• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar LampungTahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

FINA CITHA KASIH

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

FINA CITHA KASIH

Hasil observasi di kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan

menggunakan model Think Pair Share (TPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran TPS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes

non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 yang dipilih secara

purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif berupa hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji U.

(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa rata-rata berkriteria baik. Pada aspek interaksi siswa dengan pasangan (82%); mengerjakan tugas secara mandiri (81,50%); dan kecakapan komunikasi siswa (74,50%). Hasil belajar juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (46,38); postes (68,7); N-gain (40,17). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif (C4) dengan rata-rata N-gain (40,19). Selain itu, semua siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model TPS. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa model TPS berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TPS ... 9

B. Hasil Belajar Siswa ... 13

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur penelitian ... 21

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

(8)

xiv

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1. Silabus ... 56

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 60

3. Lembar Kerja Siswa ... 74

4. Soal Pretes dan Postes ... 93

5. Data Hasil Penelitian ... 101

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 111

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkem-bangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepen-tingan masa depan (Trianto, 2009 : 1).

Usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus menerus dilaksanakan. Hal tersebut dilaksanakan antara lain melalui penyempurnaan kurikulum yang telah ada. KTSP memiliki kelebihan, yakni guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa. Salah satunya adalah dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami konsep-konsep yang dipelajari secara utuh dan benar (Mulyasa, 2008 : 222).

Salah satu hal yang terpenting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.

Melihat kenyataan yang terjadi saat ini bahwa proses pembelajaran yang

di-lakukan di sekolah belum maksimal. Proses pembelajaran yang belum

(10)

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar oleh siswa. Kemungkinan siswa

dalam pembelajaran kurang aktif, serta cenderung pasif saat mengikuti kegiatan belajar. Siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dalam pem-belajaran dengan membangkitkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa maka hasil belajar dapat meningkat (Anonim, 2011 : 2).

Hasil observasi yang dilakukan di SMA N 12 Bandar Lampung aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini tampak dari siswa yang mengantuk, menopang dagu, bersandar di meja, berbicara dengan temannya, dan bersikap pasif, tidak berani mengemukakan pendapat maupun mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang belum dimengerti, siswa yang pemalu dan penakut cenderung untuk lebih banyak diam dan berperan sebagai pendengar. Seharusnya menurut Sardiman (2003 : 95) aktivitas siswa tidak hanya men-dengarkan dan mencatat saja tetapi pendidikan sekarang lebih menitikberatkan pada aktivitas dalam pembelajaran, misalnya menyatakan pendapat, bertanya, menggambar, memecahkan masalah, dapat mengambil keputusan dan lain-lain.

(11)

digunakan guru kurang sesuai dengan materi pencemaran lingkungan yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar dan juga dapat meningkatkan solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya menguta-makan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk., 2000 : 26).

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan:

1. aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran TPS pada materi pencemaran lingkungan kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dan

2. hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran TPS pada materi pencemaran lingkungan kelas X SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

(13)

2. guru, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat menjadikan salah satu alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar Pencemaran Lingkungan,

3. peneliti, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai calon guru tentang penggunaan model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan aktivitas siswa, dan

4. sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui pemilihan metode pembelajaran biologi yang tepat.

E. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan komu-nikasi. Adapun langkah model TPS yaitu, (1) Thinking (berpikir) siswa memikirkan jawabannya secara mandiri terhadap permasalahan yang diberikan guru, (2) Pair (berpasangan) jawaban yang telah dipikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya), (3) Share (berbagi) guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian.

(14)

siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar yaitu bekerjasama dengan teman, mengungkapkan ide atau gagasan, melakukan kegiatan diskusi, dan mempersentasikan kegiatan kelompok.

3. Materi pada penelitian ini yaitu KD. 4.2 “Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan /pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan”.

4. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai kelas kontrol di SMA N 12 Bandar Lampung.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar siswa yang mampu mengingat informasi dari suatu sumber, dapat aktif dalam kegiatan pembe-lajaran serta dapat mengaitkan pepembe-lajaran yang sudah dipelajari dengan penge-tahuan yang sudah dimiliki. Pembelajaran dengan menggunakan model TPS merupakan salah satu dari model kooperatif yang menggunakan struktur kelompok berpasangan. Meskipun termasuk dalam model kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan meningkatkan aktivitas siswa. Model pembelajaran kooperatif TPS berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(15)

aktif dalam berpikir mengenai konsep pada mata pelajaran. Saat pair, siswa dapat belajar dari siswa lain dan lebih memahami tentang konsep topik pela-jaran selama diskusi. Saat share, setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya dan meningkatkan ke-mungkinan masing-masing siswa terlibat dengan setiap pertanyaan. Penyajian masalah dalam pembelajaran TPS yang kontekstual melatih siswa secara ber-tahap dibimbing untuk lebih aktif yang dapat membangkitkan aktivitas siswa, sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat . Variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa.

Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan:

X = Model TPS

Y1 = Hasil belajar siswa. Y2 = Aktivitas belajar siswa

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan.

X

(16)

2. H0 = Penggunaan model pembelajaran TPStidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pencemaran

lingkungan.

H1 = Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pencemaran

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS

TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembe-lajaran TPS merupakan salah satu model pembepembe-lajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta be-kerja sama dengan orang lain. Dalam kegiatan saat think, pair, dan share diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian tahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari penge-tahuan yang dipelajarinya menurut Agus (dalam Indarwanti, 2010 : 30)

Ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif. Empat prinsip kerja itu adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif di antara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual.

(18)

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan mende-ngarkan sehingga menciptakan interaksi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dan biasanya hanya satu atau dua siswa saja yang aktif (Anonim, 2001 : 1).

TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelak-sanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (think), ber-pasangan (pair), dan mengemukakan pendapat (share) (Ibrahim dkk., 2000 : 26). Model pembelajaran TPS juga dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Karena siswa akan berdiskusi dengan pasangannya (pairs) untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga berbagi (share) kepada teman-teman sekelasnya dengan mempresentasikan hasil dis-kusinya dengan pasangannya. Selain itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasi materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menye-lesaikan masalah yang ditugaskan kepadanya.

(19)

peratif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat mem- berikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara man-diri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004 : 67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang dikemukakan juga telah difikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan

TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002 : 2)

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004 : 67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Thinking (berfikir)

(20)

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit;

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan pen-dapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

(21)

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal kompleks yang terjadi sehari-hari dan merupakan suatu proses perubahan bagi siswa dalam menghadapi bahan ajar. Bahan ajar dapat berupa keadaan alam, belajar tumbuhan dan manusia. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya ada-lah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam penger-tian yang cukup luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psiko-motor sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan berpikir, sikap dan alam kehidupan sehari-hari (Gunawan, 2010 : 5). Interaksi tindak belajar dan tindak mengajar merupakan suatu hasil dari belajar. Dari sisi guru tin-dakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002 : 3).

Proses pembelajaran antara guru dan siswa merupakan bukti dari hasil belajar. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa.

Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

(22)

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhu-bungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret, definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan kon-sep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut (Gagne dalam Dimyati dan Mujiono,

2002 : 10)

Anderson dkk (2000 : 67-68), menyatakan ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu:

1) Remember, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2) Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3) Apply, mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk meghadapi masalah yang nyata dan baru.

(23)

5) Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6) Create, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil be-lajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada ak-hirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah dia-jarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ula-ngan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.

(24)

proses belajar yang efektif dan efisien akan menjadikan hasil belajar lebih berarti, lebih bermakna serta berdaya guna pada diri individu yang belajar (Susanto dalam Gunawan, 2010 : 5).

C. Aktivitas Belajar

Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok menurut

(Sukmadinata dalam Parlina, 2010 : 26).

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demi-kian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik akti-vitas fisik maupun psikis (Holt dalam Wardani, 2007 : 9).

Aktivitas fisik adalah suatu kegiatan yang melibatkan fisik peserta didik giat aktif pada anggota badan seperti mata, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, peserta didik tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja

(25)

sebagainya (Rohani, 2004 : 6-7). Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004 : 9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut:

1. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,

perco-baan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

menge-luarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik,

pidato dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin

dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan

sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,

mere-parasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

meng-analisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani tenang,

gugup dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.

(26)

pemberdayaan, yaitu :

1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilakukan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survey, kerja

pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, dan berproyek. Cara lain adalah mengundang narasumber dari luar.

3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif).

Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

Memes (dalam Andra 2007 : 39) menyatakan bahwa, untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan sebagai berikut: bila rata-rata

(27)
(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA N 12 Bandar Lampung pada bulan Mei 2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel dalam pene-litian ini adalah siswa kelas X1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X2 sebagai kelompok kontrol yang dipilih secara acak dengan teknik pengam-bilan sampel yang digunakan, yaitu purposive sampling.

C. Desain Penelitian

(29)

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2 . Desain penelitian tak ekuivalen Keterangan :

I= Kelompok eksperimen ; II = Kelompok kontrol, O1 = Pretes O2 = Postes ; X = model pembelajaran TPS ; C = metode diskusi (dimodifikasi dari Riyanto, 2001 : 43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : a. Pembuatan surat izin untuk penelitian pendahuluan ke SMA N 12

Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian.

b. Observasi ke SMA N 12 Bandar Lampung, untuk mendapatkan infor-masi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Penetapan sampel penelitian

d. Pembuatan perangkat pembelajaran yang terdiri atas Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dan postes

e. Pembuatan lembar observasi aktivitas belajar siswa Kelompok Pretes Perlakuan Postes I O1 X O2

(30)

f. Pembuatan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model TPS untuk kelas eks-perimen dan dengan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pembe-lajaran dan postes diberikan setelah pembepembe-lajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model TPS sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan 1 2) Siswa diberi apersepsi :

(Pertemuan I) : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan contoh polusi yang disebabkan kendaraan.

Kemudian memberikan pertanyaan ”apakah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut”?

(Pertemuan II) : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan contoh orang yang sedang bersepeda dijalan raya. Kemudian memberikan pertanyaan ”apakah manfaat dari kegiatan tersebut”?

3) Guru memberikan motivasi :

(31)

ditimbulkan dari polusi kendaraan, maka dari itu kita perlu menjaga lingkungan sekitar misalnya dengan menanam pohon.

(Pertemuan II) : Memberikan motivasi kepada siswa dengan mem-pelajari materi ini kita dapat mengetahui salah satu upaya pelestarian lingkungan terutama ling-kungan udara.

b. Kegiatan Inti

Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pembelajaran

ini mereka berdiskusi berpasangan.

Mejelaskan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model

TPS.

Guru memberikan uraian materi.

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta

siswa untuk berfikir (thinking) selama 2 menit untuk setiap soal. Guru meminta siswa untuk berpasangan (pairing) dengan teman

sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama 5 menit untuk tiap soal.

Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mengemukakan

(sharing) hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

Guru mempersilahkan kepada siswa yang lain untuk menanggapi

(32)

Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan

menam-bahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan.

Guru bertanya kepada siswa tentang pemahaman materi yang telah

disampaikan.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.

c. Penutup

1) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran. 2) Guru memberikan postes pertemuan akhir.

3) Guru menugaskan siswa untuk mengulangi materi pelajaran. 4) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.

Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan 1 2) Siswa diberi apersepsi :

(Pertemuan I) : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan contoh polusi yang disebabkan

kendaraan. Kemudian memberikan pertanyaan ”apakah dampak yang ditimbulkan dari

kegiatan tersebut”?

(33)

raya. Kemudian memberikan pertanyaan ”apakah manfaat dari kegiatan tersebut”?

3) Guru memberikan motivasi :

(Pertemuan I) : Memberikan motivasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui salah satu penyebab pencemaran udara yang ditimbulkan dari polusi kendaraan, maka dari itu kita perlu menjaga lingkungan sekitar misalnya dengan menanam pohon. (Pertemuan II) : Memberikan motivasi kepada siswa dengan

mempelajari materi ini kita dapat mengetahui salah satu upaya pelestarian lingkungan terutama lingkungan udara.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi pokok pencemaran lingkungan. Perte-muan pertama membahas mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/pencemaran lingkungan. Pertemuan kedua membahas keterkaitan antara kegiatan manusia dalam upaya pelestarian lingkungan.

2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya meng-enai materi yang belum dipahami.

(34)

c. Penutup

1. Guru bersama siswa mengulas materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama siswa menarik kesimpulan setiap pertemuan. 3. Guru mengadakan postes untuk pertemuan terakhir.

4. Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah :

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data hasil belajar yang diperoleh dari nilai pretes dan postes pada materi pokok pencemaran lingkungan. Kemu-dian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor N-gain, lalu dianalisis secara statistik. b. Data Kualitatif

(35)

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

a. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: bekerjasama dengan teman, mengungkapkan ide atau gagasan, melakukan kegiatan diskusi, dan mempersentasikan kegiatan kelompok.

b. Pretes dan Postes

Data hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kon-trol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada per-temuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Soal tes berbentuk uraian

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

c. Angket Tanggapan Siswa

(36)

Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data a) Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut diana-lisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

100

x n

x

X i %

Ket: X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum

[image:36.595.171.517.589.724.2]

(Sudjana, 2002 : 69).

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009 : 183)

No Nama

Aspek yang diamati

A B C

1 2 3 1 2 3 1 2 3

(37)

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A. Mengerjakan tugas pada tahap Thinking

1. Tidak menyelesaikan tugas secara mandiri dan mengganggu teman sebangkunya.

2. Menyelesaikan tugas secara mandiri tetapi mengganggu teman sebangkunya.

3. Menyelesaikan tugas secara mandiri dan tidak mengganggu teman sebangkunya.

B. Interaksi siswa dengan pasangannya pada tahap Pairing 1. Tidak menuangkan idenya, tidak menambahkan gagasan, dan

tidak berbagi jawaban dengan pasangannya.

2. Menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawa-ban dengan pasangan tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan.

3. Menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawa-ban dengan pasangan dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan.

C.Kecakapan komunikasi siswa pada tahap Sharing

1. Tidak menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penyampain pendapat atau pertanyaan tidak sesuai dengan materi dan tidak mampu mempertahankan pendapat.

2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penyampain pen-dapat atau pertanyaan tidak sesuai dengan materi dan tidak mampu mempertahankan pendapat.

3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penyampaian pen-dapat atau pertanyaan sesuai dengan materi dan mampu mem-pertahankan pendapat.

Cara mengukurnya : Guru dan observer mengukur aktivitas belajar siswa dalam lembar observasi aktivitas belajar siswa sesuai indikator.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

[image:37.595.177.349.629.729.2]
(38)

2. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.

[image:38.595.163.515.259.502.2]

1. Item pernyataan

Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan Pilihan

S TS 1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model

pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 Model pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui model pembelajaran diberikan oleh guru.

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Skor angket

Tabel 4. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010 : 29).

No. Item Soal Sifat Pernyataan Skor

1 0

1. Positif S TS

2. Positif S TS

3. Negatif TS S

4. Positif S S

5. Negatif TS TS

6. Positif S TS

7. Positif S TS

8. Negatif TS S

9. Negatif TS S

[image:38.595.163.515.569.740.2]
(39)

3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100 maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa; S = Jumlah skor jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002 : 69).

[image:39.595.168.509.375.607.2]

4. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket. Tabel 5. Tabulasi angket tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe TPS No.

Pertanyaan Angket

Pilihan Jawaban

Nomor Responden (Siswa)

Persentase 1 2 3 4 5 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

4 S

TS

5 S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010 : 31)

(40)
[image:40.595.179.408.125.257.2]

Tabel 6. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Persentase

(%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada Sumber: Hendro dalam (Hastriani, 2006 : 43) b) Data Kuantitatif

Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999 : 1) yaitu:

Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut.

% Peningkatan = x 100%

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan

eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

(41)

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS versi 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).

3. Pengujian Hipotesis

(42)

namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004 : 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004 : 10).

3) Uji Mann-Whitney U 1) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

(43)

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima

Hasil belajar merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat

mengenai apa yang dipelajari tetapi menguasai lebih lebih dari itu, yakni melibatkan bebagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003 : 131). Hasil belajar siswa dapat digambarkan melalui indikator C4 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberi skor sesuai rubrik pada lembar penilaian hasil belajar kemudian dimasukkan pada tabel berikut.

Tabel 7. Lembar penilaian hasil belajar

No Nama Skor pada aspek hasil belajar

C4

No soal No soal

1 2 3 4 5 dts.

R N S Kriteria

Keterangan : C4 = Analyze

(sumber: modifikasi dari Anderson, 2000 : 67-68)

(44)

3. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator hasil belajar (penguasaan materi) dengan menggunakan rumus:

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai penguasaan materi yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor penguasaan materi yang diperoleh; N = Jumlah skor penguasaan materi maksimum (dimodifikasi dari Purwanto, 2008 : 112).

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan.

2. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru atau peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran TPS hendaknya meminta siswa agar mengumpulkan lembar jawaban masing-masing siswa pada saat tahapan Thinking untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum siswa melakukan tahapan Pairing.

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., D. R. Krathwohl, K. A. Cruikshank, P. R. Pintrich, J. Raths, dan M. C. Wittrock. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman.Newyork.

Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Unila. Bandar Lampung

Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning Community. http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.13 desember 2012. Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia oleh

Siswa pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, I. 2010. Metode Kooperatif Model Think Pair Share.

http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair.html. (29 Desember 2012)

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf (21 Desember 2012; 09:05 WIB).

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP.

(48)

Hidayati, A. N., N. Rustaman, S. Redjeki, dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung. Ibrahim, M. R. Fida, M. Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Indarwanti, W.K, 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP Penda Tawamangmangu pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Tahun Ajaran. FKIP UNIVERSITAS 11 Maret. Surakarta.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=down&d_id=12727 (11 januari 2013).

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Lyman, F. 2002. Strategies for Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28 desember 2012).

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S M. A. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan

Mengajar.Jakarta: Bumi Akasara. http://cafemotivasi.com/aktifitas-belajar-siswa/ (11 Januari 2013).

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Parlina, R. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akutansi Siswa Kelas X Jurusan Akutansi SMK Muhamaddiyah Cawas. FKIP UNIVERSITAS 11 Maret. Surakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(49)

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rieneka Cipta. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 508 hlm.

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trisilia, Y. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Examples Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Unila. Bandar Lampung.

Wulandari, E. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) terhadap Penguasaan Konsep Sistem

Gambar

Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Gambar 2 . Desain penelitian tak ekuivalen
Tabel 1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada

; (3) supaya hasil belajar siswa kelas I SDN Perak utara I/58 Surabaya, mengalami peningkatan sebaiknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap tanggung jawab dan disiplin siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok

Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas XI SMAN 1 Puri Mojokerto ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran model TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MIPA.1 SMA Nurul Jadid yang terdiri dari tiga tahapan utama,

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil