• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI KABUPATEN CILACAP"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI

KABUPATEN CILACAP SKRIPSI

Disusun Oleh:

Nama : Widhiarto Indra Cahya NIM : 20120610004

Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Tata Negara

FAKULTAS HUKUM

(2)

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003

TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Nama : Widhiarto Indra Cahya NIM : 20120610004

Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Tata Negara

FAKULTAS HUKUM

(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : WIDHIARTO INDRACAHYA

NIM : 20120610004

Judul Skripsi : PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILCAP

NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG KETERTIBAN,

KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI KABUPATEN CILACAP

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah

diajukan untuk mendapat gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta atau pun di Perguruan Tinggi lainnya.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 25 November 2016

(4)

HALAMAN MOTTO

“Telah tampak kerusakan didarat dilaut disebabkan oleh perbuatan manusia,

supaya Alloh merasakan kepada mereka akibat dari sebagian perbutan mereka, agar (kembali kejalan yang benar)

Katakanlah : adakanlah perjalanan dimuka bumi dan diperlihatkan bagaimana kesudahan orang yang dulu. Kebanyakan dari meraka itu adalah

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skipsi ini kupersembahkan sebagai rasa hormat dan terimakasih saya kepada :

Ayahanda Indarto dan Almarhumah Ibunda Eko Ariani

Kakak tercinta Nimas Arini

Adik tersayang Khairunisa Putri Maulina

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERNYATAAN...………. iv

ABSTRAK………...………... v

HALAMAN MOTTO………....………. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……… x

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 6

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Manfaat Penelitian………... 6

BAB II SATUAN POLISI PAMONG PRAJA………. 8

A. Pengertian, Sejarah, Tugas, Dan Wewenang Satpol PP……… 8

a. Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja……… 8

b. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja ………. 10

c. Dasar Hukum Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja……….. 14

(7)

e. Tugas Dan Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja ……… 16

B. Peraturan Daerah………. 21

a. Asas Pembentukan Perda……….. 25

b. Prinsip-Prinsip Pembentukan Perda………. 28

c. Deskripsi mengenai Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2003……. 29

BAB III METODE PENELITIAN……….. 36

A. Jenis Penelitian……… 36

a. Penelitian Kepustakaan………. 37

b. Penelitian Lapangan……….. 37

B. Lokasi Penelitian………. 37

C. Teknik Pengumpulan Data……….. 38

D. Teknik Pengelolaan Data………. 41

E. Analisis Data……… 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS……….. 42

BAB V PENUTUP………... 91

A. Kesimpulan………... 91

B. Saran………. 92

DAFTAR PUSTAKA………... 93

(8)
(9)

ABSTRAK

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN DI KOTA CILACAP

Oleh:

Widhiarto Indra Cahya 20120610004

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan yang dijalankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Cialacap Nomor 26 Tahun 2003 mengenai Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan di Kota Cilacap. Metode penelitian yang digunakan merupakan normatif dan emperis yang menggunakan pengelolaan data dengan teknik Empiris Kualitatif. Untuk mengumpulkan data skripsi ini menggunakan studi kepustakaan dan penelitian lapangan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data wawancara dengan menggunaka kusioner yang dilakukan kepada narasumber yaitu Satuan Polisi Pamong Praja. Hasil dari penelitian tersebut meliputi peranan yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terdapat 4 tahap yaitu: melakukan pengarahan kepada masyarakat, melakukan pembinaan dan sosialisasi, Respensif Non Yustisial, dan

Penindakan Yustisial. Hasil penelitian menunjukan bahwa, peranan yang dilakukan

oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam melakukan penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang K3 sangat besar peranannya.

Peranan yang dijalankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap dalam Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 26 Tahun 2003 adalah besar. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil yang didapat oleh Anggota Satuan pada saat menjalankan sistem operasioanal dilapangan. Terdapat 150 kasus yang menjadi sasaran operasional,dan berhasil di tertibkan sebesar 36% dari jumlah kasus yang telah dicanangkan.

(10)
(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam pelaksanaan sistem pemerintahan di Kabupaten Cilacap selalu eksis dan tidak pernah berubah. Baik secara peran maupun fungsinya. Hal tersebut dibuktikan dengan dibentuknya Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri. Dalam Perda tersebut menjelaskan Satuan Polisi Pamong Praja merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai unsur lembaga teknis Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam mendukung tugas Bupati khususnya di bidang penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala daerah, dan menciptakan ketertiban umum di daerah serta menjamin ketentraman masyarakat di daerah.

(12)

2 Pola penegakan hukum yang dijalankan oleh Satpol PP bertujuan untuk memunculkan ide-ide keadilan, memberikan kepastian hukum, dan manfaatan sosial agar dapat timbul menjadi kenyataan1. Jenis penegakan hukum secara Represif non

yustisial yang dilakukan oleh Satpol PP adalah untuk mengembalikan fungsi atau keadaan semula dari sarana maupun infrakstruktur yang beralih fungsi dari fungsi sebelumnya. Misalnya seperti trotoar yang ada di tepian jalan raya, jika dilihat dari posisi dan tujuan dibuatnya trotoar tersebut, trotoar merupakan jalan yang digunakan untuk mobilitas oleh para pejalan kaki tetapi keberadaan trotoar tersebut digunakan dan dijadikan sebagai sarana berdagang oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab2.

Namun dalam proses pelaksanaan penegakan hukum tersebut, anggota Satpol PP tidak semudah seperti membalikan telapak tangan. Penegakan dan pelaksanaan aturan yang dilimpihkan kepada Satpol PP dari Kepala Daerah tersebut akan berjalan dengan lancar Satpol PP harus mendapat bantuan dari instasi lainya. Disisi lain seorang Kepala daerah juga di berikan kewajiban tersendiri untuk menegakan perturan perundang-undangan dan memelihara ketertiban serta ketentraman masyarakat3.

1 Dellyana, shant, 1998, Konsep Penegakan Hukum, Yogyakarta, Liberty, hlm 32

2 Wawancara dengan Rohwanto, tanggal 4 November 2016 di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Cilacap.

3 Dirjen Pemerintahan Umum, 2005, Jakarta, Pedoman Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi

(13)

3 Dalam melaksanakan kewajibannya, Ketertiban merupakan suasana yang mengarah kepada peraturan dalam masyarakat menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan motivasi bekerja sehingga menimbulkan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Maka dari itu daerah diberikan wewenang langsung oleh pemerintah pusat untuk menajalankan urusan pemerintahannya sendiri. Hal tersebut dapat dicontohkan dengan daerah di bolehkan untuk membuat peraturan daerahnya sendiri dan mengelolanya secara mandiri4.

