i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
LISA ELLIZABET AULA NIM: 107101001715
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2011
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 27 September 2011
Lisa Ellizabet Aula, NIM : 107101001715
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2011
xxii + 157 Halaman, 31 tabel, 2 gambar, 5 lampiran
ABSTRAK
Sisa Makanan adalah volume atau persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian dapat menimbulkan terjadinya malnutrisi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan disain cross-sectional study. Sampel penelitian ini sebanyak 58 pasien rawat inap yang diambil dengan cara purposive sampling. Analisis hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen menggunakan uji t, uji anova, dan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan responden adalah sebanyak 20,27%. Persentase responden yang tidak menghabiskan makanannya >25% mencapai 39,7%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara gangguan pencernaan, aroma makanan, dan makanan dari luar rumah sakit dengan terjadinya sisa makanan. Sementara itu, keadaan psikis, kebiasaan makan, penampilan makanan yang meliputi warna makanan, bentuk makanan, porsi makanan, dan penyajian makanan, dan rasa makanan yang meliputi bumbu makanan, konsistensi makanan, keempukan makanan, dan temperatur makanan tidak memiliki hubungan dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi Rumah sakit Haji Jakarta untuk memperbaiki mutu makanan, terutama aroma makanan, dengan pemberian bumbu atau cara memasak yang tepat akan menimbulkan aroma yang sedap, memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi responden, melakukan evaluasi sisa makanan dan status kesehatan pasien secara rutin dan menyeluruh.
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, 27 September 2011 Lisa Ellizabet Aula, NIM : 107101001715
FACTORS ASSOCIATED WITH THE OCCURRENCE OF PLATE WASTE AMONG PATIENTS HOSPITALIZED IN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA IN 2011
xxii + 157 pages, 31 tables, 2 charts, 5 attachements
ABSTRACT
Plate waste is the volume or the percentage of ingested food that`s not discharged and disposed as waste and can be used to measure the effectiveness of the menu. If plate wastes are still left, a period of the time, it will affect the nutritional status of patients and can lead to the occurrence of malnutrition. The purpose of this study is to determine the factors associated with the occurrence of plate waste in Rumah Sakit Haji Jakarta.
This is a quantitative research by using cross-sectional study design. Sample in this study is 58 patients hospitalized that was take with purposive sampling. Analysis of the relationship between the variable use t tes, anova test, and chi square.
The results of this study show that the average of plate waste is 20,27%. Percentage of responden who didn`t spend their food more than 25% is 39,7%. Statistical test results that there is a relationship between gastrointestinal disorders, the smeel of food, and the food from outside hospital with the occurance of plate waste. Beside that, the psychological status, eating habits, appearance of food such as food color, food shape, food size, and food presentation, and taste of food such as food seasoning, food consistency, food terderness, and food temperature doesn`t have a relationship with the occurance of plate waste in Rumah Sakit Haji Jakarta.
Based on research result, suggested for Rumah Sakit Haji Jakarta to improve the quality of food, expecially smell of food by add herbs or cook with the right way to make a good smell of food, provide food in accordance with the conditions of the respondent, evaluate the occurance of plate waste and patient health status in reoutin and comprehensive.
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Sidang Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2011
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi untuk mengikuti sidang skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh: Lisa Ellizabet Aula NIM: 107101001715
Jakarta, 27 September 2011
Mengetahui
Pembimbing I
Ir. Febrianti, MSi
Pembimbing II
vi
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 27 September 2011
Ir. Febrianti, M.Si. (Pembimbing 1)
dr. Yuli Prapanca Satar, MARS (Pembimbing 2)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lisa Ellizabet Aula
Tempat/Tgl Lahir : Lamongan, 21 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Ahmad Yani no.114 RT 01/ 09 Kelurahan Utan Kayu Utara, Kecamatan Matraman, Kotamadya Jakarta Timur 13120
No. Contact : 085883276579
Email : Lisa_AuliaChalerista@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
1. TK RA (1994-1995)
2. SD Negeri Utan Kayu Utara 05 Pagi Jakarta (1995-2001)
3. SMP Negeri 7 Jakarta (2001-2004)
4. SMA Negeri 22 Jakarta (2004-2007)
5. S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran (2007-2011) Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat (BEMJ KESMAS) Tobacco Control (TC)
viii
Lembar Persembahan
(2) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (3) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. (QS. Al Insyiraah; 5-6)
Ketika aku mulai dengan bismillah
Aku sadar aku pasti bisa
Meski akan ada tantangan
Meski aku akan merasa terbang dan dijatuhkan
Tapi aku menyadari inilah perjuangan
Inilah jalan yang harus kutempuh
Dan inilah yang bisa aku persembahkan
Karya ini kupersembahkan untuk Kedua orang tuaku,
Adikku tercinta,
Sahabatku yang tersayang
Dan orang-orang yang sudah mendukungku dengan tulus dan ikhlas
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang senantiasa menganugerahkan nikmat dan rahmat
serta karunianya sehingga penulis masih diberi kesempatan dan kemampuan dalam
menjalankan aktifitas dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Rasul tercinta, Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi
umatnya.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuan pihak-pihak terkait
sehingga penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini, diantaranya :
1. Kedua orang tua saya, ayahanda Muallimin dan Ibunda Munasikah, yang
senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang, menyumbangkan fikiran
secara moral, emosional dan finansial yang tak terhingga, mau mendengarkan
semua keluhan dan senantiasa memberikan doa untuk pantang menyerah dan
selalu sabar dalam menyelesaikan semua tugas yang diemban oleh penulis.
2. Adikku tercinta, M. Faizal Ashar yang mendukung penulis baik mental maupun
secara finasial sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengaan baik.
3. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
x
4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua program studi Kesehatan
Masyarakat dan Pembimbing II dalam pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Febrianti, Msi selaku Pembimbing I, terimakasih atas segala bimbingan,
waktu dan fikiran yang ibu berikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan Ilmu Pengetahuan kepada kami.
7. Ibu Cut Kemala Handayani, AMG selaku Kepada Instalasi Gizi di Rumah Sakit
Haji Jakarta yang telah membantu penulis di lapangan, beserta dengan staff dan
karyawan instalasi gizi.
8. GEER TOGETHER FOREVER (Melli Wulandari, Hafifatul Auliya Rahmy,
Karbella Kuantanades Hasti, dan Farida Hidayati) sahabat yang selalu bersama
dalam senang maupun susah, memberi semangat, masukan, arahan, motivasi,
harapan, dan doa untuk hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima untuk segala kebaikan yang telah kalian berikan.
9. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2007 tetap semangat dan sukses selalu
untuk kita semua.
10.Untuk Sahabat-sahabatku, Lisanti dan Munawaroh, terima kasih untuk setiap
doa, perhatian, dan kebaikan yang sudah kalian berikan.
11.Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yang telah berperan aktif membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan dalam
xi
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya
dari penulis selaku manusia biasa. Dengan sepenuh hati, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, September 2011
xii DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan... ii
Abstrak ... iii
Lembar Persetujuan ... v
Lembar Pengesahan ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... vii
Lembar Persembahan ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi... xii
Daftar Tabel ... xviii
Daftar Bagan ... xxi
Daftar Lampiran ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 7
1.3.Pertanyaan Penelitian ... 9
1.4.Tujuan ... 10
1.4.1.Tujuan Umum ... 10
1.4.2.Tujuan Khusus ... 10
1.5.Manfaat ... 12
1.5.1.Bagi Mahasiswa... 12
1.5.2.Bagi Rumah Sakit Haji Jakarta ... 12
1.5.3.Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 13
1.6.Ruang Lingkup ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1.Masalah Gizi di Rumah Sakit ... 14
2.2.Asupan Makanan Pasien ... 16
xiii
2.3.1.Pengertian Sisa Makanan ... 19
2.3.2.Evaluasi Sisa Makanan ... 20
2.3.3.Metode Evaluasi Sisa Makanan ... 20
2.4.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa Makanan ... 24
2.4.1.Faktor Internal ... 24
2.4.2.Faktor Eksternal... 41
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ... 49
3.1.Kerangka Konsep ... 49
3.2.Definisi Operasional ... 52
3.3.Hipotesis ... 57
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 58
4.1.Design Penelitian ... 58
4.2.Lokasi dan waktu Penelitian ... 58
4.3.Populasi dan Sampel ... 58
4.3.1.Populasi ... 58
xiv
4.7.2.Analisis bivariat ... 74
BAB V HASIL ... 75
5.1.Gambaran Karakteristik Responden ... 75
5.2.Analisis Univariat ... 76
5.2.1.Gambaran Sisa Makanan ... 76
5.2.2.Gambaran Keadaan Psikis ... 79
5.2.3.Gambaran Kebiasaan Makan ... 80
5.2.4.Gambaran Gangguan Pencernaan... 81
5.2.5.Gambaran Status Kehamilan ... 81
5.2.6.Gambaran Penampilan Makanan ... 82
5.2.6.1. Gambaran Warna Makanan ... 82
5.2.6.2. Gambaran Bentuk Makanan ... 83
5.2.6.3. Gambaran Porsi Makanan ... 84
5.2.6.4. Gambaran Penyajian Makanan ... 84
5.2.7.Gambaran Rasa Makanan ... 85
5.2.7.1. Gambaran Aroma Makanan ... 85
5.2.7.2. Gambaran Bumbu Makanan ... 86
5.2.7.3. Gambaran Konsistensi Makanan ... 86
5.2.7.4. Gambaran Keempukan Makanan ... 87
5.2.7.5. Gambaran Temperatur Makanan ... 88
5.2.7.6. Gambaran Makanan dari Luar Rumah Sakit ... 88
5.3.Analisis Bivariat... 89
5.3.1.Hubungan Keadaan Psikis dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 90
5.3.2.Hubungan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 91
xv
5.3.4.Hubungan Penampilan Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.... ... 93 5.3.4.1. Hubungan Warna Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 93 5.3.4.2. Hubungan Bentuk Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 94 5.3.4.3. Hubungan Porsi Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 94 5.3.4.4. Hubungan Penyajian Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 95 5.3.5.Hubungan Rasa Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 96 5.3.5.1. Hubungan Aroma Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 96 5.3.5.2. Hubungan Bumbu Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 97 5.3.5.3. Hubungan Konsistensi Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 97 5.3.5.4. Hubungan Keempukan Makanan dengan Terjadinya Sisa
xvi
5.3.5.5. Hubungan Temperatur Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 99 5.3.5.6. Hubungan Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan
Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 100 BAB VI PEMBAHASAN ... 101 6.1.Keterbatasan Penelitian ... 101 6.2.Sisa Makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011... .102 6.3.Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 106 6.3.1.Hubungan Keadaan Psikis dengan Terjadinya Sisa Makanan pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 107 6.3.2.Hubungan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 109 6.3.3.Hubungan Gangguan Pencernaan dengan Terjadinya Sisa Makanan
pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011... .. 112 6.3.4.Hubungan Penampilan Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan
pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011... 115 6.3.4.1. Hubungan Warna Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan
pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 115 6.3.4.2. Hubungan Bentuk Makanan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 117 6.3.4.3. Hubungan Porsi Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan
xvii
6.3.4.4. Hubungan Penyajian Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2011 ... 122
6.3.5.Hubungan Rasa Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 125
6.3.5.1. Hubungan Aroma Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 126
6.3.5.2. Hubungan Bumbu Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 130
6.3.5.3. Hubungan Konsistensi Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 133
6.3.5.4. Hubungan Keempukan Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 134
6.3.5.5. Hubungan temperatur Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 136
6.3.6.Hubungan Makanan dari Luar RS dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011... .. 138
BAB VII PENUTUP ... 144
7.1. Kesimpulan ... 144
7.2. Saran ... 148
xviii DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 52 Tabel 4.1.Hasil Uji Validitas ... 63 Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 75 Tabel 5.2.Distribusi Sisa Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2011 ... 77 Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi Sisa Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 77 Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi Sisa Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 79 Tabel 5.5.Distribusi Frekuensi Keadaan Psikis Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 79 Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 80 Tabel 5.7.Distribusi Frekuensi Gangguan Pencernaan Pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 81 Tabel 5.8.Distribusi Frekuensi Status Kehamilan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 82 Tabel 5.9.Distribusi Frekuensi Warna Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 82 Tabel 5.10.Distribusi Frekuensi Bentuk Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 83 Tabel 5.11.Distribusi Frekuensi Porsi Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 84 Tabel 5.12.Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan Pada Pasien Rawat Inap di
xix
Tabel 5.13.Distribusi Frekuensi Aroma Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 85 Tabel 5.14.Distribusi Frekuensi Bumbu Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011 ... 86 Tabel 5.15.Distribusi Frekuensi Konsistensi Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 87 Tabel 5.16.Distribusi Frekuensi Keempukan Makanan Pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 87 Tabel 5.17.Distribusi Frekuensi Temperatur Makanan Pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 88 Tabel 5.18.Distribusi Frekuensi Makanan dari Luar Rumah Sakit Pada Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 89 Tabel 5.19.Hubungan Keadaan Psikis dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 90 Tabel 5.20.Hubungan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 91 Tabel 5.21.Hubungan Gangguan Pencernaan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 92 Tabel 5.22.Hubungan Warna Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 93 Tabel 5.23.Hubungan Bentuk Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 94 Tabel 5.24.Hubungan Porsi Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 95 Tabel 5.25.Hubungan Penyajian Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 95 Tabel 5.26.Hubungan Aroma Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
xx
Tabel 5.27.Hubungan Bumbu Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 97 Tabel 5.28.Hubungan Konsistensi Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 98 Tabel 5.29. Hubungan Keempukan Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 99 Tabel 5.30.Hubungan Temperatur Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 ... 99 Tabel 5.31.Hubungan Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa
xxi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Skripsi
Lampiran 2. Surat Balasan Permohonan ijin Skripsi Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.6.Latar Belakang
Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah
sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan
pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medis, asuhan
nutrisi dan diagnostik serta upaya rehabilitasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Moehyi, 1999). Pelayanan paripurna pada pasien yang dirawat di rumah sakit pada
dasarnya harus meliputi tiga hal, asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan
nutrisi. Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian
dari pelayanan medis yang tidak dapat dipisahkan. Namun asuhan nutrisi seringkali
diabaikan, padahal dengan asuhan nutrisi yang baik dapat mencegah seorang pasien
menderita malnutrisi rumah sakit (hospital malnutrition) selama dalam perawatan
(Depkes, 2007).
Berdasarkan hasil berbagai penelitian yang dilakukan di negara maju
maupun berkembang, ditemukan angka prevalensi malnutrisi di rumah sakit cukup
tinggi. Di Belanda, prevalensi malnutrisi di rumah sakit mencapai 40%, Swedia
17%-47%, Denmark 28%, dan di negara lain seperti Amerika dan Inggris angkanya
antara 40%-50% (Lipoeto, 2006). Studi di Asia Tenggara seperti di Malaysia
mengungkapkan bahwa 71,4 % pasien mengalami hipoalbuminemia selama periode
rawat inap (Shahar, 2002). Di rumah sakit Vietnam periode 2002-2004, Pham et al
2
2009). Studi di Indonesia yang dilakukan di Jakarta, menghasilkan data bahwa dari
sekitar 20-60% pasien yang telah menyandang status malnutrisi dan 69%-nya
mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit (Lipoeto, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa masih ada masalah dengan
asuhan nutrisi di yang ada di rumah sakit.
Malnutrisi merupakan suatu keadaan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak
seimbang yang terkadang sulit untuk dikenali dalam clinical setting (Sauer, 2009).
Timbulnya malnutrisi disebabkan oleh asupan zat gizi makanan dan keadaan
penyakit. Menurut Barker (2011), malnutrisi di rumah sakit (hospital malnutrition)
merupakan gabungan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara
kompleks, antara penyakit yang mendasar, penyakit yang berhubungan dengan
perubahan metabolisme, dan berkurangnya persediaan nutrisi yang terjadi karena
berkurangnya jumlah bahan makanan yang dimakan, melemahnya proses
penyerapan, dan proses kehilangan yang semakin meningkat atau kombinasi
ketiganya.
Peranan gizi dalam proses penyembuhan penyakit menjadi sangat penting
pada masa sekarang ini, karena berdasarkan data-data yang ada sekitar 30% dari
pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan berat badan (Suandi,
1998). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa
Rumah sakit di Jakarta Tahun 1991 menunjukkan 20%-60% pasien mengalami gizi
kurang saat dirawat di rumah sakit, dan hal ini disebabkan karena kurangnya asupan
3
Menurut Rosary (2002) dalam Ratna (2009), pasien membutuhkan asupan
zat gizi sesuai dengan kondisi atau kebutuhan tubuh pasien. Tubuh manusia
melakukan pemeliharaan kesehatan dengan mengganti jaringan yang rusak untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika asupan gizi pasien tidak seimbang
atau kurang dari yang seharusnya, maka akan mempengaruhi status gizi pasien
hingga menyebabkan terjadinya malnutrisi.
Untuk mengetahui asupan zat gizi pada pasien dapat dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap sisa makanan (Barker, 2011). Sisa Makanan adalah
volume atau persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai
sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu (Komalawati, 2005).
Sisa makanan terjadi karena pasien tidak menghabiskan makanan yang sudah
diberikan. Sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien meninggalkan sisa
makanan > 25%. Pasien yang tidak menghabiskan makanan dalam atau memiliki
sisa makanan > 25%, maka dalam waktu yang lama akan menyebabkan defisiensi
zat-zat gizi karena kekurangan zat gizi (Renaningtyas, 2004).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan yang ada di
rumah sakit berkisar antara 17% hingga 67% (Zakyah, 2005). Di Indonesia, sisa
makanan masih sering terjadi di berbagai rumah sakit. Hasil penelitian Djuriah
(1986) di RS. Hasan Sadikin Bandung, sebanyak 19,5% pasien di ruang rawat inap
meninggalkan sisa makanan melebihi 25%. Kemudian, hasil penelitian Iswidhani
(1996) dalam penelitiannya di Rumah Sakit Cibinong Jakarta menyatakan bahwa
4
Sakit Dr. Kariadi Semarang (1996) menunjukkan bahwa sisa makanan di ruang
rawat inap rata- rata 33,5% dan jika dilihat menurut kelas perawatan sisa makanan
di kelas I masih cukup tinggi yaitu sebanyak 57% (Sukarti, 2010). Sementara itu,
berdasarkan hasil penelitian Sumiyati (2008), diketahui bahwa masih terjadi sisa
makanan pada pasien di Ruang Anggrek RSU RA. Kartini dalam jumlah banyak
(25%) meliputi semua jenis makanan kecuali untuk jenis sayur termasuk dalam
kategori sedikit. Sedangkan pada waktu makan siang dan sore terdapat sisa
makanan dalam jumlah banyak (25%) kecuali untuk buah.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Sisa
makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang ada dalam diri seseorang,
tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan antara lain faktor
yang berasal dari luar pasien sendiri atau faktor eksternal dan faktor yang berasal
dari dalam pasien atau faktor internal. Sementara itu, Faktor eksternal lain yang
berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan adalah sikap petugas ruangan, jadwal
makan atau waktu pembagian makan, suasana lingkungan tempat perawatan,
makanan dari luar RS, dan mutu makanan (Moehyi, 1992).
Berdasarkan hasil penelitian Rijadi (2002) dan Azizah (2005), menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan. Beberapa
penelitian lain menyebutkan bahwa faktor internal seperti umur, jenis kelamin, dan
pendidikan tidak berhubungan dengan terjadinya sisa makanan. Hal ini terlihat
dalam penelitian Djamaluddin (2005) yang menyebutkan bahwa tidak ada
5
nabati dan sayur yang banyak pada kelompok umur 17-25 tahun, namun perbedaan
tersebut secara statistik tidak bermakna. Hal yang sama juga terlihat dalam
penelitian Saepuloh (2003), bahwa faktor individu atau karakteristik pasien seperti
umur dan jenis kelamin tidak berhubungan secara bermakna dengan daya terima
pasien yang rendah yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan faktor eksternal terhadap terjadinya
sisa makanan, terlihat ada hubungan mutu makanan yang terdiri dari penampilan
makanan dan rasa makanan dengan terjadinya sisa makanan. Hasil ini terlihat dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (1997) di RSU Dr. Soeselo-Slawi dan
RSU Harapan Anda-Tegal yang menunjukkan bahwa berdasarkan uji chi kuadrat
ternyata ada hubungan antara mutu makanan, cara penyajian, suhu hidangan,
makanan dari luar Rumah Sakit dan kebiasaan makan di rumah terhadap sisa
makanan yang terjadi di kedua Rumah Sakit tersebut. Namun, berdasarkan koefisien
kontingensi ternyata ada hubungan yang paling erat dengan terjadinya sisa makanan
adalah variable mutu makanan dan suhu hidangan. Masalah mutu makanan juga
terlihat dalam penelitian Almatsir (1992) bahwa dari 10 rumah sakit di Jakarta, 43%
pasien mempunyai persepsi kurang baik terhadap mutu makanan yang disajikan.
Untuk faktor eksternal lainnya, berdasarkan hasil penelitian Azizah (2005),
diketahui bahwa adanya hubungan yang bermakna antara waktu penyajian makan
dengan sisa makanan. Selain itu, menurut hasil penelitian Priyanto (2009), meski
ada hubungan antara persepsi pasien mengenai makanan luar RS dan jadwal sisa
6
bahwa tidak ada hubungan antara tata cara penyajian dari petugas dan persepsi
pasien mengenai keadaan lingkungan tempat perawatan dengan terjadinya sisa
makanan.
Sisa makanan merupakan salah dari berbagai hal yang ada di rumah sakit
yang harus diperhatikan. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka
waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian
menimbulkan terjadinya malnutrisi. Hal ini kemudian dapat berdampak pada pada
lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah sakit serta meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan (Depkes, 2007).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azizah (2005) di RSUD
Banjarnegara yang merupakan rumah sakit tipe C menunjukkan bahwa sisa
makanan pada pasien rawat inap mencapai 52%. Rumah Sakit Haji Jakarta adalah
rumah sakit tipe C yang memiliki kemungkinan untuk mengalani kejadian sisa
makanan yang tinggi. Hal ini juga diperkuat dengan data pengukuran sisa makanan
yang dilakukan oleh rumah sakit haji pada bulan Januari tahun 2011 yang
menyatakan bahwa sisa makanan di RS Haji Jakarta masih ditemukan yakni 18,1%
lauk hewani, 15,9% lauk nabati, dan 18,8% sayur (Instalasi Gizi, 2011).
Sisa makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta juga lebih tinggi jika
dibandingkan dengan rumah sakit lainnya. Berdasarkan studi pendahuluan pada
pasien dengan diet biasa dan diet khusus, diketahui bahwa ada 67% pasien yang
7
tinggi jika dibandingkan dengan rumah sakit lain RS Budiasih Serang. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutyana (2010) di RS Budiasih Serang,
ditemukan bahwa jumlah pasien yang memiliki sisa makanan ada sebanyak 51,2%.
Selain itu, sisa makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta juga lebih besar jika
dibandingkan dengan RSUD Banjarnegara yang memiliki sisa makanan sebesar
52%. Berdasarkan kesamaan tipe rumah sakit antara Rumah Sakit Haji Jakarta
dengan RSUD Banjarnegara dan besarnya jumlah sisa makanan di Rumah Sakit
Haji Jakarta, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang sisa makanan di Rumah
Sakit Haji Jakarta.
Kemungkinan penyebab terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta adalah gangguan pencernaan. Hal ini karena hampir
sebagian besar pasien yang dirawat di Rumah Sakit Haji Jakarta mengalami
gangguan pencernaan. Berdasarkan data rekam medis, didapatkan data bahwa
hampir 74% dari 91 pasien dewasa yang dirawat memiliki keluhan gangguan
pencernaan. Gangguan pencernaan merupakan salah satu penyebab terjadinya
asupan makan yang rendah hingga menyebabkan sisa makanan yang tinggi. Namun,
ada faktor lain yang mempengaruh terjadinya sisa makanan. Oleh karena itu,
peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa yang berhubungan dengan terjadinya sisa
makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2011.
1.7.Rumusan Masalah
Pasien membutuhkan asupan zat gizi sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
8
pemeliharaan kesehatan dengan mengganti jaringan yang rusak untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun, jika pasien tidak menghabiskan
makanan dalam jangka waktu tertentu, maka akan mempengaruhi status gizi pasien
yang kemudian menimbulkan terjadinya malnutrisi. Hal ini juga berdampak pada
lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah sakit serta meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan.
Sisa makanan adalah volume atau persentase makanan yang tidak habis
termakan dan dibuang sebagai sampah dan dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas menu (Komalawati, 2005). Di Indonesia, sisa makanan masih sering
terjadi di berbagai rumah sakit. Bahkan, sisa makanan di berbagai rumah sakit
tersebut sudah tinggi dengan melihat banyaknya pasien yang meninggalkan sisa
makanan> 25%.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa sisa makanan masih
terjadi di berbagai rumah sakit di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa. Berdasarkan
kesamaan tipe dengan RSUD Banjarnegara yang memiliki sisa makanan dan
besarnya masalah sisa makanan jika dibandingkan dengan beberapa rumah sakit
lain, yang diperkuat dengan hasil studi pendahuluan, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang sisa makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Oleh karena itu, penting
juga untuk mengetahui secara langsung faktor-faktor yang berhubungan dengan
9 1.8.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2011?
2. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis diet, dan
lama rawat inap) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011?
3. Bagaimana gambaran keadaan psikis pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2011?
4. Bagaimana gambaran kebiasaan makan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011?
5. Bagaimana gambaran gangguan pencernaan pada pasien rawat inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
6. Bagaimana gambaran status kehamilan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011?
7. Bagaimana gambaran penampilan makanan, yang meliputi warna, bentuk, porsi,
dan penyajian pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
8. Bagaimana gambaran rasa makanan, yang meliputi aroma, bumbu, konsistensi,
kerenyahan, dan temperatur) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2011?
9. Bagaimana gambaran makanan dari luar rumah sakit pada pasien rawat inap di
10
10.Apakah ada hubungan keadaan psikis terhadap terjadinya sisa makanan pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
11.Apakah ada hubungan kebiasaan makan terhadap terjadinya sisa makanan pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
12.Apakah ada hubungan gangguan pencernaan terhadap terjadinya sisa makanan
pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
13.Apakah ada hubungan penampilan makanan, yang meliputi warna, bentuk, porsi,
dan penyajian terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
14.Apakah ada hubungan rasa makanan, yang meliputi aroma, bumbu, konsistensi,
keempukan, dan temperatur terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat
inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011?
15.Apakah ada hubungan makanan dari luar rumah sakit terhadap terjadinya sisa
makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2011?
1.9.Tujuan
1.9.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan
pada pasien rawat inap di rumah sakit haji Jakarta tahun 2011.
1.9.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji
11
2. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis diet,
dan lama rawat inap) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011.
3. Mengetahui gambaran keadaan psikis pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011.
4. Mengetahui gambaran kebiasaan makan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011.
5. Mengetahui gambaran gangguan pencernaan pada pasien rawat inap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
6. Mengetahui gambaran status kehamilan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2011.
7. Mengetahui gambaran penampilan makanan, yang meliputi warna, bentuk, porsi,
dan penyajian pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
8. Mengetahui gambaran rasa makanan, yang meliputi aroma, bumbu, konsistensi,
keempukan, dan temperatur pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2011.
9. Mengetahui gambaran makanan dari luar rumah sakit pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
10.Mengetahui ada hubungan keadaan psikis terhadap terjadinya sisa makanan pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
11.Mengetahui ada hubungan kebiasaan makan terhadap terjadinya sisa makanan
12
12.Mengetahui ada hubungan gangguan pencernaan terhadap terjadinya sisa
makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
13.Mengetahui ada hubungan penampilan makanan, yang meliputi warna, bentuk,
porsi, dan penyajian terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
14.Mengetahui ada hubungan rasa makanan, yang meliputi aroma, bumbu,
konsistensi, keempukan, dan temperatur terhadap terjadinya sisa makanan pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
15.Mengetahui ada hubungan makanan dari luar rumah sakit terhadap terjadinya
sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2011.
1.10. Manfaat
1.10.1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Haji Jakarta.
1.10.2. Bagi Rumah Sakit Haji Jakarta
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk pihak rumah sakit dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan
13 1.10.3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat memberikan masukan dan referensi ilmu yang berguna dan
sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil
penelitian.
1.11. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester VIII dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Haji Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.5.Masalah Gizi di Rumah Sakit
Gizi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kesehatan
individu atau masyarakat, dan karenanya merupakan issue fundamental dalam
kesehatan. Gizi memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi, dan kondisi fisik dan mental individu (Nasir, 2008). Gizi juga memiliki
peranan penting dalam proses penyembuhan penyakit. Untuk mencapai serta
memelihara kesehatan dan status gizi optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang mengandung gizi seimbang. Bila tubuh dapat mencerna,
mengabsorbsi, dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan
tercapai keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit, melalui modifikasi diet
diupayakan agar gizi seimbang tetap bisa dicapai (Almatsier, 2006).
Pengaturan makanan dan diit untuk penyembuhan penyakit merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan upaya perawatan untuk penyembuhan
penyakit yang diderita oleh orang sakit. Bagi seorang penderita, baik penderita
kronis maupun akut, diit yang diberikan kepadanya merupakan salah satu komponen
kegiatan dalam upaya penyembuhan penyakitnya. Fungsi makanan dalam upaya
penyembuhan penyakit dapat berupa (Moehyi, 1999):
a. Salah satu bentuk terapi, contohnya pada penderita obesitas, pengaturan
15
b. Penunjang obat, contohnya pada penderita penyakit diabetes mellitus,
pemberian suntikan insulin harus dilakukan bersamaan dengan pemberian
makanan agar kadar gula dalam darah penderita tetap dalam batas-batas
normal
c. Tindakan medis, contohnya pada penderita penyakit saluran pencernaan
yang baru selesai di operasi, pemberian makanan cair bertujuan
menunjang tindakan operasi yang telah dilakukan
Pada pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit, terlibat tiga jenis asuhan
(care) yang pelaksanaannya dilakukan melalui berbagai kegiatan. Ketiga asuhan ini
adalah asuhan medik, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi (Almatsier, 2006).
Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian dari
pelayanan medis yang tidak dapat dipisahkan. Pemberian zat gizi optimal sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien merupakan salah satu kegiatan asuhan gizi
(Almatsier, 2006). Namun asuhan nutrisi seringkali diabaikan, padahal dengan
asuhan nutrisi yang baik dapat mencegah seorang pasien menderita malnutrisi rumah
sakit (hospital malnutrition) selama dalam perawatan (Depkes, 2007).
Malnutrisi merupakan suatu keadaan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak
seimbang yang terkadang sulit untuk dikenali dalam clinical setting (Sauer, 2009).
Timbulnya malnutrisi disebabkan oleh asupan zat gizi makanan dan keadaan
penyakit. Malnutrisi di rumah sakit pada pasien biasanya merupakan kombinasi dari
cachexia (yang berhubungan dengan penyakit) dan malnutrisi (konsumsi zat gizi
16
di rumah sakit (hospital malnutrition) merupakan gabungan dari berbagai faktor
yang saling mempengaruhi secara kompleks, antara penyakit yang mendasar,
penyakit yang berhubungan dengan perubahan metabolisme, dan berkurangnya
persediaan zat gizi dalam pasien tersebut.
Berkurangnya persediaan zat gizi dalam pasien merupakan salah satu
penyebab terjadinya hospital malnutrition. Berkurangnya persediaan zat gizi dapat
terjadi karena berkurangnya jumlah bahan makanan yang dimakan, melemahnya
proses penyerapan, dan proses kehilangan yang semakin meningkat atau kombinasi
ketiganya (Barker, 2011). Penelitian yang dilakukan Triyani (1999) menunjukkan
bahwa 69,9% pasien hemodialisa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
mengalami asupan makanan yang kurang dari kebutuhan. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa Rumah sakit di Jakarta Tahun
1991 menunjukkan 20%-60% pasien mengalami gizi kurang saat dirawat di rumah
sakit, dan hal ini disebabkan karena kurangnya asupan makanan pasien.
