HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
Studi Eksplanatif Hubungan Budaya Organisasi Participative dengan Kepuasan Kerja Karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Utari Dewi 20120530144
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
Studi Eksplanatif Hubungan Budaya Organisasi Participative dengan Kepuasan Kerja Karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Utari Dewi 20120530144
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Utari Dewi
NIM : 20120530144
Konsentrasi : Public Relations Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :
Hubungan Budaya Organisasi Participative dengan Kepuasan Kerja Karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip ataupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari hasil karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.
Yogyakarta, Desember 2016
MOTTO
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
-QS. Ibrahim (7)-
You have to believe in yourself. That’s the secret
-Charlie Chaplin-
Everybody wants happiness and nobody wants pain, nut you can’t have a rainbow without a little bit of rain
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillah, Alhamdulillah hi robbil ‘alamin dengan segenap puji dan
syukur kepada Allah SWT, aku persembahkan karya kecilku ini untuk :
1. Allah SWT yang telah memberikan semua rahmat, karunia-Nya dan
kesabaran padaku sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih Yaa Allah atas ujian-ujian dan kejutan-kejutan kecil yang
Engkau berikan dalam segala proses kehidupanku
2. Ibuk dan Bapak tercinta, motivator terbesar dalam hidupku. Terimakasih
atas segala dukungan dan nasehat yang diberikan ketika aku mulai
kehilangan arah
3. Mas Deni dan Dek Devi yang selalu mendukungku dalam berbagai hal
dan menjadi saudara sekaligus teman bertengkar yang baik
4. Simbah Banjar dan Mbah Sis (Alm) yang selalu mengirimkan doa terbaik
untukku
5. Riskika Mahmudahsani bestfriend sekaligus saudara yang super duper sabar. Yaaaaay akhirnya selesai ya broo!!!
6. Teman Bicara : Rani Setyawati, Layla Qodriah, Umi Habibah, Amelinda
Dyah, Heri S dan Riskika yang telah menjadi ‘teman bicara’ yang sangat
7. Mbak Nanda, dosen yang selalu membimbingku dari awal hingga akhir
perjuangan dan memberi inspirasi untukku. Terimakasih Mbak atas
semuanya
8. Mbak Lela, Mbak Iva, Mbak Wulan, Mutiara Nisa dan Liqo Az Zahra
sebagai penyuntik iman dan motivasi dikala sedang down
9. Ajay Bansal. I’ll always remember this ‘Just pick up that gun of your
confidence and shoot it up’ Thanks for your motivation and it was sooo
nice to meet you (even though it was online)
10.Devi, Jadu dan Intan yang telah memberi motivasi meskipun kita jarang
ketemu yaa
11.Gedong’s Family. Titin, Sulis, Wulan, Anggi, Bu Mini, Dek Nico,
Angga, Erni, Andi dan Rilo
12.Teman-teman seperjuangan IK 2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang kita harapkan pertolongannya di hari akhir nanti.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk mendapat
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari
sempurna meskipun penulis telah beusaha sebaik mungkin. Penulis juga
menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerjasama yang baik dari
berbagai pihak tidak bisa menyelesaikan penelitian ini. Maka pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih pada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Bapak Dr. Ali Muhammad, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, S.IP., M.Sc selaku Ketua Jurusan
4. Ibu DR. Suciati, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk penulis dalam menyusun skripsi ini
5. Ibu Ertika Nanda, S.I.Kom, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi dengan penuh
kesabaran, ketelatenan dan keikhlasan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi
6. Seluruh Dosen dan staff pengajar serta seluruh karyawan di Jurusan Ilmu
Komunikasi
7. Ibuk, Bapak, Kakak serta Adikku tercinta yang telah memberi dukungan
dan doa serta semangat untukku
8. Karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini terutama dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
sempurnanya penulisan lebih lanjut. Harapan saya, semoga skripsi ini dapat
memberikan kontribusi positif bagi pembaca dan dapat dijadikan bandingan
dalam hal terkait. Aamiin….
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Utari Dewi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMANPENGESAHAN ... ii
HALAMANPERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMANPERSEMBAHAN ... v
KATAPENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTARISI ... xi
DAFTARTABEL ... xiv
DAFTARGAMBAR ... xvii
BABIPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kerangka Teori... 7
1. Budaya Organisasi ... 7
2. Kepuasan Kerja ... 13
3. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Budaya Organisasi... 14
F. Kerangka Pikir ... 16
G. Hipotesis ... 16
H. Definisi Konseptual dan Operasional... 16
1. Budaya Organisasi ... 16
I. Metode Penelitian... 21
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
BABIIGAMBARANUMUMBKKBNPERWAKILANDIY ... 27
I. Visi dan Misi BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta ... 33
J. Tugas Pokok dan Jabatan ... 33
1. Kepala Perwakilan ... 33
2. Sekretaris ... 34
3. Bidang Pengendalian ... 35
4. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi ... 36
5. Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi ... 37
6. Bidang Pelatihan dan Pengembangan ... 38
7. Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga ... 38
K. Struktur Organisasi ... 40
L. Budaya Organisasi BKKBN Perwakilan DIY ... 41
M. Penelitian Terdahulu ... 43
BABIIIHASILPENELITIANDANPEMBAHASAN ... 45
A. Pengujian Kuesioner ... 45
1. Uji Validitas Data ... 45
2. Uji Reliabilitas Data ... 48
B. Karakteristik Responden ... 49
1. Identitas Responden ... 49
a. Usia ... 50
b. Masa Kerja ... 51
c. Jenis Kelamin ... 52
e. Jabatan ... 54
C. Budaya Organisasi Participative ... 55
1. Tradisi Sebagai Nilai Organisasi ... 55
2. Inovasi Sebagai Nilai Organisasi ... 58
3. Efisiensi Sebagai Nilai Organisasi ... 59
4. Participative Management Style ... 60
5. Nilai Liberal ... 67
6. Kooperatif ... 68
7. Sistem Lingkungan Terbuka ... 70
D. Kepuasan Kerja ... 73
1. Kompensasi ... 74
2. Pekerjaan Itu Sendiri ... 77
3. Rekan Kerja ... 82
4. Promosi Pekerjaan ... 86
5. Supervision ... 90
E. Pengujian Hipotesis ... 94
F. Pembahasan ... 96
BABIVPENUTUP ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Target dan Pencapaian Program Peserta KB Baru... 5
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi Participative ... 46
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kepuasan Kerja ... 47
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 49
Tabel 3.4 Organisasi Terbuka dengan Kritik dan Saran ... 56
Tabel 3.5 Organisasi Fokus Pada Capaian Masa Mendatang ... 57
Tabel 3.6 Organisasi Berinovasi dalam Kebijakan ... 58
Tabel 3.7 Organisasi Mengutamakan Efisiensi dalam Pekerjaan ... 59
Tabel 3.8 Kontrol Atasan Tidak Terlalu Ketat... 60
Tabel 3.9 Mudah Berinovasi karena Kontrol yang Tidak Terlalu Ketat... 62
Tabel 3.10 Karyawan Mampu Berinovasi tanpa Diberi Arahan ... 63
Tabel 3.11 Atasan Merasa Bawahan Memiliki Pengetahuan yang Sama ... 64
Tabel 3.12 Atasan Berbagi Kekuasaan dan Tanggung Jawab dengan Bawahan ... 65
Tabel 3.13 Karyawan Tidak Takut untuk Berdiskusi dengan Atasan ... 66
Tabel 3.14 Organisasi digolongkan sebagai Organisasi ... 67
yang Terbuka dengan Ide Baru ... 67
Tabel 3.15 Organisasi Suka Bernegosiasi dengan Karyawan ... 68
yang Tidak Setuju dengan Kebijakan Organisasi ... 68
Tabel 3.16 Organisasi Tidak Mencoba untuk Memaksakan ... 69
Kehendak pada Karyawan yang Tidak Setuju ... 69
dengan Kebijakan Organisasi ... 69
Tabel 3.17 Organisasi Terbuka dengan Ide Baru dari Karyawan ... 71
Tanggung Jawab yang diberikan sesuai upah dan kemampuan ... 74
Tabel 3.19 Karyawan Merasa Puas dengan Tunjangan yang Diberikan ... 75
Tabel 3.20 Karyawan Puas karena Gaji yang Diberikan ... 75
sesuai dengan Aturan yang Berlaku ... 75
Tabel 3.21 Karyawan Puas karena Tidak Terdapat ... 76
Kesenjangan Kompensasi antar Karyawan ... 76
Tabel 3.22 Organisasi Memberikan Gaji Lebih Baik daripada Pesaing ... 77
Tabel 3.23 Pekerjaan Karyawan Menarik ... 78
Tabel 3.24 Karyawan Senang dengan Tingkat ... 79
Tanggung Jawab Pekerjaan Mereka... 79
Tabel 3.25 Karyawan Senang Sebab diberi ... 80
Kesempatan Mengerjakan Sesuatu yang Berbeda ... 80
Tabel 3.26 Karyawan Termotivasi dengan Pekerjaan Mereka ... 81
karena Membuat Mereka Berkembang ... 81
Tabel 3.27 Karyawan Merasa Bahagia karena ... 82
Memiliki Peran dalam Membantu Masyarakat ... 82
Tabel 3.28 Rekan Kerja Memberi Dukungan ... 83
Tabel 3.29 Karyawan Puas karena Rekan Kerja dapat ... 84
Mengerjakan Pekerjaan dengan Baik ... 84
Tabel 3.30 Karyawan Menikmati Bekerja dengan Rekan Kerja di Organisasi ... 85
Tabel 3.31 Karyawan Bekerja dengan Rekan Kerja yang Bertanggung Jawab ... 85
Tabel 3.32 Promosi Terjadi di Organisasi... 86
Tabel 3.33 Karyawan Merasa Puas dengan Kebijakan Promosi di Organisasi ... 87
Tabel 3.34 Karyawan Merasa Senang karena Pekerjaan Mereka ... 88
Tabel 3.35 Kesempatan untuk Memperoleh Promosi ... 89
bagi Karyawan Tidak Terbatas ... 89
Tabel 3.36 Tersedia Promosi bagi Karyawan Berprestasi ... 89
Tabel 3.37 Para Atasan Memberikan Dukungan Kerja pada Karyawan ... 90
Tabel 3.38 Karyawan Puas karena diberi Kesempatan untuk ... 91
Memberi Masukan dalam Pekerjaan yang dilakukan ... 91
Tabel 3.39 Para Atasan Mau Mendengar dan ... 92
Memperhatikan Masalah Karyawan ... 92
Tabel 3.40 Korelasi Rank Order Spearman Budaya Organisasi ... 94
dengan Kepuasan Kerja Karyawan ... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Identitas Responden berdasarkan Usia ... 50
Gambar 3.2 Identitas Responden berdasarkan Masa Kerja ... 51
Gambar 3.3 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
Gambar 3.4 Identitas Responden berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir ... 53
Gambar 3.5 Identitas Responden berdasarkan Jabatan ... 54
Gambar 3.6 Jawaban Keseluruhan Responden untuk Budaya Organisasi ... 73
ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Departemen Ilmu Komunikasi Utari Dewi (20120530144)
Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Eksplanatif Hubungan Budaya Organisasi Participative dengan Kepuasan Kerja Karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta)
Tahun 2016 + 108 Halaman + 12 Lampiran
Daftar Pustaka: 15 Buku + 9 Jurnal + 1 Data Organisasi
Budaya organisasi merupakan ciri khas dari sebuah organisasi dan dapat menjadi kekuatan organisasi tersebut. Budaya organisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia di dalam organisasi tersebut. Berbagai jenis budaya organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dibahas dalam penelitian-penelitian lain. BKKBN Pewakilan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan organisasi pemerintahan yang bekerja dalam bidang pengendalian penduduk. BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki budaya organisasi yang participative ditunjukkan dengan organisasi yang terbuka dengan kritik, saran dan pendapat dari karyawan. Meskipun karyawan mereka termasuk dalam golongan PNS tetapi tidak menjamin terdapat kepuasan kerja di dalam organisasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan budaya organisasi khususnya budaya organisasi Participative dengan kepuasan kerja karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner berskala Likert berjumlah lima puluh buah. Penghitungan korelasi hubungan menggunakan Rank Order Spearman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat yang positif sebesar 0.546 antara budaya organisasi participative dengan kepuasan kerja karyawan di BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
ABSTRACT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Politics
Departement of Communication Science Utari Dewi (20120530144)
Relationship between Organizational Culture and Employee Job Satisfaction (Eksplanative Study of Relationship between Participative Organizational Culture and Employee Job Satisfaction in BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta )
Year 2016 + 108 Page + 12 Enclosure
References: 15 Book + 9 Journal + 1 Organization Data
Organizational culture can be an identity and strength to the organizations. Human resource is one of the most important values for organizational culture. There are many kind of research about organizational culture and the factors which influenced organizational culture. BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta is a government organization which have a big part to control the population. They have participative culture as organizational culture showed by organization are open to critics, suggestions and opinions from their employee. The purpose of this research is to examine relationship between Participative organizational culture and employee job satisfaction in BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
The type of research method is quantitative approach with Likert scale quesionaire as the data collection technique which allotted to fifty employees of the organization. Researcher using Rank Order Spearman to calculate correlation coefficient. The result of this research indicate that there is positive relationship between organizational culture and employees job satisfaction in BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Hubungan antara organisasi dengan komunikasi organisasi
terletak pada peninjauannya yang terfokus pada manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi digunakan untuk
menyampaikan informasi maupun ide di dalam organisasi. Organisasi memiliki
budaya organisasi yang dapat mempengaruhi organisasi. Budaya organisasi
menurut Schein (1989) dalam Poerwanto (2008:15) merupakan seperangkat
asumsi yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan dan dianut bersama
sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi dengan
lingkungan eksternal dan integrasi internal.
Budaya organisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di
dalam organisasi. Karyawan merupakan bagian dari organisasi yang akan
menjalankan budaya organisasi dan menjadikan budaya organisasi kuat. Dalam
penelitian ini, peneliti menghubungkan antara budaya organisasi dengan kepuasan
kerja karyawan. Berdasarkan penelitian Nastasha (2012:95) yang berjudul
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Perusahaan Kreatif
(Studi Kasus: Lowe Indonesia) dengan membagikan kuesioner kepada 215
budaya organisasi perusahaan tersebut. Selain itu penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap tingkat
kepuasan kerja karyawan dengan nilai korelasi sebesar 0.578. Hal tersebut
menguatkan hipotesisnya yang menyatakan bahwa budaya organisasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada
perusahaan Lowe Indonesia.
Penelitian ini lebih mengerucutkan hubungan antara budaya organisasi
participative dengan kepuasan kerja. Budaya organisasi participative merupakan budaya organisasi yang menghargai hubungan antar karyawan baik atasan
maupun bawahan. Budaya organisasi ini di cetuskan oleh Grunig dan Dozier
(1995:135) dalam sebuah teori public relations yang bernama teori excellence. Pada teori tersebut, Grunig juga membahas mengenai budaya organisasi yaitu
participative dan authoritarian. Dalam pembahasan tersebut Grunig dan Dozier melakukan penelitian terhadap 4600 karyawan yang berada di Kanada, Inggris
dan Amerika dengan membagikan kuesioner untuk mengukur aspek-aspek budaya
organisasi dalam organisasi mereka. Dalam penelitian tersebut Grunig dan Dozier
membedakankan budaya organisasi menjadi dua nilai yaitu nilai budaya
participative dan authoritarian.
Pada penelitian tersebut, Dozier dan Grunig juga melakukan tes untuk
mengetahui hubungan antara budaya organisasi participative dan authoritarian
dengan kepuasan kerja karyawan. Dozier dan Grunig (1995:140) menemukan
participative. Penelitian tersebut menjadi pedoman peneliti dalam penelitian ini. Namun, hasil penelitian tersebut dilakukan di Amerika yang memiliki budaya
egaliter sementara belum terdapat penelitian mengenai budaya organisasi
participative di Indonesia yang memiliki budaya hierarki di dalam kehidupan sehari-harinya.
Budaya hierarki sangat berbeda dengan budaya egaliter. Jika budaya
egaliter lebih menghargai kesetaraan semua manusia, budaya hierarki melihat
seseorang atau etnis dengan derajat yang berbeda. Budaya egaliter di Amerika
menimbulkan bentuk-bentuk keakraban informal dalam komunikasi tanpa
memperhatikan perasaan-perasaan yang sebenarnya dari orang yang terlibat
(Adeney, 2000:97) maka budaya hierarki lebih cenderung melihat seseorang
memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang lain yang kemudian diterapkan
dalam perilaku, tata karma dan bahasa halus yang digunakan (Hidayat dan
Widjanarko, 2008:458). Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai budaya
organisasi participative di Indonesia untuk mengetahui apakah teori tersebut dapat diaplikasikan di Indonesia yang memiliki budaya hierarki.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu organisasi yang budaya
hierarkinya cukup kuat. Hal ini dibuktikan dengan bahasa keseharian yang
digunakan di organisasi tersebut. Peneliti melakukan wawancara terhadap Sihana
selaku Kepala Bagian Hubungan Masyarakat pada 20 Mei 2016 mengenai
Kalau disini ya menggunakan bahasa campuran untuk kesehariannya. Tapi biasanya kebanyakan menggunakan bahasa Jawa Krama Madya. Misal kalau ketemu rekan gitu hee piye kabare. Tapi kalo sama bu kepala ya kita menggunakan bahasa yang lebih formal lagi. Krama Inggil misalnya. Kan
ngga mungkin kalo ke Bu kepala bilang piyekabare bu. Pasti pripun kabare
bu gitu to.
Kesimpulan dari wawancara tersebut adalah hubungan antara karyawan
BKKBN perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan atasan masih
terpisahkan dengan unggah ungguh (sopan santun) dalam hal ini bahasa yang
masih kaku. Berbeda dengan budaya egaliter yang menganggap dan
memperlakukan semua orang sama walaupun memiliki pangkat yang lebih tinggi,
karyawan BKKBN perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta menganggap
karyawan yang berpangkat tinggi harus diperlakukan berbeda.
Budaya organisasi yang baik tercermin dalam budaya organisasi yang
participative. BKKBN perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki budaya organisasi participative. Budaya organisasi participative mempunyai beberapa indikator salah satunya melalui seberapa terbuka organisasi terhadap kritik, saran
dan pendapat dari karyawannya. Berikut ini hasil wawancara dengan bapak
Sihana selaku Hubungan Masyarakat BKKBN perwakilan DIY :
Di BKKBN ini, semua karyawannya menghargai satu sama lain. Kalau untuk menyampaikan pendapat ke atasan ya langsung di sampaikan tidak harus nunggu sampai disuruh menyampaikan. Tidak ada kesenjangan antara karyawan dengan atasan. Kalau ada kesenjangan nanti tidak berjalan organisasinya to. Nah, misalnya karyawan takut untuk menyampaikan aspirasinya nanti atasan akan berlaku seenaknya aja. Jadi di organisasi ini bebas untuk mengungkapkan pendapatnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara bapak Sihana selaku
memiliki salah satu indikator budaya organisasi participative yaitu karyawan tidak takut terhadap atasan dan atasan mau mendengar pendapat dari karyawannya.
Menurut Dozier dan Grunig (1995:140) ketika budaya organisasi dalam sebuah
organisasi adalah participative maka kepuasan kerja karyawan meningkat yang kemudian akan berdampak pada kinerja karyawan. Tetapi hal tersebut belum
berlaku di BKKBN perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun
mempunyai budaya organisasi participative tetapi organisasi tersebut belum menunjukkan kepuasan kerja karyawan. Hal tersebut dibuktikan dengan kinerja
mereka yang belum sesuai dengan target pencapaian. Berikut ini merupakan data
pencapaian program KB baru yang merupakan salah satu tugas utama BKKBN
perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 1.1 Target dan Pencapaian Program Peserta KB Baru
No Bulan Target Pencapaian
1. September 2015 75,00 48,21
2. Oktober 2015 83,33 53,27
3. November 2015 91,67 59,40
Sumber : Materi Radalgram BKKBN Perwakilan DIY September, Oktober dan November
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pencapaian peserta KB Baru
setiap bulan meningkat namun tidak sesuai dengan target pencapaian. Pencapaian
yang tidak sesuai dengan target tersebut bisa terjadi karena belum tercapainya
kepuasan kerja karyawan. Selain itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi hal
yang di peroleh tetap sama meskipun pekerjaan mereka tidak memenuhi target.
Sebenarnya, status sebagai pegawai negeri tidak menjamin kepuasan kerja pada
karyawan-karyawan instansi pemerintahan. Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian milik Supartini, Kirya dan Indrayani (2014) yang meneliti mengenai
kepuasan kerja PNS di Sekretariat Daerah kabupaten Giyanyar dengan temuan
bahwa karyawan kurang puas dengan variabel kepuasan kerja yang meliputi gaji,
pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial, komunikasi, keamanan kerja serta fasilitas.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua karyawan instansi
pemerintah memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Maka dari itu, peneliti memilih
BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai lokasi penelitian.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian
yang berjudul “Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi participative dengan kepuasan kerja karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi participative dengan kepuasan kerja karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis : untuk menambah referensi penelitian mengenai budaya
organisasi participative dan menambah referensi penelitian mengenai hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan karyawan
2. Secara Praktis : Sebagai pedoman bagi organisasi untuk memilih budaya
organisasi yang baik agar tercipta kepuasan kerja pada karyawan
E. Kerangka teori 1. Budaya Organisasi
Organisasi menurut J.R. Schermerhorn dalam Nurjaman (2012:153)
merupakan kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), organisasi adalah
perkumpulan dari kelompok orang tertentu dengan dasar ideologi yang sama.
Philiph Selznick juga mendefinisikan organisasi sebagai pengaturan personel guna
memudahkan pencapaian beberapa tujuan yag telah ditetapkan melalui alokasi
pembagian tugas dan tanggung jawab serta sumber daya organisasi (Nurjaman,
2012:153). Dari unsur-unsur tersebut maka peneliti menyimpulkan organisasi
adalah sekumpulan orang yang bekerja bersama dengan pembagian tugas dan
tanggung jawab yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama.
Budaya organisasi menurut Schein (1989) dalam Poerwanto (2008:15)
merupakan seperangkat asumsi yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan
dan dianut bersama sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah
adaptasi dengan lingkungan eksternal dan integrasi internal. Peneliti lain Schwarts
& Davis (1981) dalam Glaser, Zamanou dan Hacker (1987:173) mengadopsi
definisi normatif dari budaya dengan menekankan pada harapan yang ada di
organsiasi untuk menyetujui perilaku yang disetujui di organisasi tersebut. Hair
(2009:24) memberi penjelasan kultur organisasi atau budaya organisasi sebagai
ikatan sosial atau normatif yang menyatukan organisasi. Budaya organisasi
tersebut terdiri dari nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi.
Dozier dan Grunig (1995:135) juga memberikan definisi mengenai budaya
organisasi. Dozier dan Grunig (1995:135) mendefinisikan budaya organisasi
sebagai jumlah total dari shared values, simbol, arti, keyakinan, asumsi dan ekspektasi yang mengorganisir dan mengintegrasi sejumlah orang yang bekerja
bersama. Pada penelitian sebelumnya, Sriramesh, Grunig dan Dozier (1996:240)
menyebutkan terdapat dua dimensi budaya organisasi yaitu budaya participative
dan authoritarian. Mereka juga menyebutkan budaya organisasi dapat diukur dengan pentingnya inovasi, tradisi dan efisiensi sebagai nilai-nilai organisasi
participative dan authoritarianmanagement style, nilai liberal versus konservatif, kooperatif versus dominan dalam hubungan publik dan sistem lingkngan yang terbuka versus tertutup (system open versus closed to its environment). Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli maka peneliti menyimpulkan
budaya organisasi adalah nilai, sikap dan simbol yang dianut dalam perusahaan
sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh para anggotanya, budaya
organisasi tersebut menjadi ciri khas perusahaan dan menjaga eksistensi
perusahaan.
Budaya organisasi memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai alat
pengorganisasian anggota di dalam organisasi (Nurjaman, 2012:155). Selain itu
budaya organisasi juga menguatkan nilai-nilai dalam organisasi. Sebuah budaya
organisasi dalam suatu perusahaan pasti berbeda dengan budaya organisasi milik
perusahaan lain. Maka dari itu budaya organisasi juga memiliki fungsi sebagai
identitas yang melekat di suatu organisasi. Menurut Robbins (2001) dalam
Nurjaman (2012:160), budaya organisasi memiliki fungsi yaitu menjadi pembeda
antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya, mempermudah tumbuhnya
komitmen, membangun rasa identitas bagi anggota organisasi dan meningkatkan
kemantapan sistem sosial. Melihat fungsi budaya organisasi yang begitu penting
dalam organisasi, maka sebuah organisasi perlu memiliki budaya organisasi yang
menggambarkan kondisi organisasi tersebut.
Penelitian kuantitatif maupun kualitiatif mengenai budaya organisasi
megenai budaya organisasi. Dalam perspektif ilmu komunikasi belum banyak
penelitian kuantitatif mengenai budaya organisasi. Maka dari itu, penulis ingin
melakukan penelitian kuantitatif budaya organisasi dengan menggunakan budaya
organisasi participative yang merupakan bagian dari excellence study Dozier dan Grunig.
Budaya organisasi merupakan bagian dari excellence communication yang menjadi inti dari teori excellence. Dalam Grunig dalam Cutlip (2009:260)
menyebutkan terdapat pandangan dunia “worldview” yang berlaku didalam
organisasi. Pandangan yang dimaksud merupakan sistem nilai dan keyakinan
dasar yang berlaku di organisasi. “Pandangan dunia” ini dilihat melalui
komunikasi internal. Terdapat dua jenis pandangan yaitu asimetris dan simetris.
Pandangan dunia asimetris melihat tujuan organisasi sebagai fokusnya.
Pandangan asimetris merupakan sebuah pandangan yang melihat tujuan
organisasi adalah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mengubah
jalannya pelaksanaan bisnis. Budaya dalam pandangan asimetris tertutup atau
menolak perubahaan.
Selain itu pembuatan keputusan dilakukan oleh pihak organisasi dan
tertutup untuk publik dari luar organisasi. Organisasi yang menggunakan
pandangan asimetris berada dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Pandangan
kedua yang disebutkan Grunig ialah pandangan dunia simetris. Pandangan ini
menggabungkan ide negosiasi, resolusi konflik dan kompromi dalam pelaksanaan
organisasi. Organisasi tidak hanya berorientasi pada organisasi itu sendiri tetapi
pandangan dunia simetris tetapi pandangan ini lebih dapat ditemukan di organisasi
yang terkena aturan pemerintah.
Kedua pandangan dunia “worldview” tersebut menghasilkan budaya
organisasi yang berbeda. Kedua budaya tersebut ialah budaya authoritarian dan budaya participative. Kedua budaya tersebut mempunyai efek langsung dan tak langsung terhadap sifat dan aliran komunikasi internal dalam organisasi (Cutlip,
2009:261) Budaya organisasi authoritarian bersifat otoriter. Ciri dari budaya ini adalah kontrol dan kewenangan dari pihak yang berwenang di organisasi atau
sentralisasi. Keputusan yang dibuat didalam perusahaan merupakan wewenang
dari pusat atau berdasarkan tradisi. Masukan atau pendapat dari karyawan tingkat
menengah ke bawah tidak dihitung dan top management bersikap seolah tahu yang terbaik untuk perusahaannya. Manager berpikir karyawan mereka tidak
mempunyai inisiatif dan selalu memerlukan pengarahan terus menerus. Organisasi
dengan budaya authoritarian benar-benar tertutup dari ide baru yang datangnya dari luar organisasi. Budaya ini juga menekankan pada akuntabilitias individu.
Selain itu, divisi yang ada didalam organisasi tidak menanggung misi yang sama.
Mereka bekerja sendiri atau independen. Berbeda dengan budaya authoritarian, budaya participative lebih menjunjung tinggi teamwork atau kerja tim dengan kata lain organisasi dan karyawan memiliki tujuan yang sama. Karyawan merasa
berada di bagian tim, mereka saling peduli dengan satu sama lain dan merasa
dihargai. Selain itu koordinasi antar divisi berjalan mulus seperti mesin yang telah
dengan melibatkan orang yang akan terpengaruh dengan keputusan tersebut atau
desentralisasi. Organisasi dengan budaya participative juga membuka kesempatan untuk ide-ide yang datang dari luar organisasi. Dengan adanya ide-ide tersebut
dapat menandakan bahwa budaya organisasi jenis partisipative menghargai inovasi.
Sriramesh, Grunig dan Dozier (1996:244) mengukur budaya organisasi
dengan menggunakan pengukuran sebagai berikut :
1. Pentingnya inovasi, tradisi dan efisiensi sebagai nilai organisasi
(Importance of innovation, tradition and efficiency as organizational values)
2. Participative style manajemen melawan authoritarian style
manajemen (Participativeversus authoritarian management style)
3. Nilai liberal melawan nilai konservatif (Liberal versus conservative values)
4. Kooperatif dalam hubungan dengan publik melawan dominasi dalam
hubungan public (Cooperation versus domination in relationship with publics)
5. Sistem yang terbuka dengan lingkungan melawan sistem tertutup dengan lingkungan (Systemopen versus closed to its environment)
Pengukuran tersebut merupakan pengukuran yang tepat untuk mengukur
dengan publik dan sistem lingkungan terbuka merupakan karakteristik budaya
organisasi participative sedangkan authoritarian management style, conservative values, mendominasi dalam hubungan publik dan sistem lingkungan tertutup merupakan karakteristik budaya organisasi authoritarian. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada budaya organisasi participative. Peneliti akan meneliti hubungan antara budaya organisasi participative dengan kepuasan kerja.
2. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) menurut George dan Jones (2002:81) adalah kumpulan dari kepercayaan dan perasaan yang seseorang (karyawan)
punyai mengenai pekerjaannya. Menurut George dan Jones (2002:81) terdapat
empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu personality (personaliti),
values (nilai-nilai), the work situation (situasi kerja) dan social influence
(pengaruh sosial). Sedangkan menurut Robbins (1998) dalam Diahsari (2016:49)
kepuasan kerja merupakan perasaan dan sikap positif dan negatif seseorang
terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja menjadi hal yang penting untuk dipelajari
karena mengarah kepada hasil dari persepsi karyawan mengenai pekerjaan
mereka.
Luthans (2011:141) menyebutkan terdapat tiga dimensi penting dari
kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional dari situasi
kerja. Kedua, kepuasan kerja sering kali ditentukan dari seberapa baik hasil
dimensi pekerjaan yang merepresentasikan karakteristik penting dari pekerjaan.
Hal tersebut dijelaskan dalam poin-poin berikut ini :
1. Pekerjaan itu sendiri (The work itself)
Pekerjaan dari karyawan tersebut merupakan faktor yang dapat
menimbulkan kepuasan kerja.
2. Gaji (Pay)
Karyawan menginginkan pembayaran upah yang adil yang sesuai
dengan pengharapannya
3. Promosi pekerjaan (Promotion opportunities)
Promosi pekerjaan merupakan kesempatan untuk kenaikan jabatan
dalam organisasi
4. Pengawasan (Supervision)
Pengawasan merupakan kemampuan dari supervisor untuk
menyediakan dukungan untuk karyawan
5. Rekan kerja (Coworkers)
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif akan meningkatkan kepuasan
kerja karyawan
3. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Budaya Organisasi
Menurut Spector (1997) dalam Belias dan Koustelios (2014:139),
Kepuasan kerja secara umum merupakan kemasan dari perasaan karyawan
mengenai pekerjaannya. Tetapi dalam penelitian-penelitian, Davies (2006) dalam
Belias dan Kuostelios (2014:139) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja
merupakan multidimensional fenomena yang dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal seperti nilai individual (Individual values), prinsip, personaliti dan ekspektasi juga kesempatan yang diberikan. Robbins (2009) dalam
Davoodalmousavi (2013:391) juga menyebutkan bahwa kepuasan kerja dapat
mencegah karyawan dari pengunduran diri dan membuat karyawan lebih
produktif juga menghasilkan sikap kerja yang positif.
Finck dan Mennes Timmers (1998) dalam Natasha (2012:6) menekankan
bahwa karyawan akan mencapai keunggulan dalam pekerjaan apabila mereka
bersemangat dan termotivasi. Pencapaian tersebut merupakan tujuan dari
organisasi yang tidak terlepas dari budaya organisasi yang positif. Menurut Lund
(2003) dalam Davoodalmousavi (2013:391), apabila hubungan antara budaya
organisasi dengan kepuasan kerja kuat maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
organisasi tersebut memiliki budaya organisasi yang kuat sebaliknya apabila
kedua variabel tersebut hubungannya lemah maka organisasi memiliki budaya
yang lemah. Dozier dan Grunig (1995:141) menyebutkan bahwa kepuasan kerja
karyawan akan meningkat apabila organisasi memenuhi syarat-syarat budaya
organisasi participative yaitu mudah bekerjasama dengan atasan dan rekan kerja dan pengakuan atas pekerjaan yang bagus.
terdapat hubungan positif yang signifkan sebesar 42% antar kedua variabel yaitu
budaya organisasi dan kepuasan kerja. Sementara itu penelitian lain
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan
kepuasan kerja. Diantaranya penelitian milik Shurbagi dan Zahari (2012:95)
yang meneliti mengenai hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja di
perusahaan oli Libya menyebutkan bahwa budaya organisasi memiliki nilai
koefisien korelasi 0.89.
F. Kerangka Pikir
G. Hipotesis
Ha: Terdapat hubungan antara budaya organisasi participative dengan kepuasan karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
Ho: Tidak terdapat hubungan antara budaya organisasi participative
dengan kepuasan karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa
Yogyakarta
H. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Budaya Organisasi
a. Definisi Konseptual
Budaya organisasi menurut Schein (1989) dalam Poerwanto (2008:15)
merupakan seperangkat asumsi yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan dan dianut bersama sebagai pembelajaran untuk mengatasi Budaya Organisasi
Participative (X)
masalah-masalah adaptasi dengan lingkungan eksternal dan integrasi
internal. Sedangkan menurut Dozier dan Grunig (1995:135)
mendefinisikan budaya organisasi sebagai jumlah total dari sharedvalues, simbol, arti, keyakinan, asumsi dan ekspektasi yang mengorganisir dan
mengintegrasi sejumlah orang yang bekerja bersama. Sementara itu,
Sriramesh, Grunig dan Dozier (1996:244) menyebutkan bahwa budaya
organisasi memiliki dua dimensi yaitu participative dan authoritarian. b. Definisi Operasional
Penelitian terdahulu milik Sriramesh, Grunig dan Dozier (1996:244)
menyebutkan indikator budaya organisasi participative dapat diukur dengan indicator-indikator sebagai berikut :
1) Inovasi sebagai nilai organisasi
Pengukuran inovasi ditandai dengan tujuan organisasi yang
memprioritaskan strategi baru dalam kebijakannya
2) Tradisi sebagai nilai organisasi
Pengukuran tradisi sebagai nilai organisasi ditandai dengan fokus
organisasi yang melihat capaian masa depan dibandingkan masa lalu.
Selain itu organisasi juga terbuka dengan ide baru yang berupa kritik,
saran dan pendapat yang berasal dari karyawan
3) Efisiensi sebagai nilai organisasi
Efisiensi sebagai nilai organisasi ditandai dengan organisasi yang
4) Participativemanagement style
Pengukuran participative management style ditandai dengan pembagian kekuasaan dan tanggung jawab antara atasan dengan bawahan dalam
organisasi.
5) Nilai-nilai liberal
Pengukuran nilai liberal ditandai dengan organisasi yang berpandangan
luas dan terbuka terhadap ide-ide baru yang berupa kritik, saran dan
pendapat.
6) Kooperatif dalam hubungan dengan publik
Pengkuran kooperatif dalam hubungan publik ditandai dengan keinginan
organisasi untuk bernegosiasi dengan karyawan yang tidak setuju terhadap
kebijakan organisasi
7) Sistem lingkungan yang terbuka
Sistem lingkungan terbuka diukur dengan keterbukaan organisasi dalam
menerima ide-ide baru atau pendapat dari karyawan
2. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
a. Definisi Konseptual
Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut George dan Jones (2002:81) adalah kumpulan dari kepercayaan dan perasaan yang seseorang
(karyawan) punyai mengenai pekerjaannya. Luthans (2011:142)
menyebutkan bahwa terdapat lima dimensi pekerjaan yang
pekerjaan itu sendiri (the work itself), pengawasan (supervision), rekan kerja (coworker) dan promosi pekerjaan (promotionopportunities)
b. Definisi Operasional
Penelitian terdahulu milik Natasha tahun 2012 menyebutkan indikator
kepuasan kerja menurut Luthans (2006:36) adalah sebagai berikut :
1) Gaji (Pay)
Pengukuran dari kepuasan gaji (pay) ditandai dengan karyawan yang menginginkan sistem pembayaran upah yang dipersepsikan sebagai
adil yaitu sesuai dengan pengharapan dan kemampuan mereka dalam
pekerjaannya.
2) Pekerjaan itu sendiri (The work itself)
Dimensi pekerjaan itu sendiri atau the work itself diukur dengan karyawan yang cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberikan
kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan keterampilannya,
kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik pekerjaan mereka.
3) Peluang promosi pekerjaan (Promotion Opportunities)
Promosi pekerjaan terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari
suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi dengan tanggung
jawab dan jenjang organisasionalnya. Dimensi ini diukur dengan
kepuasan terhadap kebijakan promosi pekerjaan dalam perusahaan dan
4) Pengawasan (Supervision)
Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan
memengaruhi karyawan dalam pekerjaannya. Dimensi ini diukur
dengan manager yang memberi dukungan terhadap karyawan tingkat
bawah, manager yang memberikan kesempatan untuk memberikan
masukan dalam pekerjaan pada karyawan, manager yang membuka
kesempatan pada karyawan untuk berkomunikasi secara langsung dan
manager yang berhasil bekerjasama dengan karyawan
5) Rekan kerja (Coworkers)
Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial dengan rekan kerja. Interaksi social didalam pekerjaan
berupa dukungan rekan kerja, hubungan antar rekan kerja yang terjalin
dengan baik dan rasa senang bekerja dengan rekan kerja yang
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert untuk menghitung indikator dari budaya organisasi dan kepuasan kerja. Skala
Likert menurut Kinnear (1988) dalam Umar (2002:132) berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Dengan skala
Likert, pernyataan-pernyataan dalam kuesioner disajikan dengan kriteria
sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Tidak Setuju (TS) = 2
Netral (N) = 3
Setuju (S) = 4
Sangat Setuju (SS) = 5
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dengan jenis eksplanatif. Penelitian kuantitatif eksplanatif
merupakan penelitian yang menjelaskan suatu generalisasi sampel
terhadap populasinya. Kuantitatif ekspalatif juga menjelaskan hubungan,
perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lain (Bungin,
2005:46). Pada penelitian yang menggunakan jenis kuantitatif eksplanasi
maka penelitian tersebut menggunakan sampel dan hipotesis. Hipotesis
tersebut akan diuji menggunakan statistik inferensial. Penelitian kuantitatif
ekspalatif digunakan untuk mengembangkan teori dan menyempurnakan
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Badan Kependudukan Keluarga
Berencana Nasional perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
beralamat di jalan Kenari No. 58 Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber
data pertama di lokasi penelitian (Bungin, 2005:132). Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner.
1) Angket atau Kuesioner
Teknik pengumpulan data angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan serangkaian daftar
pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk diisi oleh
responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner
untuk mengumpulkan data primer yang diperlukan untuk
penelitian. Dalam kuesioner penelitian ini, penulis membuat
pertanyaan untuk responden mengenai budaya organisasi
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2005:132).
Penulis menggunakan dua metode dalam pengumpulan data sekunder
yaitu :
1) Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap
muka antara pewawancara dengan responden (Bungin,
2005:136). Dalam wawancara biasanya digunakan interview guide atau pedoman wawancara untuk menanyai responden. Peneliti menggunakan wawancara untuk mencari data seputar
latar belakang organisasi, komunikasi di dalam organisasi serta
budaya organisasi di organisasi tersebut. Data wawancara
tersebut digunakan untuk keperluan latar belakang masalah
dalam penelitian ini.
2) Dokumen
Peneliti menggunakan dokumen untuk melengkapi data dalam
penelitian ini. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa laporan bulanan BKKBN perwakilan Daerah Istimewa
4. Populasi dan Sampling
a. Populasi
Populasi digunakan untuk menyebutkan sekelompok obyek yang
menjadi sasaran penelitian. Populasi merupakan keseluruhan obyek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan
(Bungin, 2005:109). Terdapat dua jenis populasi yaitu populasi terbatas
dan populasi tidak terbatas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
populas terbatas sebagai obyek penelitian. Populasi terbatas adalah
populasi yang memiliki sumber data yang jelas batasannya secara
kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 111 responden.
b. Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik incidental sampling. Menurut Bungin (2005:126), incidental sampling digunakan pada penelitian yang respondennya sibuk atau sukar
ditemui oleh karena itu siapa saja yang ditemui jika termasuk dalam
kategori populasi dapat dijadikan responden. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik incidental sampling karena karyawan BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta sukar ditemui dan sibuk.
5. Teknik Analisis Data
Untuk mengukur hubungan antara kedua variabel peneliti
menggunakan teknik statistik yaitu teknik korelasi tunggal. Teknik
korelasi antara dua variabel penelitian (Bungin, 2005:205). Dalam
penelitian ini, peneliti mencari korelasi antara budaya organisasi dengan
kepuasan kerja karyawan. Jenis teknik korelasi tunggal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Rank Order atau Rank Spearman. Teknik korelasi Rank Spearman menurut Bungin (2005:207) adalah teknik korelasi tunggal yang digunakan untuk mencari koefisiensi
korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya. Berikut ini adalah
rumus Rank Spearman yang akan digunakan untuk analisis data pada penelitian ini :
γho = 1- 6∑�2
� �2−1
Keterangan :
γho = Koefisien Korelasi RankSpearman
1 = Bilangan Konstan
6 = Bilangan Konstan
d = Perbedaan antara pasangan jenjang
∑ = Sigma atau Jumlah
N = Jumlah individu dalam sampel
Nilai koefisien Rank Spearman berada diantara -1 < < 1. Apabila hasil dari korelasi Rank Spearman nol (0) maka tidak ada korelasi antara
variabel X dengan variabel Y. Sedangkan apabila nilai korelasi Rank
Spearman adalah +1 maka terdapat hubungan yang positif antar kedua
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan alat untuk mengukur apakah kuesioner
benar-benar dapat digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian
(Field, 2009:12). Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus
korelasi product moment berikut ini :
rxy = __n .∑ (XY) –(∑X) .(∑Y)_______ √ { n∑ X² –(∑X)² } { n∑ Y² –(∑Y)² }
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi n : Jumlah Sampel
x : Skor setiap item
y : Skor total tiap item
Nilai rxy yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel product moment pada taraf signifikansi (α) = 0,05 untuk responden dengan jumlah 30 adalah 0,361. Dengan demikian item yang ada dalam
instrumendikatakan valid apabila rxy > 0,361.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui alat pengukur reliable
atau tidak. Uji reliabilitas mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
hasil yang sama dengan kondisi yang sama. Untuk menjadi valid,
menentukan pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya. Apabila
instrumen penelitian tidak reliable maka dengan sendirinya instrumen tersebut tidak valid. Dengan demikian uji reliabilitas sangat penting untuk
dilakukan. Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan rumus Alpha Cornbach yaitu :
α =
� �2−∑��2 �−1 �2α = Koefisien alpha
n = Jumlah item dalam skala
S2 = Varian total dalam skor test
Si2 = Varian dari setiap item skala
Apabila hasil dari alpha dengan 30 respoden diatas r tabel yaitu
0,361 (α > 0,361) maka item pertanyaan dalam kuesioner tersebut
BAB II
Gambaran Umum BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
A. Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN
merupakan organisasi yang oganisasi pemerintah yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana. Dari awal pendirian organisasi ini hingga sekarang, BKKBN telah
mengalami berbagai perkembangan. Awalnya organisasi ini dimulai dengan
adanya pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada 23 Desember 1957
kemudian perkumpulan tersebut berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation. PKBI mempunyai tiga macam pelayanan yaitu mengatur kehamilan, mengobati
kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.
Tahun 1967 PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman, pada saat Orde Baru tersebut terjadi perkembangan yang pesat usaha
penerangan dan pelayanan KB di seluruh Indonesia. Masalah kependudukan
menjadi fokus pemerintah pada masa Orde Baru. Pada masa itu terjadi Kongres 1
1. PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga
berencana yang akan dijadikan program pemerintah
2. PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai Program
Pemerintah segera dilaksanakan
3. PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam membantu pemerintah
dalam melaksanakan program KB sampai ke pelosok-pelosok supaya
faedahnya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.
Tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia yang berisi mengenai kesadaran pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai
hak asasi manusia. Kemudian Presiden Soeharto membentuk panitia AdHoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB untuk dijadikan program
nasional. Pada tanggal 7 September 1968 presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat yang isinya :
1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
2. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri
atas unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11
tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan
Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra
dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat
dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi
Pemerintah. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibentuk
berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970.
Dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1972, presiden mengeluarkan
Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja
BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden. Pada masa
perintisan BKKBN tersebut terdapat program Periode Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih
B. Visi dan Misi BKKBN
Visi : Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas
Misi :
1. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan
2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
3. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga
4. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
5. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten
C. Filosofi dan Grand Strategi
1. Filosofi
Menggerakkan Peran Serta Masyarakat Dalam Keluarga Berencana
2. Arah Kebijakan
a. Merevitalisasi Program Keluarga Berencana.
b. Menyerasikan Kebijakan Kependudukan dengan Kebijakan
Pembangunan lainnya.
D. Tugas Pokok dan Fungsi
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Perumusan kebijakan teknis pemberdayaan masyarakat dan perempuan
E. Fungsi
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah,
swasta, LSOM dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum
dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga
F. Kewenangan
1. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
2. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro.
3. Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan
angka kematian ibu, bayi dan anak.
4. Penetapan sistem informasi dibidangnya.
5. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
a. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
G. 5 Nilai BKKBN
1. Cerdas
2. Tangguh
3. Kerjasama
4. Integritas
5. Ikhlas
H. Profil Tempat Penelitian
Nama Instansi : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Perwakilan Daerah Istimewa
Yogyakarta
Alamat Instansi : Jalan Kenari No. 58 Daerah Istimewa
Yogyakarta
Nomor Telepon : (0274) 549225
Email : humas@bkkbn.go.id
I. Visi dan Misi BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta
Visi : Penduduk tumbuh seimbang tahun 2015
Misi : Mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
J. Tugas Pokok Jabatan
1. Kepala Perwakilan BKKBN
Memimpin Perwakilan BKKBN Provinsi dalam menjalankan tugas
2. Sekretariat
a. Sekretaris
Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Perwakilan BKKBN Provinsi.
b. Sub Bagian Administrasi Pengawasan
Melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana dan
program kerja pengawasan, inventarisasi hasil pengawasan, tindak
lanjut hasil pengawasan, dan penyusunan laporan hasil evaluasi
pengawasan.
c. Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian
Melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian, administrasi
jabatan fungsional, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum,
serta pengelolaan tatalaksana.
d. Sub Bagian Perencanaan
Melakukan koordinasi, penyusunan rencana program dan anggaran
di lingkungan Perwakilan BKKBN Provinsi.
e. Sub Bagian Umum dan Humas
Melakukan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi, dan
f. Sub Bidang Keuangan dan Barang Milik Negara
Melakukan administrasi keuangan, pengelolaan barang milik/
kekayaan negara dan sarana program.
3. Bidang Pengendalian
Melaksanakan penyiapan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk.
a. Sub Bidang Analisis Dampak Kependudukan
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang analisis
dampak kependudukan.
b. Sub Bidang Kerjasama Pendidikan Kependudukan
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang kerjasama
pendidikan kependudukan.
c. Sub Bidang Penyusunan Paramater Pengendalian Penduduk
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang penyusunan
4. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Melaksanakan penyiapan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
a. Sub Bidang Bina KB Jalur Pemerintahan dan Swasta
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
kesertaan keluarga berencana jalur pemerintah dan swasta.
b. Sub Bidang Bina Kesetaraan Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
kesertaan keluarga berencana jalur wilayah dan sasaran khusus.
c. Sub Bidang Kesehatan Reproduksi
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang kesehatan
5. Bidang Advokasi, Pengerakan dan Informasi
Melaksanakan penyiapan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK), serta pemantauan dan evaluasi di bidang advokasi,
penggerakan, dan informasi.
a. Sub Bidang Advokasi dan KIE
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang advokasi,
komunikasi, informasi, dan edukasi.
b. Sub Bidang Data dan Informasi
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang data dan
informasi.
c. Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang hubungan antar
lembaga dan bina lini lapangan, serta penyiapan fasilitasi
pembentukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
6. Bidang Pelatihan dan Pengembangan
Melaksanakan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
a. Sub Bidang Penyelenggaraan dan Evaluasi
Melakukan penyiapan penyelenggaraan dan evaluasi, serta
penyusunan laporan pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan program pengendalian penduduk, keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi, serta keluarga sejahtera dan
pemberdayaan keluarga.
b. Sub Bidang Program dan Kerjasama
Melakukan penyusunan program dan kerja sama pendidikan,
pelatihan, dan penelitian, serta pengembangan program
pengendalian penduduk, keluarga berencana, kesehatan reproduksi,
serta keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.
c. Sub Bidang Tata Operasional
Melakukan pelayanan operasional penyelenggaraan pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan
7. Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Melaksanakan penyiapan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga sejahtera dan
a. Sub Bidang Ketahanan Remaja
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
ketahanan remaja.
b. Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang
pemberdayaan ekonomi keluarga.
c. Sub Bidang Bina Ketahanan Keluarga, Balita, Anak dan Lansia
Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan
fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
keluarga balita dan anak, serta ketahanan keluarga lanjut usia dan
K. Struktur Organisasi
PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI DIY