Dengan dikeluarkanya wewenang pusat kepada daerah itu sendiri untuk menajalankan dan menegelola daerah otonomnya maka daerah diberikan kewenangan untuk membuat aturan yang mengatur kelangsungan daerah otonomnya itu sendiri. Daerah otonom merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang menagatur urusanya sendiri menurut prakarsa sendiri berdasarkan sistem aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 Ayat 12). Hal tersebut dijelaskan secara jelas dalam TAP MPR No. IV/MPR/2000 bahwa daerah mempunyai wewenang luas, nyata, dan bertanggung jawab untuk melakukan dengan diwujudkan melalui pemanfaatan dan pengaturan sumberdaya yang berada di daerah5.

4

Septi Nur Wijayanti & Iwan Satriawan, 2009, Hukum Tata Negara Teori & Prateknya Di Indonesia, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Bekerjasama dengan Divisi Publikasi & Penerbitan LP3M UMY,hlm 169.

5 Deddy Supriandy Bratakusumah, & Dadang Solihin, 2002,Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah

(14)

4 Di wilayah administratif Cilacap, Kepala daerah memeberikan tugas dan peran lebih kepada Sapol PP untuk menjalankan kegitan-kegiatan yang di miliki oleh daerah otonom tersebut. Bentuk partispasi yang dilakukan oleh satpol pp terhadap daerah otonom adalah untuk menagawal dan menagawasi jalanya pembentukan Peraturan Daerah dan Peraturan-peraturan yang di keluarkan oleh Bupati sebagai Kepala Daerah.

Dalam menciptakan iklim yang kondusif didaerah otonomnya, Kabupaten Cilacap membentuk Peraturan Daerah yang dimana dalam aturan tersebut menagtur mengenai Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan. Dengan dibuatnya Peraturan Daerah ini oleh daerah bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Cilacap untuk menjaga dan memelihara lingkungan tempat mereka tinggal yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan adanya pembangunan yang berkesinambungan tersebut maka akan membantu kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Namun dengan dilihat realita dilapangan adanya penegakan peraturan daerah tersbut masih banyak mendapatkan kendala.

(15)

5 umum dan bersifat khusus. Hal tersbut dapat dilihat dari laporan ankutabiltas kerja Satpol PP pada tahun 2015.

Dalam merealisasikan tugasnya di lapangan Satuan Polisi Pamong praja menargetkan 150 kasus untuk di tertibkan, namun dengan berjalan prose pernertipan tersebut hanya 129 kasus yang bersifat presusif edukatif dan 154 kasus represif non yustisial. Dan terdapat 27 kasus yang menjadi berkas dan terdapat 27 kasus yang di sidangkan. Sedangakan untuk kasus yang bersifat khusus terdapat 998 yang dimana pelanggaran tersebut berupa papan reklame dan sepanduk6.

Sehubungan masih banyaknya pelanggaran yang timbul terhadap peraturan daerah tersebut, maka diperlukan adanya penertiban dan pembinan yang harus dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja tersebut. Salah satu penertiban tersebut adalah dengan melakukan penertiban puluhan spanduk dan banner liar diliar. Operasi tersebut dilakukan pada setiap minggunya. Penertiban tersenut dilakuakn lantaran pemasangan banner maupun spanduk tidak memeliki izin dan sudah berizin tapi keliru dalam melakukan pemasanganya. Sebenarnya penertiban dilakukan merupan langkah akhir yang dilakukan oleh dinas terkait, karena sebelum di tertiban dan di rasia para pelanggar tersebut telah di berikan pembinaan dan di berikan penyuluhan terlebih dahulu7. Dengan diadakanya pembinaan dan pertiban tersebut maka

diharapkan dapat menciptakan ketertiban, keindahan, dan kebersihan di Kota Cilacap.

6 Lembaran Laporan Akutanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2015, Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Cilacap, 2015, Cilacap, hlm 34

7Repot hasil kerja Satpol PP, Cilacap 26 Febuari 2015,

(16)

6 Maka dari itu diperlukan sikap yang tegas dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalankan tugas dan kewenanganya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 26 Tahun 2003 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan?

2. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 26 Tahun 2003 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2003 dalam menentukan faktor yang menghambat dan faktor pendukung penegakan peraturan tersebut .

2. Untuk mengetahui dan mengkaji kendala yang dalam penegakan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2003.

D. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetahuan

(17)

7 dengan yang sudah diatur didalam peraturan daerah yang telah dibentuk oleh Kepala daerah maupun oleh Pemerintah Daerah kususnya diwilayah Kabupaten Cilacap.

2. Pembangunan

(18)

8 BAB II

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

A. Pengertian, Sejarah, Tugas, dan Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja a. Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP, merupakan salah satu perangkat yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah /Kota.

1) Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah

2) Di Daerah /Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(19)

9 Praja atau Pegawai Pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pamong Praja adalah Pegawai Negeri yang mengurus pemerintahan Negara1.

Definisi lain mengenai Polisi Pamong Praja adalah sebagai salah satu Badan Pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum atau pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan2. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 mengenai Satuan Polisi Pamong dijelaskan Satpol PP adalah bagian dari perangkat aparatur di daerah yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan penegakan peraturan daerah dan menyelenggrakan ketertiban umum serta menciptakan ketentraman di masyarakat. Ketertiban umum dan Ketentraman masyarakat merupakan sebuah keadaan dinamis yang dimana memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat daerah dapat melakukan kegiatanya dengan tentram, tertib, dan teraur. Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Polisi Pamong Praja adalah Polisi yang mengawasi dan mengamankan keputusan pemerintah di wilayah kerjanya.

Berkaitan dengan adanya lembaga pengamanan swakarsa yang dibentuk atas kemauan masyarakat sendiri, Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai undang-undang yang menjadi dasar pijakan yuridis dalam hal pemeliharaan keamanan dalam negeri, telah memberikan kemungkinan dibentuknya Satpol PP, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1c) Undang-undang (UU) No. 2

1 Alwi, Hasan,2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm.817

(20)

10 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan bahwa "Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau bentuk-bentuk pengamanan swakarsa"3.

