• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bilangan Iodin pada Cocoa Butter Substitute (CBS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Bilangan Iodin pada Cocoa Butter Substitute (CBS)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA COCOA BUTTER

SUBSTITUTE (CBS)

KARYA ILMIAH

DHESY PHATIARMA SITUMORANG

112401022

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA COCOA BUTTER

SUBSTITUTE (CBS)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

DHESY PHATIARMA SITUMORANG

112401022

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA

COCOA BUTTER SUBSTITUTE (CBS)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : DHESY PHATIARMA SITUMORANG

Nomor Induk Mahasiswa : 112401022

Program Studi : DIPLOMA – 3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Falkultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2014

Diketahui/ Disetujui Oleh :

Ketua Program Studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst, M. Si Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si., NIP :19551218 198701 2001 NIP :196106141991031002

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA COCOA BUTTER SUBSTITUTE (CBS)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Salam Sejahtera

Segala Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena telah mencurahkan Berkat dan Rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan

Karya Ilmiah ini.

Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai

gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Depertemen

Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara.

Adapun judul Karya Ilmiah ini adalah “PENENTUAN BILANGAN

IODIN PADA COCOA BUTTER SUBSTITUTE”

Penulis menyadari bahwa tersusunnya karya ilmiah ini tidak terlepas dari

perhatian, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril ,

maupun materil, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak yang telah mendukung.

hentinya mendoakan penulis dan yang selalu memberikan dukungan

moril maupaun materil,

sertaperhatiankepadapenulisdalammenyelesaiakan Program Studi

(6)

4. Bapak Drs. Amir Hamzah

Siregar,M.SiselakudosenpembimbingKaryaIlmiah yang

telahbersediadengansabarmeluangkanwaktunyauntukmembimbingdan

mengarahkanpenulissehinggapenulisdapatmenyelesaikanKaryaIlmiahi

ni.

5. BapakZulAlkaf BSc. Selakukepalalaboratorium PT. PALMCOCO

LABORATORIES yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan, serta memberi masukan – masukan ilmu kepada penulis sehingga penulis dapatmenyelesaikanKaryaIlmiahini.

6. Kakak-kakakPegawai PT. PALMCOCO LABORATORIES

kakTaridanKakLya yang telahsabar membimbing penulis,

danmemberikansemangatkepadapenulis.

7. Abang dan adek – adekku tercinta : Dhody P. Situmorang, Dicky P. Situmorang, dan Deory P. Situmorang yang selalu mendukung penulis

dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Seluruh Sahabat – sahabat di GKII yang selalu memberikan semangat

dalam menyelesaikan karya ilmiah penulis ini .

9. Rekan-rekanMahasiswa Program Studi Kimia AnalisAngkatan 2013,

2012, danterkhusus 2011

FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Sumatera

Utara yang selalusaling

memberimotivasidansalingmendoakanpenulissehinggadapatmenyelesai

kankaryaIlmiahini

10.Teman-teman PKL penulis( Rikadan Monica) yang

senantiasamengingatkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah

ini.

PenulismenyadaribahwaKaryaIlmiahinimasihbelumsempurnadalammateris

ertapenyajiannya

.Untukitudengansegalakebesaranhatipenulismengharapkankritikdan saran yang

(7)

SemogaKaryaIlmiahinidapatmenjadisuatumasukandalamperkembanganduniapend

idikanterutamagenerasipenerus Kimia Analis .

Medan, Juli 2014

Penulis

(8)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Bilangan Iodin dengan metode titrasi terhadap

beberapa Cocoa Butter Substitute (CBS) di PT. Palmcoco Laboratories, Medan.

Dari hasil analisa diperoleh bilangan iodin dari Cocoa Butter Substitute yang

berasal dari Medan adalah 0,21 gr I2/100gr dan dari Kuala Tanjung adalah 0,29 gr

(9)

DETERMINATION OF IODINE VALUE IN COCOA BUTTER

SUBSTITUTE (CBS) IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

Determination has been made of Iodine Value with titration methods in some

Cocoa Butter Substitute (CBS) in PT. Palmcoco Laboratories, Medan. Results

obtained from the average level of iodine value Cocoa Butter Substitute derives

(10)

DAFTAR ISI

2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 6

2.2. Minyak Kelapa Sawit 8

2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit 8

2.2.2. Pemurnian Kelapa Sawit 9

2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit 11

2.3. Cocoa Butter Substitute (CBS) 12 3.3.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan Indikator 18

Amilum 1%

3.3.2.2. Prosedur pembuatan KI 10% 18 3.3.2.3. Prosedur Pembuatan Larutan 19

(11)

3.3.2.4. Prosedur Standarisasi Larutan 19 Na2S2O3 0,1N

3.4. Proses Analisa

3.4.1. Prosedur Penentuan Bilangan Iodin 20

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 21

4.2. Perhitungan 22

4.3. Pembahasan 23

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 24

5.2. Saran 24

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan 9 Minyak Inti Kelapa Sawit

(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Bilangan Iodin dengan metode titrasi terhadap

beberapa Cocoa Butter Substitute (CBS) di PT. Palmcoco Laboratories, Medan.

Dari hasil analisa diperoleh bilangan iodin dari Cocoa Butter Substitute yang

berasal dari Medan adalah 0,21 gr I2/100gr dan dari Kuala Tanjung adalah 0,29 gr

(14)

DETERMINATION OF IODINE VALUE IN COCOA BUTTER

SUBSTITUTE (CBS) IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

Determination has been made of Iodine Value with titration methods in some

Cocoa Butter Substitute (CBS) in PT. Palmcoco Laboratories, Medan. Results

obtained from the average level of iodine value Cocoa Butter Substitute derives

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir

dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik (perkebunannya

dapat di temukan antara lain di Sumatera Utara dan D.I. Aceh) dan produk

olahannya minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal.

Keragaman kegunaan minyak sawit sebagai bahan baku industri pangan dan

nonpangan memungkinkan prospeknya lebih cerah dibandingkan dengan kopi dan

karet olahan.

Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman

komoditas (penghasil produk dagangan) sejak Revolusi Industri bergaung keras di

Eropa. Saat itu, di Eropa mulai bermunculan industri atau pabrik (antara lain

industri sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/baku untuk

operasionalnya. Minyak Sawit, dan minyak inti sawit yang muncul kemudian,

(16)

Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama, yaitu mutu minyak sawit dalam arti

benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain dapat

ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka

penyabunan dan bilangan iodin.

Bilangan iodin adalah gram iodine yang diserap oleh 100 gram minyak

dan lemak. Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun

minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk

senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya

ikatan rangkap. I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh maupun

yang dalam bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada jumlah asam lemak

tidak jenuh dalam lemak. Minyak yang akan diperiksa dilarutkan dengan

kloroform kemudian ditambahkan iodin berlebih. Sisa iodine yang tidak bereaksi

dititrasi dengan natrium tiosulfat. Tingginya bilangan iodin merupakan salah satu

penentu kualitas minyak kelapa sawit.(Ketaren.2005)

Pengolahan minyak inti kelapa sawit diperoleh beberapa turunan yaitu salah

satunya adalah RBD Palm Kernel Oil. Minyak dapat dihidrogenasi dengan tujuan

mengurangi ketidakjenuhan minyak tersebut yang dapat menyebabkan perubahan

pada bilangan iodinnya.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk memilih judul “PENENTUAN BILANGAN

(17)

1.2. Permasalahan

Apakah kadar bilangan iodin dalam Cocoa Butter Substitute (CBS) dari dua

sumber yang berbedatelah memenuhi standar mutu.

1.3. Tujuan

1. Untuk membandingkan Bilangan Iodin dari Cocoa Butter Substitute (CBS)

yang berasal dari Medan, dan Kuala Tanjung.

2. Untuk mengetahui jumlah kadar bilangan iodin dari Cocoa Butter Substitute

(CBS) telah memenuhi standar mutu.

1.4. Manfaat

Dengan dilakukannya penentuan bilangan iodin dengan metode titrasi terhadap

Cocoa Butter Substitute (CBS), kita dapat mengetahui tingkat kejenuhan minyak

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan

minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit dapat tumbuh

dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun

kisaran suhu 22o – 32oC. Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dikenal terdiri

dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya. Dura, Tenera dan

Pisifera. Masing – masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung. Warna

daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna jingga setelah

buah menjadi matang.(Ketaren,1986)

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam

palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit.

Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak,

sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam

lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari

(19)

non trigliserida. Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam

lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. (Tambun,2006)

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit

Awal mulanya, di Indonesia, kelapa sawit sekadar berperan sebagai tanaman hias

langkah di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman penghias jalanan atau

pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun

sesudahnya.

Ketika itu, tahun 1848, Pemerintah Kolonia Belanda mendatangkan empat

batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam (masing – masing

mengirimkan dua batang) yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.

Selanjutnya hasil anaknya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini,

selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembangbiak hanya

berperan sebagai tanaman hias.

Pada masa ini, perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang lokasinya baru

ada di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh ini, berkembang dengan pesat.

Menurut FC. Van Heurn di dalam CJJ. Van Hall dan C. Van Koppel sebagaimana

dikutip oleh Soetrisno dan Retno Winahyu (1991), ekspor minyak dan inti sawit

mereka dimulai pada tahun 1919 dan 1923, masing- masing sebesar 576 ton dan

(20)

mulanya perkebunan- perkebunan tersebut dimiliki oleh perorangan. Dalam

perkembangannya, usaha perkebunan perorangan ini tergeser dan akhirnya

tergantikan oleh perusahaan perkebunan.(Tim penulis PS, 1997)

2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit

2.1.2.1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah. Kernel (daging buah) biasanya besar dengan kandungan minyak

yang rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa

(21)

3. Tenera

Ketebalan berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di

sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96%.

Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera, dengan ukuran lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka – wakka

Jenis ini memiliki ciri khas dimana adanya dua lapisan daging buah.

2.1.2.2. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga

kehitam – hitaman waktu masak.

(22)

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah

menjadi jingga kemerahan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarn keputih – putihan, sedangkan setelah masak

menjadi kekuning – kuningan.(Tim Penulis PS, 1997)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil

inti kelapa sawit (pellet, pellet ini biasanya digunakan sebagai makanan ternak).

Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti

kelapa sawit adalah pabrik. Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli.

2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang kebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit

yang tipis; kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit

(23)

karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam banyak dari jenis

tenera kurang lebih 500 – 700 ppm.

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa

sawit.

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (persen)

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa

serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa

simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam

(24)

Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui

tahap proses sebagai berikut :

1. Netralisasi

Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari

minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan

basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock).

2. Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat

warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan

mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap

(fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga

menggunakan bahan kimia.

Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah

karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warna diubah

menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah

karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga

(25)

3. Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan

untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.

Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas

dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu

dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis

minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan

pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi; misalnya lemak susu,

lemak cokelat dan minyak jagung.

4. Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan

menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga

akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Proses

hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat

plastis.(Ketaren,2005)

2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit

Menurut perkiraan kurang lebih 90% dari produksi minyak sawit dunia

(26)

minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk miyak goreng, margarin,

butter,vanaspati, shortening untuk pembuatan kue – kue.(Tim Penulis PS,1997)

2.3. Cocoa Butter Substitute (CBS)

Teknologi pembuatan Cocoa Butter Substitute (CBS) dari minyak inti sawit

banyak dilakukan menggunakan bahan yang terafinasi. Pembuatan CBS dari

minyak inti sawit terafinasi memerlukan bantuan katalis nikel 0,1%.

Produk CBS hasil hidrogenasi minyak inti sawit kasar mengandung bau,

warna, asam lemak bebas air sehingga perlu dilakukan proses refinasi. Prosesnya

diawali dengan pemucatan dengan penambahan bleaching earth 1% suhu

90-105oC selama 45 menit. Setelah itu, proses deodorisasi dilakukan pada suhu 220

o

C selama 3 jam dengan tujuan menghasilkan CBS yang tidak berbau, padatan

putih, dan kadar air 0,02%. CBS yang sudah diafinasi dapat digunakan pada

pembuatan coklat dengan penambahan gula, bubuk coklat, dan lesitin. Namun,

coklat yang dihasilkan masih kasar dan ini biasanya digunakan pada meses.

(27)

Tabel.2.2. Spesifikasi Cocoa Butter Substitute (CBS)

(Standar Internasional ISIRI (IRAN) 10273)

2.4. Bilangan Iodin

Bilangan iodin berbanding langsung dengan derajat ketidakjenuhan. Bilangan

iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga

berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang

tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah

biasanya berupa padatan. Selama pemrosesan minyak dan lemak, sebagai

derajat dari pertambahan hidrogenasi, bilangan iodin berkurang. (Lawson, H.

W.,1985)

2 Saponification value (mg KOH/ 1gr Oil) 220-225

3 Slip melting point 33-35

4 Unsaponification matter % max o,6

5 Colour (5 ¼ inch lovibond cell 10 Y/ 1 R

6 Free fatty acids (FFA %) As. Lauric 0,1 max

(28)

lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap

sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. (Ketaren,1986)

Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk

persenyawaan yang jenuh. Banyak iodium yang diikat menunjukkan banyaknya

ikatan rangkap dimana ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan

memudahkan terjadinya oksidasi di udara maupun air. (Shahidi,F. 2005)

2.5. Titrasi Iodometri

Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indicator dari luar karena warna I2

yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula

cokelat agak tua , menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan

seterusnya, sampai akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih tegas bila

ditambahkan amilum ke dalam larutan sebagai indicator. Amilum dengan I2

(29)

sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila yod

masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilun dan hasil penguraian

ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir. (Harjadi,1993)

2.6. Standar Mutu

Akhir – akhir ini minyak kelapa sawit berperan cukup penting dalam perdagangan

dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang

menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak

sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan

harga dan nilai komoditas ini.

Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat

dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti

benar – benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu

minyak sawit dalam arti pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat

fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium.

Sedangkan, yang kedua berdasarkan pengukuran.

Industri pangan maupun nonpangan selalu menghendaki minyak sawit

dalam mutu terbaik, yaitu minyak sawit dalam keadaan segar, asli, murni dan

tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam – logam (dari alat

(30)

BAB 3

l. Gelas erlenmeyer 250 ml pyrex

m. Pipet volume 20 ml pyrex

n. Pipet volume 10 ml pyrex

(31)

p. Buret 50ml duran

q. Statif dan klem

r. Karet penghisap

3.2.Bahan

a. Sampel CBS PT. Pamin Medan

b. Sampel CBS PT. MNA, Kuala Tanjung

c. Aquadest

(32)

Substitute dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara memanaskan sampel didalam

oven pada suhu 800C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam

melakukan penimbangan.

3.3.2. Pembuatan Larutan Pereaksi

3.3.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan Indikator Amilum 1%

a) Ditimbang sebanyak 0,5 gr serbuk amilum kedalam beaker glass 100 ml.

b) Dilarutkan dengan aquadest hingga 50 ml.

c) Dipanaskan dengan menggunakan hotplate sambil diaduk dengan

magnetic stirrer hingga menjadi 50 ml.

3.3.2.2. Prosedur Pembuatan Larutan KI 15%

a) Ditimbang sebanyak 7,5 gr serbuk KI dalam beaker glass 50 ml.

b) Dilarutkan dengan aquadest dan diaduk hingga larut sempurna.

c) Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan

aquadestsampai garis tanda.

(33)

3.3.2.3. Prosedur Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N

a) Ditimbang sebanyak 12,41 gr kristal Na2S2O3 kedalam beaker glass

b) Dilarutkan dengan aquades.

c) Dimasukkan kedalam labu ukur 500 ml.

d) Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas.

e) Dihomogenkan.

3.3.2.4. Prosedur Standarisasi Larutan Na2S2O3 0,1 N

a) Ditimbang sebanyak 1,5 gr K2Cr2O7 dalam beaker glass.

b) Dilarutkan dengan aquadest lalu dihomogenkan.

c) Dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml.

d) Ditambahkan dengan aquadest sampai garis tanda.

e) Dihomogenkan dengan magnetic stirrer.

f) Ditambahkan 25 ml K2Cr2O7.

g) Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.

h) Ditambahkan 20 ml KI 15% dengan menggunakan pipet volume.

i) Ditambahkan 10 ml HCl (p) dengan menggunakan pipet volume.

j) Dihomogenkan.

k) Didiamkan selama 5 menit dalam ruang gelap.

l) Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga menjadi warna hijau tua.

(34)

n) Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan menjadi hijau

muda.

o) Dicatat volume titik akhir titrasi

3.4. Proses Analisa

3.4.1. Prosedur Penentuan Bilangan Iodin

a) Ditimbang sampel dalam Erlenmeyer ± 0,5 gr.

b) Ditambahkan 20 ml sikloheksana dan 25 ml larutan wijs (dengan pipet

volume).

c) Ditutup Erlenmeyer.

d) Diaduk.

e) Disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit.

f) Ditambahkan 20 ml larutan KI 15% (dengan pipet volume).

g) Ditambahkan 40 ml aquadest (dengan gelas ukur).

h) Diaduk .

i) Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan warna

menjadi kuning.

j) Ditambahkan ± 2 ml amilum 1%.

k) Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga bening.

l) Dicatat volume titik akhir titrasi

(35)
(36)

B. Cocoa Butter

Untuk menentukan Bilangan Iodin pada Cocoa Butter Substitute (CBS) dapat

ditentukan dengan menggunakan rumus ini.

V Titrasi Blanko (ml) - V Titrasi Sampel (ml) X N Na2S2O3 X 12,692

Bilangan Iodin =

(37)

Untuk sampel Cocoa Butter Substitute (CBS) yang berasal dari PT. Pamin Medan

V Titrasi Blanko (ml) - V Titrasi Sampel (ml) X N Na2S2O3 X 12,692

Bilangan Iodin =

Berat Sampel (gr)

41,60 - 41,55 x 0,0999 x 12,692

=

0,5218

= 0,12 gr I2/100 gr

4.3. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh Bilangan Iodin pada Cocoa

Butter Substitute (CBS) yang diteliti, masih memenuhi standar mutu Cocoa Butter

Substitute (CBS) yaitu masih dibawah 2 gr I2/100 gr. Faktor – faktor yang

menyebabkan perbedaan bilangan iodin ini adalah bahan dasar pembuatan CBS

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh bilangan iodin pada Cocoa Butter Substitute (CBS)

pada PT. Pamin Medan (0,21; 0,25; 0,28) lebih kecil daripada bilangan iodin pada

Cocoa Butter Substitute (CBS) PT. MNA Kuala Tanjung (0,29; 1,46; 0,80).

5.2. Saran

a. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti Cocoa Butter

Substitute (CBS) dengan parameter yang berbeda seperti bilangan

penyabunan, bilangan peroksida, ataupun asam lemak bebas.

b. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya meneliti bilangan iodin sampel

Cocoa Butter Substitute (CBS) yang berasal dari Jakarta, Surabaya, dan

Bengkulu.

c. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti Cocoa Butter

Eqivalent (CBE), Cocoa Butter Improver (CBI), dan Cocoa Butter

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

http://iopri.org/paham1. Diakses Tanggal 31 Mei 2014

Ketaren, S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI – Press

Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI – Press

Lawson, H. W. 1985. Standards For Fats & Oils. Amerika: United Stated

Shahidi, F. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Sixth Edition. New

York: John Wiley & Sons.

Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: USU

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

http://iopri.org/paham1. Diakses Tanggal 31 Mei 2014

Ketaren, S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI – Press

Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI – Press

Lawson, H. W. 1985. Standards For Fats & Oils. Amerika: United Stated

Shahidi, F. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Sixth Edition. New

York: John Wiley & Sons.

Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: USU

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
Tabel.2.2. Spesifikasi Cocoa Butter Substitute (CBS)

Referensi

Dokumen terkait

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada 43 ayat (7) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang

menjadi perselisihan (peristiwanya), yaitu segala apa yang diajukan oleh pihak yang satu tetapi disangkal oleh pihak yang lain. Sedangkan masalah hukumnya tidak usah

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arbaitin (2010: 31) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan

Laporan Akhir ini berisi, Gambaran Umum Daerah Rencana,Pola Sistem Studi Daerah Rencana, metodologi sistem persampahan, metodologi penyusunan masterplan

Pemberian pelatihan pencatatan KMS balita tidak berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan kader Posyandu dalam pencatatan KMS balita , sehingga p erlu dilakukan

Pada satu tahun ke belakang beberapa lembaga dan perguruan tinggi luar negeri telah melakukan kerja sama dengan FIB Unpad di antaranya: pada 7 Januri 2020 melakukan

Namun padahakikatnya terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistemekonomi lainnya karena landasan sistem ekonominya berbeda.Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu

Kemudian berteman dengan siapa saja dan selalu ramah supaya orang lain tidak memiliki pemikiran negatif kepada wanita yang memakai cadar, Bagi Perguruan Tinggi Islam agar tidak