FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG
(
Studi Kasus Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)SKRIPSI
Oleh :
ADINDA SORAYA NASUTION
080304084
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG
(
Studi Kasus Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat) SKRIPSIOleh :
ADINDA SORAYA NASUTION 080304084
AGRIBISNIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing
Ir. Iskandarini, MM Dr. Ir. Satya Negara Lubis, MEc
NIP: 196405051994032002 NIP: 196304021997031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Adinda Soraya Nasution (080304084) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung (Studi Kasus : Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat” dibawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec sebagai anggota pembimbing
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah produsen jagung. Dimana salah satu sentra produksinya adalah Kabupaten Langkat. Jagung yang diproduksi digunakan untuk konsumsi industri pakan ternak dan industri makanan. Tujuan penelitian adalah : untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung, dan untuk mengetahui apakah layak atau tidak usahatani itu dijalankan. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung digunakan Fungsi Pendapatan model Regresi Linier Berganda, untuk mengetahui kelayakan usahatani di hitung dengan mengukur menggunakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Hasil penelitian antara lain: Produksi jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, Pendapatan petani di daerah penelitian tergolong tinggi, dan usahatani jagung di daerah penelitian tergolong efesien.
RIWAYAT HIDUP
Adinda Soraya Nasution, lahir di kota Medan pada tanggal 14 Juni 1990, anak dari
Bapak Mansyur Nasution,SE dan Ibu Hj.Sri Yagnani Hutapea. Penulis merupakan
anak ke empat dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
− Tahun 1994 masuk Taman Kanak-Kanak Tadika Puri tamat tahun 1996.
− Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan tamat tahun
2002.
− Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Medan tamat
tahun 2005.
− Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan tamat tahun
2008.
− Tahun 2008 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung (Studi Kasus : Tanjung Jati,
Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Mansyur Nasution SE dan ibunda Hj.Sri
Yagnani Hutapea, atas seluruh perhatian dan dukungan baik secara materi, moril
maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada saudara-saudara penulis
Abang Alm.Ricky Syahdi Putra Nasution, Abang Yudhi Wira Buana Nasution
ST, dan Abang Aditya Wiguna Nasution SH atas doa dan dukungan yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
• Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membantu, mengayomi, memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
• Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan
• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis, FP-USU dan Dr. Ir.
Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris Departemen Agribisnis, FP-USU.
• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisinis, FP-USU khususnya
Kak Yani, Kak Lisbeth dan Kak Seruni yang memberikan kelancaran dalam hal
administrasi.
• Teman-teman saya Claudya Rahmi SP, Dewi Nadapdap SP, Nurul Ildrakasih SP,
Anggun Nurul Mauliddar SP, dan serta seluruh teman-teman di Program Studi
Agribisnis angkatan 2008 yang tidak bias saya sebutkan satu-satu namanya yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan
semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu
memberikan yang terbaik bagi kita semua.
• Dan kepada M.Iqbal lisdi S.Ikom yang telah member dukungan dan perhatiannya.
Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7
Tinjauan Pustaka... ... 7
Landasan Teori ... 14
Kerangka Pemikiran ... 19
Hipotesis Penelitian ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 22
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22
Metode Pengambilan Sampel ... 22
Metode Pengumpulan Data ... 23
Model Analisis Data ... 24
Definisi dan Batasan Operasional ... 26
Definisi ... 26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 28
Luas dan Letak Geografis ... 28
Keadaan Penduduk ... 28
Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 29
Keadaan Sosial Ekonomi ... 29
Sarana dan Parasarana ... 29
Karakteristik Petani Sampel ... 29
Pendidikan Petani Sampel ... 30
Pengalaman Bertani ... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung ... 33
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung ... 43
Pendapatan dan Efisiensi Usahatani jagung ... 49
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
6.1. Kesimpulan ... 51
6.2. Saran ... 52
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (2008-2011)……….. 2
2. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia……… .... .. 2
3. Hasil Produksi Jagung Desa Tanjung Jati (2008-2011)……… 3
4. Produksi Jagung Kecamatan Binjai……… 22
5. Umur Petani Responden di Desa Tanjung Jati Tahun 2013……… 30
6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Tanjung Jati Tahun 2013…. 31 7. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Tanjung Jati Tahun 2013……….. 32
8. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung…. 34 9. Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov Smirnov Produksi……….. 36
10. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Produksi……….. 37
11. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung……….. 42
12. Uji Normalitas dengan Metode Kormogorov Smirnov Produksi…….. 44
13. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Biaya Produksi……… 45
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Kurva Produksi Law of Deminishing Return………. 13
2. Skema Kerangka Pemikiran……….. 20
3. Scatterplot Produksi………. 38
ABSTRAK
Adinda Soraya Nasution (080304084) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung (Studi Kasus : Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat” dibawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec sebagai anggota pembimbing
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah produsen jagung. Dimana salah satu sentra produksinya adalah Kabupaten Langkat. Jagung yang diproduksi digunakan untuk konsumsi industri pakan ternak dan industri makanan. Tujuan penelitian adalah : untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung, dan untuk mengetahui apakah layak atau tidak usahatani itu dijalankan. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung digunakan Fungsi Pendapatan model Regresi Linier Berganda, untuk mengetahui kelayakan usahatani di hitung dengan mengukur menggunakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Hasil penelitian antara lain: Produksi jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, Pendapatan petani di daerah penelitian tergolong tinggi, dan usahatani jagung di daerah penelitian tergolong efesien.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Produksi jagung nasional setiap tahun meningkat, namun hingga kini belum mampu
memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton per tahun, sehingga masih
mengimpor dalam jumlah besar yaitu hingga 1 juta ton. Menurut Mejaya, dkk (2005)
sebagian besar jagung domestik untuk pakan atau industri. Pakan membutuhkan 57%
dari kebutuhan nasional, sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan
industri lainnya.
Begitu juga pada perkembangan produksi jagung di Sumatera Utara, setiap tahunnya
produksi jagung semakin meningkat, impor ke Sumatera Utara pun tidak mengalami
penaikan yang drastic pada tahun 2009-2010. Tetapi pada tahun 2011 impor ke
Sumatera Utara mengalami kenaikan yang drastis yaitu 305.818.856 Kg . Ini
menggambarkan bahwa walaupun produksi jagung di Sumatera Utara meningkat
tetap saja tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang besar, maka dilakukanlah
Perkembangan produksi jagung di Sumatera Utara untuk tahun 2008, 2009, 2010,
2011.
Tabel 1. Produksi Jagung Sumatera Utara (2008, 2009, 2010, 2011)
NO TAHUN PRODUKSI
(TON)
IMPOR (KG)
1 2008 1.098.969 40.795.257
2 2009 1.116.548 102.475.113
3 2010 1.377.718 100.846.810
4 2011 1.142.913 305.818.856
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)
Permasalahan jagung yang utama adalah tidak cukupnya produksi untuk memenuhi
kebutuhan pasar seperti konsumsi, pangan, dan pakan. Seperti yang di tampilkan pada
tabel perkembangan produksi jagung di Indonesia berikut :
Tabel 2. Perkembangan Produksi Jagung Di Indonesia
Tahun Konsumsi Industri Pangan Industri Pakan Total Ribu
(Ton)
Persen Ribu (Ton)
Persen Ribu (Ton)
Persen Ribu (Ton)
Persen
2006 4.567 41,76 2.415 22,08 3.955 36,16 10.937 100
2007 4.478 40,11 2.489 22,29 4.197 37,59 11.164 100
2008 4.388 38,53 2.564 22,51 4.438 38,96 11.390 100
2009 4.229 37,01 2.638 22,71 4.680 40,29 11.617 100
2010 4.165 33,13 3.016 23,99 5.390 42,88 12.572 100
2011 4.100 32,54 2.900 23,02 5.600 44,44 12.600 100
Sumber : Departemen Pertanian (2011)
Tabel ini menunjukkan bahwa selama periode 2006-2011, total penggunaan jagung
untuk konsumsi rumah tangga terus menurun dari tahun ke tahun. Penurunan
pergeseran konsumsi jagung dalam bentuk olahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
konsumsi jagung pada industri pangan yang terus meningkat dari tahun 2006-2010
yang kemudian turun kembali di tahun 2011. Berlawanan dengan konsumsi rumah
tangga, konsumsi jagung pada industri pakan terus mengalami peningkatan pada
tahun 2006-2011. Walaupun produksi jagung terus meningkat setiap tahunnya tetapi
kebutuhan pasar lebih banyak dari hasil yang diproduksi. Maka dari itu kita harus
meningkatakan produksi jagung agar tidak lagi melakukan impor.
Sama seperti produksi jagung di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten
Langkat jika dilihat dari aspek ekologi Desa Tanjung Jati merupakan daerah yang
sesuai untuk pengembangan tanaman jagung. Mengingat skala pengolahan pertanian
di Desa Tanjung Jati masih bersifat tradisional maka produksinya tidak terlalu tinggi
dan produktivitasnya berfluktuasi. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Produksi Jagung Desa Tanjung Jati (2008, 2009, 2010, 2011)
NO TAHUN PRODUKSI
(TON)
LUAS TANAM (Ha)
1 2008 2400 827
2 2009 455 119
3 2010 882,42 210
4 2011 882,42 210
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat (2011)
Dengan pegolahan pertanian yang masih tradisional ini, mengakibatkan produksi
jagung di Desa Tanjung Jati kurang maksimal sedangkan permintaan terhadap jagung
terus meningkat. Belum maksimalnya produksi jagung di desa ini mungkin
disebabkan karena kurangnya modal, pupuk, terbatasnya ketersediaan bibit unggul,
Bila dilihat dari tabel hasil produksi jagang di Desa Tanjung Jati yang mengalaimi
fluktuasi dalam produksinya, beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi hasil
produksi jagung antara lain : luas lahan, biaya tenaga kerja, varietas bibit, jarak tanam
dan jumlah tanaman, biaya pembelian pupuk dan biaya produksi lainnya merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam usaha tani jagung.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung hanya
dibatasi oleh luas lahan dimana bibit jagung akan ditanam,pupuk yg benar agar
produksi jagung meningkat, , bibit yang unggul, dan tenaga kerja baik tenaga kerja
dari keluarga sendiri atau pun orang lain.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung tidak dapat
dilepaskan dari faktor-faktor yang disebut diatas. Dengan menggunakan kombinasi
faktor-faktor produksi yang serasi pada gilirannya akan mampu meningkatkan hasil
produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.
Petani jagung di Desa Tanjung Jati umumnya memiliki skala usaha yang kecil.
Keterbatasan faktor-faktor produksi sebagai alokasi input seperti : luas lahan, harga
jagung, biaya pupuk, biaya bibit, dan tenaga kerja mempengaruhi pendapatan petani.
Jika produksi meningkat maka pada akhirnya meningkat jugalah pendapatan petani
jagung di daerah penelitian.
Dari uraian permasalahan diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani Jagung. Dengan
jagung agar produksi jagung meningkat sehingga paa petani bisa menjadi lebih
sejahtera.
1.2. Identifikasi Masalah :
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi jagung di daerah
penelitian?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di
daerah penelitian?
3. Bagaimanakah kelayakan usahatani jagung di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian :
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di
daerah penelitian
2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pendapatan petani jagung di daerah penelitian
3. Untuk mengetahui apakah usahatani jagung layak untuk diusahakan di
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam mengelola dan
mengembangkan usahataninya
2. Hasil Penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan Agronomis
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gamdum dan padi. Sebagai sumber utama karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sember pangan di Amerika
Serikat. Beberapa penduduk di daerah Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Ternggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok (Budiman, 2006).
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) sistematika tanaman jagung adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1800mdpl. Daerah dengan
ketinggian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21 – derajat Celsius, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23 – 27 derajat
Celsius. Pada proses perkecambahan banih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat Celsius (Budiman, 2006).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya disesuaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama darsiklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif (Anonimus,2010).
Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar, yaitu akar utama, akar
cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai
alat untuk menghisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah,
mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan, dan alat pernafasan
(Rukmana, 1997).
Jenis tanah yang dapat ditamani jagung antara lain : andosol (berasal dari gunung
merapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat
(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan
tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung atau liat (latosol)
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan diluar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan
pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering (Purnomo
dan Hartono, 2005).
2.1.2. Tinjauan Ekonomi
Tujuan dari kegiatan atau aktifitas ekonomi seperti yang dilakukan oleh setiap orang
adalah bagaimana memadukan faktor ekonomi yang dimiliki (dengan jumlah yang
terbatas) agar memperoleh hasil berupa keuntungan, selanjutnya akan dapat
meningkatkan pendapatan dari kegiatan ekonomi tersebut (Soekartawi, 1998).
Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau
masukan untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan
suatu kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang
optimal dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga
perusahaan dapat mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien
yang lebih tinggi dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).
Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk
mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan
pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan
petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik
(kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA,
TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi, herbisida, insektisida, fungisida,
Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah
produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian,
harga penjualan produksi dan biaya produksi/ usahatani atau perusahaan pertanian.
Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, ditentukan oleh
skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh satu unit usahatani atau
perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya
jumlah penduduk yang hidup/ berusaha dalam sektor pertanian (Simanjuntak, 2004).
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah
dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut hanya akan
diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil
penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi, 1998).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms),
khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang
umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja
keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga
sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya
(Suratiyah, 2006).
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan
tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik tenaga
kerja bidang usaha tani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut :
1) Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontiniu dan tidak merata.
3) Tidak mudah di standartkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.
4) Beraneka ragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain
(Suratiyah, 2006).
Mubiyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai
berikut :
1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian
yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar
kecillnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya
lahan yang digunakan.
2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap produksi Pertanian
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih
menggantungkan hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian
besar tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai
kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga
petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara
3. Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap produksi Pertanian
Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas.
Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan
binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos.
Sementara itu pupuk anorganik adalah pupuk yang sudah mengalami proses di
pabrik misalnya urea, TSP dan KCL.
4. Pengaruh Pestisida Terhadap produksi Pertanian
Pestisida dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat
merugikan petani. Pestisida dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan
pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain
pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan pestisida
bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat
mengakibatkan turunnya produksi dan kualitas buah.
5. Pengaruh Bibit Terhadap produksi Pertanian
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul
cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin
2.2. Landasan Teori
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan
produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan
keluaran (Anonimus, 2010).
Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan
faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total
akan bertambah dengan penambahan yang makin besar, tetapi sampai pada akhirnya
mencapai nilai negatif, dan akan mengakibatkan pertambahan produksi total semakin
kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun
(Law Diminishing Return), dapat dilihat dari kurva berikut :
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah
merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil
usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang
harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya,
lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan
mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).
Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena faktor
produksi tersebut dikorbankan untuk mengasilkan komoditas pertanian, untuk
menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan
komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship
(FR). Secara Sistematik dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi
Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel (variabel bebas dan variabel tidak bebas) misalnya faktor produksi
antara lain, luas lahan (�1), bibit (�2), jumlah pupuk (�3), tenaga kerja (�4), secara
matematis, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = ��. . ����.����.����.����
Untuk menaksir parameter-parameter yang harus ditranformasikan dalam bentuk
logaritma natural (ln) sehingga merupakan bentuk linier berganda (multiple linear)
yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat kecil (ordinnary least square)
Y = Ln��+ ������+ ������+������+ ������+�
Dimana :
Y = Produksi
�0 = Konstanta
�1…�5 = Koefisien regresi terhadap X
�1 = Luas lahan
�2 = Bibit
�3 = Pupuk
�4 = Tenaga Kerja
Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat
tergantung dari peranan �1 sampai dengan �4 dan faktor-faktor lain yang tidak ada
dalam persamaan (Daniel, 2002).
Memperoleh tinggat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap
semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga ppokok hasil usahataninya
(Fadholi, 1990).
Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari
input terhadap produksi. Fungsi Keuntungan Regresi Linier Berganda merupakan
cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa petani atau pengusaha
mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan Regresi Linier berganda dapat
Y = ��+ ����+ ����+����+ ����+����+�
Dimana :
Y = Pendapatan
�0 = Konstanta
�1…�5 = Koefisien regresi terhadap X �1 = Biaya luas lahan
�2 = Harga jagung
�3 = Biaya pupuk
�4 = Biaya bibit
�5 = Biaya tenaga kerja (Rahim dan Hastuti, 2007).
Setelah melihat pendapatan petani barulah dilihat apakah usahatani jagung ini layak
atau tidak untuk di usahakan di daerah penelitian. Terlebih dahulu perlu dicari besar
biaya produksi dan penerimaannya.
Besar biaya usaha tani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya diartikan sebagai
biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar-kecilnya
dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, untuk menghitung
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost
FC = Fixed Cost
VC = Varible Cost
(Rohim dan Hastuti,2007).
Sedangkan besarnya penerimaan merupakan total yang diterima petani dari hasil
penjualannya. Secara singkat rumus untuk menghitung besar penerimaan yaitu :
TR = Y . Py
Keterangan :
TR = Total penerimaan
Y = Produksi
Py = Harga Y
Setelah dapat hasil besarnya biaya usahatani dan penerimaannya barulah dicari
kelayakan usahatani tersebut. Dengan perbandingan (ratio atau nisbah) antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Secara singkat kelayakan usahatani dapat
a = �
�
a = R/C
R = Py x Y
C = FC + VC
a = Py x Y / (FC + VC)
Dimana :
a = R/C Ratio
R = Penerimaan (revenue)
C = Biaya (cost)
Py = Harga output
Y = Output
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya Variabel (variable cost).
FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam ilmu usahatani yang
besar – kecilnya tidak tergantung dari besar – kecilnya output yang diperoleh.