2.6.Asupan Makanan Pasien
Asupan makanan pada pasien harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi
dalam keadaan sakit. Kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan
berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti
umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil
dan menyusui (Almatsier, 2006). Pasien rawat inap membutuhkan asupan makan
yang adekuat agar kebutuhan dan kecukupan gizi terpenuhi dan terhindar dari
17
Karyadi dan Muhilal (1988) membedakan pengertian istilah kebutuhan gizi
dan kecukupan gizi. Kebutuhan gizi (nutrient requirements) adalah banyaknya zat
gizi minimal yang diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat. Kecukupan gizi
(recommended dietary allowences) adalah jumlah masing-masing zat gizi yang
sebaiknya dipenuhi seseorang atau rata-rata kelomok agar hampir semua orang
(97,5% populasi) hidup sehat. Jika dalam tubuh terjadi ketidakcukupan gizi, maka
dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi.
Menurut Solon F.S dan Rodolfo (1977) dalam Supariasa (2001), patogenesis
penyakit gizi kurang (malnutrisi) melalui 5 tahapan, yaitu: pertama ketidakcukupan
zat gizi. Jika ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama, maka persediaan/
cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua,
apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai
dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang
ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat
dilihat dari munculnya tanda yang klasik.
Di rumah sakit, banyak pasien yang mengalami ketidakcukupan zat gizi
sebagai akibat dari rendahnya asupan zat gizi pasien. Hal ini sesuai dengan Berman
(2003) bahwa kekurangan nutrisi adalah insufisien asupan nutrient dalam memenuhi
kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak adekuat atau pencernaan
dan absorpsi makanan yang tidak benar. Asupan makanan yang tidak adekuat dapat
18
pengetahuan yang tidak adekuat mengenai nutrisi essensial dan diet seimbang,
ketidaknyamanan selama atau setelah makan, disfagia (kesulitan menelan), anoreksia
(kehilangan selera makan), mual atau muntah dan lain-lain.
Pada pasien rawat inap, beberapa faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan asupan makan yang kurang selama rawat inap antara lain
pasien terlalu lama dipuasakan, tidak diperhitungkan penambahan zat gizi,
obat-obatan yang diberikan, gejala gastrointestinal, serta penyakit yang menyertai
(Soegih, 2004). Selain itu, selera makan juga berperan dalam menyebabkan asupan
makan yang kurang. Ketika seseorang terserang penyakit, penurunan pada selera
makanan biasanya sering terjadi. Dengan menurunnya selera makan menyebabkan
berkurangnya asupan zat gizi sehingga kebutuhan zat gizi tidak dapat dipenuhi, dan
pada gilirannya akan mempengaruhi status gizi pasien (Santoso, 1995).
Pasien yang memiliki asupan makan yang rendah akan meninggalkan sisa
makanan dalam piringnya. Semakin rendah asupan makan, maka sisa makanan
semakin tinggi. Padahal, pasien seharusnya menghabiskan seluruh makanan yang
sudah disajikan. Jika pasien tidak menghabiskan makanannya, berarti asupan makan
pasien tidak adekuat. Hal ini karena makanan yang disediakan oleh instalasi gizi
sudah diperhitungkan jumlah dan mutu gizinya, dan harus dihabiskan pasien agar
penyembuhannya dapat berjalan sesuai dengan program yang ditetapkan.
(Renaningtyas, 2004).
Dengan demikian, salah satu cara untuk menilai asupan makan pasien dapat
19
konsumsi makan aktual seseorang. Penilaian atau evaluasi sisa makanan secara
umum digunakan dalam pada fasilitas pemeliharaan kesehatan secara jangka panjang
dan merupakan salah satu teknik yang valid untuk menilai asupan makanan dan daya
terima menu (Huang, 2008).
2.7.Sisa Makanan
2.3.1. Pengertian Sisa Makanan
Menurut Hirch (1979) dalam Carr (2001), sisa makanan adalah jumlah
makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan. Menurut Asosiasi
Dietisien Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak
dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis
makanannya. Menurut JADA (1979) dalam Muhir (1998), secara khusus, istilah sisa
makanan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Waste, yaitu bahan makanan yang rusak karena tidak dapat diolah atau hilang
karena tercecer
2. Plate Waste, yaitu makanan yang terbuang karena setelah disajikan tidak
habis dikonsumsi.
Sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien meninggalkan sisa
makanan > 25%. Pasien yang tidak menghabiskan makanan dalam atau memiliki
sisa makanan > 25%, maka dalam waktu yang lama akan menyebabkan defisiensi
zat-zat gizi karena kekurangan zat gizi (Renaningtyas, 2004). Sisa makanan selain
dapat menyebabkan kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi juga akan menyebabkan
20
merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di rumah sakit sehingga
masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat diabaikan karena bila masalah
tersebut diperhitungkan ke menjadi rupiah maka akan menjadi suatu pemborosan
anggaran makanan (Sumiyati, 2008).
2.3.2. Evaluasi Sisa Makanan
Evaluasi sisa makanan secara umum didefinisikan sebagai suatu proses
menilai jumlah kuantitas dari porsi makanan yang sudah disediakan oleh
penyelenggara makanan yang tidak dihabiskan. Ketika sisa makanan tidak dapat
dihindari, maka kelebihan sisa makanan merupakan tanda tidak efisiensinya
pelaksanaan kegiatan dan tidak responnya sistem distribusi (Buzby, 2002).
Evaluasi sisa makanan digunakan untuk menilai biaya, daya terima makanan,
asupan makan, dan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan penyelenggaraan makanan, seperti (Carr, 2001). Evaluasi sisa makanan
juga merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi mutu pelayanan gizi yang dapat
dilakukan dengan mencatat banyaknya makanan yang tersisa. Oleh karena itu, sisa
makanan adalah salah satu indikator keberhasilan pelayanan gizi di ruang rawat inap
(Djamaluddin, dkk, 2005).
2.3.3. Metode Evaluasi Sisa Makanan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai sisa
makanan. Metode evaluasi sisa makanan yang digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan dilakukannya menilai sisa makanan. Ada tiga jenis metode yang dapat
21
a. Weight method/ weighed Plate waste
Weight method/ weighed Plate waste digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui dengan akurat bagaimana intake zat gizi dari seseorang. Metode ini
yang digunakan untuk mengukur/ menimbang sisa makanan setiap jenis
hidangan atau untuk mengukur total sisa makanan pada individual atau
kelompok (Carr, 2001).
Prinsip dari metode penimbangan makanan adalah mengukur secara langsung
berat dari tiap jenis makanan yang dikonsumsi selanjutnya dihitung presentase
(%) sisa makanannya (Nuryati, 2008). Menurut Komalawati (2005) dalam
Priyanto (2009), data sisa makanan dapat diperoleh dengan cara menimbang
makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien, kemudian dirata-rata menurut jenis
makanan. Prosentase sisa makanan dihitung dengan cara membandingkan sisa
makanan dengan standar porsi makanan rumah sakit kali 100% atau dengan
rumus:
Sisa makanan (%) = � � �� ��� � �� �� �ℎ � ���� (�)
(� ) x 100%
Kelebihan dari metode ini adalah dapat memberikan informasi lebih akurat/
teliti. Sedangkan kelemahannya adalah karena menggunakan cara penimbangan
maka memerlukan waktu, cukup mahal, karena perlu peralatan dan tenaga
22
b. Recall
Recall atau Self Reported Consumption adalah metode yang digunakan
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dalam 24 jam tentang makanan
yang dikonsumsi oleh seseorang (Carr, 2001). Pengukuran sisa makanan ini
dengan cara menanyakan kepada responden tentang banyaknya sisa makanan.
Pada metode ini responden yang menaksir sisa makan dengan menggunakan
skala taksiran visual (Nuryati, 2008).
c. Visual method
Visual method atau observasional method adalah metode yang digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana intake makanan untuk menilai daya
terima makanan, maka dapat menggunakan metode visual method (Carr, 2001).
Pada metode ini, sisa makanan diukur dengan cara menaksir secara visual
banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran ini bisa
dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam gram atau dalam bentuk
skor bila menggunakan skala pengukuran (Nuryati, 2008).
Evaluasi sisa makanan menggunakan metode melihat makanan tersisa di
piring dan menilai jumlah yang tersisa. Pengamat yang sudah terlatih
menggunakan skala rating untuk menunjukkan konsumsi. Cornstock, et al.
(1981) menggambarkan metode menggunakan skala 5-point. Skala Enam dan
tujuh-titik juga telah dikembangkan, menunjukkan jika "hampir tidak ada" atau
23
menggunakan skala pengukuran yang dikembangkan oleh Comstock dengan
dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut (Ratnaningrum, 2005):
1. Skala 0 : dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (habis dimakan)
2. Skala 1 : tersisa ¼ porsi
3. Skala 2 : tersisa ½ porsi
4. Skala 3 : tersisa ¾ porsi
5. Skala 4 : hanya dikonsumsi sedikit (1/9 porsi)
6. Skala 5 : utuh atau tidak dikonsumsi
Penilaian dengan skor di atas berlaku untuk setiap porsi masing-masing jenis
makanan (contoh: makanan pokok, sayuran, lauk, dll). Setelah menetapkan skor,
kemudian skor tersebut dikonversikan ke bentuk persen dengan cut off.
1. Skor 0 (0% ) Semua makanan dihabiskan
2. Skor 1 (25%) 75% makanan dihabiskan
3. Skor 2 (50%) 50 % makanan dihabiskan
4. Skor 3 (75%) 25% makanan dihabiskan
5. Skor 4 (95%) 5 % makanan dihabiskan
6. Skor 5 (100%) tidak ada yang dikonsumsi pasien
Menurut Comstock (1991) dalam Murwani, (2001), metode taksiran visual
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode taksiran visual
antara lain yaitu memerlukan waktu yang singkat, tidak memerlukan alat yang
banyak dan rumit, menghemat biaya, dapat mengetahui sisa makanan menurut
24
diperlukan penaksir (estimator) yang terlatih, teliti, terampil, memerlukan
kemampuan dalam menaksir (over estimate), atau kekurangan dalam menaksir
(under estimate).
Setelah itu hasilnya diasumsikan berdasarkan taksiran visual comstock
dengan kategori (Sumiyati, 2008):
a) Bersisa, jika sisa makanan banyak (>25%)
b) Tidak bersisa, jika sisa makanan sedikit (≤ 25%)
Keberhasila suatu penyelenggaraan makanan antara lain dikaitkan dengan
adanya sisa makanan, karena sisa makanan yang melebihi 25% menunjukkan
kegagalan suatu penyelenggaraan makanan di rumah sakit, sehingga kegiatan
pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang sederhana yang dapat
dipakai untuk mengevaluas keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit
(Depkes, 1991).
2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Menurut Moehyi (1992) sisa makanan terjadi karena makanan yang
disajikan tidak habis dimakan atau dikonsumsi. Faktor utamanya adalah nafsu
makan, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan antara lain
faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau faktor eksternal dan faktor yang
berasal dari dalam pasien atau faktor internal.
2.4.3. Faktor Internal
Faktor internal atau faktor individu adalah faktor yang berasal dalam diri
25
sisa makanan adalah nafsu makan (Moehyi, 1992). Selera makan adalah
keinginan seseorang untuk makan dan ketertarikan pada suatu makanan karena
suatu respon terhadap rangsangan. Menurut Zulfah (2002), selera makan adalah
suatu rangkaian isyarat yang mendorong inisiatif untuk makan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi selera makan antara lain (Utari, 2009):
1) Rasa sua dan enggan, beberapa orang memiliki rasa enggan terhadap
makanan baru atau kerinduan pada suatu makanan.
2) Pengaruh lingkungan orang yang lebih suka makan makanan hangat di
musim dingin atau sebaliknya.
3) Pengaruh sosial, budaya, agama, menentukan makanan yang dapat
diterima oleh seseorang.
4) Pengaruh metabolik, kebutuhan akan energi menimbulkan asupan yang
cukup dan syarat serta hormon ikut mengatur pengiriman ketika selera
untuk makan.
5) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat menekan atau merangsang
selera makan.
6) Selera bawaan, rasa haus akan menimbulkan keinginan untuk minum,
suka asin akan menimbulkan untuk makan makanan asin.
7) Pengaruh penyakit, beberapa penyakit akan menimbulkan pengaruh
selera makan atau sensifitas selera makan.
8) Bentuk makanan, rasa, aroma, dan tekstur makanan dapat menekan
26
Selera makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi seseorang.
Pada umumnya, nafsu makan akan menurun pada orang sakit atau dalam
keadaan susah. Begitu pula sebaliknya, nafsu makan akan baik atau bahkan
meningkat pada orang sehat atau dalam keadaan senang (Prakoso, 1982 dalam
Andhika, 2010).
Faktor internal juga berkaitan dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi yang
mempengaruhi asupan makan. Menurut Soegih (2004), beberapa faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan asupan makan yang
kurang selama rawat inap antara lain pasien terlalu lama dipuasakan, tidak
diperhitungkan penambahan zat gizi, obat-obatan yang diberikan, gejala
gastrointestinal, serta penyakit yang menyertai.
Menurut Almatsier (2006), kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit
tergantung jenis dan berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam keadaan sehat seperti umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik, serta
kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan menyusui. Seperti yang sebelumnya
dijelaskan, kebutuhan gizi akan mempengaruhi asupan makan. Jika asupan
makan yang diberikan tidak adekuat, dalam hal ini asupan makan yang rendah,
maka pasien akan meninggalkan sisa makanan.
Dengan demikian, selain faktor nafsu makan atau selera makan, faktor
27
a. Keadaan Psikis
Faktor keadaan psikis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
kejiwaan. Biasanya, perawatan di rumah sakit menyebabkan orang sakit
harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa yang dialami sehari –
hari di rumah. Apa yang dimakan, dimana orang tersebut makan, bagaimana
makanan disajikan, dengan siapa orang tersebut makan, sangat berbeda
dengan yang telah menjadi kebiasan hidupnya. Hal ini ditambah dengan
hadirnya orang-orang yang masih asing baginya yang mengelilinginya setiap
waktu, seperti dokter, perawat, atau petugas paramedis lainnya. Kesemuanya
itu dapat membuat orang sakit mengalami tekanan psikologis, yang dapat
pula membawa perubahan perangan pada orang sakit (Moehyi, 1999).
Pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit dapat menunjukkan
beragam masalah atau persoalan yang berkaitan dengan kondisi psikologis
mereka. Hal yang paling umum dialami oleh pasien adalah kecemasan dan
depresi. Kegugupan mereka setelah menjalani tes kesehatan dan menantikan
hasilnya membuat pasien seringkali tidak dapat tidur (mengalami insomnia),
mimpi buruk di malam hari dan sulit berkonsentrasi dalam melakukan
aktivitas (Banoliel dalam Caninsti, 2007).
Orang yang sedang menderita penyakit berat akan mempunyai persepsi
yang berbeda terhadap suatu stressor dibandingkan dengan orang yang sehat
(Humris-Pleyte, 2001). Pada umumnya penyakit kronis mempengaruhi
28
perubahan sementara dari segi fisik, pekerjaan, dan aktivitas sosial. Secara
psikologis, seseorang yang menderita penyakit kronis juga harus
mengintegrasikan perannya sebagai pasien dalam kehidupan jika ia ingin
beadaptasi dengan penyakitnya (Caninsti, 2007).
Setelah didiagnosis menderita penyakit kronis, pasien sering kali
berada dalam tahap krisis yang identik dengan keseimbangan fisik, sosial dan
psikologis (Moos dalam Caninsti, 2007). Pasien merasa bahwa cara mereka
dalam melakukan coping terhadap masalah ternyata tidak lagi efektif.
Lambat laun pasien akan merasa cemas, takut dan mengalami perubahan
emosi lainnya (Taylor & Aspinwall dalam Caninsti 2007). Keadaan ini dapat
berdampak pada terjadinya sisa makanan. Hal ini karena kondisi psikis yang
terjadi pada pasien dalam bentuk depresi dapat mengurangi asupan makan
(Isselbacher, 1999).
Ricec (1992) dalam Caninsti (2007) mengungkapkan bahwa depresi
adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikit, berperasaan, dan berperilaku) seseorang.
Depresi adalah gangguan mood dengan karakteristik utamanya adalah adanya
perasaan tertekan, rasa sedih dankosong, hilangnya minat atau aktivitas yang
menyenangkan, perubahan yang besar dalam selera makan, baik selera
makan bertambah ataupun berkurang, insomnia atau hiperinsomnia,
berkurangnya aktivitas fisik atau terjadinya agitasi motorik, kelelahan dan
29
berkurangnya kemampuan untuk berpikir rasionak, berkurangnya
kemampuan konsentrasi dalam mengambil keputusa, serta muncul pemikiran
untuk mati atau bunuh diri (Neale (1996), dalam Caninsti (2007)).
Depresi berat secara signifikan mempengaruhi seseorang dan
hubungan orang tersebut baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, pekerjaan
atau kehidupan sekolah, tidur dan kebiasaan makan, dan kesehatan umum
(National Institute of Mental Health, 2008). Depresi sering disertai dengan
gangguan fisik umum di kalangan dewasa dan orang tua, seperti stroke,
penyakit kardiovaskular, penyakit Parkinson, dan penyakit paru obstruktif
kronik (Yohannes, 2008).
Seseorang yang berada dalam keadaan depresi biasanya menunjukkan
suasana hati yang rendah atau tidak berminat, yang melingkupi semua aspek
kehidupan, dan ketidakmampuan untuk mengalami kenikmatan dalam
kegiatan yang sebelumnya dinikmati. Orang yang depresi mungkin sibuk
dengan, atau memamah biak di atas, pikiran dan perasaan tidak berharga,
rasa bersalah atau penyesalan yang tidak tepat, tidak berdaya, putus asa, dan
kebencian pada diri sendiri (National Institute of Mental Health, 2008).
Menurut Ekawati (2009), seseorang cenderung lupa akan pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan
istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka
waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi
30
Hal ini juga dikemukakan oleh American Psychiatric Asosiation
(2000) bahwa seorang orang yang depresi mungkin melaporkan gejala fisik
beberapa seperti kelelahan, sakit kepala, atau masalah pencernaan; Keluhan
fisik adalah masalah yang diajukan yang paling umum di negara
berkembang, sesuai dengan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
untuk depresi, appetite atau nafsu makan yang sering berkurang dengan berat
badan sehingga menurun, meskipun kadang-kadang juga terlihat nafsu makan
meningkat dan berat badan kadang-kadang naik, dan terkadang keluarga dan
teman-teman dapat memperhatikan bahwa perilaku seseorang baik gelisah
atau lesu.
Untuk data meneliti kondisi psikis pasien dapat menggunakan hospital
anxiety and depression scale (HADS). HADS didesain dan digunakan untuk
melihat kondisi psikologis terutama kecemasan dan depresi pada individu
yang menderita sakit dan menjadi pasien di rumah sakit. HADS dapat
digunakan pada pasien rumah sakit yang berusia 16-65 tahun.
Kuesioner HADS berisi 2 subskala yaitu, subskala kecemasan, dan
subskala depresi. Pertanyaan pada subskala kecemasan difokuskan pada
aspek emosi dan kognisi dari anxiety, sedangkan pada subskala depresi
difokuskan pada konsep anhedonia, yaitu kehilangan minat untuk melakukan
aktifitas yang menyenangkan. Intepretasi HADS dilakukan dengan