ABSTRACK
THE QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND EVALUATION SUITABILITY FOR MAIZE (Zea mays L.) ON FARMERS GROUP TANI
MAKMUR SINAR MULYA VILLAGE NATAR DISTRICT, SOUTH LAMPUNG REGENCY maize include the third level after wheat and rice. Maize has sufficient of nutrient content and crude fiber as a substitute of a staple food of rice.
Land evaluation is a process to estimate the land resources potentially for a specific use, for agriculture and non-agriculture. An area of land suitability classes for the development of agriculture is essentially determined by the matching between the physical properties of the land and landuse requirements or conditions of plant growth. This research was done to classified of land suitability and financial feasibility of the maize plantation.
The aim of this research is to evaluate the qualitative suitability of land classes of maize fields on farmers group of Tani Makmur Sinar Mulya Village Natar District, South Lampung Regency, according to Djaenuddin et al. (2000) criteria and as well as evaluating of the quantitatively land suitability of maize plantation by calculating the value of Net B/C Ratio, NPV, and IRR.
average value of the NPV Rp 42.236.508,- , Net B/C 2,79, and IRR 33.45% month-1, is more than which that was assumed of interest rate of 1,08% month-1 or same as 13% year-1.
Key words : Qualitative land suitability, quantitative land suitability, maize plantation.
ABSTRAK
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika, sekitar abad ke-16 bangsa portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke tiga setelah gandum dan padi. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makan pokok pengganti beras.
Evaluasi lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Pada penelitian ini usahatani yang diteliti adalah kelas kesesuaian lahan dan kelayakan finansial pada tanaman jagung.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dan mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif budidaya tanaman jagung dengan menghitung nilai Net B/C Ratio, NPV, dan IRR.
Djaenuddin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara (S3wanr), dan secara finansial, usahatani tanaman jagung layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata NPV sebesar Rp 42.236.508,-, Net B/C 2,79, dan IRR 33,45 % bulan-1 nilainya lebih dari tingkat suku bunga yang diasumsikan sebesar 1,08% bulan-1 atau sama dengan 13% tahun-1.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN (Skripsi)
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta lokasi penelitian... 80
2. Lahan tanaman jagung dan titik pengambilan
sampel ... 81
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm.
Ashari, S. 1995. Pertanian (Aspek Budidaya). UI Press. Jakarta. 485 hlm.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Karnicius. Yogyakata. 116 hlm.
Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm. BMG Stasiun Klimatologi Masgar. 2010. Data Curah Hujan Lampung Selatan.
Lampung.
BPS Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. 605 hlm.
Defita, H. B. 2008. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman jagung. Gramedia. Yogyakarta. 260 hlm.
Dent, D. and A.Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 p.
Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2010. Budidaya Tanaman Jagung.
http://deptan.go.id/. Di akses 15 januari 2011.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. 2002. Laporan Tinjauan Hasil. Bagian Proyek Pengembangan jagung Lampung Selatan. 24 hlm.
Djaenuddin, D., Marwan, H.,Subagyo, A. Mulyani dan N. Suharta. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soemartono Adisoemarto. Airlangga. Jakarta. 374 hlm.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hlm.
Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Pertanian: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hanafiah, K., A. 2009. Dasar-dasar Ilmu tanah. Divisi buku perguruan tinggi. PT grafindo persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2009. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 314 hlm.
Hardjowigeno, S. 1995. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. IPB. Bogor. 200 hlm.
Hutagalung, P. 2009. Pertanian Ujung Tombak Perekonomian Indonesia. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 38 hlm.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Pertanian Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 374 hlm.
Junus Dai, H. Darul SWP, A. Hidayat, H. Y. Sumulyadi, Hendra S., Yayat A. H., A. Hermawan, P. Buurman and T. Balsem, 1989. Explanatory booklet of the Land Unit and Soil Map of the Tanjungkarang Sheet (1110), Sumatra. Center for Soil Research, Bogor.
Kartasapoetra, A.G. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Bogor. 112 hlm.
Kemas, 2007. Perubahan Iklim Dunia dan Pengaruhnya.
http://Kemas77.multiply.com/journal/item/32/Suhu. Diakses 1 Februari 2012.
Kementrian Pertanian. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/deskripsi06.pdf.
Diakses 21 Maret 2012.
Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas Sriwijaya.
Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184hlm.
Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan (Diktat, tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.
Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.
Munir, R. 1992. Kajian Pengaruh Pemberian Kapur dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Pada Podsolik Merah Kuning. Laporan Balai Penelitian dan Tanaman Pangan. Bogor.
Murni, A. M. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balitbang Pertanian. Bandar Lampung. 17 hlm.
Murtianto, H. 2008. Peta Satuan Lahan. http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpips/
Lainnya/Hendro_Murtianto/21_Peta__Satuan_Lahan.Pdf. Diakses 01
Desember 2011.
Murtopo, M.S. 2009. Jenis Batuan Yang Terdapat di Indonesia. Gramedia. Bogor. 342 hlm.
Nasih. 2010. Evaluasi Lahan.
http://nasih.wordpress.com/2010/12/04/evaluasi-lahan/. Diakses 17 November 2011.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.
Oktavia, R. 2010. Tanah Sumber Dan Awal Kehidupan. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 116 hlm.
Reyes, M. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset. Yogyakarta. 300 hlm.
Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta. 224 hlm.
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 127 hlm.
Shofyan, M. 2010. Deskripsi Jagung.
Soetriono. 2011. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi. Modul Kuliah. Universitas Jember.
http://irtusss.blogspot.com/2011/02/analisis-finansial-dan-ekonomi.html. Di akses 29 Maret 2012.
Sudjana, A. Rifin, dan M. Sudjadi. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Sugiyono. 2008. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jagung di Desa Siliwangi Jawa Tengah Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.
Suhartono, M. 2009. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Pembentukan Sel Tanaman. Grasindo. Semarang. 112 hlm.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta. 187 hlm.
Syihab, U. 2008. Mencerdasi Bencana Banjir, Tanah Longsor, Tsunami, Gempa Bumi, Gunung Api, dan Kebakaran. Grasindo. Semarang. 214 hlm.
Ufori. 2010. Tekstur Tanah. http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/tekstur
tanah.html. Diakses tanggal 22 November 2011.
Utomo, R. A. 2010. Kandungan Gizi Jagung. http://blog.ub.ac.id/. Blog mahasiswa Universitas Brawijaya. Diakses 22 Maret 2011.
Zabrah. 2008. Tani Muda. http://zabrah98.multiply.com/journal/item/16/
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman jagung (Zea mays, L.) Kelompok
Tani Tani Makmur yang secara administratif berada di wilayah Desa Sinar Mulya
Kecamatan Natar Lampung Selatan. Luas areal pertanaman jagung Desa Sinar
Mulya yang diteliti adalah 5 ha, dengan benih varietas BISI-2. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan juni sampai agustus 2011. Peta lokasi penelitian dan
titik pengambilan sampel tertera pada Gambar 1 dan Gambar 2 (Lampiran).
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 5
titik menggunakan metode proporsional dengan kedalaman 0 – 20 cm untuk
lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah, dan bahan-bahan kimia untuk
analisis tanah di laboratorium. Peralatan yang digunakan adalah :
1. Cangkul : untuk mengambil sampel tanah
2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah dan kedalaman efektif
3. Kantong plastik : untuk tempat contoh tanah
4. Pisau : untuk mengetahui lapisan tanah dengan penyegaran profil tanah
5. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung untuk
kelengkapan data pada lokasi penelitian.
6. Global Positioning System (GPS) : untuk menentukan koordinat dan
kemiringan lereng.
7. Buku munsell soil colour chart : untuk mengetahui karakteristik tanah
melalui warna tanah.
8. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan.
9. Bor tanah : untuk mendiskripsikan sifat tanah secara umum.
10.Alat-alat laboratorium : untuk menganalisis tanah di laboratorium.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan analisis
evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
yang dilakukan secara bersamaan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk
(2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman jagung dengan menilai Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of
Return (IRR). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan bertahap yaitu tahap
persiapan, pengumpulan data, dan analis data.
Pada tahap ini meliputi pengurusan perizinan penelitian, studi pustaka tentang
keadaan umum lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh gambaran umum
tentang lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, karakteristik lahan
tersebut dan penggunaan lahan, serta penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data fisik dan data ekonomi,
jenis data dan tata cara pengambilannya seperti diuraikan berikut :
a. Data Fisik
Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder.
Data fisik primer, meliputi karakteristik lahan yaitu : drainase, tekstur, bahan
kasar, kedalaman tanah, KTK liat, kejenuhan basa, reaksi (pH) tanah, C-organik,
lereng, bahaya erosi, genangan, batuan permukaan dan batuan singkapan,
kemudian data fisik sekunder yang dikumpulkan meliputi : data curah hujan, dan
data temperatur suhu udara yang diambil untuk 10 tahun terakhir.
b. Data Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya
produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen), dan pendapatan yang
diperoleh petani di Kelompok Tani Tani Makmur selama empat musim tanam
dengan jumlah lima (5) orang petani responden yang diwawancarai.
Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data sekunder meliputi : data
(1). Data fisik primer
Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengamatan dan
pengukuran langsung di lapang dan mengambil contoh tanah dengan
menggunakan bor pada 5 titik yaitu masing-masing pada kedalaman 0 – 20 cm
untuk lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah (Gambar 2, lampiran).
Selanjutnya kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut
dikomposit dan dimasukan ke dalam kantong plastik untuk analisis laboratorium.
Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar,
kedalaman tanah, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan
batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi : KTK, basa-basa
dapat ditukar, pH tanah, C-organik, dan tekstur tanah.
a) Drainase
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan
tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase diamati
dengan cara melihat ada tidaknya genangan air pada lahan atau warna tanah dalam
profil di lokasi penelitian. Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui
pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning
atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai 120 cm berarti
drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat bercak-bercak
bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut
mempunyai drainase yang buruk. Pengamatan warna tanah dilakukan dengan
menggunakan munsell soil color chart.
Bahan kasar adalah batu atau krikil yang ada dalam tanah, berukuran 0,2 – 2,0 cm,
yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Cara
pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu
kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan
diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen
bahan kasar yang terdapat pada lokasi tersebut.
c) Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman. Kedalaman tanah ini diukur dengan melakukan pengeboran dengan
menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian.
d) Lereng
Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan Global Positioning System
(GPS), dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng di lakukan dengan berdiri
dari tempat yang paling tinggi ke tempat yang paling rendah (perbedaan elevasi),
dan mengukur jarak antara kedua tempat tersebut, dengan menggunakan rumus
phytagoras maka persentasi kemiringan lereng akan diketahui.
e) Bahaya erosi di lapang
Tingkat bahaya erosi dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan
memperhatikan lapisan tanah yang telah hilang akibat terkikis oleh air hujan dan
air larian (run off).
f) Genangan
Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan
tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah
terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada
lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.
g) Batu permukaan dan singkapan batuan
Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar
yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi penelitian, cara
mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di
atas permukaan tanah pada lokasi penelitian. Batuan singkapan diamati dengan
melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lahan lokasi
penelitian lalu diukur berapa meter rendahnya permukaan tanah.
Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang
diambil pada 5 titik yang berbeda dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm.
Kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut dikomposit
kemudian dikering udarakan selama 3 – 6 hari, lalu diayak menggunakan ayakan
2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan
Sifat kimia yang dianalisis adalah KTK, pH, C-organik, dan kejenuhan basa (KB),
sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah. Metode analisis
masing-masing unsur seperti tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode analisis laboratorium.
Jenis analisis Metode analisis
KTK NH4OAc 1 N pH 7
pH Elektrik
C-organik Walkley & Black
Basa-basa dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7
Tekstur tanah Hydrometer
(2). Data fisik sekunder
Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data temperatur, data curah hujan,
kelembaban udara, dan data diambil untuk 10 tahun terakhir. Data dikumpulkan
dengan cara mengambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun
Klimatologi Lampung.
(3). Data sosial ekonomi
Data sosial ekonomi primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap petani
jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar
Lampung Selatan selama empat musim dengan 5 orang petani sebagai responden,
adapun data sosial ekonomi primer yang dikumpulkan, meliputi :
Biaya lahan dihitung berdasarkan asumsi bahwa lahan tersebut disewa dengan
tingkat harga yang berlaku didaerah penelitian.
b. Peralatan
Biaya peralatan diperoleh dengan cara menghitung biaya penyusutan peralatan
berdasarkan umur ekonomis masing-masing peralatan yang digunakan pada usaha
tani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.
c. Pupuk
Biaya pemupukan di dapatkan dengan cara mewawancarai pemilik lahan/petani
tanaman jagung, sehingga diperoleh dosis dan harga masing-masing jenis pupuk
yang digunakan pada usahatani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.
d. Tenaga Kerja
Jumlah dan biaya tenaga kerja diperoleh dengan cara mewawancarai petani
pemilik lahan tanaman jagung di Kelompok Tani Tani Makmur, sehingga
diketahui biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada usahatani tanaman
jagung.
Kemudian data sosial ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data bunga
bank.
3. Analisis Data
Analisis kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan potensi fisik lingkungan dengan
cara membandingkan persyaratan tumbuh tanaman jagung berdasarkan kriteria
Djaenuddin dkk. (2000) dengan nilai karakteristik lahan di lokasi penelitian,
kriteria selengkapnya tertera pada Tabel 10 (Lampiran).
b. Analisis finansial budidaya tanaman jagung
Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tani jagung dilakukan analisis
sebagai berikut :
Secara matematis rumus untuk menghitung Net Present Value adalah sebagai
B = benefit (manfat)
C = cost (biaya)
i = tingkat bunga bank yang berlaku
n = waktu
(3) Internal rate of return (IRR)
Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang
menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (Net Present Value) sama dengan
seluruh investasi usaha.
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2
NPV1 = NPV yang bernilai positif
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan pertanian sebagai sektor
utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 75%
penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber
ke-hidupan utama (Hutagalung, 2009).
Sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi pertanian
tanaman pangan. Prioritas komoditas yang dikembangkan saat ini salah satunya
adalah tanaman jagung (Zea mays L.). Jagung merupakan tanaman hasil
pertanian yang banyak dihasilkan oleh para petani di Indonesia. Pada umumnya
jagung adalah sebagai sumber makanan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu
masyarakat Indonesia. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik hampir
disemua macam tanah. Tetapi tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah gembur,
permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah
yang beriklim sedang. Tanaman ini tumbuh baik pada temperatur 23o – 27oC.
Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 3oC dan suhu
maksimal 45oC (Shofyan, 2010).
Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) saat ini sudah banyak dilakukan
oleh para petani. Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) dinilai mampu
meningkatkan sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, meningkatnya
permintaan akan jagung di beberapa daerah di Indonesia membuat tanaman ini
menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan mampu meningkatkan
devisa negara, hal ini mengharuskan para petani melakukan peningkatan produksi
tanaman jagung. Propinsi Lampung merupakan salah satu sentra tanaman
jagung nasional, komoditas jagung di Kabupaten Lampung Selatan menyumbang
20 persen lebih total produksi jagung di Provinsi Lampung yaitu 394.353 ton
dengan luas areal lahan 72.542 hektar, dengan total luas areal lahan panen seluruh
Lampung 112.797 hektar (BPS Lampung, 2009).
Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pengadaan modal yang
cukup, perbaikan atau penggunaan varietas unggul, cara bercocok tanam yang
intensif , dan penerapan pola tanam yang tepat. Untuk mencapai produksi yang
tinggi tanaman jagung harus ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan
tumbuh yang optimal. Untuk mengetahui lahan yang sesuai, maka evaluasi lahan
perlu dilakukan.
Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat diperlukan pada semua sektor
meningkat pula kebutuhan akan lahan, sedangkan jumlah lahan sendiri tidak
bertambah. Terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian
merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian, sedangkan lahan
pertanian yang terus-menerus digunakan akan berkurang kesuburan tanahnya
sehingga produksi yang dihasilkan lahan tersebut akan terus menurun, karena itu
diperlukan teknologi yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
lahan secara berkelanjutan.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan
untuk penggunaan tertentu. Dengan mengevaluasi lahan tersebut, potensi lahan
dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan dan ini sangat diperlukan
bagi usaha pertanian. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada
rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang
menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan agar lahan dapat
berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2005).
Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai
kepentingan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam
pemanfaatan sumberdaya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan
bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara
finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan secara
kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.).
Kelompok Tani Tani Makmur desa Sinar Mulya karena pada daerah ini belum
potensi untuk dikembangkan dan secara kuantitatif hasilnya cukup
menguntungkan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman
jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya
Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk.
(2000).
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai
kelayakan finansial budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok
Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Djaenuddin dkk. (2003), evaluasi lahan merupakan suatu proses dalam
menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu.
Ciri dasar evaluasi lahan yaitu membandingkan potensi sumberdaya lahan dengan
persyaratan suatu penggunaan tertentu. Pada dasarnya berbagai penggunaan
memerlukan potensi sumberdaya lahan yang berbeda. Evaluasi lahan mencakup
kegagalan usaha penggunaan lahan, karena tidak memperhatikan hubungan antara
potensi lahan dengan penggunaan yang dipilih. Oleh karena itu evaluasi lahan
berfungsi untuk memperkecil kegagalan tersebut dan mengenalkan perencanaan
dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling
memberi harapan (Mahi, 2005).
Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi lahan kualitatif dan evaluasi
lahan kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk
penggunaan yang spesifik, yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti
sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Selain evaluasi lahan
kualitatif, evaluasi lahan kuantitatif dengan menganalisis kelayakan finansial juga
perlu dilakukan karena berhubungan dengan kelayakan atau keuntungan finansial
dari suatu usahatani yang akan atau sedang diusahakan (Reyes, 2007).
Menurut Djaenuddin, dkk. (2000), lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 untuk
tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 20 – 26° C, dengan curah hujan
rata-rata antara 500 – 1.200 mm tahun-1, drainase baik , pH tanah berkisar antara
5,8 – 7,8, KTK liat lebih dari 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa lebih dari 50% serta
kandungan C-organik tanah lebih dari 0,4%, sedangkan lahan yang termasuk ke
dalam kelas S2 untuk tanaman jagung yaitu temperatur berkisar antara 26 – 30 ºC,
curah hujan rata-rata 1.200 – 1.600 mm tahun-1, dengan kandungan C-organik ≤
0,4% serta memiliki pH tanah berkisar antara 5,5 –5,8, KTK liat ≤ 16 cmolc kg-1
dan drainase agak cepat. Untuk lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada
tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 16 – 20 ºC, dengan curah hujan
rata-rata >1.600 mm tahun-1 , tekstur tanah agak kasar, kejenuhan basa <35%,
Penilaian kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung
(Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar
Lampung Selatan perlu dilakukan karena daerah ini dinilai memiliki potensi untuk
dikembangkan. Lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa
Sinar Mulya berada pada ketinggian 80 meter dpl dengan keadaan tofografi
wilayah datar, kemiringan lereng 0 – 3 % (BPS, 2009). Suhu tahunan rata-rata
25,28o C, curah hujan rata-rata 1.929,78 mm tahun-1, dengan tipe iklim menurut
Smith dan Ferguson adalah tipe iklim basah (BMG, 2010). Memiliki bahan induk
andesitic tuffs, jenis tanah dari grup dystropepts yang menutupi 60% area,
hapludults 30% area, tropapuepts 10% area, kedalaman lapisan tanah 138 cm,
drainase baik, kandungan bahan organik 1,6%, kandungan P rendah, kandungan K
rendah (Junus Dai dkk., 1989).
