• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACK

THE QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND EVALUATION SUITABILITY FOR MAIZE (Zea mays L.) ON FARMERS GROUP TANI

MAKMUR SINAR MULYA VILLAGE NATAR DISTRICT, SOUTH LAMPUNG REGENCY maize include the third level after wheat and rice. Maize has sufficient of nutrient content and crude fiber as a substitute of a staple food of rice.

Land evaluation is a process to estimate the land resources potentially for a specific use, for agriculture and non-agriculture. An area of land suitability classes for the development of agriculture is essentially determined by the matching between the physical properties of the land and landuse requirements or conditions of plant growth. This research was done to classified of land suitability and financial feasibility of the maize plantation.

The aim of this research is to evaluate the qualitative suitability of land classes of maize fields on farmers group of Tani Makmur Sinar Mulya Village Natar District, South Lampung Regency, according to Djaenuddin et al. (2000) criteria and as well as evaluating of the quantitatively land suitability of maize plantation by calculating the value of Net B/C Ratio, NPV, and IRR.

(2)

average value of the NPV Rp 42.236.508,- , Net B/C 2,79, and IRR 33.45% month-1, is more than which that was assumed of interest rate of 1,08% month-1 or same as 13% year-1.

Key words : Qualitative land suitability, quantitative land suitability, maize plantation.

(3)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR

LAMPUNG SELATAN

Oleh

MUHAMAD BRAJA RUMAMBE

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika, sekitar abad ke-16 bangsa portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke tiga setelah gandum dan padi. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makan pokok pengganti beras.

Evaluasi lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Pada penelitian ini usahatani yang diteliti adalah kelas kesesuaian lahan dan kelayakan finansial pada tanaman jagung.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dan mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif budidaya tanaman jagung dengan menghitung nilai Net B/C Ratio, NPV, dan IRR.

(4)

Djaenuddin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara (S3wanr), dan secara finansial, usahatani tanaman jagung layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata NPV sebesar Rp 42.236.508,-, Net B/C 2,79, dan IRR 33,45 % bulan-1 nilainya lebih dari tingkat suku bunga yang diasumsikan sebesar 1,08% bulan-1 atau sama dengan 13% tahun-1.

(5)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR

LAMPUNG SELATAN

Oleh

MUHAMAD BRAJA RUMAMBE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR

LAMPUNG SELATAN (Skripsi)

Oleh

MUHAMAD BRAJA RUMAMBE

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta lokasi penelitian... 80

2. Lahan tanaman jagung dan titik pengambilan

sampel ... 81

(8)
(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm.

Ashari, S. 1995. Pertanian (Aspek Budidaya). UI Press. Jakarta. 485 hlm.

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Karnicius. Yogyakata. 116 hlm.

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm. BMG Stasiun Klimatologi Masgar. 2010. Data Curah Hujan Lampung Selatan.

Lampung.

BPS Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. 605 hlm.

Defita, H. B. 2008. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman jagung. Gramedia. Yogyakarta. 260 hlm.

Dent, D. and A.Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 p.

Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2010. Budidaya Tanaman Jagung.

http://deptan.go.id/. Di akses 15 januari 2011.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. 2002. Laporan Tinjauan Hasil. Bagian Proyek Pengembangan jagung Lampung Selatan. 24 hlm.

Djaenuddin, D., Marwan, H.,Subagyo, A. Mulyani dan N. Suharta. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

(11)

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.

Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soemartono Adisoemarto. Airlangga. Jakarta. 374 hlm.

Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hlm.

Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Pertanian: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hanafiah, K., A. 2009. Dasar-dasar Ilmu tanah. Divisi buku perguruan tinggi. PT grafindo persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2009. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 314 hlm.

Hardjowigeno, S. 1995. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. IPB. Bogor. 200 hlm.

Hutagalung, P. 2009. Pertanian Ujung Tombak Perekonomian Indonesia. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 38 hlm.

Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Pertanian Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 374 hlm.

Junus Dai, H. Darul SWP, A. Hidayat, H. Y. Sumulyadi, Hendra S., Yayat A. H., A. Hermawan, P. Buurman and T. Balsem, 1989. Explanatory booklet of the Land Unit and Soil Map of the Tanjungkarang Sheet (1110), Sumatra. Center for Soil Research, Bogor.

Kartasapoetra, A.G. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Bogor. 112 hlm.

