• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Pengajardan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pengajar Terhadap motivasi Belajar Santri/wati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Pengajardan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pengajar Terhadap motivasi Belajar Santri/wati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

BIODATA

DATA PRIBADI

Nama : Reni Satrianty Lubis Temapat/Tanggal Lahir : Binjai, 25 Juli 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kenanga gang Anyelir No 48, Medan

Agama : Islam

Telepon : 0857 6149 5685

PENDIDIKAN

a. SDN 050751 P.Brandan b. SMP Negeri 1 Babalan

c. SMA Negeri 1 Ranah Batahan d. Ilmu Komunikasi FISIP USU

KELUARGA

Ayah : Drs. Mizani. Y. Lubis

(6)

DAFTAR REFERENSI

Adi, Riyanto.2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum.Jakarta : Granit

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian : Pendekatan Praktek, Edisi

Revisi Kelima.Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Black, James A dan Dean J Champion.2009.Metode dan Masalah Penelitian

Sosial.Jakarta : Refika Aditama

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University

Press.

______________. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunkasi.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Dayakisni, T. & Hudaniah. 2003. Psikologi sosial. Malang : Universitas

Muhammadiyah.

Edwards, Allen L. 1966. Statistical Methods For The Behavioral Sciences. Amerika

Serikat: Holt, Rinehart And Winston.

Effendy, Onong Uchajana. 1992. Kamus Komunikasi. Bandung : Mandar Maju.

_____________________. 1999. Dinamika Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

_____________________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti.

_____________________. 2006. Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2009.Teori Komunikasi. Jakarta : Penerbit

Salemba Humanika.

Lubis, Suwardi.1998. Metode Penelitian Komunikasi. Medan : USU Press

Nawawi, Hadari. 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

(7)

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT

Pustaka LP3ES Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

West, Richard & Turner, Lynn H. 2008.Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan

Aplikasi, Edisi 3, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

____________________________. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan

(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Identitas Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Nama Sekolah : Pesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan

Alamat Sekolah :

a. Jalan : Jamin Ginting Km. 11

b. Keluruhan : Ladang Bambu

c. Kecamatan : Medan Tuntungan

d. Kota : Medan

e. Provinsi : Sumatera Utara

f. Kode Pos : 20138

g. Telepon : (061) 8362534

3.1.2 Sejarah Ringkas Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Sejak tahun 1970-an, budaya pengajian membahas masalah-masalah keislaman

dan pembacaan wirid yasin mingguan telah menjadi budaya rutin masyarakat Paya

Bundung dan sekitarnya. Dengan kondisi dan kebutuhan akan tempat ibadah untuk

menyatukan kebersamaan itu, adalah Bapak H. Ahkam Tarigan yang memulai

mewakafkan tanahnya seluas 256,5 m2 pada tahun 1978. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Bapak H. Mahdian Tarigan juga mewakafkan tanahnya seluas 243 m2.

Pada tahun 1977 H. Fakhruddin Tarigan mewakafkan tanahnya di jalan Binjai

kepada Yayasan Keluarga Dukun Patah Pergendangan, selanjutnya direncanakan

pendirian sebuah Perguruan Islam di atasnya. Pada tahun 1981, memindahkan tanah

wakaf tersebut ke sebuah lokasi di Medan Tuntungan (Km 11.5) yang sudah dikenal

dengan nama Paya Bundung, tanah tersebut dijual. Hasil penjualannya dibelikan tanah

(9)

wakaf yang baru ini disatukan dengan tanah wakaf dari H. Ahkam Tarigan dan H.

Mahdian Tarigan, sehingga luasnya menjadi ± 4.432,5 m2dengan memberikan nama pesantren ini dengan ‘Ar-Raudhatul Hasanah’ yang artinya (taman surga yang indah).

Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 18 Oktober 1982, bertepatan

dengan peringatan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1403, dideklarasikanlah pendirian

Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah yang berlokasi di Jl. Jamin

Ginting km 11 Paya Bundung Medan atau Jl Setia Budi Simpang Selayang secara resmi

dan sampai saat ini tetap berdiri dengan kokoh.Sejak diwakafkan, dan dengan

diaktenotariskannya Badan Wakaf, berarti para pewakif telah melepaskan hak milik

pribadinya secara turun-temurun demi kepentingan Islam, umat Islam dan Pendidikan

Islam. Dengan demikian, Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah secara resmi telah berpindah

status dari milik pribadi menjadi milik umat yang dalam hal ini diwakili oleh institusi

Badan Wakaf.

Wakaf menurut Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 adalah perbuatan

hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya

untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan

kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Pada awal perkembangan Islam macam-macam wakaf hanya terbatas pada benda yang

tidak bergerak ataupun bertahan lama menurut zatnya namun melalui perkembangan

sekarang wakaf tunai sudah termasuk jenis wakaf yang sudah diakui oleh umum.Sesuai

dengan perkembangan kebutuhan umat wakaf tidak boleh didiamkan namun wakaf

produktif di dalam pengelolaan harta wakaf harus sesuai dengan syariah dan hasilnya

sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan dan kepentingan umum.Keberhasilan

pengelolaan wakaf merupakan tanggung jawab nadzir.

Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah merupakan lembaga pendidikan

wakaf, Badan Wakaf merupakan lembaga tertinggi dalam Organisasi Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah. Selain bertanggungjawab atas kelestarian wakaf, Lembaga ini juga

berwenang memilih dan mengangkat serta mengganti Majelis Pimpinan Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah, memberikan pengesahan keanggotaan Majelis Pengasuh yang

(10)

secara bulat oleh Majelis Pengasuh dan disahkan oleh Majelis Pimpinan. Di samping

itu, Badan Wakaf juga berhak mendapatkan laporan kegiatan dan keuangan dari

semua Bidang dan Biro dalam Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Pengurus Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan terdiri dari 17

orang dengan susunan sebagai berikut : Musyrif, Ketua Umum, Ketua I, Ketua II,

Sekretaris Umum, Sekretaris I, Bendahara Umum, Bendahara I, dan Anggota. Pada saat

diresmikan tahun 1986, Pengurus Badan Wakaf Ar-Raudhatul Hasanah adalah sebagai

berikut :

Musyrif : H. Hasan Tarigan

H. M. Arsyad Tarigan

Usman Husni, BA

Ketua Umum : dr. H. M. Mochtar Tarigan

Ketua I : H. Abdul Muthalib Sembiring, SH

Ketua II : Drs. H. M. Ardyan Tarigan

Sekretaris Umum : Drs. H. M. Ilyas Tarigan

Sekretaris I : H. Goman Rusdy Pinem

Sekretaris II : Ir. H. Musa Sembiring

Bendahara Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring

Bendahara I : H. Panji Bahrum Tarigan

Anggota : Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar

H. Sya'ad Afifuddin Sembing, M.Sc

(11)

H. Raja Syaf Tarigan

dr. H. Benyamin Tarigan

dr. H. Nurdin Ginting

dr. H. Ja'far Tarigan

Sejak dibentuk, telah terjadi pergantian anggota Badan Wakaf, karena telah

banyak di antara mereka yang meninggal dunia atau sebab lainnya. Para anggota Badan

Wakaf yang telah wafat adalah : H. Hasan Tarigan, H.M. Arsyad Tarigan, dr. H. M.

Mochtar Tarigan, H. Panji Bahrum Tarigan, Ir. H. Musa Sembiring, H. Raja Syaf

Tarigan, Drs. H. M. Ardyan Tarigan, MM dan Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar.

