LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Imago 2MSA (ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Transformasi Data Arc Sin √X
Uji Jarak Duncan
SY 0,76 1,17 1,06 0,99 0,94 0,91 0,90 0,88 0,87 I 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 SSR 0.05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 3,41 3,42 LSR 0.05 2,29 2,40 2,47 2,52 2,55 2,56 2,58 2,59
Perlakuan P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1
Lampiran 2. Jumlah Imago 4MSA (ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Transformasi Data Arc Sin √X
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Uji Jarak Duncan
SY 0,11 3,12 3,10 3,09 3,08 5,15 5,67 5,88 6,31 I 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 SSR 0.05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 3,41 3,42 LSR 0.05 0,34 0,36 0,37 0,38 0,38 0,38 0,39 0,39
Perlakuan P8 P6 P4 P2 P3 P7 P1 P5
Rataan 3,46 3,46 3,46 3,46 5,53 6,05 6,27 6,70 a. b
c.
Lampiran 3. Jumlah Imago 6MSA (ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Transformasi Data Arc Sin √X
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Uji Jarak Duncan
SY 0,12 2,85 2,83 3,07 3,06 8,57 11,92 12,45 12,52 I 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 SSR 0.05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 3,41 3,42 LSR 0.05 0,36 0,38 0,39 0,40 0,40 0,41 0,41 0,41
Perlakuan P4 P2 P8 P6 P3 P1 P7 P5
Rataan 3,21 3,21 3,46 3,46 8,97 12,33 12,86 12,93
a
b. c.
Lampiran 4. Persentase Penurunan Bobot Akhir (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Transformasi Data Arc Sin √X
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Uji Jarak Duncan
SY 0,13 1,76 2,00 2,17 2,82 2,92 3,13 3,61 4,49 I 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 SSR 0.05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 3,41 3,42 LSR 0.05 0,38 0,40 0,41 0,42 0,42 0,43 0,43 0,43
Perlakuan P4 P2 P3 P1 P8 P6 P7 P5
Rataan 2,14 2,40 2,58 3,24 3,34 3,56 4,04 4,92 a.
b
c
Lampiran 5. Kadar Air Awal Pada Bahan Uji
Lampiran 6. Kadar Air Akhir Pada Bahan Uji
Lampiran 7. Persentase Bobot Akhir Bahan Uji Berdasarkan Rumus
FOTO PENELITIAN
alat ukur kadar air beras (G-Won)
Timbangan Analitic
alat ukur kadar air jagung (Moisture Tester Balance)
DAFTAR PUSTAKA
Andrewartha,H.G., and L.C.Birch, 1954. The distribution and abundance of animals. The University of Chicago Press.Chicago.
Anggara, A.W., 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN. Jawa Barat. h. 14-20.
Ayani, 2007. Preferensi dan Perkembangan Sitophilus oryzae L. (Coleoptera :Curculionidae) Pada Beberapa Varietas Beras Aromatik. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Malang. Hal. 23
Azwana dan Marjun, 2009. Efektivitas Insektisida Botani Daun Babadotan (Ageratum Conyzoides) Terhadap Larva Sitophilus Oryzae (Coleoptera; Curculionidae) Di Laboratorium. Fakultas Pertanian Universitas Medan Area. Staf Balai Proteksi Tan. Pangan & Hortikultura I – Medan. Diakses dari http://jurnal.uma.ac.idsitesdefaultfilesmateriMATERI%20ISI_1.pdf pada tanggal 22 November 2012.
Badgle, 2006. Anisopteromalus calandrae
Bangun, M. K, 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian.USU-Press, Pteromalid Wasp parasitoid of Grain Weevils. published with permission from the Max E. Badgley Estate, with special thanks to the University of California. Bouček ,Z., dan Rasplus, J.Y. 1991. Illustrated Key to West-Palearctic Genera of Pteromalidae
(Hymenoptera: Chalcidoidea). Paris: Inst. Nat. Rech. Agronom., 140 pp.
Medan.
Bulog, 1996. Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas Milik Bulog. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 4-5; 31-32 .
Bejo, A.Y. 1991. Pengaruh Kadar Air Dan Kerusakan Awal Biji Pada Jagung Terhadao Laju Infestasi Kumbang Bubuk. Balai penelitian Tanaman Pangan, Malang.
Bennett, Stuart M., 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium
Borror, D.J., D.M., De Long and C.A. Triplehorn. 1981. An Itroduction to the Study of Insect. Saunder Collage Publishing. P.356-549.
Chapman, R. F, 1998. The Insect Structure and Function. Third Edition. Edward Arnold Publisher Ltd. London.
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1985. Pedoman Penanganan Masalah Tehnologi Pasca Panen. Proyek Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan. Hlm 2, 3, 8, 9.
