EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG
NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh : OCI NOTALIA NIM : 090902008
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Oci Notalia
Nim : 070902017
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG
NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga. Untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin dan mudah diakses. Penelitian ini dilakukan di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Tipe penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara, sedangkan teknik analisis data deskriptif yang diperoleh lalu dinterprestasikan dengan teknik yang dipakai adalah teknik analisis data tunggal.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar sudah berjalan dengan baik. Evaluasi dilihat dari beberapa indikator yaitu masukan, proses, keluaran dan pengaruh. Program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ini sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak sehingga masyarakat mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya dengan lebih baik sehinngga diharapkan pemerintah dan masyarakat bersama-sama menunjang keberhasilan program untuk peningkatan dimasa yang akan datang.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICS SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Oci Notalia
Nim : 070902017
ABSTRACT
EVALUATION OF SOCIAL REHABILITATION PROGRAM uninhabitable houses ellipse COOP IN MELABUNG NAGARI mace MANDAHILING SALIMPAUNG DISTRICT DISTRICT LAND FLAT
The house has a very large function for individuals and families not only include the physical aspects, but also mentally and socially. To support the function of the house as a good place to live then the physical condition that must be met as a safe haven, mentally fulfilling sense of comfort and socially to maintain the privacy of each family member. To realize the house that meets these requirements is not easy. Powerlessness they meet the needs of decent housing is directly proportional to the income and knowledge about the functioning of the house itself. In order to achieve adequate shelter for all the people the government is responsible for providing facilities to the public in order to occupy decent housing, healthy, safe, secure and easily accessible.
This research was conducted in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung. This type of research uses descriptive study with a sample of 100 families. Data collection techniques using methods of observation and interviews, while the descriptive data analysis techniques and dinterprestasikan obtained with the technique used is a single data analysis techniques.
Based on the data analysis we concluded that the evaluation of the implementation of social rehabilitation programs uninhabitable houses in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung already well underway. Evaluation visits of several indicators of inputs, processes, outputs and effect. Social rehabilitation program uninhabitable houses is very assist communities in meeting the needs of adequate shelter so that communities are able to perform the role and social function better sehinngga expected the government and the community together to support the success of the program for future improvement.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan Hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Shalawat
beriring salam juga tak henti-hentinya saya haturkan kepada Junjungan Besar
Muhammad SAW yang telah membawa pengetahuan di dunia yang sehingga
sedikitnya saya bisa merasakan dan mengamalkan pengetahuan tersebut dalam
kehidupan guna menggapai kesempurnaan baik di dunia maupun akhirat kelak.
Amin.
Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah
kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis.
Maka dengan kerendahan hati, Penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang
dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.
Banyak elemen yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi saya
ini, dan dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
dan juga sebagai dosen pembmbing yang telah bersedia menyediakan
waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan
3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan,
bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan.
4. Seluruh staf dan pegawai di Kantor Wali Nagari Lawang Mandahiling
Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu penulis.
5. Teristimewa kepada kedua orangtuaku Papa ISKANDAR dan Mama
YENTI NOVINA, yang telah merawat penulis dengan penuh kasih sayang yang tulus serta telah banyak mengorbankan waktu, materi yang
tak terhitung nilainya serta motivasi dan doa untuk keberhasilan penulis
dalam meraih cita-cita.
6. Seluruh keluarga besar R.DT.PADUKO yang selalu memberikan
dukungan dan semangat untuk oci serta doa yang selalu menyertai setiap
langkah oci.
7. Kepada RIDWAN RIDHO SILALAHI, S.Sos , terima kasih engkau
selalu menemaniku hingga saat ini, terima kasih cintamu selalu ada
untukku, terima kasih rindumu juga selalu ada untukku, terima kasih
kesetianmu masih ada untukku, Demi masa aku selalu bersyukur dapat
memilikimu yang selalu memberikan doa untukku. Terima kasih
sayaaanng .
8. Terima kasih kepada 22‟nk community atas kebersamaan yang telah kita
9. Kepada teman-teman seperjuangan kesos 09, marbun, elsa, rehu dan juli
semoga kita bisa selalu bersama . I MISS U
10.Seluruh keluarga besar IMMIKS
11.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya
ucapkan. Biarlah ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk
keharuman dan kebanggaan almamater kita.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik
guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi kita dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Medan, 24 Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR GAMBAR ...xiii
LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1
1.2Perumusan Masalah ...6
1.3Pembatasan Masalah ... 6
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitan ...6
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.4.2 Manfaat Penelitian ...7
1.5Sistematika Penulisan ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi ... 9
2.1.1 Pengertian Evaluasi ...9
2.1.2 Fungsi Evaluasi ...10
2.1.3 Proses Evaluasi ...11
2.2 Program ...12
2.2.1 Pengertian Program ...12
2.2.2 Evaluasi Program ...13
2.3Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial ...13
2.3.1 Kebijakan Publik ...13
2.3.2 Kebijakan Sosial ...16
2.4 Pengertian Rehabilitasi Sosial ...16
2.5 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni ...17
2.5.1 Tujuan Program RS-RTLH...17
2.5.2 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS- RTLH ...18
2.5.3 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan ...19
2.5.4 Kelompok Penerima Bantuan ...19
2.5.5 Tim Pembangunan Sarling ...20
2.5.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan ...21
2.5.7 Pelaksanaan Kegiatan ...22
2.5.7.1 Prinsip Pelaksanaan ...22
2.5.7.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan ...23
2.5.7.3 Pelaporan ...24
2.5.7.4 Pelaksanaan Program ...25
2.5.7.5 Peran Pihak-Pihak Terkait ...25
2.5.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana ...28
2.5.8.1 Penyaluran ...28
2.5.9 Sanksi ...31
2.6 Kemiskinan ...31
2.6.1 Pengertian Kemiskinan ...31
2.6.2 Aspek-aspek Kemiskinan ...33
2.6.3 Gejala-Gejala Kemiskinan ...34
2.6.4 Ciri-Ciri Kemiskinan ...34
2.6.5 Keluarga Miskin ...35
2.7 Kesejahteraan Sosial ...37
2.8 Kerangka Pemikiran ...39
2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...41
2.9.1 Defenisi Konsep ...41
2.9.2 Defenisi Operasional ...42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...44
3.2 Lokasi Penelitian ...44
3.3 Populasi...44
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...45
3.5 Teknik Analisa Data ...46
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Batusangkar ...47
4.2 Demografi ...53
4.4 Kependudukan ...56
4.5 Pendidikan ...57
4.6 Kesehatan ...59
4.7 Sistem Struktur Pembangunan Wali Nagari Lawang Mandahiling ...59
BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisi Kharakteristik Umum Responden ...62
5.2 Evaluasi Program RS-RTLH ...66
5.2.1 Masukan (Input) ...66
5.2.2 Proses (Process) ...71
5.2.3 Keluaran (Output) ... 85
5.2.4 Pengaruh (Impact) ...87
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...91
6.2 Saran ...93
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rincian Penggunaan Dana Bantuan RS-RTLH ...29
Tabel 2.2 Rincian Penggunaan Dana Bantuan Sarling ...30
Tabel 4.1 Data Sekolah Di Kecamatan Salimpaung ...58
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Usia ...62
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...63
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...64
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumalah Anggota Keluarga .65 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ...66
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal ...67
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal ...67
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Atap Bangunan Tempat Tinggal ...68
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan Rumah ...69
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Minum ...70
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Proses Pelaksanaan Program ...72
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program ...73
Sasaran Program ...74
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Bangunan Yang
Digunakan ...76
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tukang Ahli ...77
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Hasil
Pekerjaan Tukang Yang Diinginkan ...78
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam
Pengerjaan Rumah ...79
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Kesanggupan Masyarakat
Dalam Menggunakan Dana Swadaya ...82
Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Penyelesaian Laporan
Yang Harus Diserahkan Kepada Dinas Sosial ...83
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan
Masyarakat Terhadap Hasil Rehabilitasi Rumah ...86
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kenyamanan
Menempati Rumah Yang Telah Direhabilitasi ...87
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Hasil
Rehabilitasi Rumah Terhadap Kelas Sosial Dalam Hidup
Bermasyarakat ...89
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Yang Tersedia
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ...41
4.3 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas-II A Anak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Oci Notalia
Nim : 070902017
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG
NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga. Untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin dan mudah diakses. Penelitian ini dilakukan di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Tipe penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara, sedangkan teknik analisis data deskriptif yang diperoleh lalu dinterprestasikan dengan teknik yang dipakai adalah teknik analisis data tunggal.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar sudah berjalan dengan baik. Evaluasi dilihat dari beberapa indikator yaitu masukan, proses, keluaran dan pengaruh. Program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ini sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak sehingga masyarakat mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya dengan lebih baik sehinngga diharapkan pemerintah dan masyarakat bersama-sama menunjang keberhasilan program untuk peningkatan dimasa yang akan datang.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICS SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Oci Notalia
Nim : 070902017
ABSTRACT
EVALUATION OF SOCIAL REHABILITATION PROGRAM uninhabitable houses ellipse COOP IN MELABUNG NAGARI mace MANDAHILING SALIMPAUNG DISTRICT DISTRICT LAND FLAT
The house has a very large function for individuals and families not only include the physical aspects, but also mentally and socially. To support the function of the house as a good place to live then the physical condition that must be met as a safe haven, mentally fulfilling sense of comfort and socially to maintain the privacy of each family member. To realize the house that meets these requirements is not easy. Powerlessness they meet the needs of decent housing is directly proportional to the income and knowledge about the functioning of the house itself. In order to achieve adequate shelter for all the people the government is responsible for providing facilities to the public in order to occupy decent housing, healthy, safe, secure and easily accessible.
This research was conducted in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung. This type of research uses descriptive study with a sample of 100 families. Data collection techniques using methods of observation and interviews, while the descriptive data analysis techniques and dinterprestasikan obtained with the technique used is a single data analysis techniques.
Based on the data analysis we concluded that the evaluation of the implementation of social rehabilitation programs uninhabitable houses in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung already well underway. Evaluation visits of several indicators of inputs, processes, outputs and effect. Social rehabilitation program uninhabitable houses is very assist communities in meeting the needs of adequate shelter so that communities are able to perform the role and social function better sehinngga expected the government and the community together to support the success of the program for future improvement.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan
dikehendaki oleh si miskin.Penduduk miskin pada umumnya ditandai oleh
rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan
gizi serta kesejateraannya, sehingga menunjukkan lingkaran
ketidakberdayaan.Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia
yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal dan
membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah (Supriatna,
2000:196).
Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan
status sosial ekonomi dan potensi wilayahnya dikategorikan di dalam faktor sosial
ekonomi antara lain beberapa faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat
sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan
keterampilan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah. Potensi wilayah adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar seperti potensi alamiah, teknologi dan
lain-lain.Kedua faktor tersebut menentukan aksebilitas masyarakat miskin dalam
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya
(Daulay, 2009:20).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada
Maret 2013 mencapai 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen. Angka kemiskinan ini
APBN-P 2013 10,5 persen. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2013, berkurang
sebesar 0,52 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau 11,66 persen. Selama periode
September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 0,18 juta orang dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi
10,33 juta orang pada Maret 2013. Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35
juta orang dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang
pada Maret 2013 (Badan Pusat Statisti, 2013, www.bps.go.id).
Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik terjadi karena tidak adanya kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya menurut standart yang dibuat oleh Bank Dunia, yang dikenal
dengan garis kemiskinan yang menunjukkan batas terendah seseorang untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia yang layak. Tidak terpenuhinya kebutuhan
pokok merupakakn bentuk tidak adanya kesejahteraan manusia dan akan
mengarah pada timbulnya masalah baru pada kehidupan manusia.
Model kebutuhan pokok telah diidentifikasikan kebutuhan dasar yaitu
makanan, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, kebersihan transportasi dan
partisipasi masyarakat. Sementara menurut Abraham Maslow, kebutuhan yang
ada pada manusia adalah bawaan, dan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.
Kebutuhan manusia yang tersusun secara bertinngkat yaitu kebutuhan dasar
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih dan memiliki,
kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow,
kebutuhan ang ada ditingkat yang paling dasar, merupakan kebutuhan yang
Berhubungan dengan kebutuhan pokok, dimana kebutuhan pokok tersebut
adalah sandang, pangan, dan papan. Sesuai pasal 28H Ayat I UUD 1945 Amandemen II menetapkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat,
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (UUD 1945. 2013.
www.google.com).
Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah papan, yaitu rumah.
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja
mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Menunjang fungsi rumah
sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman
sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara
sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi
pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Terpenuhinnya salah satu
kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni, diharapkan tercapai ketahanan
keluarga. Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi
persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah.
Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni
berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu
sendiri. Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh
kelompok fakir miskin memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian
untuk menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan dengan
melibatkan seluruh komponen masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat
Mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah
bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat
menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses dan terjangkau
yang mencakup sarana dan prasarana pendukunngnya. Memperbaiki rumah tidak
layak huni tersebut, Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin Republik Indonesia
mengalokasikan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH)
melalui salah satu program dari Kementerian Sosial RI yaitu program
pemberdayaan sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan , dimana kegiatan
penganggulangan kemiskinan itu salah satunya mencakup penyediaan akses
perumahan dan permukiman melalui rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
(Module. 2013. http://www.kemensos.go.id)
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada
bulan Maret 2013, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Saat ini jumlah
penduduk miskin di Sumatera Barat mencapai 407.470 jiwa, atau naik sekitar
9.600 jiwa dari bulan September 2012 sampai bulan Maret 2013. Jika
diper-sentasekan dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013, maka jumlah penduduk
miskin Sumatera Barat, naik dari 8 % menjadi 8,14 % , dari total penduduk 5,8
juta jiwa. Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi dibanding
daerah perkotaan. Lebih dari dua per tiga, tepatnya 70,67 %, penduduk miskin
tinggal di daerah perdesaan. Sedangkan lebihnya adalah penduduk miskin yang
ada di perkotaan. Pada bulan Maret 2012 garis kemiskinan di Sumatera Barat
sebesar Rp 277.784 per kapita perbulan (Haluan.2013.Padang.
Di seluruh Indonesia setidaknya ada 7,9 juta unit rumah yang tidak layak
huni. Indikator rumah tidak layak huni antara lain rumah yang masih beratapkan
daun, bukan asbes ataupun ganteng, dan belum memiliki tembok beton. Sebagai
program nasional program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni beroperasi tanpa membedakan kondisi
kemiskinan karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar dari Provinsi sampai
Desa/Kelurahan.
Kementerian Sosial RI mencanangkan program bedah kampung senilai Rp
5 miliar lebih untuk Sumatera Barat. Ada dua kota mendapatkan bantuan
Kemensos RI melalui program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni yakni
kota Padang dan Payakumbuh. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat memusatkan
pencanangan bedah kampung di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang
Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat karena melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar. Dari 75 Nagari yang
ada di Kabupaten Tanah Datar Nagari Lawang Mandahiling yang paling banyak
ditemukan rumah tidak layak huni. Bantuan Rumah Tidak Layak Huni itu akan
diberikan oleh Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar
di Jorong Kandang Melabung untuk 100 rumah masing-masing Rp 10 juta. Ada
juga Sarana Lingkungan tiga unit Rp 45 juta. (Padang Ekspres. 2013.
http://www.padangekspres. co.id).
Bedah kampung dilaksanakan atas dasar kebijakan yang diharapkan dapat
membantu keluarga fakir miskin dalam pemenuhana hak dasar, pengurangan
pengentasan kemiskinana. Namun demikian, Kementerian Sosial hanya
menstimulasi untuk terjadinya perubahan kondisi kehidupan sosial ekonomi
keluarga fakir miskin kearah yang lebih baik. Faktor dominan yang
mempengaruhi keberhasilan itu terletak pada diri sasaran program yaitu keluarga
miskin dan masyarakat setempat.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan program rehabilitasi sosial tidak layak
huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan
Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat sebagai judul
penelitian yanng hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di
Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang
diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah datar?”.
1.3 Pembatasan Masalah
Mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi Program
Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar,
penulis membatasi materi kajian, maka objek yang di teliti sebagai berikut:
a. Penerima sasaran berupa masyarakat
b. Pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong
Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung
Kabupaten Tanah Datar dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar perumahan
yang layak huni.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka
pengembangan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan serta memberikan kontribusi tentang
pelaksanaan program pembangunan dimasa yang akan datang bagi
pemerintah.
2. Diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian. Khususbya Ilmu
Kesejahteraan Sosial, terutama mengenai permasalahan sosial di
masyarakat.
3. Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka
pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya
ilmiah ini.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan hasilnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Evaluasi adalah suatu upaya
untuk mengukur secara obyektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang
dari aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil
penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru
yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan.
Viviane dan Gilbert de Lansheere dalam bukunya menyatakan bahwa
evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya
adalah tujuan pembelajaran. Selanjutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang
dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui
indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk
perencanaan (Siagian dan Agus, 2010:117).
Rumusan evaluasi yang dikemukakan tersebut maka dapat diartikan bahwa
evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat
sejauh mana keberhasilan (efektivitas dan efisiensi) sebuah program dengan
menggunakan indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan
bentuk perencanaan. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak
atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
2.1.2 Fungsi Evaluasi
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan
antara lain :
1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan
seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.
2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Evaluasi
dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau
diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain (Wahab,
2002:51).
2.1.3 Proses Evaluasi
Jika ditinjau dari tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap
suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi,
2012:173) yaitu:
1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan prioritas
terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah
pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada
perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan.
3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis
hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan.
2.1.4 Tahapan Evaluasi
Kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat
1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut
pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber
sarana.
2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan
pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap
administarsi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek
pelaksanaan program.
3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian yang dapat dicapai dari
pelaksanaan suatu program.
4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh
yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program (Tayibnapis, 2000 : 5).
2.2 Program
2.2.1 Pengertian Program
Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan
adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu
sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut. Program
merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan
karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain adalah :
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu
3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan
Unsur keduanya yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah
adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dilibatkan dan
adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal
dilaksanakan.
2.2.2 Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi,
mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian
pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya,
secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu :
1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas
terhadap berbagai alternatif dan kemingkinan atas cara mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah
pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada
perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan.
3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis
Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis
tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya
meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan,
apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang
sebelumnya direncanakan (Siagian dan Suriadi, 2012:117-118).
2.3 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.3.1 Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja
dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula
gevernance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik.Kebijakan pada
intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial,
dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga negara (Suharto, 2008: 3).
Bridgman dan Davis (2005: 3) mengatakan bahwa kebijakan publik pada
umumnya mengandung pengertian mengenai „whatever government choose to do
or not to do‟. Artinya kebijakan publik adalah „apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan‟.Hogwood dan Gunn (1990)
menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah
yang didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu.
Tidak berarti bahwa makna kebijakan hanyalah milik atau domain
pemerintah saja.Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan
lembaga-lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.Namun, kebijkan
tidak memakai sumber daya publik atau tidak memiliki legalitas hukum
sebagaimana kebijakan lembaga pemerintah.
Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood
dan Gunn, 1990) :
1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau
pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai
2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang
telah dipilih
3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturam pemerintah
4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan
sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan
5. Keluaran (output), yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah,
sebagai produk dari kegiatan tertentu
6. Teori yang menjelaskan jika kita melakukan X, maka akan diikuti oleh Y
7. Proses yang berlangsung dalam periode waktu tertentu yang relatif panjang
Bridgeman dan Davis menerangkan bahwa kebijakan publik sedikitnya
memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni :
1. Kebijakan publik sebagai tujuan
Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untuk mencapai sebuah
tujuan.Kebijkan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik.
Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik
sebgai kenstituen pemerintah
Melalui kebijakan-kebijakan, pemerintah membuat ciri khas
kewenangannya.Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi
pilihan-pilihan tindakan yang sah atau legal untuk mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi
terhadap isu atau masalah publik
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis
Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan
akibat.Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi
mengenai perilaku.Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong
orang untuk melakukan sesuatu.Kebijakan juga selalu memuat disinsentif
yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.
2.3.2 Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk
merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Dalam garis besar, kebijakan sosial
diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu perundang-undangan, program pelayanan
sosial, dan sistem perpajakan.Berdasarkan kategori ini, maka dapat ditanyakan
bahwa setiap perundang-undangan, hukum, atau peraturan daerah yang
menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakan
sosial.Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan.
Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang
sulit dilihat secara kasat mata.Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit
mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik
Transportasi, Jalan raya, Air bersih, Pertahanan dan Keamanan merupakan
beberapa kebijakan publik. Sedangkan kebijakan kebijakan mengenai jaminan
sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi
kelompok miskin adalah contoh kebijakan sosial (Suhartono, 2009:11-12).
2.4 Pengertian Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi adalah proses mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula
yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi
tidak berfungsi atau rusak. Rehabilitasi bisa juga perbaikan yang ditujukan pada
penderita cacat agar mereka dapat memiliki seoptimal mungkin kegunaan
jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi mengandung makna
pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula) atau
perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi
manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat (Pengertian
Rehabilitasi, 2014.http: //www.kbbi.web.id).
Apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi
sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang
mengalami permasalahan sosial kembali seperti semula.Rehabilitasi sosial
merupakan upaya memperbaiki keadaan sosial dari keadaan yang tidak baik
menjadi keadaan yang lebih baik berdasarkan upaya yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri. Upaya rehabilitasi sosial ini dengan cara membuatnya
menyusaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat
berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan
sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Contohnya seseorang yang
untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang pada
umumnya (Konsep Reahabilitasi Sosial . 2014. http://www.google.com)
2.5 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
2.5.1 Tujuan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
1. Tersedianya perumahan yang layak huni bagi keluarga fakir miskin
2. Meningkatnya kemampuan keluarga dalam melaksanakan perandan
fungsi keluarga untuk memberikan perlindungan, bimbingan dan
pendidikan keluarga
3. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat
4. Berkembangnya kegotong-royongan dan kesetiakawanan sosial
5. Terentaskannya masalah kemiskinan.
2.5.2 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS-RTLH
Adapun kriteria yang yang harus dimiliki kepala keluarga penerima
Bantuan RS-RTLH adalah sebagai berikut:
1. Memiliki KTP/ identitas diri yang yang berlaku
2. Kepala keluarga/ anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan
3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk
miskin seperti zakat dan raskin
4. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai
kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah
5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat
atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan/ desa atas
status tanah
6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan solusi, dengan kondisi sebagai
berikut :
a. Tidak permanen dan/ atau rusak.
b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk, seperti :
papan, ilalang, bambu yanng dianyam/ gedeg.
c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu
keselamatan penghuninya.
d. Lantai tanah/ semen dalam kondisi rusak.
e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan kakus.
2.5.3 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan
Sarana prasarana lingkungan yang menjadi sasaran kegiatan adalah :
1. Terletak pada lokasi RS-RTLH
2. Merupakan fasilitas umum yang mendukung peningkatan kualitas hidup
masyarakat terutama warga miskin.
3. Menjadi kebutuhan dan diusulkan oleh masyarakat.
4. Legal dan tidak berpotensi menimbulkan konflik.
5. Masyarakat setempat bersedia untuk mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki seperti : lahan, tenaga dan material.
Kepala keluarga penerima bantuan dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial
Kabupaten/Kota membentuk kelompok dengan anggota berjumlah 5 sampai
dengan 10 KK. Tugas kelompok adalah :
1. Membentuk pengurus kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara.
2. Membuka rekening di Bank Pemerintah atas nama kelompok dengan
specimen ditandatangani ketua dan bendahara.
3. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi.
4. Menetapkan toko bangunan yang akan menjamin penyediaan barang.
5. Mengusulkan pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan (tukang).
6. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang diperlukan
maksimal sebesar Rp. 10.000.000,- setiap rumah untuk disetujui oleh Dinas
Sosial.
7. Membantu tukang yang telah ditunjuk untuk mengerjakan perbaikan rumah
secara gotong royong dalam satu kelompok.
8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang
bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam rekening
dengan diketahui aparat desa/ kelurahan setempat dan segera dikirim ke
Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kabupaten/
Kota.
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni kepada Direktorat
Pemberdayaan Fakir Miskin melaui Dinas Sosial Kabupaten/ Kota tembusan
kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan telah diselesaikannya pekerjaan
yang diketahui kepala desa/ lurah.
2.5.5 Tim Pembangunan Sarling
Pelaksanaan pembangunan Sarling di RS-RTLH tim pembangunan sarling
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyusun pengurus Tim Sarling yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara
dan anggota.
2. Membuka rekening di bank pemerintah atas nama kelompok dengan
specimen ditandatangani ketua dan bendahara.
3. Menentukan jenis Sarling yang akan dibangun sesuai kebutuhan masyarakat.
4. Menggali dan mendayagunakan potensi dan sumber lokal.
5. Menggerakkan masyarakat dan dunia untuk usaha untuk berpartisipasi.
6. Menunjuk tenaga ahli (tukang).
7. Melakukan pembangunan Sarling secara bergotong-royong.
8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang
bantuan dari Kemeterian Sosial sejumlah uang yang tercantum dalam
rekening dengan diketahui aparat desa/kelurahan setempat dan segera dikirim
ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial
Kabupaten/Kota.
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan Sarling
kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial
Kabupaten/Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi, dengan
melampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan
2.5.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan
Prosedur pengusulan penerima bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak
layak huni dan sarana prasarana lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Dinas Sosial Kabupaten/ Kota bersama TKSK/ PSM/ Karang Taruna/
Organisasi Sosial/ Aparat desa/ Kelurahan melakukan pendataan Kepala
Keluarga calon penerima RTLH.
2. Berdasarkan hasil pendataan tersebut, Dinas Sosial/ Instansi Kabupaten/ Kota
mengajukan permohonan bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
ke Kementerian Sosial dengan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi dengan
melampirkan data lokasi, data calon penerima dan foto rumah.
3. Ditjen Pemberdayaan Sosil cq Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan.
4. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi dan lapangan Ditjen Pemberdayaan
Sosial mengeluarkan SK Penerapan KK penerima bantuan RS-RTLH dan
alokasi sarana lingkungan.
5. Nama penerima bantuan yang sudah ditetapkan dalam SK Dirjen
Pemberdayaan Sosial tidak dapat diganti.
2.5.7 Pelaksanaan Kegiatan 2.5.7.1 Prinsip Pelaksanaan
Prinsip pelaksanaan kegiatan RS-RTLH dan Sarling :
a. Swakelola. Baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan
lampiran I Bab III Keppres No. 80 tahun 2003.
c. Keadilan. Menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan
seimbang antara hak dan kewajiban.
d. Kemanfaatan. Dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi
dari barang/ ruang/ kondisi yang diperbaiki atau diganti.
e. Keterpaduan. Mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat
berjalan secara terkoordinir dan sinergis.
f. Kemitraan. Dalam upaya menigkatkan kesejahteraan fakir miskin dan
masyarakat pada umunnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Keterbukaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak
mendapatkan informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi
keberhasilan pelaksanaan kegiatan RS-RTLH.
h. Akuntabilitas. Berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung
jawab dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun
administratif.
i. Partisipasi. Pelaksanaan RS-RTLH dilaksanakan dengan melibatkan unsur
masyarakat termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai
sumber daya yang dimilikinya.
j. Profesional. Dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik
dan pendekatan/ konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
k. Keberlanjutan. Dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai
kesejateraan dan kemandirian.
2.5.7.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan
b. Penjajagan calon lokasi kegiatan, dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang kesiapan daerah dan masyarakat, kelayakan calon
penerima bantuan dan faktor lainnya yang akan mendukung keberhasilan
kegiatan.
c. Sosialisasi. Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperoleh kesamaan
pemahaman dan gerak langkah setiap pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan RS-RTLH.
Sasaran kegiatan sosialisasi mencakup :
1. Dinas/ Instansi Sosial Provinsi.
2. Dinas/ Instansi Sosial Kabupaten/ Kota.
3. Unsur Masyarakat.
4. Pendamping (TKSK).
d. Membangun dan mengermbangkan komitmen untuk menyepakati berbagai
sumber daya yang dapat dan akan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mencapai keberhasilan
pelaksanaan program.
e. Penentuan lokasi dan calon penerima.
f. Verifikasi Calon Penerima Bantuan.
g. Pelaksanaan pembangunan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni :
1. Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan
diperbaiki.
2. Menetapkan prioritas bagian rumah yang akan diperbaiki
3. Membuat rincian jenis/ bahan bangunan yang diperlukan serta
besarnya biaya.
4. Melaksanakan pembelian bahan bangunan.
5. Melaksanakan perbaikan rumah dan pembangunan Sarling.
6. Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH telah selesai
selambat-lambatnya 100 hari setelah dana masuk ke rekening kelompok.
2.5.7.3Pelaporan
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Sosial Kabupaten/ Kota
kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, mencakup :
a. Laporan pertanggungjawaban keuangan dana operasional masing-masing
Kabupaten/ Kota selambat-lambatnya akhir tahun anggaran.
b. Laporan pertanggungjawaban keuangan bantuan RS-RTLH masing-masing
kelompok setelah selesai pelaksanaan pekerjaan.
c. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan foto rumah dan
sarling dalam kondisi sebelum, proses dan hasil akhir kegiatan dengan
disertakan surat pernyataan penyelesaiaan pekerjaan untuk kelompok,
disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah pekerjaan selesai.
1. Unsur Pemerintah :
a. Kementerian Sosial
b. Dinas Sosial Provinsi
c. Jajaran Pemkot/ Pemkab
d. Dinas Sosial Kota/ Kabupaten
e. Dinas/ Instansi/ Lembaga terkait
6. Unsur Mayarakat
a. Penerima Bantuan
b. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat
c. TKSK, PSM, Karang Taruna, Tagana
d. WKSBM, FCU
e. Organisasi Sosial/ LSM
7. Dunia Usaha
2.5.7.5 Peran Pihak-Pihak Terkait
1. Kementerian Sosial
a. Menyusun pedoman pelaksanaan Bedah Kampung
b. Menyiapkan anggaran bedah kampung
c. Melaksanakan penjajakan dan verifikasi ke lokasi calon penerima
bantuan
d. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait
e. Menetapkan lokasi bedah kampung
f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi
2. Provinsi
a. Menerima usulan dari Kabupaten/ Kota data calon penerima
bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP KUBE serta memberikan
rekomendasi
b. Mengusulkan lokasi yang menjadi prioritas kegiatan
c. Menggali potensi dan sumber untuk mengoptimalkan pelaksanaan
bedah kampung
d. Bersama dengan Kementerian Sosial RI melakukan penjajakan,
pemantauan dan evaluasi
3. Kabupaten
a. Melakukan pendataan/ menyiapkan dan mengajukan data lokasi
bedah kampung dan data by name by address calon kepala keluarga
penerima kegiatan bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP Kube
kepada kemeterian sosial melalui Dinas Sosial Provinsi
b. Melibatkan TKSK untuk menggerakkan partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan bedah kampung
c. Melaksanakan sosialisasi kegiatan bedah kampung kepada
penerima bantuan pihak-pihak terkait wilayah kerjanya
d. Melakukan verifikasi calon penerima RS-RTLH, Sarling, UEP
KUBE dalam rangka bedah kampung
e. Membentuk kelompok penerima bantuan UEP KUBE
f. Membentuk tim Sarling
h. Membuat/ menginformasikan rekening kelompok penerima
bantuan dan meyiapkan rekening untuk bantuan dana operasional
untuk bantuan yang bersumber dari dana APBN
i. Mengalokasikan dana untuk optimalisasi pelaksanaan kampung
j. Menggerakkan potensi sumber kesejahteraan sosial
k. Melaksanakan monitoring serta evaluasi
l. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan bedah
kampung
m. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bedah kampung
kepada kementerian sosial
4. Pendamping (TKSK)
a. Membantu membuat rencana usulan kebutuhan perbaikan rumah
dan sarling dalam rangka bedah kampung
b. Membantu monitoring pelaksanaan kegiatan bedah kampung
c. Melaksanakan pendampingan terhadap KUBE
d. Membantu memobilisasi massa dalam pelaksanaan bedah kampung
e. Mambantu pembuatan laporan
f. Memberikan motivasi kepada masyarakat penerima bantuan
5. Penerima bantuan RS-RTLH
a. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi
b. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang
diperlukan maksimal sebesar Rp 10.000.000 untuk disetujui Dinas
6. Masyarakat
4. Mengalokasikan sumber daya lain yang dibutuhkan untuk
keberhasilan kegiatan
5. Melakukan penanggulangan dana dan sumber lainnya yang
dibutuhkan
6. Bersama kelompok dan tim pembangunan Sarling melaksanakan
rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana prasarana
lingkungan
7. Melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan hasil kegiatan bedah
kampung
2.5.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana 2.5.8.1Penyaluran
1. Pihak Dnas Sosial Kabupaten/ Kota mengajukan identitas
penanggung jawab pengelola anggaran (nama dan alamat kantor,
penanggung jawab program, nama bendahara pengeluaran, nomor
rekening bank dan nomor pokok wajib pajak) ke Dit. PFM untuk
dana operasional (tembusan disampaikan kepada Dinas/ Instansi
Sosial Provinsi).
2. Pihak Dinas Sosial Kabupaten/ Kota mengajukan identitas dan
nomor rekening Dinas Sosial yang sudah ada, rekening kelompok
penerima bantuan RS-RTLH dan rekening Tim Sarling.
3. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
Pemberdayaan Sosial dengan melampirkan SK Dirjen Pemberdayaan
Sosial tentang penetapan penerima bantuan RS-RTLH dan rekening
tim Sarling untuk dibuatkan SPM-LS.
4. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN
dilampiri SK Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang
penerima bantuan RS-RTLH serta dana operasional.
5. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening Dinas
Sosial Kabupaten/ Kota, rekening kelompok penerima bantuan
RS-RTLH dan rekening tim Sarling.
6. Pencairan dana kegiatan RS-RTLH dari rekening kelompok dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi persetujuan dari
Dinas Sosial Kabupaten/ Kota.
2.5.8.2Penggunaan Dana
1. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit rumah; Rp. 10.000.000,-
dengan proporsi penggunaan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Rincian penggunaan dana bantuan RS-RTLH
No. Uraian % Jumlah (Rp)
1.
2.
Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi
Biaya tukang
90
10
9.000.000,-
1.000.000,-
Jumlah 100 10.000.000,-
2. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit Sarling; Rp. 45.000.000,-
dengan proporsi penggunaan sebagai berikut :
Tabel 2.2
Rincian penggunaan dana bantuan Sarling
No. Uraian % Jumlah (Rp)
1.
2.
Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi
Biaya tukang
90
10
40.500.000,-
4.500.000,-
Jumlah 100 45.000.000,-
Sumber : kemensos 2013
3. Jumlah dana untuk operasional kegoatan sebesar Rp. 12.500.000,- yang
digunakan untuk :
a. Sosialisasi
b. Monitoring dan Evaluasi
c. Pelaporan
4. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana
operasional, maka Dinas Sosial Kabupaten/ Kota harus segera menyetor ke
kas Negara dengan blanko Surat Setoran Pengembalian Belanja, belanja
barang non operasional lainnya dengan kode 521218 an. Direktorat PFM
kode Satker 440207.
5. Seluruh pajak dan penerima Negara bukan pajak dalam pelaksanaan kegiatan
dana operasional disetorkan ke kas Negara oleh pihak Dinas Sosial
menyampaikan bukti setoran pajak dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) ke
Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin.
2.5.9 Sanksi
Sanksi hukum akan dikenakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku apabila :
1. Dinas Sosial selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana
operasional tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya.
2. Kelompok penerima bantuanstimulan RS-RTLH selaku penerima, pengelola
dan penanggung jawab dana bantuan tidak sepenuhnya dipergunnakan sesuai
dengan peruntukkannya.
3. Tim Sarling selaku pengelola dan penanggung jawab dana Sarling tidak
sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan perunntukkannya (Kementerian
Sosial RI.2013, Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana
Prasarana Lingkungan, http:// www.kemsos.go.id).
2.6 Kemiskinan
2.6.1 Pengertian Kemiskinan
Memahami kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan dari dua aspek,
yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses.
Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau
kelempok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai
manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhikebutuhan hidupnya.
dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada
gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang
dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian,
2012 : 2-3).
Bappenas mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria, yaiut :
1. Berdasarkan kebutuhan dasar suatu ketidakmampuan (lack of capabilities)
seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup
minimum antara lain : pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan
pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan
mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga
dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Berdasarkan pendapatan, suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran
seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu (garis
kemiskinan). Kemiskinan ini terutama disebabkan rendahnya penguasaan
asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha.
3. Berdasarkan kemampuan dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar
seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu
masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan
keluarga dalam menikmati hidup yang lebih sehat, maju dan berumur
panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam
Dari kedua pengertian kemiskinan di atas, kemiskinan dapat diartikan
sebagai kondisi dari seseorang, keluarga, dan masyarakat yang berada dibawah
nilai standar minimum yang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi
kebutuahn hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan
kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
2.6.2 Aspek-Aspek Kemiskinan
Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami
kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek
kemiskinan itu sendiri, yaitu :
1. Kemiskinan itu multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang
multi dimensi yang berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka
ragam.
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada
salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek
lainnya
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Kondisi kehidupan manusia
memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan
untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup
secara wajar.
4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun
kolektif. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi
baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah (Siagian, 2012:
12-15).
2.6.3 Gejala-Gejala Kemiskinan
Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui
penelusuran gejala-gejala kemiskinan seperti :
1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Salah satu pendekatan untuk
mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan, apa alat atau faktor
yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu.
Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk
mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau
tidak.
2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak
sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga
tabungan dan lain-lain. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada
negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya
angka ketergantungan di Indonesia saat nyata, dimana bekerja di negara lain
saat ini menjadi alternatif.
3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat
digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup
secara layak.
4. Pendidikan yang rendah. Di era modern ini, pendidikan dianggap sebagai
sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator
Suatu studi menunjukkan ada 5 (lima) ciri-ciri kemiskinan, yaitu :
1. Mereka yang dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai,
ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas
ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.
2. Mereka pada umunya tidak mempunya kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD,
atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap
wawasan mereka.
4. Pada umunya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori
setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah
mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal
bagaikan tertutup rapat.
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak
memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota
tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya, <