Kemas, 2007. Perubahan Iklim Dunia dan Pengaruhnya.

http://Kemas77.multiply.com/journal/item/32/Suhu. Diakses 1 Februari 2012.

Kementrian Pertanian. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/deskripsi06.pdf.

Diakses 21 Maret 2012.

Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas Sriwijaya.

(12)

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184hlm.

Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan (Diktat, tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.

Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.

Munir, R. 1992. Kajian Pengaruh Pemberian Kapur dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Pada Podsolik Merah Kuning. Laporan Balai Penelitian dan Tanaman Pangan. Bogor.

Murni, A. M. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balitbang Pertanian. Bandar Lampung. 17 hlm.

Murtianto, H. 2008. Peta Satuan Lahan. http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpips/

Lainnya/Hendro_Murtianto/21_Peta__Satuan_Lahan.Pdf. Diakses 01

Desember 2011.

Murtopo, M.S. 2009. Jenis Batuan Yang Terdapat di Indonesia. Gramedia. Bogor. 342 hlm.

Nasih. 2010. Evaluasi Lahan.

http://nasih.wordpress.com/2010/12/04/evaluasi-lahan/. Diakses 17 November 2011.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.

Oktavia, R. 2010. Tanah Sumber Dan Awal Kehidupan. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 116 hlm.

Reyes, M. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset. Yogyakarta. 300 hlm.

Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta. 224 hlm.

Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 127 hlm.

Shofyan, M. 2010. Deskripsi Jagung.

(13)

Soetriono. 2011. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi. Modul Kuliah. Universitas Jember.

http://irtusss.blogspot.com/2011/02/analisis-finansial-dan-ekonomi.html. Di akses 29 Maret 2012.

Sudjana, A. Rifin, dan M. Sudjadi. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Sugiyono. 2008. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jagung di Desa Siliwangi Jawa Tengah Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.

Suhartono, M. 2009. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Pembentukan Sel Tanaman. Grasindo. Semarang. 112 hlm.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta. 187 hlm.

Syihab, U. 2008. Mencerdasi Bencana Banjir, Tanah Longsor, Tsunami, Gempa Bumi, Gunung Api, dan Kebakaran. Grasindo. Semarang. 214 hlm.

Ufori. 2010. Tekstur Tanah. http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/tekstur

tanah.html. Diakses tanggal 22 November 2011.

Utomo, R. A. 2010. Kandungan Gizi Jagung. http://blog.ub.ac.id/. Blog mahasiswa Universitas Brawijaya. Diakses 22 Maret 2011.

Zabrah. 2008. Tani Muda. http://zabrah98.multiply.com/journal/item/16/

(14)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman jagung (Zea mays, L.) Kelompok

Tani Tani Makmur yang secara administratif berada di wilayah Desa Sinar Mulya

Kecamatan Natar Lampung Selatan. Luas areal pertanaman jagung Desa Sinar

Mulya yang diteliti adalah 5 ha, dengan benih varietas BISI-2. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan juni sampai agustus 2011. Peta lokasi penelitian dan

titik pengambilan sampel tertera pada Gambar 1 dan Gambar 2 (Lampiran).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 5

titik menggunakan metode proporsional dengan kedalaman 0 – 20 cm untuk

lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah, dan bahan-bahan kimia untuk

analisis tanah di laboratorium. Peralatan yang digunakan adalah :

1. Cangkul : untuk mengambil sampel tanah

2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah dan kedalaman efektif

3. Kantong plastik : untuk tempat contoh tanah

4. Pisau : untuk mengetahui lapisan tanah dengan penyegaran profil tanah

(15)

5. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung untuk

kelengkapan data pada lokasi penelitian.

6. Global Positioning System (GPS) : untuk menentukan koordinat dan

kemiringan lereng.

7. Buku munsell soil colour chart : untuk mengetahui karakteristik tanah

melalui warna tanah.

8. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan.

9. Bor tanah : untuk mendiskripsikan sifat tanah secara umum.

10.Alat-alat laboratorium : untuk menganalisis tanah di laboratorium.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan analisis

evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif

yang dilakukan secara bersamaan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk

(2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman jagung dengan menilai Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of

Return (IRR). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan bertahap yaitu tahap

persiapan, pengumpulan data, dan analis data.

(16)

Pada tahap ini meliputi pengurusan perizinan penelitian, studi pustaka tentang

keadaan umum lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh gambaran umum

tentang lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, karakteristik lahan

tersebut dan penggunaan lahan, serta penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).

