ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK
PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
SAWALUDDIN LUBIS
047018035/EP
SE
K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK
PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAWALUDDIN LUBIS
047018035/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Sawaluddin Lubis
Nomor Pokok : 047018035
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Ramli, S.E., M.S) (Drs. Samad Zaino, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur,
(Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ramli, S.E., MS
Anggota : 1. Drs. Samad Zaino, MSi
2. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si
3. Drs. Iskandar Syarief, MA
PERNYATAAN
Dengan ini saya yang menyatakan tesis yang berjudul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK
PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA
Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2007
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perkembangan penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.
Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series tahun 1986 – 2005, yang bersumber dari Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Analisis dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2 SLS).
Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga simpanan, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara, sedangkan pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan. Variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Kondisi perekonomian berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara.
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas moneter dan meningkatkan pergerakan sektor riil, melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan sektor riil.
ABSTRACT
This research in general aim to to know growth of society fund collecting at Government banks in North Sumatra and the influencing factors. Especially this research is aimed to analyse the influence of the previous year saving, rate of interest, person earnings (named perkapita) and economics condition to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.
This research is using secondary data in form of time series year 1986 – 2005, sterning from Indonesian Bank, Statistic Board Center of Medan City and others. The analysis using Two Stage Least Square (2 SLS).
The result of estimation find that the previous year saving, rate of interest, person earnings, and economics condition had a signifincantly effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra. Partially, analysis result shows that the previous year saving and rate of interest had a positviely significant effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra, while the person earnings and economics had a non significantly effect. The economics conditions had negatively effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.
According the results, it is suggested that the government take the correct policy to increase the person earnings (perkapita) by improving the economics growth with monetary stability and improve the real sector.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan keharibaan Allah SWT yang telah
memberikan rahmad dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat mengikuti
pendidikan mulai dari perkuliahan pada Program Studi Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai dengan penyusunan tesis
ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan
Dana Masyarakat Pada Bank Pemerintah Di Sumatera Utara”.
Penelitian ini yang dituangkan ke dalam bentuk penulisan tesis secara khusus
bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku
bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap
penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, Penulis telah banyak dibantu berbagai
pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan
syarat dan tata cara yang telah ditentukan. Untuk itu Penulis dalam kesempatan ini,
dari lubuk hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada :
1. Bapak Direktur dan Pembantu Direktur Politeknik Negeri Medan yang telah
memberikan izin kuliah dan dukungan baik moril maupun materil.
2. Bapak Prof. Chairuddin P, Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
5. Bapak Dr. Ramli, SE, MS dan Bapak Drs. Samad Zaino, M.Si, sebagai Ketua dan
Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam
penyusunan tesis ini.
6. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, dan Drs. Rujiman, MA, sebagai pembanding
yang telah memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini.
7. Para Bapak, Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Para Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Yedi Suhaedi, Zulkarnain
Siregar, Ahmad Basaruddin, Zulfan, Tasbih Panjaitan, M. Roza Aulia Lubis,
Irinka Rahmawati Harahap, serta Rekan-Rekan Angkatan VIII yang lainnya,
kiranya persahabatan ini menjadi kenangan yang indah dan tak terlupakan serta
menjadi ikatan persaudaran yang erat diantara kita.
10.Rekan-rekan sejawat di Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan
dukungan dan motivasinya.
Khusus kepada Ibunda Siti Hafsah Pulungan yang telah memberikan
dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan dan pengerjaan tesis ini.
Teristimewa kepada Isteri tercinta Dra. Suratmi, dan ananda tersayang, Putri
Suci Mustika Lubis, Lazuardi Nukman Lubis, Septia Triwulandari Lubis, dan seluruh
keluarga yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materil.
Tak lupa pula penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moril maupun
materil baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT kiranya memberikan balasan
pahala yang berlipat ganda bagi semua pihak yang telah memberikan bantuannya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna seperti yang
penyempurnaan tesis ini akan diterima dengan segala kerendahan hati. Semoga tesis
ini ada manfaatnya bagi yang membutuhkannya kelak.
Wassalam
Medan, Agustus 2007
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Sawaluddin Lubis
2. Agama : Islam
3. Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 13 Mei 1965
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Politeknik Negeri Medan
5. Nama Istri : Dra. Suratmi
6. Anak : 1. Putri Suci Mustika Lubis
2. Lazuardi Nukman Lubis
3. Septia Triwulandari Lubis
7. Nama Orang Tua :
Ayah : Alm. Nukman Lubis
Ibu : Siti Hafsah Pulungan
8. Nama Mertua :
Ayah : Timan
Ibu : Tami
9. Pendidikan :
a. SD TPI Medan : Lulus Tahun 1980
b. SMP UNIVA Medan : Lulus Tahun 1983
c. SMA Hang Kesturi Medan : Lulus Tahun 1986
d. Diploma 3 Universitas Harapan Medan : Lulus Tahun 1990
e. STIE Harapan Medan : Lulus Tahun 2000
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
DAFTAR SINGKATAN... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Pengertian dan Fungsi Bank... 6
2.3. Kinerja Beberapa Bank Besar di Indonesia ... 14
2.4. Beberapa Faktor Determinan Dana Simpanan ... 21
2.5. Tingkat Bunga, Investasi, Tabungan dan Inflasi ... 24
2.6. Penelitian Sebelumnya ... 26
2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 32
3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32
3.3. Model Analisis... 32
3.4. Metode Analisis... 36
3.5. Uji Kesesuaian ... 37
3.6. Definisi Operasional ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1. Perkembangan Dana Simpanan di Sumatera Utara... 39
4.2. Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi Dana Simpanan . 45 4.2.1. Pendapatan Perkapita... 45
4.2.2. Suku Bunga Simpanan ... 47
4.4. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1. Kesimpulan... 59
5.2. Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1.
Jumlah Dana Simpanan Nasabah pada Bank Pemerintah 1994 –
2005, ... 3
2.1.
Indikator Keuangan Bank-bank Besar Periode Desember 2003 dan Desember 2004 (Triliun Rupiah)...
18
4.1.
Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005 ...
39
4.2.
Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1994 – 2005 ...
41
4.3. Perkembangan Dana Simpanan Masyarakat pada Bank
Pemerintah di Sumatera Utara, 1986 – 2005...
43
4.4.