Meskipun sudah banyak pergantian, namun peremajaan kepengurusan belum

pernah dilaksanakan, sehingga kepengurusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah hingga Februari 2011 adalah sebagai berikut :

Musyrif : Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA

H. Abdul Muthalib Sembiring, SH

dr. H. Benyamin Tarigan

Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Ilyas Tarigan

Ketua I : Ir. H. Sehat Keloko

Ketua II : dr. H. Nurdin Ginting

Sekretaris Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring

Sekretaris I : H. Goman Rusdy Pinem

Sekretaris II : Prof. Dr. H. Sya’ad Afifuddin S, M.Ec

(12)

Bendahara II : Drs. M. Amin Tarigan, Ak

Anggota : dr.H.Ja’far Tarigan, Sp.B, Sp.B DigK

Dr.Ir.H.Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc

Akhmad Tarigan, Amd

H.Abdul Aziz Tarigan, Lc

Ramadhan Sembiring, SE

Nur M. Ridha Tarigan, SE, MM

Pada akhir Desember 2007, Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

bermusyawarah untuk meremajakan kepengurusannya. Dalam musyawarah ini terdapat

kemajuan besar sesuai dengan status 'wakaf' pada Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah,

yaitu dengan dimasukkannya beberapa tokoh umat menjadi Musyrif Badan Wakaf.

Salah satu tokoh yang sudah disepakati adalah Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA

(Pimpinan Pondok Modern Darusalam Gontor).

Yayasan menentukan kebijakan umum pesantren dan bertanggung jawab baik di

luar maupun di dalam.Di samping itu ada pengasuh pesantren yang bertugas

mengadakan pembinaan sehari-hari baik di bidang pendidikan, penyuluhan dan

produksi.Pengasuh pesantren adalah guru-guru yang menetap di perkampungan sekitar

pesantren maupun yang menetap tinggal di pesantren.

Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhahtul Hasanah Medan

Sumatera Utara berlandaskan Surat Keputusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah Nomor 02 Tahun 1999, Surat Keputusan Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah Nomor 06 Tahun 2004 dan Anggaran Rumah Tangga Pesantren Tarbiyah

Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah. Pengurus Pesantren yaitu:

Pimpinan : Drs. H.M. Ardyan Tarigan, MM

Bidang Pendidikan : Drs. H. M. Ilyas Tarigan

(13)

Direktur : Drs. Syahid Marqum

Wakil Direktur : Drs. Junaidi

Majlis Guru : Drs. Syahid Marqum ,Drs. Basron Sudarmanto,

Drs. Maghfur Abdul Halim, Drs. Rasyidin Bina,

Drs. Junaidi, H. Solihin Addin, S. Ag, H. Abdul

Wahid Sulaiman, Lc, Agis Nirodi Hasbullah, S.

Ag

Sekretaris : Carles Ginting, B. Hsc, Mukhlis Ihsan, Amd,

Yenni Kurniawi

Bendahara : Supar Wasesa, SE., MM, Evi Nora J. Lingga, SE

Koordinator

1. Bidang Pendidikan :H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc

2. Bidang Pengasuhan : Drs. Rasyidin Bina

1. Bidang Kesejahteraan : Drs. Basron Sudarmanto

2. Bidang Usaha Milik Pesantren : Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag

3. Bidang Litbang : M. Subhan, S. Ag

3.1.3 Visi dan Misi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan 3.1.3.1 Visi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Meningkatkan akidah dan mengharap ridha Allah SWT dengan segala aspek

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkemampuan memelihara

dan menyuburkan khazanah wakaf berlandaskan Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam

jamaah Ahli as-sunnah wa al-jamaah.

3.1.3.1 Misi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Membina sumber daya insani muslim yang beristiqamahguna mencapai

derajat muttaqin dengan belajar yang berstruktur maupun tidak berstruktur serta

meningkatkan gerakan infak, zakat, wakaf dan sedekah sebagai modal melaksanakan

upaya meningkatkan khazanah wakaf serta sumber daya insan muslim tersebut. Guna

mencapai cita-cita yang digambarkan dalam visi dan misi di atas, perlu direncanakan

program yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan yakni,program jangka

(14)

Program Jangka Pendek:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas keberadaan dan mekanisme kerja

Badan Wakaf.

2. Meningkatkan kegiatan gerakan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan

sedekah.

3. Menyiapkan dan mengumpulkan data dan pemikiran guna mendirikan

lembaga-lembaga lain diantaranya: Perguruan Tinggi Islam, Lembaga

Dakwah, Lembaga Pelatihan, Lembaga Majelis Ta'lim dan Lembaga

Ekonomi.

4. Membenahi dan meningkatkan efisiensi/efektifitas manajemen organisasi

Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

5. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah.

6. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik dan santri

7. Menertibkan personil serta administrasi hubungan di dalam dan luar negeri.

Program Jangka Menengah :

1. Membentuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan.

2. Meningkatkan kegiatan gerakan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan

sedekah.

3. Mengusahakan berdirinya pesantren unggulan.

4. Membentuk dan mendirikan Perguruan Tinggi yang dapat menghasilkan

sarjana/cendikiawan muslim yang muttaqin.

5. Mengusahakan penampungan tempat pengabdian alumni Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah dan Perguruan Tingginya.

Program Jangka Panjang :

1. Mengusahakan pemekaran pembentukan lembaga-lembaga.

2. Meningkatkan kegiatan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan sedekah.

(15)

4. Mengembangkan dan memekarkan Perguruan Tinggi Ar-Raudhatul Hasanah.

3.1.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah, Medan, yang beralamatkan di Jalan Letjen Jamin Ginting Km.11, Paya

Bundung, Kel : Ladang Bambu,Kec : Medan Tuntungan, Medan,Sumatera Utara ,

20138.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian

yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan

sistematis.

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode

yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan. Adapun pengertian

dari metode menurut I Made Wirartha (2006:77), adalah sebagai berikut:

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek

sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan

pemecahan permasalahan.”

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau

cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun

data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang

kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok

permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:2). Pendekatan

yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah bentuk pendekatan kuantitatif.

Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan

informasi, sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan

variabel yang terbatas (Sugiyono, 2010:18).Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari

(16)

memberikan kesimpulan sampel yang diberlakukan terhadap populasi di mana sampel

tersebut diambil.

Menurut Sugiyono (2010:33) metode kuantitatif digunakan salah satunya apabila

masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah merupakan

penyimpangan dari apa yang seharusnya terjadi, atau perbedaan antara praktek dengan

teori.

Dari uraian pada bab I masalah penelitian yang berhasil penulis identifikasi dan

yang menjadi titik tolak penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh strategi komunikasi

pengajar terhadap motivasi belajar anak santri/wati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Objek dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh

seorang pengajar. Subjek dalam penelitian ini adalah santri/wati di Pondok Pesantren

Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan yang mengikuti proses pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik responden. Hal inilah yang menjadi landasan peneliti

menggunakan metode kuantitatif, karena penelitian kuantitatif mempunyai prinsip

objectivist sehingga terdapat jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti. Peneliti

yang bersifat subjektif, atau yang mengandung bias pribadi dari peneliti, hendaknya

dipisahkan dari temuan penelitian (Wimmer & Dominick, 2000).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang bertujuan

meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain

(Rakhmat, 2002:27). Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan diantara

variabel-variabel.Dalam penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk meneliti

hubungan strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar terhadap motivasi belajar

pada santri/wati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

hewan, tumbuh-tunbuhan, gejala-gejala, nilai, peristiwa mengenai sumber data yang

memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1997).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalahsantri-santri kelas XI yang

(17)

Ar-Raudhatul Hasanah Medan, berdasarkan data santri tahun pelajaran 2013/2014

Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan, jumlah santri secara keseluruhan adalah 330 orang. Jumlah tersebut terbagi atas 177 orang santri dari seluruh

kelas XI IPA dan 153 orang santri dari seluruh kelas XI IPS.

