• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Tirtanadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Tirtanadi Medan"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS

KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

TIRTANADI MEDAN

TESIS

Oleh

NUR ISBAH 077019093/IM

S

E K O L AH P

A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS

KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

TIRTANADI MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Megister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR ISBAH 077019093/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTANADI MEDAN

Nama Mahasiswa : Nur Isbah Nomor Pokok : 077019093

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Arnita Zaenoeddin, M.Si.) (Drs. Syahyunan, M.Si.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, S.E.,M.S.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)

(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 21 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Arnita Zaenoeddin, M.Si. Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTANADI MEDAN”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, 2009

Yang membuat pernyataan,

Nur Isbah

 

 

(6)

ABSTRAK

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi (PDAM Tirtanadi) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Propinsi Sumatera Utara yang beroperasi di Medan dalam rangka melayani sebagian masyarakat Sumatera Utara dalam penyediaan jasa air minum dan pengelolaan limbah air. Fenomena yang terjadi secara umum PDAM yang ada di Indonesia menganut budaya organisasi yang paternalistik di mana masyarakat Indonesia masih menganut budaya Timur dan PDAM merupakan perusahaan milik daerah yang pemiliknya adalah Kepala Daerah. Dalam pengelolaan bisnisnya, PDAM memiliki beragam permasalahan meliputi dari aspek organisasi perusahaan dan masalah budaya dimana pembentukan karakter karyawan melalui nilai-nilai (budaya) organisasi yang dianut, yang pada saatnya akan menentukan etos kerja pegawainya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja terhadap Prestasi dan pengaruh sikap dan lingkungan internal terhadap etos kerja pegawai pada PDAM Tirtanadi Medan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Jenis penelitiannya adalah jenis asosiatif dimana penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh fakta- fakta dari gejala–gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PDAM Tirtanadi Kantor pusat Medan sebanyak 300 orang.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling sebanyak 75 orang pegawai PDAM Tirtanadi Kantor pusat Medan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Penelitian ini memakai dua hipotesis, hipotesis pertama memakai budaya organisasi dan etos kerja sebagai variabel independen dan prestasi kerja karyawan sebagai dependen variabel, dan pada hipotesis kedua memakai sikap dan lingkungan internal sebagai variabel independen dan etos kerja sebagai variabel dependen. Kedua hipotesis tersebut di estimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dibantu dengan software SPSS versi 15.

Hasil penelitian ini menyimpulkan hipotesis pertama menunjukkan etos kerja and budaya organisasi berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan, dan hipotesis kedua menunjukkan sikap dan lingkungan internal berpengaruh terhadap etos kerja karyawan PDAM Tirtanadi secara simultan dan secara parsial.

(7)

ABSTRACT

PDAM is one of the North Sumatera Government Business Company on Medan. The Company service is drinking water service and waste water to public consumption. Generally, phenomenon in PDAM all over Indonesia in organization culture is paternalistic management due to the ownership of the PDAM Tirtanadi is Goverment of North Sumatera Utara. In scope business. The PDAM have some internal problem coverage about organization aspect and culture problem which kind of character building by means of value culture organization practice.

The research goals is to analyze the impact of organizational culture and work ethic effect on work of performance and attitude and internal environment on work ethics of PDAM Tirtanadi Employee.

This research using survey approach. The kind of research are associative causal design to some evidence from fact of conspicious. This research attribute are explanatory approach. This poppulation this research collect from 300 employee. The sampling technique using the simple random sampling method with are taking responden 75 of PDAM Tirtanadi employee. The method of data collection is by interview, list of questionnaires, and documentation study. This research applied two hypothesis, the first hypothesis used organizational culture and work ethics as independent variable and work performance as dependent variable, the second hypothesis used attitude and internal environment as independent variables and work ethics as dependent variable. The method of analysis used is multiple linear regression analysis. The hypothesys testing is simultaneously or partially by using software SPSS version 15.

The result showed that the first hypothesis organizational culture and work ethics had impact on the work performance, and the second hypothesis attitude and internal environment had impact on work ethics simultaneously and partially on the PDAM Tirtanadi employees.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang

dilakukan penulis adalah: ”Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi

Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku

Anggota Komisi Penguji.

4. Ibu Prof. Dr. Arnita Zaenoeddin, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

(9)

Tesis ini dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang juga telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penulisan Tesis ini.

5. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si, Dan Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku

Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda tercinta H.M. Amin dan dan Ibunda

tersayang Hj. Siti Hasnah.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan Tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada seluruh

pembaca. Semoga kiranya Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nur Isbah, dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 29 Januari 1978, anak ke

tujuh dari delapan bersaudara dari Ayahanda H.M. Amin dan Ibunda Hj Siti Hasnah.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 102083 Pabatu tahun 1990,

Sekolah Menengah Pertama Yapendak Pabatu tahun 1993, Sekolah Menengah Atas

Negeri 2 Tebing Tinggi tahun 1996, dan melanjutkan studi pada Fakultas Pendidikan

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan tamat pada tahun 2001. Pada tahun 2007

melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2009

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang . ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 5

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Berpikir... 7

I.6. Hipotesis ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Penelitian Terdahulu ... 11

II.2. Budaya Organisasi ... 15

II.2.1. Pengertian dan Dimensi Budaya Organisasi ... 15

II.2.2. Karakteristik Budaya Organisasi... 23

(12)

II.2.4. Budaya Perusahaan di Era Pengetahuaan... 30

II.3. Teori Tentang Etos Kerja ... 32

II.3.1. Pengertian Etos Kerja... 32

II.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 40

II.4. Prestasi Kerja ... 41

II.5. Pengendalian Sikap (Locus of Control) ... 44

II.6. Lingkungan Internal ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

III.2. Metode Penelitian ... 48

III.2.1. Pendekatan Penelitian ... 48

III.2.2. Jenis Penelitian ... 48

III.2.3. Sifat Penelitian ... 49

III.3. Populasi dan Sampel... 49

III.4. Jenis dan Sumber Data ... 51

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 51

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 52

III.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 52

III.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 55

(13)

III.7.1. Uji Validitas ... 57

III.7.2. Uji Realibitas. ... 59

III.8. Model Analisis Data ... 60

III.8.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 60

III.8.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 63

III.9. Pengujian Asumís Klasik ... 64

III.9.1. Uji Normalitas ... 64

III.9.2. Uji Multikolinieritas... 65

III.9.3. Uji Heterokedastisitas... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Penelitian ... 67

IV.1.1. Profil Perusahaan ... 67

IV.1.1.1. Tujuan umum PDAM Tirtanadi Medan ... 70

IV.1.1.2. Visi dan misi PDAM Tirtanadi Medan ... 71

IV.1.1.3. Kegiatan PDAM Tirtanadi Kota Medan ... 71

IV.1.1.4. Struktur organisasi PDAM Tirtanadi Medan.. 72

IV.1.2. Karakteristik Responden ... 74

IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 74

IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 75

(14)

IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan

golongan ... 76

IV.1.2.5 Karakteristik responden berdasarkan komposisi bidang dan tugas... 76

IV.1.2.6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan... 77

IV.1.3. Analisis Deskripsi Variabel ... 79

IV.1.3.1 Penjelasan responden atas variabel budaya organisasi, etos kerja, dan prestasi kerja... 79

