• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosesi Upacara Perkawinan Dan Makna Gelar Adat Bagi Masyarakat Adat Lampung Saibatin Paksi Benawang Buay Seputih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosesi Upacara Perkawinan Dan Makna Gelar Adat Bagi Masyarakat Adat Lampung Saibatin Paksi Benawang Buay Seputih"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Paksi Benawang Buay Seputih

(Studi Di Desa Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu)

(Skripsi)

Oleh :

JUNIANTAMA ADE PUTRA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

The Procession of the Marriage Ceremony and the Meaning of Traditional Title for Indigenous People of Lampung Saibatin Paksi Benawang Buay Seputih

(a study in Tanjung Rusia Village, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu)

By

Juniantama Ade Putra

In Lampung Saibatin Indigenous people from ancient to present, the principle of patrilineal descent is not done by all full members of it. Some members of the Indigenous community Lampung Saibatin embrace the switch-over marriage form (patrilineal Alternerend), known as the two forms of marriage; they are Jojokh marriage and Semanda marriage. The problems of this study are how the process of Traditional Marriage Ceremony of Lampung Saibatin culture is and what the meanings of traditional title for Indigenous People in Lampung Saibatin are. Generally, this study aims to determine the marriage ceremony on Lampung Saibatin Paksi Benawang culture, and the meanings contained in their traditional title/adok. This study used qualitative research methods, where the selection of informants was purposively selected, and the informants are the persons who understand the issues and are willing to provide information. Data collecting techniques in this study are through in-depth interviews and documentation. Based on the results of this study, it showed that, first; the marriage ceremony by this indigenous people, has the several phases, the first phase is Himpun (deliberation) "includes himpun kemuakhian and himpun pemekonan", the second phase is Ngitai, the next phase is Akad Nikah, the next phase is Ngelepot Napai and followed by Ngarak, after that is granting the title/adok, the next phase is Pangan, and the last but not least is bassakh assakhan (cleaning the cooking utensils and mats on the river). Second, the meaning contained in traditional title/adok is the implementation of traditional wedding is that the brides (Punyimbang baru) have the right and duty to manage the rights and duty of their younger siblings. It is also giving the chance of someone who holds a title/adok to become a punyimbang, so he/she will have his/her status in the traditional structure. The person who has been being given the title is usually more popular, this happens because they have a role and a very important function in society.

(3)

Prosesi Upacara Perkawinan dan Makna Gelar Adat bagi Masyarakat Adat Lampung Saibatin Paksi Benawang Buay Seputih (studi di Desa Tanjung Rusia

Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu)

Oleh

Juniantama Ade Putra

Pada masyarakat Adat Lampung Saibatin sejak dahulu hingga sekarang ini, prinsip keturunan Patrilineal tidak dilakukan oleh semua anggota sepenuhnya. Beberapa anggota masyarakat Adat Lampung Saibatin menganut bentuk Perkawinan Beralih-alih (Patrilineal Alternerend), yang dikenal dengan dua bentuk perkawinan yaitu Perkawinan Jojokh dan Perkawinan Semanda. Adapun masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Prosesi Upacara Perkawian Adat Lampung Saibatin dan Makna Gelar Adat bagi Masyarakat Adat Lampung Saibatin. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses upacara perkawinan pada masyarakat adat Lampung Saibatin Paksi Benawang, dan makna yang terkandung dalam gelar/adok adat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja yaitu yang memehami permasalahan dan bersedia memberikan informasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pertama; proses upacara perkawinan masyarakat adat memiliki beberapa tahapan yaitu tahap pertama himpun (musyawarah) “meliputi himpun kemuakhian danhimpun pemekonan”, tahap selanjutnya Ngitai, tahap berikutnya Akad Nikah, kemudian Ngelepot Napai, dilanjutkana Ngarak, setelah itu pemberian gelar / adok, tahap berikutnya Pangan, dan yang terakhir bassakh assakhan (kegiatan membersihkan perlengkapan masak dan tikar di sungai). Kedua; makna yang terkandung dalam gelar/adok adat adalah Pelaksanaan pernikahan adat memiliki makna bahwa mempelai (Punyimbang baru) berhak dan berkewajiban mengatur hak dan dan kewajiban adik-adiknya, Membuka kesempatan terhadadap seseorang yang menyandang gelar/adok untuk menjadi seorang punyimbang sehingga memiliki status di dalam struktur adat, penerima gelar adat biasanya lebih popular, hal ini disebabkan karena mereka memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting di dalam masyarakat.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Skripsi adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Megister/ Sarjana/ Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 21 Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

M a t r a i Rp. 6 0 0 0

(5)

Paksi Benawang Buay Seputih

(Studi Di Desa Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu)

Oleh

JUNI ANTAMA ADE PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi :PROSESI UPACARA PERKAWINAN DAN MAKNA GELAR ADAT BAGI

MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN PAKSI BENAWANG BUAY SEPUTIH (Studi di Desa Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu)

Nama Mahasiswa :Juni Antama Ade Putra Nomor Pokok Mahasiswa : 0716011051

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Drs. Abdulsyani, M.Ip NIP. 19550704 198503 1 025

2. Ketua Jurusan Sosiologi,

(7)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Abdulsyani, M.Ip.

Penguji Utama :Drs. Pairul Syah, M.H.

2. Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si. NIP: 19580109 198603 1 002

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung tercinta beberapa tahun silam tepatnya tanggal 22 Juni 1989. Dengan nama lengkap bernama Juniantama Ade Putra. Penulis adalah putra pertama dari lima bersaudara, dari ayahanda bernama Zulkifli dan Ibunda bernama Susyanti. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Kartini Bandar Lampung diselesaikan tahun 1995, kemudian melanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa dan Sekolah Dasar Negeri 1 Langkapura diselesaikan pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004 dan dilanjutkan kembali di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(9)

Penulis berhasil menyelesaikan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah (PPD). Dilokasi PKL penulis ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh HMI khususnya bidang PPD baik dalam penyikapan atas kebijakan pemerintahan daerah, advokasi masyarakat, sampai kegiatan yang bersifat tekhnis dan lain sebagainya.

Penulis sempat mengabdikan diri sebagai pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Sosiologi pada tahun kepengurusan 2009-2010 sebagai Ketua Umum, di sini penulis banyak mendapatkan pembelajaran dalam menempa dan menumbuh kembangkan kemampuan kepemimpinan serta bakat yang dimiliki untuk pemenuhan kebutuhan dasar mahasiswa yaitu aktualisasi. Di tahun ini jugalah penulis merasakan benar bagaimana berlatih bekerja sama dengan orang lain, bermusyawarah mencari jalan keluar dari settiap permasalahan, hingga membentuk gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh penulis sebelum berhimpun di HMJ Sosiologi, dan inilah yang penulis pikir akan terjadi ketika kita sudah selesai berjuang di dunia pendidikan dan bergelut di dunia kerja.

Selain bergelut dalam organisasi intra kampus penulis juga menasbihkan diri sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat Sosial Politik Universitas Lampung, salah satu organisasi ekstra kampus terbesar dan tertua di Indonesia. Penulis memulai “petualangan” di HMI

(10)

dilanjutkan LK I (Basic Training) HMI Komisariat Ushuluddin IAIN RI pada tahun 2009, kemudian penulis mengikuti LK II (Intermediete Training) HMI Cabang Serang pada tahun 2010.

Dalam keseharian aktivitas ber-HMI, penulis pernah diamanahkan menjadi Sekretaris Umum HMI Komisariat Sosial Politik Unila periode 2010-2011, lalu penulis melanjutkan jenjang pada kepengurusan HMI Cabang Bandar Lampung periode 2011-2012 sebagai Wakil Sekretaris Umum Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah (PPD), dan pada kepengurusan HMI Cabang Bandar Lampung periode 2012-2013 penulis diamanahkan sebagai Ketua Bidang Penataan Aparatur Organisasi (PAO).

Selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa sudah beberapa kali mengikuti agenda seminar baik lokal maupun nasional serta pelatihan-pelatihan, antara lain :

1. Pelatihan Ketahanan Nasional yang diadakan oleh Kesbangpol Provinsi 2. Pelatihan Pengelolaan Museum yang diadakan oleh Museum Lampung 3. Seminar Nasional Kepemudaan yang diadakan oleh BEM Fisip Unila 4. Seminar Pembangunan Daerah yang diadakan Pemerintah Provinsi 5. Latihan Kader I HMI Komisariat Ushuluddin IAIN RI

6. Latihan Kader II HMI Cabang Serang

(11)

Saya persembahkan sedikit hasil dari rangkaian proses hidup ini penuh rasa syukur dan

kerendahan hati yang terdalam kepada orang-orang terkasih :

Akan dan Ibu tersayang, untuk segenap kasih sayang yang tiada henti selama ini, selalu

menanti dengan doa, memenuhi kebutuhan dengan cucuran keringat dan airmata,

kepercayaan dan harapan besar yang menghantarkanku mencapai gelar sarjana,

perjuanganku belum selesai.!

Adik-adikku tersayang Rengga Dwie Gumilang, Ilham Faisal, Akbar Suzali Sikamsa,

Ichtiary Khoirunnisa yang selalu memberikan keceriaan dan iringan do a.

Keluarga besarku dari Tanjung Rusia dan Pugung Tampak

Calon Istri dan Ibu dari anak-anakku kelak

(12)

Peta Wilayah Kabupaten Pringsewu

(13)

bagi Masyarakat Adat lampung Sai Batin Paksi Benawang Buay Seputih

(Studi Kasus di Desa Tanjung Rusia, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu)

Fokus Penelitian : 1. Bagaimana proses pengambilan gelar dalam upacara perkawinan adat Lampung Sai Batin Paksi Benawang Buay Seputih

2. Pengaruh yang Dirtimbulkan dari Pengambilan gelar adat terhadap Status Sosial Seseorang dalam Masyarakat

I. Karakteristik Informan dan Latar Belakang Masalah. 1. Nama Informan :

(14)

II. Prosesi Upacara Perkawinan dan Makna Gelar Adat bagi Masyarakat Adat lampung Saibatin

8. Acara sebelum pernikahan 9. Acara saat pernikahan 10. Acara Mandi diway

11. Proses pemberian gelar adat

12. Kedudukan mempelai setelah pemberian gelar adat 13. Pengaruh gelar adat terhadap status sosial

14. Kedudukan penerima gelar dalam struktur adat 15. Pengaruh gelarterhadap popularitas

(15)

Jln. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung 35145 Tlp/Fax(0721) 704 624

Nomor : /UN.26/6/DT/2013 Bandar Lampung, 29 Januari 2013

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dengan ini mengharapkan bantuan Bapak/Ibu agar mahasiswa FISIP Universitas Lampung :

Nama : Juniantama Ade Putra

NPM : 0716011051

Jurusan : Sosiologi Fakultas : ISIP

Semester : XI (Sebelas)

dapat diberikan izin untuk melakukan riset, studi dokumentasi, dalam rangka penyusunan Tugas Akhir yang berjudul :Prosesi Upacara dan Makna Gelar Adat bagi Masyarakat Adat lampung Saibatin Paksi benawang, buay Seputih (Studi Kasus di Kecamatan Pardasuka)

sebagai salah satu syarat menyelesaikan studinya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung.

Demikian surat ini dibuat, atas bantuan Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

a.n. Dekan Fisip Unila

Pembantu Dekan I Fisip Unila

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani,1994.Sosiologi Skematik, Teori dan Terapan, Bumi Aksara. Jakarta Arif Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional,

1992.

Beilharz, Peter. 2002.Teori-Teori Sosial. Pustaka Belajar: Yogyakarta Chaidar, 1992. Lampung Bersimbah Darah.Rajawali Grafiti. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta

Depdikbud, 1978/1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Lampung. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudaayaan.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Kebudayaan Masyarakat Lampung di Kabupaten

Lampung Timur. Bandung: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, 2003.

_________

. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta Koentjaraningrat. 1985.Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru: Bandung Miles, Matthew B dan A.Michael Huberman. 1992.Analisa Data Kualitatif.

Universitas Indonesia Press: Jakarta

Moleong, Lexy J. 2001.Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Roesdakarya: Bandung

Nasir, M. 1988.Metode Penelitian. Ghalia: Jakarta

(17)

Peursen, Van. 1976.Strategi Kebudayaan. Kanisius: Yogyakarta

Prasetya, Joko Tri, dkk. 1998.Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta: Jakarta

Sanapiah, Faisal. 1990.Format-Format Penelitian Sosial. Rajawali Pers: Jakarta Soekanto, Soerjono. 1985.Seri Pengenalan Sosiologi 1 : Max Weber,

Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi.Rajawali Pers: Jakarta __________

. 1989.Seri Pengenalan Sosiologi 10 : Robert K. Merton, Analisa Fungsionl. Rajawali Pers: Jakarta

Suyono, Ariyono. 1985.Kamus Antropologi. Akademika Pressindo: Jakarta Hadikusuma, Hilman. 1989.Adat Istiadat Lampung. Fajar Agung: Lampung

(18)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses upacara perkawinan adat masyarakat adat saibatin di Tanjung Rusia meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), ngitai, Akad Nikah, Ngelepot Napai, Ngarak, Pemberian Gelar / Adok, dan Ngejamu Tamu), Pangan (meliputi : Betamat, Ngejamu Tamu, dan Pembagian Mi), danBassakh assakhan.

(19)

ini dilakukan di Lamban Gedung/Pengayoman (rumah punyimbang adat) dan dipimpin langsung olehBatin.Para masyarakat yang datang pada tahapan tersebut disajikan kue-kue dan minuman (susu, kopi, teh) yang telah disediakan oleh baya (orang yang punya hajat). Himpun pemekonan biasanya dilakukan satu bulan sebelum hari pelaksanaan akad nikah. Himpun ini dilaksanakan untuk menentukan hari pelaksanaan akad nikah, pelambakahan (sumbangan makanan yang diletakkan pada nampan besar yang diberikan masyarakat kepada baya berupami segok“nasi, sayur, lauk dan kue-kue yang akan disajikan padangejamu tamu”)

Tahap selanjutnya adalah Ngitai. Pada tahap ini didahului oleh pembicaraan antara keluarga calon mempelai pria, dimana pada tahap ini umumnya calon mempelai pria mengadakan pembicaraan kepada keluarganya mengenai hubungannya dan rencana untuk menikahi. Dalam pembicaraan itu dipilih seorang tokoh adat yang bertugas melakukan perundingan dengan keluarga calon mempelai perempuan. Setelah itu proses lamaran yang ditandai dengan kedatangan calon mempelai laki-laki dan tokoh adat tersebut ke rumah calon mempelai perempuan untuk menanyakan kepada tokoh adat yang dijadikan pembicara pihak mempelai perempuan.

(20)

80

perempuan dengan membawa uang jujur yang di bawa di atas nampan berbentuk kapal yang kemudian akan diberikan kepada tokoh adat yang telah diberikan mandat oleh pihak dari keluarga calon besan. Sedangkan di Rumah keluarga mempelai laki-laki juga dilakukan pemasangan kebung tikhai (kain yang disulam dengan benang emas dan dipasang pada seluruh dinding ruangan di rumah orang yang punya hajat yang akan dipakai dalam prosesi upacara adat). Dengan diterima uang jujur tersebut oleh pihak dari calon mempelai perempuan, maka telah selesai pula prosesngitaitersebut.

Tahap berikutnya adalah akad nikah. Akad nikah dilakukan di rumah mempelai perempuan dengan dihadiri oleh keluarga kedua mempelai dan tokoh adat pekon tersebut. Akad nikah dilaksanakan dengan rukun nikah yaitu, ijab kabul, ada wali perempuan, dan dua orang saksi.

Tahap ketiga kegiatanNgelepot Napai yang dilakukanbebay bantu(ibu-ibu yang membantu) di Lamban baya (rumah orang yang punya hajat), sejak pagi hingga sore hari. Mereka berasal dari dalam maupun luarpekon. Dalam melakukan tugas, mereka dikontrol langsung olehLamban lunik.

(21)
(22)

82

Tahapan kelima adalah pelaksanaan pangan (hari pertama acara inti dalam prosesi upacara perkawinan adat saibatin).Pangan (hari pertama acara inti dalam prosesi upacara perkawinan adat saibatin) meliputi beberapa kegiatan yaitu, betamat, ngejamu tamu(menjamu tamu) yang datang denganmakhapmenyajikan kue) danpembagian mi.