2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data fisik dan data ekonomi,

jenis data dan tata cara pengambilannya seperti diuraikan berikut :

a. Data Fisik

Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder.

Data fisik primer, meliputi karakteristik lahan yaitu : drainase, tekstur, bahan

kasar, kedalaman tanah, KTK liat, kejenuhan basa, reaksi (pH) tanah, C-organik,

lereng, bahaya erosi, genangan, batuan permukaan dan batuan singkapan,

kemudian data fisik sekunder yang dikumpulkan meliputi : data curah hujan, dan

data temperatur suhu udara yang diambil untuk 10 tahun terakhir.

b. Data Sosial Ekonomi

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya

produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah,

penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen), dan pendapatan yang

diperoleh petani di Kelompok Tani Tani Makmur selama empat musim tanam

dengan jumlah lima (5) orang petani responden yang diwawancarai.

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data sekunder meliputi : data

(17)

(1). Data fisik primer

Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengamatan dan

pengukuran langsung di lapang dan mengambil contoh tanah dengan

menggunakan bor pada 5 titik yaitu masing-masing pada kedalaman 0 – 20 cm

untuk lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah (Gambar 2, lampiran).

Selanjutnya kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut

dikomposit dan dimasukan ke dalam kantong plastik untuk analisis laboratorium.

Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar,

kedalaman tanah, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan

batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi : KTK, basa-basa

dapat ditukar, pH tanah, C-organik, dan tekstur tanah.

a) Drainase

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan

tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase diamati

dengan cara melihat ada tidaknya genangan air pada lahan atau warna tanah dalam

profil di lokasi penelitian. Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui

pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning

atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai 120 cm berarti

drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat bercak-bercak

bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut

mempunyai drainase yang buruk. Pengamatan warna tanah dilakukan dengan

menggunakan munsell soil color chart.

(18)

Bahan kasar adalah batu atau krikil yang ada dalam tanah, berukuran 0,2 – 2,0 cm,

yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Cara

pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu

kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan

diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen

bahan kasar yang terdapat pada lokasi tersebut.

c) Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan

akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar

tanaman. Kedalaman tanah ini diukur dengan melakukan pengeboran dengan

menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian.

d) Lereng

Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan Global Positioning System

(GPS), dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng di lakukan dengan berdiri

dari tempat yang paling tinggi ke tempat yang paling rendah (perbedaan elevasi),

dan mengukur jarak antara kedua tempat tersebut, dengan menggunakan rumus

phytagoras maka persentasi kemiringan lereng akan diketahui.

e) Bahaya erosi di lapang

Tingkat bahaya erosi dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan

(19)

memperhatikan lapisan tanah yang telah hilang akibat terkikis oleh air hujan dan

air larian (run off).

f) Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan

tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah

terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada

lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.

g) Batu permukaan dan singkapan batuan

Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar

yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi penelitian, cara

mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di

atas permukaan tanah pada lokasi penelitian. Batuan singkapan diamati dengan

melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lahan lokasi

penelitian lalu diukur berapa meter rendahnya permukaan tanah.

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang

diambil pada 5 titik yang berbeda dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm.

Kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut dikomposit

kemudian dikering udarakan selama 3 – 6 hari, lalu diayak menggunakan ayakan

2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan

(20)

Sifat kimia yang dianalisis adalah KTK, pH, C-organik, dan kejenuhan basa (KB),

sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah. Metode analisis

masing-masing unsur seperti tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode analisis laboratorium.

Jenis analisis Metode analisis

KTK NH4OAc 1 N pH 7

pH Elektrik

C-organik Walkley & Black

Basa-basa dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7

Tekstur tanah Hydrometer

(2). Data fisik sekunder

Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data temperatur, data curah hujan,

kelembaban udara, dan data diambil untuk 10 tahun terakhir. Data dikumpulkan

dengan cara mengambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun

Klimatologi Lampung.