PDRB atas Dasar Harga Konstan (1993), Inflasi, Kurs Rupiah dan Suku Bunga Tabungan di Sumatera Utara, 1986 – 2005...
46
4.5.
Hasil Regresi Faktor-faktor yang Suku Bunga...
4.6.
Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Simpanan ...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Pemerintah di
Sumatera Utara ...
30
4.1.
Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005 ...
40
4.2.
Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1994 – 2005 ...
42
4.3.
Perkembangan Dana Simpanan Masyarakat Bank Pemerintah di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1986 – 2005 ...
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Analisis Two-SLS Step 1... 64
2. Hasil Estimasi Step 1... 64
3. Data Analisis Two-SLS Step 2... 65
4. Hasil Estimasi Step 2... 65
DAFTAR SINGKATAN
ATM = Anjungan Tunai Mandiri
BBM = Bahan Bakar Minyak
BCA = Bank Central Asia
BO = Biaya Operasional
BNI = Bank Negara Indonesia
BPR = Bank Perkreditan Rakyat
BPS = Badan Pusat Statistik
BRI = Bank Rakyat Indonesia
BTN = Bank Tabungan Negara
CAR = Current Asset Ratio
IMF = International Monetary Fund
KPR = Kredit Pemikikan Rumah
LDR = Loan to Deposit Ratio
NIM = Net Interest Margin
NPLs = Non Performing Loans
OLS = Ordinary Least Square
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
PO = Pendapatan Operasional
ROA = Return on Asset
SBI = Suku Bunga Bank Indonesia
TDL = Tarif Dasar Listrik
UU = Undang-undang
ABSTRAK
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perkembangan penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.
Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series tahun 1986 – 2005, yang bersumber dari Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Analisis dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2 SLS).
Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga simpanan, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara, sedangkan pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan. Variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Kondisi perekonomian berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara.
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas moneter dan meningkatkan pergerakan sektor riil, melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan sektor riil.
ABSTRACT
This research in general aim to to know growth of society fund collecting at Government banks in North Sumatra and the influencing factors. Especially this research is aimed to analyse the influence of the previous year saving, rate of interest, person earnings (named perkapita) and economics condition to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.
This research is using secondary data in form of time series year 1986 – 2005, sterning from Indonesian Bank, Statistic Board Center of Medan City and others. The analysis using Two Stage Least Square (2 SLS).
The result of estimation find that the previous year saving, rate of interest, person earnings, and economics condition had a signifincantly effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra. Partially, analysis result shows that the previous year saving and rate of interest had a positviely significant effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra, while the person earnings and economics had a non significantly effect. The economics conditions had negatively effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.
According the results, it is suggested that the government take the correct policy to increase the person earnings (perkapita) by improving the economics growth with monetary stability and improve the real sector.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak tahun 1999 kondisi perekonomian nasional terlihat berangsur membaik
setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi
dan moneter yang terjadi pertengahan tahun 1997. Pada sisi dunia perbankan
berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah dan yang paling utama adalah
melakukan restrukturisasi perbankan nasional dengan harapan dunia perbankan dapat
kembali beroperasi secara normal dan wajar. Melalui penyehatan perbankan ini
diharapkan akan memberikan kontribusi optimal dalam meningkatkan laju
pertumbuhan perekonomian.
Dalam program restrukturisasi perbankan nasional, pemerintah mengambil
kebijakan yaitu melakukan rekapitalisasi terhadap perbankan yang memenuhi
persyaratan. Untuk maksud tersebut, maka Bank Indonesia berdasarkan standar IMF
melakukan review terhadap seluruh bank untuk mengklasifikasi sekaligus
menentukan jumlah bank yang dapat diikutsertakan dalam program rekapitalisasi.
Dengan program rekapitalisasi ini maka diharapkan bank akan dapat memenuhi
kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) tidak kurang dari 8 persen.
Khusus bagi Bank Pemerintah Daerah dan BUMN yang memiliki ratio
kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) lebih kecil dari 8 persen, pemerintah
memutuskan untuk diikutsertakan dalam program rekapitalisasi. Keputusan ini
bertindak sebagai alat kelengkapan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian
nasional maupun daerah dan bertindak sebagai agent of development.
Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong
tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan
sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Penyaluran dana oleh pihak perbankan
harus didukung oleh ketersediaan jumlah dana pada perbankan. Ketersediaan jumlah
dana perbankan tersebut diperoleh dari kegiatan penghimpunan dana masyarakat,
dalam bentuk simpanan berupa tabungan dan deposito.
Penghimpunan dana masyarakat diperlukan agar bank memperoleh dana segar
yang dapat diputarkan untuk meningkatkan pendapatan perbankan dan perekonomian
daerah. Penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor dari dalam bank itu sendiri dan faktor dari luar bank.
Sebagaimana dinyatakan oleh Rangkuti (2004) bahwa performance suatu organisasi
atau perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
seperti kondisi keuangan perusahaan, sumber daya manusia, kegiatan operasional dan
kegiatan pemasaran. Faktor eksternal seperti kondisi pasar termasuk minat
masyarakat, kompetitor, pendapatan masyarakat, kondisi perekonomian internasional,
regional, nasional dan lokal (daerah), pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di
daerah, persaingan dengan bank-bank umum lainnya serta kebijakan pemerintah.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (2006), dana simpanan pada bank-bank
pemerintah di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp. 2.618.278
Tabel 1.1. Jumlah Dana Simpanan Nasabah pada Bank Pemerintah 1994–2005
Tahun Jumlah Rupiah
(Juta Rp.)
Jumlah Valuta Asing (Juta Rp.)
Total (Juta Rp.)
1994 2.209.110 409.168 2.618.278
1995 2.582.177 618.079 3.200.256
1996 2.744.196 677.129 3.421.325
1997 3.673.013 1.356.379 5.029.392
1998 7.816.541 1.753.306 9.569.847
1999 8.239.703 1.461.541 9.701.244
2000 9.658.829 2.258.046 11.916.875
2001 12.291.316 2.338.142 14.629.458
2002 13.428.683 2.205.976 15.634.659
2003 16.158.350 1.606.944 17.765.294
2004 17.449.854 1.504.646 18.954.500
2005 20.977.638 2.135.738 23.113.376
Sumber : Bank Indonesia, 2006
Lebih dari 85 persen dana simpanan masyarakat pada bank-bank pemerintah
di Sumatera Utara adalah dalam bentuk rupiah. Dana masyarakat pada bank-bank
pemerintah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, dengan peningkatan
rata-rata 32,42 persen per tahun. Dana simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah
menunjukkan peningkatan setiap tahun, sedangkan dana simpanan dalam bentuk
valuta asing berfluktuasi.
Untuk meningkatkan penghimpunan dana masyarakat, bank melakukan
serangkaian kegiatan-kegiatan dengan pengeluaran biaya yang diarahkan untuk
meningkatkan minat masyarakat (nasabah) terhadap produk-produk perbankan yang
karena merupakan faktor yang berdiri sendiri, tetapi juga karena adanya faktor dari
luar perbankan. Perkembangan teknologi, perubahan minat dan keinginan nasabah,
perubahan pendapatan masyarakat (pendapatan perkapita), pertumbuhan ekonomi,
inflasi, serta kehadiran bank-bank umum pesaing akan mempengaruhi penghimpunan
dana dari masyarakat oleh bank-bank pemerintah. Sedangkan dari sisi perbankan,
faktor-faktor yang mempengaruhi perhimpunan dana masyarakat adalah suku bunga,
pelayanan dan lain-lain.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu
pengkajian ilmiah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana
masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara. Dalam hal ini
faktor-faktor yang dianalisis adalah dana masyarakat tahun sebelumnya suku bunga,
pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah :
Apakah tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan
perkapita dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan
dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara khusus penelitian ini bertujuan: untuk menganalisis pengaruh tabungan
tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi
perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah
di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang
antara lain adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen bank-bank
pemerintah dalam upaya peningkatan penghimpunan dana masyarakat.
2. Sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga, pendapatan perkapita, dan
kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada
bank-bank pemerintah di Sumatera.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Fungsi Bank
Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan yang
cukup penting dalam lalu lintas keuangan. Pasal 1 angka (2) UU Perbankan No. 10
Tahun 1998 menentukan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup orang banyak.
Berdasarkan pengertian tersebut menurut Tohar (2000), bank pada hakekatnya
merupakan lembaga pengumpul dana, industri jasa keuangan dan industri fasilitatif.
Dari pengertian perbankan tersebut juga, menurut Usman (2001), bahwa bank
berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran.
Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha, bank akan
selalu berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari usaha yang
dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban
pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan
Pasal 3 UU Perbankan menentukan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat. Selanjutnya Pasal 4
UU Perbankan menentukan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.
Menurut Tohar (2000), fungsi bank adalah sebagai berikut :
1) Lembaga pengumpulan dana, suatu lembaga yang kegiatannya menarik dana
dari masyarakat dalam bentuk giro maupun deposito berjangka.
2) Industri jasa keuangan, suatu lembaga atau jenis perusahaan yang
menyediakan berbagai jasa keuangan yang diperlukan dalam perekonomian.
3) Lembaga perantara, merupakan perantara antara penyimpan uang dengan para
penanam modal atau pengusaha.
4) Industri fasilitatif, yaitu industri yang mendorong jenis-jenis industri lainnya,
seperti agraris, ekstraktif, dan industri manufaktur.
Jenis bank yang terdapat di Indonesia, diatur dalam Pasal 5 angka (1) UU
Perbankan, yang menentukan bahwa menurut jenisnya bank terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (3) UU No. 10 Tahun 1998, Bank
dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran”.
Menurut Usman (2001), Bank Umum adalah bank pencipta uang giral. Bank
umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu
tersebut antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan
untuk mengembangkan koperasi, pengembangan usaha golongan ekonomi
lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan
pembangunan perumahan.
Selanjutnya mengenai usaha bank umum, Tohar (2000) menyebutkan sebagai
berikut :
a. menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
dan tabungan;
b. memberi kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabahnya;
e. menempatkan dana pada bank lain;
f. melakukan kegiatan anjak piutang;
g. melakukan usaha kartu kredit;
h. melakukan kegiatan sebagai wali amanat;
j. melakukan kegiatan valuta asing dengan memenuhi kebutuhan Bank
Indonesia;
k. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara atas kegagalan kredit dari
suatu bank;
l. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun.
Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 1 angka (4) UU No. 10 Tahun 1998,
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank adalah unit usaha yang khusus karena dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya tergantung pada sumber dana dari masyarakat. Oleh karena itu,
kelangsungan hidup suatu bank ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga tersebut. Dari pengertian tersebut, timbul istilah bank sebagai lembaga
kepercayaan. Merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap bank akan membawa
akibat yang buruk terhadap kelangsungan hidup bank yang bersangkutan. Apabila
kemerosotan tersebut tidak hanya terhadap satu bank, tetapi meluas terhadap sistem
perbankan, maka dapat dipastikan bahwa merosotnya kepercayaan tersebut akan
mengakibatkan krisis perbankan. Mengingat sektor perbankan di negara berkembang
seperti Indonesia masih mendominasi sektor keuangan, maka krisis perbankan juga
berarti krisis di sektor keuangan secara keseluruhan (Bank Indonesia, 2003).
Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, maka fungsi
terganggunya fungsi intermediasi tersebut, maka alokasi dan penyediaan dana dari
perbankan untuk kegiatan investasi dan mebiayai sektor-sektor yang produktif dalam
perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan
mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak
lancar dan efisien. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan
menghambat efektivitas kebijakan moneter.
2.2. Sumber Dana Bank
Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut
bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary
dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan manajemen dana bank meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan pengalokasian
dana dari masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana masyarakat ke
dalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan
masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui penggerakkan semua sumber
daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan
batas ketentuan peraturan yang berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat
terkait erat dengan manajemen bank dimana manajemen aktiva-pasiva bank
merupakan fokus utama dalam manajemen dana bank.
Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun
jangka waktu tertentu. Dalam garis besarnya, sumber dana bagi sebuah bank ada 3
(tiga) jenis, yaitu :
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri;
b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas;
c. Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank maupun non
bank (Suyatno, 2001).
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal
disetor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan
bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham. Dana yang berasal dari
masyarakat luas umumnya berbentuk simpanan yang secara umum disebut sebagai
giro, deposito dan tabungan. Sedangkan dana yang berasal dari lembaga-lembaga
keuangan pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman.
Penghimpunan dana merupakan jasa utama yang ditawarkan dunia perbankan.