Tanaman jagung yang dibudidayakan petani Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar
Lampung Selatan adalah varietas Bisi-2 merupakan varietas unggul.
Menurut Bapak Rahman petani jagung produksi tanaman jagung mencapai 7 –
8 ton hektar-1 dan pendapatan Rp 16.000.000,- hektar-1 musim-1 dengan biaya
produksi Rp 7.200.000,- hektar-1 musim-1.
Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan, penilaian kesesuaian lahan yang
dilakukan menggunakan kriteria biofisik Djaenudin dkk. (2000), sedangkan
penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisis kelayakan finansial
budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai Net B/C
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kelas kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik menurut
Djaenuddin dkk. (2000) diduga sesuai marginal dengan faktor pembatas
ketersedian air (S3 wa).
2. Usaha budidaya tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar
Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan diduga secara finansial
Judul Penelitian : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa : Muhamad Braja Rumambe
No. Pokok Mahasiswa : 0514031042
Jurusan : Ilmu Tanah
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. Ir. Fahri, M.Sc.
NIP 19550222 198403 1 003 NIP 19600804 198703 1 004
2. Ketua Jurusan Ilmu Tanah
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ...
Sekretaris : Ir. Fahri, M.Sc. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Muhamad Braja Rumambe dilahirkan di Tanjung
Karang (Bandar Lampung) pada tanggal 22 November 1987, anak pertama dari
tiga bersaudara, dari pasangan Eko Samputra dan Fina Febriana. Jenjang
pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan Taman
Kanak-kanak (TK) Al Hidayah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah
Dasar (SD) Negeri 4 Sawah Lama Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Yayasan Gotong Royong Bandar Lampung
pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Bandar
Lampung pada tahun 2005.
Tahun 2005, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila
melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di
Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA) sebagai
anggota. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan praktik umum di Kebun
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah
– Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian
sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak
terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Ir. Fahri, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yeng telah memberikan
bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. sebagai pembahas dan penguji materi
yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah
6. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Ilmu Tanah Universitas Lampung yang
telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.
7. Ayah Eko Samputra dan Ibu tercinta Fina Febrina yang telah membesarkan,
merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk
kesuksesanku.
8. Muhamad Romadona R dan Ayu N syafitri R yang telah memberikan doanya
untukku.
9. Nur Shovia Putri Sumbahan yang selalu memberiku semangat serta motivasi.
10. Kawan-kawan angkatan 2005, Abe, Ari, Adi komo, Berti, Desy, Defri, Fikar,
Mahda, Kiat, Lintang, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas
kebersamaannya selama ini .
11. Buat kawan-kawan angkatan ‘2003, ‘2004, ‘2006, ‘2007 serta adik-adik
angkatan ‘2008, ‘2009, ‘2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas
segala saran dan masukannya.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan
yang telah diberikan terhadap penulis, dan semoga skripsi ini berguna bagi kita
semua.
Bandarlampung, 12 Mei 2012
I.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan
manusia dan hewan, karena tanaman jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.
Jagung merupakan bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung
maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat prioritas
dalam pembangunan pertanian Indonesia. Selain itu jagung juga membantu
mencapai swasembada beras (Murni, 2008).
Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan
sebagai berikut :
Ordo : Tripsaceae
Famili : Poaceae (Graminae)
Subfamili : Ponicoideae
Spesies : Zea mays L.
1. Sejarah singkat
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang tersebar
ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis bangsa Eropa ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 bangsa Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Bangsa Belanda menamakannya mais dan bangsa Inggris menamakannya corn.
2. Manfaat tanaman jagung
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di
Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah
padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki
urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura, jagung banyak
dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin
meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, karena
hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan antara lain:
a) Batang dan daun muda: pakan ternak
b) Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
c) Batang dan daun kering: kayu bakar
d) Batang jagung: lanjaran (turus)
f) Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng
g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, dan industri textil.
3. Kandungan gizi
Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60 %). Dibandingkan dengan
beras, kandungan proteinnya lebih tinggi (8 %). Biji jagung terdiri dari kulit ari,
lembaga, tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat pada
endosperma. Pati terdiri dari amilopektin (73 %) dan amilosa (27 %). Serat kasar
terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar adalah
hemiselulosa (41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan endosperma (15
%). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin B1 : 0,38 mg
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang
lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Utomo,
2010).
4. Deskripsi tanaman jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80 - 130 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga
jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi),
pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun
tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh
pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus
pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi
sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari
suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif,
dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk
penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (Barnito, 2009). Jagung yang ditanam di lokasi penelitian adalah jagung varietas BISI-2. Diskripsi
Tabel 1. Deskripsi tanaman jagung ( Zea Mays L.).
Nama : Hibrida BISI - 2
Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS
4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang
dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd.
Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA.
Umur : 50% keluar rambut lebih dari 56 hari
Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam
Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)
Keterangan: Baik ditanam di dataran rendah sampai 1.000 mdpl.
5. Syarat tumbuh tanaman jagung (Zea mays L.)
Menurut Barnito (2009) tanaman jagung memiliki syarat tumbuh antara lain :
1. Curah hujan
Jumlah curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan jagung yang optimal
adalah 1.200 – 1.500 mm tahun-1 dengan bulan basah (> 100 mm bulan-1) 7 – 9
bulan dan bulan kering (<60 mm bulan-1) 4 – 6 bulan.
2. Kelembaban udara
Jagung membutuhkan kelembaban udara sedang sampai dengan tinggi (50% –
80%) agar keseimbangan metabolisme tanaman dapat berlangsung dengan
optimal.
3. Temperatur
Kisaran temperatur untuk syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 23oC
– 27oC dengan temperatur optimum 25oC. Temperatur rendah akan menghambat
pertumbuhan tanaman, sedangkan temperatur tinggi akan mengakibatkan
pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, sehingga akan menurunkan produksi.
4. Intensitas penyinaran
Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan intensitas penyinaran yang tinggi.
Semakin tinggi intensitas penyinaran, akan semakin tinggi proses fotosintesis,
sehingga akan dapat meningkatkan produksi.
5. Angin
Angin dapat membantu proses penyerbukan tanaman jagung, akan tetapi angin
yang terlalu kencang dapat menggagalkan pembungaan maupun dapat
i
o
b
r
w
T
,
,
,
,
6. Tanah
Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur
berpasir hingga tanah liat berat. Namun jagung akan tumbuh baik pada tanah
yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah
antara 5,5 – 7,5, dengan kedalamam air tanah 50 – 200 cm dari permukaan tanah
dan kedalamam permukaan perakaran (kedalam efektif tanah) mencapai 20 – 60
cm dari permukaan tanah. Pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena
tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan.
B. Tanah dan Lahan
Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem 3 fase yang terdiri atas padatan, cairan,
dan gas (Foth, 1994). Menurut Arsyad (2010), tanah di artikan sebagai suatu
benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, gas, dan
mempunyai sifat dan prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk dari hasil
kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan
induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w),
yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :
Dimana T merupakan tanah dan masing-masing peubah adalah faktor-faktor
Tanah adalah media bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman berperan
penting dalam pembentukan tanah. Penggunaan tanah yang terpenting adalah
untuk bercocok tanam (Oktavia, 2010).
Lahan merupakan wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun
biosfer bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau
siklis (Mahi, 2005). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape)
yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial
akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam
pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas flora, fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai
contoh aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa, dan
pasang surut, atau tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi
karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin dkk., 2000).
Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk campur tangan manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual
(Arsyad, 2010). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan
umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum
meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput
penggembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, dan sebagainya, sedangkan tipe
penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan
memper-timbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi
sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk
non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan
pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan
yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi, batuan di
permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop),
hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.
Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan
evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated),
karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial
ekonomi, maupun lingkungan (Susanto, 2005). Kecocokan antara sifat fisik
lingkungan suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan komoditas yang
dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial
dikembangkan untuk komoditas tersebut. Dengan kata lain hal ini mempunyai
pengertian bahwa jika suatu lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan
mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan
akan mampu mengasilkan (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin
D. Tipe Evaluasi Lahan
Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi
kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan
yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai
marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.
Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi secara fisik dan secara
ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan
penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang diharapkan,
misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu, kapasitas
rekreasi, dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya
memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari
orang kerja, dan sebagainya. Perhitungan ekonomi dalam evaluasi ini digunakan
sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan
sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus,
seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda
(Mahi, 2005).
Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan
dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan
lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam
pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada
Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk
produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu
harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang
dibandingkan (Mahi, 2005).
E. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribute yang bersifat kompleks dari
se-bidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang
berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu (Djaenuddin dkk.,
2000). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor
negatif (Mahi, 2005). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif
terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang
berperan positif adalah yang menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya
kualitas lahan yang bersifat negatif adalah yang merugikan terhadap penggunaan
tertentu, sehingga hal ini dapat menjadi faktor penghambat atau pembatas.
Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis
penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa
berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis
penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan.
Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng)
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, seperti
lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan
sebagainya (Djaenuddin dkk., 2003). Setiap karakteristik lahan yang digunakan
secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya.
Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan
lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh
ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan
rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada
kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur
tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan. Karakteristik
lahan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti di jelaskan
dibawah ini :
1. Temperatur
Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan
rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila
data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan
laut sebagai berikut :
26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)
Proses-proses kimiawi dan aktivitas jasad-jasad renik yang dapat menghambat
hara-hara tanaman menjadi bentuk tersedia sangat ditentukan oleh suhu, apabila
suhu turun secara drastis maka kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah
akan turun aktifitasnya sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut
pertumbuhanya akan terhambat akibatnya produksi tanaman menjadi turun
mempengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menghambat proses pertumbuhan, dan proses fotosintesis yang berkaitan erat
dengan produksi tanaman, suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu
yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman dan suhu maksimum (30°C hingga
38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai
suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum.
Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh tanaman adalah berbeda-beda tergantung
pada jenis tanamannya. Suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas
optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu
ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan
pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya seperti terjadinya
translokasi yaitu terganggunya proses pengangkutan dan penyebaran asimilat dari
sumber fotosintesis ke bagian-bagian tanaman yang menggunakan atau
menyimpan cadangan makanan seperti : buah, batang dan umbi, terjadinya mutasi
gen akibat adanya suhu yang terlalu tinggi yang menyebabkan berubahnya
susunan genetik tanaman, tanaman kekurangan unsur hara, karena suhu tinggi
dapat mengganggu perombakan-perombakan senyawa-senyawa penting bagi
tanaman (Kartasapoetra, 2006).
2. Ketersediaan air
Karakteristik ketersediaan air digambarkan oleh keadaan curah hujan tahunan
rata-rata atau curah hujan selama masa pertumbuhan tanaman, bulan kering, dan
a. Curah hujan: dinyatakan dalam curah hujan tahunan rata-rata (mm), atau
dalam curah hujan rata-rata selama masa pertumbuhan tanaman. Data
dikumpulkan dari stasiun pengamatan iklim dalam beberapa tahun.
b. Bulan kering: merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun yang jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm bulan-1.
c. Kelembaban udara: merupakan kelembaban udara rata-rata tahunan yang
dinyatakan dalam persen (%). Data dikumpulkan dari stasiun pengamatan
iklim dalam beberapa tahun.
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah, air harus
tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Air diperlukan oleh tumbuhan
untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, asimilasi, dan pengangkutan unsur hara
dari akar dan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Air
berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Di dalam sel tanaman air
berfungsi untuk mempertahankan turgor sel. Tekanan turgor dapat memberikan
energi untuk memperpanjang sel, dengan demikian jika kekurangan air maka
proses perpanjangan sel akan terganggu, karena berkurangnya proses pembesaran
sel. Apabila air tidak tersedia bagi tanaman maka kebutuhan biologisnya tidak
terpenuhi seperti proses transpirasi dan fotosintesis suatu tanaman akan terhambat
karena mengalami gejala-gejala kekurangan unsur hara. Apabila hal tersebut
terjadi maka akan mempengaruhi produksi dari tanaman tersebut. Ketersediaan
air suatu tanaman dipengaruhi oleh curah hujan tahunan dan lamanya bulan-bulan
3. Ketersediaan oksigen
Karakteristik lahan yang menggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas
drainase, yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap
aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :
a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik
tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak
atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).
c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan
daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan.
Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen
tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi)
pada lapisan sampai > 100 cm.
d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan
rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley
(reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.
e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai
sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan
sampai > 25 cm.
f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik
agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah
basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi)
dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai
permukaan.
g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah
secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke
permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan
permukaan.
Air yang masuk pada lahan pertanian tidak semuanya dapat diserap oleh
perakaran tanaman, ada sebagian air yang masuk ke permukaan tanah atau yang
biasa disebut dengan infiltrasi. Apabila infiltrasi ini terus terjadi dan air masuk
terus kedalam tanah akan terjadi perlokasi. Jika infiltrasi yang terjadi telah
mencapai tingkat kejenuhan maka dapat disebut sebagai komulatif infiltrasi. Air
yang diserap oleh perakaran tanaman akan digunakan sebagai bahan untuk proses
fotosintesis dan akan menguap melalui proses transpirasi. Air yang ada pada
disebut dengan evaporasi. Apabila kedua proses diatas terjadi secara bersamaan
maka prosesnya disebut dengan evapotranspirasi. Pada musim penghujan air
melimpah bahkan sampai membanjiri lahan pertanian dan lahan pertanian yang
kelebihan air tentu tidak baik bagi tanaman. Tanaman tidak akan dapat tumbuh
dengan maksimal untuk itu diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah air yang
ada pada lahan pertanian, agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal
(Hardjowigeno, 2009). Menurut Arsyad (2010), genangan pada lahan pertanian
akibat kondisi drainase yang buruk dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah, seperti struktur tanah menjadi rusak, daya rekat agregat lemah,
penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah
basa, perubahan daya hantar, kekuatan ion, dan perubahan keseimbangan hara
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman.