(3). Data sosial ekonomi

Data sosial ekonomi primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap petani

jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar

Lampung Selatan selama empat musim dengan 5 orang petani sebagai responden,

adapun data sosial ekonomi primer yang dikumpulkan, meliputi :

(21)

Biaya lahan dihitung berdasarkan asumsi bahwa lahan tersebut disewa dengan

tingkat harga yang berlaku didaerah penelitian.

b. Peralatan

Biaya peralatan diperoleh dengan cara menghitung biaya penyusutan peralatan

berdasarkan umur ekonomis masing-masing peralatan yang digunakan pada usaha

tani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.

c. Pupuk

Biaya pemupukan di dapatkan dengan cara mewawancarai pemilik lahan/petani

tanaman jagung, sehingga diperoleh dosis dan harga masing-masing jenis pupuk

yang digunakan pada usahatani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.

d. Tenaga Kerja

Jumlah dan biaya tenaga kerja diperoleh dengan cara mewawancarai petani

pemilik lahan tanaman jagung di Kelompok Tani Tani Makmur, sehingga

diketahui biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada usahatani tanaman

jagung.

Kemudian data sosial ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data bunga

bank.

3. Analisis Data

(22)

Analisis kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan potensi fisik lingkungan dengan

cara membandingkan persyaratan tumbuh tanaman jagung berdasarkan kriteria

Djaenuddin dkk. (2000) dengan nilai karakteristik lahan di lokasi penelitian,

kriteria selengkapnya tertera pada Tabel 10 (Lampiran).

b. Analisis finansial budidaya tanaman jagung

Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tani jagung dilakukan analisis

sebagai berikut :

Secara matematis rumus untuk menghitung Net Present Value adalah sebagai

(23)

B = benefit (manfat)

C = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku

n = waktu

(3) Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (Net Present Value) sama dengan

seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai positif

(24)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan pertanian sebagai sektor

utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 75%

penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber

ke-hidupan utama (Hutagalung, 2009).

Sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi pertanian

tanaman pangan. Prioritas komoditas yang dikembangkan saat ini salah satunya

adalah tanaman jagung (Zea mays L.). Jagung merupakan tanaman hasil

pertanian yang banyak dihasilkan oleh para petani di Indonesia. Pada umumnya

jagung adalah sebagai sumber makanan pokok. Selain sebagai sumber

karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu

masyarakat Indonesia. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik hampir

disemua macam tanah. Tetapi tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah gembur,

(25)

permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah

yang beriklim sedang. Tanaman ini tumbuh baik pada temperatur 23o – 27oC.

Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 3oC dan suhu

maksimal 45oC (Shofyan, 2010).

Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) saat ini sudah banyak dilakukan

oleh para petani. Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) dinilai mampu

meningkatkan sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, meningkatnya

permintaan akan jagung di beberapa daerah di Indonesia membuat tanaman ini

menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan mampu meningkatkan

devisa negara, hal ini mengharuskan para petani melakukan peningkatan produksi

tanaman jagung. Propinsi Lampung merupakan salah satu sentra tanaman

jagung nasional, komoditas jagung di Kabupaten Lampung Selatan menyumbang

20 persen lebih total produksi jagung di Provinsi Lampung yaitu 394.353 ton

dengan luas areal lahan 72.542 hektar, dengan total luas areal lahan panen seluruh

Lampung 112.797 hektar (BPS Lampung, 2009).

Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pengadaan modal yang

cukup, perbaikan atau penggunaan varietas unggul, cara bercocok tanam yang

intensif , dan penerapan pola tanam yang tepat. Untuk mencapai produksi yang

tinggi tanaman jagung harus ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan

tumbuh yang optimal. Untuk mengetahui lahan yang sesuai, maka evaluasi lahan

perlu dilakukan.

Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat diperlukan pada semua sektor

(26)

meningkat pula kebutuhan akan lahan, sedangkan jumlah lahan sendiri tidak

bertambah. Terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian

merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian, sedangkan lahan

pertanian yang terus-menerus digunakan akan berkurang kesuburan tanahnya

sehingga produksi yang dihasilkan lahan tersebut akan terus menurun, karena itu

diperlukan teknologi yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya

lahan secara berkelanjutan.

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan

untuk penggunaan tertentu. Dengan mengevaluasi lahan tersebut, potensi lahan

dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan dan ini sangat diperlukan

bagi usaha pertanian. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada

rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang

menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan agar lahan dapat

berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2005).

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai

kepentingan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam

pemanfaatan sumberdaya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan

bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara

finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan secara

kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.).

Kelompok Tani Tani Makmur desa Sinar Mulya karena pada daerah ini belum

(27)

potensi untuk dikembangkan dan secara kuantitatif hasilnya cukup

menguntungkan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman

jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya

Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk.

(2000).

2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai

kelayakan finansial budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok

Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan.

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Djaenuddin dkk. (2003), evaluasi lahan merupakan suatu proses dalam

menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu.

Ciri dasar evaluasi lahan yaitu membandingkan potensi sumberdaya lahan dengan

persyaratan suatu penggunaan tertentu. Pada dasarnya berbagai penggunaan

memerlukan potensi sumberdaya lahan yang berbeda. Evaluasi lahan mencakup

(28)

kegagalan usaha penggunaan lahan, karena tidak memperhatikan hubungan antara

potensi lahan dengan penggunaan yang dipilih. Oleh karena itu evaluasi lahan

berfungsi untuk memperkecil kegagalan tersebut dan mengenalkan perencanaan

dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling

memberi harapan (Mahi, 2005).

Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi lahan kualitatif dan evaluasi

lahan kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk

penggunaan yang spesifik, yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti

sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Selain evaluasi lahan

kualitatif, evaluasi lahan kuantitatif dengan menganalisis kelayakan finansial juga

perlu dilakukan karena berhubungan dengan kelayakan atau keuntungan finansial

dari suatu usahatani yang akan atau sedang diusahakan (Reyes, 2007).

Menurut Djaenuddin, dkk. (2000), lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 untuk

tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 20 – 26° C, dengan curah hujan

rata-rata antara 500 – 1.200 mm tahun-1, drainase baik , pH tanah berkisar antara

5,8 – 7,8, KTK liat lebih dari 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa lebih dari 50% serta

kandungan C-organik tanah lebih dari 0,4%, sedangkan lahan yang termasuk ke

dalam kelas S2 untuk tanaman jagung yaitu temperatur berkisar antara 26 – 30 ºC,

curah hujan rata-rata 1.200 – 1.600 mm tahun-1, dengan kandungan C-organik ≤

0,4% serta memiliki pH tanah berkisar antara 5,5 –5,8, KTK liat ≤ 16 cmolc kg-1

dan drainase agak cepat. Untuk lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada

tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 16 – 20 ºC, dengan curah hujan

rata-rata >1.600 mm tahun-1 , tekstur tanah agak kasar, kejenuhan basa <35%,

(29)

Penilaian kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung

(Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar

Lampung Selatan perlu dilakukan karena daerah ini dinilai memiliki potensi untuk

dikembangkan. Lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa

Sinar Mulya berada pada ketinggian 80 meter dpl dengan keadaan tofografi

wilayah datar, kemiringan lereng 0 – 3 % (BPS, 2009). Suhu tahunan rata-rata

25,28o C, curah hujan rata-rata 1.929,78 mm tahun-1, dengan tipe iklim menurut

Smith dan Ferguson adalah tipe iklim basah (BMG, 2010). Memiliki bahan induk

andesitic tuffs, jenis tanah dari grup dystropepts yang menutupi 60% area,

hapludults 30% area, tropapuepts 10% area, kedalaman lapisan tanah 138 cm,

drainase baik, kandungan bahan organik 1,6%, kandungan P rendah, kandungan K

rendah (Junus Dai dkk., 1989).

Tanaman jagung yang dibudidayakan petani Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar

Lampung Selatan adalah varietas Bisi-2 merupakan varietas unggul.

Menurut Bapak Rahman petani jagung produksi tanaman jagung mencapai 7 –

8 ton hektar-1 dan pendapatan Rp 16.000.000,- hektar-1 musim-1 dengan biaya

produksi Rp 7.200.000,- hektar-1 musim-1.

Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan, penilaian kesesuaian lahan yang

dilakukan menggunakan kriteria biofisik Djaenudin dkk. (2000), sedangkan

penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisis kelayakan finansial

budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai Net B/C

(30)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kelas kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik menurut

Djaenuddin dkk. (2000) diduga sesuai marginal dengan faktor pembatas

ketersedian air (S3 wa).

2. Usaha budidaya tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar

Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan diduga secara finansial

(31)
(32)

Judul Penelitian : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : Muhamad Braja Rumambe

No. Pokok Mahasiswa : 0514031042

Jurusan : Ilmu Tanah

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. Ir. Fahri, M.Sc.

NIP 19550222 198403 1 003 NIP 19600804 198703 1 004

2. Ketua Jurusan Ilmu Tanah

(33)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ...

Sekretaris : Ir. Fahri, M.Sc. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhamad Braja Rumambe dilahirkan di Tanjung

Karang (Bandar Lampung) pada tanggal 22 November 1987, anak pertama dari

tiga bersaudara, dari pasangan Eko Samputra dan Fina Febriana. Jenjang

pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan Taman

Kanak-kanak (TK) Al Hidayah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah

Dasar (SD) Negeri 4 Sawah Lama Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Yayasan Gotong Royong Bandar Lampung

pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Bandar

Lampung pada tahun 2005.

