KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN HUTAN
TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR,
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
PARASIAN P. SITUMORANG 060307009
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN HUTAN
TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR,
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
PARASIAN P. SITUMORANG 060307009/PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi :Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Nama : Parasian P. Situmorang
NIM : 060307009
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Luthfi A.M. Siregar, SP., MSc., Phd. ) (Ir. Hot Setiado, MS) Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
PARASIAN P. SITUMORANG : Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara di bawah bimbingan LUTHFI A. M. SIREGAR SP., MSc., Phd. Dan Ir. HOT SETIADO MS.
Anggek memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi. anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10 % yang mencakup ±1200 genus, lebih dari 50.000 spesies alam dan lebih dari 100.000 spesies hibrida. Di indonesia terdapat ±5.000 spesies alam, 406 spesies diantaranya terdapat di Sumatera Utara. Anggrek memiliki penyebaran yang sangat luas mulai dari benua arktik hingga antartika dan melimpah di daerah tropis. Data world conservation monitoring center (1995) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tumbuhan berbunga lainnya di Indonesia maka anggrek menerima ancaman kepunahan tertinggi sebanyak 203 jenis (39 %). Semakin maraknya pembangunan pemukiman, perkebunan, maupun pengrusakan hutan telah mempercepat kepunahan spesies anggrek alam. Banyak spesies anggrek telah punah sebelum sempat dideskripsi dan didokumentasikan. agar keberadaan anggrek di suatu tempat dapat diketahui dengan baik, diperlukan suatu penelitian berupa eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi.
Dari hasil eksplorasi ditemukan 112 spesies anggrek yang terhimpun dalam 38 genus. Dari jumlah tersebut ditemukan 78 spesies anggrek epifit (24 genus), 32 spesies anggrek teresterial (18 genus) dan 2 spesies anggrek saprofit (2 genus).
ABSTRACT
PARASIAN P. SITUMORANG : The Variety of Orchid Species in forest Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Orchid has the very high variabilities. Orchid represent the biggest family of plant flower reached 7-10 % including ±1200 gender, more than 50.000 natural species and more than 100.000 hybrid species. In Indonesia, there are ±5000 natural species, 406 species there are in north Sumatra. Orchid own the very wide spreading start from arktic continent up to antartic and abundance in tropical area. Data of world conservation of monitoring center ( 1995) indicating that compared to other plant flowers in Indonesia, orchid accept the highest destruction threat as much 203 type (39%). Progressively the hoisterous of settlement development, plantation, and also forest ruining have quickened the experienced orchid species destruction. A lot of orchid species have totally disappeared before have time to describe and documented. To be knowable orchid existence somewhere better, needed an research in the form of exploration, inventarisation, and identification.
The result of exploration founded 112 orchid species mustered in 38 gender. from the amount found 78 species of epiphytic orchid (24 gender), 32
species of terrestrial orchid (18 gender) and 2 species of saprofit orchid (2 gender).
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Lumban suhi-suhi, Kabupaten Samosir, pada tanggal 19 Februari 1986, anak kedelapan dari sembilan bersaudara, putra ayahanda W. Situmorang dan Ibunda E. Simarmata.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pangururan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda W. Situmorang dan Ibunda E. Simarmata atas sumbangan materil dan morilnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luthfi A. M Siregar, SP., MSc., Ph,D selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hot Setiado MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Begitu juga kepada abangda Robertus, Liner, Senrawasi, Lasrin, Kakanda Rusmawani, Resmida, Elprida dan adinda Merliana Situmorang yang telah memberi semangat, dukungan moril dan materil, serta teman-teman saya, Hendri, Erwin, Syamsir Bulang, Andri, Sonong, Bellito, Brian, Benni, Ika, Lidya Mimi, Hera, Heni, Victor, Susi, Ruth, Selvia, Ruben, dan teman-teman lainnya yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini berguna sebagai informasi dalam usaha konservasi anggrek.
DAFTAR ISI
Lingkungan Tumbuh ... 10
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian Eksplorasi ... 12
Inventarisasi ... 13
Identifikasi ... 13
Analisis Data Analisis Ekologi ... 13
Analisis Taksonomi ... 16
Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan Persiapan Bahan dan Alat ... 16
Pengukuran Lokasi Penelitian ... 16
Pengambilan Sampel ... 17 Pemberian Kode ... 17 Inventarisasi Anggrek ... 17 Di Laboratorium
Pembuatan Herbarium Basah ... 17 Identifikasi Anggrek ... …. 18 HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi ... 19 Inventarisasi
Tingkat Populasi, Frekuensi dan Kerapatan Jenis Anggrek ... …. 28 Tingkat kerapatan relatif, Frekuensi relatif dan Indeks Nilai
Penting Jenis Anggrek ... … 35 Indeks Keanekaragaman (H’) ... .... 41 Indeks Keseragaman (E’) ... … 42 Identifikasi
Deskripsi Jenis ... 47 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek ... 10
2. a. Keragaman jenis anggrek epifit ... 20
b. Keragaman jenis anggrek teresterial ... 24
c. Keragaman jenis anggrek saprofit ... 26
3. a. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit ... 28
b. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial ... 31
c. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek saprofit ... 33
4. a. Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit ... 35
b.Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial ... 38
c.Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek saprofit ... 40
5. a. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek epifit... 41
b. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek teresterial……… 44
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Tanaman anggrek simpodial dan monopodial ... 7
2. Bunga tanaman anggrek ... 8
3. grafik keragaman spesies pada genus anggrek epifit ... 23
4. grafik keragaman spesies pada genus anggrek teresterial ... 25
5. grafik keragaman spesies pada genus anggrek saprofit ... 26
6.Agrostophyllum bicuspidatum ... 51
7.Agrostophyllum laxum ... 52
8. Anoectochilus longicalcaratus ... 52
9. Apostasia sp ... 53
10.Apendicula alba ... 54
11.Appendicula pauciflora ... 54
12.Appendicula ramosa ... 55
13.Appendicula sp1 ... 56
14.Appendicula sp2 ... 56
15.Arundina graminifolia ... 57
16.Arundina sp ... 57
17.Ascidieria longifolia ... 58
18.Bulbophyllum adelphidium ... 59
19.Bulbophyllum biflorum ... 59
20.Bulbophyllum flavidiflorum ... 60
21.Bulbophyllum lobbii ... 61
22.Bulbophyllum longivagans ... 62
23.Bulbophyllum mirum ... 62
25.Bulbophyllum ovalifolium ... 63
26.Bulbophyllum romburghii ... 64
27.Bulbophyllum stelis ... 65
28.Bulbophyllum virescens ... 66
29.Bulbophyllum sp1 ... 66
30.Bulbophyllum sp2 ... 67
31.Bulbophyllum sp3 ... 67
32.Bulbophyllum sp4 ... 68
33.Bulbophyllum sp5 ... 68
34.Bulbophyllum sp6 ... 69