Tahap keenam tahapan terakhir pada pelaksanaan upacara perkawinan pada adat masyarakat adat Lampung saibatin) yaitu bassakh assakhan. Kegiatan bassakh assakhan merupakan kegiatan membersihkan peralatan seperti tikar, panci dan peralatan makan lainnya yang digunakan dalam upacara perkawinan pada masyarakat adat saibatin diway(sungai) dan dilakukan oleh paramulli mekhanai (bujang gadis) yang ada di pekontersebut.

2. Makna gelar adat bagi masyarakat adat Pekon Tanjung Rusia

(23)

Masyarakat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia mempunyai strata(tingkatan) baik berdasarkan geneologis(keturunan, umur), maupun status sosial dalam adat (punyimbang pekon,suku, marga dan keluarga) status sosial ini hanya dapat dicapai melalui garis keturunan, kemudian daripada itu status sosial seseorang dapat menjadi filter, karena seseorang yang bergelar adat tersebut akan menentukan sikap prilakunya dalam menghayati falsafah hidup masyarakat Lampung.

B. Saran

1. Kepada tokoh adat dan masyarakat khususnya saibatin di Tanung Rusia dapat menjaga tradisi yang sudah menjadi adat istiadat. Karena keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat adat Lampung saat ini perlu mendapatkan perhatian dan pembinaan serta pelestarian sehingga nilai luhur yang terkandung didalamnya diharapkan akan memperkaya aset budaya bangsa.

(24)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah peneliti lakukan dengan studi wawancara mendalam tentang prosesi upacara pernikahan adat dan makna gelar adat bagi masyarakat adat Lampung saibatin di Pekon Tanjung Rusia. Namun sebelum menampilkan hasil penelitian akan terlebih dahulu ditampilkan identitas informan dan hasil wawancara dengan informan dan selanjutnya baru dipaparkan pembahasan hasil penelitian.

A. Identitas Informan

(25)

Dari hasil penelitian di lapangan, terdapat tiga orang informan yang secara deskriptif peneliti dapat menceritakan identitas dari masing-masing informan sebagai berikut :

1. Informan I

Identitas Informan yang pertama yaitu Zulkifli dengan gelar Batin Bangsa Khatu. Informan lahir di Tanjung Rusia pada tanggal 7 Agustus 1959. Informan merupakan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Kabupaten Lampung selatan. Gelar Batinnya didapat mewarisi ayah/Akan beliau yaitu Hi. Bachtiar Arifin denganadok tuhaatau gelar tua Indra Patisaat informan menikah di tahun 1987 dengan upacara pernikahan adat dan secara otomatis beliau menjadi punyimbang atau pemangku adat Pekon Tanjung Rusia sampai saat ini.

2. Informan II

Informan yang kedua bernama Edwin Nando dengan gelar Khadin Barlian. Informan dilahirkan di Tanjung Rusia pada tanggal 20 Juni 1961. Pekerjaan Informan saat ini adalah pengusaha Kakau.

(26)

55

3. Informan III

Sedangkan Informan yang ketiga adalah Hi. Sofyan Arifin dengan gelar Lidah Batin,Informan dilahirkan di Tanjung rusia 63 Tahun silam. Pendidikan terakhir beliau adalah lulusan SLTA, dan saat ini bekerja sebagai pegawai di kantor Pekon Tanjung Rusia.

Informan merupakan penduduk asli Pekon Tanjung Rusia. Pada setiap kesempatan beliau selalu terlibat aktif dalam kegiatan adat yang dilakukan di Pekon Tanjung Rusia. Hal ini dilakukan sesuai dengan tugas beliau sebagai Lamban Lunik yang mengontrol setiap kegiatan adat di Pekon Tanjung Rusia. Adok tuha/gelar tua beliau didapat saat menikahkan putra tertuanya yang sekarang menggantikan posisi beliau sebagai Lamban Lunik yaitu Sulhan Afani dengan gelarKhadin Paksi.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Prosesi upacara perkawinan adat masyarakat Lampung Saibatin Pekon Tanjung Rusia. Dan Makna gelar adat bagi masyarakat adat Pekon Tanjung Rusia.

1. Prosesi Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Adat Lampung Saibatin Tanjung Rusia

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zulkifli dengan gelar Batin Bangsa Khatu, Edwin Nando dengan gelar Khadin Barlian, dan Bapak Hi.

(27)

beberapa proses, yaitu Tahapan pertama yang dilakukan adalah himpun(berkumpul). Himpun terbagi menjadi dua yaitu himpun kemuakhian danhimpun pemekonan.

1.1. Himpun kemuakhian dilangsungkan di rumah baya (orang yang mangadakan hajat), dengan dihadiri oleh para sanak saudara yang termasuk dalam keluarga besarnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh masukan berupa saran dari keluarga besar tentang pelaksanaan acara yang akan dilaksanakan tersebut. Himpun ini biasa dilakukan pada malam hari. Setelah mendapatkan saran dan persetujuan tentang pelaksanaan acara tersebut, maka keesokan harinya digelar himpun pemekonan.

(28)

57

ekonomi para masyarakat adat dalam mengikuti prosesi upacara perkawinan adat tersebut.

1.3. Tahap selanjutnya adalah Ngitai. Pada tahap ini didahului oleh pembicaraan antara keluarga calon mempelai pria, dimana pada tahap ini umumnya calon mempelai pria mengadakan pembicaraan kepada keluarganya mengenai hubungannya dan rencana untuk menikahi. Dalam pembicaraan itu dipilih seorang tokoh adat yang bertugas melakukan perundingan dengan keluarga calon mempelai perempuan. Setelah itu proses lamaran yang ditandai dengan kedatangan calon mempelai laki-laki dan tokoh adat tersebut ke rumah calon mempelai perempuan untuk menanyakan kepada tokoh adat yang dijadikan pembicara pihak mempelai perempuan.

(29)

diterima uang jujur tersebut oleh pihak dari calon mempelai perempuan, maka telah selesai pula prosesngitaitersebut.

1.4. Tahap berikutnya adalah akad nikah. Akad nikah dilakukan di rumah mempelai perempuan dengan dihadiri oleh keluarga kedua mempelai dan tokoh adat pekon tersebut. Akad nikah dilaksanakan dengan rukun nikah yaitu, ijab kabul, ada wali perempuan, dan dua orang saksi.

(30)

59

menikah). Selain itu pemasangan koade sewaan, yang menggantikan hiasan pelaminan yang dibuat olehmekhanaimenggunakan janur kuning dan buah-buahan yang disusun secara berundak-undak.

(31)

berasal dari keluarga mempelai tersebut, serta tidak didampingi suku-suku. Diwaktu yang bersamaan dan bertempat di rumah baya (orang yang punya hajat),terjadi kegiatan memotong kerbau.

Gambar 3 Skema susunan anggota yang mengikuti proses Ngarak Punyimbangadat

Keterangan : 1. (Penari silat)

2. (Penabuh Rebana/MuliMekhanai) 3. (Hulubalang/Penetap Imbokh) 4. (Suku Kiri/Suku Kanan) 5. (Mempelai/punyimbangAdat) 6. (Lamban Lunik)

7. (Arah berjalan pesertangarak)

(32)

61

Keterangan : 1. (Penari silat)

2. (Penabuh Rebana/MuliMekhanai) 3. (Hulubalang)

4. (Mempelai)

5. (PunyimbangAdat) 6. (Kerabat Mempelai)

7. (Arah berjalan pesertangarak)

Simbol-simbol warna:

1. Putih merupakan simbol yang dipakai oleh punyimbangadat tertinggi dan biasa dipakai olehPengikhan, Dalom, dan batin 2. Kuning merupakan simbol yang dipakai oleh orang yang mewakili

punyimbangadat yaitu olehKhaja, khadin, kimas,danmas

3. Merah merupakan simbol yang dipakai oleh masyarakat biasa yang masih menjadi kerabat terjauh daripunyimbangadat

4. Hitam merupakan simbol yang dipakai oleh orang atau masyarakat biasa yang merupakan pendatang yang bergabung kedalam suatu kepunyimbangan

(33)

orang yang sudah diberi tugas / orang yang biasa memberi adok, sambil membunyikan canang.