I V.1.3.2 Penjelasan responden atas variabel sikap dan lingkungan internal ... 83

IV.2. Pembahasan ... 86

IV.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 86

IV.2.1.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis pertama .... 86

IV.2.1.2. Hasil uji hipotesis pertama ... 88

IV.2.1.3. Uji F (serempak) hipotesis pertama ... 89

IV.2.1.4. Uji t (parsial) hipotesis pertama ... 90

IV.2.2. Pengujian Hipotesi Kedua ... 92

IV.2.2.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis kedua ... 92

IV.2.2.2. Hasil uji hipotesis kedua ... 94

IV.2.2.3. Uji F (serempak) hipotesis kedua ... 95

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan ... 102

V.2. Saran ... 103

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

II.1. Penelitian Terdahulu ... 14

III.1. Jumlah Populasi dan Sampel ... 50

III.2. Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 54

III.3. Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 56

III.4. Uji Validitas Budaya Organisasi, Etos Kerja, dan Prestasi Kerja ... 58

III.5. Uji Validitas Sikap, Lingkungan Internal dan Etos Kerja ... 58

III.6. Nilai Cronbach’s Alpha Hipotesis Pertama ... 59

III.7. Nilai Cronbach’s Alpha Hipotesis Kedua ... 60

IV.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 74

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 75

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ... 76

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Komposisi Bidang dan Tugas... 76

IV.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 77

IV.7. Distribusi Frekuensi Budaya Organisasi, Etos Kerja dan Prestasi Kerja ... 80

IV.8. Distribusi Frekuensi Sikap dan Lingkungan Kerja ... 84

(17)

IV.10. Pengujian Goodness of Fit Hipotesis Pertama ... 89

IV.11. Hasil Uji F Hipotesis Pertama ... 90

IV.12. Hasil Uji t Hipotesis Pertama ... 90

IV.13. Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua... 93

IV.14. Pengujian Goodness of Fit Hipotesis Kedua ……… 94

IV.15. Hasil Uji F Hipotesis Kedua ……….. 95

(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir ... 9

IV.1. Struktur Organisasi PDAM Tirtanadi Medan... 73

IV.2. Grafik Histogram Hipotesis Pertama ... 86

IV.3. Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis

Pertama ... 87

IV.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 92

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Tabel F dengan signifikansi 5%... 109

2 Tabel t dengan signifikansi 5%... 110

3 Hasil Uji Regresi Berganda Hipotesis Pertama... 111

(20)

ABSTRAK

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi (PDAM Tirtanadi) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Propinsi Sumatera Utara yang beroperasi di Medan dalam rangka melayani sebagian masyarakat Sumatera Utara dalam penyediaan jasa air minum dan pengelolaan limbah air. Fenomena yang terjadi secara umum PDAM yang ada di Indonesia menganut budaya organisasi yang paternalistik di mana masyarakat Indonesia masih menganut budaya Timur dan PDAM merupakan perusahaan milik daerah yang pemiliknya adalah Kepala Daerah. Dalam pengelolaan bisnisnya, PDAM memiliki beragam permasalahan meliputi dari aspek organisasi perusahaan dan masalah budaya dimana pembentukan karakter karyawan melalui nilai-nilai (budaya) organisasi yang dianut, yang pada saatnya akan menentukan etos kerja pegawainya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja terhadap Prestasi dan pengaruh sikap dan lingkungan internal terhadap etos kerja pegawai pada PDAM Tirtanadi Medan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Jenis penelitiannya adalah jenis asosiatif dimana penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh fakta- fakta dari gejala–gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PDAM Tirtanadi Kantor pusat Medan sebanyak 300 orang.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling sebanyak 75 orang pegawai PDAM Tirtanadi Kantor pusat Medan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Penelitian ini memakai dua hipotesis, hipotesis pertama memakai budaya organisasi dan etos kerja sebagai variabel independen dan prestasi kerja karyawan sebagai dependen variabel, dan pada hipotesis kedua memakai sikap dan lingkungan internal sebagai variabel independen dan etos kerja sebagai variabel dependen. Kedua hipotesis tersebut di estimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dibantu dengan software SPSS versi 15.

Hasil penelitian ini menyimpulkan hipotesis pertama menunjukkan etos kerja and budaya organisasi berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan, dan hipotesis kedua menunjukkan sikap dan lingkungan internal berpengaruh terhadap etos kerja karyawan PDAM Tirtanadi secara simultan dan secara parsial.

(21)

ABSTRACT

PDAM is one of the North Sumatera Government Business Company on Medan. The Company service is drinking water service and waste water to public consumption. Generally, phenomenon in PDAM all over Indonesia in organization culture is paternalistic management due to the ownership of the PDAM Tirtanadi is Goverment of North Sumatera Utara. In scope business. The PDAM have some internal problem coverage about organization aspect and culture problem which kind of character building by means of value culture organization practice.

The research goals is to analyze the impact of organizational culture and work ethic effect on work of performance and attitude and internal environment on work ethics of PDAM Tirtanadi Employee.

This research using survey approach. The kind of research are associative causal design to some evidence from fact of conspicious. This research attribute are explanatory approach. This poppulation this research collect from 300 employee. The sampling technique using the simple random sampling method with are taking responden 75 of PDAM Tirtanadi employee. The method of data collection is by interview, list of questionnaires, and documentation study. This research applied two hypothesis, the first hypothesis used organizational culture and work ethics as independent variable and work performance as dependent variable, the second hypothesis used attitude and internal environment as independent variables and work ethics as dependent variable. The method of analysis used is multiple linear regression analysis. The hypothesys testing is simultaneously or partially by using software SPSS version 15.

The result showed that the first hypothesis organizational culture and work ethics had impact on the work performance, and the second hypothesis attitude and internal environment had impact on work ethics simultaneously and partially on the PDAM Tirtanadi employees.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Menghadapi masa transisi memasuki era millenium ketiga, perusahaan

dituntut memiliki core competence yang mampu menghasilkan sustainable

competitive advantage. Salah satu faktor kunci menghasilkan sustainable competitive

advantage adalah tersedianya intellectual human capital yang memiliki sifat kreatif,

inovatif, fleksibel dan entrepreneurship.

Kompetensi utama dewasa ini yang menghasilkan sustainable competitive

advantage, yakni, sumber daya fisik (physical capital), sumber daya manusia (human

capital) dan sumber daya organisasi (organizational capital). Dari ketiga jenis

sumber daya ini, sumber daya yang sangat memiliki competitive advantage tinggi

adalah sumber daya yang bersifat invisible assets atau care competence yang berasal

dari sumber daya manusia (misalnya, bentuk pelatihan, pengalaman, dan hubungan

antar anggota organisasi) dan keterampilan organisasional (misalnya, struktur

pelaporan formal, kontrol, dan hubungan informasi). Keunggulan ini melekat secara

organisasional dan dari segi sosial bersifat kompleks dan unik sehingga sulit bagi

pesaing untuk meniru.

Menghadapi kondisi diatas perusahaan harus melakukan perubahan yang

(23)

Nilai-nilai yang menjadi penopang budaya ini terbentuk melalui perjalanan historis

perusahaan, karena nilai-nilai inilah yang diyakini sebagai kunci sukses perusahaan.

Ketika konteks zaman telah berubah, situasi menjadi kompetitif dan menuntut

kompetisi menjadi nilai penentu kesuksesan perusahaan, maka budaya perusahaan

pun mesti berubah. Dengan melakukan penghargaan terhadap kinerja individual.

Perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang kuat akan mampu bertahan

melewati sejumlah tantangan yang muncul dalam berbagai masa. Beberapa

perusahaan seperti Procter & Gamble yang memiliki falsafah “Business integrity, fair

treatment of employees”; IBM dengan “IBM means service”; Nokia lewat

Connecting People”; dan General Electric (GE) dengan falsafahnya “Progress is

our most important product”. 3M (Unbridled entrepreneurship), dan Delta Airlines

(That family feeling), Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang mampu melewati

tantangan dalam berbagai masa.

Fenomena yang terjadi secara umum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

yang ada di Indonesia menganut budaya organisasi yang paternalistik di mana

masyarakat Indonesia masih menganut budaya Timur dan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang pemiliknya adalah Kepala

Daerah.

Budaya organisasi paternalistik yaitu budaya di Indonesia yang masih

memiliki kecenderungan kuat di mana para manajer level menengah dan bawah

(24)

dan ide-ide mereka, meskipun para manajer tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik

dari pada sekedar menuruti perintah atasan. Seseorang diberikan kewenangan sesuai

dengan aturan dari atasan dan mempertimbangkannya sebagai suatu obligasi untuk

memberikan perlindungan kepada yang lain dibawah pengawasan manajer. Bawahan

saling memberi pengawasan dan perlindungan dari kewenangan manajer dengan

menunjukkan loyalitas, rasa hormat dan patuh.

Untuk menanamkan dan memperkuat budaya organisasi adalah menyusun

desain dan struktur organisasi, menyusun prosedur dan sistem organisasi,

mendesain ruang fisik dan bangunan kantor, menanamkan sejarah, legenda, mitos dan

kejadian-kejadian tertentu, orang-orang penting serta pernyataan formal

menyangkut filosofi organisasi. Budaya organisasi yang ada akan mengacu pada

rumusan keyakinan (belief), nilai-nilai (value), dan cara belajar dari pengalaman yang

dibangun sepanjang sejarah organisasi dan dimanifestasikan dalam tiap pengaturan

materi dan perilaku tiap anggota organisasi tersebut atau “nilai-nilai yang menjadi

pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga

perilakunya dalam organisasi.

Nilai-nilai yang ada akan membentuk etos kerja merupakan sikap yang

tertanam dalam diri untuk senantiasa menghayati dan menghargai suatu pekerjaan

dengan terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Etos kerja merupakan

bagian penting yang menentukan suatu keberhasilan seseorang. Suatu keberhasilan

(25)

akal pikiran tapi juga kemampuan untuk mengarahkannya pada kebaikan, baik secara

individu ataupun kelompok. Sebagai contoh atas keberhasilan ini adalah masyarakat

Jepang yang dipandang sukses dikancah ekonomi dunia dengan menerapkan etos

kerja Bushido.

Arti penting dari etos kerja terletak pada perannya dalam menentukan

keberhasilan seseorang. Keberhasilan yang bersumber dari sikap atau perilaku yang

merupakan cerminan dari keyakinan, kecerdasan, semangat dan keberanian,

kehormatan, pengabdian, dan loyalitas yang khas pada seseorang. Sikap mental

manusia dan etos kerjanya memiliki keterkaitan dengan iklim dan kondisi lingkungan

dimana dia berada. Etos kerja yang dibentuk sejak dini terutama pada lingkungan

sekolah menentukan kelak bagaimana etos kerja seseorang. Perguruan Tinggi

merupakan institusi pertama kali dimana seseorang dibentuk dan dipersiapkan untuk

memiliki etos kerja yang baik. Meningkatkan etos kerja memang tidak bisa dilakukan

dengan instan, tetapi perlu etikat dan niat baik, entah secara individual maupun

kolektif.

Kekuatan etiket dan niat akan menggeser budaya loyo dan watak lemah.

Selain itu, komponen yang tak kalah pentingnya dan bahkan utama adalah disiplin.

Sikap disiplin menunjukkan kualitas kepribadian seseorang atau suatu bangsa dalam

memiliki reputasi, sebagaimana bangsa Jepang. Disiplin dalam kerja terlihat dengan

menghargainya pada jam kerja, tidak keluyuran meninggalkan pekerjaan tanpa ijin

(26)

sikap ini akan mampu membentuk loyalitas pada pekerjaan, menumbuhkan

konsistensi, serta progresifitas pekerjaan dari waktu ke waktu. Disiplin hanya bisa

diterapkan dengan menegakkan aturan, memberikan penghargaan (prizing) pada yang

berprestasi dan sanksi (punishment) pada siapapun yang tidak mematuhinya.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi sebagai perusahaan daerah

yang terus berbenah menyadari hal ini dengan baik. Perusahaan mulai melakukan

pembentukan karakter karyawan melalui nilai-nilai (budaya) organisasi yang dianut,

yang pada saatnya akan menentukan etos kerja karyawannya.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Sejauh mana pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja berpengaruh terhadap

Prestasi Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi

Medan ?

2. Sejauh mana pengaruh sikap dan lingkungan internal organisasi berpengaruh

terhadap etos kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi

(27)

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana pengaruh Budaya Organisasi

dan Etos Kerja terhadap Prestasi Kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirtanadi Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap dan lingkungan internal

organisasi terhadap etos kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirtanadi Medan

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Sebagai penambah khasanah bagi program Studi Ilmu Mnajamen Sekolah Pasca

Sarjana universitas Sumatera Utara yang dapat dipergunakan dan dikembangkan..

2. Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi

Medan dalam merumuskan kebijakan, strategi dan program kerja serta

memotivasi karyawan.

3. Sebagai masukan bagi pemimpin organisasi lain baik organisasi masyarakat,

organisasi kepemudaan, organisasi politik dan sebagainya dalam memilih dan

menetapkan budaya organisasi dan etos kerja yang sesuai demi tercapainya

tujuan organisasi serta program-program yang meningkatkan prestasi kerja

(28)

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

tentang Budaya Organisasi, Etos Kerja dan Prestasi Kerja dimasa yang akan

datang.

I.5. Kerangka Berpikir

Sarplin dalam Lako (2004) menyatakan bahwa “budaya organisasi merupakan

suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling

berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma

perilaku organisasi”.

Budaya dalam sebuah perusahaan sangat erat kaitannya dengan bidang usaha

yang dijalani sebuah perusahaan. Jadi, budaya perusahaan pada satu perusahaan tidak

selalu sama atau sesuai dengan perusahaan lain. Perusahaan dengan budaya

organisasi yang kuat mempunyai kekuatan dalam “inner strength” yang lebih kuat

daripada perusahaan yang tidak memiliki budaya (Situmorang, 2008).

Barney (1991) menyatakan ada 3 (tiga) bentuk core competence yang menghasilkan sustainable competitive advantage, yakni, sumber daya fisik

(physical capital), sumber daya manusia (human capital) dan sumber daya

(29)

Menurut Susanto (2007) ”landasan budaya organisasi dibangun berdasarkan

tata nilai (values) yaitu apa yang dianggap baik oleh sekelompok orang, yang

kemudian diturunkan menjadi norma”.

Norma (norms, standards) menjadi patokan baik-buruk, pantas-tidak pantas.

Jika nilai dan norma ini telah terinternalisasi dengan kuat, akan mengendalikan

individu sebagai anggota organisasi. Internalisasi ini, di tingkat individu, akan

menjadi kata hati (nurani, conscience) sedangkan di perusahaan akan mmebentuk

integritas, profesionalisme, keteladanan dan perhargaan atas SDM.

Etos kerja menurut Chong dan Tai (dalam Wirawan, 2007) adalah: “work ethic belief system pertahins to ideas that stress individualism/independence and the positive effect of work on individuals. Work is thus considered good in itself because it dignifies a person. Making personal effort to work hard will ensure success”.

SelanjutnyaSinamo (2005) menyatakan bahwa ”etos kerja adalah seperangkat

perilaku kerja positif yang berakar pada kedasaran yang kental, keyakinan yang

fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral”.

Istilah paradigma di sini berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri yang

mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang

menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai;

termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi

(30)

Etos kerja merupakan sikap yang tertanam dalam diri untuk senantiasa

menghayati dan menghargai suatu pekerjaan dengan terus meningkatkan kualitasnya

dari waktu ke waktu (www.edubenchmark.com).

Menurut Sinamo (2005) “ada 8 (delapan) etos kerja di Indonesia yakni: (1)

kerja adalah rahmat, (2) kerja adalah amanah, (3) kerja adalah panggilan, (4) kerja

adalah aktualisasi, (5) kerja adalah Ibadah, (6) kerja adalah seni, (7) kerja adalah

kehormatan dan (8) kerja adalah pelayanan”.

Organisasi adalah kelompok yang mempunyai tujuan sama, dan untuk

mencapai tujuannya memerlukan pembagian peran dan tugas dengan demikian setiap

orang akan diukur prestasi kerjanya. Sistem penilaian prestasi kerja lebih berorientasi

ke proses melakukan pekerjaan (sikap, tindakan, dan perilaku selama bekerja) yang

terkait dengan budaya kerja.

Rivai dalam Zulham (2008) menyatakan bahwa “prestasi kerja adalah

kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang

diharapkan”.

(31)

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Etos Kerja Budaya Organisasi

Prestasi Kerja

Lingkungan internal Sikap

Etos Kerja

Gambar I.1. Kerangka Berpikir

I.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut :

1. Budaya Organisasi dan Etos Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan, dan etos kerja paling

(32)

2. Sikap dan Lingkungan internal berpengaruh terhadap Etos Kerja Karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan, dan lingkungan

internal paling besar pengaruhnya terhadap etos kerja. 

(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini diantaranya oleh Rosita

(2005) yang meneliti Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

Terhadap Kepuasan Karyawan Pada PT. Tolan Tiga Indonesia. Penentuan sampel

dilakukan secara acak dengan menggunakan Slovin method sebanyak 81 orang

karyawan staf perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah Structural

Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi dan

kepuasan karyawan. Selain itu model SEM menemukan adanya pengaruh positif dan

signifikan antara budaya organisasi terhadap kepuasan karyawan dan terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap kepuasan karyawan.

Agustina (2006) dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan Sikap Dan

Lingkungan Internal Dengan Prestasi Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Air

Minum Kota Surakarta Tahun 2006”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan yang positif antara: (1) sikap dengan prestasi kerja karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta tahun 2006, (2) lingkungan internal

(34)

2006, (3) sikap dan lingkungan internal dengan prestasi kerja karyawan Perusahaan

Daerah Air Minum Kota Surakarta tahun 2006. Berdasarkan hasil analisis data

diperoleh: (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap dengan prestasi

kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta tahun 2006, (2) Ada

hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan internal dengan prestasi kerja

karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta tahun 2006, (3) Ada

hubungan yang positif dan signifikan antara sikap dan lingkungan internal secara

bersama-sama dengan prestasi kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Kota

Surakarta tahun 2006.

Kusnan (2004) meneliti dengan judul ”analisis sikap iklim organisasi, etos

kerja dan disiplin kerja dalam menentukan efektivitas kinerja organisasi di Garnisun

Tetap III Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis iklim organisasi,

etos kerja dan disiplin kerja dalam menentukan efektivitas kinerja organisasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepada seluruh prajurit dan pegawai sipil

organisasi Garnisun Tetap III yang berjumlah 212 orang. Penentuan sampel dalam

penelitian ini menggunakan stratified random sampling, dan jumlah sampel 62 orang

terdiri dari tingkatan/ strata TNI, AD, AL, AU maupun pegawai sipil dari Garnisun

Tetap III Surabaya. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa iklim organisasi dan etos kerja di Garnisun Tetap III

(35)

Sedangkan disiplin kerja di Garnisun Tetap III Surabaya berpengaruh signifikan

terhadap efektivitas kinerja organisasi.

Riset yang dilakukan oleh Falih (2004) yang menguji pengaruh struktur

organisasi, budaya organisasi, kepemimpinan, aliansi strategis terhadap inovasi

organisasi dan kinerja organisasi hotel bintang tiga di Jawa Timur. Hasil

menunjukkan struktur organisasi, budaya, kepemimpinan, aliansi strategis

berpengaruh terhadap inovasi dan kinerja organisasi.

Achmadhari (2005) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh budaya

organisasi, etos kerja dan kepuasan kerja terhadap Prestasi Kerja pada Perusahaan

Daerah Air Minum Kabupaten Gresik”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan yang positip antara budaya organisasi, etos kerja, dan kepuasan kerja

terhadap prestasi kerja secara parsial dan simultan, dan kepuasan kerja paling

dominan pengaruhnya terhadap prestasi kerja.

Riset yang dilakukan oleh Soedjono (2007) yang menguji pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan pada terminal

penumpang umum di Surabaya. Hasil menunjukkan Budaya organisiasi berhubungan

dengan kepuasan kerja, motivasi dan kepuasan gaji. Kepuasan gaji juga berhubungan

dengan motivasi dan produktifitas kerja.

Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 2.1.

(36)

Tabel II.1. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian/Tahun Hasil

1. Rosita (2005)

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Karywan pada

PT. Tolan Tiga Indonesia.

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi dan

kepuasan karyawan.

2 Agustina

(2006)

Hubungan Sikap Dan Lingkungan Internal

Dengan Prestasi Kerja Karyawan Perusahaan

Daerah Air Minum Kota Surakarta Tahun

2006

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

Sikap dengan prestasi kerja karyawan, terdapat hubungan

yang positif dan signifikan antara lingkungan internal

dengan prestasi kerja, dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap dan lingkungan internal

secara bersama-sama dengan prestasi kerja karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta

3. Kusnan

(2004)

Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja

dan Displin Kerja dalam Menentukan

Efektifitas Kinerja Organisasi di Garnisun Tetap III Surabaya.