Diberikannya kewenangan pada Satpol PP untuk melaksanakan tugas pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum tidak saja berpijak dari UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tetapi juga amanat dari Pasal 13 huruf c dan Pasal 14 huruf c Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada pokoknya menyebutkan bahwa "Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota) adalah penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat". Dalam penjelasan Pasal 13 ayat (1) huruf c Undang-undang No. 34 Tahun 2004 disebutkan bahwa "Yang dimaksud dengan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat termasuk penyelenggaraan perlindungan masyarakat"4.

b. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja

Polisi Pamong Praja pertama kali didirikan pada tanggal 3 Maret 1950 tepatnya di kota Yogyakarta. Motto yang dimiliki oleh Polisi Pamong Praja sebagai motivasi kerja satuan yaitu PRAJA WIBAWA. Sedangkan PRAJA WIBAWA tersebut diartikan sebagai sarana yang mewadahi sebagaian tugas yang dimiliki

3Satpol PP Kebayoranbaru, 22 Juli 2016 ,Peranan satuan polisi pamong praja, http://satpolppkebayoranbaru.blogspot.co.id/

(21)

11 pemerintah daerah sebenarnya ketugasan itu sendiri telah di jalankan oleh pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dengan kondisi yang tidak stabil di NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai penjaga keamanan di Yogyakarta untuk menjaga keteriban dan ketentraman pada masyarakat.

Awal pembentukan Satuan Polisi Praja adalah Tahun 1620, oleh Gubernur Jenderal VOC, Pieter Both yang diberi nama Bailluw. Pembentukan Bailluw dimaksudkan untuk bertugas menangani perselisihan hukum yang timbul antara VOC dengan warga kota di Batavia. Selain menjaga ketertiban dan ketentraman warga kota5.

Satuan yang menggunakan badge berlatar kemudi dan tameng berwarna kuning di atas warna biru tua itu tahun ini sudah berusia 60 tahun. Jika disamakan dengan usia manusia, keberadaan Satpol PP itu sendiri sudah cukup tua. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sudah banyaknya asam garam yang dilewatinya. Seiring dengan berjalanya waktu, keberadaan Bailluw digantikan. Tepat pada tahun 1815 pada masa kepemimpinan RAFFLES keberadaan Bailluw berganti menjadi Bestuurpolitie atau Polisi Pamong Praja dibentuk dengan tugas membantu pemerintah Kewedanaan untuk melakukan tugas-tugas ketertiban dan keamanan.

(22)

12 Menjelang akhir era Kolonial khususnya pada masa pendudukan Jepang Organisasi polisi Pamong Praja mengalami perubahan besar dan dalam prakteknya menjadi tidak jelas, dimana secara struktural Satuan Kepolisian dan peran dan fungsinya bercampur baur dengan Kemiliteran. Pada masa Kemerdekaan tepatnya sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Polisi Pamong Praja tetap menjadi bagian Organisasi dari Kepolisian karena belum ada Dasar Hukum yang mendukung keberadaan Polisi Pamong Praja sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 19486.

Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Pada tahun 1960, dimulai pemebentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di Luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi militer/angkatan perang. Selanjutnya di tahun 1962, terjadi perubahan nama menjadi Kesatuan Pagar Baya yang bertujuan untuk membedakan dengan Korps Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan yang dimaksudkan didalam isi muatan UU. No.13/1961 tentang pokok Kepolisian.

Pada tahun 1963, berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP itu sendiri muncul sejak adanya pemeberlakuan UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, bahwa Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melangsungkan tugas dekonsentrasi. Saat UU No. 5 Tahun 1974 tidak berlaku lagi dan digantikan dengan UU No.22

(23)

13 Tahun 1999 dan digantikan lagi oleh UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah. Untuk Kabupaten Temanggung sendiri Satpol PP terbentuk pada tanggal 9 Mei 1992 yang beranggotakan dari gabungan anggota Ketertiban Umum dan Anggota Satuan Pengelola Daerah Perkotaan yang pada saat ini berkududukan di bawah Mantri Hansip. Sehingga kedua pasukan tersebut lebur menjadi satu dibawah nama Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Temanggung.

Secara definisi Polisi Pamong Praja mengalami beberapa kali pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama, adapun secara rinci perubahan nama dari Polisi Pamong Praja dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948 pada tanggal 30 Oktober 1948 didrikanlah Detasemen Polisi Pamong Praja Keamanan Kapanewon yang pada tanggal 10 Nopember 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.

2. Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri No.UP.32/2/21 disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja.

3. Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi Pagar Baya.

(24)

14 5. Setelah diterbitkannnya UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

6. Dengan Diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah kembali dengan nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

7. Terakhir dengan diterbitkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih memperkuat keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pembantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban umum dan ketenteraman Masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong.

c. Dasar Hukum Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja

(25)

15 Peraturan Daerah hanya akan dapat dibentuk apabila terdapatnya keselarasan pendapat anatara Bupati sebagai kepala daerah dengan Dewan Perwakilan yang berada di daerah. Termasuk perihal mengenai keberadaan Satpol PP yang pada dasarnya mempunyai peranan untuk membantu Kepala daerah dalam menjalan sistem pemerintahan diwilayah administratifnya. Namun menurut Misdayanti7, Peraturan daerah tersebut harus memenuhi batas-batas kewenangan yang telah di tentukan dengan keterikatan dalam hubungannya dengan Pemerintah Pusat yang di wujudkan dalam bentuk pengawasan pencegahan, pengawasan penanggulangan mengenai pengawasan umum.

Dasar hukum yang mengatur mengenai Satpoll PP itu sendiri adalah bersifat mengikat serta mengatur segala hal menegenai kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja. Sumber-sumber maupun dasar dasar yang di jadikan pegangan antara lain:

(a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1980 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja

(b) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja;

(c) Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 14 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi

7Kartasapotra Misdayanti, 1993, Jakarta, Fungsi pemerintahan daerah dalam pembuatan peraturan

(26)

16 Pamong Praja Kabupaten Cilacap, yang memuat ketentuan tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi.

(d) Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2015 tentang SOP Satuan Polisi Pamong Praja

d. Kedudukan dan Status Satuan Polisi Pamong Praja Kedudukan dan status Polisi pamong praja yaitu:

1) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kedudukan sebagai perangkat satuan dekonsentrasi (pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala daerah tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah) dan merupakan unsur pelaksana wilayah.

