• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Osteoporosis Dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause Di Kecamatan Medan Selayang II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Osteoporosis Dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause Di Kecamatan Medan Selayang II"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP OSTEOPOROSIS DAN ASUPAN KALSIUM PADA WANITA PREMENOPAUSE DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG II

Oleh:

HEMANATH SINNATHAMBY 070100377

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK :

Latar belakang : Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan

massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang. Ada 200 juta penderita

osteoporosis di seluruh dunia (A Rachman ,2007 ). Osteoporosis berlaku pada perempuan sebanyak 90% sedangkan pada laki-laki 41,8% (Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2006). Jumlah

penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok

angka 19,7% dari seluruh penduduk.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang dan sikap terhadap

osteoporosis dan asupan kalsuim wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II.

Metode : Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan mendekatan cross sectional. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden. Pengambilan sampel ditetapkan secara non probability sampling iaitu Purposive Sampling, dan harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17,0, kemudian dianalisa dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Hasil penelitian : Pengetahuan wanita – wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II

terhadap osteoporosis kategori baik sebanyak 87 responden (8 %), sedang sebanyak 13

responden (13%) dan kurang tidak ditemukan. Manakala, pengetahuan terhadap kalsium berada

kategori baik sebanyak 84 responden (84%), kategori sedang sebanyak 15 responden (15%) dan

kategori kurang 1 responden (1 %). Hasil sikap terhadap asupan kalsium pula adalah, kategori

baik sebanyak 16 responden (16%), kategori sedang sebanyak 76 responden (76%) dan kategori

kurang 8 responden (8%).

Kesimpulan dan saranan : Tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dan kalsium wanita

premenopause di Kecamatan Medan Selayang II dalam kategori baik tetapi sikap dalam kategori

sedang. Jadi perlu promosi kesehatan, yaitu melakukan penyuluhan berulang kali untuk

meningkatkan sikap masyarakat terhadap asupan kalsium.

(3)

ABSTRACT

Introduction : Osteoporosis is a systemic skeletal disease characterized by low bone mass and

destruction of microarchitecture bone tissue. There are 200 million people with osteoporosis in the world (A Rachman, 2007). Osteoporosis happens in women as much as 90%, whereas in males 41.8% (Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2006). The number of people with osteoporosis in Indonesia is much bigger than the last data Depkes, which pegged the figure of 19.7% of the total population.

Purpose : To know the knowledge level and attitude towards osteoporosis and kalsuim intake of

premenopausal women in the District of Medan Selayang II.

Methods : A cross sectional descriptive study were conducted using questionnaires which are

distributed to respondents to collect data. Samples were taken by measure of a non-probability

Purposive Sampling technique and has to meet the inclusive and exclusive criterias. The datas

were later processed by using the computer with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) software version 17,0 and the results would be shown in the form of distribution tables after being analyzed.

Results : Knowledge of premenopausal women in the District of Medan Selayang II upon

osteoporosis, good category is 87 respondents (8%), while moderate is 13 respondents (13%) and bad was not found. For knowledge of the calcium, good category is 84 respondents (84%), moderate category 15 respondents (15%) and bad category 1 respondents (1%). The result of the attitude toward calcium intake, good category is 16 respondents (16%), moderate category is 76 respondents (76%) and bad category is 8 respondents (8%).

Conclusions and suggestions : The level of knowledge upon osteoporosis and calcium of

premenopausal women in the District of Medan Selayang II is in moderate category. So the need of health promotion such as repeatedly education base counseling to improve public attitudes toward the intake of calcium.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerahNyalah saya

dapat menyelesaikan penelitian saya yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Terhadap Osteoporosis dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause di Kecamatan Medan

Selayang II

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr.Erjan Fikri SpB ,

SpBA yang telah membimbing saya dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah in. Terima

kasih juga diucapkan kepada semua teman saya yang banyak membantu saya dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, yang harus

diperbaiki. Saya memohon saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata, semoga tuhan sentiasa merahmati kita semua dan semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan,... 2010

Peneliti ,

...

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak. ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Pengetahuan ... 6

2.2 Osteoporosis ... 8

2.2.1 Definisi osteoporosis ... 8

2.2.2 Epidemiologi ... .. 8

2.2.3 Etiologi... 9

(6)

2.2.5 Faktor Resiko ... 11

2.2.6 Diagnosa Osteoporosis ... 16

2.2.7 Gambaran Klinis... 20

2.2.8 Proses Remodeling tulang... 21

2.2.9 Pencegahan Osteporosis ... 22

2.2.10 Pengobatan Osteoporosis ... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2 Variable dan Definisi Operasional ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3.1 Populasi ... 29

4.3.2 Sampel ... 30

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

4.4.1 Data Primer ... 31

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(7)

4.3.1 Populasi ... 29

4.3.2 Sampel ... 30

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

4.4.1 Data Primer ... 31

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34

5.1 Hasil penelitian ... 34

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

5.1.2 Deskripsi Sampel ... 34

5.1.3 Hasil Analisa Data ... 34

5.2 Pembahasan ... 40

5.2.1 Pengetahuan ... 40

5.2.2 Sikap ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran… ... 44

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kebutuhan Kalsium yang Perlu Dikonsumsi 22

Mengikut Umur

3.2 Variable, Definisi Operasional, Alat Ukur , 28

Hasil Ukur dan Skala Ukur

4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap 32

Pertanyaan dalam angket.

5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel 35

Pengetahuan Osteoporosis

5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan 36

Pengetahuan Osteoporosis

5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada 37

Variabel Pengetahuan Kalsium

5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan 38

Pengetahuan Kalsium

5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada 39

Variabel Sikap

5.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Perbedaan dalam Pembentukan Tulang Pada Pria 25

dan Wanita

Gambar 2 Kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan 27

dan sikap wanita premenopause di

(10)

ABSTRAK :

Latar belakang : Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan

massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang. Ada 200 juta penderita

osteoporosis di seluruh dunia (A Rachman ,2007 ). Osteoporosis berlaku pada perempuan sebanyak 90% sedangkan pada laki-laki 41,8% (Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2006). Jumlah

penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok

angka 19,7% dari seluruh penduduk.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang dan sikap terhadap

osteoporosis dan asupan kalsuim wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II.

Metode : Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan mendekatan cross sectional. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden. Pengambilan sampel ditetapkan secara non probability sampling iaitu Purposive Sampling, dan harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17,0, kemudian dianalisa dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Hasil penelitian : Pengetahuan wanita – wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II

terhadap osteoporosis kategori baik sebanyak 87 responden (8 %), sedang sebanyak 13

responden (13%) dan kurang tidak ditemukan. Manakala, pengetahuan terhadap kalsium berada

kategori baik sebanyak 84 responden (84%), kategori sedang sebanyak 15 responden (15%) dan

kategori kurang 1 responden (1 %). Hasil sikap terhadap asupan kalsium pula adalah, kategori

baik sebanyak 16 responden (16%), kategori sedang sebanyak 76 responden (76%) dan kategori

kurang 8 responden (8%).

Kesimpulan dan saranan : Tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dan kalsium wanita

premenopause di Kecamatan Medan Selayang II dalam kategori baik tetapi sikap dalam kategori

sedang. Jadi perlu promosi kesehatan, yaitu melakukan penyuluhan berulang kali untuk

meningkatkan sikap masyarakat terhadap asupan kalsium.

(11)

ABSTRACT

Introduction : Osteoporosis is a systemic skeletal disease characterized by low bone mass and

destruction of microarchitecture bone tissue. There are 200 million people with osteoporosis in the world (A Rachman, 2007). Osteoporosis happens in women as much as 90%, whereas in males 41.8% (Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2006). The number of people with osteoporosis in Indonesia is much bigger than the last data Depkes, which pegged the figure of 19.7% of the total population.

Purpose : To know the knowledge level and attitude towards osteoporosis and kalsuim intake of

premenopausal women in the District of Medan Selayang II.

Methods : A cross sectional descriptive study were conducted using questionnaires which are

distributed to respondents to collect data. Samples were taken by measure of a non-probability

Purposive Sampling technique and has to meet the inclusive and exclusive criterias. The datas

were later processed by using the computer with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) software version 17,0 and the results would be shown in the form of distribution tables after being analyzed.

Results : Knowledge of premenopausal women in the District of Medan Selayang II upon

osteoporosis, good category is 87 respondents (8%), while moderate is 13 respondents (13%) and bad was not found. For knowledge of the calcium, good category is 84 respondents (84%), moderate category 15 respondents (15%) and bad category 1 respondents (1%). The result of the attitude toward calcium intake, good category is 16 respondents (16%), moderate category is 76 respondents (76%) and bad category is 8 respondents (8%).

Conclusions and suggestions : The level of knowledge upon osteoporosis and calcium of

premenopausal women in the District of Medan Selayang II is in moderate category. So the need of health promotion such as repeatedly education base counseling to improve public attitudes toward the intake of calcium.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang :

Di Indonesia masih dijumpai masalah kesehatan reproduksi yang memerlukan perhatian

semua pihak. Masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut muncul dan terjadi akibat

pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah. Akses untuk mendapatkan

informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak

mudah didapatkan.

Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa tahap diantaranya

pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas, reproduksi,

menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium/lansia. Satu hal yang paling terlihat dan

pasti terjadi pada wanita dewasa pada masa penuaan adalah terjadinya menopause atau

berhentinya menstruasi. Menopause merupakan kejadian biologis alami dan bukan merupakan

suatu penyakit. Menopause berarti berhentinya haid secara permanen akibat hilangnya fungsi

folikel ovarium.Walaupun menopause di nyatakan bukan penyakit tetapi ia kelihatan berat pada

golongan yang tidak mengetahui mengenainya. Ini di sebabkan pelbagai gejala-gejala mula

timbul di dalam perjalanan premenopause ke menopause.

Apa itu premanoupause ? Premenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah

memasuki proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium

yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia

menjelang 40 tahun ke atas. Wanita yang mendekati menopause, produksi hormone ekstrogen,

hormon progesterone dan hormone seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan

jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur, sedikit dengan jarak yang panjang. Panjang

premenopause bervariasi dari perempuan untuk perempuan, tetapi biasanya berlangsung dari satu

sampai enam tahun. Menopause berhubungan dengan perubahan hormonal sehingga wanita

(13)

Gejala-gejala lain yang mungkin timbul secara langsung dengan perjalanan usia

mencapai menopause adalah seperti hot flushes (semburan panas dari dada hingga wajah), night

sweat (keringatan di malam hari), fatigue (mudah capek), kekeringan vagina, penurunan libido,

dispareunia (rasa sakit ketika berhubungan sexual), perubahan pada kulit, kegemukan badan

bahkan osteoporosis (keropos tulang) pada jangka panjang. Tetapi bukan semua orang akan

mengalami gejala-gejala yang sama , ia berdasarkan individu.

Gejala yang paling erat berhubungan dengan menopause adalah osteoporosis.

Osteoporosis ini terjadi dalam waktu yang lama, didahului oleh kejadian osteopenia, yaitu

kondisi di mana massa tulang mulai menurun. Hal itu pada perempuan sebanyak 90% sedangkan

pada laki-laki 41,8%. gambaran tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko osteoporosis di

Indonesia cukup tinggi dan selayaknya menjadi perhatian bersama (Puslitbang Gizi Depkes RI

tahun 2006). Resiko osteoporosis pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria, karena kadar

hormon estrogen pada wanita mulai menurun pada usia 30-an, sedangkan pada pria hormon

testosteron menurun pada usia 65 tahun.

Berikut ini fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan meningkatkan

kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis. (A Rachman ,2007 )

Studi di dunia:

• Satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun dan satu diantara lima pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis.

• Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan China 84 juta penduduk.

(14)

Studi di Indonesia:

• Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.

• Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)

• Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional)

• Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)

• Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (DEPKES, 2006)

• Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini

urutan ke-2 dunia setelah China.

Pada wanita , terjadi akselerasi resorbsi tulang oleh osteoklas pada masa menopause.

Pada sel tulang terdapat reseptor estrogen dan estrogen memicu osteoblas secara langsung.

Calcitonin dan prostaglandin bertindak sebagaia faktor intermediate dalam jalinan antara

etsrogen dengan metabolisme tulang.Dalam waktu 4 tahun pertama setelah menopause terjadi

‘annual loss’ masa tulang sebesar 1 – 3 % dan setelah menurun, menjadi sebesar 0.6% pertahun.

Keadaan ini seringkali menyebabkan fraktur terutama pada bagian distal radius, corpus vertebrae

dan femur bagian atas.Wanita dengan berat badan kurang memiliki resiko osteoporosis yang

besar oleh karena adanya penurunan konversi androgen menjadi estrogen perifer. Ini menjadi

ancaman besar bagi wanita-wanita menopause di sebabkan tahap pengetahuan yang rendah

dalam melalui tahap premenopause dan osteoporosis.

Pengetahuan khusus sangat diperlukan, terutama pengetahuan mengenai osteoporosis dan

asupan kalsium untuk mencegahnya di masa menopause kerana kalsium beperanan penting

(15)

melalui masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan pengetahuan yang

faktual dan akurat mengenai osteoporosis dan asupan kalsium.

Program kesehatan yang ada sekarang masih terbatas dan tidak semua masyarakat

memperoleh informasi yang secukupnya berhubungan dengan osteoporosis dengan asupan

kalsium bagi wanita premenoupause. Ini menarik saya untuk membuat penelitian untuk

mengadakan penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Osteoporosis dan

Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause di Kecamatan Medan Selayang 2010“.