4. Media perakaran
Media perakaran merupakan wadah atau tempat tinggal akar tanaman. Sebagai
tempat tinggal yang baik, media perakaran harus dapat mendukung pertumbuhan
dan kehidupan tanaman. Menurut Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang
manggambarkan media perakaran terdiri dari (a) tekstur tanah, (b) persentase
bahan kasar, (c) kedalaman tanah, (d) ketebalan gambut dan kematangan gambut
(untuk tanah organik) pada di daerah tertentu.
a. Tekstur tanah, merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus
dengan ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:
1) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu
liat berdebu
3) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu
4) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir,
lempung berpasir halus
5) Kasar : pasir, pasir berlempung
6) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)
b. Bahan kasar
Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %,
merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil,
kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan:
sedikit < 15%
sedang 15% – 35%
banyak 35% - 65%
sangat banyak > 60%
c. Kedalaman tanah
Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang
dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi,
dan dibedakan menjadi:
sangat dangkal < 20 cm
dangkal 20 – 50 cm
dalam > 75 cm
Ujung akar merupakan daerah pembelahan dan perpanjangan sel sehingga
memerlukan oksigen. Umumnya akar tanaman lahan kering tidak mampu
menembus lapisan yang jenuh air karena defisiensi oksigen. Drainase yang baik
memungkinkan difusi oksigen ke CO2 dari akar tanaman. Menurut Hardjowigeno
(2009) tekstur tanah juga mempengaruhi kondisi perakaran suatu tanaman, apabila
suatu tanah didominasi oleh liat menyebabkan akar tanaman jagung (Zea Mays L.)
kurang berkembang normal, sebaliknya pada tanah yang didominasi oleh pasir
perakaran tanaman jagung menjadi lebih mudah menembus tanah dan
berkembang dengan baik. Kedalaman perakaran merupakan kedalaman sampai
sejauh mana tanah masih dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air, dan hara,
makin tinggi intensitas sifat-sifat tanah dalam membatasi pertumbuhan dan
perkembangan akan menyebabkan penyebaran akar makin terbatas, akibatnya
ruang gerak dan jangkauan perakaran tanaman dalam memperoleh unsur-unsur
hara, air, dan udara menjadi terbatas dan pada akhirnya pertumbuhan bagian atas
tanaman terhambat dan produktivitasnya menurun (Hanafiah, 2009).
5. Retensi hara
Retensi hara atau ketersediaan hara dalam arti sempit dikatakan sebagai kesuburan
tanah. Makin tinggi retensi hara dalam tanah, kemungkinan besar produksi
tanaman tinggi apabila faktor lain juga mendukung (Rosmarkam, 2009). Menurut
Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang menggambarkan retensi hara adalah
kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, reaksi tanah (pH H2O), dan kandungan
a) Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid tanah dalam
menjerap dan mempertukarkan kation, kapasitas tukar kation dalam setiap
tanah sangat beragam bahkan pada tanah sejenis. Kapasitas tukar kation
akan mempengaruhi retensi hara, sehingga berpengaruh terhadap sifat dan
ciri tanah. Kapasitas tukar kation tinggi maka kemampuan tanaman untuk
menyerap unsur hara menjadi tersedia sehingga tanaman dapat
memanfaatkan unsur hara tersebut bagi tumbuhan.
b) Kejenuhan basa merupakan perbandingan antara kation basa dengan
kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen (%). Kejenuhan basa
suatu tanah dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan reaksi tanah (pH)
tanah. Pada tanah beriklim kering kejenuhan basa lebih besar daripada
tanah yang beriklim basah demikian pula pada tanah yang memiliki reaksi
tanah (pH) tinggi kejenuhan basa lebih besar daripada yang memiliki
reaksi tanah (pH) rendah. Kejenuhan basa yang tinggi dapat menyebabkan
tanah lebih banyak ditempati oleh kation-kation basa yang sangat berguna
bagi tanaman dan otomatis retensi hara pada tumbuhan tersebut menjadi
dalam bentuk tersedia.
c) Reaksi tanah (pH) yang penting adalah masam, netral, dan alkalin.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH) tanah melalui
dua cara yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak
langsung yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur
hara tertentu yang bersifat beracun, reaksi tanah (pH) tanah yang rendah
akan mempengaruhi retensi hara yang dapat menyebabkan tidak