2) Status dari seorang Polisi Pamong Praja merupakan PNS (pegawai negeri sipil)

e. Tugas dan Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berfungsi sebagai unsur lembaga teknis Pemerintah Kabupaten Cilacap merupakan penjabaran dari ketentuan Pasal 27 huruf c dan e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana disebutkan kewajiban “Kepala Daerah” yaitu:

a) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat

(27)

17 Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 huruf c dan e, diatur dalam Pasal 148 ayat (1) dan (2), yang berbunyi:

(1) Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

(2) Pembentukan dan susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Dalam muatan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Polisi Pamong Praja menyebutkan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja merupakan bagian perangkat yang bertugas dalam penegakan Peraturan Daerah, menciptakan ketertiban umum di daerah, memberikan ketentraman kepada masyarakat. Kususnya diwilayah Kabupaten Cilacap, hal-hal yang mengatur tentang Satuan Polisi Pamong Praja adalah dengan membentuk Peraturan Bupati dan Peraturan Daerah. Untuk Peraturan Daerah dibentuklah Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 dan untuk Peraturan Bupati diatur di dalam Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2015.

(28)

18 Satuan Polisi Pamong Praja memeliki tugas memelihara dan menyelenggarakan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum serta melindungi masyarakat, maka dari itu fungsi yang dimiliki oleh Satpol PP dalam Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2010 (Pasal 5) adalah :

1) Menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat

2) Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

3) Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

4) Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

5) Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

(29)

19 7) Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Jika dilihat dari aturan yang terkait dengan Satpol PP tersebut, satpol itu sendiri di golongkan menjadi 3 (tiga) segi:

1. Dari segi latar belakang sejarah, yang menyatakan bahwa Polisi Pamong Praja adalah pelaksana urusan pemerintah yang bersifat umum.

2. Isi muatan pasal 86 undang-undang nomor 5 tahun 1974, bahwa Satpol PP dengan kepala daerah

3. Dari segi urusan pemerintahan umum dan Polisi Pamong Praja: setara dengan kepala daerah.

Dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh Kepala Daerah Satpol PP mempunyai wewenang. Wewenang tersebut dijelaskan dalam (Pasal) adalah untuk:

(30)

20 b) Meneindak warga masyarakat , apartaur, badan hukum yang terbukti

telah mengganggu ketertiban umum dan ketentraman di masyarakat c) Fasilitasi dan pemeberdayaan kapasitas penyelenggaraan

perlindungan masyarakat.

d) Melakukan tindakan penyidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan Peraturan Kepala daerah.

e) Melakukan tindakan administratif kepada warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan Peraturan Kepala daerah.

Maka dari itu keberadaan Satpol PP sangat di perlukan oleh daerah sebagai instasi penegkan ataupu sebagai pelaksana atas aturan-aturan yang telah di bentuk oleh daerah maupun aturan-aturan yang dibentuk oleh kepala daerah.

B. Peraturan Daerah Nomor 26 tahun 2003 Tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan

(31)

21 dan untuk menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang – undangan lebih tinggi8.

Pembentukan Peraturan yang dibentuk di Daerah terbagi menjadi dua bagian yaitu:

a) Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

b) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak sub ordinat terhadap Peraturan Daerah Provinsi.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menyebutkan mengenai Peraturan Daerah. Dibentuknya Peraturan Daerah diwilayah Kota /Provinsi bertujuan untuk melaksanakan aturan hukum yang berada diatasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan, terdiri dari Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten dan Peraturan Desa. Jika di lihat dari kedudukanya antar sesama peraturan yang ada Peraturan Daerah Provinsi ataupun Kota saling berdiri

8 Sari Nugraha, Problematika Dalam Pengujian dan Pembatalan Perda Oleh Pemerintah Pusat,

(32)

22 sendri-sendri tidak ada keterkaitan antara satu dengan lainya9. Pembentukan

Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota tersebut dijelaskan dalam Bab VIII Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Pembentukan Undang-Undang.

Hal tersebut dapat di buktikan dalam isi muatan Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang pemrintah daerah Pasal 4 ayat (2) menegaskan: “Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota, masing-masing berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan hierarki antara satu dengan lainya”. Maksudnya, Daerah Provinsi tidak membawahkan Daerah Kabupaten maupun Daerah Kota. Tetapi dalam pratik pelaksanaan pemerintahan terdapat hubungan kordinasi, kerja sama, dan kemitraan yang terbangun antara daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Sedangkan untuk isinya, Peraturan Daerah merupakan seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi10.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa Peraturan Daerah tersebut dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Provinsi/Kabupaten Kota dan tugas pembantuan

9Ni’matul Huda, 2005, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembanganya, dan

Problematika,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm 240.

(33)

23 serta merupakan penjabaran lebih lanjut dengan memperhatikan ciri-ciri yang dimiliki oleh daerah sehingga.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Undang-undang 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Perda adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan yang lebih tinggi. Rancangan pembentukan peraturan didaerah biasanya di ajukan oleh pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Gubernur maupun berasal dari Bupati.

Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan DPRD menyampaikan ranacangan Perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan yang diajukan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota digunakan sebagai bahan Persandingan.

Program penyusunan Perda dilakukan dalam satu program Legislasi Daerah 4, sehingga diharapkan Tidak Terjadi tumpang tindih dalam penyampaian materi Perda. Ada berbagai jenis Perda yang yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Kota dan Propinsi, antara lain:

a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah

(34)

24 e) Rencana Program Jangka Menengah Daerah

f) Perangkat Daerah g) Pemerintah Desa h) Peraturan umum lainya a. Asas Pembentukan Perda

Pembentukan Perda dikatan baik apabila pembentukan Perada tersebut sesuai dengan asas-asas yang ada. Pembentukan perundang-undangan tersebut dijelaskan dalam isi muatan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Undang-undang mengenai Pembentukan Peraturan Daerah. Asas-asas Pembentukan Peraturan yang dijelaskan dalam Pasal 5 adalah sebagai berikut berikut:

1. Kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas dan hendak dicapai.

2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat di batalkan atau demi hukum bila dibuat oleh pejabat atau lembaga yang tidak berwenang.

(35)

25 memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan.

4. Dapat dilaksanakan, bahwa dalam pembentukan peraturan ini harus memperhati efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis ataupun sosiologis. 5. Kedayagunaan dan hasil guna, yaitu setiap peraturan yang dibuat

memang benar-benar dibutuhkan dan berguna dalam kelangsungan kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

6. Kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau terminologinya.

7. Keterbukaan, yaitu dalam proses pembetukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persispan, penyusunan, dan pembahasan dilakukan secara transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pengawasan dan adil dalam memeberukan masukan kepada pemerintah dalam pembentuka peraturan daerah tersebut. Disamping itu materi muatan perda harus menagndung asas-asas sebagai berikut:

(36)

26 b) Asas Kemanusian, bahwa setiap materi isi muatan pada Perda tersebut harus menjunjung tinggi nilai kemanusian dan hak-hak asasi manusisa serta harkat dan martabat setiap warga masyarakat secar proposional.

c) Asas Kebangsaan, bahwa setiap isi dari pada perda tersebut harus mencerminkan watak dan sifat bangsa Indonesia, yang bersifat pluralistic.

d) Asas Kekeluargaan, bahwa untuk menyikapi suatu permasalahan harus di selesaikan secara musyarawarah dan mufakat.

e) Asas kenusantaraan, bahwa dalam setiap aturan yang telah dibuat harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh masyarakat Indonesia dan harus berdasarkan kepada Pancasila.

f) Asas Bhineka Tunggal Ika, yaitu dalam membuat aturan yang ada harus melihat dan meninjau mengeanai adanya keberagaman anatara suku, agama, wilayah yang berbeda, dan budaya yang ada. g) Asas Keadilan, bahwa setiap atuiran yang dibikin tidak boleh

mencederai hak warga Negara secara utuhnya.

(37)

27 i) Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum, bahwa setiap aturan yang dibuat harus menagandung adanaya ketertiban yang di dasrkan dengan adanya kepastian hukum.

j) Asas Keseimbangan, Keserasian, Keselarasan, yaitu semua aturan yang dibuat harus mencerminkan akan asas tersebut.

b. Prinsip-Prinsip Pemebentukan Perda

Setelah mengetahui asas-asas yang diperlukan dalam pembentukan Peraturan Daerah tersebut, selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 menjelaskan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam pembentukan Perda ditentukan sebagi berikut:

1) Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapatkan persetujuan bersama dengan DPRD.

2) Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi, tugas pembantuan dan merupakan penjabaran lebih lanjut terhadap Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas yang dimiliki oleh daerah.

3) Perda tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

(38)

28 5) Masyarakat daerah di bolehkan memberikan masukan secara lisan

dalam tahap perancangan dan pembahasan dalam proses Raperda. 6) Perda dapat memuat ketentuan beban biaya paksaan penegakan hukum,

atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau di jatuhi denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh) juta rupiah.

7) Peraturan Kepala Daerah atau Keputusan Kepala Daerah ditetapkan untuk melaksanakan Perda.

8) Perda dapat berlaku sejak diundangkanya di lemabaran daerah.

9) Perda dapat menunjuk pejabat tertentu sebagai pejabat penyidik pelanggaran Perda (PPNS Perda).

c. Deskripsi Mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No 26 Tahun 2003 Tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan

Peraturan Daerah merupakan salah satu Peraturan Perundang-Undangan yang dimana dalam pembentukanya dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama dari Kepala Daerah (Bupati/Walikota). Dalam Peraturan daerah tersebut berisi materi muatan mengenai urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk mewujudkan kebijaksanaan baru dan untuk menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang – undangan lebih tinggi11. Dibentuknya Peraturan Daerah menganai K3 ini oleh pemerintah

Kabupaten Cilacap memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat

(39)

29 daerah alan pentingnya untuk menajaga dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya yang diamana bertujuan untuk melaksanakan pembangunan di masa yang akan datang.

Untuk tegaknya perturan tersebut, masyarakat perlu mengetahui isi muatan pasal demi pasal dalam Peraturan Daerah Nomor 26 tahun 2003 tersebut. Dalam perturan daerah tersebut di jelaskan akan kewajiban dan larangan bagi masyarakat daerah untuk mendukung jalanya program pemerintah tersebut.

Perwujudan terhadap berjalanya Peraturan Daerah ini adalah masyarakat mengerti tentang peran dan kewajiban yang dimiliki olehnya, maka dari itu dalam masyarakat di wajibkan untuk (pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Kebersihan, Keindahann, dan Ketertiban):

a) Memelihara halaman dan jalan masuk bangunan atau rumah dengan baik dan rapi paling sedikit setahun sekali (tiap-tiap bulan Juli) mengapur atau mengecat halaman pekarangan dan bangunan atau rumah.

b) Memberi batas halaman dengan pagar bambu, kayu, tembok, besi atau pagar hidup paling tinggi 1½ (satu setengah) meter, khusus untuk pagar hidup paling tinggi 1 (satu) meter dan harus selalu dalam keadaan rapi. c) Mananam pohon pelindung atau tanaman hias di halaman /pekarangan

bangunan atau rumah sepanjang tidak mengganggu /merugikan ataupun membahayakan kepentingan umum.

d) Membersihkan saluran-saluran, gorong-gorong, solokan-solokan yang ada sekitar bangunan atau rumah halaman /pekarangan.

e) Mengatur sumur gali dengan memberi tembok pasangan atau srumbung/selubung yang kuat, yang tingginya paling sedikit 70 cm dari permukaan tanah dan bagi sumur gali yang terletak di halaman serta terlihat dari jalan umum harus diberi pagar /tembok keliling yang tingginya paling sedikit 150 cm dari permukaan tanah.

(40)

30 keselamatan penduduk sekitarnya serta yang dapat merusak milik orang lain.

g) Memotong dahan-dahan dari pohon yang ada di halaman/pekarangan yang tergantung diatas saluran air, jalan umum, bangunan/rumah dan jaringan listrik /telephon yang ada disekitarnya.

h) Memberikan penerangan lampu di halaman untuk menerangi jalan di depan bangunan atau rumah yang belum ada lampu penerangannya dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku.

i) Membersihkan halaman/pekarangan dari kotoran/sampah secara teratur dan baik.

j) Memelihara sarana dan prasarana fasilitas umum.

Sedangkan dalam pasal demi pasalnya menjelaskan bahwa masyarakat di larang untuk melakukan tindak-tindakan yang bertentangan Perda tersebut. Larangan-larangan tersebut yaitu (Bagian Kedua Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Kebersihan, Keindahann, dan Ketertiban):

a) Setiap orang dilarang merusak pohon, tanaman atau bunga-bunga yang ada di taman, lapangan atau disepanjang tepi jalan umum.

b) Setiap orang dilarang menggali tanah, yang dapat mengakibatkan timbulnya genangan air, dan sebagainya kecuali dengan ijin tertulis dari Bupati, atau Instansi yang ditunjuk. Larangan ini tidak berlaku bagi pembuatan sumur air dan tempat pembuangan sampah untuk kebutuhan rumah tangga yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. c) Setiap orang dilarang membunyikan bunyi-bunyian secara berlebihan

(terlalu keras) sehingga mengganggu ketentraman penduduk sekitarnya kecuali atas ijin Bupati atau Instansi yang ditunjuk.

d) Setiap orang dilarang menggunakan tepi-tepi jalan umum, trotoir, emperan (depan) toko, pasar atau bangunan umum, kolong jembatan, taman-taman dan areal penghijauan sebagai tempat menginap.

e) Setiap orang dilarang menjadi pengusaha /pengelola parkir dan titipan kendaraan ditempat-tempat umum tanpa mendapat ijin tertulis dari Bupati atau Instansi yang ditunjuk.

f) Bagi para petugas parkir dan penjaga titipan kendaraan ditempat-tempat umum yang telah mendapat ijin tersebut ayat (1) Pasal ini pada waktu menjalankan tugas wajib memakai tanda pengenal atau pakaian kerja yang bentuk dan warnanya ditentukan oleh Bupati.

(41)

31 disekitarnya, diwajibkan berusaha untuk menghentikan gangguan tersebut secepatnya.

h) Setiap orang dilarang membuat gaduh disekitar tempat tinggal /rumah penduduk atau melakukan suatu perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman orang lain atau penduduk.

i) Setiap orang dilarang berjualan/berdagang secara menetap diatas trotoir, di jalan umum, jalur hijau, taman-taman dan tempat umum lainnya tanpa mendapat ijin dari Bupati.

j) Setiap orang dilarang menggembala atau membiarkan hewan tersebut berjalan di jalan umum, trotoir, taman-taman dan lapangan umum serta tempat-tempat umum lainnya.

k) Setiap orang dilarang menggembala dan memandikan hewan dan membiarkan hewan berjalan di tanggul dan saluran-saluran air.

l) Setiap orang dilarang membuang /menumpuk sampah /kotoran atau membakar sampah/kotoran di jalan, saluran air, sungai, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum lainnya sehingga mengganggu kebersihan dan ketertiban umum.

m)Setiap orang dilarang mengotori dan merusak jalan, saluran air, sungai, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum lainnya.

Untuk tertibnya pelaksanaan dari aturan ini perlu dilakukanya pengawasan yang dimana semua hal tersebut di serahkan kepada Bupati sebagai kepala Daerah untuk mengambil keputusan. Bagi warga masyarakat, aparatur daerah, ataupun badan hukum yang melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan apa yang telah diatur di dalam Perda No 26 Tahun 2003 akan di kenakan sanksi. Apabila telah terbukti maka pihak penegakan akan melakukan sanksi terhadap Pelanggar atas ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan sanksi pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) hari dan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda serendah-rendahnya Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah).

(42)

32 lapisan masyarakat dan pemerintah, terlebih dengan semakin meningkatnya taraf hidup dan taraf pengetahuan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat, Dinas/Instansi, Perusahaan-Perusahaan, badan-badan hukum yang ada maupun dari Pemerintah sendiri.

Pola pendekatan yang ditempuh dalam Peraturan Daerah ini guna menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam usaha menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup adalah memberikan kesempatan kepada segenap lapisan masyarakat untuk ikut berperan serta dan memanfaatkan kesempatan lapangan kerja yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa.

(43)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini merupakan bagian yang terpenting dari suatu penelitian, karena metode penelitian ini akan menjadi arah dan pentujuk bagi suatu penelitian.1 Pemeilihan metode dalam sebuah penelitian merupakan cara utama untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai. Metode penelitian juga merupakan cara atau langkah sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala atau merupakan cara untuk memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan2.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu normatif-empiris (applied law research), menggunakan studi kasus hukum normatif-empiris berupa produk perilaku hukum. Penelitian normatif – empiris bermula dari ketentuan hukum positif tertulis yang diberlakukan pada peristiwa hukum in concerto dalam masyarakat, sehingga dalam penelitiannya selalu terdapat gabungan dua tahap kajian, yaitu3:

1 Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Cet II, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 104

2 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, UI press,1986,hlm 4

3Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet.1, Bandung, PT.Citra Aditya

(44)

34

a. Penelitian Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan tahap-tahap yaitu dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier atau bahan non-hukum. Penelusuran bahan-bahan hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca, melihat dan mendengarkan. Dengan berjalanya waktu penelusuran hukum tersebut dapat dilakukan dengan mengunakan media internet4.

b. Penelitian Lapangan

Teknik pengumpulan data menggunakan metode ini dilakukan melaui tiga tahapan yaitu menggunakan teknik yang dapat digunakan, baik digunakan secara sendiri-sendiri atau terpisah maupun digunakan secara bersama-sama sekaligus. Ketiga teknik tersebut adalah wawancara, angket atau kusioner, dan observasi. Ketiga teknik tersebut tidak menunjukan bahwa teknik tersebut tidak menunjukan bahwa teknik yang satu lebih unggul atau lebih baik dari teknik lainya5.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Cilacap. Dipilihnya lokasi penelitian di wialayah Kabupaten Cilacap di karenakan banyaknya pemberitaan di media masa

(45)

35

yang memberitakan mengaenai pelanggaran-pelanggaran terhadap Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2003 mengenai ketertiban, kebersihan, dan keindahan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan obyektif dalam penelitian hukum Normatif, maka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data. Maka dilakukan dengan 6:

1. Studi Kepustakaan

Data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku – buku, literature, peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan Satuan Polisi Pamong Praja dan peraturan daerah mengenai K3. Data yang diperoleh dari studi pustaka terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurutkan berdasarkan hierarki. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan yaitu :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1980 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja

(46)

36

4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja;

5) Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 26 Tahun 2003 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan.

6) Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 14 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap

7) Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2015 tentang SOP Satuan Polisi Pamong Praja

a) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.Bahan hukum sekunder diambil dari literature, dokumen, yurisprudensi, skripsi, jurnal-jurnal hukum, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian.

b. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Besar Ilmiah Populer dan Kamus Besar.

(47)

37

Data yang dikumpulkan dalam penelitian lapangan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti7. Data yang dikumpulkan dari penelitian lapangan terdapat 3 hal yaitu berupa

wawancara, dan angket kusioner8. Untuk memperoleh sumber data yang di perlukan maka perlu dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang dilakukan terhadap responden dari dua sisi, yaitu dari Satuan Polisi Pamong Praja.