3.3.2 Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi

sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Berdasarkan data yang diperoleh, maka

peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat

kepercayaan 90% (bungin, 2005:105), yakni sebagai berikut:

� = �

Setelah jumlah sampel ditentukan, kemudian diproposionalkan untuk

memperoleh jumlah sampel dari setiap dari setiap kelas dengan menggunakan rumus:

� =�1�� �

Keterangan:

n1 = Jumlah santri/wati masing-masing kelas

ni = Jumlah sampel

N = jumlah populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih dari

masing-masing kelas tersebut yang dibutuhkan adalah:

Santri kelas XI IPA = 177 ×77

330 =

13629

(18)

Santri kelas XI IPS = 153 ×77

330 =

11781

330 = 35.7 = 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai

permasalahan dengan membaca dan mempelajari buku-buku serta sumber bacaan yang

relevan dan mendukung penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data secara langsung di lokasi

penelitian dengan menggunakan wawacara terstruktur atau dengan istilah projective

questioner. Pada wawancara terstruktur, hal-hal yang akan ditanyakan telah terstruktur,

telah ditetapkan sebelumnya secara rinci.

Jenis-jenis dari wawacara terstruktur sebagai berikut:

• Struktur pertanyaan piramid

Dimulai dari pertanyaan khusus dan diakhiri dengan pertanyaan umum. • Struktur pertanyaan corong

Dimulai dari pertanyaan umum dan diakhiri dengan pertanyaan khusus.

• Struktur pertanyaan wajik

Merupakan kombinasi antara piramid dengan corong. Dimulai dari

pertanyaan khusus kemudian dengan pertanyaan umum dan diakhiri dengan

pertanyaan khusus.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995).

a. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah analisis yang dilakukan dengna membagi

variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori

(Singarimbun, 1995).

(19)

Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya.Sehingga dapat diketahui

apakah variabel tersebut berperan positif atau bernilai negatif (Singarimbun, 1995).

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang

diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur

terdapat dalam skala ordinal.Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistik yang

berlaku, pengujian hipotesis yang berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik

(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, pertama sekali peneliti mencari informasi

sebanyak-banyaknya melalui kepustakaan dan juga observasi langsung pada saat proses

belajar mengajar di kelas pada bulan Januari-Maret 2014 di Pesantren Tarbiyah

Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Pada proses observasi, peneliti mendapatkan

bahwa proses pembelajaran yang terjadi di kelas diadakan setiap hari terkecuali hari

Jum’at dimulai dari pukul 07:30 WIB dan berakhir pada pukul 17:00 WIB dengan jam

istirahat dari pukul 12:00 WIB sampai dengan pukul 13:30 WIB. Berdasarkan data

santri tahun pelajaran 2013/2014 Jumlah santri/santriwati di kelas XI yang sederajat

dengan tingkatan Aliyah/ SMA yang aktif mengikuti proses belajar mengajar di

Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan sebanyak 330 orang.

Jumlah tersebut terbagi atas 177 orang santri dari seluruh kelas XI IPA dan 153 orang

santri dari seluruh kelas XI IPS.

Setelah mendapatkan informasi dan data yang diinginkan, peneliti melanjutkan

dengan proses penyusunan pendahuluan, kerangka teori dan metode penelitian,

kemudian setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian.

Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Dekan FISIP USU yang

ditujukan kepada Kepala Sekolah di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul

Hasanah Medan .Setelah itu, peneliti dapat izin menyebarkan kuesioner kepada

santri/santriwatipada tanggal 3 Oktober 2014, yang mana santri/santriwati tersebut

peneliti jumpai saat proses belajar mengajar sedang libur yaitu hari Jum’at. Hal ini

dikarenakan padatnya jadwal pelajaran yang santri/santriwati harus ikuti setiap harinya

sehingga peneliti yang sebelumnya sudah berkoordinasi dengan pihak pesantren

memilih hari Jum’at untuk menghindari ketidakefektifan atas jawaban yang diberikan

oleh santri/wati. Proses pemberian kuesioner dilakukan pada saat selesai kerja bakti

yang mana semua santri/santriwati dikumpulkan di sebuah mesjid yang berdiri di

pesantren tersebut. Pemberian kuesioner ini pun tidak begitu menghadapi kendali yang

(21)

Penelitian ini berlangsung di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul

Hasanah Medan tepatnya di Jalan Letjen Jamin Ginting Km.11, Paya Bundung, Kel :

Ladang Bambu,Kec : Medan Tuntungan, Medan,Sumatera Utara. Setelah memperolah

seluruh data, peneliti mengolah data tersebut ke dalam tabel tunggal dan tabel silang

dengan menggunakan teknik SPSS hingga akhirnya melakukan uji hipotesis dan

menarik kesimpulan dan saran bagi kepentingan berbagai pihak.

4.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti megumpulkan data dari 77 responden, peneliti melakukan

pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penomoran kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut berdasarkan kerangka sampel

(01-23).

2. Editing

Merupakan proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas jawaban yang

meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kode yang

disediakan.

3. Label

Memberi label pada setiap pertanyaan sebagai tanda untuk membedakan pertanyaan

yang satu dengan yang lain untuk memudahkan memasukkan data ke dalam variable

view pada SPSS 13.

4. Coding

Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah

disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka (score).

5. Inventarisasi

Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar FC (Fotron Cobol)

sehingga membentuk satu kesatuan.

6. Tabulasi Data

Pada tahap ini, data FC di masukkan ke dalam tabel.Tabel tersebut terdiri dari

tabulasi tunggal dan tabulasi silang.Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi

(22)

7. Uji Hipotesa

Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang diajukan dapat diterima

atau ditolak.Dalam penelitian ini digunakan rumus uji statistik yang telah ditentukan,

yaitu uji korelasi dengan menggunakan teknik SPSS 13.Untuk mengukur tinggi

rendahnya digunakan skala Ordinal.

4.3 Analisis Tabel Tunggal 4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan untuk mengetahui latar belakang responden,

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, pekerjaan, penghasilan dan pengeluaran. Berikut rincian dari karakteristik

responden :

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 77 responden, 40 orang (51,9%) berjenis

kelamin laki-laki dan sisanya 37 orang (48,1%) adalah perempuan. Jumlah responden

laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, walaupun perbandingan dari laki-laki

dan perempuan tidak terlampau jauh dikarenakan dalam menuntut ilmu tidak

memandang jenis kelamin baik itu perempuan maupun laki-laki dan setiap umat yang

beragama islam para orangtua lebih cenderung memasukkan putra-putrinya ke sekolah

pesantren.