35.Bulbophyllum sp7 ... 70
36.Bulbophyllum sp8 ... 70
37.Bulbophyllum sp9 ... 71
38.Bulbophyllum sp10 ... 71
39.Calanthe chrysoglossoides ... 72
40.Calanthe speciosa ... 73
41.Calanthe triplicata ... 73
42.Ceratostylis radiata ... 74
43.Ceratostylis subulata ... 75
44.Cleistoma muticum ... 75
45.Coelogyne brachygine ... 76
46.Coelogyne cuprea... 77
47.Coelogyne dayana ... 77
48.Coelogyne pandurata ... 78
49.Coelogyne salmonicolor ... 79
50.Coelogyne sp ... 79
51.Corybas stenotribonos... 80
53.Cymbidium dayanum ... 81
54.Cymbidium lancifolium ... 82
55.Cymbidium sp ... 83
56.Dendrobium compressistylum ... 83
57.Dendrobium indragiriense ... 84
58.Dendrobium kuyperi ... 84
59.Dendrobium sociale ... 85
60.Dendrobium sp1 ... 86
61.Dendrobium sp2 ... 86
62.Dendrobium sp3 ... 87
63.Dendrobium sp4 ... 87
64.Dendrobium sp5 ... 88
65.Dendrochilum sp1 ... 88
66.Dendrochilum sp2 ... 89
67.Eria densa ... 89
68.Eria pachystachya ... 90
69.Eria taluensis ... 91
70.Eria tjadasmalangensis ... 91
71.Eria sp1 ... 92
77.Gastrochilus sororius ... 96
78.Goodyera schlechtendaliana ... 96
79.Goodyera sp ... 97
81.Liparis elegans ... 99
82.Liparis pallida ... 100
83.Liparis rheedii... 100
84.Liparis terrestris ... 101
85.Macodes petola ... 102
86.Malaxis sp1 ... 102
87.Malaxis sp2 ... 103
88.Neuwiedia veratrifolia... 104
89.Neuwiedia zollingeri ... 105
90.Neuwiedia sp ... 105
91.Oberonia lotsyana ... 106
92.Octarrhena parvula ... 107
93.Paphiopedilum curtisii ... 108
94.Paphiopedilum tonsum ... 108
95.Phaius corymbioides ... 109
96.Phaius flavus ... 110
97.Phaius sp ... 110
98.Phalaenopsis sp ... 111
99.Platanthera angustata ... 112
100. Podochilus microphyllum ... 112
101. Podochilus muricatum ... 113
102. Podochilus sp1 ... 114
103. Podochilus sp2 ... 114
104. Podochilus sp3 ... 115
105. Renanthera angustifolia ... 115
106. Schoenorchis sumatrana ... 116
107. Spathoglottis aurea ... 117
108. Spathoglottis plicata ... 117
110. Thrixspermum sp ... 119
111. Trichoglottis adnata ... 119
112. Trichoglottis velutina... 120
113. Trichotosia sp1 ... 120
114. Trichotosia sp2 ... 121
115. Vanda sp ... 121
116. Vanilla sp2 ... 122
117. Vanilla sp1 ... 123
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
ABSTRAK
PARASIAN P. SITUMORANG : Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara di bawah bimbingan LUTHFI A. M. SIREGAR SP., MSc., Phd. Dan Ir. HOT SETIADO MS.
Anggek memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi. anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10 % yang mencakup ±1200 genus, lebih dari 50.000 spesies alam dan lebih dari 100.000 spesies hibrida. Di indonesia terdapat ±5.000 spesies alam, 406 spesies diantaranya terdapat di Sumatera Utara. Anggrek memiliki penyebaran yang sangat luas mulai dari benua arktik hingga antartika dan melimpah di daerah tropis. Data world conservation monitoring center (1995) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tumbuhan berbunga lainnya di Indonesia maka anggrek menerima ancaman kepunahan tertinggi sebanyak 203 jenis (39 %). Semakin maraknya pembangunan pemukiman, perkebunan, maupun pengrusakan hutan telah mempercepat kepunahan spesies anggrek alam. Banyak spesies anggrek telah punah sebelum sempat dideskripsi dan didokumentasikan. agar keberadaan anggrek di suatu tempat dapat diketahui dengan baik, diperlukan suatu penelitian berupa eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi.
Dari hasil eksplorasi ditemukan 112 spesies anggrek yang terhimpun dalam 38 genus. Dari jumlah tersebut ditemukan 78 spesies anggrek epifit (24 genus), 32 spesies anggrek teresterial (18 genus) dan 2 spesies anggrek saprofit (2 genus).
ABSTRACT
PARASIAN P. SITUMORANG : The Variety of Orchid Species in forest Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Orchid has the very high variabilities. Orchid represent the biggest family of plant flower reached 7-10 % including ±1200 gender, more than 50.000 natural species and more than 100.000 hybrid species. In Indonesia, there are ±5000 natural species, 406 species there are in north Sumatra. Orchid own the very wide spreading start from arktic continent up to antartic and abundance in tropical area. Data of world conservation of monitoring center ( 1995) indicating that compared to other plant flowers in Indonesia, orchid accept the highest destruction threat as much 203 type (39%). Progressively the hoisterous of settlement development, plantation, and also forest ruining have quickened the experienced orchid species destruction. A lot of orchid species have totally disappeared before have time to describe and documented. To be knowable orchid existence somewhere better, needed an research in the form of exploration, inventarisation, and identification.
The result of exploration founded 112 orchid species mustered in 38 gender. from the amount found 78 species of epiphytic orchid (24 gender), 32
species of terrestrial orchid (18 gender) and 2 species of saprofit orchid (2 gender).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek (famili : Orchidaceae) merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia, mulai dari benua Arktik hingga Antartika (kendati didaerah kutub jarang) dan melimpah didaerah tropis. Anggrek tumbuh disemua tempat kecuali daerah kutub yang benar-benar beku dan padang pasir yang benar-benar panas dan kering. Di Asia anggrek paling banyak terdapat dikawasan malesia (semenanjung Malaya, kepulauan Indonesia, Sabah, Serawak, dan Papua Niugini) (Gunadi, 1985).
Anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10% dan memiliki lebih dari 50.000 spesies alam yang terhimpun dalam ±1200
genus (Pranata, 2005) dan lebih dari 100.000 spesies hibrida (Kartohadiprodjo dan Prabowo, 2009). Sekitar 80% genera dan spesies anggrek berada di kawasan Asia Tenggara (Amiarsi et all., 1996). Di Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5.000 jenis (Rukmana, 2000), dan diperkirakan 139 genus, 1.118 spesies anggrek liar tersebar luas di kawasan Sumatera dan 406 spesies diantaranya tersebar di Sumatera Utara (Comber, 2001).
bagi masyarakat yang membudidayakannya (Sabran, dkk, 2003). Beberapa spesies anggrek juga memiliki fungsi lain seperti bahan makanan, obat-obatan, perekat, dan tenunan (Ginting, 1990).
Puspitaningtyas dan Mursidawati (1999) menyatakan bahwa anggrek alam atau anggrek liar sering menjadi bahan utama untuk mendapatkan jenis-jenis hibrida yang komersial, namun keberadaan jenis angrek liar sering kali terancam kepunahan dengan semakin sempitnya lahan, karena banyak dipakai untuk pemukiman, perkebunan atau karena adanya kerusakan alam. Ditambah lagi dengan adanya pengambilan anggrek alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Pengambilan anggrek liar secara terus menerus tanpa disertai usaha membudidayakannya tentu sangat merugikan keberadaan anggrek tersebut, karena dapat menyebabkan kepunahan.
Kegiatan eksplorasi khususnya anggrek saat ini dirasakan sangat penting karena banyak habitat anggrek alam yang rusak. Data dari World Conservation Monitoring Center (1995) menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan asli Indonesia yang berstatus terancam lainnya maka anggrek merupakan tumbuhan yang menerima ancaman kepunahan tertinggi yaitu sebanyak 203 jenis (39%). Bahkan tidak tertutup kemungkinan bila sudah banyak anggrek yang punah sebelum sempat dideskripsi atau didokumentasikan.
ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Inventarisasi bertujuan untuk mendata keragaman jenis tanaman di suatu kawasan, sehingga apabila nantinya kawasan tersebut mengalami perubahan ekosistem, sudah tersedia data keragaman floranya. Identifikasi bertujuan untuk mengetahui marga dan spesies anggrek berdasarkan morfologinya (Mujahidin dkk., 2002).
Taman Eden 100 adalah sebuah Agro Wisata Rohani yang didirikan oleh keluarga L. Sirait pada tahun 1999, berada di Desa Lumban Rang Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara (16 km dari Parapat atau 55 km dari Balige). Kawasan konservasi Taman Eden 100 berada di ketinggian 1000-2000 meter di atas permukaan laut dimana di tempat ini telah disediakan lokasi penangkaran Anggrek Danau Toba. Kawasan hutan Taman Eden 100 memiliki luas ±1000 ha. Hutan Taman Eden 100 termasuk tipe hutan hujan dataran tinggi di Sumatera Utara yang berdasarkan pengamatan di lapangan memiliki keanekaragaman anggrek yang tinggi. Namun sampai sejauh ini kegiatan pelestarian anggrek di kawasan Taman Eden 100 masih dilakukan secara sederhana karena minimnya dana (http//:tamaneden 100.wordpress.com).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan eksplorasi,
Tujuan Penelitian
Mengetahui keragaman jenis anggrek, kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keanekararagaman, indeks keseragaman jenis dan bentuk morfologi jenis anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utaradi Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Hipotesis Penelitian
Diduga terdapat berbagai jenis anggrek, tingkat kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keanekararagaman dan indeks keseragaman yang berbeda di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Pranata (2005), anggrek diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : ±1200 genus, seperti Dendrobium, Spathoglottis, dan Cymbidium Species : Lebih dari 50.000 spesies alam dan 100.000 spesies hibrida , seperti
Calanthe triplicata, Ascocentrum miniatum.
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah (anggrek tanah) batangnya pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh dengan baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pada anggrek saprofit, batangnya tipis dan halus. Pertumbuhan batang dapat bersifat memanjang (monopodial) atau melebar (simpodial), tergantung genusnya (http://budireve.wordpress.com, 2008).
a. Tipe monopodial
Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaeonopsis.
b. Tipe simpodial
Pada umumnya anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang utama dan mempunyai umbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Ketika batang yang satu telah menua dan habis daunnya, pseudobulb tetap aktif dan apabila rhizoma diantara tumbuhan tersebut tidak dipotong maka batang yang lebih muda dapat memanfaatkan sari makanan di pseudobulb disebelahnya. Anggrek yang memiliki pseudobulb lebih tahan
samping batang, contonya genus Dendrobium, Oncidium dan Cattleya Darmono (2008).
Gambar 1: Tanaman anggrek simpodial dan monopodial
Daun anggrek berjenis monokotil yang tidak memiliki urat daun atau hanya tulang daun memanjang dari pangkal sampai ujung. Ada daun yang helaiannya tipis tapi sebagian besar berdaging atau sukulen, dilihat dari bentuknya ada bermacam-macam, hastate (mata tombak), sagittate (panah), triangular (segitiga), cordate (jantung), trullate (sekop), subulate (jarum), dan linear (pita). Daun tumbuh saling berhadapan, setiap tumbuh daun di kanan akan disusul tumbuh daun di kiri (http:// beswandjarum.com, 2009).
Bunga Anggrek dapat mencapai 50 kuntum bunga per tanaman dan termasuk ke dalam bunga majemuk. Berdasarkan letak tumbuhnya terdiri dari dua
jenis secara umum, yang pertama tumbuh disekitar ketiak daun (lateral) atau sisi-sisi batang, jenis ini dinamakan pleuranthe (misalnya Vanda dan
Dendrobium) dan yang kedua tumbuh dari ujung tanaman (terminal) atau
diatas bernama sepal dorsal dan dua yang disamping menjorok bawah dinamakan sepal lateral. Petalnya juga berjumlah tiga, dua petal diapit sepal dorsal dan sepal lateral dan membentuk sudut sekitar 120o, sedangkan yang dibawah termodifikasi menjadi petal bibir atau labelum. Pada labelum terdapat gumpalan yang berisi
protein, zat wangi dan minyak sebagai penarik serangga (http:// beswandjarum.com, 2009).
Gambar 2: Bunga tanaman anggrek
Buah anggrek berbentuk capsular segi enam. Tidak seperti buah pada umumnya yang memiliki cadangan makanan (endosperm), buah anggrek tidak memiliki cadangan makanan sendiri, karena sifatnya ini pada masa awal perkecambahannya adalah masa yang paling rentan, di alam biji ini mendapatkan
Syarat Tumbuh
Iklim
Menurut Gunadi (1985) Anggrek dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kebutuhan temperatur yaitu :
a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek ini biasanya menyukai sinar matahari dalam intensitas yang tinggi. Pada siang hari temperatur berada di sekitar 27o-30oC dan pada malam hari temperatur berada di bawah 21oC. Beberapa contoh anggrek panas adalah Dendrobium phalaeonopsis, Arachnis sp., dan Vanda sp.
b. Anggrek sedang (ketinggian 650-1500 m dpl)
Anggrek ini memerlukan temperatur pada siang hari 21-26oC dan pada
malam hari 15-21oC. Beberapa contoh anggrek sedang yaitu Dendrobium nobile dan Dendrobium moschatum.
c. Anggrek dingin (ketinggian >1500 m dpl)
Anggrek dingin tumbuh baik pada temperatur siang antara 15-21oC dan pada malam hari antara 9-15oC. Beberapa contoh anggrek dingin yaitu Cymbidium dan Miltonia.
Menurut Iswanto (2002), suhu yang sesuai untuk beberapa genus anggrek dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek
Jenis anggrek Udara dingin (oC) Udara sedang (oC) Udara panas (oC) Cattleya 12-15,5 20 26,5-32 Cymbidium 15-18 25 21-38 Dendrobium 12-18 25 21-32 Odontoglossum 5-13 18 16-32 Paphiopedilum 12,5-14 20 29-30 Phalaeonopsis 15-21 21 27-35
Vanda 15,5 30 26,5-38
Lingkungan tumbuh
Mahyar dan Sadili (2003) membedakan anggrek menjadi 3 berdasarkan cara hidupnya, yaitu :
a. Epifit : Anggrek yang hidupnya menumpang pada pohon lain dan memproses sendiri kebutuhan makanannya. Anggrek ini membutuhkan naungan dari cahaya matahari langsung dan menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara sekitar
b. Saprofit : Anggrek yang hidup pada humus atau kayu yang lapuk. Anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari dan seringkali daunnya tidak memiliki khlorofil atau memiliki daun berklorofil yang sangat tipis.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan hutan Taman Eden 100 Desa Lumban Rang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara dengan ketinggian 1000-2000 m diatas permukaan laut, yang di mulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan Taman Eden 100 secara administratif berada di desa Lumban Rang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di antara 02o39’00” LU - 02o42’00” LU dan 98o62’00” BT - 98o64’00” BT. Lokasi ini berjarak ±16 km dari Parapat dan ±55 km dari kota Balige. Hutan Taman Eden 100 berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Ajibata Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan : Desa Sionggang Tengah dan Sionggang Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Sipanganbolon
Sebelah Timur : Lumban Julu
berlempung halus, liat berdebu, lempung berdebu, lempung liat berdebu dan berdebu halus dengan pH tanah 4,2-6,9 serta suhu tanah berkisar antara 16-24oC. Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari famili Annonaceae, Myrtaceae, Araceae, Euphorbiaceae, Papilionaceae, Rubiaceae, Caesalpiniaceae, Mimosaceae, Rosaceae, Zingiberaceae dan Orchidaceae.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah anggrek yang terdapat di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, kantong plastik transparan, karung ukuran 50 kg, tali plastik, kertas koran dan Petroleum eter 50%.