Misalnya iuran irigasi, pajak, alat – alat pertanian, sewa lahan, mesin. Selanjutnya VC
(biaya tidak tetap) biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan unutk usahatani
yang besar – kecilnya diprngaruhi oleh perolehan output. Misalnya sarana produksi
dan tenaga kerja (Soekartawi, 1995).
Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Namun
karena adanya biaya usahatani yang kadang – kadang tidak dihitung, maka
2.3. Kerangka Pemikiran
Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam
kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya,
walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk
mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih murah dari
pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.
Dari adanya usahatani jagung maka dihasilkan produksi jagung, produksi jagung di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Hasil
produksi jagung dijual kepada pedagang. Harga berpengaruh kepada penerimaan.
Besarnya penerimaan petani jagung diperoleh dari perkalian antara produksi dengan
harga jual.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani ialah luas lahan,
harga jagung, biaya pupuk, biaya bibit, dan upah tenaga kerja. Pendapatan petani
diperoleh dari pengurangan antara besar penerimaan dan besar biaya produksi.
Pendapatan petani mempengaruhi kelayakan apakah layak atau tidak usahatani itu
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Menyatakan ada hubungan
: Menyatakan ada pengaruh
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi :
• Luas Lahan
• Pupuk
• Bibit
• Tenaga Kerja
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi
• Luas Lahan
• Harga Jagung
• Biaya Pupuk
• Biaya Bibit
• Tenaga Kerja Penerimaan
Harga
Produksi Jagung
Pendapatan
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh luas lahan, harga jagung, harga pupuk, harga bibit, dan tenaga kerja
terhadap produksi jagung di daerah penelitian.
2. Ada pengaruh biaya luas lahan, harga jagung, biaya pupuk, biaya bibit, dan upah
biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung di daerah penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Tanjung Jati
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Alasan penentuan dan penetapan daerah
tersebut sebagai daerah penelitian karena desa Tanjung Jati merupakan salah satu
sentra produksi tanaman jagung tertinggi setelah desa Sambirejo dan desa
Perdamaian di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dan dengan
mempertimbangkan jarak, dan waktu dan ke daerah penelitian. Berikut dierlihatkan
[image:33.612.111.533.367.515.2]data desa dan produksi tanaman :
Tabel 4. Produsi Tanaman Jagung Kecamatan Binjai
Desa Produksi tanaman (ton)
1. Tanjung Jati 2. Sidomulyo 3. Sendang Rejo 4. Smbirejo 5. Kwala Begumit 6. Perdamaian 7. Suka Makmur
882,42 727,27 13,96 3.781,78 535,27 2.269,07 504,24
Jumlah 8.741,00
Sumber :Kecamatan Binjai Dalam Angka , Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
3.2. Metode Pangambilan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani
jagung. Jumlah populasi petani jagung di Desa Tanjung Jati sebanyak 85 petani.
Selanjutnya, jumlah sampel yang diteliti akan dihitung dengan menggunakan Rumus
� = � 1 +��2
� = 85
1 + 85 (0,1)2
� = 85
1 + 85 (0,01)
� = 85
1 + 0,85
� = 85 1,85 � = 45,9
= 46
n = Ukuran sample
N = Ukuran populasi
e = Kesalahan pengambilan sample yang ditolerir (10%).
Dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh n sebesar 45,9 yang dibulatkan
menjadi 46 sample.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari
3.4Metode Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1, dianalisis dengan mengukur faktor – faktor yang mempengaruhi
produksi jagung dengan menggunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas,
dengan rumus:
Y =
�
�..
�
���.
�
���.
�
���.
�
���.
�
����
����
����
����
����
�����Dimana :
Y = Produksi (Kg)
�0 = Konstanta
�1…�10 = Koefisien regresi terhadap X
�1 = Luas Lahan (Ha)
�2 = Jumlah Bibit (Kg) �3 = Herbisida (Ltr)
�4 = Pupuk Urea (Kg)
�5 = Pupuk SP (Kg)
�6 = Pupuk TSP (Kg) �7 = Pupuk Phonsca (Kg) �8 = Pupuk KCL (Kg)
�9 = Pupuk NPK (Kg)
�10 = Tenaga Kerja (HKP)
Hipotesis 2, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung
digunakan Fungsi Pendapatan persamaan regresi liner berganda (multiple linier
Y = ��+ ����+ ����+����+ ����+����+����
Dimana :
Y = Pendapatan Usahatani Jagung (Rp)
β0 = Konstanta (Rp)
�1…�7= Koefisien regresi terhadap X �1 = Harga Jual Jagung(Rp) �2 = Biaya Lahan (Rp) �3 = Biaya Bibit (Rp) �4 = Herbisida (Ltr) �5 = Biaya Pupuk (Rp) �6 = Biaya Tenaga Kerja(Rp) �7 = Biaya Alsintan (Rp)
Hipotesis 3, dianalisis dengan mengukur menggunakan perbandingan (ratio atau
nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Bentuk model matematis
sebagai berikut :
a = �
�
a = R/C
R = Py x Y
C = FC + VC
Dimana :
a = R/C Ratio
R = Penerimaan (revenue)
C = Biaya (cost)
Py = Harga output
Y = Output
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya Variabel (variable cost)
Dengan kriteria keputusan :
R/C > 1, usahatani menguntungkan.
R/C < 1, usahatani rugi.
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung / tidak rugi).
3.5Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang
istilah – istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional
sebagai berikut :
3.5.1. Defenisi
1. Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani yang menanam jagung selama 4
tahun terakhir di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
4. Sempel penelitian adalah petani yang mengusahakan jagung dalam usahataninya
yang diteliti untuk 1 kali musim.
5. Produksi adalah seluruh hasil usahatani jagung dihitung dalam kilogram (Kg).
6. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah
luas lahan, bibit, dan pupuk Urea.
8. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di daerah
penelitian adalah harga jual, biaya bibit, biaya tenaga kerja, biaya alsintan
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013
2. Penelitian dilakukan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah
4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah
Desa TanjungJati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
BinjaiKabupaten Langkat. Desa TanjungJati memiliki luas wilayah sebesar 827 Ha di
mana terdiri dari 17 (tujuhbelas) dusun. Desa TanjungJatimemilikisuhu rata-rata
berkisar 30ºC dengancurahhujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun.
DesaTanjungJatiterletak di wilayah Kecamatan Binjai.
Secara administratif, Desa Pamah mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara Berbatasan dengan Kota MadiaBinjai
• Sebelah Timur Berbatasan dengan Kota MadiaBinjai
• Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kota MadiaBinjai
• Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa SunggaiLimbatMancang
4.1.2 KeadaanPenduduk
Jumlah penduduk Desa Tanjung Jati sebanyak 6.957 jiwa yang terdiri dari 3.528 jiwa
laki-laki dan 3.429 jiwa perempuan, dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga
4.1.3 Keadaan Penduduk berdasarkan Agama
Sebagian besar penduduk di Desa TanjungJatimenganut agama Islam yaitu sebanyak
6.843 Jiwa (hampir 99%), Kristen Katolik sebanyak 35 jiwa, Hindu sebanyak 35 Jiwa
dan Budha sebanyak 53 Jiwa.
4.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi
Desa TanjungJati merupakan Desa dengan mata pencarian sebagaipetani sebesar 610
jiwa, industriataukerajinansebesar 1.341 jiwa, perdagangansebesar 634 jiwa,
transportasidankomunikasisebesar 131 jiwa, dansisanyabekerjadibidangkonstruksi,
jasa, dankeuangan. Dilihat dari penghasilan rata-rata masyarakat Desa Pamah
tergolong kedalam katagori sedangmenengah.
4.1.5 Sarana dan Prasarana
Sarana transportasi di Desa TanjungJati kurang di dukung oleh keadaaan jalan yang
kurang baik terlebih pada musim hujan, ini kadang mempersulit akses transportasi.
Untuk jaringan listrik di Desa Pamah telah tersedia PLN sehingga hampir seluruh
rumah tangga di desa ini menggunakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga
sehari-hari. Untuk air bersih penduduk desa mendapatkanya dari air sumur yang dibor.
4.1.6 Karakteristik Petani Sampel
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan
kemampuandalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani
produktivitasnya dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak
mengandalkan fisik. Keadaan umur petani rata-rata 41,2tahun dengan interval antara
[image:41.612.108.539.204.309.2]20-80 tahun. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Umur Petani Responden di Desa Tanjung Jati Tahun 2013
No. Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%) 1.
2.
20-50
>50
42
4
91,3 8,7
Jumlah 46 100
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1
Berdasarkan tabel persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur
20-50 tahun dengan persentase sebesar 91,3 %. Artinya petani sampel di daerah
penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan
usahataninya.
4.1.6 Pendidikan Petani Sampel
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani.
Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya
sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani di
Tabel 6.Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Tanjung JatiTahun 2013
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4.
Pendidikan Dasar (SD)
Pendidikan Menengah Pertama (SMP)
Pendidikan Menengah Atas (SMA,
STM) Diploma 1 9 8 28 1 19,5 17,3 60 2,17
Total 46 100
Sumber: Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan
menengah atas sebesar 60 % dan SD19,5 % sedangkan sisanya pendidikan menengah
dan Diploma 1.
4.1.7 Pengalaman Bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah
pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin
baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani
Tabel 7. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Pamah Tahun 2013
No. Pengalaman Bertani (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%) 1.
2. 3. 4.
0-5
6-10
11-20
<20
10
11
20
5
21,7 23,9 43,4 10,8
Jumlah 46 100
Sumber: Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman
bertani paling lama adalah berada pada kisaran 11-20 tahun, dengan persentase
[image:43.612.110.538.128.273.2]BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung
Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena faktor
produksi tersebut dikorbankan untuk mengasilkan komoditas pertanian, untuk
menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan
komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship
(FR). Tinggi rendahnya produksi jagung dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelian
Tabel 8. Tabel Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung
N o
Variabel Koefisie n Regresi Standar d Error T Hitun g Signifikan si Keteranga n
1 Luas Lahan
0.979 0.170 5,771 0.000 Nyata 2 Jumlah
Bibit
-0,054 0,086 -0,631 0,032 Nyata
3 Herbisida -0,094 0,057 -1,658 0,106 Tidak Nyata
4 Pupuk Urea -0,091 0,110 -0,829 0,013 Nyata 5 Pupuk SP -0,003 0,013 -0,257 0,799 Tidak Nyata
6 Pupuk TSP -0,002 0,016 -0,142 0,888 Tidak Nyata
7 Pupuk PHONSKA
0,006 0,015 0,413 0,682 Tidak
Nyata
8 Pupuk KCL -0,004 0,013 -0,314 0,755 Tidak Nyata
9 Pupuk NPK 0,006 0,014 0,424 0,674 Tidak Nyata
10 Tenaga Kerja
0,238 0,162 1,470 0,151 Tidak
Nyata
Konstanta : 9,197 T.Tabel : 1,689
�� : 0,962
R : 0,981
F Hitung :88,578 F Tabel : 2,048
Sumber : Data Hasil Output SPSS
LnY= Ln9,197+ 0,979 Ln�1 - 0,054 Ln�2 - 0,094 Ln�3 - 0,091 Ln�4 - 0,003 Ln�5 -
0,002 Ln�6 + 0,006 Ln�7 - 0,004 Ln�8 + 0,006 Ln�9 + 0,238 Ln�10
Y = 2,218���,������,������,������,������,������,������,������,������.�������,���
Dari model persamaan regresi diatas, diketahui ada 10 variabel produksi yang
menentukan tinggi rendahnya produktivitas jagung di daerah penelitian, yaitu:Luas
lahan (X1), jumlah bibit (X2), Herbisida (X3), pupukUrea (X4), pupuk SP (X5),
pupuk TSP (X6), pupuk Phonsca (X7), pupuk KCL (X8), pupuk NPK (X9), tenaga
kerja (X10).
