• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench)

OLEH

RYZKITA PRIMA PRAMANDA

Sorghum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan mendukung program diversifikasi pangan. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum maka perlu upaya pengembangan teknik budidaya seperti penambahan bahan organik dan penggunaan varietas unggul.

(2)

Selatan pada bulan Mei sampai September 2013. Penelitian dilaksanakan

berdasarkan rumusan masalah : (1) Berapakah dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ? (2) Adakah perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam ? (3) Adakah pengaruh interaksi antara dosis pemberian bahan oganik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ?

Perlakuan disusun secara faktorial dengan split plot dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik (b) yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0 ton/ha (b0), 5 ton/ha (b1), 10 ton/ha (b2) dan 15 ton/ha (b3). Anak petak adalah varietas sorgum (g) yaitu Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Sorgum ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm pada setiap petakan percobaan yang berukuran 4 m x 4 m.

Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100, 100 dan 150 kg/ha. Pemberian Urea dilakukan secara bertahap yaitu 2 minggu setelah tanam (mst) dan 6 mst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dan hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton/ha. (2) Varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray. (3)

Kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum adalah dosis 15 ton/ha dengan varietas Numbu.

Kata kunci: bahan organik, pertumbuhan, hasil, varietas, sorgum

(3)

PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench)

Oleh

RYZKITA PRIMA PRAMANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku 1, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), pada tanggal 15 September 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Daryono dan Ibu Afrida. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Prabumulih pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Prabumulih pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Prabumulih pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa pernah menjadi anggota Organisasi LSMATA pada tahun 2010, asisten dosen Teknologi Benih pada tahun 2012 dan 2013, asisten dosen Produksi Tanaman Pangan pada tahun 2012 dan 2014, asisten dosen Dasar-Dasar Budidaya Tanaman pada tahun 2013, dan asisten dosen

(8)
(9)

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things

that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the

bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade, winds

in your sails. Explore. Dream. Discover” (Mark Twain)

“Dengan tidak tahu maka mereka yang menyadari kalau tidak ada

yang sia-

sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik”

(10)

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

Kedua Orangtua Ku Tercinta

Daryono dan Afrida yang telah mencurahkan segala cinta dan kasih

sayang, dan untuk semua doa yang selalu dipanjatkan.

Adik Ku Tersayang

Sonny Pramanda “Teman berantem disaat bersama, teman kangen

disaat jauh”

Keluarga Besar Ku

Teman juga Sahabat-Sahabat Terbaik

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini. 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku pembimbing pertama

atas waktu, saran, nasehat, bantuan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan skripsi;

(12)

3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama ini; 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Balai Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Lampung Kebun Percobaan (KP) Natar dan segenap karyawan khususnya Pak Sumarko, Pak Jumari, dan Pakde Untung atas bantuan, arahan dan pengalaman teknis selama di

lapangan;

8. Keluarga tersayang, Ayah, Ibu, adik ku Sonny Pramanda dan Mbak ku

Norawaty Ma’as juga keluarga besar untuk semua kasih sayang, doa, dan semangat yang telah diberikan selama ini;

9. Teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian Sherly Ardhani Pithaloka, Dian Oktaviani, Novri, Iyut Paramita Napitupulu, Galih Dwi Cahyo, dan Desi Anggraeni atas kerjasama, semangat dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian;

10. Sahabat terbaik Septianing Diah Awalia, Agnes Nurfatwa Meighriany, Novri Dwi Damayanti, Anisha, Alawiyah, Wasis Sugiyem, Retta Ramadhina Rias Nidya Wanda dan Mustajab atas bantuan juga dukungan yang selalu

(13)

11. Teman-teman Agroteknologi kelas A 2010 Ferdaner Humairah Fajri, Ade Yunike Larassati, Anissa Indra Wati, Nurjannah Yulia Hastuti, Nana Ratna Wati dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2014

(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Diversifikasi Pangan ... 7

2.2 Sorgum ... 8

2.3 Bahan Organik ... 10

2.4 Varietas ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Tempat dan Waktu ... 15

3.2 Bahan dan Alat... 15

3.3 Metode Penelitian ... 16

(15)
(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Susunan perlakuan percobaan ... 17 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam jumlah daun, diameter batang,

bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, jumlah biji per malai,

bobot biji per malai, bobot 100 butir pada kadar air 14% ... 25 3. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap tinggi tanaman

Sorgum pada 6,7,8,9 dan 10 mst. ... 26 4. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap jumlah daun

tanaman sorgum pada 6,7,8,9 dan 10 mst ... 28 5. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap diameter batang

tanaman sorgum pada 8,9 dan 10 mst ... 29 6. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap bobot basah

tanaman sorgum ... 30 7. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap bobot kering

tanaman sorgum ... 31 8. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap panjang malai

tanaman sorgum ... 32 9. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

jumlah biji/ malai tanaman sorgum. ... 33 10. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

bobot biji/malai tanaman sorgum ... 34 11. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

(17)

iv

14. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 49

15. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 49

16. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 50

17. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 50

18. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 51

19. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 51

20. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 52

21. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 52

22. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 53

23. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 53

24. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 54

25. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 54

26. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 55

27. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 55

28. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 56

29. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 56

30. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 57

(18)

v 32. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 58 33. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 8 mst ... 58 34. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 59 35. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 9 mst ... 59 36. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 60 37. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 10 mst ... 60 38. Data bobot basah tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 61 39. Analisis ragam bobot basah tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 61 40. Data bobot kering tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 62 41. Analisis ragam bobot kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 62 42. Data panjang malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 63 43. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 63 44. Data jumlah biji per malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 64 45. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 64 46. Data bobot biji per malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 65 47. Analisis ragam bobot biji per malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 65 48. Data bobot biji pada kadar air 14% tanaman sorgum pada

(19)

vi 49. Analisis ragam bobot biji pada kadar air 14% tanaman

sorgum pada umur 12 mst ... 66 50. Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian ... 67 51. Data analisis tanah setelah dilakukan penelitian ... 67 52. Data curah hujan stasiun Rejosari, Kecamatan Natar,

Kabupaten Lampung Selatan saat penelitian berlangsung... 67 53. Deskripsi varietas Numbu ... 68 54. Deskripsi varietas Keller berdasarkan hasil penelitian

Sungkono, dkk., (2009). ... 68 55. Deskripsi varietas Wray berdasarkan penelitian

(20)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Denah tata letak satuan percobaan ... 17

2. Tata letak lubang tanam pada setiap satuan perobaan ... 18

3. Pemberian bahan organik dengan dosis yang berbeda-beda ... 70

4. Sorgum berumur 7 HST dengan perlakuan bahan organik ... 70

5. Pupuk kimia yang digunnakan untuk pemupukan... 71

6. Tanaman sorgum umur 5 mst. ... 71

7. Malai sorgum varietas Numbu pada berbagai dosis perlakuan ... 72

8. Malai sorgum varietas Keller pada berbagai dosis perlakuan ... 72

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Kebutuhan pangan senantiasa

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun demikian, tidak semua kebutuhan pangan dapat dipenuhi, karena kapasitas produksi dan distribusi pangan semakin terbatas. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan pangan antara kebutuhan dan pemenuhannya secara nasional (Purwaningsih, 2008).

(22)

2

Pemilihan tanaman padi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang berjumlah besar tentu tidaklah salah mengingat kebiasaan makan orang Indonesia yang sangat bergantung pada beras sebagai sumber zat gizi karbohidrat. Namun, perlu dicari alternatif tanaman pangan lain selain beras untuk mencapai tujuan ketahanan pangan jangka panjang yang dapat dilakukan melalui penyediaan pangan lain sebagai sumber karbohidrat. Salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat yang berpotensi besar menggantikan beras adalah sorgum (Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, 2012).

Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit (Sirappa, 2003). Hal ini seharusnya

dimanfaatkan dengan baik untuk mengatasi permasalahan pangan di Indonesia. Sorgum memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tanaman sejenisnya. Sorgum termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Sebagai

(23)

3

pemanfaatan lahan kurang. Untuk mendukung produksi pangan yang merupakan kebutuhan pokok dengan berbasis pada tanaman semusim banyak menghadapi hambatan. Tanpa penambahan bahan organik yang memiliki kandungan hara lengkap, kesuburan dan produktivitas tanah sulit ditingkatkan. Masalah yang dihadapi jumlah bahan organik yang harus diberikan cukup besar, karena

kandungan hara pada bahan organik relatif rendah dan laju pelapukan cepat serta mudah tercuci.

Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah (Swift & Sanchez, 1984 dalam Prihastanti, 2010), dan memperbaiki kesehatan tanah (Logan, 1990 dalam Prihastanti, 2010). Namun pemberian bahan oganik tetap harus mempehatikan efisiensi penggunaannya, sehingga dosis optimum yang harus diberikan pada tanaman sorgum harus diketahui secara tepat, tetapi sumber pustaka yang berkaitan dengan dosis pupuk kandang terbaik bagi tanaman sorgum masih belum banyak dilaporkan.

(24)

4

Berdasarkan kerangka di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Berapakah dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ?

2. Adakah perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam ?

3. Adakah pengaruh interaksi antara dosis pemberian bahan oganik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dosis pemberian bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

2. Mengetahui pebedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

1.3 Kerangka Pemikiran

(25)

5

budidaya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan secara optimal, dan pengairan (Sirappa, 2003).

Pemupukan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kimia biasanya menjadi pilihan petani untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal, tanpa memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar bagi tanaman.

Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat berdampak negatif pada tanah dan lingkungan. Dampak negatif tersebut sudah sepantasnya dihentikan atau setidaknya dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah pemakaian kompos atau pupuk organik lainnya. Di dalam tanah pupuk organik dirombak mikroba menjadi humus atau bahan organik tanah yang berguna sebagai pengikat butiran-butiran primer tanah menjadi butiran sekunder (Setyorini, 2005).

(26)

6

Faktor lingkungan seperti cahaya, air dan unsur hara sangat memepengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Walaupun daya adaptasi sorgum luas dan mampu tumbuh pada lahan marjinal, ketersediaan unsur hara sangat dibutuhkan untuk produksi sorgum yang maksimal. Pupuk organik seperti kotoran sapi mengandung komposisi unsur hara yang lengkap sehingga bisa diberikan untuk menunjang pertumbuhan sorgum.

Selain faktor lingkungan, faktor genetik tanaman juga harus diperhatikan. Sorgum sendiri mempunyai beberapa varietas yang beredar di pasaran. Setiap varietas ini mempunyai kemampuan genetik yang berbeda-beda, untuk

mendukung program ketahanan pangan maka perlu diadakan penelitian mengenai varietas sorgum yang memiliki hasil tertinggi.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

2. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diversifikasi Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang (Anonim, 2012).

Pada tahun 2011, APBN untuk Kementerian Pertanian ditetapkan sebanyak Rp17,6 triliun naik cukup signifikan dibanding pada tahun 2009 sebesar Rp8,2 triliun. Jumlah itu, menurut Menteri Pertanian Suswono, belum berdampak pada peningkatan produktivitas. Hal tersebut dikarenakan periode 2010-2014 ini sektor pertanian bergerak stagnan. Pertumbuhan produksi pangan pokok masyarakat Indonesia ini tak lebih dari 3%. Produksi tanaman pangan padi lebih rendah dari target yang ditetapkan yakni hanya mencapai 65,39 juta ton GKG di banding yang ditargetkan yakni sebanyak 70,06 juta ton GKG (Anonim, 2012).

Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya

(28)

8

Pemerintah harus melaksanakan kebijakan pangan, yaitu menjamin ketahanan pangan yang meliputi pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan. Kebijakan ini diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang mengabaikan keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya, akan menjadi sangat tergantung pada negara lain, dan itu berarti menjadi Negara yang tidak berdaulat (Arifin, 2004).

Pemilihan tanaman padi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang berjumlah besar tentu tidaklah salah mengingat kebiasaan makan orang Indonesia yang sangat bergantung pada beras sebagai sumber zat gizi karbohidrat. Namun, perlu dicari alternatif tanaman pangan lain selain beras untuk mencapai tujuan ketahanan pangan jangka panjang yang dapat dilakukan melalui penyediaan pangan lain sebagai sumber karbohidrat. Salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat yang berpotensi besar menggantikan beras adalah sorgum (Departemen Ilmu dan Ketahanan Pangan IPB, 2010).