Untuk memeroleh sumber data yang di perlukan maka perlu dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang dilakukan terhadap responden dari dua sisi, yaitu dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu:

1. Kepala Satpol PP Kabupaten Cilacap Ditiasa Pradipta, SH, M.Si 2. Kepala Bidang Tramas Indarto. S.sos.

3. Kepala Sub Bidang Penertiban Rohwanto. SH,MM D. Teknik Pengelolaan Data

Dalam penelitian empiris kualitatif pengelolaan data yang dilakukan dengan memeriksa kembali informasi yang diperoleh dari informan dan narasumber, serta dengan memperhatikan keterkaitan informasi. Selanjutnya peneliti melakukan editing yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap9.

7HB Sutopo, 2002, Metode Penelitian Kualitatif I, UNS Pres, hlm.34

8 Ibid, hlm 161

(48)

38

E. Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Analisis yaitu data yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan serta tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Oleh karena itu saya sebagai peneliti harus dapat menentukan data mana atau bahan hukum mana yang mempunyai kualitas sebagai data atau bahan diharapkan atau diperlukan dan data atau bahan hukum mana yang tidak relevan dan tidak ada hubunganya dengan materi penelitian10. Sehingga dalam analitis data dengan metode dekriptif analitis ini bertujuan tidak hanya semata-mata mengungkap kebenaran yang didapatkan melalui responden, namun lebih tepatnya untuk memahami kebenaran yang terdapat dilapangan

10 Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,

(49)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2003 di Wilayah Kota Cilacap

1. Deskripsi Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai unsur lembaga teknis Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 menjelaskan Satuan Polisi Pamong Praja merupakan aparatur perangkat daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja Di Kabupaten Cilacap dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 14 Tahun 2010 yang didalamnya mengatur mengenai Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap. Maka selanjutnya dikeluarkanlah Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2015 sebagai standar operasional prosedur dari pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Cilacap.

(50)

40 Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. Letaknya berdekatan dengan Pengadilan Agama dan Urusan Agama dan Kantor Sumber Daya Mineral Kabupaten Cilacap.

Dalam pelaksanaan tugas dilapangan,Satpol PP Kabupaten Cilacap dibantu oleh 66 anggota satuan. Jumlah pegawai yang ada tersebut merupakan unsur penunjang utama dari satuan Polisi Pamong Praja Dalam menjalankan Fungsi, peranan, wewenang dan kewajiban yang dimiliki oleh Satuan tersebut

(51)
[image:51.612.134.509.237.420.2]

41 Secara lengkap komposisi pegawai menurut tingkat pendidikan dan pangkat/golongan ruang sampai keadaan Desember 2015 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 1

Jumlah pegawai Menurut Pangkat

1 Pengatur TK.I (/IId) 2

2 Pengatur (II/c) 7

3 Pengatur Muda Tk. (II/b) 7

4 Pengatur Muda (II/a) 9

Jumlah 23

1 Juru TK.I( I/d) 2

2 Juru ( I/c) 0

3 Juru Muda TK.I( I/b) 0

4 Juru Muda(I/a) 0

Jumlah 2

Pegawai Tidak Tetap 19

Jumlah Keseluruhan 85

Sumber : Akutanbilitas Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap Tahun : 2015

[image:51.612.131.505.621.697.2]

Jumlah pejabat struktural dan pejabat struktural yang telah mengikuti Diklatpim dilingkungan Satuan Polisi Pamong Praja sampai dengan bulan Desember 2015, seperti disajikan pada tabel – tabel berikut :

Tabel 2

Jumlah Pejabat Struktural

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Eselon II b 1

2 Eselon III b 5

3 Eselon Iva 9

(52)
[image:52.612.130.511.234.307.2]

42 Sumber : Akutanbilitas Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap Tahun : 2015

Tabel 3

Jumlah Pejabat Yang Telah Mengikuti Diklat Struktural

No Jenis Diklat Jumlah (orang)

1 Adum/Adumla/PIM IV 10

2 Diklat Pim III 4

3 Diklat Pim II 0

Jumlah 14

Sumber : Akutanbilitas Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap Tahun : 2015

 Sedangkan jumlah pejabat fungsional di lingkungan Satuan Polisi Pamong

Praja: Nihil

Visi dan Misi yang dimiliki Satuan Polisi Pamong Praja adalah ”terciptanya stabilitas keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum di wilayah Kabupaten Cilacap yang dilandasi dengan sikap kesadaran ketaatan masyarakat dalam melaksanakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati sebagi faktor penunjang keberhasilan program pemerintahdan pembangunan dalam

pencapaian kesejahteraan masyarakat Kabupaten Cilacap yang Bercahaya”.

Adapun Misi yang dimiliki dari Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut:

(53)

43 b. Pembinaan dan memelihara masyarakat dalam memahami dan melaksanakan peraturan peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap.

c. Penegakan peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan sebagai perwujudan pengakan hukum (law enforcement).

Dengan adanya visi dan misi tersebut dimasudkan untuk memberikan motivasi kerja dari pada anggota Satpol PP tersebut untuk melaksakan tugas kerja nya. Satuan Polisi Pamong Praja memiliki kedudukan dan peranan yang cukup luas sebagai salah satu perangkat dan aparatur pemerintah daerah. Berdasarkan pasal 148 Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diketahui bahwa Satpol PP bertugas membantu Kapala Daerah dalam menegakan Peraturan Daerah dan Kepala Daerah dan menyelenggrakan ketertiban umum maupun ketentraman masyarakat.

(54)

44 1) Tugas Penegakan Peraturan Daerah yang mengatur ketertiban umum

sebanyak 4 Perda.

2) Tugas Penegakan Peraturan Daerah yang mengatur Pajak Daerah sebanyak 1 Perda

3) Tugas Penegakan Peraturan Daerah yang mengatur Retribusi Daerah sebanyak 15 Perda.