Alat yang digunakan adalah buku identifikasi, kamera digital, pacak, galah, parang, gunting stek, meteran, spidol, teropong, handsprayer, kalkulator, alat tulis dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Eksplorasi
Eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah. Penentuan petak sampel dilakukan dengan metode Non-Probability (Tidak Acak) dengan teknik purposive sampling dimana penelusuran dilakukan menurut jalan setapak dengan jarak
Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan secara eksploratif. Untuk mengetahui jumlah populasi dan indeks nilai penting jenis anggrek dilakukan pengamatan jumlah individu dan frekuensinya. Pengamatan dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Setiap kali dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Indeks nilai penting dihitung dari penjumlahan kerapatan relatif dan frekuensi relatif.
Identifikasi
Identifikasi tingkat marga dilakukan dengan cara melakukan pengamatan morfologi tumbuhan. Bagian tanaman yang diamati adalah daun, batang, akar dan bunga. Untuk mengidentifikasi sampai tingkat jenis diperlukan pengamatan morfologi bunganya. Metode identifikasi dilakukan dengan cara pembuatan herbarium basah dan penelusuran pustaka
Analisis Data
Analisis ekologi
Metode yang digunakan untuk inventarisasi jenis anggrek adalah analisis Cluster dengan teknik non hierarki. Anggrek dikelompokkan menurut kesamaan tempat tumbuhnya. Anggrek yang ditemukan dikelompokkan kedalam 3 kelompok (cluster) yaitu :
Pada kegiatan inventarisasi anggrek pengamatan dilakukan pada setiap kali perjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan perjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan persentase frekuensi keterdapatannya.
Analisis data ekologi anggrek dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut (Krebs, 1985) :
a. Kerapatan (K)
Kerapatan (K) = b. Kerapatan Relatif (KR)
Kerapatan Relatif (KR) = c. Frekuensi (F)
Frekuensi (F) suatu spesies dihitung pada setiap pengulangan perjumpaan. d. Frekuensi relatif (FR)
Frekuensi Relatif (FR) = e. Indeks Nilai Penting (INP)
Untuk mengetahui jenis anggrek yang dominan maka dihitung dengan rumus : INP = KR+FR
f. Indeks Keanekaragaman (Diversitas)
s H’ = i=1 Dimana : pi =
Ni = jumlah individu suatu spesies N = jumlah individu seluruh jenis Ln = Log natural
Identifikasi Indeks Keanekaragaman Jenis sebagai berikut : 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman H’<1
2. Sedang, bila indeks keanekaragaman 1≤ H’≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman H’>3 g. Indeks Keseragaman (Equitabilitas)
Setelah diketahui indeks keanekaragaman, maka dapat juga dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan anggrek dapat menggunakan indeks Equitabilitas (E’).
Indeks Equitabilitas (E’) =
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner Hmaks = Ln S ; S = jumlah spesies
Analisis taksonomi
Jenis-jenis anggrek yang ditemukan dideskripsi dengan cara membuat keterangan morfologi yang dilengkapi dengan foto, habitat dan distribusi dari masing-masing jenis.
Pelaksanaan Penelitian 1. Di lapangan
a. Persiapan bahan dan alat
Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi dan inventarisasi di lapangan dipersiapkan yaitu kantong plastik transparan, karung ukuran 50 kg, tali plastik, kertas koran, Petroleum eter 50 %. Alat yang dibawa adalah kamera digital, pacak, parang, galah, gunting stek, meteran, spidol, teropong, handsprayer, alat tulis.
b. Pengukuran lokasi penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Sebagai acuan digunakan jalan setapak dengan batas
pengamatan masing-masing 20 meter ke kedua sisi jalan setapak. Batas pengamatan ditandai dengan menggunakan pacak dan tali plastik.
c. Pengambilan foto
d. Pengambilan sampel
Tanaman sampel yang diambil adalah 1 tanaman yang mewakili setiap spesies yang berbeda. Tanaman sampel yang diambil berukuran tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil dan memiliki semua bagian morfologi tanaman (daun, batang, akar, bunga dan buah (bila ada). Setiap tanaman sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang berbeda kemudian disusun ke dalam karung ukuran 50 kg.
e. Pemberian kode
Untuk mempermudah proses eksplorasi dan inventarisasi anggrek di lapangan perlu dibuat kode yang berbeda untuk masing-masing spesies yang ditemukan. Tanaman anggrek yang ditemukan diberi kode berurutan mulai dari A1, A2, A3, A4, dan seterusnya.
f. Inventarisasi anggrek
Setiap spesies anggrek yang ditemukan dihitung dan dicatat populasinya untuk dapat menentukan kemelimpahan dan tingkat dominasi anggrek tersebut. 2. Di laboratorium
a. Pembuatan herbarium basah
Kemudian tanaman dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan.
b. Identifikasi anggrek
Untuk mengetahui genus dan spesies anggrek yang ditemukan maka perlu dilakukan kegiatan identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi dan kunci daterminasi anggrek.
Buku identifikasi yang digunakan antara lain : 1. Orchids of Sumatera (Comber, 2001) 2. Tumbuhan Monokotil (Sudarnadi, 1996) 3. Flora Pegunungan Jawa (Van Steenis) 4. Exotic Plant Manual (Alfred Byrd Graf) 5. Phalaenopsis Spesies (Rizal djafareer)
6. Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung (Retno Widhiastuti dkk, 2007)
7. Jenis-jenis Anggrek (Sastrapradja dkk., 1979) 8. Anggrek Indonesia (Sastrapradja dkk., 1976) 9. Growing Your Own Orchids (Wilma Rittershausen)
Selain itu juga digunakan berbagai buku determinasi anggrek yaitu : 1. Flora (Van Steenis, 1979)
HASIL DAN PEMBAHASAN
EKSPLORASI
Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 112 spesies anggrek yang tercakup ke dalam 38 genus, dimana anggrek epifit paling banyak yaitu 78 spesies yang tercakup ke dalam 24 genus (tabel 2a), anggrek teresterial 32 spesies yang tercakup ke dalam 18 genus (tabel 2b) dan anggrek saprofit 2 spesies yang tercakup ke dalam 2 genus (tabel 2c).
Tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit
No Genus Spesies
1 Agrostophyllum Agrostophyllum laxum 2 Appendicula 1. Appendicula pauciflora
3 2. Appendicula ramosa
4 3. Appendicula sp 1
8 2. Bulbophyllum biflorum
9 3. Bulbophyllum fladiflorum
10 4. Bulbophyllum lobbii
11 5. Bulbophyllum longivagans
12 6. Bulbophyllum mirum
13 7. Bulbophyllum odoratum
14 8. Bulbophyllum ovalifolium
15 9. Bulbophyllum romburghii
16 10. Bulbophyllum stelis
17 11. Bulbophyllum virescens
18 12. Bulbophyllum sp 1
19 13. Bulbophyllum sp 2
Lanjutan tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit
No Genus Spesies 21
Bulbophyllum
15. Bulbophyllum sp 4
22 16. Bulbophyllum sp 5
Ceratostylis 1. Ceratostylis radiata
29 2. Ceratostylis subulata
30 Cleistoma Cleistoma muticum 31
Coelogyne
1. Coelogyne brachygine 32 2. Coelogyne cuprea
33 3. Coelogyne dayana
34 4. Coelogyne pandurata
35 5. Coelogyne salmonicolor
36 6. Coelogyne sp
37
Cymbidium
1. Cymbidium bicolor
38 2. Cymbidium dayanum
39 3. Cymbidium lancifolium
40 4. Cymbidium sp
41
Dendrobium
1. Dendrobium compressistylum
42 2. Dendrobium indragiriense
43 3. Dendrobium kuyperi
44 4. Dendrobium sp 1
Dendrochylum 1. Dendrochylum sp 1
50 2. Dendrochylum sp 2
51
Eria
1. Eria pachystochya
52 2. Eria taluensis
53 3. Eria tjadasmalangensis
54 4. Eria sp 1
55 5. Eria sp 2
56 6. Eria sp 3
57 7. Eria sp 4
Lanjutan tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit
No Genus Spesies 59 Eria 9. Eria sp 6
60 Gastrochilus Gastrochilus sororius 61 Malaxis Malaxis sp 1
66 2. Podochilus muricatum
67 3. Podochilus sp 1
Thrixpermum 1. Trixpermum centipeda
73 2. Trixpermum sp
Dari tabel di atas diketahui spesies terbanyak adalah genus Bulbophyllum yaitu 21 spesies kemudian genus Eria dengan 9 spesies dan Dendrobium dengan 8 spesies. Banyaknya spesies dari genus Bulbophyllum diakibatkan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Terdapat banyak pohon besar dan tinggi sehingga memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang cocok untuk pertumbuhannya. Menurut Gunadi (1985), kisaran suhu anggrek Bulbophyllum adalah berkisar antara 15-19 o
Gambar 3. grafik keragaman spesies pada genus anggrek epifit
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa genus Bulbophyllum memiliki persentase tertinggi yaitu 27 % kemudian menyusul genus Eria yaitu 12 % dan Dendrobium 10 %.
Gastrochilus Malaxis Oberonia Octarrhena
Phalaenopsis Podochilus Renanthera Schoenorchis
Tabel 2b : Keragaman jenis anggrek teresterial
No Genus Spesies
1 Agrostophyllum Agrostophyllum bicuspidatum 2 Apostasia Apostasia sp
7 2. Calanthe speciosa
8 3. Calanthe triplicata
9 Dendrobium Dendrobium sociale 10 Eria Eria densa
11
Goodyera 1. Goodyera schlectendaliana
12 2. Goodyera sp
17 4. Liparis terrestris
18 Macodes Macodes petola 19 Malaxis Malaxis sp 2 20
Neuwiedia
1. Neuwiedia veratrifolia
21 2. Neuwiedia zollingeri
22 3. Neuwiedia sp
23
Paphiopedilum 1.Paphiopedilum curtisii
24 2. Paphiopedilum tonsum
25
Phaius
1. Phaius corymbioides
26 2. Phaius flavus
27 3. Phaius sp
28 Platanthera Platanthera angustata 29
Spathoglottis 1. Spathoglottis aurea
30 2. Spathoglottis plicata
31
Vanilla 1. Vanilla sp1
32 2. Vanilla sp2
Dari tabel di atas diketahui bahwa spesies terbanyak terdapat pada genus Liparis yaitu 4 spesies kemudian menyusul genus Calanthe, Neuwiedia, dan
lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhannya. Menurut Fitter & Hay (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik
langsung atau tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan.
Gambar 4. grafik keragaman spesies pada genus anggrek teresterial
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa genus Liparis memiliki persentase tertinggi yaitu 13 %, kemudian menyusul genus Calanthe, Neuwiedia dan Phaius masing-masing 9 %.
Tabel 2c : Keragaman jenis anggrek saprofit
No Genus Spesies
1 Anoectochylus Anoectochylus longicalcaratus 2 Corybas Corybas stenotribonos
Dari tabel diketahui bahwa masing-masing genus mempunyai 1 spesies. Sedikitnya spesies maupun genus pada anggrek saprofit yang ditemukan di lapangan disebabkan oleh lingkungan yang kurang sesuai. Vegetasi pohon yang tidak terlalu rapat menyebabkan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan tanah tinggi. Anggrek saprofit hanya memerlukan sedikit atau tidak ada cahaya matahari sama sekali dalam proses hidupnya. Pranata (2005) menyatakan bahwa umumnya anggrek saprofit berukuran kecil dan sangat jarang. Anggrek ini tumbuh di media yang mengandung humus atau daun-daun kering dan sangat sedikit membutuhkan cahaya.
Gambar 5. grafik keragaman spesies pada genus anggrek saprofit
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa masing-masing genus anggrek saprofit memiliki persentase sama yaitu 50 %.
50% 50%
Dari hasil penelitian di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir ditemukan beberapa jenis anggrek yang endemik/langka yaitu Corybas stenotribonos, Eria taluensis, Bulbophyllum longivagans dan Paphiopedilum
tonsum, Paphiopedilum curtisii, Schoenorchis sumatrana dan Trichoglottis
adnata. Hal ini diketahui dari penelitian Comber (2001) yang menyatakan bahwa
Corybas stenotribonos dan Bulbophyllum longivagans adalah jenis anggrek yang
jarang ditemui karena sangat rentan terhadap perubahan iklim. Sedangkan Paphiopedilum tonsum hanya tumbuh pada habitat yang mengandung banyak
serasah pohon.
Ditemukannya beberapa jenis anggrek endemik di kawasan hutan Taman Eden 100 menandakan bahwa habitat atau kondisi lingkungan di hutan tersebut masih baik dan alami untuk pertumbuhan anggrek. Menurut Anwar et all (1984), faktor iklim yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di pegunungan adalah kelebaban udara, unsur hara, cahaya matahari, pengaruh angin dan suhu.
INVENTARISASI
Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis angrek
Hasil penelitian di lapangan dengan luas lokasi penelitian 36,4 ha menunjukkan jumlah populasi, frekuensi dan kerapatan yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 3a, tabel 3b dan tabel 3c.
Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K) 1 Agrostophyllum laxum 73 48 2.0055 2 Appendicula pauciflora 437 403 12.0055 3 Appendicula ramosa 336 334 9.2308 4 Appendicula sp 1 41 32 1.1264 5 Arundina sp 78 52 2.1429 6 Ascidieria longifolia 12 12 0.3297 7 Bulbophyllum adelphidium 42 10 1.1538 8 Bulbophyllum biflorum 33 31 0.9066 9 Bulbophyllum fladiflorum 254 216 6.9780
10 Bulbophyllum lobbii 16 16 0.4396
11 Bulbophyllum longivagans 322 226 8.8462
12 Bulbophyllum mirum 8 5 0.2198
13 Bulbophyllum odoratum 43 43 1.1813
14 Bulbophyllum ovalifolium 203 184 5.5769
15 Bulbophyllum romburghii 48 21 1.3187
Lanjutan Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)
28 Ceratostylis radiata 17 17 0.4670
35 Coelogyne salmonicolor 116 97 3.1868
36 Coelogyne sp 40 20 1.0989
37 Cymbidium bicolor 64 42 1.7582
38 Cymbidium dayanum 34 34 0.9341
39 Cymbidium lancifolium 38 7 1.0440
40 Cymbidium sp 61 61 1.6758
41 Dendrobium compressistylum 20 20 0.5495
42 Dendrobium indragiriense 78 78 2.1429
Lanjutan Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)
65 Podochilus microphylum 237 74 6.5110
66 Podochilus muricatum 69 69 1.8956
Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 437 individu, kemudian menyusul Appendicula
ramosa (336) dan Bulbophyllum longivagans (322). Sedangkan populasi terkecil
terdapat pada spesies Phalaenopsis sp yaitu 1 individu. Tingginya populasi Appendicula pauciflora disebabkan iklim yang sesuai untuk perkembangan
spesies ini. Pohon yang tidak terlalu rapat menyebabkan cahaya yang masuk cukup banyak. Menurut Latif (1960), anggrek akan tumbuh optimal pada daerah dengan pencahayaan yang sesuai.
Frekuensi tertinggi terdapat pada Appendicula pauciflora yaitu 403 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Phalaenopsis sp dan Vanda sp yaitu masing-masing 1 kali. Tingginya frekuensi spesies Appendicula
Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 12,0055 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Phalaenopsis sp yaitu 0,0275 individu per ha. Tingginya kerapatan spesies
Appendicula pauciflora disebabkan anggrek ini mempunyai bunga yang banyak
yang menghasilkan banyak biji sehingga membuat penyebarannya tinggi. Selain itu suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya kawasan hutan Taman Eden yang sesuai untuk spesies ini membuat perkembanganya sangat pesat. Menurut Siregar (2005), bahwa seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat, suhu udara akan semakin berkurang sedangkan intensitas cahaya dan kelembaban semakin meningkat, hal ini disebabkan karena tajuk/kanopi sudah jarang sehingga cahaya matahari dengan mudah sampai ke lantai hutan tanpa penghalang.
Tabel 3b : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)
1 Agrostophyllum bicuspidatum 63 27 1.7308 2 Apostasia sp 31 31 0.8516 3 Appendicula alba 206 205 5.6593 4 Appendicula sp 2 135 83 3.7088 5 Arundina graminifolia 17 17 0.4670 6 Calanthe chrysoglossoides 54 53 1.4835 7 Calanthe speciosa 23 23 0.6319 8 Calanthe triplicata 72 72 1.9780 9 Dendrobium sociale 679 253 18.6538
10 Eria densa 36 21 0.9890
11 Goodyera schlectendaliana 12 12 0.3297
Lanjutan tabel 3b : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)
20 Neuwiedia veratrifolia 33 26 0.9066
Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 679 individu, kemudian menyusul Appendicula alba
(206) dan Phapiopedilum tonsum (152). Sedangkan populasi terkecil terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 7 individu, kemudian spesies Vanilla sp 1, Macodes petola dan Goodyera schlectendaliana masing-masing 12 individu.
Dendrobium sociale tumbuh secara teresterial berbeda dengan spesies
Dendrobium pada umumnya yang tumbuh secara epifit. Spesies ini tumbuh
serta ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan yang hidup di dalamnya sangat menetukan tumbuhan tersebut hidup berkelompok.
Frekuensi tertinggi terdapat pada Dendrobium sociale yaitu 253 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 7 kali. Tingginya frekuensi spesies Dendrobium sociale disebabkan oleh jumlah populasi yang besar dan penyebaran yang luas.
Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 18,6538 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Vanilla sp 2 yaitu 0,1923 individu per ha. Tingginya kerapatan spesies Dendrobium sociale disebabkan kondisi iklim hutan yang sesuai untuk pertumbuhan spesies ini. Kondisi hutan yang sebagian besar setengah ternaungi membuat spesies ini tumbuh dengan pesat. Anggrek genus Dendrobium tumbuh dengan baik pada suhu 26-27oC pada siang hari dan 15-16oC pada malam hari serta kelembaban udara rata-rata 60-90 %. Menurut Anwar et all (1984), faktor fisik lingkungan yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan di daerah pegunungan adalah ketinggian, suhu udara dan kelembaban, dimana untuk setiap kenaikan 100 meter dpl, suhu turun 0,6 oC, sedangkan menurut Harwati (2007), setiap jenis anggrek membutuhkan cahaya matahari yang berbeda-beda, intensitas cahaya yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal tanaman anggrek menyebabkan pertumbuhannya terhambat.
Tabel 3c : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek saprofit
No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)
1 Anoectochylus longicalcaratus 74 61 2.0330 2 Corybas stenotribonos 633 56 17.3901
Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 633 individu, sedangkan populasi terendah terdapat pada
spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 74 individu. Tingginya populasi spesies Corybas stenotribonos disebabkan oleh sifatnya yang tumbuh berkelompok dan mempunyai siklus hidup yang relatif pendek. Hutan Taman Eden 100 mempunyai banyak serasah pohon dan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan spesies ini. Comber (2001) menyatakan bahwa anggrek jenis Corybas stenotribonos hanya akan tumbuh pada daerah yang kondisi tanah dan
iklimnya benar-benar sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Frekuensi tertinggi terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 61 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 56 kali. Tingginya frekuensi Anoectochylus longicalcaratus
disebabkan sifat tumbuhnya yang menyebar dan tidak berkelompok.
Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 17,3901 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 2,0330 individu per ha. Tingginya keraptan
Tingkat kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek
Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, menunjukkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 4a, tabel 4b dan tabel 4c.
Tabel 4a : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
Lanjutan tabel 4a : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
Lanjutan tabel 4a : nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
67 Podochilus sp 1 0.2336 0.3063 0.5399 68 Podochilus sp 2 0.5946 0.7797 1.3743 69 Podochilus sp 3 0.2973 0.3899 0.6872 70 Renanthera angustifolia 0.4248 0.5569 0.9817 71 Schoenorchis sumatrana 0.3822 0.1671 0.5493 72 Trixpermum centipeda 0.4248 0.5291 0.9539 73 Trixpermum sp 0.9768 0.8911 1.8679 74 Trichotosia velutina 1.7838 2.3392 4.123 75 Trichotosia sp 1 0.2973 0.3899 0.6872 76 Trichotosia sp 2 0.1699 0.2228 0.3927 77 Trighoglottis adnata 1.3379 1.7544 3.0923 78 Vanda sp 0.085 0.0278 0.1128
Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 9,2801% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Phalaenopsis sp yaitu 0,0213%. Tingginya nilai kerapatan relatif spesies
Appendicula pauciflora dibandingkan spesies lainnya disebabkan oleh banyaknya
populasi dan penyebarannya yang dapat ditemukan di semua tempat di kawaan hutan Taman Eden 100.
Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 11,2225% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Phalaenopsis sp yaitu 0,0278%. Nilai frekuensi relatif yang lebih tinggi pada
Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 10,5026% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Phalaenopsis sp yaitu 0,0491%. Tingginya nilai Indeks Nilai Penting (INP)
spesies Appendicula pauciflora disebabkan tingginya kerapatan dan frekuensi anggrek ini. Hal ini juga menunjukkan bahwa jenis anggrek ini mendominasi anggrek epifit di kawasan hutan Taman Eden 100. Menurut Irwan (1997) menyatakan bahwa jenis yang mengendalikan suatu komunitas dapat menentukan keanekaragaman dan aspek struktur komunitas.
Tabel 4b : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
1 Agrostophyllum bicuspidatum 2.8585 1.7121 4.5706 2 Apostasia sp 1.4065 0.0197 1.4262 3 Appendicula alba 9.3466 12.9994 22.346 4 Appendicula sp 2 6.1252 5.2632 11.3884 5 Arundina graminifolia 0.7713 1.078 1.8493 6 Calanthe chrysoglossoides 2.4501 3.3608 5.8109 7 Calanthe speciosa 1.0436 1.4585 2.5021 8 Calanthe triplicata 3.2668 4.5656 7.8324 9 Dendrobium sociale 30.8076 16.0431 46.8507 10 Goodyera schlectendaliana 1.6334 0.0133 1.6467
11 Eria densa 0.5445 0.7609 1.3054
12 Goodyera sp 1.2704 1.0146 2.285
13 Lepidogyne longifolia 1.3612 1.9023 3.2635
14 Liparis elegans 6.1707 8.1167 14.2874
15 Liparis pallida 2.314 3.234 5.548
16 Liparis rheedii 1.6334 1.0146 2.648
17 Liparis terrestris 3.3122 4.629 7.9412
18 Macodes petola 0.5445 0.6341 1.1786
19 Malaxis sp 2 3.3576 3.8047 7.1623
20 Neuwiedia veratrifolia 1.4973 1.6487 3.146 21 Neuwiedia zollingeri 1.0889 1.0146 2.1035
22 Neuwiedia sp 1.0436 1.1414 2.185
Lanjutan tabel 4b : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
25 Phaius corymbioides 1.4519 2.0292 3.4811 26 Phaius flavus 0.8167 1.1414 1.9581 27 Phaius sp 1.0436 1.4585 2.5021 28 Platanthera angustata 0.9528 1.3316 2.2844 29 Spathoglottis aurea 0.6352 0.8878 1.523 30 Spathoglottis plicata 1.3158 0.5707 1.8865 31 Vanilla sp 1 0.5445 0.7609 1.3054 32 Vanilla sp 2 0.3176 0.4439 0.7615
Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 30,8076 % sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 0,3176 %. Tingginya kerapatan relatif pada Dendrobium sociale menunjukkan faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhannya. Menurut Gunadi (1985), Dendrobium sociale termasuk ke dalam anggrek yang sedang yang dalam pertumbuhannya memerlukan suhu siang berkisar antara 21-26oC dan malam 15oC. Suin (2002), juga mengatakan faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan suatu organisme dan tiap jenis hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut.
Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 16,0431% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Goodyera schlectendaliana yaitu 0,0133 %. Tingginya frekuensi relatif spesies Dendrobium
sociale disebabkan penyebarannya yang luas dan merata. Menurut Whitmore
Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 46,8507% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Vanilla
sp2 yaitu 0,7615%. Tingginya Indeks Nilai Penting pada spesies Dendrobium sociale disebabkan tingginya populasi dan penyebarannya yang luas, sehingga
dapat dikatakan bahwa dendrobium sociale mempunyai peranan yang penting dalam komunitas ini. Heddy & Kurniati (1996) menyatakan bahwa umumnya jenis yang dominan dalam suatu komunitas mempunyai peranan yang penting. Tabel 4c : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis
anggrek saprofit
No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
1 Anoectochylus longicalcaratus 10.4669 52.1368 62.6037 2 Corybas stenotribonos 89.5331 47.8632 137.3963
Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 89,5331% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Anoectochylus longicalcaratus yaitu 10,4669%. Kerapatan relatif yang tergolong
sangat tinggi pada spesies Corybas stenotribonos disebabkan besarnya populasi anggrek ini dan sifat tumbuhnya yang berkelompok dalam jumlah besar. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung membuat pertumbuhannya sangat pesat. Ewusie (1990) menyatakan bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting.
Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 52,1368% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Corybas stenotribonos yaitu 47,8632%. Frekuensi relatif spesies Anoectochylus
longicalcaratus yang lebih tinggi daripada spesies Corybas stenotribonos
Spesies Anoectochylus longicalcaratus mempunayi biji yang halus dan ringan sehingga memudahkan untuk penyebarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Steenis (1997), bahwa biji anggrek banyak, berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung hingga mudah tertiup oleh angin.
Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 137,3963% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies
Anoectochylus longicalcaratus yaitu 62,6037%. Indeks Nilai Penting (INP)
spesies Corybas stenotribonos yang tinggi disebabkan kerapatan dan frekuensi spesies ini. Menurut Odum (1996) menyatakan bahwa umunya jenis yang dominan adalah jenis-jenis yang di dalam suatu komunitas dengan produktivitas yang besar dan sebagian mengendalikan arus energi.
Indeks keanekaragaman (H’) dan indeks keseragaman (E’)
Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, menunjukkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5.2: Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek teresterial
No Spesies Populasi pi ln pi pi (ln pi) H' E'
1 Agrostophyllum bicuspidatum 63 0.0286 -3.5543 -0.1017
Tabel 5.3: Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek saprofit
No Spesies Populasi pi ln pi pi (ln pi) H' E'
1
Anoectochylus
longicalcaratus 74 0.1047
-2.2567 -0.2363 2 Corybas stenotribonos 633 0.8953
-0.1106 -0.099
Total 707 1
-2.3673 -0.3353 0.3353 0.4838
Dari tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman untuk anggrek epifit adalah 3,8585, untuk anggrek teresterial adalah 2,7513 dan untuk anggrek saprofit adalah 0,3353.
Menurut Fachrul (2007), kisaran dan pengelompokan indeks keanekaragaman yaitu keanekaragaman rendah apabila H’<1, keanekaragaman sedang apabila 1≤ H’≤ 3 dan keanekaragaman tinggi apabila H’>3.
Dari tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat diketahui bahwa indeks keseragaman untuk anggrek epifit adalah 0,8856, untuk anggrek teresterial adalah 0,7939 dan untuk anggrek saprofit adalah 0,4838.
Menurut Krebs (1985), keseragaman rendah apabila E’< 0,5 dan keseragaman tinggi apabila E’ bernilai 0,5-1. Sehingga dapat diketahui indeks keseragaman untuk anggrek epifit dan teresterial tergolong tinggi, sedangkan anggrek saprofit tergolong rendah.
IDENTIFIKASI
Dari hasil penelitian di lapangan di temukan spesies dari beberapa genus yang sedang tidak berbunga sehingga menyulitkan identifikasi sampai tingkat spesies. Untuk mengatasi hal tersebut maka spesies tersebut di identifikasi kesamaan sifat morfologisnya kemudian diberi nama spesies : sp1, sp2, sp3, dan seterusnya.
Ada 3 hal yang menyebabkan pemberian nama spesies “sp” yaitu : 1. Spesies anggrek yang ditemukan di lapangan sedang tidak berbunga
2. Spesies anggrek yang ditemukan di lapangan sedang berbunga namun belum terdapat dalam pustaka
3. Spesies anggrek yang ditemukan di lapangan sedang berbunga dan terdapat dalam pustaka tetapi belum diberi nama spesies oleh penemunya
1. Bulbophyllum spp.
Tumbuhan epifitik. Batang merayap atau menggantung, menghasilkan umbi semu yang saling berhubungan (simpodial). Setiap umbi hanya mempunyai satu helai daun di ujungnya. Bunga majemuk berbentuk bulir, keluar dari rimpang dekat umbi semu, setiap tangkai dengan 1 atau banyak bunga berukuran kecil atau besar, bentuk kelopak hampir seragam, pangkalnya berlekatan dengan dasar colomn membentuk taji, mahkota lebih kecil dari kelopak, bibir berbentuk seperti lidah (Sudarnadi, 1995).
Ciri khas Bulbophyl lum terletak pada lidah bunganya yang bisa bergoyang, sehingga sering disebut dengan anggrek lidah goyang (Pranata, 2005).
2. Calanthe spp.
Tumbuhan teresterial, batang semu tersusun oleh pelepah yang rapat satu sama lain, pangkalnya membengkak seperti umbi semu. Daun lebar dan tipis. Bunga majemuk bertangkai panjang yang keluar dari ketiak daun, bunga banyak, berukuran kecil atau sedang, didukung oleh daun penumpu yang kadang-kadang tidak luruh, kelopak dan mahkota tidak saling berlekatan, bibir biasanya dengan taji yang panjang dan pangkalnya bersatu dengan column, berlekuk 3, polinia 8 berlilin (Sudarnadi, 1995).
3. Cattleya spp.
bibir dengan lekukan sisi yang lebar dan bergelombang, keluar dari pangkal colomn dan menutupinya (Sudarnadi, 1995).
4. Coelogyne spp.
Tumbuhan epifitik dengan batang merayap yang berakhir di umbi semu, kemudian dari dasar umbi ini bercabang lagi sampai pada umbi semu yang baru, dan seterusnya sampai terbentuk rumpun yang cukup padat, umbi semu saling berimpitan atau berjarak agak jauh, dari umbi ini keluar 1 atau 2 helai daun yang lebar dan berkerut. Bunga majemuk tegak ke atas atau menggantung dengan beberapa bunga samapi banyak bunga, berukuran sedang atau besar, kelopaknya cekung dan ukurannya lebih kecil dari mahkotanya, bibir cekung pada pangkalnya, berlekuk 3 (Sudarnadi, 1995).
5. Cymbidium spp.
Tumbuhan teresterial atau epifitik dengan umbi semu panjang atau pendek, mempunyai beberapa helai daun, pelepah daun menutupi umbi semu, bunga majemuk, panjang, tegak atau menggantung, tumbuh dari pangkal umbi semunya, bunga besar, kelopak dan mahkota hampir sama besarnya (Sudarnadi, 1995). 6. Dendrobium spp.
Dendrobium berasal dari kata ”dendro” yang berarti pohon dan ”bios” yang berarti hidup. Jadi, dendrobium berarti anggrek yang tumbuh di pohon yang masih hidup (Pranata, 2005).
7. Paphiopedilum spp.
Biasanya hidup teresterial, kadang-kadang epifitik. Batang pendek tertutup oleh pelepah. Daun keluar dari pangkal batang dalam 2 baris, kadang-kadang berloreng. Bunga majemuk dalam bentuk tandan dengan 1 atau beberapa bunga pada setiap tandannya, 2 kelopak yang terbawah saling berlekatan di belakang bibir, mahkota biasanya lebih sempit dan lebih panjang dari kelopaknya, kadang-kadang pada tepinya terdapat kutil, bulu-bulu atau keduanya. Lekukan tengah dari bibirnya berbentuk kantong, sedangkan lekukan di pinggirnya kecil dan berlekuk-lekuk. Benang sari 2, diselimuti oleh staminodia yang berbentuk seperti perisai (Sudarnadi, 1995).
Anggrek Paphiopedilum dikenal dengan anggrek sandal nona karena bibir bunganya tumbuh sebagai kantong besar yang menyerupai sebuah sandal. Anggrek ini sangat menyukai tempat-tempat yang teduh atau terlindung dan kebanyakan hidup di dataran tinggi (Pranata, 2005).
8. Phalaenopsis spp.
Phalaenopsis berasal dari kata ”phalae” yang berarti kupu-kupu dan ”opsis” berarti menyerupai. Jadi, anggrek Phalaenopsis berarti anggrek yang menyerupai kupu-kupu (Pranata, 2005).
kecil sampai besar, kelopak dan mahkota terbuka lebar, mahkota kadand-kadang lebih besar dari kelopak, bibir tanpa taji (Sudarnadi, 1995).
9. Liparis spp.
Liparis termasuk anggrek epifit. Sifat khas anggrek ini adalah tugu bunganya yang menggeliat ke depan dan perhiasan bunga yang menguak ke depan seperti bentuk leher burung-burungan. Oleh karena itu anggrek marga ini sering memakai nama burung (Pranata, 2005).
10.Vanda spp.
Tumbuhan teresterial atau epifitik, batang panjang dan memanjat atau pendek, daun bulat dan pipih, bunga majemuk tak bercabang, biasanya bunga tidak banyak dan berukuran besar, kelopak dan mahkota sama dalam hal bentuk
dan ukurannya, bibir melekat pada dasar colomn membentuk taji (Sudarnadi, 1995).
Deskripsi Jenis
Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ditemukan 112 spesies anggrek yang berbeda bentuk morfologisnya.
1. Agrostophyllum bicuspidatum J. J. Sm
Distribusi : Jawa, Kalimantan, Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Habitat : Teresterial
Gambar 6. Agrostophyllum bicuspidatum 2. Agrostophyllum laxum J. J. Sm
Ciri-ciri morfologi : Batang : pipih, panjang 4-80 cm dan diameter ±2-4 cm, permukaan licin dan tertutupi pelepah daun. Daun : bentuk lanset, warna hijau muda, panjang ±33 cm dan lebar ±3,8 cm, permukaan licin, tepi rata, tipis, ujung runcing, tidak memiliki tangkai daun (sesil) dan letaknya berseling. Pembungaan : majemuk, berbentuk bongkol dan terletak di terminal.
Distribusi : Jawa, Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Habitat : Epifit
3. Anoectochilus longicalcaratus J. J. Sm
Ciri-ciri morfologi : herba, tinggi keseluruhan ±21 cm. Batang : bulat, tegak, panjang ±15 cm dan diameter ±0,2 cm, permukaan licin dan terdiri dari ±4-6 helai daun. Daun : bentuk oval, warna hijau kemerahan, panjang ±4,5 cm dan lebar ±3,2 cm, permukaan berbulu, tepi bergerigi, tipis, ujung runcing dan memiliki tangkai daun yang panjangnya ±1,3 cm. Pembungaan : terminal, majemuk, terdiri dari ±2-4 kuntum bunga, tangkai permukaan berbulu, panjang tangkai pembungaan ±15 cm. Bunga : warna putih, panjang ±2,5 cm dan lebar ±2,2 cm.
Distribusi : Kalimantan dan Sumatera Utara
Habitat : Saprofit
Gambar 8. Anoectochilus longicalcaratus 4. Apostasia sp
Distribusi : Sumatera Utara
Habitat : Teresterial
Gambar 9. Apostasia sp 5. Apendicula alba Bl.
Ciri-ciri morfologi : herba, tinggi keseluruhan ±68 cm. Batang : bulat, tumbuh rapat pada rhizoma, panjang ±45-50 cm dan diameter ±0,5 cm, permukaan kasar dan tertutupi oleh pelepah daun. Daun : bentuk lanset, warna hijau muda, panjang 5-10 cm dan lebar ±0,7-2 cm, permukaan licin, tepi rata, tipis, ujung runcing, tidak memiliki tangkai daun dan letaknya berseling. Pembungaan : terminal pada batang yang muda dan aksilar pada batang yang tua, majemuk, terdiri dari ±5-8 kuntum bunga, panjang tangkai bunga ±1,5 cm.
Distribusi : Semenanjung Malasya, Philipina, Jawa, lombok dan Sumatera Utara.
Gambar 10. Apendicula alba 6. Appendicula pauciflora Bl.
Ciri-ciri morfologi : herba, tinggi keseluruhan ±26 cm. Batang : membentuk rumpun, bulat, panjang ±24 cm dan diameter ±0,3 cm, permukaan kasar dan tertutupi pelepah daun. Daun : bentuk lonjong, warna hijau, panjang ±2,5 cm dan lebar ±0,7 cm, permukaan licin, tepi rata, tipis, ujung runcing, tidak memiliki tangkai daun dan letaknya berseling. Pembungaan : terminal dan lateral, majemuk, terdiri dari 1-2 kuntum bunga. Bunga : berukuran kecil, warna kuning kehijauan
Distribusi : Jawa, Jambi dan Sumatera Utara
Habitat : Epifit