Sebelum melakukan uji Kesesuaian Model maka sebelumnya dilakukan Uji Asumsi
Klasik yang bertujuan untuk mengetahui data tersdistribusi dengan normal dan
terbebas dari multikolinearitas dan heterokodestisitas.
Normalitas
Untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal maka diuji dengan
menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Data terdistribusi secara normal jika
nilai signifikansi ≥(lebih besar dari) 0,05. Berikut adalah tabel uji Normalitas dengan
Tabel 9. Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov Smirnov
Unstandardiz ed Residual
N
Normal �����������.�
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Diffrences Absoulut
Positive
Negative
Kormogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig (2-tailed)
46
0E-7
0,12459248
0,111
0,111
-0,110
0,755
0,619
Sumber : Data Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada uji Kolmogorov Smirnov
sebesar 0,619 dengan nilai signifikansi ≥ (lebih besar dari) 0,05 berarti data yang diuji
tersebar secara normal.
Multikolinearitas
Untuk menguji multikolinearitas dilakukan dengan metode sederhana yaitu dengan
melihat tabel Coefficient. Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor)
Tabel 10. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Produksi Model Collienearity Statistics
Tolerance VIF (Constant)
LuasLahan
Bibit
0,040
0,146
4,867
6,849
Herbisida 0,332 3,012
Urea 0,100 9,969
SP 0,381 2,625
TSP 0,284 3,518
Phonsca 0,435 2,297
KCL 0,405 2,468
NPK 0,415 2,412
Tenaga Kerja 0,043 3,199
Sumber : Data Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai toleransi pada tiap model tidak lebih besar
dari 0,1 dan nilai VIF pada tiap model tidak ada yang lebih besar dari 10. Dapat
disimpulkan bahwa pada data yang diolah tidak terjadi multikolinearitas dimana tidak
terdapat hubungan linier antar variabel.
Heteroskedastisitas
Untuk menguji heteroskedastisitas dilakukan metode grafik heterokedastisitas dimana
heterokedastisitas akan terjadi bila plot menunjukkan pola yang sistematis
Gambar 3. Scatterplot Produksi
Dari scatterplot di atas menunjukkan bahwa pola yang terjadi di plot tidak sistematis
(membentuk pola tertentu) melainkan menyebar. Dengan demikian data tersebut tidak
heterokedastisitas.
Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)
1. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)
Dari tabel regresi di atas, nilai R-square (�2) 0,962. Koefisien (indeks) determinasi
tersebut menunjukan informasi bahwa 96,2 % produksi jagung dapat dijelaskan oleh
variabel luas lahan, jumlah bibit, herbisida, pupuk Urea, SP, TSP, Phonsca, KCL,
mempengaruhi produksi jagung. Sedangkan sisanya 3,8 % dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak dimasukan kedalam model.
2. Uji Keseluruhan (Uji F)
Secara serempak pengaruh variabel produksi jagung di daerah penelitian dapat
dijelaskan oleh variabel bebas luas lahan,jumlah bibit, herbisida, pupuk Urea, SP,
TSP, Phonsca, KCL, NPK, tenaga kerja adalah nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat
ditunjukkan dari uji F, dengan kriteria F hitung > F tabel. Didapat F hitung = 88,578
> FTabel = 2,048. Dengan nilai signifikansi (0,000) ≤ α = 5 % sehingga persaman
yang digunakan adalah Linier.
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t (partial test), uji ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi parsial. Pengaruh antara produktivitas jagung dengan variabel bebas
dapat dilihat secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t (Gujarati, 2011).
- Variabel Luas Lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung (Y).
Nilai t hitung = 5,771 > nilai t tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,00 < α =
0,05 dengan demikian pengaruh luas lahan terhadap produksi jagung nyata.
Koefisien regresi variabel X1 adalah 0,979 sehingga apabila ada kenaikan luas
lahan 1% maka akan menaikan produksi jagung sebesar 97,9%.
- Variabel jumlah bibit (X2) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung (Y).
Nilai t hitung = -0,631 < nilai t tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,032 < α =
Koefisien regresi variabel X2 adalah -0,054 sehingga apabila ada penurunan
jumlah bibit 1% maka akan menaikan produksi jagung sebesar 5,4 %.
- Variabel Herbisida (X3) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jagung
(Y). Nilai t hitung = -1,658 < nilai t tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,106
> α = 0,05 dengan demikian pengaruh herbisida terhadap produksi jagung
tidak nyata.
- Variabel pupuk Urea (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung (Y).
Nilai t hitung = -0,829 > nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,013 < α
= 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk Urea terhadap produksi jagung
nyata. Koefisien regresi variabel X2 adalah -0,091 sehingga apabila ada
penurunan jumlah bibit 1% maka akan menaikan produksi jagung sebesar 9,1
%.
- Variabel pupuk SP (X5) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jagung
(Y). Nilai t-hitung = -0,257 < nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi -0,142
> α = 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk SP terhadap produktsi jagung
tidak nyata.
- Variabel pupuk TSP (X6) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jagung
(Y). Nilai t-hitung = -0,142 < nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,888
> α = 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk TSP terhadap produksi jagung
tidak nyata.
- Variabel pupuk Phonsca (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi
0,682 > α = 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk Phonsca terhadap
produksi jagung tidak nyata.
- Variabel pupuk KCL (X8) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jagung
(Y). Nilai t-hitung = -0,314 < nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,755
> α = 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk KCL terhadap produksi jagung
tidak nyata.
- Variabel pupuk NPK (X9) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi jagung
(Y). Nilai t-hitung = 0,424 < nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi 0,674
> α = 0,05 dengan demikian pengaruh pupuk NPK terhadap produktsi jagung
tidak nyata.
- Variabel Tenaga Kerja (X10) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas
jagung (Y). Nilai t-hitung = 1,470 > nilai t-tabel = 1,689 dan nilai signifikansi
0,151 < α = 0,05 dengan demikian pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap
produksi tidak nyata.