4) Tugas Perlindungan Masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 menjelaskan fungsi yang dimiliki dari Satpol PP adalah sebagai berikut ( Pasal 5):

a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.;

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

(55)

45 f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur atau badan hukum agar

mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Penjabaran fungsi dan peranan dari setiap anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap, ditetapkan di dalam Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang uraian tugas dan jabatan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

1) Tugas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat

Uraian Tugas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja:

(56)

46 b) Menjabarkan perintah atasan dengan mempelajari isi perintah tertulis maupun lisan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

c) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing;

d) Merumuskan penyusunan program dan pelaksanaan penegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat;

e) Melaksanakan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

f) Melaksanakan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

g) Melaksanakan kebijakan perlindungan masyarakat;

h) Melaksanakan koordinasi penegakkan Peraturan daerah dan Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakata dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan/ atau aparatur lainnya;

(57)

47 j) Melaksanakan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan atau Peraturan Kepala Daerah;

k) Menindak warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan;

l) Melaksanakan fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat;

m) Mengendalikan pelaksanaan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Peraturan daerah dan atau peraturan Kepala Daerah;

n) Mengendalikan pelaksanaan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan atau Peraturan Kepala Daerah melalui pemberian surat pemberitahuan, surat teguran/ surat peringatan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan /atau Peraturan Kepala Daerah;

(58)

48 p) Melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian Negara Republik

Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana;

q) Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah dan /atau Kepala Daerah;

r) Melaksanakan pembinaan dan penyebarluasan produk hukum daerah;

s) Membantu pengamanan dan pengawalan VVIP termasuk pengamanan dan pengawasalan pejabat negara dan tamu negara; t) Melaksanakan pengamanan dan penertiban aset yang belum

teradministrasi sesuai dengan ketentuan peratutran perundang-undangan;

u) Melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam kegiatan pemeliharaan dan penyelenggaraan penegakkan peraturan daerah, peraturan kepala daerah, ketentraman dan ketertiban umum;

v) Memeriksa tugas-tugas yang telah dilaksanakan bawahan;

w) Menyusun laporan kinerja bulanan, triwulanan dan tahunan Satuan Polisi Pamong Praja;

(59)

49 y) Memberikan penilaian kerja dan prestasi bawahan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

z) Menyampaikan saran dan pertimbangan baik secara lisan maupun tertulis kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya;

2) Tugas Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penggordinasian penyusunan program dan tugas-tugas bidang, pengelolaan administrasi umum yang meliputi tata usaha, kearsipan, kerumahtanggaan, perlengkapan, hubungan masyarakat dan keprotokolan, kepegawaian serta koordinasi tugas-tugas bidang

Selain melaksanakan tugas pokok, Sekretariat pada Satuan Polisi Pamong Praja menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan program kerja di bidang kesekretariatan;

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis Satuan Polisi Pamong

Praja;

c) Pengelolaan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi program Satuan Polisi Pamong Praja;

d) Pelaksanaan koordinasi tugas-tugas bidang; e) Pengelolaan urusan administrasi keuangan;

(60)

50 g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya

3) Tugas Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah

Bidang Penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penegakkan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang meliputi pembinaan, pengawasan dan penindakan.

Selain melaksanakan tugas pokok, Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah menyelenggarakan fungsi:

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis bidang penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;

b) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program bidang penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;

c) Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan pembinaan teknis bidang penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;

d) Pengelolaan administrasi bidang penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;

(61)

51 Kepala Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah mempunyai uraian tugas:

a) Menyusun program kerja Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah berdasarkan Rencana Strategis Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;

b) Menjabarkan perintah atasan dengan mempelajari isi perintah tertulis maupun lisan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

c) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

d) Menyusun bahan perumusan program dan pelaksanaan penegakkan peraturan paerah dan peraturan kepala daerah;

e) Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

f) Menyusun bahan koordinasi penegakkan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan /atau aparatur lainnya;

(62)

52 h) Menyusun bahan pembinaan dan pemberdayaan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam kegiatan pemeliharaan dan penyelenggaraan penegakkan peraturan daerah, peraturan kepala daerah, ketentraman dan ketertiban umum;

i) Melaksanakan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduaga melakukan pelanggaran atas Peraturan daerah dan /atau peraturan Kepala Daerah;

j) Melaksanakan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur

atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/ atau Peraturan Kepala Daerah melalui pemberian surat pemberitahuan, surat teguran /surat peringatan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan/ atau Peraturan Kepala Daerah;

k) Melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana;

l) Melaksanakan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah dan /atau Kepala Daerah;

m) Melaksanakan pembinaan dan penyebarluasan produk hukum daerah; n) Memeriksa tugas-tugas yang telah dilaksanakan bawahan;

(63)

53 p) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan Bidang Penegakan

Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

q) Memberikan penilaian kerja dan prestasi bawahan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

r) Menyampaikan saran dan pertimbangan baik secara lisan maupun tertulis kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya;

s) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

Kepala Bidang Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah membawahkan :

1. Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan

Sub bidang Pembinaan dan Pengawasan mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan pembinaan dan pengawasan penegakkan peraturan daerah dan kepala daerah.

Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan mempunyai uraian tugas :

(64)

54 b) Menjabarkan perintah atasan dengan mempelajari isi perintah tertulis

maupun lisan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

c) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

d) Menyiapkan bahan perumusan program dan pelaksanaan pembinaan serta pengawasan penegakkan peraturan paerah dan peraturan kepala daerah;

e) Menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan pembinaan dan pengawasan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

f) Menyiapkan bahan koordinasi pembinaan dan pengawasan penegakkan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan /atau aparatur lainnya;

g) Menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan terhadap masyarakat, aparatur atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

h) Menyiapkan bahan pembinaan dan penyebarluasan produk hukum daerah;

(65)

55 j) Menyusun laporan kinerja bulanan, triwulanan dan tahunan Subbidang

Pembinaan dan Pengawasan;

k) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan Subbidang Pembinaan

dan Pengawasan;

l) Memberikan penilaian ke

Gambar

Tabel 1
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengunakan penelitian deskriptif yang penelitiannya secara umum yang menggunakan pendekatan kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata

Meskipun demikian sehubungan dengan peranan penegakkan disiplin yang diwujudkan dalam tugas-tugas Inspektorat Daerah dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja yang diberi kewenangan

Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disingkat Satpol PP dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah pasal 148 ayat

Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang sesungguhnya dari Satpol PP dalam penegakan Perda kabupaten kampar dibandingkan dengan kewenangan yang seharusnya

Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang sesungguhnya dari Satpol PP dalam penegakan Perda kabupaten kampar dibandingkan dengan kewenangan yang seharusnya

Perlu ditegaskan, bahwa berdasarkan Pasal 11 Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung, Setiap bangunan gedung di Kabupaten

Dengan tersusunnya Rencana Strategis Satpol PP dan Damkar Tahun 2016-2021 ini, diharapkan bermanfaat bagi kita semua dengan harapan peran Satuan Polisi Pamong

Berdasarkan hasil penelitian peneliti berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya tersebut, bahwa kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima