderung mencari jalan tergampang

 Tidak mudah dipengaruhi

 Berani mengakui kesalahan serta kegagalan dan berusaha lagi

5. Sifat menghargai  Menghargai hak-hak diri sendiri dan orang lain

 Menghargai prestasi diri sendiri dan orang lain

(67)

Total 40 40 80

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Tes kreativitas

Sukadji (2000) mengatakan validitas merupakan derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subjeknya. Hadi (2000) mengatakan, reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda.

The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) menurut Supriadi (1998) mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi dengan koefisen korelasi r = 0,90, sehingga layak untuk digunakan. Hal senada juga diungkapkan oleh Carl Rosen (dalam Supriadi, 1998) yang menyatakan bahwa TTCT masih merupakan alat tes kreativitas yang dapat dipercaya.

Uji validitas tes kreativitas Verbal juga telah banyak dilaporkan oleh Munandar (Prakoso, 1995), dari hasil beberpa penelitian yang dilakukannya kreativitas Verbal menunjukkan reliabilitas berkisar 0,94 – 0,99. Dalam Norms Tehcnical Manual TTCT Torrance (dalam Prakoso, 1995) ditunjukkan berbagai hasil pengujian reliabilitas dan validitasnya yaitu berkisar 0,86 – 0,98.

(68)

Thinking (TTCT). Hal ini karena, dari hasil penjelasan dan penelelitian yang dijelaskan tersebut cukup meyakinkan.

2. Skala sikap kreatif a. Validitas

Penelitian ini peneliti menggunakan 2 (dua) jenis validitas yaitu validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah bagaimana kesan pertama yang muncul ketika melihat sebuah alat ukur. Sedangkan validitas isi adalah penilaian secara subjektif mengenai kelayakan suatu aitem atau skala oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan mengenai masalah yang diajukan (Litwin, 2003).

Validitas tampang diwujudkan dengan penyajian alat ukur yang rapih dan jelas. Sedangkan validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement

(Azwar, 2000). Professional judgement dalam penelitian ini adalah dosen sebagai pembimbing dalam penelitian ini. Penggunaan blue print sangat membantu untuk tercapainya validitas suatu alat ukur karena memuat cakupan isi yang hendak diungkap.

b. Daya Beda Aitem

Gambar

Tabel 2.  Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi USU
Tabel 3. Keterangan Penilaian Bedasarkan Tabulasi Respon
Tabel 4. Keterangan Nilai Bonus
Tabel 5. Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teori e-readiness yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Guglielmino dan Guglielmino (2003), dimana e-readiness memiliki dua komponen

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi yang penekanannya terletak

dapat menyesuaikan tidak hanya dari akademik saja namun dengan lingkungan soaial yang baru untuk dapat mengungkapkan diri mengenai ide, informasi, perasaan,

quantum learning dengan lebih jelas.. Gracy Okrani Maya Sumarni Purba : Gambaran Penerapan Quantum Learning Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. d)

pasangan merupakan proses memilih siapa yang akan menjadi teman hidup, orang. yang akan memberikan setengah kontribusinya dalam gen untuk

Maka, dapat disimpulkan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya,

Beberapa ciri orang kreatif adalah memiliki kemampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim (meski tak selalu baik), yang jarang,

Harris mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide- ide baru dengan