Dari estimasi model di atas diketahui bahwa secara serempak variabel bebas (luas
lahan,jumlah bibit, herbisida, pupuk Urea, pupuk SP, pupuk TSP, pupuk Phonsca,
pupuk KCL, pupuk NPK, jumlah tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung di daerah penelitian. Sementara secara parsial variabel yang berpengaruh
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan
faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi jagung adalah luas lahan, jumlah
bibit, dan pupuk Urea diterima.
5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung
Tinggi rendahnya pendapatan jagung dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
diantaranya faktor biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2007). Hasil analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung di di daerah penelitian dapat
[image:53.612.110.565.380.661.2]dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung (Satu Kali Musim Tanam)
N o
Variabel Koefisien Regresi Standard Error t Hitung Signifikans i Keterangan
1 Harga Jual 12646,571 4089,658 3,092 0,004 Nyata 2 Biaya Lahan -0,237 1,249 -0,190 0,851 Tidak Nyata 3 Biaya Bibit 3,593 1,017 3,533 0,001 Nyata 4 Biaya Herbisida -3,330 1,869 -1,782 0,083 Tidak Nyata
5 Biaya Pupuk 0,630 0,501 1,257 0,216 Tidak Nyata
6 Biaya Tenaga
Kerja
2,294 0,468 4,904 0,000 Nyata
7 Biaya Alsintan 17,450 2,116 8,246 0,000 Nyata Konstanta : -28328732,72 t-Tabel : 1,685
�� : 0,983
R : 0,991
F-Hitung : 311,480 F-Tabel : 2,221
Dari tabel 16 diperoleh fungsi pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian
sebagai berikut :
Y = -28328732,72 + 12646,571X1 - 0,237X2 + 3,593X3 - 3,330X4 + 0,630X5 +
2,294X6 + 17,450X7
Dari model persamaan regresi diatas, diketahui ada 7 variabel biaya produksi yang
menentukan tinggi rendahnya pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian.
Variabel tersebut adalah : Harga jual jagung (X1), biaya lahan (X2), biaya bibit (X3),
biaya herbisida (X4), biaya pupuk (X5), biaya tenaga kerja (X6), biaya alsintan (X7).
Sebelum melakukan uji kesesuaian maka dilakukan uji Asumsi Klasik yang bertujuan
untuk mengetahui data terdistribusi dengan normal dan terbebas dari
multikolinearitas, dan heterokodestisitas.
Normalitas
Untuk mengetahui data terdistirbusi dengan normal dilakukan dengan menggunakan
metode Kolmogorov Smirnov. Data terdistribusi secara normal jika nilai signifikansi
≥ (lebih besar dari) 0,05 (Gujarati, 2011). Berikut adalah tabel uji Normalitas dengan
Tabel 12. Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov Smirnov
Unstandardiz ed Residual
N
Normal �����������.� Mean
Std. Deviation
Most Extreme Diffrences Absoulute
Positive
Negative
Kormogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig (2-tailed)
46
0E-7
3152952,021
0,187
0,187
-0,137
1,271
0,079
Sumber : Data Hasil Output SPSS
Dari tabel 12 dilihat bahwa nilai signifikansi pada uji Kolmogorov Smirnov sebesar
0,079, dengan nilai signifikansi ≥ (lebih besar dari) 0,05 berarti data yang diuji
tersebar secara normal.
Multikolinearitas
Untuk menguji multikolinearitas dilakukan dengan metode sederhana yaitu dengan
melihat tabel Coefficient yang terdiri dari nilai tolerance dan VIF kurang dari 0,1 atau
nilai VIF melebihi 10 yang artinya tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
Tabel 13. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Biaya Produksi
Model Collienearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Harga Jual 0,730 1,370
Biaya Lahan 0,774 1,293
Biaya Bibit 0,102 9,816
Biaya Herbisida 0,206 4,847
Biaya Pupuk 0,098 8,176
Biaya Tenaga Kerja 0,053 7,781
Biaya Alsintan 0,284 3,526
Sumber : Data Hasil Output SPSS
Dari tabel 13 dilihat bahwa nilai toleransi pada tiap model tidak lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF pada tiap model tidak ada yang lebih besar dari 10. Dapat disimpulkan
bahwa data yang diolah tidak terjadi multikolinearitas di mana tidak terdapat
hubungan linier antar variabel.
Heteroskedastisitas
Untuk menguji heteroskedastisitas dilakukan metode grafik heterokedastisitas dimana
heterokedastisitas akan terjadi bila plot menunjukkan pola yang sistematis
Gambar 4. Scatterplot Pendapatan
Dari scatterplot di atas menunjukkan bahwa pola yang terjadi di plot tidak sistematis
(membentuk pola tertentu) melainkan menyebar. Dengan demikian data tersebut tidak
heterokedastisitas.
Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)
1.Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)
Dari tabel 16 diketahui nilai R-square (�2) 0,983. Koefisien (indeks) determinasi
tersebut menunjukan informasi bahwa 98,3% pendapatan usahatani jagung dapat
dijelaskan oleh : Harga jual, biaya lahan, biaya bibit, biaya herbisida, biaya pupuk,
mempengaruhi pendapatan usahatani, sedangkan sisanya 1,7% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
2. Uji Keseluruhan (Uji F)
Secara serempak pengaruh variabel pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian
dapat dijelaskan oleh variabel : Harga jual, biaya lahan, biaya bibit, biaya herbisida,
biaya pupuk, biaya tenaga kerja, biaya alsintan adalah nyata pada taraf 95%. Hal ini
dapat ditunjukkan dari uji F, dengan kriteria F hitung > F tabel. Diperoleh F hitung =
311,480 > F tabel = 2,221 dan nilai signifikansi (0,000) ≤ α = 5%.