Iklim organisasi dan etos kerja di Garnisun Tetap III

Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap

efektifitas kinerja organisasi. Sedangkan disiplin kerja di Garnisun Tetap III Surabaya berpengaruh signifikan

terhadap efektifitas kinerja organisasi.

4. Suaidi

Falih

(2004)

Pengaruh Struktur Organisasi, Budaya

Organisasi, Kepemimpinan, Aliansi Strategis

Terhadap Inovasi Organisasi dan Kinerja Organisasi Hotel Bintang Tiga di Jawa Timur.

Kesimpulan penelitian ini adalah: struktur organisasi,

budaya, kepemimpinan, aliansi strategis berpengaruh

terhadap inovasi dan kinerja organisasi.

5. Soedjono

(2007).

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum

di Surabaya.

Ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap

kinerja organisasi, ada pengaruh signifikan dari kinerja organisasi terhadap karyawan, ada pengaruh signifikan

dari budaya organisasi terhadap kepuasan pelanggan,

tidak ada pengaruh langsung dari budaya organisasai yang diarahkan pada kinerja organisasi terhadap

kepuasan karyawan.

6. Achmad hari

(2005)

Pengaruh budaya organisasi, etos kerja dan kepuasan kerja terhadap Prestasi Kerja pada

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten

Gresik

Terdapat hubungan yang positip antara budaya organisasi, etos kerja, dan kepuasan kerja terhadap

prestasi kerja secara parsial dan simultan, dan kepuasan

kerja paling dominan pengaruhnya terhadap prestasi kerja.

7. Widuri dan

Paramita

(2008)

Analisis Hubungan Peranan Budaya Perusahaan Terhadap Penerapan Good

Corporate Governance pada PT Aneka

Tambang Tbk

Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang kuat antara budaya perusahaan dengan good corporate

governance, yang menunjukkan semakin kuat penerapan

budaya perusahaan, maka semakin tinggi penerapan good

corporate governance.

8. M.

Zulham (2008)

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan

Etos Kerja terhadap Kinerja Pegawai Fakultas Ekonomi USU Medan.

Budaya Organisasi dan Etos Kerja secara simultan dan

(37)

II.2. Budaya Organisasi

II.2.1. Pengertian dan Dimensi Budaya Organisasi

Budaya (culture)dalam pengertian luas, atau jika disesuaikan dengan konteks

budaya perusahaan (corporate culture) memang merupakan tema dasar yang tak akan

lekang dimakan waktu. Lebih spesifik lagi, jika dikaitkan dengan permasalahan

mendasar berbagai organisasi di Indonesia, corporate culture menjadi sebuah dimensi

yang tak dapat ditunda dan ditawar lagi urgensi kebutuhannnya.

Ada dua alasan utama yang mendasari urgensi kebutuhan tersebut. Pertama,

untuk skala”organisasi” Indonesia, selama puluhan tahun sejak merdeka, para

pemimpin kita lebih gemar dengan pendekatan-pendekatan berbau ekonomi politik.

Bahasa elitnya, ekonomi dan politik sebagai panglima. Pendekatan budaya (cultural

approach) berada diurutan belakang. Kedua, untuk skala “organisasi” industri,

berbagai penelitian dan temuan membuktikan bahwa pendekatan corporate culture

yang memadai bukan hanya membuuat sebuah perusahaan menapak tahapan goog

tetapi bahkan great-dalam proses dan dinamika perkembangannya.

Di skala lebih luas, kurang dan lemahnya pendekatan budaya melahirkan

banyak ekses. Antara lain, sering terjadinya cultura clash di antara industri-industri

yang seharusnya dapat bergandengan tangan secara harmonis. (Cultural clash BUMN

Parlemen, Herry Tjajono, Bisnis Indonesia, 20/2/2007).

Budaya adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang

(38)

sistem kontrol yang menghasilkan norma perilaku.

Menurut Schein (dalam Tika, 2006) ”budaya sebagai suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cars yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut”.

Demikian pula organisasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli organisasi dan

manajemen antara lain sebagai berikut : organisasi adalah kumpulan orang yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah kerja sama dua orang

atau lebih, suatu sistem dari aktivitasaktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang

dikoordinasikan secara sadar. Organisasi adalah pengaturan personil guna

memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi

dan tanggung j awab.

Robbin (2001) menyatakan bahwa ”budaya organisasi adalah nilai-nilai

dominan yang didukung oleh organisasi, yang dapat menggambarkan tentang

cara-cara melakukan suatu pekerjaan di tempat tertentu serta asumsi kepercayaan dasar

yang terdapat di antara anggota organisasi”.

Berdasarkan pernyataan di atas terkandung unsur-unsur dalam budaya

organisasi sebagai berikut :

1. Asumsi dasar

Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai

(39)

2. Keyakinan yang dianut

Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh

para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat

berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/ perusahaan,

filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.

3. Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya organisasi. Budaya

organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi/ perusahaan

atau kelompok tertentu dalam organisasi atau perusahaan tersebut.

4. Pedoman mengatasi masalah

Dalam organisasi/perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul,

yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah

tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama

anggota organisasi.

5. Berbagi nilai

Dalam budaya organisasi perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan

atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.

6. Pewarisan

Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan

kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan

(40)

7. Penyesuaian.

Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku

dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi/ perusahaan terhadap

perubahan lingkungan.

Budaya organisasi mempunyai kedudukan yang cukup signifikan, karena

mempelajari bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan sehingga dapat

meningkatkan komitmen organisasi serta konsistensi dari perilaku anggotanya.

Menurut Sarplin (dalam Lako, 2004) menyatakan bahwa : “Budaya organisasi

merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi

yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan

norma-norma perilaku organisasi”.

Menurut Kotter dan Heskett (dalam Soetjipto, 2007) “budaya organisasi pada dasarnya merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam organisasi, contohnya: kesigapan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan, sedangkan nilai mencerminkan keyakinan atau kepercayaan mereka akan akan hal-hal tertentu yang mampu mendatangkan kesuksesan, contohnya: perhatian yang besar pada kepuasan para pelanggan. Jika keduanya dibandingkan, norma relatif lebih kasat mata dan lebih mudah untuk dirubah”.

Menurut Robbins (dalam Tjahyono, 2004), Budaya organisasi merupakan persepsi bersama yang dianut oleh anggota organisasi; suatu sistem dan makna bersama. Implikasi yang lebih penting dari budaya organisasi berkaitan dengan keputusan seleksi sehingga mempekerjakan individu yang tidak sesuai dengan aturan organisasi akan menghasilkan karyawan yang kurang motivasi.

Sedangkan Hofstede et al. (1993) mendefinisikan budaya organisasi sebagai

(41)

1) Karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) Pada level observable,

budaya organisasi mencakup beberapa aspek organisasi seperti arsitektur,

seragam, pola perilaku, peraturan, bahasa, dan seremoni yang dilakukan

perusahaan.

2) Karakteristik organisasi yang tidak kelihatan (unobservable). Sementara pada

level unobservable, budaya organisasi mencakup shared value, norma-norma,

kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi untuk mengelola masalah

dan keadaan-keadaan sekitarnya.

Perusahaan yang berorientasi pada kepentingan pasar memerlukan budaya

dukungan (support culture) dan budaya prestasi (achievement culture) sebagai cara

meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan. Budaya organisasi yang efektif

adalah budaya organisasi yang mengakar kuat dan dalam. Di perusahaan yang

berbudaya demikian, hampir semua individunya menganut nilai-nilai yang seragam

dan konsisten.

Setiap organisasi atau bahkan setiap bagian dalam suatu organisasi

menunjukkan simbol dan ritual yang berbeda karena didalamnya terdiri dari berbagai

individu dengan dengan latar belakang dan pengalaman yang beragam. Namun

demikian budaya organisasi memiliki sejumlah dimensi yang berguna untuk

memudahkan setiap upaya pengidentifikasian karakteristik budaya tertentu dalam

(42)

Hofstede (1993) menyebutkan adanya 6 (enam) dimensi budaya organisasi

yang dapat ditemukan pada berbagai organisasi, yaitu :

1. Process-oriented versus results-oriented

Organisasi dengan budaya berorientasi pada proses ditandai dengan karyawan

yang bekerja di dalamnya cenderung memusatkan perhatian pada proses kegiatan

dan bukan pada pencapaian hasil, menghidari resiko, tidak berusaha dengan

keras, dan berpendapat bahwa setiap hari esok yang akan dialaminya bermakna

sama dengan hari-hari sebelumnya tanpa perubahan tantangan. Sebaliknya pada

budaya organisasi yang berorientasi pada hasil, karyawan cenderung memusatkan

perhatiannya pada pencapaian hasil terlepas dari proses atau kegiatan yang

dilakukannya, merasa nyaman dengan situasi yang berbeda atau menantang,

selalu berusaha secara maksimal, dan menganggap bahwa datangnya hari esok

akan membawa tantangan tersendiri yang berbeda dengan hari-hari atau waktu

sebelumnya. Dalam konteks yang demikian ini, budaya organisasi dengan

orientasi pada hasil merupakan strong culture atau budaya yang positif.

2. Employee-oriented versus job-oriented

Dalam organisasi yang berorientasi pada employee, karyawan merasa bahwa

masalah-masalah personal mereka pada dasarnya adalah masalah organisasi juga,

pimpinan harus bertanggung jawab dalam mengatasi masalah kesejahteraaan

individu dan keluarganya, sementara dalam pengambilan keputusan organisasi

(43)

yang berorientasi pada job, karyawan merasakan adanya tekanan yang kuat untuk

menyelesaikan semua pekerjaan, karyawan berpikir dan menyadari bahwsa

organisasi hanya berkepentingan dengan penyelesaiaan pekerjaan, sementara

proses pengambilan keputusan cenderung dilakukan secara individual.

3. Parochial versus professional

Pengenalan terhadap organisasi yang berbudaya parokhial dapat ditentukan

melalui perasaan karyawan dalam hal ikut memiliki organisasi (employee’s

belonging to the organization). Sementara dalam organisasi berbudaya

profesional, faktor profesionalisme karyawan merupakan penentu utama sebagai

identitas organisasi. Perbedaan utama dari karyawan yang parokhial dan

karyawan profesional dapat diketahui dari jawaban yang diberikan atas

pertanyaan tentang ”apa yang anda kerjakan ?”. Seorang karyawan yang

parokhial akan menjawab: ”saya bekerja untuk perusahaan X”, sementara

karyawan profesional akan menjawab: ”saya adalah seorang insinyur”.

4. Open system versus closed system

Karyawan dalam organisasi dengan sistem terbuka merasa bahwa organisasi dan

semua karyawannya bersikap terbuka dan mau menerima terhadap hadirnya

pendatang/pegawai baru dan pihak-pihak eksternal lainnya, semua pihak merasa

ada kesesuaian dengan nilai-nilai organisasi, serta karyawan baru tidak

memerlukan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan organisasi. Dalam

(44)

tertutup dan rahasia, hanya orang-orang atau pihak-pihak tertentu yang merasa

cocok atau sesuai dengan nilai-nilai organisasi, sementara bagi karyawan baru

membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

organisasi.

5. Tight control versus loose control

Pengendalian yang ketat ditunjukkan dengan adanya kesadaran setiap individu

terhadap pentingnya makna efisiensi (cost-conscious), cenderung tepat waktu

dalam pekerjaan dan penyelesaiannya, dan setiap karyawan bersikap serius

tentang organisasi dan pekerjaannya. Adapun dalam organisasi yang berbudaya

pengendaliaan longgar menunjukkan tidak adanya pihak yang menyadari makna

pentingnya tentang biaya (cost), bekerja tidak sesuai dengan jadwal penyelesaian,

dan banyak menggelar jokes tentang organisasi dan pekerjaannya.

Dari hasil kajian yang dilakukan Hofstede (1993) menemukan bahwa organisasi

dengan budaya pengendalian yang ketat di dalamnya terdapat suatu unit dengan

memiliki kriteria precision-demanding atau risky outputs, sementara dalam

organisasi dengan pengendalian longgar di dalamnya terdapat inovasi dan mampu

mengadakan berbagai kegiatan yang bahkan belum pernah diprogam sebelumnya.

6. Pragmatic versus normative emphasis towards clients

Organisasi dengan budaya pragmatis memiliki ciri khusus yaitu terdapat

penekanan utama pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dimana hasil yang

(45)

pelaksanaan prosedur yang benar. Organisasi seperti ini juga bersifat fleksibel

dalam menyikapi etika dalam bisnis. Sebaliknya organisasi dengan budaya

normatif di dalamnya terdapat upaya keras untuk mematuhi prosedur dengan

benar dan menganggapnya lebih penting daripada pencapaian hasil, sementara

terhadap etika organisasi memiliki standar tinggi yang dipakai sebagai acuan.

Dimensi keenam dalam budaya organisasi ini utamanya berkaitan dengan

topik terkini dalam bisnis yaitu tentang orientasi perusahaan pada pelanggan.

Perusahaan yang berada pada tekanan kompetisi yang ketat cenderung berbudaya

pragmatis, sebaliknya organisasi yang bersifat monopolistis dimana tidak terdapat

persaingan dalam bisnis cenderung bersifat normatif.

II.2.2. Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2004) ada 10 karakteristik yang apabila dicampur dan

dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi. Kesepuluh karakteristik budaya

organisasi tersebut sebagai berikut :

1. Inisiatif Individual

Yang dimaksud inisiatif individual adalah tanggungjawab, kebebasan atau

independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif

individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi

sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi/

(46)

2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko

Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai

dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil risiko. Suatu budaya

organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota para

pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan

organisasi/perusahaan serta berani mengambil risiko terhadap apa yang dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat

menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan

tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat

berpengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.

4 . Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat

mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan

kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat

mem-berikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap

bawahan. Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu

(47)

6. Kontrol

Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma

yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Untuk itu diperlukan

sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan

uhtuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai/karyawan dalam suatu

organisasi.

7. Identitas

Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota/karyawan suatu organisasi/

perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam

perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu manajemen

dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi/perusahaan.

8. Sistem Imbalan

Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji,

promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya

didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang

didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/ karyawan suatu

organisasi/perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi

kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. Sebaliknya,

sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan berakibat tenaga

(48)

semacam ini dapat berakibat kinerja organisasi/ perusahaan menjadi terhambat.

9. Toleransi terhadap Konflik

Sejauh mana para pegawai/ karyawan didorong untuk mengemukakan konflik

dimana kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering

terjadi dalam suatu organisasi/perusahaan. Namun, perbedaan pendapat atau kritik yang

terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi

untuk mencapai tujuan suatu organisasi/perusahaan.

10. Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola

komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.

Pacanowsky dan O'Donnel-Trujilo, (1983) menyatakan bahwa secara

spesifik kinerja budaya atau kinerja komunikasi dapat tercermin dalam lima pola

kinerja komunikasi, sebagai berikut :

1. Kinerja komunikasi yang terampil dalam bentuk ritual yang meliputi personal ritual,

social ritual dan organizational ritual. Ritual adalah suatu tindakan yang akan

diikuti oleh kelompok secara familiar dan rutin. Personal ritual adalah tindakan

rutin yang dilakukan secara individual. Social ritual adalah tindakan yang

dilakukan secara bersama-sama, namun tidak berkaitan dengan pekerjaan.

Organizational ritual adalah kebiasaan yang diikuti oleh kelompok dalam

(49)

2. Kinerja komunikasi yang disebut passion.

Yang dimaksud passion adalah seseorang atau karyawan suatu organisasi/ perusahaan

akan selalu mengulang-ulang cerita dramatis atau segala sesuatu yang selalu

dikerjakannya atau dilakukan oleh orang lain yang diidolakan atau kondisi dan

kesuksesan dari organisasinya.

3. Kinerja komunikasi yang dilakukan secara sosial.

Kinerja ini dimaksudkan untuk menebalkan sopan santun dan ditaatinya .aturan-aturan

organisasi. Kinerja ini adalah bagian dari proses identitas kelompok; contoh:

cerita, jargon jargon, senda gurau atau canda, gerutu, komplain, argumentasi,

ungkapan-ungkapan, konsultasi-konsultasi, serta kritik-kritik.

4. Kinerja komunikasi yang disebut organizational politics.

Kinerja komunikasi ini dimaksudkan sebagai perilaku yang diciptakan untuk menguatkan

permohonan terhadap kekuasaan, wewenang, atau pengaruh seperti penampilan

kepemimpinan, pengelompokan-pengelompokan, dan tawar-menawar (bargaining)

kekuasaan.

5. Kinerja komunikasi yang disebut enkulturasi.

Kinerja komunikasi ini merupakan proses belajar budaya dari para anggota di antaranya

(50)

II.2.3. Membangun Budaya Perusahaan yang Unggul

Dari keterang diatas kita yakin bahwa budaya perusahaan adalah sumber

kekuatan perusahaan. Sehingga budaya perusahaan bisa kita definisikan sebagai

nilai-nilai pokok yang menjadi inti dari falsafah bekerja dalam organisasi, yang

membimbing seluruh karyawan dalam bekerja, sehingga perusahaan akan mencapai

sukses dalam usahanya. Perusahaan yang memiliki budaya yang kuat akan mampu

bertahan lama. Apabila budaya itu tidak dimiliki, bisa saja perusahaan itu sukses,

tetapi keberhasilannya hanya bersifat sementara, tidak berlangsung lama atau abadi.

Menurut Tani (2006) ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam membentuk dan memelihara budaya perusahaan. Langkah awal adalah perlunya upaya untuk “membaca” atau menemukan, menyadari, dan menguraikan budaya perusahaan yang berada “di bawah kulit” organisasi. Hal-hal yang ditemukan pada usaha itu terdiri dari norma-norma positif dan norma-norma negatif, atau hal-hal yang hendak dipertahankan ataupun diperkuat dan hal-hal yang merupakan perselisihan antara apa yang ditemukan dan budaya perusahaan yang dikehendaki.

Usaha berikutnya meliputi penetapan sasaran-sasaran yang jelas dan dapat

diukur mengenai bagaimanakah perselisihan dapat dikurangi dan norma-norma

positif bisa dipertahankan. Sasaran-sasaran tersebut sebaiknya ditetapkan pada tiga

tingkatan, yaitu (1) sasaran prestasi, (2) sasaran program, dan (3) sasaran kultural,

yaitu keyakinan, sikap, serta perilaku. Kegiatan itu disusul dengan perencanaan dan

penerapan dari tindakan-tindakan yang secara ideal akan mewujudkan perubahan

pada empat dimensi, yaitu (1) pada setiap individu, (2) pada tim-tim sekerja, (3) pada

pimpinan, dan (4) pada organisasi secara proses, sistem, kebijakan, dan struktur. Oleh

(51)

kondisi yang terus berubah, maka upaya untuk membentuk budaya perusahaan

sebaiknya ditinjau sebagai suatu sistem. Timbal balik sebaiknya diperoleh secara

berkala guna meninjau kembali kecocokan dari asumsi-asumsi semula dan

menyesuaikan dalam tindakan selanjutnya. Secara ringkas, garis besar dari

langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam program pembentukan budaya perusahaan

setelah membacanya dan menemukan norma-norma yang hendak diubah adalah

sebagai berikut : (1) Tunjukkan kesungguhan dari upaya untuk mengadakan

perubahan sebagaimana yang diinginkan, (2) Teliti dan temu kenali norma apa saja

yang mempengaruhi tabiat atau kelakuan karyawan, (3) Bantu para anggota

organisasi untuk mengerti norma yang telah ditemukannya, (4) Tetapkan

kawasan-kawasan kunci yang dapat mempengaruhi persepsi karyawan atau key influence

areas, (5) Usahakan untuk menghablurkan norma-norma yang negatif sekaligus

menguatkan atau menempatkan norma yang positif pada kawasan kunci yang telah

ditetapkan, dan (6) Periksa dan buat suatu evaluasi dari usaha pembentukan atau

pemeliharaan itu.

Menurut Martoadmojo (2006) secara kognitif, budaya organisasi dapat dipilah menjadi 4 (empat) gugus yaitu : (1) atribut perusahaan yang kasat mata, seperti bangunan, perlengkapan kantor, seragam, mesin-mesin , kendaraan dan logonya. (2) pernyataan tertulis dan tersirat yang berisi kumpulan mindset semua SDM perusahaan. (3) gugus kebutuhan dan kemauan dari pendiri dan pemilik perusahaan yang setiap saat berubah dan tidak diketaui setiap orang, baik di dalam maupun di luar organisasi. (4) Gugus prilaku organisasi yang paradoksal.

(52)

Standar moral serta estetika dari para pemimpin perusahaan yang kadang

membingungkan karena sering bertentangan dengan praktik sebagai bussiness

animal. yaitu, praktik perusahaan yang senantiasa ingin meraup laba dan menguasai

pangsa pasar.

Gugus pertama dan kedua merupakan unsur yang relatif mudah diubah.

Keduanya dpat diibaratkan dari sebuah gunung es organisasi. Gugus ketiga dan

keempat merupakan elemen yang sulit diubah karena hakikatnya dinamis, abstrak dan

tacit. Berdasarkan pengalaman menerapkan perubahan dan pembaharuan budaya

organisasi atas empat perusahaan, kedua gugus awal hanya membutuhkan waktu

sekitar enam bulan, sedangkan untuk gugus ketiga dan empat membutuhkan waktu

yang lama dan nyaris tanpa henti karena snantiasa memerlukan pegembangan

terus-menerus.

II.2.4. Budaya Perusahaan di Era Pengetahuaan

Perubahan budaya yang diperlukan di era ekonomi berbasis-pengetahuan

zaman sekarang adalah mentransformasikan perilaku "knowledge is power" menjadi

"knowledge sharing is power". Beberapa perusahaan menerapakan falsafah ini

misalnya World Bank, yang dibentuk pada 1946, mulai 1996 mengadopsi strategi

"menjadikan know how nya dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan di

seluruh dunia". Toyota Motor, didirikan pada 1937, Mungkin banyak yang berfikir

mengenai rahasia keunggulan kompetitif Toyota adalah apa yang sering dilontarkan

(53)

dilandasi oleh just-in-time dan Jidoka (tidak meloloskan produk cacat kepada operasi

berikutnya) serta prakondisi pembakuan kerja dan Heijunka (level scheduling).

Padahal keunggulan kompetitif Toyota yang utama adalah Budaya Perusahaan.

Budaya perusahaan, yang menciptakan lingkungan yang kondusif dan memberikan

key drivers untuk sistem produksi. Tanpa budaya perusahaan yang mendukung,

sistem ini akan mudah ambruk dan tidak berkembang.

Toyota menciptakan budaya perusahaan berbasis pada manusia (dikenal

sebagai the Toyota Way). Perusahaan ini percaya bahwa Toyota terdiri dari

manusia-manusia, dan mengembangkan kemampuan manusia adalah tanggung jawab inti

perusahaan. Di Toyota, yang sangat ditekankan adalah pada mengubah pengetahuan

tersembunyi (tacit) personal menjadi pengetahuan perusahaan semuanya dengan

menekankan pada hubungan manusia.

Keberhasilan perusahaan ini tentu tidak terlepas dari budaya yang diarahkan

oleh pengetahuan bergantung pada kemauan para pekerja untuk mengangkat

pengetahuan dari dalam maupun luar organisasi, menciptakan pengetahuan baru, dan

berbagi serta menyumbangkan apa yang mereka ketahui. Biasanya budaya semacam

ini memerlukan keterbukaan, kesalingpercayaan, dan pemberdayaan yang besar.

Agar berhasil ada dua faktor yang perlu diidentifikasi dan difahami yakni (1)

faktor penghalang budaya dan, (2) suasana lingkungan. Penghalang budaya terhadap

manajemen pengetahuan perlu dipahami sebelum perubahan budaya dimulai. Banyak

(54)

Akan tetapi, dalam kenyataan, perilaku individual dan organisasional mereka

dituntun oleh penghalang budaya terhadap manajemen pengetahuan. Hasilnya,

banyak upaya berakhir pada basis data yang besar, mahal, tetapi jarang diakses.

Pekerja tidak siap, tidak mempunyai kemauan, atau tidak berpartisipasi dalam

manajemen pengetahuan, dan kadang-kadang struktur organisasi mencegah mereka

melakukannya.

Menurut Sengkey (2005) beberapa penghalang umum terhadap upaya menumbuhkembangkan budaya yang diarahkan pengetahuan adalah (1) Kecenderungan untuk menimbun pengetahuan. (2) Kekurangan insentif untuk membagikan pengetahuan. (3) Ketidakmauan untuk memperoleh pengetahuan atau belajar dari yang lain. (4) Prioritas dan sumber daya yang rendah untuk memperoleh pengetahuan”.

Hal berikutnya menciptakan lingkungan yang memadai. Beberapa hal yang

terkait dengan proses penciptaan budaya yang diarahkan oleh pengetahuan adalah :

1. Mengembangkan visi dan strategi yang diarahkan oleh pengetahuan.

2. Menetapkan kompetensi inti.

3. Merancang struktur dan relasi antar-unit, yang diarahkan oleh pengetahuan.

4. Mengembangkan dan mengelola nilai-nilai pengetahuan.

5. Mengembangkan dan mengelola perilaku pengetahuan.

6. Mengembangkan dan mengelola proses-proses/sistem-sistem pengetahuan.

7. Menciptakan dan mengelola strategi sumber daya manusia yang diarahkan oleh

(55)

Pengukuran menjadi unsur penting untuk memantapkan kemajuan dan sukses

prakarsa perubahan budaya. Survei-survei dapat digunakan dalam menentukan

kemauan para pekerja untuk berbagai pengetahuan yang dimiliki, belajar, dan

menciptakan pengetahuan baru. Selanjutnya, suatu patok-duga (benchmark) perilaku

pekerja hendaknya ditetapkan. Sasaran dapat ditetapkan pada tingkat perbaikan yang

hendak dicapai.

II.3. Teori Tentang Etos Kerja II.3.1. Pengertian Etos Kerja

Etos dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pandangan hidup yang khas

dari suatu golongan sosial, sedangkan etos kerja diartikan sebagai semangat kerja

yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Etos kerja

merupakan sikap yang tertanam dalam diri untuk senantiasa menghayati dan

menghargai suatu pekerjaan dengan terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke

waktu. Jika dalam menghadapi pekerjaan kita masih saja mengeluh, tidak menghargai

waktu kerja, mulailah untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, karena hal itu menjadi

ciri dari etos kerja yang buruk.

Istilah Inggris ethos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu

budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Berpikir
Tabel II.1. Penelitian Terdahulu
Tabel III.1. Jumlah Populasi dan Sampel
Tabel III.2. Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan uraian kondisi tersebut, maka Pokja Sanitasi Kota Padang Panjang telah merumuskan beberapa strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

1) Untuk melaksanakan surat perjanjian ini kedua belah pihak memilih tempat kedudukan hukum (domisili) yang tetap dan tidak berubah di kantor kepaniteraan Negeri

kelompok interval yang berbeda dalam suatu sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji beda dua rata- rata. Konsep dari uji beda dua

mahasiswa yang bersan~kutan agar dape~t melakukan penyebaran angkct. eli tempat yang Bapak!PJu

Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Peramalan Jumlah Ekspor Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2018”. Terimakasih penulis sampaikan

Dan dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta masih membutuhkan wadah atau ruang untuk para seniman beraktivitas, karena Kota Yogyakarta hanya memiliki satu gedung yang

Akurasi dari pengukuran bidang tanah dengan menggunakan metode RTK-NTRIP terhadap pengukuran terestris menggunakan Total Station berdasarkan posisi horizontal