PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI
RSUD. DR. PIRNGADI
Oleh:
PREVISHA KALIAHPAN 070100277
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI
RSUD. DR. PIRNGADI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
PREVISHA KALIAHPAN 070100277
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Perubahan Kadar Ureum Dan Kreatinin Sebelum Dan Sesudah Hemodialisis
Pada Penderita Gagal Ginjal Di RSUD. DR. Pirngadi
Nama : Previsha Kaliahpan
NIM : 070100277
Pembimbing Penguji
(dr. Tapisari Tambunan, Sp.PK) (dr. Almaycano Ginting, M.Kes)
(dr. Nuraiza Mutia, M.BioMed)
Medan, 14 Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
Faultas Kedokteran
Dekan
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :
Perubahan kadar Ureum dan Kreatinin Sebelum danSesudah Hemodialisis pada
Penderita Gagal Ginjal di RSUD.DR.Pringadi
Yang dipersiapkan oleh :
PREVISHA KALIAHPAN
070100277
Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar
Hasil
Medan, 14 Disember 2010
Disetujui,
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Latar Belakang : Peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah adalah
manifestasi klinis yang paling utama pada penderita gagal ginjal. Oleh sebab itu, hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang paling tepat untuk menurunkan kadar ureum dan kreatinin dalam darah penderita.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif dengan
design penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menentukan kadar ureum dan kreatinin penderita gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisis di Instalasi Hemodialisis di RSUD. DR. Pringadi. Data diperoleh dengan cara mengambil sampel darah sebanyak 3cc dari jalur arteri pada 73 orang penderita gagal ginjal sebelum dan sesudah mereka menjalani terapi hemodialisis. Sampel darah yang diambil, telah dihantar ke laboratorium patologi klinis untuk memperoleh kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah HD. Setelah mendapatkan hasil. Data diolah dengan SPSS versi 17.0.
Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya perubahan kadar ureum dan kreatinin yang
bermakna dalam penurunan kadar kreatinin dan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal di RSUD. DR. Pirngadi, Medan.
Hasil Penelitian : Berdasarkan uji statistik T-Paired dengan CI = 95% dan α = 0,05,
terbukti bahwa terdapat perubahan pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis. Perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis adalah sebesar 57,4%, manakala kreatinin pula sebesar 88,32%.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Hα diterima karena telah dibuktikan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis.
ABSTRACT
Introduction : Increasement in ureum and creatinine level in blood are the main
clinical manifestations of a kidney failure patient. Therefore, hemodialysis is the best choice of therapy to decrease ureum and creatinine level in blood.
Method : This is a cross sectional survey research done in an analytic discriptive
manner to know the changes of ureum and creatinine level before and after hemodialysis in kidney failure patients in Hemodialysis Instalation of RSUD. DR. Pirngadi. Data’s collected by taking 3cc of blood sample from 73 kidney failure patient’s artery before and after hemodialysis. Then the blood samples were sent to pathology clinic laboratory to get the results of ureum and creatinine level in blood. The data is entered into computer programme called SPPS version 17,0.
The purpose of this research is to know whether there are changes in ureum and creatinine level before and after hemodialysis in kidney failure patients in RSUD. DR. Pirngadi, Medan.
Results : Based on T-Paired Test with CI = 95% and α = 0,05, it is proven that
there are changes in ureum and creatinine level before and after hemodialyisis. The difference of ureum level before and after hemodialysis is 57,4% whereas for creatinine is 88,32%.
Disscussion: In conclusion, based on the results outcome, Hα is accepted because it is clearly proved that there are changes in ureum and creatinine level in blood before and after hemodialysis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Proposal Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Perubahan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan
sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal RSUD. DR. Pringadi”
berhasil diselesaikan.
Di dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis
mendapat banyak bantuan bail dari segi moral, materil dan spiritual dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
stinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar
A. Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. dr. Tapisari Tambunan (Sp.PK), selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen mata kuliah Community Research
Program yang sudi membantu sewaktu penulis mengalami kesulitan
dalam proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis
baik bersifat materi maupun non materi.
5. Teman-teman penulis yang ikut memberi ide dan saling memberi
motivasi sehingga dapat selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis sadar bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Demikian dan terima kasih. Medan, 03
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan .……… i
Abstrak ……… ii
Abstract ………... iii
Kata Penghantar ….……… iv
Daftar Isi ……….. …... vi
Daftar Tabel ……… vii
BAB 1 PENDAHULUAN ..……… …... 1
1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………. 2
1.3. Tujuan Penelitian ………. 2
1.4. Manfaat Penelitian ……….. …... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. …... 4
2.1. Pengertian ginjal ………... 4
2.1.1. Pengertian ginjal ……… 4
2.2. Gagal Ginjal ………. 5
2.2.1. Definisi ……… …... 5
2.2.2. Epidemiologi ………... 5
2.2.3. Etiologi ………... 6
2.2.4. Klasifikasi ………... 8
2.2.5. Patofisiologi ……….... 9
2.2.6. Gambaran Klinis dan Diagnosis ………. 10
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang Laju Filtrasi Glomerulus... 11
2.2.7.1. Ureum ……….. 12
2.2.7.2. Kreatinin ……….. 13
2.3. Hemodialisis ………. 14
2.3.1. Pengertian Hemodialisis ………. 15
2.3.2. Tujuan Hemodialisis ………... 15
2.3.2.1 Alasan Melakukan Hemodialsis ………... 15
2.3.3. Proses Hemodialisis ……….. 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 17
3.1. Kerangka Konsep ………. 17
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ……… 18
3.3. Hipotesis ……… 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 19
4.1. Jenis Penelitian ………. 19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 1
4.2.1. Lokasi Penelitian ………. 19
4.2.2. Waktu Penelitian ………. 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 19
4.3.1. Populasi ……… 19
4.3.2. Sampel ………. 19
4.3.2.1. Cara Pemilihan Sampel ………. 20.
4.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ……… 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 22
5.1.Hasil Penelitian ……….. 22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 22
5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian ……… 22
5.1.3. Hasil Analisa Data ………. 22
5.1.3.1..Perubahan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis ………. 23
5.1.3.2. Perubahan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis ………. 24
5.2.Pembahasan ……… 25
5.2.1. Perubahan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis ……… 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 27
6.1. Kesimpulan ……… 27
6.2. Saran ……….. 27
DAFTAR PUSTAKA ……….... 28
D AFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur 22
5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 23
5.3. Uji T-paired dalam menentukan perubahan kadar
ureum sebelum dan sesudah hemodialisis 23
5.4. Uji T-paired dalam menentukan perubahan kadar
ABSTRAK
Latar Belakang : Peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah adalah
manifestasi klinis yang paling utama pada penderita gagal ginjal. Oleh sebab itu, hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang paling tepat untuk menurunkan kadar ureum dan kreatinin dalam darah penderita.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif dengan
design penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menentukan kadar ureum dan kreatinin penderita gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisis di Instalasi Hemodialisis di RSUD. DR. Pringadi. Data diperoleh dengan cara mengambil sampel darah sebanyak 3cc dari jalur arteri pada 73 orang penderita gagal ginjal sebelum dan sesudah mereka menjalani terapi hemodialisis. Sampel darah yang diambil, telah dihantar ke laboratorium patologi klinis untuk memperoleh kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah HD. Setelah mendapatkan hasil. Data diolah dengan SPSS versi 17.0.
Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya perubahan kadar ureum dan kreatinin yang
bermakna dalam penurunan kadar kreatinin dan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal di RSUD. DR. Pirngadi, Medan.
Hasil Penelitian : Berdasarkan uji statistik T-Paired dengan CI = 95% dan α = 0,05,
terbukti bahwa terdapat perubahan pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis. Perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis adalah sebesar 57,4%, manakala kreatinin pula sebesar 88,32%.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Hα diterima karena telah dibuktikan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis.
ABSTRACT
Introduction : Increasement in ureum and creatinine level in blood are the main
clinical manifestations of a kidney failure patient. Therefore, hemodialysis is the best choice of therapy to decrease ureum and creatinine level in blood.
Method : This is a cross sectional survey research done in an analytic discriptive
manner to know the changes of ureum and creatinine level before and after hemodialysis in kidney failure patients in Hemodialysis Instalation of RSUD. DR. Pirngadi. Data’s collected by taking 3cc of blood sample from 73 kidney failure patient’s artery before and after hemodialysis. Then the blood samples were sent to pathology clinic laboratory to get the results of ureum and creatinine level in blood. The data is entered into computer programme called SPPS version 17,0.
The purpose of this research is to know whether there are changes in ureum and creatinine level before and after hemodialysis in kidney failure patients in RSUD. DR. Pirngadi, Medan.
Results : Based on T-Paired Test with CI = 95% and α = 0,05, it is proven that
there are changes in ureum and creatinine level before and after hemodialyisis. The difference of ureum level before and after hemodialysis is 57,4% whereas for creatinine is 88,32%.
Disscussion: In conclusion, based on the results outcome, Hα is accepted because it is clearly proved that there are changes in ureum and creatinine level in blood before and after hemodialysis.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital yang berfungsi
untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, konsentrasi elektrolit dalam darah
dan keseimbangan asam basa serta sekresi bahan buangan. Apabila ginjal gagal
melakukan fungsinya, penderita akan memerlukan perawatan segera (Pearce, 1999).
Menurut Rahardjo (1996) mengatakan bahwa jumlah penderita gagal ginjal
kronis yang menjadi gagal ginjal terminal terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Laporan Sidabutar menunjukkan bahwa
di Indonesia jumlah dialysis meningkat secara pasti setiap tahunnya, dari sebanyak
389 kali pada tahun 1980 menjadi 4,487 pada tahun 1986 (Sidarbutha dalam Lubis,
1991). Di Medan, angka meningkat dari 100 kali pada tahun 1982 menjadi 1100
pada tahun 1990 (Nasution dalam Lubis, 1991).(Lubis A.J).
Yang disebut gagal ginjal terminal adalah keadaan dimana ginjal sudah tidak
dapat menjalankan fungsinya lagi. Ginjal tersebut tidak dapat diperbaiki sehingga
pengobatan yang paling meungkin dilakukan adalah dengan melakukan dialysis
setiap jangka waktu tertentu atau transplantasi (Pearce,1995). Penderita yang
didiagnosa mengalami gagal ginjal terminal akan tetapi tidak menjalani transplantasi
maka seumur hidupnya ia akan bergantung pada alat dialisis untuk menggantikan
fungsi ginjalnya.
Dialisis adalah suatu tindakan terapi pada perawatan gagal ginjal terminal.
Tindakan ini sering juga disebut terapi pengganti karena berfungsi menggantikan
sebahagian fungsi ginjal (Rahardjo, 1992; Terapi pengganti yang sering dilakukan
adalah hemodialisis dan peritonealdialisis (Kartono, Darmarini & Roza, 1992).
metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis
(Peterson, 1995; Kartono, Darmarini & Roza, 1992). (Lubis A.J)
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah terdapat perubahan kadar ureum dan kreatinin
sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien gagal ginjal di RS. Umum Daerah
DR. Pirngadi, Medan? ”
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui adanya perubahan kadar ureum dan kreatinin yang bermakna
dalam penurunan kadar kreatinin dan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada
penderita gagal ginjal di RS. Umum Daerah DR. Pirngadi, Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kadar rata-rata ureum pada pasien gagal ginjal sebelum melakukan
hemodialisis.
2. Mengetahui kadar rata-rata ureum pada pasien gagal ginjal setelah melakukan
hemodialisis.
3.Mengetahui kadar rata-rata kreatinin pada pasien gagal ginjal sebelum melakukan
hemodialisis.
4. Mengetahui kadar rata-rata kreatinin pada pasien gagal ginjal setelah melakukan
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi peneliti
Menambahkan pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang penyakit
gagal ginjal sehubungan dengan itu perubahan kadar ureum dan kreatinin sebelum
dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal.
2. Bagi para klinis dan perawat
Sebagai sumber informasi kepada para klinis dan perawat di tentang
perubahan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis pada
BAB 2
TINJAUAN PUSAKA
2.1. Fisiologi ginjal 2.1.1. Pengertian
Ginjal terletak secara retroperitoneal pada bagian posterior dinding
abdominal pada setiap sisi kolumnar vertebra diantara T12 - L3. Ginjal kanan
terletak lebih rendah sedikit berbanding ginjal kiri karena hati terletak di bagian
kanan. Areteri renal bercabang dari aorta abdominal. Arteri renal kanan lebih
panjang berbanding arteri renal kiri. Setiap arteri renal bercabang menjadi 5 arteri
segmental sehingga memasuki hilus. Dari sinus renal, arteri segmental bercabang
menjadi beberapa arteri lobar yang terdapat pada kolumnar renal. Arteri ini
bercabang lagi menjadi arkuata dan areteri interlobular. Arteriol aferen yang
bercabang daripada arteri interlobular akan membentuk glomerulus. Manakala vena
interlobular akan bergabung membentuk vena arkuate dan seterusnya membentuk
vena interlobar yang akan bergabung menjadi vena renal yang membawa darah ke
jantung via vena kava.
Ginjal memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan
menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan
menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah,
dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah.
Ginjal mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh,
konsentrasi dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potassium, dan
keseimbangan asam-basa dari tubuh. Ginjal menyaring produk-produk sisa dari
DNA. Dua produk sisa dalam darah yang dapat diukur adalah blood urea nitrogen
(BUN) dan kreatinin (Cr).
Ketika darah mengalir ke ginjal, sensor-sensor dalam ginjal memutuskan
berapa banyak air dikeluarkan sebagai urin, bersama dengan konsentrasi apa dari
elektrolit-elektrolit. Contohnya, jika seseorang mengalami dehidrasi dari latihan
olahraga atau dari suatu penyakit, ginjal akan menahan sebanyak mungkin air dan
urin menjadi sangat terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam tubuh, urin adalah
jauh lebih encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol oleh renin, suatu
hormon yang diproduksi dalam ginjal yang merupakan sebagian daripada sistem
regulasi cairan dan tekanan darah tubuh (Ganong W.F.).
2.2.Gagal ginjal 2.2.1 Definisi
Gagal ginjal dapat terjadi dari suatu situasi akut atau dari persoalan -
persoalan kronis. Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya
peningkatan hasil metabolit seperti ureum dan kreatinin.
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif
dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (KMB,
Vol 2 hal 1448).
2.2.2. Epidemiologi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat
progresif dan dapat menyebabkan kematian pada sebagian besar kasus stadium
terminal GGK. Apabila penyakit GGK seseorang telah mencapai stadium berat atau
adalah dialisis dan yang paling baik dengan transplantasi ginjal. Penyakit gagal
ginjal kronik ini merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang
dewasa. Sekiranya tanpa pengendalian yang tepat dan cepat, pada tahun 2015
penyakit ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta penduduk
dunia.
Penyakit ginjal stadium terminal merupakan penyebab utama dari morbiditas
dan mortalitas di Amerika Serikat. Hampir satu dari 10.000 orang per tahun
mengalami penyakit ginjal stadium terminal. Pada tahun 1986 program penyakit
ginjal stadium terminal dari Health Care Financing Administration (HCFA)
Medicare mencakup 114. 859 pasien dengan biaya hampir 3 milyar dollar per tahun.
Pada 1984 dilakukan hampir 7000 tranplantasi ginjal, sedangkan pasien-pasien
lainnya menjalani hemodialisis atau dialisis peritoneal. Penyakit ginjal stadium
terminal merupakan program penyakit kronik yang terbesar di banyak negara.
Menurut penelitian Feest dan kawan-kawan Devon dan Northwest, insiden
penyakit ginjal stadium terminal berkisar 148 dari 1000.000 orang per tahun.
Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita gagal ginjal bisa dilihat dari data
kunjungan ke poliklinik ginjal dan banyaknya penderita yang menjalani cuci darah
(hemodialisis). Dari data dari wilayah Jabar dan Banten dua tahun terakhir ini, bisa
terlihat peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis. Pada tahun 2007
tercatat hanya 2148 pasien dan meningkat menjadi 2260 pada tahun 2008. Dari
jumlah itu, sekitar 30 persen pasien berusia produktif, yakni kurang dari 40 tahun. Hasil
penelitian Khan dan kawan-kawan di Grampian, insiden penyakit ginjal stadium
terminal berkisar 130 dari 1000.000 orang per tahun.
2.2.3. Etiologi
Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang secara cepat. Daftar dari
Faktor prerenal
Faktor ini adalah disebabkan oleh pengaliran darah ke ginjal yang berkurang.
Contoh-contoh dari penyebab prerenal adalah hipovolemia yang disebabkan oleh
kehilangan darah, dehidrasi dari kehilangan cairan tubuh akibat muntah, diare,
berkeringat, dan demam, konsumsi cairan yang sedikit sekali, konsumsi obat seperti
diuretik (water pills) yang mungkin menyebabkan kehilangan air yang berlebihan
serta obstruksi pengaliran darah ke ginjal yang disebabkan oleh halangan dari arteri
atau vena renal.
Faktor renal
Faktor renal merupakan kerusakan secara langsung pada ginjal sendiri. Ini
termasuk sepsis yang memicu kepada peradangan pada ginjal dimana fungsi ginjal
menjadi tidak adekuat. Ini adalah disebabkan oleh pengambilan obat-obatan yang
mengakibatakan keracunan pada ginjal. Antara obatnya adalah obat anti peradangan
nonsteroid seperti ibuprofen dan naproxen serta yang lain-lain adalah antibiotik
seperti aminoglycosides [gentamisin (Garamycin), tobramycin], lithium (Eskalith,
Lithobid), obat-obatan yang mengandung iodine seperti yang disuntikan untuk studi
radiologi dengan dye (zat pewarna). Selain itu Rhabdomyolysis adalah salah satu
faktor renal yang menyebabkan gagal ginjal akut. Ini adalah suatu situasi dimana
terjadi penguraian otot yang disignifikasi dalam tubuh, dan produk-produk
degenerasi dari serat otot menyumbat pada sistem penyaringan di ginjal. Ini sering
terjadi karena trauma dan luka. Glomerulonefritis akut atau peradangan glomeruli
ginjal merupakan satu faktor gagal ginjal. Antara penyakit dapat menyebabkan
peradangan ini adalah
Faktor post renal
Ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pengaliran urin yaitu
obstruksi dari kantung kemih atau ureter yang menyebabkan tekanan karena tidak
ada tempat untuk pengaliran urin ke luar. Ketika tekanan meningkat ia turut
mengefek ginjal. Hipertrofi prostat turut mengobstruksi uretra dan menghalang
kantung kemih dari mengosong. Batu-batu ginjal juga dapat memicu kepada
obstruksi saluran kemih (Harsh Mohan).
Gagal ginjal kronis berkembang melalui waktu berbulan-bulan dan
bertahun-tahun. Penyebab-penyebab yang paling umum dari gagal ginjal kronis
dihubungkan pada diabetes yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol serta glomerulonefritis kronik. Di antara penyebab-penyebab yang tidak
umum adalah penyakit ginjal polikistik, refluks nefropati, batu di ginjal dan kanker
prostat (Harsh Mohan).
2.2.4. Klasifikasi
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National
Kidney Foundation (NKF) mengklasifikasikan tahap penyakit gagal ginjal kronis
kepada berikut:
• Tahap 1: kerusakan ginjal dengan (LFG normal atau > 90 mL/min/1.73 m 2
• Tahap 2: penurunan ringan pada (LFG: 60-89 mL/min/1.73 m
)
2 • Tahap 3: penurunan sedang pada (LFG: 30-59 mL/min/1.73 m )
2 • Tahap 4: penurunan berat di (LFG: 15-29 mL/min/1.73 m
)
2 • Tahap 5: gagal ginjal (LFG <15 mL/min/1.73 m 2 atau dialisis)
2.2.5. Patofisiologi
Gambaran umum perjalanan gagal ginjal dapat diperoleh dengan melihat
hubungan antara bersihan kreatinin dan kecepatan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
sebagai persentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar blood
urea nitrogen (BUN) dengan rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit
ginjal kronik.
Perjalanan umum gagal ginjal dapat dibagi menjadi empat stadium. Stadium
ringan dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum
dan kadar BUN adalah normal dan penderita asimptomatik.
Dalam stadium sedang berlaku insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak. Pada tahap ini, kadar BUN mulai meningkat
diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda karena
tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum
juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila
penderita misalnya mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi.
Pada stadium insufisiensi ginjal ini gejala-gejala nokturia dan poliuria mulai timbul.
Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal ginjal
stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90%
dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih
utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar
BUN akan meningkat dengan mendadak sebagai respons terhadap LFG yang
mengalami sedikit penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai
merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi
isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010. Penderita
biasanya menjadi oligouria (pengeluaran kemih kurang dari 500 ml/hari) karena
ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom
uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
2.2.6. Gambaran Klinis dan Diagnosis
Manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal banyak terdapat pada seluruh
sistem organ tersebut. Hal ini disebabkan karena organ ginjal memegang peranan
yang penting dalam tubuh yaitu sebagai organ yang mengekskresikan seluruh
sisa-sisa hasil metabolisme. Secara umum pasien tersebut akan mengalami kelelahan dan
kegagalan pertumbuhan. Pada inspeksi ditemukan kulit pucat, mudah lecet, dan
rapuh. Sedangkan pada mata ditemukan gejala mata merah dan pada pemeriksaan
funduskopi ditemukan fundus hipertensif.
Gejala sistemik yang dapat ditemukan antara lain hipertensi, penyakit
vaskuler, hiperventilasi, asidosis, anemia, defisiensi imun, nokturia, poliuria, haus,
proteinuria, dan gangguan berbagai organ lainnya. Bahkan pada penderita stadium
lanjut terdapat gangguan fungsi seksual seperti penurunan libido, impoten, amenore,
infertilitas, ginekomastia, galaktore. Tulang dan persendian juga dapat terjadi
gangguan seperti adanya rakhitis akibat defisiensi vitamin D dan juga gout serta
pseudogout. Letargi, tremor, malaise, mengantuk, anoreksia, myoklonus, kejang, dan
koma merupakan manifestasi klinis pada sistem syaraf.
Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang menunjukkan adanya gejala-gejala sistemik seperti gangguan pada sistem
gastrointestinal, kulit, hematologi, saraf dan otot, endokrin, dan sistem lainnya. Pada
anamnesis diperlukan data tentang riwayat penyakit pasien, dan juga data yang
Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalanan klinis
gagal ginjal kronik dan terhadap penanggulangannya. Dalam anamnesis dan
pemeriksaan penunjang perlu dicari faktor-faktor yang memperburuk keadaan gagal
ginjal kronik yang dapat diperbaiki seperti infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus
urinarius, gangguan perfusi dan aliran darah ginjal, gangguan elektrolit, pemakaian
obat nefrotoksik termasuk bahan kimia dan obat tradisional. Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada gagal ginjal kronik antara lain pemeriksaan laboratorium,
EKG, USG, foto polos abdomen, pemeriksaan pyelografi, pemeriksaan foto thorax,
dan pemeriksaan radiologi tulang. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar
kreatinin dan BUN dalam darah diperlukan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal
dengan tepat. Peningkatan kadar kreatinin setiap hari secara progressif merupakan
indikasi gagal ginjal akut. Kadar kreatinin juga merupakan indikator yang baik untuk
menentukan keparahan kerusakan ginjal; semakin tinggi kadar kreatinin semaking
parah kerusakan ginjal (Mark H. Beers)
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Dalam rangka mendapatkan diagnosis yang tepat pada penyakit ginjal sudah
tentu diperlukan kelengkapan data-data yang saling mendukung satu dengan lainnya.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang yang tepat dan terarah sehingga
diagnosis penyakit ginjal yang tepat dapat dipenuhi. Pada pelaksanaan sehari-hari
ada lima bentuk pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi struktur ginjal, yaitu
pemeriksaan serologi, pemeriksaan radiologi, biopsi ginjal, pemeriksaan dipstick
terhadap urin, perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditentukan dengan
memeriksa bersihan dari bahan-bahan yang diekskresikan oleh filtrasi glomerulus.
Pada penyakit gagal ginjal kronik, pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan pemeriksaan
perhitungan laju filtrasi glomerulus. Dalam pemeriksaan perhitungan laju filtrasi
badan, jenis kelamin, dan kreatinin serum. Hal ini berdasarkan formula
Cockcroft-Gault
Estimate Creatinine Clearance in mL/minute
yaitu:
=
(140 − Age) × Weight × Constant
Serum creatinine
Constant untuk laki-laki : 1,23 manakala untuk prempuan : 1,04
a. Ureum
Gugusan amino dicopot dari asam amino bila asam itu didaur ulang menjadi
sebagian dari protein lain atau dirombak dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh.
Amino transferase (transaminase) yang ada diberbagai jaringan mengkatalis
pertukaran gugusan amino antara senyawa-senyawa yang ikut serta dalam
reaksi-reaksi sintesis. Selain itu, deaminasi oksidatif memisahkan gugusan amino dari
molekul aslinya dan gugusan yang dilepaskan itu diubah menjadi amoniak. Amoniak
dihantar ke hati dan disana ia berubah menjadi ureum melalui reaksi-reaksi
bersambung. Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam
cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ia dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Jika
keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap, ekskresi ureum kira-kira 25 gr setiap
hari.
Kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi. Metode penetapan adalah dengan mengukur nitrogen; di Amerika Serikat
hasil penetapan disebut sebagai nitrogen ureum dalam darah (Blood Urea Nitrogen,
BUN). Dalam serum normal konsentrasi BUN adalah 8-25 mg/dl. Nitrogen
menyusun 28/60 bagian dari berat ureum, karena itu konsentrasi ureum dapat
dihitung dari BUN dengan menggunakan faktor perkalian 2,14.
Penetapan ureum tidak banyak diganggu oleh artefak. Pada pria mempunyai
protein, tetapi pangan yang baru saja disantap tidak berpengaruh kepada nilai ureum
pada saat manapun. Jarang sekali ada kondisi yang menyebabkan kadar BUN
dibawah normal. Membesarnya volume plasma yang paling sering menjadi sebab.
Kerusakan hati harus berat sekali sebelum terjadi BUN karena sintesis melemah.
Konsentrasi BUN juga dapat digunakan sebagai petunjuk LFG. Bila
seseorang menderita penyakit ginjal kronik maka LFG menurun, kadar BUN dan
kreatinin meningkat. Keadaan ini dikenal sebagai azotemia (zat nitrogen dalam
darah). Kadar kreatinin merupakan indeks LFG yang lebih cermat dibandingkan
BUN. Hal ini terutama karena BUN dipengaruhi oleh jumlah protein dalam diet dan
katabolisme protein tubuh (LabTechnologist, 2010)
b. Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin disintesis
oleh hati, terdapat hampir semuanya dalam otot rangka; disana ia terikat secara
reversibel kepada fosfat dalam bentuk fosfokreatin, yakni senyawa penyimpan
energi. Reaksi kreatin + fosfat ↔ fosfokreatin bersifat reversibel pada waktu energi dilepas atau diikat. Akan tetapi sebagian kecil dari kreatin itu secara irreversibel
berubah menjadi kreatin yang tidak mempunyai fungsi sebagai zat berguna dan
adanya dalam darah beredar hanyalah untuk diangkut ke ginjal. Nilai normal untuk
pria adalah 0,5 – 1,2 mg/dl dan untuk wanita 0,5 – 1 mg/dl serum. Nilai kreatinin
pada pria lebih tinggi karena jumlah massa otot pria lebih besar dibandingkan jumlah
massa otot wanita.
Banyaknya kreatinin yang disusun selama sehari hampir tidak berubah
kecuali kalau banyak jaringan otot sekaligus rusak oleh trauma atau oleh suatu
penyakit. Ginjal dapat mengekskresi kreatinin tanpa kesulitan. Berkurang aliran
darah dan urin tidak banyak mengubah ekskresi kreatinin, karena perubahan singkat
dalam pengaliran darah dan fungsi glomerulus dapat diimbangi oleh meningkatnya
melalui urin per 24 jam menunjukkan variasi amat kecil; pengukuran ekskresi
kreatinin dalam urin 24 jam tidak jarang digunakan untuk menentukan apakah
pengumpulan urin 24 jam dilakukan dengan cara benar.
Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi ginjal berkurang. Jika
pengurangan fungsi ginjal terjadi secara lambat dan disamping itu massa otot juga
menyusun secara perlahan, maka ada kemungkinan kadar kreatinin dalam serum
tetap sama, meskipun ekskresi per 24 jam kurang dari normal. Ini bisa didapat pada
pasien berusia lanjut kadar BUN yang meningkat berdampingan dengan kadar
kreatinin yang normal biasanya menjadi petunjuk ke arah sebab ureumnya tidak
normal. Ureum dalam darah cepat meninggi daripada kreatinin bila fungsi ginjal
menurun; pada dialisis kadar ureum lebih dulu turun dari kreatinin. Jika kerusakan
ginjal berat dan permanen, kadar ureum terus-menerus meningkat, sedangkan kadar
kreatinin cenderung mendatar. Kalau kreatinin dalam darah sangat meningkat, terjadi
ekskresi melalui saluran cerna (LabTechnologist, 2010).
2.3. Hemodialisis
2.3.1. Pengertian hemodialisis
Dialisis adalah proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan cairan
dari tubuh. Ada 2 metode dialisa, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal
(Wibisino).
Hemodialisis berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau
filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisis menempatkan darah berdampingan dengan
cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi
permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah.
Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui
membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ).
manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat
lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan,
2001).
2.3.2. Tujuan Hemodialisis
Menurut Havens dan Terra (2005) Hemodialisis mempunyai tujuan, antara
tujuannya adalah untuk membuang produk metabolisme protein yaitu urea, kreatinin
dan asam urat, membuang air yang berlebihan dalam tubuh, memperbaiki dan
mempertahankan sistem buffer dan kadar elektrolit tubuh dan juga memperbaiki
status kesehatan penderita.
2.3.2.1. Alasan melakukan dialisis
Dialisis dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan kelainan fungsi otak
(ensefalopati uremik), perikarditis (peradangan kantong jantung), asidosis
(peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
lainnya, gagal jantung serta hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam
darah).
2.3.3. Proses Hemodialisis
Dalam kegiatan hemodialisis terjadi 3 proses utama, yaitu proses difusi,
proses ultrafiltrasi dan proses osmosis. Dalam proses difusi, bahan terlarut akan
berpindah ke dialisat karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat.
Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang
dipindahkan ke dalam dialisat. Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya air
dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
Proses osmosis merupakan proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu
2.3.4. Frekuensi Hemodialisis
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi
sebagian besar penderita menjalani dialisis sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisis
dikatakan berhasil jika penderita kembali menjalani hidup normal, penderita kembali
menjalani diet yang normal, jumlah sel darah merah dapat ditoleransi, tekanan darah
normal dan tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif (Medicastore, 2006).
Dialisis bisa digunakan sebagai terapi jangka panjang untuk gagal ginjal
kronis atau sebagai terapi sementara sebelum penderita menjalani transplantasi
ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisis dilakukan hanya selama beberapa hari atau
beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
2.4. Pengaruh hemodialisis pada ureum dan kreatinin
Berdasarkan beberapa parameter yang sering digunakan sebagai patokan
untuk dilakukan hemodialisis adalah kadar ureum ≥ 20 mg/dL, kadar kreatinin ≥ 8 mg/dL atau kalium ≥ 7 meq/dL.
Kadar ureum dalam darah cepat meninggi daripda kreatinin bila fungsi ginjal
menurun. Pada dialisis kadar ureum lebih dulun menurun berbanding kreatinin. Jika
terjadi kerusakan ginjal berat dan permanen, kadar ureum akan terus meningkat
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Pasien gagal ginjal yang sedang melakukan hemodialisis
Kadar ureum sebelum hemodialisis
Kadar kreatinin sebelum hemodialisis
Hemodialisis
Kadar ureum sesudah hemodialisis
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Pada penelitian ini variable dependen adalah kadar ureum dan kreatinin sesudah
hemodialisis manakala variable independen adalah kadar ureum dan kreatinin
sebelum hemodialisis.
Populasi penelitian ini adalah penderita gagal ginjal adalah pasien gagal ginjal
dengan hemodialisis (HD) yang teratur di RSUD. DR.Pirngadi.
Kadar ureum dan kreatinin sebelum hemodialisis adalah hasil pemeriksaan lab
terhadap darah pasien yang diambil 30 menit sebelum HD dan kadar ureum dan
kreatinin sesudah hemodialisis adalah hasil pemeriksaan lab terhadap darah pasien
yang diambil 15 menit sesudah HD.
Cara ukur dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pemeriksaan ureum dan
kreatinin darah pada .dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah hemodialisis.
Skala ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala numerik.
Alat ukurnya adalah dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium, di mana
pemeriksaan ureum akan dilakukan dengan teknik enzimatik kinetik manakala
pemeriksaan kreatinin dilakukan dengan teknik Jaffe deproteinisasi.
Hasilnya adalah perbedaan pada kadar ureum dan kreatinin antara sebelum dan
sesudah hemodialisis.
3.3. Hipotesis
Ho
H
: Tidak ada perbedaan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah
hemodialisis pada pasien gagal ginjal.
α : Ada perbedaan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif dengan design penelitian
cross sectional yang bertujuan untuk menentukan kadar ureum dan kreatinin
penderita gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisis.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di RS. Umum Daerah DR. Pirngadi, Medan,
Pronpinsi Sumatera Utara.
4.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, sejak peneliti menentukan judul,
menyusun proposal hingga seminar hasil berlangsung sejak bulan Juli 2010 hingga
Disember 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal dengan hemodialisis
teratur yang ditegakkan diagnosanya oleh SMF PD. Unit Nefrologi RS. Umum
Daerah DR. Pirngadi, Medan.
4.3.2. Sampel
Formula penetuan sampel adalah seperti berikut:
d = Z x √p x q x √N – n √n √N - 1
Keterangan :
d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan,
besarnya 0,05 atau 0, 001
Z : Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai
dengan derajat kemaknaan 95%
p : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila
tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p = 0,5
q : 1,0 – p
N : Besarnya populasi
n : Besarnya sampel
Berdasarkan rumus : 0.05 = 1,95 x √0,05 x 0,05 x √90 – n √n √90 - 1 n = 72,99
n = 73
Dari rumus di atas sampel yang diambil adalah sebanyak 73 orang
4.3.2.1. Cara pemilihan sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
Consecutive Sampling yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria
terpenuhi (Sastroasmoro, 2008). Sampel diambil secara kriteria inklusi dan eksklusi
yaitu sebagai berikut:
Kriteria inklusinya adalah pasien gagal ginjal yang mendapat hemodialsis dengan
teratur dan pasien harus setuju untuk mengikuti penelitian ini.
Kriteria esklusinya adalah hemodialisis dilakukan kurang dari 4 jam atau lebih dari 5
jam.
4.4. Teknik pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memperoleh
data dengan cara mengambil sampel darah sebanyak 3cc dari jalur arteri pada 73
orang penderita gagal ginjal 30 menit sebelum mereka menjalani terapi
hemodialisis. Sampel darah tersebut dihantar ke laboratorium unit Patologi Klinik
RSUD. DR. Pirngadi untuk memeriksa kadar ureum dengan taknik enzimatik kinetik
dan memeriksa kadar kreatinin dengan teknik Jaffe deproteinisasi. Prosedur yang
sama dilakukan sesudah pasien selesai dengan terapi hemodialisis, tetapi sampel
darah diambil 15 menit sesudah hemodialis.
4.5. Pengolahan dan Analisis data
Data dari setiap pengukuran kadar kreatinin dan ureum sebelum dan sesudah
hemodialisis akan dicatat dan disajikan dalam bentuk table. Nilai kadar ureum dan
kreatinin sebelum hemodialisis akan dibandingkan dengan sesudah hemodialisis
dengan menggunakan analisis statistik yaitu T-paired test dengan nilai α = 0,05 dan
Confidence Interval (CI) = 95% dan juga dengan menggunakan program computer
SPSS 17.0 (statistical product and service solution). Dari analisis ini akan diperoleh
perubahan pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis pada
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi terletak di Jln. Prof. HM. Yamin,
SH No.47, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara.
5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian
Responden yang mengikuti penelitian ini, adalah sebanyak 73 orang yang
terdiri dari pasien gagal ginjal yang sedang mengikuti terapi hemodialisis di bagian
[image:35.612.110.536.414.569.2]Instalasi Hemodialisis RSUD. DR Pringadi.
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan umur
Umur Frekuensi Persentase (%)
21 – 30 4 5.5
31 – 40 12 16.4
41 – 50 19 26.0
51 – 60 25 34.2
61 - 70 13 17.8
Jumlah 73 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebaran responden menurut usia
mayoritas adalah dalam lingkungan 51 – 60 tahun yaitu berjumlah 25 orang (34,2
%). Responden yang paling muda berusia dalam lingkungan 21 – 30 tahun yaitu
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 27 37.0
Laki – laki 46 63.0
Jumlah 73 100
Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat pada tabel 5.2. Sebagian
besar responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 46 orang ( 63%) dan selebihnya
adalah perempuan yaitu sebanyak 27 orang (37%).
5.1.3. Hasil Analisa Data
5.1.3.1. Perubahan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis
Hasil perubahan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis dapat dilihat
tabel 5.3. Hasil ini diperoleh dengan menggunakan uji T-paired dengan CI = 95%
[image:36.612.108.533.533.664.2]dan α = 0,05 melalui program komputer SPSS versi 17.0
Tabel 5.3. Uji T-paired dalam menentukan perubahan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis
Kadar ureum
Mean Std
deviation
CI P value = Sig. (2-tailed)
T N
Pre tes 129.79 35.266 95% 0.000 - 73
Post tes 55.18 29.921 95% 0.000 - 73
Pre - post 74.616 (57.4%)
Berdasarkan significance level yaitu α = 0,05; critical value(s) = ± t a /2, df
= nd -1 = ± t 0025, df = 72 = ± 1,993. Daripada output yang diperoleh T = 77,571
dengan df = 72, nilai p = Sig. (2- tailed) = 0.000. Disebabkan T = 77,571 ≥ 1,993 (nilai p ≈ 0,000 ≤ 0,05 α), hipotesis alternative diterima. Pada significance level, α = 0,05, ternyata ada bukti yang menunjukkan bahwa terdapat penurunan dalam
rata-rata kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis yaitu sebanyak 57,4%.
5.1.3.2. Perubahan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis
Hasil perubahan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis dapat
dilihat tabel 5.4. Hasil ini diperoleh dengan menggunakan uji T-paired dengan CI =
[image:37.612.108.534.416.545.2]95% dan α = 0,05 melalui program komputer SPSS versi 17.0.
Tabel 5.4. Uji T-paired dalam menentukan perubahan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis
Kadar kreatinin
Mean Std
deviation
CI P value = Sig. (2-tailed)
T N
Pre tes 11.558 4.321 95% 0.000 - 73
Post tes 1.3478 1.214 95% 0.000 - 73
Pre - post 10.2100 (88.32%)
3.699 - - 28.583 73
Berdasarkan significance level yaitu α = 0,05; critical value(s) = ± t a /2, df
= nd -1 = ± t 0025, df = 72 = ± 1,993. Daripada output yang diperoleh T = 23,583
rata-5.2. Pembahasan
5.2.1. Perubahan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis
Ureum digunakan untuk menentukan tingkat keparahan status uremia
penderita, menentukan hemodialisis (BUN serum > 40 mmol/l atau lebih dari 120%)
(Nyoman Suci W, 2003). Berdasarkan laboratorium patologi klinik di RSUD. DR.
Pirngadi nilai normal kadar ureum adalah 10 – 50 mg/dl. Pasien harus dirujuk untuk
melakukan hemodialisis sekiranya Blood Urea Nitrogen > 70 – 100 mg/dl (Firman.
G).
Kreatinin merupakan metabolisme endrogen yang berguna untuk menilai
fungsi glomerulus umumnya berasal dari metabolisme otot (Fatmawati. A, 2009).
Berdasarkan laboratorium patologi klinik di RSUD. DR. Pirngadi nilai normal kadar
kreatinin adalah 0,6 – 1,2 mg/dl. Kreatinin darah meningkat apabila fungsi ginjal
menurun. Dengan hemodialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil urea turun
lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah,
kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar,
mungkin akibat ekskresi melalui saluran cerna (Sacher, R.A).
Berdasarkan penelitian Musch.W (2006) yang berjudul Umur – Terkait
Dengan Kenaikan Plasma Urea dan Penurunan Eskresi Fraksi Urea: Aplikasi Klinis
Pada Sindroma Sekresi Tidak Pantas Dari Hormon Antidiuretik, ditegaskan bahwa
kadar ureum terus meningkat dengan peningkatan usia, manakala tidak ada korelasi
di antara peningkatan kadar kreatinin dengan peningkatan usia. Sekiranya
dibandingkan dengan ueum dan bersihan kreatinin, terlihat penurunan yang lebih
besar pada kadar ureum dibanding kadar kreatinin. Menurut hasil penelitian saya
kelompok umur yang terbanyak menjalani terapi hemodialisis adalah di antara usia
51 – 60 ini mungkin disebabkan karena selaras dengan peningkatan usia dan
kelainan ginjal, kadar ureum boleh terus meningkat sehingga pasien perlu menjalani
Dari hasil penelitian yang telah disajikan dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis.
Berdasarkan uji statistik T-paired dengan nilai CI= 95% dan α = 0,05 perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis adalah 74,616 (57,4%), manakala
perbedaan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis adalah 10,210
(88,32%). Hal ini disebabkan karena hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan
untuk memisahkan darah dari zat-zat sisa atau racun seperti ureum yang
berlebihan yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui membran semi
permiabel dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari darah ke cairan
dialisat yang kemudian dibuang, oleh sebab itu terdapat penurunan pada kadar
ureum dan kreatinin pada darah kembali ke dalam tubuh.
Selain itu, ternyata semua peralatan yang digunakan untuk HD di RSUD.
DR. Pringadi sangat bermanfaat pada pasien gagal ginjal. Oleh itu, hemodialisis
yang dilakukan di sana boleh dikatakan sangat efektif karena memberi perubahan
dalam kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita
gagal ginjal. Di mana, kadar ureum dan kreatinin menurun seperti yang diharapkan
sesudah hemodialisis.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian saya maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat perubahan yang bermakna yaitu sebanyak 57,4% dengan CI = 95%
(α = 0,05) dalam perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal gingal di RSUD. Dr. Pringadi.
2. Terdapat perubahan yang bermakna yaitu sebanyak 88,32% CI = 95% (α = 0,05) dalam perbedaan kadar kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis pada
penderita gagal gingal di RSUD. Dr. Pringadi.
6.2. Saran
Daripada hasil penelitian ini, beberapa saran yang ingin saya berikan :
1. Diharapkan agar peneliti dapat mendapatkan informasi yang lebih terperinci
mengenai penyakit gagal ginjal sehubungan dengan itu mengenai perubahan kadar
ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisis.
2. Diharapkan agar penelitian seterusnya dapat menjelaskan secara terperinci
DAFTAR PUSTAKA
Fatwawati. A, 2009. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Kreatinin dan Ureum
Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rawat Jalan di RSDU. DR.
Moewardi Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/4399
Firman. G, 2009. Indikasi Dialisis di Gagal Ginjal. Available from: / [ Accesed 22 November 2010]
hhtp://www.medicalcriteria.com
Ganong W. F.,1998. Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC [Accesed 11 December 2010]
Havens L. & Terra, R. P., 2005. Hemodialysis. Available from:
http://www.kidneyatlas.org
Laporan Pendahuluan Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisis RSU DR.
Saiful Anwar Malang, 2009. Available from: [Accesed 25 March 2010]
http://www.scribd.com/doc/1458331/Laporan.Pendahuluan.Chronic.Kidney.Dise
ase.CKD
Lubis A.J, 2006. Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal ginjal Terminal Yang
Melakukan Terapi Hemodialisis. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Available from:
[Accesed 3 March 2010]
http://library.usu.ac.id/download/fk/06010311.pdf [ Accesed 3
Lubis H.R, Sinaga U., Lubin R.. No.28, Cermin Dunia Kedokteran Simposium
Nasional Masalah Penyakit GAgal Ginjal dan Saluran Air Kemih di Indonesia
Menuju Penanggulangan yang Tepat, Rasional, Masa Kini dan Mendatang.
Available from: March 2010]
http://www.scribd.com/doc/743686/cdk-028masalah-penyakiy-Madhyastha. S, 2007. Manipal Manual of Anatomy for Alliead Health Science
Courses: 2nd
Mark H. Beers, MD, Andrew J. Fletcher, MB, Chir, Thomas V.Jones, MD, MPHand
friends et al, 2004. The Merck Manual of Medical Information, 2 Edition. New Dehli: 289 – 299
nd
Mohan H, 2005. Text Book Of Pathology: 5
ed. USA: 744
- 760.
th
Musch. W, Vertaille. L, Decaux. G, 2006. Umur – Terkait Dengan Kenaikan Plasma
Urea dan Penurunan Eskresi Fraksi Urea: Aplikasi Klinis Pada Sindroma Sekresi
Tidak Pantas Dari Hormon Antidiuretik. Clinical Journal of the American
Society of Nephrologist. Available from : ed. New Dehli: 675-678
http://cjasn.asnjournals.org/content/151/909.full
Nyoman Suci W. Kadar Ureum dalam Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi
Hemodialisis, 2008. Available from: [ Accesed 10 December 2010]
Notoatmodjo S., 2005. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Catatan ke-3
Ravindra L.M, 2001. Supportive Therapies: Intermittent Hemodialysis, Continuous
Renal Replacement Therapies, and Peritoneal Dialysis. Available from:
http://www.kidneyatlas.org [Accesed 25 March 2010]
Sacher R.A, Richard A. Mc Pherson, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11. Jakarta: EGC: 293
Singapore Urological Association, 2009. Anatomy Of The Urinary System.
Available from: http://www.sua.sg/patient_info/urinary_system.
Tan J.,2006. Centre for Urology and Rosotic Surgery. Available from: html [Accesed
27 April 2010]
http://www.urology.com.sg/eng/conditions_kidney_failure.htm
[ Accesed 27 April 2010]
Wibisono, Yenni, Kandarini, Suharjendo, 2006. Karakteristik Pasien Yang
Mengalami Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) Berdasrkan
Identitas, Perubahan Serum Kreatinin dan Kalium, Komplikasi, Etiologi dan
Keadaan Umum Pasca CAPD. Available from:
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Previsha A/P Kaliahpan
Tempat/ Tanggal Lahir : Perak, Malaysia / 23 Februari 1989
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Sei Blutu, No. 61, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Kebangsaan Tarcisian Convent,
Ipoh
2. Sekolah Menengah Kebangsaan Tarcisian
Convent, Ipoh
3. Kolej Sentral, Pahang
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Riwayat Perlatihan : 1. Persatuan Renjer Puteri Negeri Perak
2. International Run 2006
Riwayat Organisasi :1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar
Malaysia Indonesia Cawangan Medan (PKPMI)
2. Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM)
INFORM CONSENT
JUDUL PENELITIAN:PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PRINGADI.
Saya Previsha A/P Kaliahpan setambuk 07 bernomor induk 070100277
adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perubahan kadar ureum dan
kreatinin sebelum dan sesudah hemodilisis pada pendierita gagal ginjal di
RSUP. DR. Pirngadi. Bagi mendukung penelitian ini, saya memerlukan
sampel darah untuk diperiksa di laboratorium.
Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk
memberikan kerja sama. Setiap data dan hasil yang diperoleh tidak akan
disebarluaskan. Data-data tersebut hanya akan digunakan untuk penelitian
dan bagi pasien yang ingin mendapatkan hasil dari pemeriksaan laboratorium
dapat menghubungi saya.
Sampel darah hanya diambil dari pasien yang bersedia dengan sepenuh
hati untuk menjadi sampel penelitian. Sila mengisi data peribadi anda di
bawah sebagai persetujuan.
NAMA : ………
UMUR : ………
JENIS KELAMIN : ………
DATA INDUK
NO. NAMA UMUR
UREUM PRE-HD KREATININ PRE-HD UREUM POST-HD KREATININ POST-HD JENIS KELAMIN
1. A 51-60 119 10.1 48 0.7 laki-laki
2. B 31-40 113 2.9 42 0.5 laki-laki
3. C 31-40 121 13.3 42 2.76 laki-laki
4. D 61-70 115 11.1 44 0.56 laki-laki
5. E 51-60 118 15.2 45 4.66 perempuan
6. F 51-60 112 8.6 41 0.3 laki-laki
7. G 51-60 120 10.1 49 0.4 laki-laki
8. H 31-40 112 17.5 36 6.96 laki-laki
9. I 51-60 134 12.24 54 1.7 laki-laki
10. J 61-70 116 12.9 45 2.36 perempuan
11. K 41-50 131 2.8 52 0.3 perempuan
12. L 51-60 117 14.2 46 4.13 perempuan
13. M 51-60 116 9.5 45 0.58 laki-laki
14. N 51-60 117 13.9 38 1.82 laki-laki
15. O 21-30 119 10.4 48 0.14 laki-laki
16. P 41-50 122 2.7 51 0.4 perempuan
17. Q 21-30 118 11.6 46 0.6 laki-laki
18. R 41-50 108 18.6 37 1.23 laki-laki
19. S 21-30 115 8.53 44 0.84 laki-laki
20. T 41-50 113 8.76 43 0.78 laki-laki
21. U 41-50 129 10.2 55 0.25 perempuan
22. V 51-60 117 11.7 38 0.89 perempuan
23. W 21-30 138 13.8 67 1.27 perempuan
24. X 41-50 198 19.6 113 3.89 laki-laki
25. Y 61-70 141 10.7 62 0.74 perempuan
26. Z 51-60 119 13.5 44 1.17 laki-laki
27. AA 41-50 116 11.6 38 0.93 perempuan
28. BB 41-50 129 2.5 51 0.23 laki-laki
32. FF 51-60 119 2.6 42 0.94 perempuan
33. GG 61-70 43 9.7 5 0.95 perempuan
34. HH 51-60 119 7.4 44 0.92 perempuan
35. II 41-50 115 11.1 37 1.2 laki-laki
36. JJ 41-50 121 15.2 43 3.24 laki-laki
37. KK 51-60 148 8.2 68 0.67 laki-laki
38. LL 61-70 132 13.8 57 2.45 laki-laki
39. MM 51-60 118 7.2 40 0.91 laki-laki
40. NN 61-70 133 12.8 53 1.27 laki-laki
41. OO 61-70 142 16.9 64 1.32 laki-laki
42. PP 41-50 107 10.3 36 0.72 laki-laki
43. QQ 41-50 79 7.1 8 0.45 laki-laki
44. RR 51-60 115 8.5 41 0.51 perempuan
45. SS 41-50 137 12.8 59 1.2 perempuan
46. TT 31-40 86 15.3 7 1.16 perempuan
47. UU 31-40 182 19.7 96 2.12 laki-laki
48. VV 41-50 200 19.8 106 3.61 perempuan
49. WW 61-70 147 11.4 66 1.22 laki-laki
50. XX 51-60 132 9.2 56 0.76 perempuan
51. YY 41-50 110 15.3 39 3.52 perempuan
52. ZZ 51-60 102 7.7 27 0.36 laki-laki
53. AAA 31-40 162 13.9 90 0.39 perempuan
54. BBB 51-60 112 16.2 37 3.86 laki-laki
55. CCC 41-50 161 2.6 83 0.42 perempuan
56. DDD 31-40 119 17.3 44 1.15 perempuan
57. EEE 51-60 113 12.4 42 1.21 perempuan
58. FFF 31-40 161 19.5 90 2.43 laki-laki 59. GGG 61-70 212 16.6 136 1.25 laki-laki 60. HHH 51-60 281 8.6 167 0.56 laki-laki
61. III 41-50 142 13.3 71 1.11 laki-laki
62. JJJ 41-50 114 6.5 43 0.87 laki-laki
63. KKK 61-70 62 8.7 8 0.54 laki-laki
64. LLL 31-40 115 7.5 44 0.61 laki-laki
65. MMM 51-60 162 9.7 91 0.79 perempuan
66. NNN 31-40 118 16.4 47 1.25 perempuan
67. OOO 51-60 110 8.2 39 0.51 laki-laki
70. RRR 31-40 118 15.6 47 2.17 laki-laki 71. SSS 41-50 219 12.3 147 1.1 laki-laki
72. TTT 31-40 97 8.2 26 0.84 laki-laki
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 21-30 4 5.5 5.5 5.5
31-40 12 16.4 16.4 21.9
41-50 19 26.0 26.0 47.9
51-60 25 34.2 34.2 82.2
61-70 13 17.8 17.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 46 63.0 63.0 63.0
perempuan 27 37.0 37.0 100.0
T – test
Perubahan Kadar Ureum Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PreHD.Ureum 129.79 73 35.266 4.128
PostHD.Ureum 55.18 73 29.921 3.502
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PreHD.Ureum & PostHD.Ureum 73 .982 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
PreHD.Ureum - PostHD.Ureum
T- test
Perubahana Kadar Kreatinin
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PreHD.Kreatinin 11.5579 73 4.32283 .50595
PostHD.Kreatinin 1.3479 73 1.21360 .14204
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PreHD.Kreatinin & PostHD.Kreatinin
73 .617 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig.
(2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
PreHD.Kreatinin - PostHD.Kreatinin
Upper critical values of Student's t distribution with degrees of freedom
Probability of exceeding the critical value
0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
____________________________________________
76. 1.293 1.665 1.992 2.376 2.642 3.201 77. 1.293 1.665 1.991 2.376 2.641 3.199 78. 1.292 1.665 1.991 2.375 2.640 3.198 79. 1.292 1.664 1.990 2.374 2.640 3.197 80. 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639 3.195 81. 1.292 1.664 1.990 2.373 2.638 3.194 82. 1.292 1.664 1.989 2.373 2.637 3.193 83. 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.191 84. 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.190 85. 1.292 1.663 1.988 2.371 2.635 3.189 86. 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.188 87. 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.187 88. 1.291 1.662 1.987 2.369 2.633 3.185 89. 1.291 1.662 1.987 2.369 2.632 3.184 90. 1.291 1.662 1.987 2.368 2.632 3.183 91. 1.291 1.662 1.986 2.368 2.631 3.182 92. 1.291 1.662 1.986 2.368 2.630 3.181 93. 1.291 1.661 1.986 2.367 2.630 3.180 94. 1.291 1.661 1.986 2.367 2.629 3.179 95. 1.291 1.661 1.985 2.366 2.629 3.178 96. 1.290 1.661 1.985 2.366 2.628 3.177 97. 1.290 1.661 1.985 2.365 2.627 3.176 98. 1.290 1.661 1.984 2.365 2.627 3.175 99. 1.290 1.660 1.984 2.365 2.626 3.175 100. 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626 3.174