Sesudah pemberian gelar / adok, baya (orang yang punya hajat) langsung ngejamu tamu yang datang. Apabila keluarga punyimbang yang melaksanakan proses tersebut maka ada acara anjau Makhga yaitu mengundang semua punyimbang yang berada dalam satu kebandakhan. Ngejamu tamu yang dilakukan oleh baya (orang yang punya hajat) adalah denganmakhap (menyajikan kue) dan pangan(menyajikan nasi, sayur, lauk). makanan yang disajikan oleh baya (orang yang punya hajat) adalah makanan yang berasal dari pelambakhan (sumbangan makanan yang diletakkan pada nampan besar yang diberikan masyarakat kepada baya berupa mi segok(nasi, sayur, lauk dan kue-kue yang akan disajikan pada ngejamu tamu) dan makanan yang telah dibuat oleh bebay bantu (ibu-ibu yang membantu). Saat ini hiburan yang ada disaat ngejamu tamuadalah orgen tunggal.

(34)

63

(menyajikan kue) dan dijamu dengan minuman khas saat betamat yang sudah dijadikan tradisi yaitu strub (sirup merah dicampur dengan selasih). Dihari pangan juga terdapat pembagian mi kepada masyarakat adat dari pekon lain yang telah memberi sudu’ terbesar. Mi yang dibagikan merupakan mi ayak (kue-kue adat yang diletakkan di dalam kaleng berukuran setengah meter yang diberikan oleh masyarakat adat kepada baya).

1.9. Tahap terakhir adalah basssakh assakhan. Bassakh assakhan dilakukan oleh para mulli mekhanai pekon tersebut. Kegiatan membersihkan peralatan ini dilakukan di way (sungai). Apabila si baya adalah punyimbang adat, maka para muli yang tidak ikut ke way ditugaskan untuk memasak caluk (kaki kerbau) yang yang telah di potong untuk dijadikan sayur makan para mulli mekhanai yang telah mengikuti pelaksanaan bassakh assakhan. Namun sekarang, dalam pelaksanaan bassakh assakhan pada masyarakat adat biasa dilakukan oleh baya (orang yang punya hajat) dan di bantu oleh beberapa ibu-ibu tetangga saja.

(35)

mekhanaiyang ada di PekonTanjung Rusia melanjutkan pendidikan di Kota dan mencari pekerjaan di Kota besar. Selain itu klasa (tempat tahapan dalam prosesi upacara perkawinan adat berlangsung, yang tiangnya terbuat dari bambu / kayu, atapnya ditutupi terpal dan dihias dengan janur kuning) yang biasanya dibuat oleh mulli mekhanai, kini sudah tergantikan dengan tarup dan hiasannya digantikan dengan koade sewaan.

2.1. Makna gelar adat bagi masyarakat adat Pekon Tanjung Rusia

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan, dapat diketahui bahwa dalam tahapan prosesi upacara perkawinan adat saibatin adat pemberian gelar, dan gelar itu sendiri memilki makna terhadap kehidupan pribadi dan sosial dalam masyarakat Lampung saibatin di Pekon Tanjung Rusia. Adapun makna dalam gelar adat bagi masyarfakat adat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia, yaitu ;

2.1. Menurut Zulkifli dengan gelar/adok Batin Bangsa Khatu: 2.1.1 Pernikahan

(36)

65

kedudukan isteri terputus hubungan dengan keluarga/kerabatnya sendiri, walaupun secara materil, hubungan ini terjalin seperti semula. 2.1.2 KepunyimbanganAdat

Membuka kesempatan terhadadap seseorang yang sudah menyandang gelar/adok untuk menjadi seorang punyimbang sehingga memiliki status di dalam struktur adat.

Menurut Batin Bangsa Khatu struktur adat pada masyarakat adat lampung saibatin di Tanjung Rusia memunculkan suatu lembaga kepemimpinan yang disebut kepunyimbanganadat. Kepunyimbangan adat ini pada hakekatnya menunjukkan tingkat kewenangan seseorang dalam keluarga, kerabat dan masyarakat adat, baik dalam suatu kebuayan, kelompok dan masyarakt adat lainnya

Menurutnya punyimbang merupakan pengayom serta panutan dalam masyarakat adat. Peranan punyimbang antara lain selain menghadiri musyawarah adat sebagai pekhwatin, dia juga harus mengikuti proses pengambilan keputusan. Fungsi mereka disini tidak hanya dalam masyarakat adat, melainkan punyimbang memiliki peranan dalam membimbing sanak keluarga dan anggota masyarakt mengenai aturan-aturan, norma-norma, dan hukum adat yang berlaku. Dengan demikian mereka yang mendapat gelar adat memilik status jabatan adat dalam struktur kekeluargaan, suku, pekon, dan kebuayan.

2.1.3 Gelar Adat

(37)

telah menerima gelar adat biasanya lebih popular(dikenal) dalam masyarakat, hal ini disebabkan karena mereka memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting di dalam masyarakat. Menurutnya hal ini terjadi karena seseorang yang memilliki gelar adat dan berstatus sebagai punyimbang adat biasanya lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan adat dan menjalankan fungsi yang penting di dalam upacara-upacara adat. Selain berperan dalam upacara-upacara-upacara-upacara adat mereka juga harus menghadiri musyawarah adat sebagai pekhwatin, dia juga harus mengikuti proses pengambilan keputusan. Maka dengan demikian tingkat kepopularitasannya di dalam masyarakat adat lebih popular dibandingkan dengan masyarakat lain.

2.2. Menurut Edwin Nando dengan gelarKhadin Barlian:

Menurut Bapak Edwin Nando gelar adat tidak hanya bermakna terhadap status sosial dalam masyarakat tetapi juga terhadap status sosialnya dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat kedudukannya di dalam suatu keluarga, apabila seseorang belum mendapatkan gelar adat maka di dalam keluarga dia hanya dimintai pendapat tanpa bisa mengambil keputusan dikarenakan masih ada yang lebih tua tingkatannya. Jika sudah menikah dan mendapatkan gelar adat dia dapat mengambil keputusan didalam keluarga dan akan dipatuhi oleh keluarga besarnya.

2.3. Menurut Bapak Hi. Sofyan Arifin dengan gelar Lidah Batin

(38)

67

umur), maupun status sosial dalam adat (punyimbang pekon,suku, marga dan keluarga) status sosial ini hanya dapat dicapai melalui garis keturunan, kemudian daripada itu status sosial seseorang dapat menjadi filter, karena seseorang yang bergelar adat tersebut akan menentukan sikap prilakunya dalam menghayati falsafah hidup masyarakat Lampung, hingga tingkat hukuman(sanksi) apabila yang bersangkutan melanggar aturan. Karena apabila seseorang melanggar aturan-aturan adat atau norma-norma sosial maka nilai tinggi yang terkandung dalam gelarnya tersebut akan memudar dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

C. Pembahasan

Dalam Pembahasan ini akan dipaparkan mengenai dua hal, yaitu : Prosesi upacara perkawinan adat masyarakat Lampung Saibatin Pekon Tanjung Rusia. Dan Makna gelar adat bagi masyarakat adat Pekon Tanjung Rusia.

1. Prosesi Upacara Perkawinan Adat masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Tanjung Rusia

(39)

Dalam masyarakat adat Lampung saibatin di Tanjung Rusia komponen piil pusengikhi itu sendiri termasuk di dalamnya bujenong buadok, yaitu nama-nama panggilan(gelar/adok) dalam keluarga, dalam masyarakat, maupun dalam adat, dimana gelar dalam masyarakat Lampung saibatin di Tanung Rusia ini diberikan mengikuti garis keturunan langsung dan diberikan saat prosesi pernikahan karena dianggap sudah mapan dan siap mengemban amanah dan tanggung jawab sebagaipunyimbangadat.

Prosesi upacara pernikahan adat dalam rangka menyatukan kedua mempelai dan mewarisi gelar/adok kebesaran dalam adat, dimana dalam hubungan kekerabatan yang ada dalam masyarakat adat Lampung di pekon Tanjung Rusia antara lain yang paling penting adalah perkawinan.

Prosesi perkawinan dan pemberian gelar adat pada masyarakat adat Lampung saibatin di Tanjung Rusia dilakukaun melalui beberapa proses, yaitu tahapan pertama yang dilakukan adalahhimpun.

(40)

69

Himpun pemekonan merupakan musyawarah adat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat adat yang ada di pekon Tanjung Rusia. Himpun ini dilakukan di Lamban Gedung/Pengayoman (rumah punyimbang adat) dan dipimpin langsung oleh Batin. Para masyarakat yang datang pada tahapan tersebut disajikan kue-kue dan minuman (susu, kopi, teh) yang telah disediakan oleh baya (orang yang punya hajat). Himpun pemekonan biasanya dilakukan satu bulan sebelum hari pelaksanaan akad nikah. Himpun ini dilaksanakan untuk menentukan hari pelaksanaan akad nikah, pelambakahan (sumbangan makanan yang diletakkan pada nampan besar yang diberikan masyarakat kepada baya berupa mi segok “nasi, sayur, lauk dan kue-kue yang akan disajikan pada ngejamu tamu”) masyarakat adat dan untuk mengetahui kesiapan ekonomi para masyarakat adat dalam mengikuti prosesi upacara perkawinan adat tersebut.

(41)

Setelah lamaran diterima, maka perundingan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai besarnya uang jujur dan besar emas kawin yang diinginkan calon mempelai perempuan. Setelah mencapai kesepakatan keesokan harinya calon mempelai laki-laki dan para tokoh adat datang kerumah calon mempelai perempuan dengan membawa uang jujur yang di bawa di atas nampan berbentuk kapal yang kemudian akan diberikan kepada tokoh adat yang telah diberikan mandat oleh pihak dari keluarga calon besan. Sedangkan di Rumah keluarga mempelai laki-laki juga dilakukan pemasangan kebung tikhai (kain yang disulam dengan benang emas dan dipasang pada seluruh dinding ruangan di rumah orang yang punya hajat yang akan dipakai dalam prosesi upacara adat). Dengan diterima uang jujur tersebut oleh pihak dari calon mempelai perempuan, maka telah selesai pula prosesngitaitersebut.

(42)

71

Di hari ngelepot napai, pemasangan tarup sebagai pengganti klasa (tempat tahapan dalam prosesi upacara perkawinan adat berlangsung yang tiangnya terbuat dari bambu atau kayu dan atapnya ditutupi terpal) yang saat ini tidak dibuat lagi oleh para mekhanai. Selain itu pemasangan koade sewaan, yang menggantikan hiasan pelaminan yang dibuat oleh mekhanai menggunakan janur kuning dan buah-buahan yang disusun secara berundak-undak.

(43)

pijakan yang disusun sepanjang jalan yang akan dilalui saat prosesi barak berlangsung). Selain itu iring-iringan mulli mekhanaipun hanya berasal dari keluarga mempelai tersebut, serta tidak didampingi suku-suku. Diwaktu yang bersamaan dan bertempat di rumah baya (orang yang punya hajat), terjadi kegiatan memotong kerbau.

Setelah pelaksanaan ngarak, dilakukan pelaksanaan pemberian gelar / adok yang bertempat dirumah baya (orang yang punya hajat). Pemberian adok dilakukan oleh Batin apabila kedua mempelai anak dari masyarakat biasa namun apabila kedua mempelai adalah anak punyimbang adat, maka pemberian adok dilakukan oleh orang yang sudah diberi tugas / orang yang biasa memberiadok,sambil membunyikan canang.

Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan pangan. Pangan meliputi beberapa kegiatan yaitu, betamat, ngejamu tamudanpembagian mi. Betamatdilakukan pada pagi di hari pangan. Betamat adalah kegiatan membaca al-qur’an yang dilakukan oleh mempelai perempuan. Acara ini dipandu oleh salah satu orang yang berasal dari pihak keluarga mempelai laki-laki dan dihadiri oleh para mulli, dan para ibu-ibu yang merupakan keluarga dari kedua mempelai. Setelah betamat, orang-orang yang hadir dalam pelaksanan betamat tadi dijamu dengan makhap (menyajikan kue) dan dijamu dengan minuman khas saat betamat yang sudah dijadikan tradisi yaitu strub (sirup merah dicampur dengan selasih).

(44)

73

ayak(kue-kue adat yang diletakkan di dalam kaleng berukuran setengah meter yang diberikan oleh masyarakat adat kepada baya).

Tahap terakhir adalah basssakh assakhan. Bassakh assakhan dilakukan oleh para mulli mekhanai pekon tersebut. Kegiatan membersihkan peralatan ini dilakukan di way (sungai). Apabila si baya adalah punyimbang adat, maka para muli yang tidak ikut ke way ditugaskan untuk memasak caluk (kaki kerbau) yang yang telah di potong untuk dijadikan sayur makan para mulli mekhanai yang telah mengikuti pelaksanaan bassakh assakhan. Namun sekarang, dalam pelaksanaan bassakh assakhan pada masyarakat adat biasa dilakukan olehbaya(orang yang punya hajat) dan di bantu oleh beberapa ibu-ibu tetangga saja.

2. Makna gelar adat bagi masyarakat adat Pekon Tanjung Rusia

Masyarakat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia memiliki strata (tingkatan) adat, baik berdasarkan status geneologis (keturunan, umur) maupun status sosial dalam adat (penyimbang marga, pekon, suku, dan kelaurga). Brerangkat dari strata tersebut maka dalam kehidupan sehari-hari, terjadi interaksi dalam kelompok dan antar kelompok masyarakat. Dalam pelaksanaanya menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing strata datau tingkatan itu.

(45)

dari masyarakat biasa, karena yang bersangkutan merupakan panutan dari masyarakat adat dalam lingkupPekon(kampong) Tanjung Rusia.

Di dalam masyarakat adat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia status sosial ini hanya dapat dicapai melalui garis keturunan, status ini dalam mendapatkannya berbeda dengan status atas dasar usaha yang disengaja (Achieved Status), sehingga kedudukan yang ada bersifat tertutup dan turun temurun. Individu dan segenap masyarakat harus tunduk dan patuh terhadap status sosial serta gelar adat yang dimiliki oleh masing-masing.

Pada masyarakat Pekon Tanjung Rusia, seorang laki-laki yang telah menyandang gelar adat secara otomatis memiliki peran dan tanggung jawab terhadap masyarakat yang menjadi bawahannya, walaupun itu dalam lingkup terkecil yaitu keluarga.

Adapun makna dari gelar adat bagi masyarakat adat Lampung saibatin di Tanjung Rusia yaitu :

1. Dengan diberikannya gelar adat maka kedua mempelai berkedudukan sebagai orang tua dalam sebuah rumah tangga, serta berkewajiban mengatur hak dan kewajiban adik-adik yang belum menikah dan mengikuti kedudukan suami dalam batas-batas kedudukannya sebagai penguasa adat kekerabatannya.

(46)

75

di Tanjung Rusia memunculkan suatu lembaga kepemimpinan yang disebutkepunyimbangan adat. Kepunyimbangan adat ini pada hakekatnya menunjukkan tingkat kewenangan seseorang dalam keluarga, kerabat dan masyarakat adat, baik dalam suatu kebuayan, kelompok dan masyarakat adat lainnya. punyimbang merupakan pengayom serta panutan dalam masyarakat adat. Peranan punyimbang antara lain selain menghadiri musyawarah adat sebagai pekhwatin, dia juga harus mengikuti proses pengambilan keputusan. Fungsi mereka disini tidak hanya dalam masyarakat adat, melainkan punyimbang memiliki peranan dalam membimbing sanak keluarga dan anggota masyarakt mengenai aturan-aturan, norma-norma, dan hukum adat yang berlaku. Dengan demikian mereka yang mendapat gelar adat memilik status jabatan adat dalam struktur kekeluargaan, suku, pekon, dan kebuayan. Dilihat dari aspek kewenanangan bagi paraPunyimbang pada masyarakat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

2.1. Kedudukan Punyimbang kebuwayan (asal), secara langsung mempunyai hubungan atau ikatan darah secara garis lurus ke atas yang dianggap sebagai cikal bakal mereka yang mendiami suatu tiyuh (kampung). Punyimbang kebuwayan ini lazim juga disebut punyimbang marga. Maksudnya menujnukkan luas wilayah

(47)

Kecuali itu, punyimbang kebuwayan(asal) inilah yang bila ada rapat punyimbang adat dari kebuwayan yang bersangutan. Dalam hal ini sekaligus mewakili tiyuh atau kebuwayan bila ada urusan atau masalah dengan kebuwayan lain dalam satu kelompok atau pihak marga lain.

2.2. Kedudukanpunyimbang tiyuh(kampung), pada dasarnya hanya dapat diperoleh dengan cara garis keturunan langsung. Kewenangan punyimbang tiyuh ini pada dasarnya sama dengan punyimbang marga dalam mengayomi dan melindungi warganya, hanya saja tidak dapat mewakili kebuwayan. Baik punyimbang kebuwayan maupun punyimbamg tiyuh ini harus memiliki “Lamban Gedung” sebagai tempat berkumpul keluarga besarnya dalam memecahkan setiap permasalahan.

2.3. Kedudukanpunyimbang suku, juga memiliki kewenangan yang sama dengan punyimbang marga dan punyimbang tiyuh. Perbedaanya hanya pada ruang lingkup kewenangannya saja.

(48)

77

mereka juga harus menghadiri musyawarah adat sebagai pekhwatin, dia juga harus mengikuti proses pengambilan keputusan. Maka dengan demikian tingkat kepopularitasannya di dalam masyarakat adat lebih popular dibandingkan dengan masyarakat lain.

4. Masyarakat Lampung Saibatin di Tanjung Rusia mempunyai strata(tingkatan) baik berdasarkan geneologis(keturunan, umur), maupun status sosial dalam adat (punyimbang pekon,suku, marga dan keluarga) status sosial ini hanya dapat dicapai melalui garis keturunan, kemudian daripada itu status sosial seseorang dapat menjadi filter, karena seseorang yang bergelar adat tersebut akan menentukan sikap prilakunya dalam menghayati falsafah hidup masyarakat Lampung, hingga tingkat hukuman(sanksi) apabila yang bersangkutan melanggar aturan. Karena apabila seseorang melanggar aturan-aturan adat atau norma-norma sosial maka nilai tinggi yang terkandung dalam gelarnya tersebut akan memudar dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

(49)

A. Tipe Penelitian

Menurut Surachmad (1987:131), tipe penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini

dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses upacara perkawinan pada Masyarakat Adat Saibatin Buay Seputih, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan tahapan proses upacara perkawinan adat tersebut ditinggalkan / dirubah. Dengan pertimbangan ini maka tipe penelitian kualitatif lebih tepat digunakan. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail dan memadai tentang fenomena sosial yang dihadapi.

Dengan penelitian kualitatif ini diharapkan dapat menjajaki secara luas dan mendalam objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah proses upacara perkawinan pada masyarakat adat saibatin Buay Seputih dan faktor-faktor yang menjadi penyebab tahapan dalam proses upacara perkawinan ini ditinggalkan / dirubah.

(50)

Penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian (Lexy J Moleong, 2000:86).

Penelitian ini dilakukan di Desa/ PekonTanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang relevan dan akurat sesuai dengan keadaan yang terjadi pada sekarang ini dan karena masih adanya hubungan kekerabatan antara peneliti dan informan.

C. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus, Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif sangat penting karena untuk membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dan latar penelitian.

(51)

Seputih. Tahapan-tahapan dalam proses upacara perkawinan tersebut dan faktor-faktor penyebab ditinggalkan / dirubah beberapa tahapan dalam proses upacara perkawinan adat tersebut melalui wawancara.

Adapun yang menjadi fokus penelitian yaitu :

1. Proses Upacara Perkawinan pada Masyarakat Adat Saibatin Buay Seputih a. Himpun

- Himpun Kemuakhian - Himpun Pemekonan b. Ngittai

c. Akad nikah d. Ngelepot Napai e. Tikku’

- Narak

- Pemberian Gelar /Adok

- Ngejamu tamu:MakhapdanPangan - Nikku’ Mulli Mekhanai

f. Pangan

- Betamat - Pembagian Mi

(52)

- Nikku’ Mulli Mekhanai g. Basssakh Asskhan

2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab tahapan proses upacara perkawinan adat ditinggalkan / dirubah

a. Tidak ada sanksi b. Keadaan ekonomi c. Pengaruh budaya lain

D. Penentuan Informan

Untuk memperoleh informasi yang diharapkan, Peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Adapun cara untuk menentukan informan yang akan

diinterview/ diwawancara yaitu dengan cara mengunjungi keluarga atau masyarakat setempat sepertiDalom (Punyimbang Adat), tokoh adat, pemerintah setempat, orang yang melanggar adat / tradisi dan orang yang dianggap Penulis dapat membantu untuk mendapatkan data yang

lengkap. Untuk menentukan siapa saja yang dapat memberikan keterangan dilakukan secara Purposive Sampling, dimana informan dipilih secara sengaja.

E. Teknik Pengumpulan Data

(53)

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, teknik ini dilakukan dengan percakapan tatap muka secara langsung antara peneliti dan informan, menurut pengetahuan yang diekspresikan dalam kata-kata informan. Teknis wawancara dilakukan dalam suasana santai dimana Peneliti membuka pertanyaan diawali dengan topik utama yang akan diteliti, kemudian secara detail dan sistematis mengarahkan pertanyaan kepada pengungkapan informasi yang akan diteliti. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh akses dan pemahaman serta peristiwa yang tidak dapat diamati secara langsung oleh Peneliti. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

2. Dokumentasi

Yaitu pengambilan data tertulis yang ada di buku-buku dan skripsi-skripsi, sehingga dapat digunakan sebagai penunjang kebenaran. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya bersumber dari lembaga-lembaga lain yang memiliki data yang dapat menunjang proses penelitian ini.

(54)

Menurut Mohammad Nazir, analisis data adalah suatu kegiatan pengelompokan, membuat suatu urutan manipulatif serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca. Data yang peneliti dapat dari penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa data, memecahkan permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan menjadi pokok kajian di dalam penelitian ini.

Data merupakan hal-hal dengan apa kita berpikir. Merupakan bahan mentah (raw material), refleksi, sampai melalui perbandingan, kombinasi dan evaluasi. Data di tarik kearah tingkat yang lebih tinggi dalam bidang generalisasi dan kemudian digunakan sebagai bahan mentah kembali untuk pemikiran selanjutnya yang lebih tinggi (higher thinking). Jadi data adalah bahan yang dianalisis (Winarno, 1982 : 66).

Analisa data adalah suatu kegiatan pengelompokan, membuat suatu urutan serta menyingkat sehingga mudah dibaca (Nasir, 1985:54). Data yang diperoleh di lapangan dianalisa dengan menggunakan analisa data kualitatif.

Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994:189) analisis data kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Menurut Miles dan Hubermas (1992:16-20) analisis data kualitatif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

(55)

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorgansasikan data dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data merupakan satu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mngorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian dan mencari kembali data yang diperlukan. Reduksi data ini berlangsung terus sejak penelitian dimulai sampai laporan akhir yang lengkap tersusun;

.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun, yang memberi

(56)

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Data

Peneliti berusaha mencari arti pola, tema konfigurasi yang mungkin, penjelasan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya. Kekokohan dan kecocokannya yang merupakan

validitasnya sehingga akan memperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaanya. Proses ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data, meskipun masih bersifat sementara. Pada permulaan pengunpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur-alur sebab akibat dari proposisi..

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data : Model Interkatif Sumber : Miles (1992 : 20)

Berdasarkan gambar tersebut terlihat jelas tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Dengan demikian, siklus interaktif ini juga dapat menunjukan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau mendapatkan pengertian yang mendalam, komprehensif dan rinci mengenai suatu masalah, sehingga dapat melahirkan kesimpulan-kesimpulan.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

(57)
(58)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Proses Upacara Adat

Pengertian proses menurut Ariyono Soeyono (1985:335) dalam kamus Antropologi mengemukakan bahwa proses mengandung dua pengertian yaitu :

1. Berlangsungnya suatu peristiwa dalam ruang waktu 2. Perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan.

Sedangkan pengertian lain menurut Lukman Ali (1997:790) bahwa proses itu adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu (kemajuan sosial berjalan terus).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses adalah

runtunan / cara suatu peristiwa / kejadian tersebut berkembang secara terus-menerus. Sedangkan yang dimaksud dengan proses didalam penelitian ini adalah menunjukkan bagaimana runtunan / cara (tahapan) pelaksanaan upacara perkawinan pada masyarakat adat Saibatin Paksi Benawang Buay Seputih yang dimulai dariHimpunsampai denganBassakh Assakhan.

Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (Lukman Ali 1997:1108) yang dimaksud dengan upacara adalah :

1. Tanda-tanda kebesaran

(59)

Adat berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai arti yaitu kebiasaan, dan di Indonesia kita jumpai bermacam-macam istilah adat diantaranya adalah:

1. Di Gayo (Aceh), istilah adat disebutOdot 2. Di Jawa, istilah adat disebutNgadat 3. Di Lampung, istilah adat disebutHadat 4. Di Bugis, istilah adat disebutAde

Dari kesemua istilah di atas menunjukkan apa yang disebut adat itu selain berbeda bentuk dan aturannya tetapi berbeda juga nama dan istilahnya, namun kesemua itu mengandung pengertian bahwa adat adalah kebiasaan yang berlaku dan dianut oleh suatu masyarakat di suatu tempat.

Sementara itu pengertian adat menurut Sidi Gaza’ba (1986:39) adalah kebiasaan tradisional yang

dijadikan normatif yang sudah mendarah daging, membentuk tabiat, atau dengan kata lain adat merupakan suatu kebiasaan yang terjadi secara berulang-ulang dalam suatu masyarakat dan memiliki norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adat adalah kebiasaan yang berlaku dan dianut oleh suatu masyarakat disuatu tampat yang terjadi secara berulang-ulang serta memiliki norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat tersebut.

(60)

tradisional yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa penting yang bersifat magis dan religius.

B. Pengertian Perkawinan Adat

Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan (UU No 1 Tahun 1974 Pasal 1) dikemukakan

bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara sesorang pria dan seseorang wanita, sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal,

berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa ….”.

Dalam Kamus Antropologi (1985:315) Perkawinan adalah suatu hubungan antara pria dan wanita yang sudah dewasa yang saling mengadakan ikatan hukum adat, atau agama dengan maksud bahwa mereka saling memelihara hubungan tersebut agar berlangsung dalam waktu relatif lama. Sedangkan dari sudut hukum islam Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan yang dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan syariat islam (Hamid, 1976:18). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah ikatan dan perjanjian yang luhur dan suci antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dengan memenuhi hak-hak dan kewajiban yang didasari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, dengan tujuan untuk melanjutkan generasi.

(61)

hingga ke anak cucunya.

Menurut Hilman Hadikusuma (2003:70) perkawinan adat adalah suatu bentuk pelaksanaan perkawinan dimana dalam tata cara pelaksanaan dilakukan menurut ketentuan adat yang berlaku dan dianut secara turun temurun oleh masyarakat yang menganut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan adat adalah ikatan dan perjanjian yang tidak semata-mata menyatukan dua orang manusia yang berlawanan jenis kalamin, akan tetapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda, atau kebiasaan yang dibawa oleh masing-masing mempelai yang dilaksanakan dengan suatu rangkaian kegiatan adat yang sesuai dengan aturan-aturan agama serta adat istiadat setempat yang sudah menjadi warisan nenek moyang.

C. Masyarakat Adat Saibatin

(62)

Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang berinteraksi menurut suatu sistem adat iatiadat tertentu yang terikat oleh rasa identitas bersama secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Ariyono Soeyono (1985:4) adat adalah kebiasaan yang bersiat magis religius dari kehidupan penduduk asli, yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan yang kemudian menjadi sistem atau peraturan-aturan tradisional.

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (1989:5) yang dimaksud dengan adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu sistem.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan adat adalah semua tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat yang berasal dari warisan nenek moyang yang diturunkan hingga ke anak cucunya yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu sistem.

Jadi yang dimaksud dengan masyarakat adat Lampung adalah suatu masyarakat keturunan asli orang Lampung yang perilaku atau adat istiadatnya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai yang dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang sampai ke anak cucunya yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang sudah ada.

(63)

dinamakan orang Lampung yang beradat Saibatin (Depdikbud, 1990:50).

Saibatin sesungguhnya diartikan status yang ada dalam adat untuk membina kerukunan bermasyarakat yang mengikat hubungan persaudaraan, sehingga berkembang menjadi suatu kedudukan dengan adanyapunyimbang saibatin.Punyimbang saibatinyang dimaksud yaitu istilah bagi pimpinan adat Daerah Lampung Pesisir umumnya dan Daerah Buay Seputih pada khususnya. Secara harfiahpunyimbangartinya yang berhak mewarisi dalam masalah adat yang kepemimpinannya diwarisi secara turun temurun pada anak laki-laki tertua yang berlaku sejak dahulu. Sedangkanpunyimbangbila dihubungkan dalam masalah keturunan umumnya berarti anakpunyimbang nyawa(anak laki-laki tertua) yang berhak mewarisi semua harta kedudukan, pangkat di lingkungan kekerabatan adat dari pihak ayahnya (Zulchilal B.C, 1982:19).

Selanjutnya dimaksud dengan Saibatin adalah yang memimpin dengan ciri-ciri: 1. Martabat kedudukan adat tetapi, tidak ada upacara peralihan adat.

2. Jenjang kedudukan saibatin tanpa tahta pepadun. 3. Bentuk perkawinan denganjojokhdansemanda. 4. Pengaruh islam sangat kuat

(64)

Pengertian masyarakat Lampung Saibatin adalah kelompok yang berusaha menjaga kemurnian daerah dalam mendudukan seseorang dalam jabatan adat, yang oleh kelompok masyarakat lazim disebutkepunyimbangan(Depdikbud, 1985/1986:22).

Masyarakat Adat Saibatin tidak dapat meraih derajat yang lebih tinggi dengan cara Upacara Cakak Pepadun. Walaupun orang-orang yang memilik derajat tertinggi senantiasa silih berganti disebabkan oleh kematian dan kelahiran, namun derajat tertinggi dalam masyarakat (Gelar Punyimbang) merupakan suatu hak turun-temurun.Punyimbang(Pun: yang dihormati,

nyimbang: yang mewarisi) artinya orang yang dituakan karena ia pewaris mayor dalam keluarga kerabat atauKebuayan. Dengan adanyakepunyimbanganini maka keluarga Lampung mulai dari suatu keluarga rumah kecil sampai kerabat besar, buway,suku tiyuhdanmarga / paksi

mempunyai pemimpin menurut garis keturunan laki-laki (Patrilinial). Tanpa adanyapunyimbang maka kerabat itu akan buyar tidak menentu, karena tidak ada yang dituakan, tidak ada tempat pemusatan keluarga / kerabat, tidak ada yang mengatur atau tidak ada yang dituakan dalam musyawarah dalam menyelesaikan peristiwa-peristiwa kekerabatan (Hilman Hadikusuma, 1989:17).

(65)

Makna dari unsurPi’il Pesenggirimenurut adat Lampung Pesisir (Lampung Saibatin) dikutip dari Zulchilal B.C (1986:41-42), sebagai berikut :

1. Pi’il Pesenggiri

Diartikan sebagai segala sesuatu menyangkut harga diri, perilaku yang perasa dan mudah tersinggung, disamping sikap yang menjaga dan menegakkan nama baik serta martabat secara pribadi maupun keluargakemuakhian/ persaudaraan.

2. Sakai Sambayan

Diartikan besarnya rasa gotong royong, saling membantu, serta bahu membahu dan saling pengertian sehingga terciptanya ikatan persaudaraan yang kekal.

3. Nguakhi Simah

Artinya bermurah hati dan ramah kepada siapa saja, baik berupa pemberian maupun tutur kata serta sopan santun yang menyatakan keterbukaan masyarakat Lampung.

4. Nengah Nyampokh

Artinya dalam pergaulan, masyarakat Lampung mudah menyesuaikan diri kedalam keluarga lain. Sehingga bagi mereka yang belum mengenalnya sukar diduga siapakah aslinya orang tersebut.

(66)

Artinya gelar,adok, jenongadalah nilai-nilai besar kebanggaan masyarakat Lampung sebagai warisan adat yang turun temurun karena dengan dipanggilnya nama asli seseorang

merupakan suatu penghinaan terutama bila sedang dilangsungkan pesta adat.

D. Proses Upacara Perkawinan Adat

Adapun proses upacara perkawinan adat Lampung Saibatin, khususnya Buay Seputih meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Himpun

Musyawarah yang dilakukan untuk menentukan hari “H” dan membahas persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum menghadapi pelaksanaan upacara adat perkawinan. Terdapat dua macamHippunyaitu :

a. Himpun Kemuakhian

Musyawarah yang dilakukan olehBaya(Orang yang punya hajat) dengan mengumpulkan seluruh keluarga besar yang masih memiliki ikatan keluarga dan bertempat diLamban Baya(rumah orang yang punya hajat).

b. Himpun Pemekonan

Musyawarah adat yang dilakukan olehBaya(Orang yang punya hajat) dengan seluruh masyarakat satuPekon,yang dipimpin olehDalomdan bertempat diGedung(Rumah Punyimbang Adat).

2. Ngittai

(67)

wanita. Tahapan ini hanya bisa dilakukan apabila Si pelamar dan yang di lamar adalah anak punyimbang adat.

3. Akad Nikah

Prosesi dimana mempelai pria dan mempelai wanita melaksanakan akad nikah dengan memenuhi rukun nikah dan disaksikan oleh para kerabat dekat.

4. Ngelepot Napai

Suatu kegiatan yang dilakukan olehBebay Bantu(ibu-ibu yang membantu) untuk membuat makanan tradisi di waktuNayuh(upacara perkawinan pada masyarakat adat) yaituLeppot (lepet) danTapai(tape) yang bertempat diLamban Baya(rumah orang yang punya hajat). 5. Tikku’

Hari pertama, dari acara inti dalam suatu proses upacara perkawinan adat, dimana dalam acara ini terdapat kegiatan adat berupaBarak, pemberian gelar / adok, Ngejamu tamu. Adapun pengertian kegiatan tersebut sebagai berikut :

a. Ngarak

Kegiatan mengarak / mengiring pengantin kelilingpekon,yang dimulai dariGedung (rumahpunyimbang adat) dan berakhir diLamban Baya(rumah orang yang punya hajat). b. Pemberian Gelar / Adok

(68)

c. Ngejamu Tamu

Kegiatan menjamu tamu di haritikku’yang dilakukanBaya(orang yang punya hajat) kepada tamu yang datang dari seluruhpekondi Paksi Ngarip, dengan menyajikan makanan dariLamban Baya(rumah orang yang punya hajat) danPelambakhan (sumbangan makanan yang diletakkan pada nampan besar yang diberikan masyarakat kepadabayaberupami segok“nasi, sayur, lauk dan kue-kue yang akan disajikan pada ngejamu tamu”) masyarakat adat.Ngejamu tamuterbagi menjadi dua macam :

- Makhap : penjamuan tamu yang dilakukanBayadengan menyajikan kue.

- Pangan : penjamuan tamu yang dilakukanBayadengan menyajikan nasi, sayur dan lauk.

d. Nikku’ Mulli Mekhanai

Tradisi adat di hariTikku’, mengundang bujang gadis yang berada di seluruh Pekon di Buay Seputih, yang dilakukan olehBaya(orang yang punya hajat) berupa tarian, lempar pantun (adi-adi), kegiatan perkenalan antara bujang gadis yang ada diseluruhPekondi Buay Seputih, acara ini ditujukan sebagai hiburan bagi kedua mempelai dan anggota keluarga kedua belah pihak yang hadir serta para tamu dalam prosesi upacara adat tersebut.

6. Pangan

Hari kedua, dari acara inti dalam suatu proses upacara perkawinan adat, yang didalamnya terdapat kegiatan adat berupaBetamat, Nikku’ Mulli Mekhanai,Ngejamu Tamu,dan pembagian Mi. Adapun pengertian dari kegiatan di atas adalah :

(69)

mempelai wanita dan mempelai pria, keluarga dari kedua mempelai, yang dipandu oleh kerabat dari pihak mempelai wanita.

b. Ngejamu Tamu

Kegiatan menjamu tamu di haritikku’yang dilakukanBaya(orang yang punya hajat) kepada tamu yang datang dari seluruhpekondi Buay Seputih, dengan menyajikan makanan dariLamban Baya(rumah orang yang punya hajat) danPelambakhan (sumbangan makanan yang diletakkan pada nampan besar yang diberikan masyarakat kepadabayaberupami segok“nasi, sayur, lauk dan kue-kue yang akan disajikan pada ngejamu tamu”) masyarakat adat.Ngejamu tamuterbagi menjadi dua macam :

- Makhap : penjamuan tamu yang dilakukanBayadengan menyajikan kue.

- Pangan : penjamuan tamu yang dilakukanBayadengan menyajikan nasi, sayur dan lauk.

c. Nikku’ Mulli Mekhanai

Tradisi adat di hariPanganmengundang bujang gadis yang berada di seluruhPekondi Paksi Ngarip, yang dilakukan olehBaya(orang yang punya hajat) berupa tarian, lempar pantun (adi-adi), kegiatan perkenalan antar bujang gadis yang ada diseluruhPekondi Buay Seputih, acara ini ditujukan bagi kedua mempelai dan anggota keluarga kedua belah pihak yang hadir serta para tamu dalam prosesi upacara adat tersebut.

d. Pembagian Mi

(70)

pemberian masyarakat adat satupekon/ kampung dan diberikan kepada penyumbang sudu’(uang amplop) terbesar yang berasal dari luarpekon.

7. Bassakh Assakhan

Kegiatan mencuci dan membersihkan seluruh peralatan seperti tikar, panci, dan perlengkapan makan lainnya yang telah dipakai dalam proses upacara perkawinan adat, yang dilakukan olehmulli mekhanaididuwai(sungai).

B. Kerangka Pemikiran

Searah dengan proses pembangunan, maka kekuatan ilmu pengetahuan, teknologi, industrialisasi dan mekanisme sebagai pendukung proses tersebut akan membawa kehidupan manusia menuju ke tahap masyarakat modern. Sehingga kehidupan tradisi yang dulu dipuja-puja semakin lama kian mengalami pelunturan. Sebab, manusia mulai menemukan sistem penilaian dan falsafah hidup yang baru dan membuat kecendrungan untuk meninggalkan beberapa pola tingkah laku yang ada sebelumnya. Sehingga kehidupan tradisi yang ada mungkin saja telah dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan masa sekarang.

(71)

menyatukan dua orang manusia yang berlawanan jenis kelamin, akan tetapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda, atau kebiasaan yang dibawa oleh masing-masing mempelai yang dilaksanakan dengan suatu rangkaian kegiatan adat yang sesuai dengan aturan-aturan agama serta adat istiadat setempat yang sudah menjadi warisan nenek moyang yang bersifat magis dan religius. Namun kini sudah mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.

Hal tersebut dapat dilihat dari proses upacara perkawinan pada masyarakat adat Saibatin Paksi Benawang, Buay Seputih khususnya di Tanjung rusia.

Proses upacara perkawinan adat di Buay seputih merupakan kebudayaan daerah yang

didalamnya mengandung nilai-nilai seni dan sakral. Prosesi ini dilakukan secara turun temurun dan sudah menjadi adat istiadat yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu dariHimpun, Ngittai, Akad Nikah, Ngelepot Napai, Ngarak,Pemberian Gelar /Adok, panganhingga tahapan akhirBassakh Assakhan.Namun, seiring berjalannya waktu, tahapan dalam proses upacara perkawinan adat tersebut sudah ada beberapa tahapan yang ditinggalkan dan dirubah.

(72)

Gambar

Gambar 4 Skema susunan anggota yang mengikuti proses NgarakMasyarakat Adat Biasa
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data : Model InterkatifSumber : Miles (1992 : 20)

Referensi

Dokumen terkait