Deptan, 2006. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan. Ciawi, Bogor. Handayani, F. D., 2008. Biologi Carpophilus hemipterus L. (Coleoptera:
Nitidulidae) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Universitas Brawijaya, Malang.
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Kalshoven, L, G, E., 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Rineka Cipta, Jakarta
Kartasapoetra,.A.G., , 1994 Teknologi Penanganan Pascapanen, Rineka Cipta. Jakarta.
Litbang, 2012. Ketan_hitam_khasiat_manfaatnya. Diakses dari
Lopulalan, C.G.C., 2010. The Analysis of Strength of Several Rice Varieties against Pest Storage Attack. Jurnal Budidaya Pertanian 6: 11-16. Manaf, S., E. Kusmini dan Helmiyetti, 2005. Evaluasi Daya Repelensi Daun
Nimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Hama Gudang Sitophlus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae). Universitas Bengkulu. Indonesia Mangudiharjo, S., 1978. Hama-Hama Pertanian Di Indonesia III (Pada Bahan
Dalam Simpanan). Yayasam Pembina Fak. Pertanian UGM. Yogyakarta. Marbun, C.U., dan Yuswani P., 1991, Ketahanan Beberapa Jenis Beras
Masmawati, 2002. Hasil Penelitian Hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel. ISBN: 979-95026-5-9.
Peck, O. 1963. A Catalogue of the Nearctic Chalcidoidea. Canad. Entomol., Suppl. 30: 1–1092.
Quicke, D. L. J. 1997. Parasitic Wasps. London: Chapman and Hall, 288 pp. Saenong, M.S., dan Hipi, A., 2005. Hasil-Hasil Teknologi Pengelolaan Hama
Kumbang Bubuk S.zeamays Motch ( Coleoptera: Curculionidae ) pada tanaman jagung. http://ntb.litbang.deptan.go.id/2005/TPH/hasilhasil.doc. Diakses pada tanggal 23 Februari 2013.
Sitepu, S. F., Zulnayati, dan Yuswani, P., 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca Panen. Fakultas Pertanian USU. Medan.
Suarni dan I.U., Firmansyah, 2005. Beras Jagung: Prosesing dan kandungan nutrisi sebagai bahan pangan pokok. hlm. 393−398. InSuyamto (Ed.) Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, Makassar. 29−30 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Subramanyam, B., and Hagstrum, D.W. 1996. Integrated Management of Insects in Stored Products. Marcel Dekker, Inc. New York.
Suharno, P., 1982. Postharvest Insect Pest Of Meize. National College Of Agricultural Enginnering.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Semple, R.L., 1985. Problems Relative To Pest Control And Use Of Pesticides
In Grain Storage, The Current Situantion In ESEAN And Future Requirement. Proceeding Of International Seminar On Pesticides And Humid Tropical Grain Storage System. ACIAR, Canberra.
Septripa, 2009. Perluasan Hama Sasaran Formulasi Insektisida Nabati FTI-2 Terhadap Beberapa Jenis Hama Gudang. Institut Pertanian Bogor, Bandung.
Tandiabang, J., M.S., Saenong, dan D. Baco, 1998. Kehilangan Hasil Jagung Oleh Kumbang Bubuk Sitophylus Zeamais Motsh. Pada Berbagai Umur Simpan dan Wadah Penyimpanan. Laporan Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tahun 1997/1998. Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Maros. Hlm. 36-39.
Timokhov, A.V., dan V.E., Gokhman. 2003. Host preferences of parasitic wasps of the Anisopteromalus calandrae species complex (Hymenoptera: Pteromalidae). Department of Entomology and 2)Botanical Garden,
Moscow State University, Moscow, 119992, Russia
Winarno, 1993, Gizi Teknologi dan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Maret 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras, tepung beras, beras pulut putih, tepung beras pulut putih, jagung, tepung jagung, beras pulut hitam, tepung pulut hitam, imago Sitophilus oryzae jantan dan betina.
Alat yang digunakan adalah stoples plastik, kain muslin, karet gelang, alat tulis, timbangan analitik, label nama, alat ukur kadar air beras (G-Won), alat ukur kadar air jagung (Moisture Tester Balance), kaca pemberas (Lup), pinset, ayakan, talam, camera digital dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan, yaitu:
P1 : Beras 250 gram
P7 : Jagung 250 gram
P8 : Tepung jagung 250 gram
Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan, dengan rumus : (t1 Jumlah Perlakuan : 8 Perlakuan Jumlah ulangan : 3 Ulangan
Jumlah unit Percobaan : 24 Unit Percobaan
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yij = µ+ τi + є
Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan Hama Uji (Rearing)
Kumbang beras dipelihara dalam stoples plastik, di isi beras sebagai tempat hidup dan makanannya, kemudian ditutup dengan kain muslin. Untuk mendapatkan kumbang dewasa jantan dan betina dengan jumlah dan ukuran yang seragam maka dilakukan pemisahan serangga yang masih muda (virgin) dengan ciri berwarna cokelat agak kemerahan, yang berumur 2 hari. Kumbang jantan dan kumbang betina dapat dibedakan dari ukuran tubuhnya, kumbang betina ukuran tubuhnya lebih besar dari kumbang jantan.
Penyediaan Bahan Pakan Sebagai Media
- Beras diperoleh dari pedagang pasar.
- Tepung beras diperoleh dari pedagang pasar. - Beras pulut putih diperoleh dari pedagang pasar. - Tepung pulut putih diperoleh dari pedagang pasar. - Beras pulut hitam diperoleh dari pedagang pasar.
- Tepung pulut hitam dihaluskan dengan mesin penggiling hingga tekturnya menjadi halus.
- Jagung diperoleh dari pedagang pasar.
- Tepung jagung diperoleh dari pedagang pasar.
Pelaksanaan Percobaan
kadar air benih yang ada di laboratorium Bulog dan alat ukur kadar air pada biji jagung yang ada di Laboratorium AKBP Program Studi Teknik Hasil Pertanian. Untuk bahan pakan tekstur tepung pengukuran kadar air dengan cara mengkering openkan terlebih dahulu sebelum dilakukan aplikasi hama, suhu yang digunakan 105°C selama 3 jam, setelah itu didinginkan terlebih dahulu sebelum ditimbang. Penghitungan kadar air pada bahan kering tepung dengan menggunakan rumus:
KA=Berat Awal – Berat Akhir
Berat Awal
x 100
Kemudian Masing – masing stoples diberi imago sebanyak 5 ekor pasang perstoples, tiap stoples diberi label nama untuk tiap – tiap jenis pakannya. Lalu ditutup dengan menggunakan kain muslin yang diikat dengan karet gelang. Hal ini dimaksud agar hama tidak dapat keluar dan tidak tercampur dengan hama lain. Setelah hama S. Oryzae di masukkan ke wadah stoples, setiap hari diamati perkembangannya, 2 minggu setelah dimasukkan hama maka pengambilan data siap dilakukan, data diambil sebanyak 3 kali selama 6 minggu.
Peubah Amatan
1. Mengetahui jumlah populasi S.oryzae dengan menghitung jumlah imago pada tiap perlakuan, pengamatan dilakukan 2 minggu sekali. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali dari pengamatan pertama.
terlebih dahulu,ini dimaksudkan agar terpisah dari sampah dan kotoran lain. Rumus yang digunakan berdasarkan Sutoyo dan Mulyo (1987) dalam Ayani (2007) yaitu :
P = Berat Awal− Berat Akhir
Berat Awal
x 100 %
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Imago S.oryzae L. (ekor)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa media pakan yang berbeda sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah populasi imago S. oryzae. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 lampiran 2-3.
Tabel 2. Jumlah Imago S. oryzae (ekor) dari berbagai media pakan yang diuji
Perlakuan
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan data berbeda sangat nyata pada taraf 5% berdasarkan Uji Jarak Dunchan.
msa= minggu setelah aplikasi
melakukan perkawinan hingga bertelur dan menjadi imago dewasa prosesnya
mencapai 30 hari. Mangudiharjo (1978) menyatakan bahwa daur hidup S. oryzae berkisar antara 28-30 hari atau rata-rata 4,5 minggu. Perkembangbiakan
diawali dengan peristiwa kopulasi antara serangga jantan dan betina. Aktivitas kopulasi relatif lebih lama dibanding serangga pasca panen lainnya. Aktivitas ini biasanya terjadi pada malam hari. S. oryzae mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yaitu perkembangannya melalui bentuk telur, larva, pupa, imago dan tiap stadium berlangsung pada biji.
Jumlah imago 4 MSA menunjukkan pertambahan jumlah populasi pada perlakuan P5 (ketan hitam; 43.00), sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dikarenakan ketan hitam merupakan salah satu pangan S. oryzae. Ketan hitam memiliki struktur berwarna ungu kehitaman dimana pigmen warna ungu kehitaman mempunyai khasiat paling baik dibandingkan warna lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Litbang (2012) yang menyatakan bahwa dari sisi khasiat dan gizi ternyata pigmen beras yang berwarna hitam mempunyai khasiat paling baik dibanding beras berwarna lainnya. Beras hitam sangat berbeda dibandingkan dengan beras ketan hitam, baik rasa aroma maupun penampilanya sangat spesifik dan unik.
Jumlah imago 6 MSA tetap menunjukkan pertambahan pada perlakuan P5 (ketan hitam; 43,00) dan P7 (jagung; 34,67) dibandingkan dengan perlakuan
gizi ternyata pigmen beras yang berwarna hitam mempunyai khasiat paling baik dibanding beras berwarna lainnya. Beras hitam sangat berbeda dibandingkan dengan beras ketan hitam, baik rasa aroma maupun penampilanya sangat spesifik dan unik. Marbun dan pangestiningsih (1991) menyatakan bahwa S. oryzae lebih menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung.
Pada perlakuan P5 (165,33) sangat berbeda nyata pada perlakuan P1 (150,00) ini dikarenakan kandungan gizi dan nutrisi yang baik pada p5 lebih
besar dibandingkan P1, misalnya pada P5 jumlah kandungan protein, lemak dan kalsium lebih besar dibandingkan P1, karena kandungan nutrisi tersebut sangat dibutuhkan tubuh serangga hama bubuk untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dalam berkembangbiak. Hal ini sesuai dengan literatur Chapman, 1998 dalam Handayani (2008) menyatakan bahwa zat-zat nutrisi yang dibutuhkan serangga pada umumnya digolongkan menjadi karbohidrat, asam amino dalam protein, lipid dalam lemak, air, dan beberapa vitamin. Karbohidrat secara umum merupakan sumber energi. Asam amino merupakan senyawa kimia pembentuk protein yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal bagi kelangsungan hidup serangga. Asam lemak bagi serangga memicu untuk oviposisi. Lemak dan asam lemak merupakan sumber energi untuk menyusun cadangan lemak dan glikogen. Serangga membutuhkan lemak untuk pertumbuhan normal dan reproduksi. Selain itu lemak juga penting untuk pembentukan membran dan sintesa hormon.
jumlah populasi, sebab S. oryzae lebih menyukai butiran utuh dan kasar namun
sangat berbeda nyata dengan perlakuan P6 (tepung ketan hitam; 10,00), P8 (tepung jagung; 10,00), P4 (tepung ketan putih; 8,33), P2 (tepung beras; 8,33)
yang teksturnya lebih halus, S. oryzae tidak menyukai tekstur yang halus pada tepung, karena imago tidak dapat merayap untuk meletakkan telurnya, maka dari itu S. oryzae tidak dapat berkembang baik pada tekstur halus. Marbun dan pangestiningsih (1991) menyatakan S. oryzae lebih menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. S.oryzae tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut.
Pada tiap perlakuan bertekstur butiran tetap menunjukkan pertambahan jumlah populasi dari 4Msa - 6Msa, ini disebabkan karena ada pengaruh kadar air bahan pada tiap pakan yang diberikan, jumlah kadar air pada pakan yang diberikan mempengaruhi penambahan jumlah populasi hama gudang. Kadar air bahan yang sangat tinggi dapat mendukung pertumbuhan penambahan jumlah populasi hama, maka dari itu hama serangga bubuk menyukai kadar air yang cukup bagi kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kartasapoetra (1991) yang menyatakan bahwa produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10%.
imago yang mati. Sebab pada tepung kadar asam aminonya tinggi. Ini dikarenakan terjadi akibat proses penggilingan pada pabrik olahan industri. Yang mengakibatkan asam amino tinggi, sebab kadar asam amino yang lebih dari optimal S. oryzae tidak dapat bertahan hidup, asam amino sangat berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi bagi hama bubuk ini namun jika asam aminonya tinggi memperlambat perkembangan larva. Sitepu, dkk (2004) menyatakan bahwa kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat.
Beda Rataan Jumlah Populasi S. oryzae (ekor) Pada Pengamatan 2-6 MSA
Gambar 8. Histogram Pertambahan Jumlah Populaasi Pada S. oryzae (ekor) Pada Pengamtan 2-6 msa
2. Persentase PenurunanBobot akhir (%)
Tabel 3. Persentase Penurunan Bobot Akhir (%)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan data berbeda sangat nyata pada taraf 5% berdasarkan Uji Jarak Dunchan.
Penurunan bobot akhir pada perlakuan P5 (ketan hitam; 22,21) sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu P7 (jagung; 14,32), P6 (tepung ketan hitam; 10,88), P1 (beras; 8,51), P2 (tepung beras; 3,79), P3 (ketan putih;
4,68), P4 (tepung ketan putih; 2,57). Ini dikarenakan adanya serangan dari S. oryzae, sebab pada perlakuan P5 (ketan hitam) jumlah populasi serangga
meningkat yang dapat merusak kualitas dan kuantitas pada ketan hitam menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Sitepu, dkk (2004) yang menyatakan bahwa kepadatan populasi hama berhubungan erat dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan. Hama bahan simpan umumnya merupakan hama langsung, yang artinya kerusakan terjadi langsung pada bahan yang di konsumsi.
penyimpanan, kerusakan material pada butiran bahan karena hama gudang mengkonsumsinya secara langsung. Hal ini sesuai dengan literatur Sitepu dkk (2004) yang menyatakan bahwa kepadatan populasi hama berhubungan erat dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan. Hama bahan simpan umumnya merupakan hama langsung, yang artinya kerusakan terjadi langsung pada bahan yang di konsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah populasi yang tertinggi dari pengamatan 2-6 MSA terdapat pada P5 (ketan hitam) sebanyak 165,33, diikuti P7 (jagung) sebanyak 163,33; P1 (beras) sebanyak 150,00; P3 (ketan putih) sebanyak 78,67; P6 (tepung ketan hitam) sebanyak 10,00; P8 (tepung jagung) sebanyak 10,00; P2 (tepung beras) sebanyak 8,33; P4 (tepung ketan putih) sebanyak 8,33 ekor. 2. Persentase penurunan berat bobot terbanyak pada P5 (ketan hitam)
sebanyak 22,21% dan terendah pada P4 (tepung ketan putih) sebanyak 2,57%.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama
Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Curculionidae Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae L.
Telur berbentuk lonjong diletakkan satu per satu di dalam liang yang ditutupi dengan sisa gerekan, telur berwarna putih dengan panjang ± 0,5. Tiap imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur 300- 400 butir. Fase telur 5-7 hari (Azwana dan Marjun, 2009).
Gambar 1: Telur, Larva, Pupa S. Oryzae L. Sumber:
Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras (Anggara, 2007).
Gambar 2: Larva S. oryzae L. Sumber:
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh ± 2-3,5 mm (Mangudiharjoo, 1978 dan Kalshoven 1981) berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Pada bagian elitra terdapat empat bintik hitam. Bagian mulut yang memanjang atau rostrum digunakan untuk merusak biji-bijian yang mempunyai kulit cukup keras (Rismunandar, 1985). Antena atau sungut berbentuk menyiku dan terdiri dari delapan ruas (Bejo, 1992).Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan (Bennet, 2003).
Gambar 4: Imago S. oryzae L. Sumber:
Kerusakan Yang Disebabkan Sitophilus oryzae L.
S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain. Gejala serangan pada butir-butir komoditas menjadi berlubang-lubang (Bulog, 1996).
Serangan S. oryzae pada beras utuh akan rusak dan hancur menjadi menir, Kerusakan yang diakibatkan oleh hama S. oryzae dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981).
Serangga ini membuat kerusakan dimulai sejak stadium larva sampai imago dengan memakan isi biji bahan pangan. Butir-butir jagung akan berlubang dan butiran tersebut cepat pecah dan hancur seperti tepung. Setelah melubangi biji jagung, masing-masing lubang diletakkan satu telur (Kartasapoetra, 1991).
Gambar 5: Gejala kerusakan S. oryzae L. Pada jagung Sumber:
sering kita temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Kartasapoetra, 1991).
Gambar 6: Gejala kerusakan S. oryzae L. Pada beras Sumber:
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi populasi Hama Sitophylus oryzae
Peranan Faktor Makanan
serangga yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas serangan) (Yasin, 2009).
Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi serangga (Andrewartha dan Birch, 1954). Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal
sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan
yang kurang disenangi, misalnya beras lebih disenangi dari pada gabah (Yasin, 2009).
S. oryzae lebih menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. S.oryzae tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun dan Pangestiningsih, 1991).
amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat (Sitepu dkk, 2004).
Kandungan zat gizi pada bahan makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan populasi S. oryzae dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Pada Jenis Pangan
*%BDD: Persen Bahan makanan yang dapat dimakan
(Deptan, 2006).
Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, dan merupakan pangan tradisional atau makanan pokok di beberapa daerah. Jagung juga berperan penting dalam perkembangan industri pangan. Hal ini ditunjang dengan teknik budi daya yang cukup mudah dan
berbagai varietas unggul. Kandungan nutrisi jagung tidak kalah dengan
fungsional seperti serat pangan, unsur Fe, dan beta-karoten (pro vitamin A) (Suarni dan Firmansyah 2005).
Kebutuhan Nutrisi Bagi Serangga
juga penting untuk pembentukan membran dan sintesa hormon (Chapman, 1998 dalam Handayani, 2008).
Vitamin yang diperlukan diantaranya adalah provitamin A (Beta karoten) yang merupakan kebutuhan nutrisi dalam pakan untuk semua serangga yang berfungsi untuk pembentukan pigmen. Apabila serangga kekurangan vitamin ini maka akan memperlambat proses pembentukan pigmen dan pergantian kulit, selain itu serangga akan berukuran kecil dan kurang aktif. Vitamin lain yang diperlukan adalah vitamin E yang berfungsi memperbaiki fekunditas dari serangga jenis ngengat dan kumbang (Chapman, 1998 dalam Handayani, 2008).
Serangga akan tumbuh dan berkembang dengan normal apabila mendapatkan pakan dengan jumlah yang cukup baik kualitasnya. Kualitas pakan banyak ditentukan oleh mutu gizi pakan tersebut, sedangkan mutu gizi pakan ditentukan oleh nutrisi yang terkandung didalamnya. Pakan yang dikonsumsi oleh serangga harus memenuhi kebutuhan serangga terhadap nutrisi yang sangat kompleks. Meskipun nutrisi yang diperlukan oleh serangga harus terkandung didalam pakannya namun ada beberapa nutrisi dapat diperoleh dari sumber lain yaitu melalui simbiosis dengan mikroorganisme (Chapman, 1998 dalam Handayani, 2008).
Faktor Kelembaban dan Suhu
kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada RH 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).
Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masing-masing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991).
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15º C ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang (Sitepu dkk, 2004).
Kadar Air Bahan
Kondisi kadar air bahan produk pertanian sangat berpengaruh pada intensitas kerusakan yang sangat mudah. Hasil penelitian Kalshoven (1981) disimpulkan bahwa perkembangan populasi kumbang bubuk sangat cepat jika kadar air bahan simpan lebih dari 15%, sebaliknya bila kadar air bahan diturunkan maka mortalitas serangga besar sehingga perkembangan populasi terhambat. John (1991) mencatat bahwa tingkat mortalitas S. oryzae L. mencapai 75% pada 9,7%, sedang Mas`ud et.al (1996) mencatat kadar air 6,8% dan 10% dapat menghambat laju perkembangan populasi S. oryzae (Yasin, 2009).
Faktor Musuh Alam
Seperti halnya tanaman lain, hama produksi pertanian dalam simpanan juga mempunyai faktor musuh alam yang terdiri atas predator, parasitoid dan patogen. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa apabila keseimbangan antara serangga hama dan musuh alami sepadan, maka tidak akan terjadi peletupan. Pada kasus hama gudang teori ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan acuan mengingat infestasi bahan simpan biasanya paling banyak terjadi pada stadium larva yang mana akan sulit bagi serangga predator untuk melakukan searching terhadap serangga target. Musuh alam untuk hama gudang yang berbentuk predator misalnya cecak dan tokek yang memangsa serangga dewasa dalam gudang, juga
kumbang Necrobia rufifes dan larva Omphrate fenestralis dan Omphrate glabrifrons. Musuh alam yang berbentuk parasitoid misalnya
Anisopteromalus calandrae, yang memarasit hama larva bubuk, Exidechtinis conescens yang memarasit hama gudang ordo Coleoptera, sedangkan
Anisopteromalus calandrae (Howard, 1881) adalah serangga parasitoid yang terkenal dan efektif untuk hama gudang, sebagian besar berasal dari ordo Coleoptera (Peck 1963, Boucek & Rasplus 1991, Quicke 1997 dalam Timokhov dan Gokhman, 2003).
Anisopteromalus calandrae adalah serangga yang menguntungkan sebagai musuh alami penting dari kumbang Sitophilus (Badgley, 2006).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan pangan nasional dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor. Namun karena jumlah penduduk terus bertambah dan tersebar di banyak pulau maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan rentannya ketahanan pangan sehingga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Oleh sebab itu, beras dan jagung tetap menjadi komoditas strategis dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, sehingga menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Berkembangnya industri makanan telah memberikan konsep kerja dan pendapatan bagi jutaan rumah tangga di Indonesia. Namun untuk mencapai sasaran tersebut banyak kendala yang ditemui, salah satu diantaranya adalah faktor penanganan pasca panen yang tidak tepat. Diketahui bahwa penyimpanan merupakan salah satu mata rantai pasca panen yang sangat penting (Lopulalan, 2010).
Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Di dalam pembangunan nasional komoditi ini mempunyai peranan strategis, karena mempunyai peran yang besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Karena itu, beras akan selalu menjadi perhatian dalam ketersediaan dan distribusinya sorotan. Karena beras merupakan sumber utama bagi kebutuhan kalori (Manaf dkk., 2005).
bentuk biji pipilan, sedikit sekali yang disimpan dalam bentuk klobot. Dengan kadar air basis kering biji antara 11-13 %, biji jagung masih sangat rentan terhadap infestasi serangga hama gudang ( Copeland, 1976 ) melaporkan bahwa kehilangan hasil oleh infestasi hama gudang dalam proses penyimpanan bervariasi antara 9,6-20,2 % (Masmawati, 2002).
Kehilangan yang bersifat kwantitatip pada umumnya disebabkan karena
serangan tikus dan serangga-serangga gudang antara lain Sitophilus oryzae L., Sitophilus Cerealella Oliv., Rhyzopertha dominica F. dan lain-lain, sedangkan
kehilangan yang bersifat kwalitatif pada umumnya disebabkan karena kontruksi
bangunan penyimpanan kurang memenuhi syarat atau gabah yang disimpan belum mencapai kekeringan yang memenuhi syarat (14%) (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1985).
Sebagai contoh susut kwalitatif misalnya penurunan mutu dan kerusakan atau kehilangan bagian-bagian yang bergizi dan zat-zat kimiawi yang berguna lainnya. Asean productivity Organization (APO) memperkirakan besar susut gabah/beras di negara sedang berkembang di Asia sekitar 5-15% akibat tumpah/tercecer, serangan insekta, burung, tikus dan lain-lain, yang terjadi selama penyimpanan dan distribusi. Pada tahun 1970 Bulog memperkirakan besar susut
bobot komoditi beras sekitar 25%, yang terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu penyimpanan (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan,
Salah satu aspek yang perlu diteliti sehubungan dengan peningkatan produksi pada padi-padi an dan jagung dan berkembangnya industri makanan adalah standardisasinya (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1985).
Secara alami kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tersebut antara lain jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai gizinya, kadar airnya, warna dan tingkat kekerasan kulit (Saenong dan Hipi, 2005).
Populasi hama gudang dapat mencapai tingkat yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi baik berupa susut bobot maupun susut mutu, seperti penurunan daya kecambah benih, perubahan warna dan rasa, penurunan nilai gizi, serta kontaminasi oleh kotoran dan bagian tubuh serangga. Maka dari itu perlu dilakukannya pengendalian hama dengan tujuan melindungi produk makanan dari serangan hama gudang karena selama manusia menyimpan produk-produk pangan selama itu pula hama gudang akan ada (Septripa, 2009).
Hama gudang dapat menyerang setiap waktu, kerusakan yang dikarenakan serangan hama gudang dapat menurunkan kualitas beras. Serangga utama yang merupakan hama dalam penyimpanan beras adalah dari ordo Lepidoptera (Tenebrionidae) dan dari ordo Coleoptera (Curculionidae). Salah satu hama
utama dari ordo Coleoptera adalah kumbang beras (S. oryzae L.) (Winarno, 1993 dan Kartasapoetra, 1994).
Kepadatan populasi hama berhubungan erat dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan. Hama bahan simpan umumnya merupakan hama langsung,
Dengan adanya latar belakang ini maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui populasi S. oryzae L. dengan menggukan tekstur butiran beberapa komoditi. Dengan demikian dapat diketahui potensi populasi S. oryzae L. Yang merusak hasil dari produk bahan pangan.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Tekstur Butiran Pada Beberapa Komoditas Terhadap Jumlah Populasi Hama Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Di Laboratorium.
Hipotesis Penelitian
1. Pulut putih paling tinggi populasi S. Oryzae L. dari pada perlakuan lainnya.
2. Pada tekstur butiran sangat disukai hama kutu bubuk S. oryzae L. dari pada tekstur tepung.
3. Ada pengaruh tekstur permukaan pada biji-bijian terhadap perkembangbiakan S. oryzae L.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
ABSTACT
Sri Wulandari, “The Effect of Grain Texture On Several Comodities To The numbers Population Of Sitophylus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
Pests In Laboratory” guided by Ir. Syahrial Oemry, MS. And Ir. Yuswani Pengestiningsih, MS. This reseach aims to know The Effect of
Grain Texture On Several Comodities To The numbers Population Of Sitophylus oryzae L. This research is done in aboratory of Perum Bulog
Kantor Divre SUMUT Medan since January-March 2013. This research uses Completely Randomed Plan with 8 treatments and 3 tests.
ABSTRAK
Sri Wulandari, “Pengaruh Tekstur Butiran Pada Beberapa Komoditas
Terhadap Jumlah Populasi Hama Sitophylus oryzae L. (Coleoptera:
Curculionidae) Di Laboratorium” dibawa bimbingan Ir. Syahrial Oemry MS. dan Ir. Yuswani Pangestiningsih MS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekstur butiran pada beberapa komoditas terhadap jumlah populasi hama Sitophylus oryzae L. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perum Bulog Kantor Divre SUMUT Medan sejak bulan Januari-Maret 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan P5; P7; P1; P3 sebesar 165,33; 163,33; 150,00; 78,67 ekor, pada perlakuan tersebut sangat mempengaruhi perkembangbiakan S. oryzae. Sedangkan pada tekstur halus pada tepung menunjukkan penurunan jumlah populasi pada perlakuan P2; P4; P6; P8 sebesar 8,33; 8,33; 10,00; 10,00. Tekstur permukaan pada tiap jenis pakannya sangat mempengaruhi perkembangbiakan hama bubuk S. oryzae.
Kata kunci: Tekstur media, S. oryzae.
PENGARUH TEKSTUR BUTIRAN PADA BEBERAPA KOMODITAS
TERHADAP JUMLAH POPULASI HAMA Sitophylus oryzae L.
(Coleoptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM
S K R I P S I
OLEH :
SRI WULANDARI 080302009
HPT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH TEKSTUR BUTIRAN PADA BEBERAPA KOMODITIAS
TERHADAP JUMLAH POPULASI HAMA Sitophylus oryzae L.
(Coleoptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM
S K R I P S I
OLEH :
SRI WULANDARI 080302009
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Syahrial Oemry, MS.) (Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. Ketua Anggota
)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTACT
Sri Wulandari, “The Effect of Grain Texture On Several Comodities To The numbers Population Of Sitophylus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
Pests In Laboratory” guided by Ir. Syahrial Oemry, MS. And Ir. Yuswani Pengestiningsih, MS. This reseach aims to know The Effect of
Grain Texture On Several Comodities To The numbers Population Of Sitophylus oryzae L. This research is done in aboratory of Perum Bulog
Kantor Divre SUMUT Medan since January-March 2013. This research uses Completely Randomed Plan with 8 treatments and 3 tests.
ABSTRAK
Sri Wulandari, “Pengaruh Tekstur Butiran Pada Beberapa Komoditas
Terhadap Jumlah Populasi Hama Sitophylus oryzae L. (Coleoptera:
Curculionidae) Di Laboratorium” dibawa bimbingan Ir. Syahrial Oemry MS. dan Ir. Yuswani Pangestiningsih MS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekstur butiran pada beberapa komoditas terhadap jumlah populasi hama Sitophylus oryzae L. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perum Bulog Kantor Divre SUMUT Medan sejak bulan Januari-Maret 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan P5; P7; P1; P3 sebesar 165,33; 163,33; 150,00; 78,67 ekor, pada perlakuan tersebut sangat mempengaruhi perkembangbiakan S. oryzae. Sedangkan pada tekstur halus pada tepung menunjukkan penurunan jumlah populasi pada perlakuan P2; P4; P6; P8 sebesar 8,33; 8,33; 10,00; 10,00. Tekstur permukaan pada tiap jenis pakannya sangat mempengaruhi perkembangbiakan hama bubuk S. oryzae.
Kata kunci: Tekstur media, S. oryzae.
RIWAYAT HIDUP
Sri Wulandari lahir pada tanggal 01 Oktober 1990 di Tanah Raja IV dari Ayahanda Suprianto dan Ibunda Sariana. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu:
- Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Harapan Bunut di Kisaran Barat.
- Tahun 2005 lulus dari Sekolah Madrasa Tsanawiyah (MTs) Manbaul Hidayah di Kisaran Barat.
- Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Tri Yadikayasa di Bandar Pulau.
- Tahun 2008 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
Pendidikan informal yang pernah di tempuh di antaranya :
- Tahun 2008 mengikuti seminar Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional FP USU ’’Motivation Training’’.
- Tahun 2010 mengikuti seminar Syngenta, dengan tema ”How do we feed a growing population”.
- Tahun 2012 mengikuti Seminar Nasional Dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tema “Pertanian Presisi Menuju Pertanian Berkelanjutan”
- Tahun 2012-2013 menjadi asisten Laboratorium Hama dan Penyakit Pasca Panen di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera utara, Medan.
- Tahun 2013 melaksanakan penelitian di Laboratorium Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu:
- Tahun 2008 - 2012 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul Skripsi ini yaitu “ Pengaruh Tekstur Butiran Pada
Beberapa Komoditas Terhadap Jumlah Populasi Hama Sitophylus oryzae L.
(Coleoptera: Curculionidae) Di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen pembimbing Ir. Syahrial Oemry, MS. selaku ketua dan Ir. Yuswani Pangestiningsi, MS. selaku anggota yang telah banyak membantu dan
membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk membangun demi kesempurnaan Skripsi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Imago S.oryzae L. (ekor) ... 22 Persentase Penurunan Bobot akhir (%) ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 30 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1. Telur, Larva, Pupa S. oryzae L. ... 5
2. Larva S. oryzae L. ... 6
3. Pupa S. oryzae L. ... 6
4. Imago S. oryzae L. ... 7
5. Gejala kerusakan S. oryzae L. Pada jagung ... 9
DAFTAR TABEL
No Keterangan Tabel Halaman
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Pada Jenis Pangan ... 11 Tabel 2. Jumlah Imago S. oryzae (ekor) dari berbagai media pakan yang
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
Lampiran 1. Jumlah Imago S. oryzae 2 MSA (ekor) ... 36
Lampiran 2. Jumlah Imago S. oryzae 4 MSA (ekor) ... 38
Lampiran 3. Jumlah Imago S. oryzae 6 MSA (ekor) ... 40
Lampiran 4. Persentase Penurunan Bobot Akhir (%) ... 44
Lampiran 5. Kadar Air Awal Pada Bahan Uji ... 46
Lampiran 6. Kadar Air Akhir Pada Bahan Uji ... 46