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 40 51,9 51,9 51,9

perempua

n 37 48,1 48,1 100,0

(23)

b. Jurusan

Berdasarkan statistic viewer tabel 4.2 menunjukkan mayoritas responden

mengambil jurusan IPA, yaitu 41 orang (53,2%) sedangkan sisanya mengambil jurusan

IPS, yaitu 36 orang (46,8%). Hal ini dikarenakan mereka yang memilih jurusan IPA

berasumsi jika nantinya ingin melanjutkan kuliah mereka bisa lebih bebas memilih

jurusan yang mereka inginkan.Sedangkan memilih jurusan IPS peluang untuk

mendapatkan jurusan yang diinginkan nantinya pada saat masuk perguruan tinggi sangat

kecil, hanya berkapasitas dibidang sosial saja.

4.3.2 Strategi Komunikasi Pengajar a. Kredibilitas

Kredibilatas berhubungan dengan persepsi sehingga dapat berubah bergantung pada

pelaku persepsi atau dalam penelitian ini adalah para santri/samtriwati persepsi ini

dapat terbentuk atas kredibilitas sang pengajar dalam memberikan motivasi melalui

proses belajar mengajar.

Keahlian

Keahlian merupakan kesan yang dibentuk santri/santriwatitentang

kemampuanpengajar dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.3 Ahli Dalam Menyampaikan Topik yang Dibicarakan

(24)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 77 responden, sebagaian

besar responden menyatakan bahwa pengajar ahli dalam menyampaikan topik

yang dibicarakan, yaitu sebanyak 64 orang (83,1%). Sebanyak 11 orang (14,3%)

responden menyatakan sangat setuju bahwa pengajar ahli dalam menyampaikan

topik atau materi pembelajaran yang dibicarakan dan hanya 2 orang (2,6%)

responden yang menyatakan kurang setuju.

Berdasarkan tabel tersebut didapat bahwa penyampaian topik yang

dibicarakan atau materi yang disampaikan oleh pengajar kepada para

santri/santriwati adalah baik.Hal ini dikarenakan persepsi yang dibentuk

pengajar kepada para santri/santriwati adalah karakter yang cerdas dengan

penyampaian hal-hal yang logis dan mudah untuk dimengerti sehingga terlihat

ahli dalam penyampaian topik atau materi yang disampaikan.

Kepercayaan

Kepercayaan berkaitan dengan kesan para santri/santriwatitentang

pengajaryang berkaitan dengan watak yang ditampilkan pengajarberdasarkan

pengalaman yang diceritakan Pengajaritu sendiri, baik pengalaman pribadidalam

melaksanakan ibadah maupun pengalaman yang diperkuat oleh kitab-kitab yang

telah dibaca.

Tabel 4.4 Kejujuran Pengajar Tentang Pengalamanya

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 58 orang (75,3%) dari 77 responden

setuju bahwa pengajar jujur dalam menyampaikan pengalamannya selama

menekuni ilmu agama di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah.

(25)

pengajar jujur dalam menyampaikan pengalamanya, sedangkan sisanya 6 orang

(7,8%) yang kurang setuju dengan hal tersebut.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar yang memberikan

motivasi tersebut dapat dipercaya oleh para santri/santriwati yang

mendengarnya.Hal ini dikarekan adanya dukungan dengan ditampilkannya

kitab-kitab yang akurat dan menjadi bukti kuat.

Dinamisme

Dinamisme adalah kemampuan pengajarPesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanahyang terkesan bersemangat dalam menyampaikan materi

yang disampaikan.

Tabel 4.5 Bersemangat Saat Berbicara

Frequenc

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju

bahwa pengajar bersemangat saat berbicara, yaitu sebanyak 61 orang (79,2%),

sebanyak 10 orang (13,0%) responden menyatakan sangat setuju bahwa pengajar

bersemangat saat berbicara, serta sebanyak 5 orang (6,5%) responden

menyatakan kurang setuju bahwa pengajar bersemangat saat berbicara dan

sisanya 1 orang (1,3%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pengajar saat

berbicara.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pengajar untuk menarik

perhatian para santri/santriwati sangat baik karena kesan dinamisme yang

ditampilkan pengajar berbicara dengan semangat dapat terlihat dengan

pergerakkan dalam menguasai isi materi yang akan disampaikan kepada

(26)

Sosiabilitas

Sosiabilitas merupakan kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan

yang riang dan senang bergaul pada santri/santriwati pada saat proses belajar

mengajar sedang berlangsung.

4. 6 Pribadi Senang Bergaul dan Periang

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

berwibawa 20 26,0 26,0 26,0

berwibawa 53 68,8 68,8 94,8

kurang

berwibawa 3 3,9 3,9 98,7

tidak berwibawa 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa 53 orang (68,8%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa pengajar memiliki pribadi yang senag bergaul dan

periang. Sebanyak 20 orang (26,0%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar

memiliki pribadi yang senang bergaul dan periang, semantara 3 orang (3,9%)

menyatakan kurang setuju bahwa pengajar memiliki pribadi yang senang bergaul

dan periang, sedangkan sisanya 1 orang (3,1%) menyatakan bahwa pengajar

memiliki pribadi yang senang bergaul dan periang.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat kesimpulan bahwa kemampuan pengajar

dalam menciptakan kesan yang periang dan senang bergaul pada

santri/santriwati berhasil dengan tidak meninggalkan kewibawaan yang pengajar

punya di depan santri/santriwati. Hal ini dikarenakan bahwa pengajar dalam

menyampaikan materi maupun motivasi yang membangun selalu dengan wajah

(27)

Koorientasi

Koorientasi adalah kesan yang ditimbulkan pengajar kepada

santri/santriwati yang mewakili nilai-nilai santri/santriwati atau mewakili hal-hal

yang disukai seperti kelompok, tokoh atau orang lain.

Tabel 4.7 Mirip dengan Seseorang/Kelompok yang Disukai

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebanyak 42 orang (54,5%) dari 77

respnden menyatakan setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau

orang lain yang disukai. Sebanyak 13 orang (16,9%) responden menyatakan

kurang setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang

disukai. Sebanyak12 orang (15,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa

pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai, dan sisanya

10 orang (13,0%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar mewakili

kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar baik dalam

menunjukkan hal-hal yang diteladani oleh santri/santriwati, walaupun tidak

semua santri/santriwati merasa pengajar mirip dengan orang yang mereka sukai.

Karisma

Karisma adalah kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan jiwa

(28)

Tabel 4.8 Jiwa Pengajar yang Luar Biasa

Tabel di atas menunjukkan 51 orang (66,2%) dari 77 responden setuju

bahwa pengajar yang memberikan motivasi memiliki jiwa pemimpin yang luar

biasa dalam arti rasa kagum. 16 orang (20,8%) menyatakan sangat setuju.

Sebanyak 7 orang (9,1%) responden menyatakan kurang setuju, dan sisanya 3

orang (3,9%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pengajar yang

memberikan motivasi memiliki jiwa pemimpin.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil menimbulkan

kesan jiwa pemimpin, berwibawa sehingga menimbulkan rasa kagum pada

santri/santriwati. Hal ini dikarenakan pengajar menunjukkan sifat wibawa dan

mengayomi kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar

berlangsung.

b. Atraksi

Atraksi berkaitan segala hal yang dipertunjukkan atau diperlihatkan pengajarkepada

santri/santriwati baik itu fisik ataupun ide dengan tujuan menarik perhatian

santri/santriwatiuntuk mendengar dan memahami apa yang disampaikan.

Fisik

Atraksi fisik menyebabkan pengajar menarik.Pengajar yang lebih menarik

dipandang mata secara fisik akan lebih besar kemungkinannya untuk mempengaruhi

santri/santriwati. Dari diri pengajar yang menjadi daya tarik adalah pakaian,

pakaian yang dimaksud adalah gaya pakaian modis yang digunakan pengajar saat

memberi motivasi yang dapat menarik perhatian santri/santriwati pada saat proses

(29)

Tabel 4. 9 Gaya Berpakaian yang Rapi

Tabel di atas menunjukkan bahwa 47 orang (61,0%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa gaya berpakaian pengajar rapi dan bersih. 23 orang (29,9

%) menyatakan sangat setuju, 6 orang (7,8%)menyatakan kurang setuju dan 1

orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bhawa gaya pakaian pengajar rapi.

Tabel tersebut menunjukkan gaya berpakaian pengajar rapi dan bersih sehingga

dapat menarik perhatian santri/santriwati. Hal ini dikarenkan pengajar memberikan

motivasi atau pengajaran tentang bagaimana hidup disiplin serta teratur dan bersih

sehingga dapat menimbulkan peningkatan dalam keseriusan belajar.

Selain itu, penampilan fisik yang menarik dan sesuai dengan tuntunan syariat

islam adalah penampilan fisik pengajar yang dapat membuat santri/santriwati

tertarik sehingga ada keinginan untuk menjadi seperti pengajar nantinya.

Tabel 4. 10 Penampilan Fisik yang Menarik Perhatian

Frequenc

Tabel di atas menunjukkan 58 (75,3%) dari 77 responden menyatakan setuju

bahwa pengajar yang memberi motivasi memiliki penampilan fisik yang menarik

(30)

orang (10,4%) responden menyatakan kurang setuju bahwa pengajar yang memberi

motivasi maupun pembelajaran memiliki penampilan fisik yang menarik perhatian.

Berdasarkan tabel di atas, didapat bahwa penampilan fisik pengajar yang

memberik motivasi berhasil menarik perhatian santri/santriwati.Hal ini dikarenakan

pengajar memiliki wajah yang bersih serta menggunakan make-up jika perempuan

namun tidak berlebihan.

Kesamaan

Kesamaan merupakan segala hal yang dilihat santri/santriwatidari sang

pengajaryang sama dengan dirinya, seperti : pembawaan fisik, pendapat mengenai

masalah pandangan mengenai materi pemebelajaran, sehingga menimbulkan

kepercayaan.

− Pembawaan fisik

Pembawaaan fisik yaitu berkaitan dengan bahasa tubuh pengajaryang

santri/santriwatirasakan sama dengan dirinya.

Tabel 4. 11 Ada Kesamaan Pembawaan Fisik

Frequenc

Tabel di atas menunjukkan bahwa 44 orang (57,1%) dari 77 responden

menyatakan setuu bahwa sang pengajar memiliki kesamaan pembawaan fisik

dengan dirinya. 14 orang (18,2%) menyatakan kurang setuju, 10 orang (13,0%)

sangat setuju dan 9 orang (11,7%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar

memiliki kesamaan pembawaan fisik dengan dirinya.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa santri/santriwati merasa ada

kesamaan pembawaan fisik antara pengajar dengan santri/santriwati sehingga

tertarik dengan atraksi pengajar.

(31)

Kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan yang dimaksud adalah

kesamaan pandangan akan materi pembelajaran pengajar sebelum mengikuti

proses pembelajaran di Pesantren dengan pandangan akan materi pembelajaran

santri/santriwati sehingga memutuskan untuk mendalami materi pembelajaran di

Pesantren.

Tabel 4. 12 Ada Kesamaan Pendapat Mengenai Masalah pandangan

Frequenc

Tabel 4.12 di atas menunjukkan 57 orang (74,0%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa pengajar yang memberikan materi memiliki kesamaan

pendapat mengenai masalah pandangan materi pembelajaran dengan diri

santri/santriwati. 10 orang (13,0%) sangat setuju, 9 orang (11,7%) kurang setuju

dan sisanya 1 orang (1.3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar yang

memberikan materi memiliki kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan

materi pembelajaran dengan diri santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa ada kesamaan pendapat

mengenai masalah pandangan materi pembelajaran antara santri/santriwati

dengan pengajar yang memberikan materi pembelajaran dan motivasi sehingga

diharapkan dapat menjadi alasan untuk meningkatkan motivasi belajar

(32)

c. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan pengajar menimbulkan ketundukan terhadap para

santri/santriwati.Ketudukan timbul dari interaksi antara pengajar dengan

santri/santriwati.Kekuasaan menyebabkan seseorang pengajar dapat “memaksakan”

kehendaknya kepada santri/santriwati, karena memiliki sumber daya yang sangat

penting.

1. Kekuasaan Koersif

Kekuasaan koersif adalah Pengajar/Guru mampu menunjukkan kemampuannya

untuk mendatangkan gajaran atau hukuman pada santri/watinya.

Tabel 4. 13 Kekuasaan Memberikan Ganjaran/Hukum

Frequenc

Tabel di atas menunjukkan 43 orang (55,8%) dari 77 responden yang

menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan ganjaran/hukuman bila

santri/santriwati tidak melaksanakan tugas. 17 orang (20,8%) sangat setuju. 17

orang (22,1%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan

tidak setuju bahwa pengajar memberikan ganjaran/hukuman bila santri/santriwati

tidak melaksanakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan

ganjaran atau hukuman kepada santri/santriwati yang tidak melaksanakan tugas

yang diberikan oleh pengajar sehingga hal ini menimbulkan para santri/santriwati

tunduk akan perintah pengajar.

2. Kekuasaan Keahlian

Kekuasaan Keahlianadalah pengajar/Guru memiliki keahlian yang berasal dari

pengetahuan, pengalaman, keterampilan.sehingga ia dapat menyuruh santri/watinya

(33)

Tabel 4. 14 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan 48 orang (62,3%) dari 77

responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan tugas-tugas/latihan

kepada santri/santriwati. 14 orang (18,2%) menyatakan sangat setuju. 12 orang

(15,6%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 3 orang (3,9%) menyatakan tidak

setuju bahwa pengajar memberikan tugas-tugas/latihan kepada santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan

tugas-tugas/latihan kepada santri/santriwati dengan baik sesuai dengan

pemahamannya sebagai seorang pengajar dan dipatuhi oleh para santri/santriwati.

3. Kekuasaan informasional

Kekuasaan informasional adalah pengajar/Guru memiliki kekuasan ini yang

berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimilikinya.

Tabel 4. 15 Kekuasaan Memberikan Rekomendasi Buku

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 39orang (50,6%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan rekomendasi bahan materi kepada

santri/santriwati. 14 orang (18,2%) menyatakan sangat setuju. 18 orang (23,4%)

kurang setuju dan sisanya 6 orang (7,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar

(34)

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan

rekomendasi bahan materi pembelajaran kepada santri/santriwati dengan baik

sesuai dengan pemahamannya sebagai seorang pengajar dan dipatuhi oleh para

santri/santriwati.

4. Kekuasaan Rujukan

Kekuasaan rujukan adalah pengajar/Guru mampu menamakan kekaguman pada

santri/wati sehingga seluruh perilakunya diteladani.

Tabel 4. 16 Kekuasaan Memberikan Contoh Teladan

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 46 orang (59,7%) dari 77 responden

menyatakan bahwa pengajar mampu menjadi teladan bagi para santri/santriwati di

pondok Pesantren. 21 orang (27,3%) menyatakan sangat setuju. 8 orng (10,4%)

kurang setuju dan sisanya 2 orang( 2,6 %) menyatakan tidak setuju pengajar

mampu menjadi teladan bagi para santri/santriwati di pondok Pesantren.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar mampu menjadi teladan

bagi para santri/santriwati di dalam pondok Pesantren selama mereka menjadi

santri/santriwati disana.

5. Kekuasaan Legal

Kekuasaan legal adalah pengajar /Guru memiliki kekuasaan yang berasal dari

seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan pengajar/guru berwenang

(35)

Tabel 4. 17 Kekuasaan yang Berasal dari Jabatan

Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan 31 orang (40,3%) dari 77 responden

menyatakan bahwa pengajar menggunakan jabatannyauntuk membuat

santri/santriwati patuh dan taat akan perintah yang ia berikan kepada mereka. 28

orang (36,4%) menyatakan kurang setuju. 13 orang (16,9%) menyatakan tidak

setuju dan 5 orang (6,5%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar menggunakan

jabatannyauntuk membuat santri/santriwati patuh dan taat akan perintah yang ia

berikan kepada mereka.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar menggunakan jabatannya

dengan baik untuk membuat para santri/santriwati patuh akan perintah dari sang

pengajar tersebut.

4.3.3 Motivasi Belajar Santri/wati

Untuk membangkitkan motivasi para santri/santriwati, maka pengajar harus

mampu memberikan dorongan-dorongan yang positif untuk para santri/santriwati. Pada

tahap awal pengajar tentunya harus memberikan dorangan berupa dorongan hasrat dan

keinginan untuk berhasil pada santri/santriwati, dari sini lah maka akan terciptanya

dorongan dan kebutuhan untuk belajar akan suatu harapan yang akan dicapai oleh para

santri/santriwati dengan memalui penghargaan yang terima, kegiatan yang dilakukan

setiap harinya dan lingkungan sekolahyang kondusif.

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Dalam meningkatkan motivasi belajar terhadap para santri/santriwati, pengajar

harus mampu mendorong santri/santriwati termotivasi dengan berupa dorongan

(36)

Tabel 4. 18 Adanya Hasrat dan keinginan Berhasil

Tabel di atas menunjukkan bahwa 42 orang (54,5%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi berupa

penanaman hasrat dan keinginan untuk berhasil pada jiwa santri/santriwati. 21

orang (27,3%) menyatakan orang kurang setuju. 8 orang (10,4%) menyatakan

sangat setuju dan sisanya 6 orang (7,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar

memberikan dorongan motivasi berupa penanaman hasrat dan keinginan untuk

berhasil pada jiwa santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan

penanaman hasrat dan keinginan untuk berhasil pada benak santri/santriwati.Hal ini membuat para santri/santriwati termotivasi untuk belajar.

2. Adanya Dorongan dan kebutuhan untuk Belajar

Dorongan dan kebutuhan belajar disini maksudnya adalah suatu pemberian

berupa stimulus atau dorongan untuk belajar yang ditujukan kepada para

santri/santriwati akan suatu hal sehingga membuat para santri/santriwati butuh

untuk belajar.

Tabel 4. 19 Dorongan dan kebutuhan untuk Belajar

Frequenc

Medasarkan tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa 46 orang (59,7%) dari 77

(37)

berupa dorongan dan kebutuhan untuk belajar kepada para santri/santriwati. 26

orang (33,8%) menyatakan sangat setuju dan sisanya 5 orang (6,5%) menyatakan

kurang setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi berupa dorongan dan

kebutuhan untuk belajar kepada para santri/santriwati.

Menurut tabel tersebut, didapat hasil yang mengungkapkan bahwa sebanyak

59,7 % pengajar berhasil mendorong para santri/santri untuk lebih memiliki

kebutuhan untuk belajar sehingga hal ini menimbulkan motivasi dalam diri

santri/santriwati untuk belajar dan terus belajar.

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan dan cita-cita dalah sesuatu hal yang tumbuh dan ingin dicapai oleh

setiap individu. Adanya Harapan dan cita-cita membuat individu termotivasi untuk

melakukan hal-hal apa saja yang akan membuat harapannya tercapai. Pengajar

sebagai fasilitator hanya mengarahkan santri/santriwatinya sehingga tercapainya

harapan dan cita-cita masa depan dari para santri/santriwatinya.

Tabel 4.20 Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 57 orang (74,0%) dari 77

responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi

dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para

santri/santriwati. 16 orang (20,8%) menyatakan sangat setuju. Di antaranya 3 orang

(3,9%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan tidak

setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi dengan dengan

menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para

(38)

Berdasarkan tabel tersebut, didapat pengajar berhasil memberikan motivasi

dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para

santri/santriwati. Dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke

dalam benak para santri/santriwati membuat para santri/santriwati termotivasi

untuk belajar.

4. Penghargaan dalam Belajar

Adanya dorongan untuk belajar dalam diri anak dikarenakan adanya suatu

penghargaan yang diterima olenya.Dengan adanya penghargaan membuat para

santri/santriwati termotivasi untuk belajar.

Tabel 4. 21 Adanya Dorongan dalam Belajar

Frequenc

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 49 orang (63,6%) dari 77

responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan penghargaan dalam

belajar yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran sebagai suatu dorongan

motivasi agar santri/santriwati lebih termotivasi dalam pelajaran. 25 orang (32,5%)

menyatakan sangat setuju. 2 orang diantaranya (2,6%) menyatakan kurang setuju

dan sisanya 1 orang (1,3 %) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan

penghargaan dalam belajar untuk membuat suatu perhatian terhadap pelajaran

sebagai suatu dorongan motivasi agar santri/santriwati lebih termotivasi dalam

pelajaran.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan

penghargaan dalam belajar untuk mendorong motivasi belajar para

(39)

5. Kegiatan Menarik dalam Belajar

Dalam menumbuhkan rasa motivasi belajar dalam diri para santri/santriwati.

Pengajar harus mampu memberikan kegiatan yang dilakukan didalam proses

belajar mengajar menarik dan menyenangkan untuk para santri/santriwati.

Tabel 4. 22 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan

Frequenc

Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan bahwa 58 orang (75,3%) dari 77 responden

menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan kegiatan yang sehari-hari

dilakukan dalam proses belajar mengajar menarik bagi para santri/santriwati. 15

orang (19,5%) menyatakan sangat setuju. 3 orang (3,9%) menyatakan kurang setuju

dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan

kegiatan yang sehari-hari dilakukan dalam proses belajar mengajar menarik bagi

para santri/santriwati.

Dari hasil tabel di atas, didapat bahwa pengajar berhasil melalukan kegiatan

dalam proses belajar mengajar menarik bagi para santri/santriwaiti. Dengan

melakukan kegiatan yang menyenangkan bagi santri/santriwati menumbuhkan rasa

motivasi dalam diri para santri/santriwati untuk belajar.

6. Lingkungan Belajar yang Kondusif

Kenyaman, keamanan akan suatu hal tentunya akan membuat seseorang individu

akan senang hati melakukan suatu hal itu juga. Dalam pembelajaran lingkungan

belajar yang kondusif sangat diperlukan untuk peningkatan belajar mengajar pada

(40)

Tabel 4. 23 Lingkungan Belajar yang Kondusif

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

termotivasi 24 31,2 31,2 31,2

termotivasi 50 64,9 64,9 96,1

kurang

termotivasi 3 3,9 3,9 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 orang ( 64,9%) dari 77

responden menyatakan bahwa pengajar memberikan lingkungan belajar yang

kondusif bagi para santri/santriwati. 24 orang (31,2%) menyatakan sangat setuju

dan sisanya 3 orang (3,9%) menyatakan bahwa pengajar memberikan lingkungan

belajar yang kondusif bagi para santri/santriwati.

Berdasarkan tabel di atas, didapat bahwa penagajar berhasil dengan baik

memberikan lingkungan belajar yang kondusif kepada para

santri/santriwati.Dengan lingkungan belajar yang kondusif diharapkan membuat

termotivasi santri/santriwati untuk lebih giat belajar.

4.4 Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang pada bagian ini, akan membuat tentang penilaian dan data

dalam satu tabel. Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan

untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang

lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif.

Namun, analisa tabel ini bukanlah dapat dijadikan sebagai penentu utama untuk melihat

hubungan variabel yang diteliti, tetapi ditujukan untuk melihat bagaimana penilaian data

(41)

4.4.1 Uji Silang antara Kesamaan Pembawaan Fisik dengan Kegiatan Menarik dalam Belajar

Tabel 4.24 Uji Silang antara Kesamaan Pembawaan Fisik dengan Kegiatan Menarik dalam Belajar

Dependent Variable: KC

Source

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 2,089

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 2,089 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan

(42)

4.4.2 Uji Silang antara kesamaan Pandangan dengan Dorongan dan Kebutuhan Belajar

Tabel 4.25 Uji Silang antara kesamaan Pandangan dengan Dorongan dan Kebutuhan Belajar

Dependent Variable: PM

Source

Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Sig.

Noncent. Parameter

Observed Power(a) Corrected

Model 2,184(b) 3 ,728 2,785 ,047 8,354 ,649

Intercept 34,416 1 34,416 131,620 ,000 131,620 1,000

SB 2,184 3 ,728 2,785 ,047 8,354 ,649

Error 19,088 73 ,261

Total 251,000 77

Corrected

Total 21,273 76

A. R Squared = ,103 (Adjusted R Squared = ,066)

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 2,785

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 2,785 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan

(43)

4.4.3 Uji Silang antara Sosiabilitas dengan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Tabel 4.26 Uji Silang antara Sosiabilitas dengan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Dependent Variable: IT

Source

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 9,179

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 9,179 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan

antara sosiabilitas dan lingkungan belajar yang kondusif.

4.5 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis

yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan

untuk menguji hipotesis adalah rumus Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho

Koefisien adalah metode untuk menganalisis data untuk hubungan antara variabel yang

sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho< 0, maka hipotesis ditolak

Jika rho > 0, maka hipotesis diterima

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford,

yaitu sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 : hubungan rendah

(44)

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat

di andalkan.

Tabel 4.27 Koefisien korelasi Spearman

variabelx Variabely Spearman's rho variabelx Correlation

Coefficient 1,000 ,462(**)

Sig. (2-tailed) . ,000

N 77 77

variabely Correlation

Coefficient ,462(**) 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 77 77

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho

Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka

koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka

tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval

0,41 – 0,70 pada skala Guilford. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan atau

diuraikan terdapat hubungan yang cukup berarti tetapi pasti antara strategi komunikasi

pengajar dan motivasi belajar.

Selanjutnya berdasarkan nilai rs yang diperoleh maka dapat dilakukan Uji

Determinan Korelasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi komunikasi

pengajar dalam membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati

Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

��= (�s)2� 100% ��= (0,99)2 100%

��= 0,9801� 100% ��= 98,01%

Dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh strategi komunikasi pengajar dalam

membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah

Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan adalah sebesar 98,01%, sedangkan 1,99%

(45)

4.6 Pembahasan

Dalam penelitian ini, setelah melalui tahapan analisis data dan dilanjutkan

dengan pengujian hipotesis dengan rumus tata jenjang Spearman, diperoleh koefisien

korelasi (rs) sebesar 0,99 (rs> 0). Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Alternatif (Ha) :

Terdapat hubungan antara pengaruh strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar

pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan,

diterima, dan Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh strategi

komunikasi pengajar dan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah

Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, ditolak.

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho

Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka

koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka

tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval

0,41 – 0,70 pada skala Guilfordyang mengindikasikan pengaruh strategi komunikasi

pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan, artinya teknik strategi komunikasi pengajar

dapat menimbulkan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Peneliti juga mencari besarnya kekuatan pengaruh yang ditimbulkan oleh

variabel X terhadap variabel Y dan diperoleh hasil 98,01%. Hal ini berarti besarnya

pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati

Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan adalah sebesar

98,01%, sedangkan 1,99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar strategi komunikasi

pengajar.

Untuk melaksanakan komunikasi yang efektif komunikator tentunya yang

memiliki dua faktor penting pada diri komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator

dan daya tarik komunikator untuk menumbukan motivasi pada diri para santri/santriwati

di Pesantren. Pengajar sebagai komunikator menjadi pusat perhatian seluruh para

santri/santriwati saat proses belajar mengajar tengah berlangsung. Segala hal yang ada

pada diri pengajartersebut dinilai oleh para santri/santriwati, seperti : penampilan fisik,

bahasa tubuh serta bagaimana interaksi-nya dengan santri/santriwati, khususnya

(46)

perhatian santri/santriwati, maka santri/santriwati pun mulai membandingkan dirinya

dengan pengajardan mencari kesamaan yang ada antara dirinya dan pengajartersebut,

serta bagaimana pengajar menggunakan kekuasaannya dalam memberikan stimulus

untuk termotivasi belajar.

Setelah mendapatkan kesamaan dalam beberapa hal, seperti kesamaan fisik dan

kesamaan pandangan. Pada tabel 4.24, dari 77 responden, jumlah responden jumlah

responden yang memiliki tanggapan setuju bahwa kegiatan yang dilakukan menarik

pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung adalah 58 orang. Diantaranya 35

orang menyatakan setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri

kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar dan 5 orang menyatakan

sangat setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada

santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. 11 orang kurang setuju dan 7 orang

menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri

kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan,

pengajar berhasil membawakan dirinya sama dengan mayoritas santri/santriwati.

Selain itu, berdasarkan tabel 4.26, dari 77 responden terdapat 50 orang memiliki

tanggapan setuju bahwa lingkungan belajar kondusif. Diantaranya 9 menyatakan sangat

setuju bahwa kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang

bergaul pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan 38 orang menyatakan setuju.

2 orang menyatakan kurang setuju dan 1 orang menyatakan tidak setuju bahwa

kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada

saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa sikap yang

ditimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul yang ditujukan kepada para

santri/santriwati membuat santri/santriwati merasakan lingkungan belajar yang kondusif

sehingga menimbulkan motivasi belajar dalam diri para santri/santriwati.

Hal-hal tersebut menjelaskan bahwa komunikator yang efektif melibatkan

kredibilitasnya, atraksinya dan juga kekuasaan pengajar yang dapat menimbulkan

motivasi belajar pada santri/santriwati. Kredibilitas pengajaryang berhubungan dengan

kemampuan pengajar, membentuk kesan ahli dalam menyampaikan topik di mata

santri/santriwati, terkesan jujur, tidak monoton, terkesan ramah, ada jiwa pemimpin atau

bahkan terkesan mirip dengan seseorang /kelompok yang disukai oleh santri/santriwati

(47)

pengajar, terkesan menarik oleh santri/santriwati, seperti penampilan fisik yang menarik

dan juga segala hal yang terkesan sama dengan antara pengajardan santri/santriwati,

baik ide-ide ataupun pemahaman akan suatu hal. Kekuasaan yang dimiliki oleh pengajar

dalam menggunakan wewenang untuk memberikan motivasi belajar pada

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Straegi komunikasi pengajar Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul

Hasanah Medan; yang berbentuk belajar mengajar; berhasil meningkatkan

motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Pengajar membentuk kesan ahli dalam

menyampaikan topik di mata santri/santriwati, terkesan jujur, tidak monoton,

terkesan ramah, ada jiwa pemimpin atau bahkan terkesan mirip dengan

seseorang /kelompok yang disukai oleh santri/santriwati tersebut. Pembawaan

atraksi yang ditampilkan oleh pengajar juga terkesan menarik oleh

santri/santriwati, seperti penampilan fisik yang menarik dan juga segala hal yang

terkesan sama dengan antara pengajardan santri/santriwati, baik ide-ide ataupun

pemahaman akan suatu hal. Kekuasaan/ wewenang yang dimiliki pengajar

dalam menumbuhkan rasa motivasi belajarseperti: koersif, keahlian,

imformasional, rujukan, dan legal yang digunakan dengan baik oleh pengajar

terhadap para santri/santriwati.

2. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar telah menarik perhatian

santri/santriwati sehingga memunculkan motivasi akan kebutuhan belajar.

santri/santriwati setuju bahwa kegiatan yang dilakukan oleh mereka setiap

harinya, dikarenakan pengajar membawakan dirinya sama dengan para

santri/santriwatinya pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung

sehingga menimbulkan rasa nyaman dan pada akhirnya memotivasi belajar para

santri/santriwati untuk lebih giat kembali belajar dan lebih baik lagi daripada

sebelumnya, pengajar juga memberikan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu, santri/santriwati merasakan persamaan pandangan akan permasalahan

materi pembelajaran dimana para santri/santriwati adanya hasrat dan keinginan

berhasil dalam diri para santri/santriwati untuk menjadi lebih baik lagi dari

(49)

3. Terdapat hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali, antara strategi komunikasi

pengajar dengan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah

Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Berdasarkan hasil uji hipotesis,

hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali menyiratkan bahwa strategi

komunikasi pengajar berpengaruh kuat terhadap motivasi belajar pada

santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

5.2 Saran dari Responden Penelitian

1. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar selaku komunikator pada

dasarnya sudah baik, namun responden mengharapkan para pengajarlebih

aktraktif dan lebih menyederhanakan penjelasan akan suatu hal agar dapat

dimengerti oleh para santri/santriwati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan melalui sebuah contoh-contoh hal kecil yang terlihat

di lingkungan pesantren.

2. Kesan riang dan senang bergaul yang ditimbulkan dihadapan para

santri/santriwati tidak hanya pada saat proses belajar mengajar tengah

berlangsung tetapi juga ditimbulkan di luar proses belajar mengajar. Hal ini

ditujukan untuk mendekatkan para pengajar dengan para santri/santriwat tanpa

harus meninggalkan kesan wibawa sebagai seorang pengajar.

3. Salah satu strategi komunikasi yang dapat dilakukan oleh pengajar dalam

menumbuhkan motivasi belajar dengan memberikan lingkungan belajar yang

berbeda, tetapi tetap kondusif. Seperti halnya tidak monoton melakukan

pembelajaran hanya di dalam kelas tetapi melakukannya diluar sebuah taman

dilingkungan Pesantren.

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis

Adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang

ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang

berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang akan memperkaya khasanah penelitian di

bidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai Komunikasi persuasif

(50)

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis

1. Pengajartelah menampilkan yang terbaik dalam menumbuhkan rasa motivasi

belajar pada diri santri/santriwati, namun ada baiknya saat proses belajar

mengajar lebih diberikan hak kepada santri/santriwati untuk berpendapat akan

suatu hal sehingga terbentuk suatu pencapaian emosional secara personal akan

suatu hal yang para santri/santriwati ketahui bukan dari apa yang diketahui oleh

pengajar dan pengajar pun dapat memberikan penjelasan mengenai apa yang

tidak diketahui oleh para santri/santriwati sehingga antara pengajar dengan para

santri/santriwati melakukan pembelajaran yang bermakna.

2. Untuk memberikan hak berpendapat kepada para santri/santriwati. Ada baiknya

lebih diperbanyaknya melakukan persentasi akan suatu topik yang sedang

hangat dan biarkan para santri/santriwati memberikan pendapatnya sesuai

dengan apa yang para santri/santriwati tersebut ketahui.

3. Mengingat strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar memiliki pengaruh

yang sangat tinggi; kuat sekali terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati di

Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, hendaknya tetap

memperhatikan dan meningkatkan kemampuan strategi komunikassi yang

dilakukan oleh pengajar selaku komunikator agar semakin meningkatkan

motivasi belajar para santri/santriwati yang kedepannya dapat lebih

(51)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995:39). Kerangka teoritis adalah suatu

kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah

tertentu.Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan

dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi

melalui survei atau telaah literatur (silalahi, 2009:92).

Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan

pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka teori yang digunakan untuk menjawab

permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Strategi Komunikasi, Teori

S-O-R, Motivasi Belajar, Remaja.

2.1.1 Komunikasi dan Strategi Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi dan Strategi Komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris

berasal dari kata latincommunis yang artinya “sama”, communico, communicare yang

artinya “membuat sama” (Mulyana, 2007:46). Secara terminologis, komunikasi berarti

proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari

pernyataan di atas, menunjukkan bahwa komunikasi melibatkan lebih dari satu orang.

Pengertiankomunikasiyangdipaparkandiatassifatnyadasariah,dalam

artikatabahwakomunikasiituminimalharus mengandungkesamaan makna antaradua

pihakyang terlibat.Hal tersebut dikarenakan kegiatankomunikasi tidakhanya informatif,

yakniagar oranglainmengertidantahu,tetapijuga

persuasif,yaituagaroranglainbersediamenerimasuatupaham ataukeyakinan, melakukan

Gambar

Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.2 jurusan
Tabel 4.4 Kejujuran Pengajar Tentang Pengalamanya
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siguiendo a Lee y Koubek (2010) y centrándonos en el objeto del presente es- tudio, hemos tenido en cuenta una serie de parámetros que permiten a un usuario valorar y

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

Meski ada perubahan kewenangannya yang luar biasa namun masih ada kewenangan-kewenangan yang masih perlu dibanggakan oleh MPR seperti Pasal 3 Ayat 1 berbunyi:

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

5.4 Distribusi Frekuensi Pasien Kanker Payudara Duktal Invasif pada Perempuan Usia 40 tahun kebawah menurut Tingkat Grading Histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari,

Jika atom-atom logam aktif didispersikan ke permukaan pengemban yang memiliki luas permukaan besar, maka diharapkan luas permukaan katalis semakin besar dan jumlah situs aktif

Prodi Sistem Informasi Universitas Widyatama adalah salah satu Program Studi Sistem Informasi yang berada di Universitas Widyatama, yang pada saat ini belum dapat