2. Rumusan Masalah :

“Bagaimana tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dan asupan kalsium di kalangan wanita –

wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang ” ?.

3. Tujuan Penelitian :

Tujuan umum :

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dan asupan kalsium pada

wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II.

Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan asupan

kalsium pada wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II.

b. Untuk mengetahui sumber bahan makanan yang sering dikonsumsi sebagai sumber

(16)

4. Manfaat Penelitian :

a. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan

tentang osteoporosis dan asupan kalsium pada wanita premenopause.

b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu – ibu agar pencegah

osteoporosis dan mendapatkan asupan kalsium mencukupi pada fase premenopause.

c. Dapat memberikan masukkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Medan Selayang

dalam membuat kebijakan tentang pentingnya pencegahan osteoporosis dan asupan

kalsium pada masa premenopause, serta memberi informasi mengenai faktor-faktor yang

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan khasanah kekayaan mental

secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap

pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana

(epistologi) dan untuk apa (aksiologi). Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap,

menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai

penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman.

Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang

diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa

sehingga tercapai suatu konsistensi sehingga sikap berfungsi sebagai suatu skema, suatu

cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal untuk melakukan

evaluasi tingkatan pengetahuan. Ada enam tingkatan pengetahuan.

Tahu ( know ) adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. atau diartikan

sebagai pengikat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Untuk mengukur tingkatan pengetahuan ini dipergunakan menyebutkan ,

menguraikan, menyatakan dan sebagainya.

Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpetasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini

mencakup kemampuan menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang

ditunjukkan dalam bentuk kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan

misalnya menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

(18)

Aplikasi (application) adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari

berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata.

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus

dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan

mendemonstrasikan.

Analisis (analysis) atau sintetsis adalah kemampuan menggabungkan

komponen-komponen yang terpisah-pisah sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya

menggabungkan, menyusun kembali dan mendiskusikannya.

Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada

atau kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan

merumuskan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan tersebut diatas.

Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan

secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya

jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda

(multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut

pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif

dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan

dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.

Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif

karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa

melibatkan factor subjektifitas dari penilai.. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan

pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah

(19)

Proses seseorang menghadapi pengetahuan menurut Notoatmodjo bahwa sebelum

orang menghadapi perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni

awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut

bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus .

2.2 Osteoporossis

2.2.1 Definisi Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa

tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan

meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur

spontan atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993).

Definisi osteoporosis menurut WHO adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

berkurangnya massa tulang dan kelainan mikroarsitektur jaringan tulang, dengan akibat

meningkatnya kerapuhan tulang dan resiko terjadinya fraktur tulang (Bulstrode &

Swales, 2007)

2.2.2 Epidemiologi

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan

merupakan problema pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi

penting karena problema fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas

maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.

—- Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause

adalah 1,4% per tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM

mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan

(20)

tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur (Sudoyo,

Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati)

2.2.3 Etiologi

— -Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah

menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40

tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang

hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan

memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur

formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam

keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas

formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12

minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.

Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Sudoyo, Setiyohardi, Alwi,

Simadibrata, Setiati).

Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang

menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption –

Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang

yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat

adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses

remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon

paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat

proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang

mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.

(21)

yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap.

Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus

melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2

vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid,

glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH

darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan

ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat.

Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium

harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein

tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,

40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.

2.2.4 Klasifikasi Osteoporosis

Secara garis besar ada dua tipe osteoporosis, yaitu tipe primer dan tipe sekunder.

a. Osteoporosis Primer

i. Osteoporosis primer tipe 1 adalah osteoporosis pasca menopause. Pada

masa menopause, fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon

estrogen dan progesteron juga menurun. Estrogen berperan dalam

proses mineralisasi tulang dan menghambat resorbsi tulang serta

pembentukan osteoklas melalui produksi sitokin. Ketika kadar hormon

estrogen darah menurun, proses pengeroposan tulang dan

pembentukan mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang

menjadilebihdominan(Wirakusumah, 2007).

ii. Osteoporosis primer tipe II adalah osteoporosis senilis yang biasanya

terjadi lebih dari usia 50 tahun. Osteopososis terjadi akibat dari

kekurangan kalsium berhubungan dengan makin bertambahnya usia

( Hartono, 2001 ).

iii. Tipe III adalah osteoporosis idiopatik merupakan osteoporosis yang

(22)

wanita dan pria yang masih dalam usia muda yang relative jauh

lebih muda (Hartono, 2001 )

b. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terjadi kerana adanya penyakit tertentu yang dapat

mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor

pencetus dominan osteoporosis sekunder adalah sepeti di bawa ( Wirakusumah,

2007) :

i. Penyakit endokrin : tiroid, hiperparatiriod, hipogonadisme

ii. .Penyakit saluran cerna yang memyebabkan absorsi gizi

kalsium.fosfor. vitamin D) terganggu.

iii. Penyakit keganasan ( kanker)

iv. Konsumsi obat –obatan seprti kortikosteriod

v. Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga.

2.2.5 Faktor Resiko

Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi (Fixed) a. Usia

Faktor utama yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor usia. 90

persen fraktur panggul terjadi pada orang berusia 50 tahun dan keatas.

Hal ini disebabkan oleh pengurangan bone mineral density yang

menyebabkan senang terjadinya frakur. Ketika oang bertambah tua,

kemampuan mereka untuk menyerap kalsium dari sistem usus menurun.

Dikatakan bahawa pada usia 80 tahun, kebanyakkan wanita menyerap

setengah dari kalsium yang terkandung dalam makanan mereka. Selain itu

dengan bertambah usia baik pria maupun perempuan akan mengalami

(23)

Akhirnya hanya sedikit kalsium yang diserap (Cooper, 2007 & Lane,

2001)

b. Kelamin

Wanita terutama wanita pascamenopause cenderung mendapat

osteoporosis daripada pria kerana produksi estrogen yang berkurang dalam

badan. Estrogen membantu osteoblast dalam proses remodeling tulang.

Walaupun perempuan mempunyai resiko tinggi mendapat osteoporosis

tapi pria juga mempunyai resiko terkena osteoporosis. Lebih kurang 20 –

25 persen daripada fraktur tulang pinggul yang terjadi pria mempunyai

fracture – related mortality rate yang lebih tinggi daripada wanita

(Cooper, 2007).

c. Genetika

Faktor genetika memiliki kontribusi terhadap massa tulang kita. Anak

perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang osteoporosis rata–

rata memiliki masa tulang yang lebih rendah daripada massa tulang

mereka. Studi kembar dan famili menunjukan genetik bahawa sekiranya

ibu bapa mereka mengalami patah tulang panggul, anak mereka

mempunyai resiko untuk mendapatnya juga.

( Lane, 2001, Cooper, 2007 & Pooples, 2006)

d. Riwayat Fraktur

Baru – baru ini analisa multiple pada studi di seluruh dunia

membuktikan bahwa orang yang mempunyai fraktur lama mempunyai

resiko mendapat fraktur baru berbanding orang yang belum pernah

mendapat fraktur bagi wanita dan pria. Mereka mempunyai resiko

sebanyak 1.86 kali untuk mendapat fraktur baru berbanding orang yang

(24)

e. Ras

Orang Caucasian dan Asean mempunyai resiko tinggi untuk mendapat

osteoporosis dan insiden fraktur panggul dan tulang belakang adalah

kurang dikalangan suku Afrika daripada Caucasian (Cooper, 2007).

f. Menopause dan Histerektomi

Berkurangnya hormon estrogen pada masa menopause dikaitkan dengan

semakin cepatnya massa tulang yang berkurang pada wanita.

Pengangkatan rahim sebelum menopause yang sebenarnya semakin

mempercepat berkurangnya massa tulang dan resiko patah tulang panggul.

Wanita yang memiliki renteng reproduktif lebih pendek kerana terlambat

haid setelah usia 15 tahun atau menopause dini akan memiliki massa

tulang yang rendah dah efeknya akan bertahan sampai tua

(Cooper, 2007 & Lane , 2001).

g. Faktor Reproduktif

Beberapa masalah reproduktif, seperti kehamilan yang sangat jarang,

sejarah menyusui yang pendek, menstruasi yang tidak teratur dapat

mengakibatkan massa tulang yang rendah atau patah tulang pada wanita

pascamenopause, tapi hubungannya tidak begitu jelas (Lane, 2001).

h. Primary/ SecondaryHypogonadism pada pria

Androgen diperlukan untuk mencapai puncak massa tulang dan untuk

mengekalkannya. Pria muda yang mengalami hipogonadal akan

mempunyai level testosteron yang rendah menyebabkan densitas

tulangnya juga rendah. Studi menunjukan bahawa terapi hoemon

testosteron akan meningkatkan densitas tulang pada golongan ini (Cooper,

(25)

Faktor – Faktor Resiko yang Dapat Dimodifikasi a. Alkohol

Studi di Eropa, Amerika Utara, Austarlia menunjukkan konsumi

alkohol lebih dari 2 unit per hari akan meningkatkan faktor resiko

osteoporosis dan fraktur tulang panggul pada pria dan wanita.

Peningkatan resiko adalah disebabkan oleh penurunan densitas tulang.

Alkohol secara langsung dapat meracuni jaringan tulang atau osteoblast

.Selain itu, konsumi alkohol yang berlebihan dapat mengubah

metabolisme vitamin D, yang dimana penyerapan kalsium juga terganggu

(Lane , 2001 & Cooper C).

b. Merokok

Merokok juga meningkatkan resiko sesuatu terkena fraktur panggul.

Combined analysis studi menunjukan hampir 60,000 ribu orang di

Canada, U.S.A., Eropah, Australia dan Jepang mengalami dalam resiko

mendapat fraktur tulang panggul yaitu 1,5 kali lipat. Studi di Swedan

menunjukan pria muda dari usia 18 – 20 tahun yang merokok mempunyai

densitas tulang yang kurang dan penipisan dari lapisan kortikal tulang.

Studi di U.K. menyatakan bahwa wanita pascamenopause yang merokok

mengalami penurunan drastis dalam densitas tulang berbanding wanita

pascamenopause yang tidak merokok. Tembakau dari rokok akan

meracuni tulang dan juga menunjukan kadar estrogen. Penelitian yang

dilakukan oleh Badan Kesehatan Norwegia selama 10 tahun (1987–1997)

menunjukkan bahwa jika seseorang memiliki kebiasaan merokok satu

(26)

tulang sebesar 0,004%. Apabila ada 4 batang yang dihisap dalam tempoh

waktu yang sama., penurunan massa tulang akan meningkat dua belas kali

atau menjadi 0, 048%. Kelihatannya tidak besar tetapi dalam jangka waktu

panjang kerugian yang muncul akan besar

(Cooper, 2007, Hartono, 2000 & Lane, 2001).

c. Kopi

Minuman berkafein seperti kopi dapat menyebabkan tulang mengalami

keroposan. Dalam majalah American Journal of Clinical Nutrition edisi

Februari tahun 2000, para peneliti dari Belanda mengungkapkan bahwa

konsumsi kopi yang berlebihan dapat meningkatkan kadar homosistein.

Para peneliti menemukan ada kenaikan sebesar 10% dari nilai normal pada

respondan setelah diberikan tiga cangkir kopi setiap hari selama 2 minggu

dan didapati berlaku penuranan kepadatan tulang sebesar 0, 0023% Dr.

Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari Creighton University

Osteoporosis Researc Centre di Nebraska menemukan hasil bahawa air

seni peminum kafien lebih banyak mengandung kalsium. Selain itu kafien

juga menghambat pembentukan tulang

(Hortono, 2000& Mikkelsen, et. al., 2007).

d. Indeks Massa Tubuh ( IMT)

Indeks Massa Tubuh dapat digunakan sebagai pedoman untuk

mengukur resiko seseorang terkena osteoporosis. Dipercayai bahwa IMT

yang ideal adalah dari 20 hingga 25 dari 25 hingga 30 dikatakan kelebihan

berat badan sedangkan IMT lebih dari 30 adalah obersitas. IMT yang

kurang daripada 19 adalah underweight dan merupakan faktor resiko

untuk mndapat osteoporosis. Semakin besar seseorang semakin tinggi

(27)

penelitian di Canada, U.S.A., Eropa, Australia dan Jepang membuktikan

resiko meningkat sehubungan dengan IMT yang kurang dari 22

dikalangan pria dan juga wanita (Cooper, 2007).

e. Nutrisi

Nutrisi yang kurang menyebabkan IMT yang rendah, tapi secara

independen nutrisi juga mempengaruhi kekuatan tulang terutama sekali

jika berlaku insufiensi dalam kalsium. Kalsium merupakan komponen atau

mineral yang penting untuk tulang tapi ia juga penting untuk saraf dan

otot. Sekiranya kurang kalsium dalam sumber makanan, maka badan akan

memproduksi hormon paratiriod yang akan meningkatkan proses

remodeling tulang. Pemecahan tulang berlaku untuk mendapatkan kalsium

untuk disuplaikan kepada saraf dan otot. Vitamin D juga penting kerana ia

membantu dalam adsorpsi kalsium dari usus ke dalam darah

(Cooper, 2007 & WHO 2006).

2.2.6 Diagnosa osteoporosis

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan

berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut

mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang

bisa diatasi (Wachjudi).

a. Anamnesis

Penderita osteoporosis pada umumnya tidak mempunyai keluhan sama

sekali. Dalam anamnesis akan ditanyakan riwayat pengunaan obat kemudian

riwayat menstruasi. Pertanyaan yang timbul adalah usia menarche, menopause,

keteraturan haid, riwayat kehamilan. Kemudian akan dilakukan anamnesis gizi

(28)

menjadi faktor risiko osteoporosis, seperti merokok, minum alkohol, dan kurang

berolahraga ( Wachjudi).

b. Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan jasmani yang dapat dilakukan hanyalah pemeriksaan

terhadap tinggi badan, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tinggi badan

(Wachjudi).

c. Manfaat dan Indikasi Screnning Osteoporosis

Test Bone Mineral Density ( BMD) merupakan teknik yang digunakan

untuk mengukur massa tulang. Hanya melalui test ini densitas tulang yang rendah

dapat ditentukan dan osteoporosis dapat didiagnosa. Test BMD dapat digunakan

untuk mengukur ( National Osteoporosis Foundation & Harvard Pilgrim Health

Care):

i. mendektasi densitas sebelum seseorang mengalami fraktur

ii. mempredeksi seseorang mempunyai resiko menderita

iii. osteoporosis pada masa datang.

iv. menegakkan diagnosa seorang menderita osteoporosis

v. memonitor respon pasien terhadap pengobatan yang

sedang diberikan.

Test BMD digalakan untuk ( NOF, 2008):

i. wanita yang mengalami post menopause

ii. pria yang berumur 50 -70 tahun yang mempunyai satu atau

lebih faktor resiko

iii. wanita yang berumur lebih dari 65 tahun walaupun tidak

(29)

iv. Pria yang berumur lebih dari 70 tahun walaupun tiada

faktor resiko.

v. Pria atau wanita yang berumur lebih dari 50 tahun dengan

riwayat fraktur tulang.

vi. Wanita yang menjalani histerektomi sebelum menopause

tanpa terapi estrogen.

Teknik –Teknik Screnning

a. Absorptiometri X – ray Energi Ganda ( Dual – enery Xray Absorptiometry), (DXA).

National Osteoporosis Foundation (NOF) dan WHO merekomendasikan

pengukuran densitas tulang adalah dengan mengunakan DXA. Bagian tulang seperti

tulang pungung dan pinggul di kelilingi oleh banyak lemak dengan berbagai jaringan

halus, termasuk lemak, otot, pembuluh darah, dan organ –organ perut. Melalui DXA

bagian ini dapat diukur dengan baik. Keseluruhan pinggul termasuk atau bagian tersendiri

dari pinggul, termasuk bagian leher paha (femoral neck ) Ward’s tringle, trochanter dan

bagian pungung lumbar (L 1 – L 4) umumnya diukur dalam DXA.( Lane, 2001, NOF,

2005 & Raisz, 2005).

Tetapi kebanyakkan mesin DXA tidak dapat mengukur bagian tulang panggul

dan tulang vertebra orang yang beratnya lebih dari 300 pound. Sekiranya begitu,

maka akan dilakukan pengukuran densitas massa tulang pada bagian tulang radius di

forearm (Raisz, 2005).

b. Tomografi Komputasi Kuantitatif ( Ouantitative Computed Tomography)

Cara terbaik untuk menganalisa tulang trabekular dan kortical secara asing.

Namun teknik ini digunakan hanya untuk tujuan penelitian kerana biaya uang tinggi dan

(30)

c. Komputasi Kuantitatif Periperal ( Peripheral Quantitative Computed Tomography )

Teknik ini dikembangkan untuk mengukur tulang trabekular lengan bawah, tulang

kortikal serta trabekular.teknik ini juga digunkan sebagai indkasi untuk teknik DXA

(Lane, 2001).

d. Quantitative Ultrasound ( QUS )

Teknik ultrasound digunakan untuk mendiagnosa kerusakan dengan mengukur

kecepatan gelombang yang bergerak sepanjang tulang. Jika tulang tebal, gelombang

suara akan bergerak lambat dan sekiranya tulang trabekular dan kortikal tipis, maka

gelombang akan bergerak cepat ( Lane, 2001& . NOF, 2005 )

Pemerikasaan Labotorium

(Pemeriksaan Penanda–Penanda Biokimia Turnovr Tulang ) ( Lane, 2001 & Solomon et al, 2001)

a. Alkaline Phosphatase

Alkaline phosphatase digunakan sebagai penanda darah bagi penyakit

tulang karena enzim in diproduksi oleh sel osteoblast. Pada osteoporosis akivitas alkaline

phosphatase dalam tulang biasanya meningkat. Pada awal menopause, turnover tulang

meningkat kira- kira dua kali lipat dan terus meningkat selama beberapa tahun, kemudian

mulai menurun.

b. Penguraian Kolagen

Kolagen adalah protein utama dalam tulang dan kulit. Ketika kolagen

dihuraikan, hydroxyproline, protein utama tubuh keluar. Jika turnover tulang

meningkat, demikian dengan hydroxyproline yang keluar. Tingkat hydroxyproline

(31)

Beberapa tes laboratorium telah dkembangkan untuk mengukur bagian

kecil protein kolagen dalam tulang dalam yang disebut collagen cross – links.

Ketika kolagen dalam tulang diuraikan oleh sel osteoblast yang menyerap tulang,

kalogen cross-link dilepaskan dari tulang dan unsur yang dikeluarkan tidak

berubah. Ketika reabsorbsi tulang naik, tingkat kolagen cross-link yang

dikeluarkan dalam urine semakin bertambah.

c. Osteocalcin

Osteocalcin adalah tulang yang dibuat oleh osteoblast. Walaupun bukan

merupakan bagian dari jaringan itu sendiri, unsur ini dilepaskan ke dalam aliran

darah dan karena itu dapat digunakan untuk mengukur formasi tulang (Lane,

2001).-

2.2.7 Gambaran Klinis (Sudoyo).

—- Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur

osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari

osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan

tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung

dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra

terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar

kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan

sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat

meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang

bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :

• Patah tulang akibat trauma yang ringan.

(32)

• Nyeri punggung

• Punggung yang semakin membungkuk • Gangguan otot (kaku dan lemah)

• Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.

2.2.8 Proses Remodeling Tulang

Tulang mempertahankan jaringannya dengan merencanakan siklus

pemeliharaan. Jaringan tulang secara konstan dipelihara atau menjalani proses

turn over, dengan membuang jaringan lama dan menggantikannya dengan

jaringan baru. Proses ini dikenali remodeling cycle. Sel osteoblast yang berperan

dalam (bone formation) dan sel osteoclast dalam proses penyerapan tulang (bone

resorption ).

Remodeling tulang terjadi ketika sejumpah kecil tulang hilang atau pecah

karena osteoclast. Setelah itu akan terbentuk resorption pit pada tulang.

Kemudian osteoblast akan bergerak ke daerah tulang yang hilang dan

menggantikannya dengan yang baru. Kerja osteoblast dan osteoclast dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti paratiroid hormone, kalsitonin vitamin D, dan fosfor.(

Lane. N. E,2001, Hartono, 2000 )

Wanita mempunyai kecenderungan untuk mendapat osteoporosis kerana

rata–rata tulang wanita lebih kecil, nipis dan mengalami kehilangan tulang dengan

sangat cepat dari 4 hingga 8 tahun setelah menopause karena penurunan dalam

hormon estrogennya. Selain itu, proses penipisan tulang lebih cepat pada

perempuan berbanding lelaki. Pada umur usia 80 tahun, masa tulang wanita telah

berkurang 40 persen dari masa tulang trabekularnya, sedangkan pria hanya

(33)
[image:33.612.109.425.89.323.2]

Gambar 1 Perbedaan dalam Pembentukan Tulang Pada Pria dan Wanita ,(Seeman, 2004)

2.9 Pencegahan osteoporosis

Osteoporosis merupakan kondisi alami yang terjadi pada setiap orang ketika beranjak

tua. Hanya langkah- langkah untuk menudanya dapat dilakukan yaitu dengan tindakan

pencegahan seperti:

a. Asupan Kalsium Mencukupi

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu setiap hari, bisa

meningkatkan kepadatan tulang.

Tabel 2.1 Kebutuhan Kalsium yang Perlu Dikonsumsi Mengikut Usia

Infant dan Kanak – Kanak Kebutuhan kalsium ( mg/ hari

0 – 6 bulan 300- 400

7 – 12 bulan 400

[image:33.612.107.491.624.712.2]
(34)

4- 6 bulan 600

7 – 9 bulan 700

Remaja

10 – 18 tahun 1300

Wanita

19 tahun – menopause 1000

Pasca menopause 1300

Sewaktu Kehamilan 1200

Waktu Laktasi 1000

Pria

19 – 65 tahun 1000

65 tahun keatas 1300

Sumber:International Osteoporosis Foundation

Kalsium perlu dikonsumsi secukupnya terutama sebelum tercapai kepadatan

tulang maksimal sekitar umur 30 tahun. Makanan yang direkomdasikan adalah produk

susu seperti yogurt, keju, brokoli, bayam sardin, tahu, almonds, kacang, makanan bijirin,

jus jeruk dan makanan yang kaya dengan kalsium (U.S Food and Drug Admistration,

2004).

b. Vitamin D yang Mencukupi

Vitamin D mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara meningkatkan

penyerapan mineral kalsium dari sistem pencernaan serta mengurangi pembuangannya

dari ginjal. Menurut National Osteoporosis Foundation, orang yang berkulit putih akan

manghasikan vitamin D yang lebih banyak dari yang berkulit hitam. Dikatakan juga

supaya berjemur di panas selama 5 hingga 10 menit sekurang – kurangnya 2 kali

perminggu untuk mengelakkan berlaku defiensi vitamin D. Vitamin D yang dibutuhkan

(35)

c. Melakukan Olahraga Dengan Beban

Selain olahraga mengunakan beban, badan berat badan sendiri juga dapat

berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.Olahraga beban

adalah seperti menaiki tangga, melomapat dan binaraga (Center of Diseases Control,

2008):

i. Kanak-kanak seharusnya bersenam selama 60 menit perhari. Jika tidak

adalah paling kurang tiga kali perminggu.Senaman bagi kanak-kanak

sangat penting karena membantu untuk menbina tulang yang sehat.

ii. Orang dewasa disarankan untuk bersenam sekurang– kurangnya selama

150 menit dalam seminggu sekiranya melakukan senaman ringan seperti

berjalan dan 75 menit perminggu sekiranya senaman yang dilakukan

mempunyai intentitas tinggi seperti berlari.

iii. Orang tua yang berumur 65 tahun keatas dan yang tidak mempunyai

masalah kesehatan yang menghalang sekurang-kurangnya perlu

melakukan senaman selama 150menit perminggu setidak-tidaknya

senamannya ringan dan 75 menit peminggu untuk senaman seperti

berlari.

d. Gaya Hidup Sehat

Dengan mengikuti gaya hidup yang sehat, osteoporosis dapat dicegah.

Menghindari rokok dan alcohol dapat menurunkan resiko osteoporosis. Dengan

melakukan senaman dan mengamalkan pola makanan yang baik yaitu

mengurangi konsumsi daging merah, natrium, minuman bersoda dapat memcegah

osteoporosis (Bone Muscles Health Care, 2005).

e. Hindari Obat – Obatan

Hindari obat-obatan gololongan kortikosteriod. Obat kortikosteriod

digunakan untuk terapi penyakit seperti asma dan arthritis. Penggunaan dalam

(36)

osteoporosis dapat menyebabkan tukak lambung, hipertensi dan penurunan

sistem kekebalan tubuh. Sederat penelitian menunjukan bahwa pada pengobatan

jangka panjang 30 hingga 50 persen kasus mengalami kehilangan mineral

jaringan tulang sebanyak 15 persen secara nyata pada enam bulan pertama

pengobatan (Hartono,2000).

2.2.10 Pengobatan Osteoporosis

a. Terapi Penganti Hormon / Hormone Replacement Therapy (HRT)

Terapi ini melibatkan penggunaan estrogen, baik estrogen saja maupun

dikombinasi dengan hormone progestron untuk mengurangi resiko kanker rahim,

tromboembolik dan hiperplasia endometrium.

Terapi HRT yang direkomendasikan adalah selama lima hingga 10 tahun

karena terapi jangka panjang akan meningkatkan resiko kanker payu dara dan

tromboemboli. Indikasi penggunaan HRT adalah dalam managemen simptom

menopause (American Medical Library, 2005 , Bulstrode et al, 2007 & Waller et

al ,2006).

b. Bisfosfonat

Digunakan pada osteoporosis pasca menopause atau akibat kortikosteriod.

Biofosfat membatasi resorpsi tulang dengan menduduki permukaan tulang dan

mencegah sel osteoclast dan beberapa enzim pendukung kerja sel penyerapan

tulang. Namun, unsur ini tidak menghancurkan osteoclast. Akibatnya ada

peningkatan kecil kira – kira satu hingga tiga persen pertahun pada masa

perawatan dan setelah itu akan memasuki masa stabil. Absorbsi biofoafonat

sangat buruk, sebab hanya lima persen yang diserap oleh tubuh. Bisfosfonat harus

diminum dengan air pada posisi tegak selama 30 menit, setelah itu tidak

diperkenankan untuk makan selama 30 menit kedepan (Bulstrode et al, 2007 &

(37)

c. Selective Oestrogen Receptor Modulator (SERMs)

Raloksifen berkerja terhadap jaringan tulang dengan menghambat resorpsi

tulang, meningkatkan massa tulang dan menurunkan resiko akan kanker mamma

dan endometrium (Wells et al, 2003).

d. Kalsitonin

Indikasi kalsitonin nasal spray pada pengobatan osteoporosis bagi wanita

yang mengalami menopause lebih dari lima tahun. Pemberian kalsitonin nasal

dengan dosis 200 IU akan meningkatkan densitas tulang vertebra dan

mengurangi resiko fraktur tiga puluh enam persen. Efek sampingnya adalah

(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep :

Berdasarkan tujuan penelitian diatas , kerangka konsep gambaran tingkat

pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan asupan kalsium pada wanita

[image:38.612.150.515.334.498.2]

premenopause di Kecamatan Medan Selayang II diuraikan seperti berikut :

Gambar 2: Kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap wanita

premenopause di Kecamatan Medan Selayang II

- Osteoporosis - Asupan kalsium

Tingkat

pengetahuan wanita premenopause

(39)

3.2 Variable dan Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui oleh wanita premenopause

tentang osteoporosis dan asupan kalsium.

b. Sikap adalah tindakan atau reaksi wanita wanita premenopause dalam mencegah

osteoporosis dan dalam pengambilan asupan kalsium mencukupi.

c. Premenopause adalah dimana wanita – wanita yang masih tidak terpotong

kitaran haidnya.

d. Digunakan kuesioner untuk mengetahui sejauhmanakah tingkat pengetahuan

wanita – wanita premenopause de Kecamatan Medan Selayang II.

e. Kriteria dalam memilih responden adalah wanita diantara umur 40 – 45 tahun

yang dianggap sudah mecapai fase premenopause.

f. Digunakan skala ukur Guttman , iaitu pertanyaan Ya atau Tidak yang di beri

[image:39.612.68.548.445.544.2]

“score 1” bagi jawapan benar dan “score 0” bagi jawapan yang salah.

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variable Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

-Tingkat pengetahuan wanita

premenopause - Sikap

- Osteoporosis - Asupan

kalsium

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Guttman

Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan metode presentasi

skoring sebagai berikut:

1. Baik bila >80 % pertanyaan dijawab benar oleh responden.

2. Sedang bila 40 – 80 % pertanyaan dijawab benar oleh responden.

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat

deskriptif, yaitu suatu penelitaian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak

– banyaknya mengenai pengetahuan osteoporosis dan sikap terhadap asupan kalsium

dikalangan ibu – ibu di Kecamatan Medan Selayang II.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu pengamatan

dilakukan sekali ( pada saat penelitian itu dilaksanakan ).

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dilakukan di Kecamatan Medan Selayang II bulan

Juli hingga Agustus.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah wanita premenopause yang menjelang usia 40 – 45 tahun di

Kecamatan Medan Selayang II. Penentuan usia 40 tahun keatas ini berdasarkan pertimbangan

bahwa pada rentang usia tersebut diperkirakan seorang wanita seharusnya sudah menjelang

(41)

4.3.2 Sampel

Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung

dengan rumus:

N = (Zα)2pq

d2

Keterangan rumus:

N = jumlah/besar sampel

α = tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang digunakan ialah α = 0,05, sehingga Zα yaitu kesalahan tipe I penelitian ini sebesar 1,96.

p = proporsi keadaan yang akan dicari = 0,5

q = 1-p = 0,5

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, ditetapkan d = 0,10

Angka-angka yang di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel :

N = (1,96) 2 (0,5)(0,5) / (0.10) 2

= 96

= 100

Teknik sampling yang dipakai adalah Consecutive Sampling dimana wanita- wanita

premenopause yang memenuhi kriteria inklusi yang ditemui dipilih sebagai sampel sehingga

(42)

Kriteria inklusi subjek penelitian termasuk wanita – wanita premenopause dengan wanita –

wanita 40 – 45 tahun yang sanggup berkerjasama dalam penelitian. Kriteria eksklusi subjek pula

ialah yang kuestionernya tidak lengkap.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket

berupa kuisioner yang dibagikan kepada reasponden.

4.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian . Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan instrument kuisioner.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo sebelum kuesioner itu dignakan perlu diuji validitasnya. Uji

validitas aka dilakukan pada 10 orang responan yang memiliki karakteristik yang mirip dengan

sampel. Kemudian akan diuji korelasi antara skor tiap – tiap pertanyaan dengan skor total

kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment.

Rumusnya adalah:

R = ( N ( Σ XY) − ( Σ XY )

√ {NΣX² −(ΣX)²}{NΣY²−(ΣY)²}

Keterangan : X = skor tiap responden untuk pertanyaan nomor n Y = skor total tiap responden untuk semua pertanyaan

(43)

Untuk memastikan bahawa kuesioner dapat dipercayai, akan dilakkan uji reliabilitas

[image:43.612.107.541.193.671.2]

dengan teknik tes– tes ulang. (Notoatmodjo, 2007 )

Table 4.1

Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam angket Variable Nomor Total Pearson Status Alpha Status

Pertanyaan Correlation

(44)

Variable Nomor Total Pearson Status Alpha Status Pertanyaan Correlation

Sikap 1 0.655 Valid 0.664 Reliabel Terhadap 2 0.509 Valid Reliabel Osteoporosis 3 0.868 Valid Reliabel 4 0.612 Valid Reliabel 5 0.726 Valid Reliabel 6 0.612 Valid Reliabel

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data diperoleh dari penilaian jawaban kuisioner responden. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan program komputar yaitu Statistical Product and Service Solution,

( SPSS). Pada penelitian ini, variable pengetahuan merupakan data kuantitatif yaitu score

hasil pengisian kuesioner. Data ini kemudian akan diubah menjadi kualitatif yaitu, baik ,

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitan ini telah dilakukan dengan

menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang

ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat

disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Medan Selayang II. Kecamatan ini bertempat di

Pasar 4, Padang Bulan. Penduduknya, rata – rata adalah pertani, tukang beca dan suri rumah bagi

yang wanita. Boleh dilihat banyak sawah padi sekitar Kecamatan ini, yang menunjukan kegiatan

utama penduduk di sini.

5.1.2 Deskripsi Sampel

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita – wanita

premenopause iaitu dalam umur 40 – 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II. Jumlah

responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 100 responden. Semua data

responden diambil dari data primer , yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

5.1.3 Hasil Analisa Data

5.1.3.1 Pengetahuan wanita premenopause terhadap Osteoporosis

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 petanyaan mengenai

pengetahuan terhadap Osteoporosis. Pertanyaan – pertanyaan yang didalam kuesioner

tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan – pertanyaan

tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap Osteoporosis. Data lengkap

distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat

(46)
[image:46.612.92.542.168.571.2]

Table 5.1

Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Pengetahuan Osteoporosis

No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang. 98 98,0 2 2

2. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang menular. 98 98,0 2 2

3. Pengeroposan tulang banyak berlaku pada pria. 96 96,0 4 4,0

4. Usia yang paling beresiko untuk mendapat 95 95,0 5 5,0

osteoporosis adalah pada usia 51 – 75 tahun. 77 77,0 23 23,0

5. Pertumbuhan tulang yang mencapai masa

puncaknya sekitar umur 20 – 30 tahun

6. Tulang yang keropos mengakibatkan tulang rapuh 96 96,0 4 4,0

dan tidak mudah patah.

7. Semakin kita tua mencapai fase menopause , 100 100 0 0

tulang kita semakin rapuh.

8. Pengeroposan tulang banyak terjadi pada wanita 92 92,0 8 8,0

menopause.

9. Orang yan mengalami osteoporosis kelihatan tinggi. 98 98,0 2 2,0

10.Dikatakan osteoporosis cepat menimbulkan efek. 24 24,0 76 76,0

Berdasarkan table 5.1 di atas pada pertanyaan – pertanyaan pengetahuan osteoporosis

yang paling banyak dijawab dengan benar (ya) yaitu pertanyaan pada nomor 1 , 2 , 7 dan 9

yaitu sebesar 98% , 98% , 100% dan 98%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di

(47)

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik , sedang

dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawb 8 – 10 pertanyaan

pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang

bila menjawab 4 – 7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan

kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan

osteoporosis dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan wanita –

wanita premenopause 40 – 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II dapat dikategorikan

[image:47.612.85.547.323.480.2]

pada table 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Osteoporosis

Pengetahuan F %

Baik 87 87

Sedang 13 13

Kurang 0 0

Total 100 100

Dari tabel tersebut dapt dilihat bahwa tingkat pengetahuan osteoporosis dengan

kategori kurang memiliki persentase 0% iaitu tidak ada , tingkat pengetahuan yang

dikategorikan sedang sebanyak 13% dan tingkat pengetahuan osteoporosis yang paling besar

adalah kategori baik iaitu sebesar 87%.

5.1.3.2 Pengetahuan wanita premenopause terhadap Kalsium

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 7 petanyaan mengenai

pengetahuan terhadap Osteoporosis. Pertanyaan – pertanyaan yang didalam kuesioner

tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan – pertanyaan

(48)

distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat

[image:48.612.90.544.212.560.2]

pada tabel 5.3 dibawah ini :

Table 5.3

Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Pengetahuan Kalsium

No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

11.Kalsium adalah mineral yang tidak penting bagi 92 92,0 8 8,0

wanita menjelang menopause.

12.Kalsium membantu dalam pembentukan tulang. 100 100 0 0,0

13.Kalsium tidak berperanan dalam memperkuatkan 93 93,0 7 7,0

tulang

14.Wanita premenopause memerlukan lebih kurang 91 91,0 9 9,0

1000 mg kalsium prehari.

15.Susu dan makan yang diperbuat dari susu tidak di 92 92,0 8 8,0

perkaya dengan kalsium

16.Ikan dan sayuran hijau kaya dengan kalsium 90 90,0 10 10,0

17.Garam merupakan penyebab tubuh kekurangan 62 62,0 38 38,0

kalsium.

Berdasarkan table 5.3 di atas pada pertanyaan – pertanyaan pengetahuan kalsium

yang paling banyak dijawab dengan benar ( ya) yaitu pertanyaan pada nomor 12 dan 13

yaitu sebesar 100% dan 93%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di jawab salah

( tidak)adalah petanyaan nomor 17 yaitu sebesar 62%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik , sedang

(49)

pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan

sedang bila menjawab 3 – 5 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan

berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 2 dari pertanyaan

pengetahuan kalsium dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat

pengetahuan wanita – wanita premenopause 40 – 45 tahun di Kecamatan Medan

[image:49.612.85.547.282.440.2]

Selayang II dapat dikategorikan pada table 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Kalsium

Pengetahuan F %

Baik 84 84

Sedang 15 15

Kurang 1 1

Total 100 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kalsium dengan

kategori kurang memiliki persentase 1% iaitu hampir tidak ada , tingkat pengetahuan yang

dikategorikan sedang sebanyak 15% dan tingkat pengetahuan osteoporosis yang paling besar

adalah kategori baik iaitu sebesar 84%.

5.1.3.4 Sikap Wanita – wanita Premenopause Terhadap Asupan Kalsium.

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 6 petanyaan mengenai sikap

terhadap asupan kalsium. Pertanyaan – pertanyaan yang didalam kuesioner tersebut telah

di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat

mewakili sikap responden terhadap asupan kalsium. Data lengkap distribusi frekuensi

jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5

(50)
[image:50.612.73.542.180.459.2]

Table 5.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Sikap

No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden

Ya Tidak

f % f %

18.Saya mengkonsumsi susu yang kaya dengan 23 23,0 77 77,0

kalsium setiap pagi.

19.Saya mengkonsumsi suplemen tambahan kalsium. 9 9,9 91 91,0

20.Setiap hari makan sayur hijau dan ikan atau tahu 96 96,0 4 4,0

tempe.

21.Saya membatasi jumlah garam yang saya makan. 87 87,0 13 13,0

22. Saya sering makan , makanan “ sereal “ 28 28,0 72 72,0

23.Setiap hari saya makan , makanan yang bergizi 97 97,0 3 3,0

kaya dengan kalsium supaya saya sehat.

Berdasarkan table 5.5 di atas pada pertanyaan – pertanyaan sikap terhadap asupan

kalsium yang paling banyak dijawab dengan ya (benar) yaitu pertanyaan pada nomor 20

dan 23 yaitu sebesar 96% dan 97%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di jawab

tidak (salah) adalah petanyaan nomor 19 yaitu sebesar 91%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik , sedang

dan kurang. Seorang responden akan dikatakan sikap baik bila menjawab 5 – 6

pertanyaan sikap terhadap asupan kalsium dengan benar sedangkan seorang responden

dikatakan sikap sedang bila menjawab 3 – 4 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan

dikatakan sikap kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 2 dari pertanyaan

(51)

wanita – wanita premenopause 40 – 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II dapat

[image:51.612.87.547.196.357.2]

dikategorikan pada table 5.6.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap F %

Baik 16 16

Sedang 76 76

Kurang 8 8

Total 100 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang d

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Kalsium yang Perlu Dikonsumsi Mengikut Usia
Gambar 2: Kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap wanita
Tabel 3.2  Definisi Operasional Variabel
Table 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan dan Sikap Suami terhadap Perawatan Bayi di Lingkungan VI Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan

PERBEDAAN USIA, STATUS GIZI, FREKUENSI MINUM KOPI DAN ASUPAN KALSIUM PADA PASIEN OSTEOPOROSIS DAN NON OSTEOPOROSIS DI POLI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF..

penelitian tentang perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan. asupan kalsium pada pasien osteoporosis dan non

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap pada Wanita Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan

Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera(PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Tentang Menopause Pada Wanita Premenopause Di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2014. Kategori sikap

Adapun profil tenaga kerja wanita di Usaha Kecil Menengah Kuliner di Kecamatan Medan selayang dari segi umur rata-rata tenaga kerja wanitanya berumur 21 tahun sampai dengan 55

58 BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur Tentang