Secara agronomis, sorghum sangat potensial dikembangkan di lahan-lahan marginal tersebut, teutama sebagai pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Sesuai proyeksi Bank Dunia, pada tahun 2025 kebutuhan pangan di Indonesia akan mencapai 64,2 juta ton beras sehingga diperlukan pengamanan dan diversifikasi pangan (Zubair, 2010).

2.2 Sorgum

(29)

9

dan kering di Indonesia. Keunggulan sorghum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibnading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif (Beti, 1990).

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah (Kusuma et al., 2008). Kandungan nutrisi yang cukup tingggi pada sorghum menjadikan sorghum sebagai bahan pangan subtitusi beras atau pendamping beras. Dalam setiap 100 g sorghum memiliki kandungan nutrisi, yaitu karbohidrat 73 g, protein 11 g, lemak 3,3 g, kalsium 28 mg, fosfor 287 mg, zat besi 4,4 mg, vitamin B1 0,38 mg, dan air 11 g ( Rukmana dan Oesman, 2001). Sorgum sangat penting untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

(30)

10

2. Mempunyai daerah adaptasi yang luas dan dapat menghasilkan pada tanah-tanah marginal

3. Keragaman genetiknya besar sehingga memiliki agam varietas yang sangat berbeda mutu, rasa, warna dan kegunaannya

4. Budidaya tanaman sorghum relatif lebih mudah dan murah, tetapi daya hasilnya tinggi antar 3-5 ton per hektar

5. Sorghum dapat di ratoon (tanaman tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas saat panen) dengan kemampuan tanaman untuk dapat diratoon berbeda antar varietas

6. Kandungan nutrisi biji sorghum cukup tinggi dibandingkan dengan jagung dan padi sehingga dapat digunakan untuk perbaikan gizi masyarakat 7. Merupakan komoditas ekspor dunia (Sennang, 2012).

2.3 Bahan Organik

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem

(31)

11

Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun

biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.

2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

(32)

12

5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah

6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah 7. Meningkatkan suhu tanah

8. Mensuplai energi bagi organisme tanah

9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

Pemanfaatan lahan secara intensif untuk tanaman semusim sepanjang tahun perlu diimbangi dengan pemberian pupuk organik yang memdai untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah. Tanpa bahan organik, kesuburan tanah akan menurun meskipun pupuk anorganik diberikan dalam takaran tinggi

(Karama et al., 1990).

2.4 Varietas

(33)

13

Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai nasi cukup enak. Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang. Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit, tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah. Ditinjau dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan (http://www. pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).

Di Indonesia budidaya sorgum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah varietas sorgum yang dibudidayakan di Indonesia. Sedikitnya varietas yang ada di negeri ini dan masih rendahnya perkembangan tanaman sorgum dapat

disebabkan oleh rendahnya keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman tersebut. Budidaya sorgum manis di Indonesia juga masih belum berkembang, hal ini terlihat dari sedikitnya varietas yang dapat dibudidayakan oleh petani (Surya, 2007).

Dalam deskripsi varietas tanaman, seringkali suatu varietas dikelompokkan berdasatkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu varietas

(34)

14

dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan varietas yang berumur lebih dari 95 hari (Subandi, 1988).

Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek atau genjah. Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya

(35)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Poduksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mulai bulan Mei – September 2013. Lahan percobaan ini berada pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK), serta iklim disekitar Kebun Percobaan Natar termasuk tipe B menurut Schmith Firguson (1951) dengan curah hujan rata-rata 1.786 mm/ tahun (BPTP Lampung, 2009).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan organik

(36)

16

cm, umur sorgum 4-4,5 bulan. Sedangkan varietas Wray memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman 231,16 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki volume nira 67-76 ml dan kadar gula (brix) sebesar 5,8-13,7%.

Sedangkan alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu mesin pompa air, selang, kertas koran, sabit, tali plastik, label sampel, cutter, streples, meteran, seed counter, seed blower, timbangan, plastik, koran, alat tulis, karung, kamera dan oven.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial dengan split plot dalam split plot dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik (b) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2) dan 15 (b3). Anak petak adalah varietas sorgum (g) yang terdiri dari Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m dan jarak tanam yang

digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x 80 cm, sehingga jumlah tanaman 62.500 tanaman per ha.

Homogenitas ragam pada pengamatan dianalisis dengan sidik ragam setelah melakukan uji Bartlet dan aditivitas data dengan uji Tukey. Selanjutnya

(37)

17

Tabel 1. Susunan perlakuan percobaan No. Kombinasi

Gambar 1. Tata Petak Percobaan

(38)

18

Di dalam satu petakan terdapat 100 lubang tanam seperti pada gambar (Gambar 2).

4 m

4 m

Gambar 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan Tanah

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dibajak 2 kali dengan kedalaman 20 cm dengan menggunakan bajak rotari. Selanjutnya lahan diratakan kembali menggunakan cangkul dan sekaligus pembuatan saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan.

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 80 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 20 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

(39)

19

3.4.2 Pembuatan Petakan

Pembuatan petakan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan setiap petak percobaan petak berukuran 4 m x 4 m dengan jarak antarpetak 1 m. Seluruh petak percobaan berjumlah 36 petak.

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan secara manual, yaitu dengan cara ditugal sedalam 3-5 cm. Setiap lubang tanam diisi dengan 3-5 benih/ lubang tanam. Jarak tanam yang di gunakan untuk tanaman sorgum adalah 80 cm x 20 cm sehingga terdapat 100 lubang tanam per satuan percobaan.

3.4.4 Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk membantu menyediakan unsur hara dalam tanah. Pupuk NPK diberikan dalam bentuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis yaitu 100 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 150 kg KCl. Pupuk diberikan 2 kali yaitu 2 MST dengan perbandingan ½: 1:1 dan 8 MST dengan perbandingan ½:0:0. Pemupukan diberikan dengan cara larikan.

3.4.5 Penyulaman

(40)

20

tertinggal atau tumbuh bersamaan. Bahan penyulaman dengan biji apabila pertumbuhan masih berdekatan tanaman awal tetapi apabila terlalu lama

menggunakan tanaman yang sudah disiapkan atau mencari sulaman dari petak lain yang tumbuh banyak. Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam (mst).

3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembumbunan, penjarangan, pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan untuk memberi ketersediaan air dalam tanah, agar tanaman tidak kekurangan air dan untuk membantu proses fotosintesis dan masa pembuahan. Penyiraman hanya dilakukan kalau terjadi kekurangan air selama awal pertumbuhan tanaman. Pembumbunan dilakukan dengan cara

menggemburkan tanah disekitar tanaman. Kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil. Penjarangan juga dilakukan pada tanaman yang tumbuh terlalu banyak yang dilakukan pada umur 2 mst.

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada petak percobaan. Penyiangan pertama dilakukan umur pada 7 – 10 hari setelah tanam (hst) dan selanjutnya dilakukan jika terdapat gulma yang mengganggu tanaman.

(41)

21

3.6 Variabel pengamatan

Jumlah tanaman yang diamati adalah 5 tanaman setiap petak yang dipilih secara acak. Variabel-variabel yang diamati adalah :

3.6.1 Komponen pertumbuhan

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang di permukaan tanah sampai menguncupkan daun tertinggi dengan satuan cm. Pengukuran dimulai 4 MST samapai munculnya daun bendera. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali.

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung sejak tanaman muncul daun pertama sampai

munculnya daun bendera. Daun yang dihitung adalah daun yang masih ada pada tanaman sorgum. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali.

3. Diameter batang

(42)

22

3.6.1 Komponen hasil

1. Bobot basah brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman sampel setelah dipanen. Bagian tanaman tersebut meliputi batang dan daun yang ditimbang secara bersama-sama.

2. Bobot kering brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang bobot batang dan daun pada seluruh

tanaman sampel yang sudah dipanen dan dikeringkan di oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 2 hari.

3. Panjang malai

Panjang malai diukur mulai dari titik tumbuh daun bendera sampai dengan ujung malai tetinggi. Pengukuran dilakukan saat panen

4. Jumlah biji/ malai

Dilakukan dengan cara menghitung seluruh biji/ malai hasil panen setelah dipipil pada semua sampel perlakuan untuk semua petak percobaan.

5. Bobot biji/ malai

(43)

23

6. Bobot 100 biji pada kadar air 14%

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton/ha

2. Varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray.

3. Kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum tertinggi adalah dosis 15 ton/ha dengan varietas Numbu.

5.2 Saran

(45)

PUSTAKA ACUAN

Agus dan Ruuter. 2004. Perhitungan Kebutuhan Pupuk. Word Agroforestry Center. Jakarta.

Anonim. 2012. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Beras Pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/tulisan-hukum-ketahanan-pangan.pdf . Diakses pada 15 Agustus 2013

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Beti, Y.A., A. Ispandi, Sudaryono. 1990. Sorghum. Monografi No 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang 25 Hal

(BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Blok Suplemen Pakan (BSP) untuk Ternak Kambing di Lampung. BPTP. Lampung.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. 2012.Antisipasi El Nino dengan Sorgum.http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index.php?option=com_content&task =view&id=137&Itemid=94. Diakses pada 15 Agustus 2013

Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Badan Litbang Pertanian. Cisarua, 12-13 November 1990. Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif, Erifah I. M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008.

(46)

45

Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the Humic Tropics.

United nations University Press. Tokio-New York-Paris. Pp 25-29. Laimeheriwa, J. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian. Balai

Informasi Pertanian. Irian Jaya.

Nasaruddin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Yayasan Forest Indonesia dan Fakultas Pertanian Unhas. Makassar.

Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9(1):1-27.

Prihastanti, E. 2010. Pembibitan Jarak Pagar (Jatropha curcas [L.] ) pada Jenis Tanah dan Penambahan Kompos yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 18(2).

Rahmawati, A. 2013. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta

Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 36.

Rukmana, R.Y.,Y. Oesman. 2001. Usaha Tani Sorghum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.

Safitri, R, N. Akhir, dan I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Jerami 3(2). Senang, R. Nadira, dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Massagena Press.

Makasar

Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Tanaman. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27:13-15.

Sirappa, MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. 22(4):133-140

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. JohnWiley & Sons Inc. New York.

(47)

46

Subeni. 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Petumbuhan dan Hasil Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo

Sucipto. 2010. Efektifitas Cara Pemupukan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embriyo. 7(2).

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan Penggunaannya. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri. 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996:

13−24.

Sungkono., Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie, S. Human dan M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi Galur Mutan Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) di Tanah Masam. Jurnal

Agronomi Indonesia. 37 (3):220-225.

Surya, M. I. 2007. Evaluasi Keragaman Genetik Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.]) Hasil Radiasi Sinar Gamma pada Generasi ke-2(M2). Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA UI. Jakarta.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Floratek 7: 107 – 114

Syam, M. A., W. Hermanto, Inu, G.I. Hans, A. Sabrawi, M. 1996. Usaha Tanaman Pangan (Eds.). Pusat penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian Bogor. Bogor.

Wahida, N. R Sennang dan Hernusye HL.2003. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam Pada Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench).

Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum

(Sorghum bicolor [L] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 32-33.

Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 : 137-141.

Gambar

Tabel
Tabel 1. Susunan perlakuan percobaan
Gambar 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Proses untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan dengan istilah mengonversi.. Dalam mengonversi

Persiapan paling awal yang dilakukan oleh praktikan adalah mengikuti kuliah pembelajaran microteaching. Di dalam pembelajaran yang berlangsung pada semester 6 ini

Dalam hal ini mengenai kelengkapan dalam memenuhi Peta WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan) yang dilengkapi oleh batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai

Dengan demikian, orang tua akan menilai bahwa pertimbangan tersebut dinilai tepat sebagai cara untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan atas nilai agama dan

Pemimpin hanya melakukan hal-hal yang memang sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang pemimpin pada umumnya seperti kedatanganya ditempat kerja yang selalu tepat

Menurut Marta Dinata (2005: 5) mengungkapkan Latihan merupakan proses yang berulang dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi

Karakteristik ini ditambah dengan konsistensi yang sangat licin menyebabkan manitol menjadi eksipien pilihan untuk formulasi tablet kunyah.

Setelah peneliti melakukan pembelajaran dengan materi ejaan (penulisan huruf kapital, huruf miring, pemakaian tanda baca, penulisan kata, gabungan kata, kata depan,