Menurut Djumhana (2000), idealnya dana dari masyarakat ini merupakan suatu
tulang punggung dari dana yang dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan.
Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari
masyarakat, yaitu :
1. Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh
pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya
dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk penatausahakan kredit yang
diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa:
a. Rekening atas nama perorangan.
b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga.
c. Rekening bersama atau gabungan.
Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil
dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini biayanya relatif lebih
murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut
sebagai “jasa giro”. Persentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara
bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah
dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan.
Bagi bank, sumber dana giro merupakan sumber dana yang berbiaya rendah,
namun karena sifat penarikannya, bank harus benar-benar dapat mengikuti
perilaku penarikan nasabah gironya, terutama nasabah-nasabah utamanya, karena
mobilitas dana yang bersumber dari giro ini sangat tinggi, yang pada gilirannya
akan mempengaruhi pola manajemen dan likuiditas bank (Siamat, 1995).
2. Deposito (Time Deposit)
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
(pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana,
maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan
atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi
tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para
pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank
dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila deposan tidak ingin
memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali.
Dalam praktiknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu :
a. Deposito berjangka
Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat
dipindahtangankan.
b. Sertifikat deposito
Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat
dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai
jaminan bagi permohonan kredit.
c. Deposit on call
Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan
terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan. Biasanya hanya digunakan
untuk deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar dan sementara waktu
belum digunakan.
3. Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya
ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha
atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk
maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila
dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi
sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini
dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.
2.3. Kinerja Beberapa Bank Besar di Indonesia
Beberapa trend yang sedang terjadi dalam industri perbankan di Indonesia
sampai tahun 2004 antara lain adalah sebagai berikut (Sarjito, 2004). Pertama,
terjadinya pergeseran-pergeseran segmen pasar atau komposisi pasar sejalan dengan
perkembangan struktur ekonomi nasional dan pola pikir nasabah perbankan yang
cenderung makin banking minded. Untuk kredit, segmen pasar yang dituju oleh
perbankan saat ini sedang bergeser menuju ke segmen pasar yang lebih potensial dan
lebih rendah risikonya. Segmen pasar yang kini menjadi primadona bagi kredit
perbankan adalah segmen pasar konsumen dan segmen usaha mikro, kecil dan
menengah. Salah satunya dapat dilihat dari komposisi kredit menurut kelompok
debiturnya yang saat ini sudah dikuasai oleh nasabah perorangan sebesar 42,6%.
Sebagai pembanding, pada akhir 2002 debitur perorangan ini hanya menguasai 25,9%
dari total portofolio kredit perbankan. Kecenderungan ke segmen konsumen ini juga
mencapai 26,5% dari total kredit pada September 2004 melebihi posisi akhir tahun
2000 dan 2002 yang masing-masing hanya sebesar 14,9% dan 21,8%. Ini terjadi
karena dalam beberapa tahun terakhir ini kredit konsumtif meningkat jauh lebih cepat
dibandingkan dengan kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja. Kedua,
kecenderungan ini juga terjadi pada produk dana dimana segmen pasar perorangan
mencapai lebih dari 60% dari total portofolio dana perbankan pada akhir September
2004, dibandingkan hanya 55% pada akhir 2000. Hal ini ditanggapi oleh bank-bank
besar dengan mengalokasikan resources-nya secara signifikan ke segmen konsumer
ini, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, BCA dan BNI. Akibatnya persaingan di
segmen ini menjadi lebih ketat dan perbankan membangun infrastruktur yang kuat di
segmen ini. Pergeseran di sektor dana ini juga terjadi pada jenis produknya yaitu
mengarah pada peningkatan komposisi dana murah dan jangka pendek. Hal ini
terlihat makin menurunnya proporsi deposito sebagai dana mahal dari semula 54,2%
pada tahun 2000 menjadi 44,3% pada akhir September 2004. Turunnya pangsa
deposito berjangka disebabkan terutama oleh turunnya suku bunga sehingga deposan
banyak yang mengalihkan dananya ke instrumen keuangan lain yang lebih menarik,
seperti reksadana, obligasi dan saham. Ini terjadi terutama pada deposito berjangka
lebih dari 1 bulan, yang mengalami penurunan cukup besar, sedangkan deposito
berjangka waktu 1 bulan masih mengalami kenaikan. Selain itu, dana deposito
kemungkinan juga banyak yang berpindah ke tabungan mengingat selisih bunga
antara kedua jenis simpanan tersebut saat ini semakin kecil. Ketiga, perbankan
untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, lebih mudah dan lebih efisien. Untuk itu,
perbankan mulai menggeser jaringan distribusinya dari conventional channel ke arah
modern channel yang lebih murah, mudah dan berbasis pada teknologi. Trend ini bisa
dilihat dari makin maraknya pengembangan jaringan distribusi modern, baik
hub-spoke model maupun electronic banking seperti ATM, phone banking, mobile
banking dan internet banking. Keempat, trend di bidang strategi bisnis terjadi dengan
mengarah pada pengembangan strategi pertumbuhan bisnis non-organik, khususnya
aliansi strategis. Aliansi ini dilakukan antara perbankan dengan lembaga lain untuk
kepentingan pengembangan bisnis, seperti bank dengan developer (KPR), bank
dengan asuransi (banc assurance), bank dengan perusahaan sekuritas (reksadana) dan
bank dengan Posindo. Kelima, dipicu oleh persaingan yang semakin ketat dan
karakteristik segmen konsumer yang bersifat massal, bank-bank besar berlomba
menarik perhatian nasabah dengan paket-paket promosi yang menarik. Disamping
dengan menggunakan iklan di media massa, promosi yang sekarang lazim digunakan
adalah dengan menggunakan undian berhadiah untuk produk tabungan dan penetapan
bunga yang menarik untuk produk kredit perumahan.
Berdasarkan asset, Bank Mandiri masih menduduki peringkat pertama dengan
total asset Rp 240,4 triliun, diikuti BCA (Rp 148,8 triliun), BNI (Rp 135,9 triliun),
BRI (Rp 107,0 triliun), Bank Danamon (Rp 57,6 triliun), BII (Rp 36,0 triliun), Bank
Niaga (Rp 30,6 triliun), BTN (Rp 26,7 triliun), Bank Permata (Rp 31,6 triliun) dan
Sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam bentuk
portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset,
memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp
132,1 triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif
masing-masing bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif
bank-bank rekap. Bank Mandiri memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun,
diikuti BCA Rp 46,7 triliun dan BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping
obligasi, juga memiliki SBI yang cukup besar dalam komposisi earning assetnya
yang mencapai Rp 29,6 triliun.
Dalam hal penyaluran pinjaman, Bank Mandiri tetap memimpin pasar dengan
total pinjaman mencapai Rp 88,6 triliun atau setara dengan 14,9% dari total kredit
perbankan. Peringkat kedua BRI sebesar Rp 62,3 triliun (10,5%), diikuti BNI Rp 57,9
triliun (9,7%). Namun dari sisi pertumbuhan, Bank Permata mencapai pertumbuhan
tertinggi dengan pertumbuhan 54,2%, diikuti Bank Niaga 47,6%, BCA 37,4% dan
BRI 30,9% (Supraptono, 2005).
Penghimpunan dana masyarakat tetap didominasi empat bank besar yakni
Bank Mandiri, BCA, BNI dan BRI. Bank Mandiri berada di posisi teratas dengan
total dana Rp 169,9 triliun, dibayang-bayangi oleh BCA yang pada periode laporan
mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar Rp 131,6 triliun. Peringkat ketiga dikuasai
BNI dengan pangsa pasar Rp 105,0 triliun, diikuti BRI sebesar Rp 82,2 triliun.
Berdasarkan jenis dana yang dihimpun, dana Bank Mandiri didominasi oleh
memiliki komposisi dana yang relatif seimbang yakni 37,1% tabungan, 35,7%
deposito, dan 27,2% giro.
Tabel 2.1. Indikator Keuangan Bank-bank Besar Periode Desember 2003 dan Desember 2004 (Triliun Rupiah)
Asset Earning
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi
Bank Mandiri mencatat pendapatan bunga terbesar yang mencapai Rp 18,4
triliun, jauh diatas BRI yang sebesar Rp 15,5 triliun, BNI Rp 11,9 triliun, BCA Rp
11,5 triliun dan Bank Danamon Rp 5,7 triliun. Sementara 5 bank lainnya yakni BII,
Bank Permata, BTN, Bank Niaga, dan Lippo Bank, menghasilkan pendapatan bunga
masing-masing berturut-turut sebesar Rp 2,9 triliun, Rp 2,9 triliun, Rp 2,8 triliun, Rp
2,5 triliun dan Rp 1,8 triliun. Dari pendapatan tersebut Bank Mandiri berhasil
mencetak laba sebesar Rp 5,3 triliun, terbesar diantara 9 bank besar lainnya. Laba
kedua terbesar dihasilkan BRI sebesar Rp 3,6 triliun, diikuti BCA Rp 3,2 triliun, BNI
Tingkat profitabilitas bank yang semakin membaik (tercermin dari
peningkatan return on asset/ROA), memperlihatkan bahwa perbankan khususnya
bank papan atas telah mampu mengoptimalkan aktiva produktifnya untuk mencetak
pendapatan. Namun, membaiknya profitabilitas bank-bank besar belum
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya mengingat sekitar 40% dari pendapatan
masih bersumber dari surat-surat berharga yang bersifat zero risk asset (SBI dan
obligasi rekap). Bahkan BCA nilai SBI & Obligasi-nya mencapai 58% dari total
aktiva produktifnya.
Namun, terlepas dari komponen sumber pendapatan, rasio ROA bank-bank
besar telah mencapai tingkat yang cukup memuaskan. BRI merupakan bank yang
paling profitable dengan ROA sebesar 5,8%, diikuti Bank Danamon 4,5% dan Lippo
Bank 3,3%. Sementara Bank Mandiri berada pada peringkat keempat sebesar 3,2%,
diikuti BCA 3,2%, Bank Niaga 2,9%, BNI 2,5%, BII 2,4%, Bank Permata 2,3% dan
BTN 1,8%.
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO) yang
mencerminkan tingkat efisiensi operasional bank juga menunjukkan perbaikan. Bank
Danamon bekerja dengan BO/PO 52,3% menjadikannya sebagai bank yang paling
efisien. Berikutnya BCA 65,7%, Bank Mandiri 66,6%, dan BRI 67,0%. Sementara 6
bank besar lainnya memiliki rasio BO/PO diatas 70%, yakni BNI 78,6%, Bank Niaga
79,4%, BII 79,7%, Lippo Bank 81,6%, Bank Permata 83,1% dan BTN 84,2%.
Dalam perspektif rasio kecukupan modal dan rasio kualitas kredit, rata-rata
diatas 8% dan NPLs dibawah 5%. Namun, Bank Mandiri dan Lippo Bank memiliki
kualitas kredit belum baik dengan NPLs masing-masing 7,4% dan 6,8%.
Secara umum kondisi perbankan sampai dengan triwulan II 2005 telah
menunjukkan perkembangan yang membaik. Beberapa indikator perbankan sampai
dengan bulan Mei menunjukkan indikasi positif. Total aset, Dana Pihak Ketiga
(DPK), modal dan total kredit yang disalurkan menunjukkan kenaikan. Loan to
Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) juga mengalami perbaikan.
Total asset meningkat menjadi Rp 1325 triliun dan DPK meningkat menjadi Rp 986,7
triliun. Demikian juga jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 650,8
triliun. Indikator lainnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bulan Mei membaik
sebesar 1,6% dari 51,3% pada bulan April menjadi 52,9%. Selain itu, NPL baik
secara gross maupun net juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,6% dan
1,8% menjadi 7,30% (NPL gross) dan 3,60% (NPL net). Disamping mengalami
perbaikkan, beberapa indikator penting seperti CAR dan Net Interest Margin (NIM)
masih mengalami penurunan kinerja. Pada bulan Mei, rasio CAR menurun 1,2% dari
21,2% pada bulan April menjadi 20%. Sedangkan NIM menurun tipis sebesar 0,4%
pada bulan Mei menjadi 5,6%. Perkembangan yang sama terjadi pula pada modal
perbankan yang selama bulan Mei menurun sebesar Rp 0,4 triliun dan berada pada
posisi Rp 117,2 triliun. Ditambah lagi, satu hal yang sangat memprihatinkan adalah
belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan. Hal ini terlihat jelas masih besarnya
dana yang menganggur (idlle fund) di perbankan. Walaupun jumlah kredit yang
dominasi oleh kenaikan pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit modal
kerja bulan Mei mencapai Rp 311,74 triliun atau meningkat 4,33%. Disusul kredit
konsumsi juga meningkat Rp 6,13 triliun (3,66%) dari Rp 167,50 triliun menjadi Rp
173,63 triliun. Sementara kredit investasi hanya meningkat Rp 2,44 triliun (2,01%)
dari Rp 121,52 triliun menjadi Rp 123,96 triliun. Dengan tidak adanya investasi baru,
artinya tambahan kesempatan kerja yang dapat diciptakan juga akan sangat minim
sekali (Bisnis Ekonomi dan Politik, 2005).
2.4. Beberapa Faktor Determinan Dana Simpanan
Berdasarkan hipotesis Keynes bahwa tingkat pendapatan nasional
berpengaruh positif terhadap tabungan nasional (dalam Darmawan, 2006). Penelitian
ini menemukan bahwa pendapatan nasional perkapita mempunyai efek positif
terhadap tingkat tabungan nasional. Sementara itu studi cross-sectional komprehensif
pertama kali dilakukan oleh Simon Kuznet mengenai hubungan antara tabungan dan
pendapatan per kapita pada tahun 1960.
Rossi (1988) melakukan studi empiris mengenai dampak pendapatan terhadap
tabungan dengan menggunakan data time series untuk 49 negara dengan periode
waktu 1973-1983. Studi ini menemukan hasil bahwa adanya dampak positif dari
tingkat pendapatan sekarang (current income level) terhadap tingkat tabungan.
Menurut hipotesis pendapatan permanen (The Permanent-Income Hypothesis),
masyarakat akan membelanjakan sebagian besar dari pendapatan permanen untuk
Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan nasional sangat
kompleks serta banyak kemungkinan yang akan terjadi. Di samping itu juga
membutuhkan lag yang cukup lama (Molho, 1986). Arrieta (1988) dalam studinya
menyimpulkan bahwa tingkat bunga berpengaruh positif terhadap tabungan nasional.
Muradoglu dan Taskin (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa efek tingkat
bunga dapat dijelaskan dari keputusan konsumsi intertemporer. Peningkatan tingkat
pengembalian tabungan akan meningkatkan tabungan tetapi efek pendapatan riil
terhadap tingkat pengembalian mengakibatkan tabungan menurun.
Leff (1969) dalam Darmawan (2006) menyimpulkan bahwa beban
tanggungan secara signifikan mempengaruhi tabungan agregat. Tingginya angka
beban tanggungan merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam melihat
disparitas antara negara maju dan berkembang. Leff menggunakan data dari 74
negara dengan metode analisis data cross-section. Hasil penelitian Leff tersebut
kemudian dikritisi oleh Nassau Adam dan Kanhaya Gupta (1971) seperti dikutip oleh
Ram (1982). Dalam penelitiannya Ram (1982) menemukan hasil yang berbeda
dengan Leff. Ram (1982) menemukan bahwa beban tanggungan secara statistik tidak
signifikan mempengaruhi tabungan. Sumber perbedaan hasil ini berasal dari
perbedaan dalam hal cakupan sampel, periode penelitian, dan spesifikasi yang
digunakan.
Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) juga melakukan penelitian
tentang perilaku tabungan yang dihubungkan dengan demografi. Dalam penelitiannya
(young-age and old-age dependency ratio). Kesimpulan dari studi ini sejalan dengan
apa yang diprediksi oleh the life-cycle theory. Penelitian ini membuktikan bahwa
setiap kenaikan sebesar 3,5 persen dalam angka beban tanggungan penduduk usia
muda maka akan menurunkan tabungan masyarakat sebesar 1 persen.
Ada semacam perbedaan pendapat mengenai efek inflasi terhadap tabungan di
negara sedang berkembang. Juster dan Wachtel (1972) dalam Darmawan (2006)
menemukan bahwa inflasi akan mengurangi kepastian konsumen dan akhirnya akan
meningkatkan tabungan. Sementara itu Deaton (1977) menyatakan bahwa karena
adanya efek harga maka konsumen dalam membeli sesuatu tidak dapat membedakan
antara inflasi ekspektasian dari peningkatan harga relatif, dan akhirnya konsumen
terpaksa untuk menambah tabungan (involuntary saving). Namun Branson dan
Klevorick (1969) menemukan fakta adanya dampak negatif dari inflasi terhadap
tabungan di Amerika Serikat. Serupa dengan itu, Howard (1978) menemukan bahwa
meskipun inflasi membawa peningkatan tabungan di Kanada, Inggris, dan Amerika;
namun inflasi ekspektasian (expected inflation) menurunkan tabungan di Jepang.
Skinner (1988) dan Zeldes (1989) dalam Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven
(2000) menyatakan bahwa ketidakpastian yang lebih besar di masa datang akan
meningkatkan tabungan. Ini terjadi karena prinsip menghindari risiko yang dianut
oleh masyarakat. Dalam berbagai studi empiris tentang tabungan dan pertumbuhan,
proxy yang paling banyak digunakan untuk variabel ketidakpastian adalah inflasi.
Gupta (1987) menemukan bahwa di negara Asia, baik komponen inflasi
memiliki efek positif terhadap tabungan. Sedangkan Lahiri dalam Muradoglu dan
Taskin (1996) memperoleh hasil ragu-ragu (inconclusive). Sementara itu menurut
Kauffmann dalam Muradoglu dan Taskin (1996) yang membandingkan antara
aktivitas tabungan antara Amerika Serikat dan Jerman, menemukan bahwa aktivitas
tabungan yang lebih rendah di Amerika Serikat karena inflasi yang lebih tinggi di
Amerika Serikat dibandingkan di Jerman. Bovenberg dan Evans (1990) menganalisis
tabungan pribadi di Amerika Serikat dan memperoleh hasil bahwa selama masa
penurunan inflasi sepanjang tahun 1980-an, terjadi penurunan tabungan pribadi.
2.5. Tingkat Bunga, Investasi, Tabungan dan Inflasi
Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian akan diperoleh
karena meminjamkan dana ke pasar keuangan, oleh karena itu dapat dipahami peran
dari tingkat bunga dalam perekonomian dengan mengkaji pasar uang. Hal ini dapat
dilihat dari identitas pos pendapatan nasional:
Y – C – G = I
Y – C – G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah
dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional, atau ringkasnya tabungan (saving,
S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa
tabungan sama dengan investasi.
Tabungan dan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga
menyesuaikan sampai jumlah perusahaan yang ingin menanamkan modal sama
investor menginginkan output perekonomian lebih banyak ketimbang rumah tangga
yang ingin menabung. Dengan kata lain, jumlah dana pinjaman yang diminta
melebihi jumlah yang ditawarkan. Bila ini terjadi, tingkat bunga akan meningkat.
Sebaliknya, jika tingkat bunga terlalu tinggi, rumah tangga ingin menabung lebih
banyak ketimbang perusahaan yang ingin menanamkan modal karena jumlah dana
pinjaman yang ditawarkan lebih besar ketimbang jumlah yang diinginkan, tingkat
bunga turun. Pada tingkat bunga equilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung
simbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana
pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta (Mankiw, 2003).
Tingkat bunga merupakan yang paling penting diantara variabel-variabel
makro ekonomi. Esensinya, tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa
kini dan masa depan. Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank
sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan daya beli
masyarakat disebut tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat
bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan diantara
ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai:
r = i – π
Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan tingkat
inflasi. Kalau diatur kembali persamaan tingkat bunga riil tersebut, dapat dilihat
bahwa tingkat bunga nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi:
Persamaan ini disebut persamaan Fisher (Fisher equation). Persamaan ini
menunjukkan tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan: karena tingkat bunga riil
berubah atau karena tingkat inflasi berubah. Tingkat bunga riil menyesuaikan untuk
menyeimbangkan tabungan dan investasi. Teori kuantitas uang menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan uang menentukan tingkat inflasi. Teori kuantitas dan persamaan
Fisher sama-sama menyatakan bagaimana pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat
bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang
sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut
persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan
kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara
tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher effect).
2.6. Penelitian Sebelumnya
Sudarmo (2004), melakukan studi untuk menganalisis variabel-variabel yang
mempengaruhi dan variabel yang paling dominan terhadap besarnya penghimpunan
dana Simpedes di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Variabel yang diteliti
adalah jumlah pekerja di BRI Unit, suku bunga Simpedes dan nilai tambah sektor
pertanian dan sektor perdagangan hotel dan restoran dan krisis ekonomi tahun 1997
dan 1998 (variabel dummy), dengan periode data 1989 – 2003. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pekerja di BRI Unit mempunyai pengaruh
positif terhadap peningkatan penghimpunan dana Simpedes dan bersifat elastis.
penghimpunan dana Simpedes. Perbedaan suku bunga di BRI Unit dimana suku
bunga Simaskot lebih tinggi dibandingkan suku bunga Simpedes mengakibatkan
terjadinya proses substitusi dari Simpedes ke Simaskot. Peningkatan nilai tambah
sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif terhadap
peningkatan penghimpunan dana Simpedes dan bersifat inelastis. Krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998 mempunyai pengaruh negatif terhadap
penghimpunan dana Simpedes.
Studi yang dilakukan Nugroho (2004) di Wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi dan Karawang mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penguatan
kapasitas usaha Bank Perkreditan Rakyat, menyimpulkan bahwa dana masyarakat
dan pemanfaatan teknologi informasi yang tercermin dari pemanfaatan komputer di
BPR signifikan berpengaruh terhadap pengembangan kredit BPR, modal dan kredit
signifikan berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba dan bunga serta
insentif deposito signifikan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah deposito
Hasil penelitian Abdurochman (2004) terhadap dampak program penjaminan
pemerintah terhadap penghimpunan dana masyarakat dan suku bunga simpanan pada
Bank Umum, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara program
penjaminan pemerintah dengan penghimpunan dana masyarakat artinya program
penjaminan telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan
penghimpunan dana masyarakat di Bank Umum. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
estimasi fungsi deposito dengan memasukkan variabel program penjaminan sebagai
tidak langsung telah mendorong perbaikan kinerja bank umum sebagai akibat krisis
keuangan yang melanda Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi pengaruh suku bunga
penjaminan terhadap hubungan suku bunga deposito dan suku bunga SBI, ditemukan
bahwa suku bunga penjaminan memiliki pengaruh dalam penentuan suku bunga
simpanan. Dalam hal ini telah terjadi pergeseran acuan penentuan suku bunga
simpanan yang sebelumnya selalu mengacu kepada suku bunga SBI maka setelah
adanya program penjaminan, suku bunga penjaminan menjadi acuan bank dalam
menentukan suku bunga simpanannya.
Tjahyono (2005), melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat dan apakah faktor
dari krisis moneter juga mempengaruhi atas penghimpunan dana masyarakat dengan
data yang dibatasi pada penghimpunan dana masyarakat yang disimpan dalam Bank
Pemerintah dan Bank Swasta Nasional di wilayah propinsi Jawa Timur selama
periode tahun 1988 - 2001. Pada penelitian ini ditemukan kasus multikolinearitas
pada kedua kelompok bank serta kasus autokorelasi pada kelompok bank swasta
nasional. Dari kedua model tersebut diketahui bahwa faktor-faktor ekonomi makro
yang mempengaruhi secara positif pada kedua kelompok bank terhadap
penghimpunan dana masyarakat adalah variabel pendapatan (Yt) dan jumlah uang
beredar (M) sedangkan variabel yang lain berpengaruh secara berlawanan seperti
variabel suku bunga (SB) dan indeks harga konsumen (IHK). Sedangkan variabel
penghimpunan dana masyarakat adalah nilai tukar rupiah (R) dan variabel dummy
krisis ekonomi juga memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok bank.
2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.7.1.Kerangka Konseptual
Salah satu fungsi perbankan adalah penghimpunan dana dari masyarakat.
Penghimpunan dana masyarakat akan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dalam
masyarakat. Pendapatan masyarakat diproxy dengan PDRB perkapita. Semakin tinggi
pendapatan, secara teoritis akan semakin meningkatan dana simpanan masyarakat.
Demikian juga dengan tabungan atau simpanan tahun sebelumnya secara teoritis
berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat.
Penghimpunan dana dari masyarakat berhubungan dengan kondisi
perekonomian masyarakat. Kondisi perekonomian yang stabil dan berkembang akan
meningkatkan pendapatan masyarakat karena aktivitas usaha yang dapat berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, kestabilan kondisi perekonomian dan pendapatan
perkapita sebagai faktor di luar sistem perbankan, berpengaruh terhadap
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Kondisi perekonomian akan
mempengaruhi inflasi dan sebaliknya, dimana pada beberapa keadaan inflasi yang
tinggi justru akan meningkatkan tabungan masyarakat, karena masyarakat berusaha
untuk menyimpan dananya daripada dibelanjakan dengan harga yang mahal.
Selain faktor dari luar perbankan tersebut, dari sisi perbankan, besarnya
tingkat suku bunga. Masyarakat menyimpan dananya selain untuk jaminan keamanan
dana adalah untuk memperoleh pendapatan, yaitu melalui suku bunga. Dengan
demikian besar kecilnya suku bunga simpanan yang ditentukan oleh bank pemerintah
turut mempengaruhi terhadap jumlah penghimpunan dana oleh bank pemerintah dari
masyarakat.
Secara konseptual, hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Penghimpunan Dana Masyarakat Tahun
Sebelumnya
Suku Bunga Simpanan
Kondisi Perekonomian Pendapatan Perkapita
Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Pemerintah
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara
2.7.2.Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa hasil kajian empiris yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
1. Tabungan tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap
penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara,
ceteris paribus.
2. Tingkat suku bunga simpanan berpengaruh signifikan positif terhadap
penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara,
ceteris paribus.
3. Pendapatan perkapita berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan dana
masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, ceteris paribus.
4. Kondisi perekonomian berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank
pemerintah di Sumatera Utara selama kurun waktu 1986 – 2005. Dalam penelitian ini
akan dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat pada
bank-bank pemerintah di Sumatera Utara antara lain: tabungan tahun sebelumnya,
tingkat suku bunga, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan dianalisis adalah data sekunder yang diperoleh dari
berbagai instansi yang terkait yaitu Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya
yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Data yang dibutuhkan terdiri dari suku bunga,
jumlah dana masyarakat, PDRB, dan jumlah penduduk.
3.3. Model Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat pada bank
pemerintah di Sumatera Utara dispesifikasi dalam fungsi matematis, sebagai berikut :
DPT = b0 + b1DPTt-1 + b2SB + b3 Yc + b4 Dm + μ ... (1)
Dimana:
DPT = jumlah dana masyarakat (milyar rupiah)
DPTt-1 = dana masyarakat tahun sebelumnya (milyar rupiah)
SB = tingkat suku bunga simpanan (%)
Yc = pendapatan perkapita (juta rupiah)
Dm = Dummy variabel, D= 0 sebelum krisis, D= 1 setelah krisis. b0 = intercept (konstanta)
b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi
μ = kesalahan pengganggu
Identifikasi
Dalam persamaan simultan, kita akan berhadapan dengan suatu model dimana
terdapat saling keterkaitan antara variabel yang ada dalam model. Diharapkan,
melalui penyelesaian suatu persamaan yang ada dalam model itu, kita dapat
menemukan koefisien-koefisien lainnya. Tetapi apakah persamaan itu dapat
diselesaikan sehingga sistem itu terpecahkan, tergantung dari identifikasi.
Ada dua persamaan dalam model simultan, yaitu persamaan struktural dan
persamaan reduce form. Persamaan struktural yaitu persamaan asli yang
menggambarkan perilaku hubungan antar variabel tersebut. Sedangkan persamaan
reduce form merupakan suatu persamaan yang diperoleh dari persamaan-persamaan
struktural yang telah dikaitkan. Dengan menyelesaikan persamaan reduce form, kita
dapat menghitung koefisien-koefisien dalam persamaan struktural. Oleh karena itu,
penaksir terhadap persamaan struktural akan tergantung dari hasil penaksiran pada
Identifikasi daripada persamaan struktural bisa mengambil tiga macam bentuk,
yakni:
a) Underidentified, yakni melalui penaksiran persamaan reduce form tidak
mempunyai koefisien yang cukup untuk menaksir koefisien struktural.
b) Exactly identified, dimana jumlah koefisien persamaan reduce form sama dengan
jumlah persamaan koefisien struktural, sehingga persamaan struktural dapat
ditaksir melalui koefisien reduce form yang telah dihitung.
c) Overidentified, dimana jumlah koefisien reduce form melebihi jumlah persamaan
struktural.
Untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu dilakukan substitusi hasil
persamaan (2) dengan persamaan (1), sehingga menghasilkan reduce reform sebagai
Dimana :
Berdasarkan persamaan reduce form tersebut, selanjutnya harus ditaksir
koefisien strukturnya. Setelah dilakukan penaksiran koefisien struktur dengan metode
ILS, ternyata tidak semua nilai-nilai parameter dari persamaan reduce form dapat
diidentifikasi.
Selanjutnya berdasarkan persamaan (1) dan (2) dapat diketahui variabel
eksogen sebanyak empat, yaitu: DPTt-1, Yc, Dm, Inf; dan dua variabel endogen,
yaitu: DPT dan SB. Dengan demikian K = 4, k = 2, dan M = 2. Sehingga: K – k > M
– 1, yakni (4 – 2) > (2 – 1)
Sesuai dengan kriteria identifikasi dengan syarat order, jika K – k > M – 1 disebut
overidentified. Sehubungan dengan hal tersebut, maka model analisis dalam
penelitian ini dilakukan dengan model Two Stage Least Square (2 SLS). Stage
pertama adalah dengan model persamaan (2). Stage 2 adalah substitusi hasil
persamaan (2) dengan persamaan (1).
3.4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
maka sebagai alat analisis yang digunakan dalam mengolah data tersebut adalah
Program Eviews versi 4.1.
3.5. Uji Kesesuaian
a. R2 (coefficient determinant), untuk melihat kekuatan variabel bebas
(independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable).
b. Partial test (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
c. Overall test (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
3.6. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan
pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan perihal batasan operasional sebagai
berikut:
a. Penghimpunan dana masyarakat adalah jumlah dana masyarakat yang dihimpun
oleh bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, baik dalam bentuk deposito
maupun tabungan, dihitung dalam milyar rupiah.
b. Suku bunga simpanan adalah besarnya bunga simpanan yang ditentukan oleh
bank terhadap setiap dana masyarakat, diproxy dengan bunga tabungan (dalam