3. Uji Parsial (Uji-t)
Pengaruh antara pendapatan usahatani jagung dengan variabel bebas dapat dilihat
secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t
- Variabel Harga jual (X1) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani
jagung (Y). Nilai t hitung = 3,092 > nilai t tabel = 1,685 dan nilai signifikansi
0,004 < α = 0,05 dengan demikian pengaruh harga jual terhadap pendapatan
petani jagung nyata. Koefisien regresi variabel X1 adalah 12646,5 sehingga
apabila ada kenaikan sewa lahan sebesar Rp 1,- maka akan menaikan
pendapatan usahatani jagung sebesar Rp . 12.646,5,-
- Variabel biaya lahan (X2) berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
usahatani jagung (Y). Nilai t hitung = -0,190 < nilai t tabel = 1,685 dan nilai
signifikansi 0,851 > α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya lahan terhadap
- Variabel biaya bibit (X3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani
jagung (Y). Nilai t hitung = 3,533 > nilai t tabel = 1,685 dan nilai signifikansi
0,001 < α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya bibit terhadap pendapatan
usahatani jagung nyata. Koefisien regresi variabel X3 adalah 3,593 sehingga
apabila ada kenaikan biaya bibit sebesar Rp 1,- maka akan meningkatkan
pendapatan usahatani jagung sebesar Rp 3,593,-
- Variabel biaya herbisida (X4) berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
usahatani jagung (Y). Nilai t hitung = -1,782 < nilai t tabel = 1,685 dan nilai
signifikansi 0,083 > α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya herbisida
terhadap pendapatan usahatani jagung tidak nyata.
- Variabel biaya pupuk (X5) berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
usahatani jagung (Y). Nilai t hitung = 1,275 < nilai t tabel = 1,685 dan nilai
signifikansi 0,216 > α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya pupuk
terhadap pendapatan usahatani jagung tidak nyata.
- Variabel biaya tenaga kerja (X6) berpengaruh nyata terhadap pendapatan
usahatani jagung (Y). Nilai t hitung = 4,904 > nilai t tabel = 1,685 dan nilai
signifikansi 0,000 < α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya tenaga kerja
pupuk Urea terhadap pendapatan usahatani jagung nyata. Koefisien regresi
variabel X6 adalah 2,294 sehingga apabila ada kenaikan biaya sebesar Rp
1,- maka akan meningkatkan pendapatan usahatani jagung sebesar Rp
2,294,-
- Variabel biaya alsintan (X7) berpengaruh nyata terhadap pendapatan
signifikansi 0,000 < α = 0,05 dengan demikian pengaruh biaya alsintan
terhadap pendapatan usahatani jagung nyata. Koefisien regresi variabel X7
adalah 17,450 sehingga apabila ada kenaikan biaya alsintan sebesar Rp 1,-
maka akan meningkatkan pendapatan usahatani jagung sebesar Rp 17,450,-
Dari estimasi model di atas diketahui bahwa secara serempak variabel bebas (Harga
jual, biaya lahan, biaya bibit, biaya pupuk, biaya herbisida, biaya tenaga kerja, biya
alsintan) memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung di daerah
penelitian. Sementara secara parsial faktor pendapatan yang berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jagung adalah harga jual, biaya bibit, biaya tenaga
kerja, biaya alsintan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan variabel
yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan jagung adalah biaya lahan, biaya bibit,
biaya herbisida, biaya pupuk dan tenaga kerja adalah benar dan dapat diterima.
5.4 Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Jagung
Pendapatan bersih petani merupakan selisih dari total penerimaan petani dengan total
biaya usahatani yang dikeluarkan petani. Total penerimaan didapatkan dari perkalian
jumlah produksi jagung (kg) dengan harga yang dijualkan petani ke pedagang
(Kg/Rp). Harga 1kg jagung pipil biasanya berkisar pada Rp. 1.800 hingga Rp 2.600
dengan rata-rata harga sebesar Rp 2.182. Besar pendapatan usahatani jagung dapat
Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung (Satu Kali Musim Tanam)
No Uraian Per-Petani
1 Total Penerimaan Rp 36.393.342
2 Total Biaya Rp 15.724.428
Pendapatan Bersih Usahatani
Rp 20.668.914
Sumber Data : Analisis Data Primer
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan usahatani petani jagung di
daerah penelitian sebesar Rp 36.393.342 per satu kali musim tanam.
Efesiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan (Revenue) dengan total
biaya (Cost) . Analisis Efisiensi usahatani biasanya disebut analisis Return Cost (R/C)
Rasiodengan kriteria :
- R/C > 1 , efisien
- R/C < 1, tidak efisien
Maka untuk menghitung efisiensi usahatani jagung digunakan rumus berikut :
a = �
� =
����.���.���
����.���.���
a = 1,3
Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan nilai efisen (a) = 1,3 atau efisiensi
pendapatan usahatani jagung > 1. Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa
usahatani jagung dikatakan efisien.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 yang menyatakan kelayakan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Secara serempak semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung. Namun secara parsial faktor yang mempengaruhi produksi jagung
hanya pada luas lahan, jumlah bibit, dan jumlah pupuk Urea yang
berpengaruh nyata.
2. Secara serempak semua faktor pendapatan berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani jagung. Namun secara parsial faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani jagung hanya pada harga jual, biaya bibit, biaya tenaga
kerja, dan biaya alsintan yang berpengaruh nyata.
Saran
1. Kepada petani sebaiknya lebih mengefektifkan penggunaan tenaga kerja dan
saprotan (bibit, pupuk dan pestisida) karena komponen ini tergolong dominan
dalam struktur biaya produksi.
2. Kepada pemerintah agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat di
daerah penelitian maupun di daerahdaerah lainnya di Indonesia dalam
membuat pupuk alami sehingga mengurangi penggunaan pupuk kimia yang
relatif mahal dan berdampak negatif.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Cara budidaya tanaman jagung yang benar. Sumber :
Anonimus. 2010. Rumus Statistika Matematika. Sumber :
Anonimus. 2010. Teori Produksi. Sumber :
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kansius. Yogyakarta.
BPS ( Badan Pusat Statistik). 2011. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS Medan.
BPS ( Badan Pusat Statistik). 2011. Kecamatan Binjai Dalam Angka. BPS Kabupaten Langkat.
Budiman, Haryanto., 2006. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Fadholi., H. 1990. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. _________. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakart