UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
FAKHRURRAZI
020501017
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
N a m a : FAKHRURRAZI N I M : 020501017
Departemen : EKONOMI PEMBANGUNAN
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA
Tanggal Juli 2008 Ketua Departemen,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP. 132 206 574
Tanggal Juli 2008 Dekan,
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 131 285 985
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
N a m a : FAKHRURRAZI N I M : 020501017
Departemen : EKONOMI PEMBANGUNAN
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA
Tanggal Juli 2008 Pembimbing,
(Prof. DR. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec NIP.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
BERITA ACARA UJIAN H a r i :
Tanggal : Juli 2008
N a m a : FAKHRURRAZI N I M : 020501017
Departemen : EKONOMI PEMBANGUNAN
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA
Ketua Departemen, Pembimbing Skripsi,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (
NIP. 132 206 574 NIP.
Prof. DR. Sya’ad Afifuddin, SE,M.Ec)
Penguji I Penguji II
( Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si) (
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FAKHRURRAZI
Nim : 020501017
Departemen : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi ini guna salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dengan mengambil judul “ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA”. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan seperlunya.
Medan, Juli 2008 Yang menbuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
Analisis Pengaruh Pembangunan Industri Kelapa Sawit dan Turunannya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara. Isi dan materi Skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan serta perkembangan dan data-data skunder
yang terkait dengan hal yang diteliti.
Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan
bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Yang terhormat Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Yang terhormat Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc. Sebagai Ketua
Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Yang terhormat Bapak Prof. DR. H. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec selaku
dosen pembimbing Penulis, yang telah dengan sabar memberikan petunjuk
serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Yang terhormat Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi selaku dosen
pembimbing I Penulis yang telah memberikan banyak masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Yang terhormat Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku dosen
pembimbing II Penulis yang juga telah banyak memberikan masukan.
6. Yang terhormat kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi
khususnya Ekonomi Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam
7. Yang terhormat kepada seluruh karyawan dan staff Badan Pusat Statistik
(BPS) cabang Medan, yang telah membantu Penulis untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Yang terhormat kepada seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan
khususnya stambuk 2002-2004 yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang paling saya muliakan kepada Bapak dan Ibu orang tua yang telah
memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan material selama
Penulis menuntut ilmu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmad dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi
ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa
mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis
yang lebih tajam. Akhirnya semoga skripsi ini ada mamfaatnya.
Medan, Juli 2008
Penulis,
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Hal
2.1 Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit... 26
2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit ... 27
2.3 Proyeksi Konsumsi CPO dunia, 2000-2005 ... 30
3.1 Kurva Uji t-statistik ... 46
3.2 Kurva Uji F-Statistik ... 47
3.3 Uji Durbin-Watson Statistik ... 48
4.1 Uji t-statistik terhadap Indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya ... 82
4.2 Uji t-statistik terhadap ekspor kelapa sawit dan turunannya ... 83
4.3 Uji t-statistik terhadap jumlah pabrik kelapa sawit dan turunannya ... 84
4.4 Uji t-statistik terhadap luas lahan kelapa sawit ... 85
4.5 Uji F-statistik ... 86
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
Tabel 1. Perkembangan Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja
Nasional dan Regional Sumatera Utara ... 3 Tabel 1. Perkembangan Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Nasional
dan Regional Sumatera Utara di Sektor Industri Pengolahan
kelapa sawit dan turunannya ... 4 Tabel 3. Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan
Kabupaten/Kotamadya ... 51 Tabel 4 Banyaknya Penduduk Sumatera Utara Berumur 15 Tahun
ke Ata Menurut Jenis Kegiatan (jiwa) ... 58 Tabel 5 Persentase Penduduk Sumatera Utara yang Bekerja ... 59 Tabel 6 Perkembangan Angka Penyerapan Tenaga Kerja Sumatera Utara
Usia 15 Tahun ke Atas ... 60 Tabel 7 Persentase Penduduk Sumatera UtaraUsia 15 Tahun ke Atas ... 61 Tabel 8 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sumatera Utara
di Sektor Industri Pengolahan kelapa sawit dan turunannya ... 62 Tabel 9 Perkembangan Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa
sawit dan Turunannya, Indeks Harga yang dibayar Petani Kelapa sawit,Nilai Tukar Petani Kelapa sawit dan
turunannya Sumatera Utara ... 63 Tabel 10 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Kelapa Sawit dan
Turunannya Sumatera Utara ... 65 Tabel 11 Perkembangan Ekspor Minyak Goreng Sawit Sumatera Utara ... 72 Tabel 12 Perkembangan Ekspor Sabun Mandi Sumatera Utara ... 73 Tabel 13 Jumlah Pabrik Kelapa Sawit dan Turunannya
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian ketenagakerjaan ... 11
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan ... 12
2.1.3 Tenaga kerja dlm sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya ... 17
2.2 Indeks Harga Kelapa Sawit dan Turunannya ... 19
2.2.1 Nilai Tukar Petani Kelapa Sawit dan Turunannya ... 19
2.2.2 Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa Sawit dan Turunannya ... 19
2.3.4 Ekspor Hasil Industri Kelapa Sawit dan Turunannya .... 27
2.3.5 Prospek CPO dan Turunannya di Pasar Internasional ... 30
2.4 Idustri/Pabrik ... 31
2.4.1 Pengertian Industri/ Pabrik ... 31
2.4.2 Peranan Sektor Industri Kelapa Sawit dan Turunannya Dalam Pembangunan Ekonomi ... 33
2.4.3 Keterkaitan Ekonomi Sektor Industri Kelapa Sawit dan Turunannya ... 36
Turunannya di Sumatera Utara ... 38
2.4.6 Tujuan Pembangunan Industri Kelapa Sawit dan Turunannya ... 38
3.7.2 Autokorelasi/ Serialkorelasi ... 48
3.8 Definisi Operasional Variabel ... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 TINJAUAN UMUM DAERAH SUMATERA UTARA ... 50
4.1.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara ... 50
4.1.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 2003-2005 .... 54
4.1.3 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumatera Utara ... 57
4.2 Perkembangan Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa sawit dan Turunannya ... 62
4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Kelapa Sawit dan Turunannya di Sumatera Utara ... 64
4.3.1 Konsumsi CPO Terbesar Pada Minyak Kelapa Sawit ... 66
4.3.2 Perkembangan Ekspor CPO Sumatera Utara ... 67
4.3.3 Perkembangan Ekspor Produk Turunan CPO Sumatera Utara ... 70
4.3.4 Perkembangan Ekspor Minyak Goreng Sawit Sumatera Utara ... 70
4.3.5 Perkembangan Ekspor Sabun Sumatera Utara ... 73
4.3.6 Perkembangan Ekspor Oleochemical Sumatera Utara ... 74
4.3.7 Perkembangan Jumlah Industri Kelapa Sawit Dan Turunannya di Sumatera Utara ... 76
4.4 Perkembangan Luas Lahan Kelapa Sawit di Sumatera Utara .... 77
4.5 Analisis Penelitian ... 78
5.2 Interprestasi Model ... 79
5.4 Koefisien Determinasi R2
5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 87
... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA
THE ANALYSIS OF DEVELOPMENT INDUSTRIES OF PALM
AND ITS DERIVATION TO ABSURB EMPLOYEE
IN NORTH SUMATERA
FAKHRURRAZI
ABSTRACT
The research analyzes the relation beetwen the palm and its derivation developing and employee allocation in North Sumatera. The object to exhibite how the palm and its derivation variables that is indexing prices accepted the farmer. Value exports of palm and its derivation, size of palm land, number of palm its derivation industries. Theory of palm and its derivation developing and the employee theory with Ordinary Least Square /OLS model were used to exhibite how many influence of independent variables to dependent variable.
The results shows that there is a significant influence of the palm and its derivation developing to employee allocation by 0,74 coefficient of determinant (R-Square). While, each of the independent variables has the significant effect to dependent variables. there fore, the scription concludes that development palm and its derivation, is so important to solve the unemployment problems in North Sumatera.
ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI KELAPA
SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA
FAKHRURRAZI
ABSTRAK
Analisis penelitian ini adalah hubungan antara pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya dan tenaga kerja di sumatera utara Objek penelitian ini menggambarkan bagaimana variabel pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya yang di indeks dengan harga yang di terima petani kelapa sawit dan turunannya, nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya, luas lahan. Teori turunan kelapa sawit dan teori tenaga kerja dengan menggunakan model OLS telah digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh variable independent terhadap variabel independent.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja dengan koefisien determinan atau R-Square R2= 0,74 %. Sedangkan setiap variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, skripsi ini menyimpulkan bahwa pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya sangat penting untuk mengatasi masalah pengangguran di Sumatera Utara.
THE ANALYSIS OF DEVELOPMENT INDUSTRIES OF PALM
AND ITS DERIVATION TO ABSURB EMPLOYEE
IN NORTH SUMATERA
FAKHRURRAZI
ABSTRACT
The research analyzes the relation beetwen the palm and its derivation developing and employee allocation in North Sumatera. The object to exhibite how the palm and its derivation variables that is indexing prices accepted the farmer. Value exports of palm and its derivation, size of palm land, number of palm its derivation industries. Theory of palm and its derivation developing and the employee theory with Ordinary Least Square /OLS model were used to exhibite how many influence of independent variables to dependent variable.
The results shows that there is a significant influence of the palm and its derivation developing to employee allocation by 0,74 coefficient of determinant (R-Square). While, each of the independent variables has the significant effect to dependent variables. there fore, the scription concludes that development palm and its derivation, is so important to solve the unemployment problems in North Sumatera.
ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI KELAPA
SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA
FAKHRURRAZI
ABSTRAK
Analisis penelitian ini adalah hubungan antara pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya dan tenaga kerja di sumatera utara Objek penelitian ini menggambarkan bagaimana variabel pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya yang di indeks dengan harga yang di terima petani kelapa sawit dan turunannya, nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya, luas lahan. Teori turunan kelapa sawit dan teori tenaga kerja dengan menggunakan model OLS telah digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh variable independent terhadap variabel independent.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja dengan koefisien determinan atau R-Square R2= 0,74 %. Sedangkan setiap variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, skripsi ini menyimpulkan bahwa pembangunan industri kelapa sawit dan turunannya sangat penting untuk mengatasi masalah pengangguran di Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah
penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk meningkatkan pertambahan tenaga
kerja itu sendiri, dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan
kesempatan kerja. Pada umumnya negara berkembang adalah negara yang bergerak
pada sektor industri pertanian, dalam arti bahwa bagian terbesar Produk Domestik
Brutonya (PDB).
Menurut Todaro (1997) Pembangunan itu merupakan suatu proses perbaikan
kualitas segenap bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu
(1) peningkatan standar hidup setiap orang (pendapatan, tingkat konsumsi pangan,
sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain) melalui proses-proses
pertumbuhan ekonomi yang relevan, (2) penciptaan berbagai kondisi yang
memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self esteem) setiap orang melalui
pembentukan segenap sistem ekonomi dan lembaga (institution) sosial, politik dan
juga ekonomi yang mampu mempromosikan jati diri dan penghargaan hakekat
kemanusiaan; dan (3) peningkatan kebebasan setiap orang melalui perluasan
jangkauan pilihan mereka, serta peningkatan kualitas maupun kuantitas aneka barang
Beberapa faktor hal tersebut menonjol atau penting bagi Negara-negara
berkembang. Pertama, pertumbuhan penduduk dinegara berkembang cenderung
tinggi, sehingga cenderung melebihi pertumbuhan kapital. Kedua, profil demografi
lebih muda, sehingga lebih benyak penduduk yang masuk kelapangan kerja, Ketiga,
struktur industri di Negara berkembang yang cenderung mempunyai tingkat
diversifikasi kegiatan ekonomi rendah serta tingkat keterampilan penduduk yang
belum memadai, membuat usaha penciptaan lapangan kerja menjadi semakin
kompleks.
Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (diatas 8 %) maka
penciptaan lapangan kerja baru akan mampu memenuhi tambahan angkatan kerja,
dan ini yang terjadi di Indonesia sebelum tahun 1990 sampai dengan 1997. Namun
dengan adanya krisis moneter, dimana tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia
negative, yaitu menurut BPS tahun 1998 pertumbuhan antara -13,6 % sampai dengan
-15% dan tahun 1999 pertumbuhan antara -2% sampai dengan -5,1%, akan membuat
industri yang ada tidak mampu menciptakan kesempatan kerja yang baru Untuk
menampung pernambahan angkatan kerja. Akibat dari hal tersebut adalah penciptaan
lapangan kerja tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah meningkatnya pengangguran
mengingat banyak perusahaan yang mengurangi aktivitas produksinya atau bahkan
menutup usahanya.
Hal tersebut diatas berakibat ketakutan terhadap pengangguran yang sering
kali menimbulkan pemikiran yang menjurus pada keyakinan bahwa pekerjaan yang
tersedia sifatnya terbatas dan ini muncul karena adanya pengangguran yang
memerlukan tindakan kebijakan makro ekonomi yang dapat menyediakan
kesempatan kerja secara menyeluruh dan bukannya tindakan mengurangi penawaran
tenaga kerja.
Tabel 1.
Perkembangan Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Nasional dan Regional Sumatera Utara Tahun 2001-2005
(%)
Wilayah Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
Indonesia 1,08 0,93 -0,94 -3,26 1,31
Sumatera Utara -1,19 -0,98 -1,88 -1,68 8,62 Sumber: Diolah Dari Data Sekunder BPS 2006
Berdasarkan kondisi diatas, tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
secara nasional masih relatif kecil. Pada tahun 2001 penyerapan tenaga kerja sebesar
1,08 %, pada tahun 2002 turun menjadi 0, %, pada tahun 2004 mengalami
penyerapan tenaga kerja yang negatif yaitu sebesar -3,26 % namun pada tahun 2005
meningkat menjadi 1,31 %. Di Sumatera Utara pertumbuhan penyerapan tenaga
kerja cenderung negatif. Pada tahun 2001 penyerapan tenaga kerja regional Sumatera
Utara -1,19 % pada tahun 2002 menjadi 0,98% kemudian pada tahun 2003
menjadi-1,88 % namun pada tahun 2005 penyerapan tenaga kerja regional Sumatera Utara
meningkat secara signifikan menjadi 8,62 %. Maka timbul permasalahan bagaimana
agar pertumbuhan positif tersebut berkesinambungan pada tahun berikutnya.
Berdasarkan catatan berita International Labour Organization (ILO) 2006,
pada tahun 2005 tenaga kerja international yang bekerja di sektor industri pengolahan
kelapa sawit adalah setengah dari angka penyerapan tenaga kerja secara International
kerja upahan dan selebihnya adalah berusaha sendiri di sektor pengelolaan industri
kelapa sawit dan turunannya. Sementara perkembangan penyerapan tenaga kerja di
sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya secara nasional dan daerah
Sumatera Utara dapat dilihat pada table 2. berikut:
Tabel 2.
Perkembangan Persentase Penyerapan Tenaga Kerja
Nasional dan Regional Sumatera Utara di Sektor Industri pengolahan kelapa sawit dan Turunannya Sumber: Statistik Tenaga Kerja Indonesia dan Sumatera Utara Tahun 2006, BPS
Melalui tabel 2. dapat dilihat bahwa baik secara nasional maupun daerah
Sumatera Utara, sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya memberi
kontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2001 perkembangan
persentase nasional pada sektor industri kelapa sawit adalah sebesar 39,75 %, pada
tahun 2003 meningkat menjadi 42 %, namun pada 2005 mengalami penurunan
sehingga menjadi 41,81 %. Di Sumatera Utara persentase penyerapan tenaga kerja
disektor industri pangolahan kelapa sawit sebesar 55,53 %, pada tahun 2003 naik
mnejadi 55,56 %, namun pada tahun 2005 menurun menjadi 52,68 %. Berdasarkan
kenyataan ini maka perlu lebih dikembangkan lagi potensi sektor industri pengolahan
kelapa sawit dan turunannya dalam upaya perluasan kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran dalam upaya membangun industri pengolahan kelapa
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja negatif dan persentase penyerapan tenaga kerja
di sektor industri pengolahan kelapa sawit yang sangat besar.
Salah satu komoditi yang diharapkan mampu memberikan konstribusinya
dalam perekonomian yang berasal dari sub sektor perkebunan adalah komoditi kelapa
sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam
mendorong perekonomian Indonesia umumnya dan sebagai perluasan lapangan kerja
Sumatera Utara khususnya, kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang
memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
Selama krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia yang ditandai dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi minus 13,06% pada akhir 1998 (BPS, 1999), sektor
industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya khususnya aggribisnis sangat
diharapkan menjadi penyelamat perekonomian nasional. Sektor industri pengolahan
kelapa sawit dan turunannya menjadi penyelamat terhadap kesempatan kerja dampak
dari krisis ekonomi.
Pada tahun 2006, ekspor produk turunan CPO Sumatera Utara komiditi yang
paling banyak diekspor adalah minyak goreng sebesar 1.792.293 ton, disusul oleh
Oleochemical 61.102 ton pada tahun yang sama,dan sabun mandi sebesar 5.421 ton
pada tahun yang sama juga. Sedangkan industri margarine Sumatera Utara tidak
dapat secara kontinu memproduksi produknya karena produsen margarine Sumatera
Utara tidak dapat secara kontinu memproduksi produknya karena produsen margarine
Sumatera Utara berproduksi sesuai pesanan,sehingga berpengaruh juga kepada
Salah satu aspek yang menggambarkan keberhasialan pembangunan adalah
Nilai Tukar Petani kelapa sawit dan turunannya. Merupakan salah satu indikator
untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani kelapa sawit adalah
rasio antar indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dengan indeks harga yang
dibayari petani petani kelapa sawit yang dinyatakan dalam persentase. Nilai Tukar
Petani kelapa sawit Sumatera Utara tahun 2005 adalah 94,9% dengan indeks harga
yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya 464,7 dan indeks harga yang
dibayar petani kelapa sawit dan turunannya 489,9. untuk memperoleh nilai tukar
harga yang baik, maka perlu diupayakan peningkatan indeks harga yang diterima
petani kelapa sawit dan turunannya. Dengan adanya peningkatan indeks harga yang
diterima petani kelapa sawit dan turunannya maka akan mendorong pertumbuhan
produksi industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya dimana harga menjadi
stimultan untuk meningkatkan produksi.
Sebagai gambaran lain dari keberhasilan pembangunan industri pengolahan
kelapa sawit dan turunannya yakni, volume dan nilai ekspor dari hasil industri
pengolahan kelapa sawit dan turunannya terus meningkat. Bedasarkan keunggulan
kompetitif dalam perdagangan internasional, produk hasil industri pengolahan kelapa
sawit dan turunannya merupakan komoditi ekspor andalan negara Indonesia dan
bahkan Sumatera Utara mengingat corak kehidupan yang masih bersifat agrikultur.
Nilai FOB hasil industri pengolahan kelapa sawitdan turunannya Sumatera Utara
mengalami pertumbuhan 14,38 % tahun 2003, 49,88 % tahun 2004 dan 18,73 %
tahun 2005. ketika diambil kebijaksanaan untuk mengekspor hasil industri
dalam negeri namun dilakukan peningkatan jumlah produksi dan daya saing produk
agar dapat menghadapi era globalisasi dan liberalisme perdagangan. Peningkatan
jumlah produksi tentu harus didukung pertambahan imput tenaga kerja.
Pemerintah juga turut ambil peran dalam pembangunan industri pengolahan
kelapa sawit dan turunannya baik dalam kebijaksanaan industri pengolahan,
perencanaan dan pembiayaan pembangunan industri pengolahan kelapa sawit,
terutama dalam pembangunan industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya.
Adanya program proyek pembangunan sektor industri pengolahan kelapa sawit
memperluas kesempatan kerja non petani seperti pembangunan jalan ekonomi,
bangunan-bangunan irigasi serta penyuluhan-penyuluhan tentang industri pengolahan
kelapa sawit kelapa sawit dan turunannya. Maka pengeluaran pemerintah tersebut
merupakan salah satu investasi yang bertujuan untuk kekuatan dan ketahanan
ekonomi disektor industri pengolahan kelapa sawit pada masa yang akan datang.
Dari uraian –uraian diatas, penulis melihat adanya pengaruh yang cukup besar
dari pembangunan industri pengolahan kelapa sawit kelapa sawit dan turunannya
terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara. Untuk itu penulis mengambil
judul “Analisis Pengaruh Pembangunan Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan
turunannya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Dengan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
1. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar yang diterima kelapa sawit dan
turunannya yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya terhadap
penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara?
2. Bagaimanakah pengaruh ekspor hasil industri pengolahan kelapa sawit
dan turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara?
3. Bagaimanakah pengaruh jumlah pabrik/ industri kelapa sawit dan
turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara?
4. Bagaimanakah pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap penyerapan
tenaga kerja di Sumatera Utara?
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap
permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih
perlu dibuktikaan atau diuji secara empiris.
Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
1. Indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Ekspor hasil industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
3. Jumlah pabrik/ industri kelapa sawit dan turunannya berpengaruh positif
4. Luas lahan kelapa sawit berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
di Sumatera Utara.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar yang diterima petani kelapa sawit dan
turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh ekspor hasil industri pengolahan kelapa sawit
dan turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pabrik/ industri kelapa sawit dan
turunannya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap penyerapan
tenaga kerja di Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang
tertarik untuk mengetahui tentang pembangunan industri pengolahan kelapa
sawit dan turunannya dalam hal penyerapan tenaga kerja.
2. Sebagai bahan masukan atau kajian untuk melakukan penelitian selanjutnya
atau sebagai bahan perbandingan bagi pengambilan keputusan oleh pihak
3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah penulis dalam menulis
disiplin ilmu yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara kontekstual
dan tekstual.
4. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan USU yang
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Ketenagakerjaan
2.1.1 Pengertian
Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri
manusia yang dikaitkan dengan perdagangan diberbagai kegiatan atau usaha yang ada
keterlibatan manusia yang dimaksud adalah keterlubatan unsur-unsur jasa atau tenaga
kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada
usia kerja (15 tahun keatas) atau berumur 15-64 tahun, dan dapat pula dikatakan
bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja.
Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping
sumber alam, model, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja
menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa serta
mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara
fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Tenaga kerja menurut Payaman Simanjuntak adalah: ”Penduduk yang sudah
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umum tenaga kerja adalah 10 tahun
Menurut UU No. 25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan
disebut bahwa: ”Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang
mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
batas atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan
Walaupun dibanyak negara berkembang tingkat pertumbuhan ekonomi telah
menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya, akan tetapi
ternyata bahwa kesempatan kerja baru yang tercipta tidak dapat mengimbangi
pertambahan tenaga kerja yang telah terjadi hingga sekarang. Maka jumlah tenaga
kerja yang baru yang tidak dapt memperoleh pekerjaan telah membesar jumlah
pengangguran yang telah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Keadaan ini
memperbesar masalah pengangguran yang dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Atas dasar pengalaman, banyak pakar pembangunan menyimpulkan bahwa
pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang menitik beratkan pada promosi
pertumbuhan sektor industri perkotaan yang cepat. Sayangnya, strategi industrialisasi
yang cepat di banyak kasus gagal membawa dampak sesuai dengan yang diinginkan.
Dewasa ini banyak negara berkembang dihadapkan pada kondisi unik dari kombinasi
permasalahan pergerakan penduduk dari desa ke kota dalam jumlah besar, stagnannya
produktivitas pertanian dan meningkatnya pengangguran dan underemployment di
daerah kota.
Untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah
memperhitungkan pula masalah pertambahan pengangguran terbuka maupun
terselubung yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kelihatan aktif bekerja
tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh (underutilized).
Dalam pengelompokan berbagai bentuk pengangguran, menurut Edgar O
Edwar (1974) perlu diperhatikan dimensi-dimensi berikut:
a. Waktu, yaitu dimana banyak diantara mereka yang ingin bekerja lebih lama.
b. Intensitas pekerjaan, yaitu yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan.
c. Produktivitas, dimana kurangnya produktivias sering kali disebabkan oleh
kurangnya sumber-sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan.
Berdasarkan hal-hal diatas, Edwards membedakan lima bentuk pengangguran
yaitu:
a. Pengangguran terbuka (open unemployment): baik yang suka rela (mereka yang
tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun yang
secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
b. Setengah menganggur (under-employment): yaitu mereka yang bekerja menurut
lamanya (hari, minggu, musiman) kurang daripada yang mereka bisa kerjakan.
c. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak di
golongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, dimana
termasuk disini adalah: pengangguran tidak kentara (disguised unemployment),
pengangguran tersembunyi (hidden employment), pensiun lebih awal (prematur
retired employment).
d. Tenaga kerja yang lemah (imfaired labour): yaitu mereka yang mungkin bekerja
e. Tenaga yang tidak produktif (unproductive labour): yaitu mereka yang kurang
mampu untuk bekerja secara produktif, tetapi karena sumber-sumber daya
penolong kurang memadai maka mereka tidak menghasilkan sesuatu secara
optimal atau menurut hasil semestinya.
A.W. Philip memperkenalkan hubungan pengangguran dengan tingkat upah.
Berdasarkan hasil studi lapangan, philip menyimpulkan adanya pengaruh yang
negatif antara pengangguran dengan tingkat upah. Secara grafik hubungan tersebut
tercermin pada gambar tersebut.
Wages
0 UN
Gambar 2.1. Kurva Philip
Kurva Philip diperoleh semata-mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar
teorinya. Lipsey mencoba untuk mengisi dasar teorinya dan untuk tujuan ini dia
menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dalam
pasar tenaga kerja, tingkat upah cenderung turun apabila terdapat pengangguran
(kelebihan penawaran tenaga kerja) dan akan naik apabila terdapat kelebihan
kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, apabila dalam pasar terdapat
kelebihan penawaran, ini akan tercermin pada banyak orang yang menganggur.
Analisa Lipsey mengenai kurva Philip dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja
mulain dengan dua pernyataan yakni pertama penawaran dan permintaan akan tenaga
kerja menentukan tingkat upah, kedua laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh
besarnya kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
Pada suatu waktu dan tingkat teknologi tertentu, ada hubungan antara jumlah
input tenaga kerja dengan jumlah output. Dengan hukum hasil lebih yang makin
berkurang (law of diminishing return), setiap tambahan satu unit input tenaga kerja
akan menambah output dengan tingkat yang sangat mengecil. Permintaan tenaga
kerja tergantung pada kualitas input tenaga kerja, jumlah, kualitas faktor produksi
yang digunakan seperti tingkat penggunaan teknologi. Kualitas input tenaga kerja
mengacu pada melek huruf, pendidikan, pelatihan, dan keahlian angkatan kerja. Suatu
negara yang tingkat buta hurufnya tinggi, sedikit sekali harapannya untuk bisa
menikmati teknologi modern yang memerlukan penggunaan komputer dan
mesin-mesin canggih. Kualitas dan kuantitas berbagai faktor juga tergantung pada
permintaan tenaga kerja.
Faktor-faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah:
1) Elastisitas permintaan output terhadap laju harga perubahan output. Ketika harga
output meningkat namun diikuti peningkatan permintaan output maka permintaan
2) Perbandingan biaya untuk input tenaga kerja dengan total biaya. Apabila
perbandingannya meningkat maka input tenaga kerja yang dipergunakan akan
semakin meningkat.
3) Kemampuan substitusi oleh input lain. Misalnya input modal teknologi, jika
penggunaan teknologi lebih efisien dan efektif daripada penggunaan tenaga kerja
maka akan terjadi penurunan permintaan tenaga kerja.
4) Elastisias penawaran input lain. Apabila input lain lebih elastis terhadap
perubahan harga dibanding input tenaga kerja maka permintaan tenaga kerja akan
menurun.
The low of adminising return (hukum hasil lebih yang semakin berkurang)
menyatakan hubungan antara input produksi (misalnya tenaga kerja) dengan output.
Secara spesifik, ’’hukum hasil lebih yang semakin berkurang mengatakan bahwa kita
akan memperoleh semakin sedikit tambahan output bila kita menambah secara terus
menerus sejumlah yang sama tambahan input, sementara tetap mempertahankan input
yang lainnya’’.
Hukum atau kaidah ini merupakan hubungan ekonomi penting yang sering
mendapat sorotan luas. Namun harus diingat, hal ini tidaklah selalu berlaku secara
universal pada semua tingkat teknologi. Seringkali hukum ini hanya berlaku sesudah
penambahan faktor produksi. Penambahan beberapa unit pertama akan memberikan
tambahan output yang semakin meningkat, karena sejumlah tenaga kerja tertentu
memang dibutuhkan, akan tetapi pada tahap-tahap berikutnya hukum hasil lebih yang
Saebagai rangkumannya, hukum hasil lebih yang semakin berkurang (low of
diminising return) pada intinya menyatakan bahwa penambahan suatu input,
sementara input-input lain tetap, akan meningkatkan total produksi. Akan tetapi
penambahan total output itu cenderung berkurang dari kewaktu-kewaktu.
2.1.3 Tenaga Kerja dalam Sektor Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan
Turunannya
a. Tenaga kerja sebagai Faktor produksi
Tenaga kerja dalam sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya
adalah salah satu faktor produksi yang utama karena berfungsi sebagai pengatur
organisasi produksi pengolahan kelapa sawit secara keseluruhan. Dinegara-negara
yang sedang berkembang, kemajuan pertanian diukur dengan tingginya produktifitas
tenaga kerja, dan semua usaha diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tersebut.
b. Produktifitas tenaga kerja
secara kualitatif para peneliti sependapat bahwa pekerja di industri kelapa
sawit seperti di Indonesia juga bekerja dan memberi sumbangan pada kenaikan hasil
produksi. Mereka juga mengatakan bahwa hasil industri kelapa sawit akan selalu
dapat ditingkatkan lagi dengan setiap penambahan tenaga kerja misalnya dengan
pemeliharaan kelapa sawit yang lebih teliti. Kalau ini memang benar maka setiap
pengurangan tenaga kerja haruslah berarti pengurangan hasil produksi, karena itu
produtifitas marginal tenaga kerja tidaklah nol tetapi positif.
c. Moblitas dan efisiensi tenaga kerja
Salah satu penyebab penting mengapa tenaga kerja berjubelan di pedesaan
menyerap banyak tenaga kerja belum banyak berkembang kalau ada biasanya
memerlukan tenaga kerja yang terdidik atau terlatih. Sementara peninjauan ekonomi
saja tidak mampu menerangkan penggunaan tenaga kerja secara efisien karena
adanya penggunaan alat-alat kerja oleh tenaga kerja yang sebenarnya tidak bertujuan
untuk meningkatkan hasil produksi. Dengan demikian maka dalam meninjau masalah
mobilatas tenaga kerja untuk peningkatan produksi dan pembangunan hasil kelapa
sawit sebenarnya faktor non ekonomi harus pula dipertimbangkan.
d. Kesempatan Kerja Berdasar kan J enis J abatan
Pengertian jabatan disini bukan menunjukkan pada kedudukan sebagai
manajer (fisrt line, middle, top) dalam perusahaan pengertian jabatan disini adalah
menyangkut penempatan seseorang pada suatu pekerjaan tertentu, apakah itu
manajeril, operasional, atau profesi. Jenis jabatan digunakan sebagai dasar analisis
adalah Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) yang merupakan adopsi dari International
Standard Clasification of Ocuption (ISCO). Menurut klasifikasi jabatan indonesia,
jenis jabatan dibedakan menjadi delapan yaitu:
1. Professional
2. Manajerial
3. Tenaga produksi
4. Klerikal
5. Pekerja pertanian
6. Pramuniaga
7. Teknisi
2.2 Indeks Harga Kelapa Sawit dan Turunannya
Indeks yang dimaksud disini adalah harga yang dibayar kepada petani atau
yang menghasilkan bahan baku untuk memperoleh nilai yang telah ditentukan. orang
yang sudah mengusahakan hasil dari pertanian untuk mendaptkan nilai tukar atau
disebut dengan indeks harga tukar.
2.2.1 Nilai Tukar Petani Kelapa Sawit dan Turunannya
Nilai tukar petani kelapa sawit dan turunannya merupakan salah satu indikator
untuk mnegukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani kelapa sawit dan
turunannya adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan
turunannya dengan indeks harga yang dibayar petani kelapa sawit dan turunannya
(IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP adalah pengukur
kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan
barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam
memproduksi produk turunan.
2.2.2 Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa Sawit dan Turunannya
Indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya adalah indeks
harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani
kelapa sawit. Harga yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari hasil
produksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi dan biaya pengepakan
kedalam harga penjualannya atau disebut farm gate (harga diladang setelah
volume penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani
tersebut. Data harga tersebut dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan
petani produsen. Indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya
terdiri dari:
a) Indeks sektor tandan buah segar (TBS) yaitu indeks kelompok kebun kelapa sawit.
b) Indeks sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya, yaitu indeks
kelompok industri pengolahan
2.2.3 Indeks Harga yang dibayar Petani Kelapa Sawit dan Turunannya
Indeks harga yang dibayar petani kelapa sawit dan turunannya adalah indeks
harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan untuk konsumsi rumah
tangga maupun untuk proses produksi pertanian. Harga yang dibayar petani kelapa
sawit dan turunannya adalah harga eceran barang/jasa yang dikonsumsi konsumen,
baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk keperluan
produksi pertanian. Data harga untuk keperluan produksi pertanian dikumpulkan dari
hasil wawancara langsung dengan petani, sedangkan harga barang/jasa untuk
keperluan rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung dengan pedagang atau
2.3 Ekspor
2.3.1 Teori Mengenai Ekspor
Ekspor adalah barang-barang atau komoditi yang diperdagangkan diluar
negeri dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing juta Dolar US. Ekspor
merupakan salah satu elemen Neraca Perdagangan Internasional dan Neraca
Pembayaran yang selalu diikuti dengan perkembangan impor yakni barang-barang
atau komoditi dari luar negeri yang diperdagangkan di dalam negeri.
Aktifitas ekspor maupun impor timbul karena adanya perbedaan produktifitas
di dalam suatu negara, maka spesialisasi dan perdagangan akan semakin
menguntungkan. Begitu pula halnya antar negara. Perdagangan internasional
memungkinkan spesialisasi dan pembagian kerja yang efisien lebih efisien dibanding
hanya mengandalkan produktifitas domestik saja.
Diversifikasi atau keanekaragaman kondisi produksi merupakan alasan
mendasar setiap negara untuk terlibat dalam perdagangan internasional. Sementara
alasan paling utama perdagangan internasional adalah prinsip keunggulan komparatif
yang dikemukakan oleh Ricardo. Prinsip tersebut mengatakan bahwa perdagangan
antara dua wilayah, secara absolut lebih produktif atau kurang produtif dibanding
wilayah lain pada suatu komoditi.
Keunggulan yang besar akan diperoleh bila suatu negara berspesialisasi pada
bidang yang mempuyai keunggulan komparatif, mengekspor produk tersebut dan
menukarkannya dengan produk negara lain yang di negaranya mempunyai
keunggulan konparatif. Prisip keunggulan komparatif juga dapat diterapkan pada
melakukan perdagangan internasional, karena setiap negara mempunyai tujuan yang
ingin di capai dari kegiatan perdagangan internasional tersebut.
Menurut ahli ekonomi klasik, yang menjadi dasar tujuan perdagangan
internasional adalah sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Di samping itu dapat
dilihat tujuan-tujuan diadakannya perdagangan internasional yakni :
a. Mempertinggi efesiensi pengguna faktor-faktor produksi.
Dengan kegiatan perdagangan internasional maka setiap negara akan melakukan
spesialisasi produksi untuk diekspor. Hal ini akan memperoleh keuntungan antara
lain: faktor-faktor produksi akan dapat digunakan dengan lebih efesiensi dan
penduduk negara itu akan menikmati lebih banyak barang-barang.
b. Memperluas pasar produksi dalam negeri
Setiap produksi yang dihasilkan tentunya memerlukan pasar yang lebih luar agar
kapasitas produksi tidak menggangu di dalam negeri. Jadi untuk meningkatkan
penjualan hasil-hasil yang diproduksikan di dalam negeri harus diadakan
perdagangan internasional yang memberikan peluang besar dalam memperoleh
keuntungan.
c. Mempertinggi produktivitas kegiatan ekonomi
Dengan dilaksanakan perdagangan internasional, maka suatu negara akan
menjalin hubungan yang erat dengan negara lain dan akan memberikan motivasi
yang tinggi untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Disamping itu
memungkinkan negara tersebut untuk mempelajari pandangan-pandangan baru
yang akan memperbaiki cara kerja yang teratur sehingga akan mempertinggi
2.3.2 Peranan Dan Manfaat Ekspor
Ekspor adalah salah satu sektor pertanian yang memegang peranan penting
melalui perluasan pasar antara beberapa dimana dapat mengadakan perluasan dalam
sektor industri ,sehingga mendorong dalam industri lain,selanjutnya mendorong
sektor lainnya dari perekonomian ( Baldwin,1965). Dari defenisi diatas dapat dilihat
peranan sektor ekspor yaitu:
1. Pasar diseberang lautan memperluas pasar bagi barang – barang tertentu.
Sebagaimana ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat
tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang
lautan daripada hanya dipasar dalam negeri yang lebih sempit .
2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru ,akibat nya permintaan
akan barang – abarang dipasar dalam negeri meningkat. Terjadinya
persaingan mendorong industri industri dalam negeri mencari inovasi yang
ditujukan untuk menaikkan produktifitas.
3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan , karena industri
tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak
yang dibutuhkannyaseandainya barang – barang itu akan dijual didalam
negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat
pendapatan riil yang rendah atau hubungan trasnportasi yang belum memadai.
Dengan demikian ,selain menambah peningkatan produksi barang untuk
dikirim keluar neger,ekspor juga menambah permintaan dalam negeri ,sehingga
secara langsung ekspor memperbesar output industri – industri itu sendiri,dan secara
faktor produksinya,misalnya modal,dan juga menggunakan metode – metode
produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di
pasar perdagangan internasional.
2.3.3 Deskripsi Crude Palm Oil (CPO)
1. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman sawit merupakan suatu jenis tanaman palma yang mempunyai
Produk olahan utama berupa minyak sawit mentah - crude palm oil (CPO) memiliki
potensi pasar yang baik, baik nasional, maupun luar negeri (ekspor). Produksi minyak
sawit dunia tidak saja digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, akan tetapi
juga telah diolah lebih lanjut menjadi salah satu bahan bakar alternatif ramah
lingkungan untuk automotif yang disebut biodesel. Saat ini, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (PPKS) telah berhasil mengembangkan palm biodiesel dari minyak sawit
mentah (CPO). Selain itu, lembaga-lembaga penelitian (seperti LPND, LPD,
Perguruan Tinggi), maupun Badan Usaha Milik Negara juga telah melakukan
kegiatan serupa (olahan lanjut dari CPO).
Walaupun demikian, tercatat bahwa ekspor terbesar hasil olahan dari kelapa
sawit adalah CPO dan sebagian besar hasil ekspor ini (60%) kembali ke Indonesia
berupa produk-produk olahan lanjutan, seperti kosmetika. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam kerangka sistem pengelolaan interaksi proses inovasi belum terlihat
adanya peran litbang untuk mendukung industri pengolahan kelapa sawit, atau
industri belum mampu menyerap hasil-hasil litbang yang telah ada( Bisnis Indonesia,
2. Gambaran Umum Produksi Minyak Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun.
Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan
kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada
usia empat samapi enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut
sebagi periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut mulai
menghasilkan buah tandan segar ( Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa sawit pada
usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah
tandan segar. Dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati
Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah
sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah
menjadi CPO (crude palm oil) sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel
palm). Ekstraksi CPO rata-rata 20 % sedangkan PK 2.5%. Sementara itu serta dan
cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui
proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined,
Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk
produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair
(RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng.
Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening,
disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK
keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73%
olein, 21% stearin, 5% PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan .
Berikut ini bagan proses penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa
sawit.
Diagram 2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
2.3.4 Ekspor Hasil Industri Kelapa Sawit dan Turunannya
Dibidang industri (khususnya industri yang berorientasi ekspor seperti industri
kelapa sawit dan industri turunannya) juga dilaksanakan penyesuaian-penyesuaian
(adjusment) yaitu dari stretegi industri substitusi impor menuju strategi industri yang
berorientasi pada pasar global. Setelah dikeluarkan kebijaksanaan deregulasi
debirokratisasi telah dikeluarkan oleh pemerintah. Hasilnya dapat dilihat adalah
menaiknya nilai ekspor dan bergesernya posisi ekspor minyak dan gas (migas) yang
semula mendominasi nilai ekspor Indonesia digantikan oleh ekspor non-migas sejak
tahun 1986/1987 keragaan (performance) ekspor non-migas yang cemerlang sejak
tahun 1986/1987 terus di ikuti dengan terus menaiknya jumlah nilai ekspor yang
berasal dari produk industri kelapa sawit. Selain mengandalkan pasar domestik, pasar
ekspor merupakan pasar utama CPO Indonesia.
Ekspor CPO pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7-8% per
tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi,
kinerja ekspor CPO juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya
tingkat pajak ekspor. Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5%,
maka ekspor CPO diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8% per tahun. Pada
periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5%-8% per tahun sehingga
volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5.4 juta ton. ekspor ini sepenuhnya
didukung oleh ekspor cpo dari Sumatera Utara.
Seperti di jelaskan sebelumnya volume dan nilai ekspor hasil industri kelapa
sawit dan turunannya semakin meningkat. Maka ekspor hasil industri menduduki
urutan pertama yang di ikuti ekspor hasil perikanan dan peternakan.
Beberapa variabel penting yang erat berpengaruh terhadap masa depan
eksport hasil industri kelapa sawit dan turunannya adalah :
a) Situasi ekonomi internasional.akibat situasi yang kurang mantap di Timur Tengah
b) Proteksionisme dari negara-negara maju.karena volume ekspor Indonesia untuk
tiap komoditi adalah relatif kecil maka pemerintah perlu berhati-hati dalam
mengantisipasi gejala proteksionisme negara-negara maju.
c) Perubahan kebijaksanaan organisasi perdagangan dunia termasuk pemanfaatan
perundingan GATT dan sebagainya.
d) Sistem globalisasi yang timbul karena pengaruh semakin majunya teknologi
informasi cenderung memperpendek jarak antar bangsa yang satu dengan yang
lainnya,antar satu sistem perdagangan satu sama lain.konsekuensi bagi negara
berkembang adalah perlunya profesionalisme dan meningkatkan daya saing
produk-produk dalam negeri.
Disamping masalah-masalah internasional yang mempengaruhi peluang
ekspor hasil industri kelapa sawit dan turunannya, maka variabel yang berasal dari
dalam negeri juga tidak kalah pentingnya, yaitu antara lain :
1) Situasi dan kondisi politik dan keamanan yang mantap, maka akan mendorong
situasi perekonomian yang kondusif unruk melakukan ekspor.
2) Bila produktifitas nasional meningkat maka produksi meningkat dan peluang
ekspor di mungkinkan terus meningkat.
3) Deregulasi dan debirokratisasi. Sektor-sektor ekonomi yang belum tersentuh oleh
kebijaksanaan ini masih memungkinkan untuk memberikan peluang
Hasil analisis yang dilakukan FAO (2001), Mielke (2001), dan Susila (2002)
menunjukkan bahwa propek pasar CPO di pasar internasional relatif masih cerah.
Hal ini antara lain tercermin dari sisi konsumsi yang diperkirakan masih terbuka
dengan laju pertumbuhan konsumsi CPO dunia diproyeksikan mencapai sekitar
3.5%-4.5% per tahun sampai dengan tahun 2005 (Gambar 1). Dengan demikian,
konsumsi CPO dunia pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai 27.67 juta ton. Untuk
jangka panjang, laju peningkatan konsumsi diperkirakan sekitar 3% per tahun. 2.3.5 Prospek CPO dan Turunannya Di Pasar Internasional
Gambar 2.3 Proyeksi Konsumsi CPO dunia, 2000-2005
Peningkatan yang signifikan terutama akan terjadi pada negara yang sedang
berkembang seperti di Cina, Pakistan, dan juga Indonesia. Indonesia diperkirakan
Konsumsi CPO di Cina dan Pakistan diproyeksikan juga akan tumbuh dengan laju
sekitar 4-6% per tahun(Susila,2000).
Seperti kebanyakan harga produk primer pertanian, harga CPO relatif sulit
untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif dengan
dinamika yang perubahan yang relatif sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka
proyeksi harga yang dilakukan lebih pada menduga kisaran harga untuk periode
2000-2005. Jika tidak ada shock dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO
di pasar internasional pada periode tersebut diperkirakan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan situasi harga tahun 2001 yang dengan rata-rata sekitar US$
265/ton. Di samping itu, mulai menurunnya stok pada periode menjelang 2005 juga
mendukung perkiraan tersebut. Dengan argumen tersebut, harga CPO sampai dengan
2005 diperkirakan akan berfluktuasi sekitar US$ 350-450/ton (Susila dan Supriono
2001).
2.4 Industri/ Pabrik
2.4.1 Pengertian Industri/ Pabrik
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
a. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku.
1) industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain-lain.
2) industri nonekstraktif
Industri nonekstraktif adalah industri yang didapat dari tempat lain selain
alam sekitar.
b. Golongan/ macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
1) industri kimia dasar
Contoh seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.
2) industri mesin dan logam dasar
Misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil
3) aneka industri
Misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain- lain.
c. Penggolongan industri berdasarkan produtivitas perorangan
1) industri primer
Adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau
tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya: hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
dan sebagainya.
Adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang
untuk diolah kembali. Misalnya: pemintalan benang sutra, komponen elektronik,
dan hasil frakmentasi CPO menjadi minyak goreng, sabun, dan sebagainya.
3) industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh seperti
telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan.
2.4.2 Peranan Sektor Industri Kelapa Sawit dan Turunannya Dalam
Pembangunan Ekonomi
Mengikuti analisis klasik dari kuznets (1974), pertanian di negara-negera
sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam
empat bentuk kontribusinya pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional
yaitu sebagai berikut:
a. Kontribusi Produk
Kuznets (1964) mencoba menganalisa kontribusi output dari sektor pertanian
terhadap pertumbuhan PDB dengan melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa
output dari sektor tersebut didalam pertumbuhan relatif dari produk-produk neto
pertanian dan non pertanian.
Setelah dilakukan studi empiris disejumlah negara sedang berkembang
dengan formula kuznets diperoleh dua hiotesis yaitu:
1. Pangsa output dari sektor industri kelapa sawit dan turunannya dalam PDB
menurut seiring waktu sebagai suatu konsekuensi dari pertumbuhan dan
2. Pangsa tersebut berkolerasi terbalik dengan tingkat pembangunan ekonomi
yang diukur dalam bentuk PNB atau PDB perkapita. Hal ini bisa dilihat
dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah lintas negara (cross
country analysis) yang menunjukkan pertumbuhan PDB berbeda antara
negera dengan tingkat pembangunan yang berbeda. Pendekatan kedua adalah
deret waktu (time series analysis) yang menunjukkan perubahan dari rasio
tersebut disuatu negara dalam suatu periode tertentu.
Laju tertinggi dari peranan dalam peranan relatif sektor industri kelapa sawit
dan turunannya dalam ekonomi cederung berasosiasi dengan kombinasi dari tiga hal
berikut yakni pangsa awal dari output sub sektor pertanian, yaitu industri kelapa sawit
dan turunannya, laju pertumbuhan output sub sektor ini yang relatif rendah, dan laju
pertumbuhan output dari sektor lainnya yang relatif tinggi.
b. Kontribusi Pasar
Dinegara seperti Indonesia dengan populasi pertanian-pertanian dan
keluarganya, sangat penting bagi pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor
non pertanian, khususnya industri. Pengeluaran petani untuk produk-produk industri
baik barang-barang konsumsi (pakaian, meubel, alat-alat bangunan dan peralatan
rumah tangga) maupun barang-barang produsen (pupuk, pestisida, mesin, alat-alat
pertanian, dan input-input lainnya) memperlihatkan satu aspek yang sangat penting
dari kontribusi pasar sektor pertanian terhaadap pembangunan ekonomi (diversifikasi
sektoral).
Sektor pertanian berperan lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan
sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat.
Pertama, dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi
oleh barang-barang buatan dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Dalam suatu
sistem ekonomi tertutup, kebutuhan petani akan barang-barang non makanan harus
dipenuhi oleh industri dalam negeri. Jadi secara teoritis (dengan asumsi bahwa
faktor-faktor lain mendukung), efek dari pertumbuhan pasar domestik terhadap
perkembangan dan pertumbuhan industri domestik lebih terjamin daripada dalam
suatu sistem ekonomi terbuka. Sedangkan dalam sistem ekonomi terbuka, industri
dalam negeri menghadapi persaingan dari barang impor. Dengan kata lain,
pertumbuhan konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin adanya pertumbuhan
yang tinggi disektor-sektor non pertanian dalam negeri.
Kedua, jenis teknologi yangdigunakan disektor pertanian yang menentukan
tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau moddernisasi dari sektor tersebut.
Permintaan terhadap barang-barang produksi dari sektor pertanian tradisional lebih
kecil (baik dalam jumlah maupun komposisinya menurut jenis barang) dibandingkan
permintaan dari sektor pertanian modern.
c. Kontribusi faktor-foktor Produksi
faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor
non pertanian tanpa harus mengurangi volume produksi ( produktivitas ) di sektor
pertanian adalah tenaga kerja.secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor
pertanian tidak akan menurun sampai pada suatu titik diman laju pertumbuhan tenaga
kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja ( titik balik
1. Lebih mudah bagi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan tenaga kerja nol
persen di sektor pertanian jika jumlah tenaga kerja di sektor non pertanian
sudah mencapai suatu pangsa yang relatif besar, dibandingkan apabila
pertanian masih merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga
kerja. Artinya jika di banyak negara sedang berkembang kondisi titik balik
tidak mungkin dapat dicapai selama pembangunan ekonomi belum mencapai
suatu tahap akhir.
2. Semakin tinggi laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja, semakin sulit mencapai
titik balik. Implikasinya, semakin tinggi laju pertumbuhan populasi semakin
sulit kondisi tersebut dicapai
d. Kontribusi Devisa
kontribusi sektor pertanian disuatu negara terhadap pendapatan devisa adalah
lewat pertumbuhan ekspor dan pengurangan impor negara tersebut atas
komoditi-komoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bersifat tidak
langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk
berbasis pertanian, seperti makanan, minuman, tekstil dan produk-produknya,
barang-barang dari kulit, ban mobil, obat-obatan, dan lain-lain.
2.4.3 Keterkaitan Ekonomi Sektor Industri Kelapa Sawit dan Turunannya
Keterkaitan sektor industri kelapa sawit dan turunannya dengan sektor-sektor
produksi menunjukkan ketergantungan dalam proses produksi antara proses-proses
sektor lain. Ada dua bentuk keterkaitan produksi kebelakang.
Dalam bentuk keterkaitan ekonomi, sektor industri kelapa sawit dan
turunannya mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi
disektor-sektor non pertanian. Surplus uang disektor industri kelapa sawit menjadi
sumber dana investasi di sektor-sektor lain. Kedua, sebagai sumber bahan baku atau
input bagi sektor-sektor lain, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan. Ketiga,
melalui peningkatan permintaan dipasar output dimana output industri kelapa sawit
dan turunannya sebagai sumber diversifikasi produksi disektor-sektor ekonomi
lainnya.
Berdasarkan uraian ini dapat diprediksikan apabila sektor industri kelapa
sawit dan turunannya mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestik
akan sangat besar akibat pengaruh sektor pertanian yang terkait langsung maupun
tidak langsung dengan industri kelapa sawit dan turunannya dengan pertanian juga
mengalami stagnasi kerena tiga fungsi dari industri kelapa sawit tersebut.
Pembahasan teori mengenai keterkaitan ekonomi dengan industri pengolahan
dan turunannya dan studi-studi kasus di negara-negara afrika, asia, dan amerika latin
yang membuktikan betapa pentingnya industri pengolahan kelapa sawit dan
turunannya bagi perkembangan hasil produksi di sektor pertanian.
2.4.4 Peranan Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya
Pabrik kelapa sawit merupakan industri untuk mengekstraksi minyak dari
pengusaha kebun kelapa sawit untuk bermitra dengan pabrik kelapa sawit. Oleh sebab
itu, pabrik kelapa sawit menjadi satu keharusan. Tanpa pabrik kelapa sawit buah
kelapa sawit tidak dapat dimanfaatkan. Dan adapun yang dimaksud dengan industri
turunan adalah pabrik yang mengolah hasil dari produksi kelapa sawit yaitu minyak
sawit CPO), minyak inti sawit, dan minyak sawit lainnya. yang kemudian diolah
menjadi produk-produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat, seperti minyak
goreng, sabun, margarin dan sebagai bahan baku pabrik-pabrik kimia salah satunya.
2.4.5 Perkembangan Industri Minyak Kelapa Sawit dan Turunannya
Sumatera Utara
Dalam membahas permintaan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Sumatera
Utara tidak bisa terlepas dari keadaan dan sumberdaya lingkungan fisik seperti
perkembangan luas areal dan produksi,perkembangan harga minyak kelapa sawit
dalam dan luar negeri,total produksi CPO,sumbangan CPO kepada pendapatan
ekspor,sumbangan kepada tenaga kerja,perkembangan pasaran minyak kelapa sawit
dunia,posisi dan kedudukan Minyak Kelapa Sawit Indonesia,pasaran minyak dan
lemak dalam negeri,serta peranan kantor pemasaran bersama yang mungkin
berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit Sumatera utara.
Sejak reformasi, salah satu diskursus yang mengemuka dalam pembangunan
ekonomi nasional adalah perlunya shifting paradigm agar pembangunan lebih
berbasis pada pertanian dalam arti luas sehingga industri yang seharusnya
dikembangkan adalah industri manufaktur agro (agroindustri). Pengembangan
agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja
seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Diakui atau tidak,
ekonomi Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam bidang
pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah tidak
bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar
penduduk miskin berada pada sektor ini, khususnya pertanian dalam arti luas.
Oleh karena itu, diperlukan keberanian untuk melakukan terobosan strategi
menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya.
Seperti diketahui, keunggulan komparatif perekonomian Indonesia adalah besarnya
potensi sumber daya alam terbarukan (renewable resource) dan pengalaman
agroindustri sebagai penyelamat ekonomi kita selama krisis. Hasil kajian akhir tahun
2007 IPB, menunjukkan prospek agroindustri 2008 cukup cerah, mengingat adanya
tren kenaikan harga dan peluang pasar global sangat besar.
Langkah ini tentu perlu didukung dengan strategi peningkatan daya saing
ekspor komoditas agroindustri untuk melakukan penetrasi di pasar internasional.
Strategi ini dapat ditempuh dengan pemetaan beberapa komoditas unggulan terlebih