Tahun 2005, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila

melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di

Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA) sebagai

anggota. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan praktik umum di Kebun

(35)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah

– Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian

sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak

terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Fahri, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yeng telah memberikan

bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. sebagai pembahas dan penguji materi

yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan

saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah

(36)

6. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Ilmu Tanah Universitas Lampung yang

telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

7. Ayah Eko Samputra dan Ibu tercinta Fina Febrina yang telah membesarkan,

merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk

kesuksesanku.

8. Muhamad Romadona R dan Ayu N syafitri R yang telah memberikan doanya

untukku.

9. Nur Shovia Putri Sumbahan yang selalu memberiku semangat serta motivasi.

10. Kawan-kawan angkatan 2005, Abe, Ari, Adi komo, Berti, Desy, Defri, Fikar,

Mahda, Kiat, Lintang, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas

kebersamaannya selama ini .

11. Buat kawan-kawan angkatan ‘2003, ‘2004, ‘2006, ‘2007 serta adik-adik

angkatan ‘2008, ‘2009, ‘2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas

segala saran dan masukannya.

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan

yang telah diberikan terhadap penulis, dan semoga skripsi ini berguna bagi kita

semua.

Bandarlampung, 12 Mei 2012

(37)

I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan

manusia dan hewan, karena tanaman jagung mempunyai kandungan gizi dan serat

kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.

Jagung merupakan bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung

maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak.

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat prioritas

dalam pembangunan pertanian Indonesia. Selain itu jagung juga membantu

mencapai swasembada beras (Murni, 2008).

Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan

sebagai berikut :

Ordo : Tripsaceae

Famili : Poaceae (Graminae)

Subfamili : Ponicoideae

(38)

Spesies : Zea mays L.

1. Sejarah singkat

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang tersebar

ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis bangsa Eropa ke Amerika. Sekitar

abad ke-16 bangsa Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.

Bangsa Belanda menamakannya mais dan bangsa Inggris menamakannya corn.

2. Manfaat tanaman jagung

Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah

padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki

urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura, jagung banyak

dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin

meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, karena

hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam

keperluan antara lain:

a) Batang dan daun muda: pakan ternak

b) Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos

c) Batang dan daun kering: kayu bakar

d) Batang jagung: lanjaran (turus)

(39)

f) Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng

g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,

bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku

industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, dan industri textil.

3. Kandungan gizi

Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60 %). Dibandingkan dengan

beras, kandungan proteinnya lebih tinggi (8 %). Biji jagung terdiri dari kulit ari,

lembaga, tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat pada

endosperma. Pati terdiri dari amilopektin (73 %) dan amilosa (27 %). Serat kasar

terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar adalah

hemiselulosa (41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan endosperma (15

%). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma.

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:

 Kalori : 355 Kalori

 Protein : 9,2 gr

 Lemak : 3,9 gr

 Karbohidrat : 73,7 gr

 Kalsium : 10 mg

 Fosfor : 256 mg

 Ferrum : 2,4 mg

 Vitamin B1 : 0,38 mg

(40)

Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang

lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Utomo,

2010).

4. Deskripsi tanaman jagung (Zea mays L.)

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan

dalam 80 - 130 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan

vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman

jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian

antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi

tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga

jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi),

pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun

tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh

pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus

pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak

(41)

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan

helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung

berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi

sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon

tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu

tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari

suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang

glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa

karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.

Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara

batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.

Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif,

dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk

penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (Barnito, 2009). Jagung yang ditanam di lokasi penelitian adalah jagung varietas BISI-2. Diskripsi

(42)

Tabel 1. Deskripsi tanaman jagung ( Zea Mays L.).

Nama : Hibrida BISI - 2

Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS

4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang

dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd.

Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA.

Umur : 50% keluar rambut lebih dari 56 hari

Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam

Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik

Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)

Keterangan: Baik ditanam di dataran rendah sampai 1.000 mdpl.

(43)

5. Syarat tumbuh tanaman jagung (Zea mays L.)

Menurut Barnito (2009) tanaman jagung memiliki syarat tumbuh antara lain :

1. Curah hujan

Jumlah curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan jagung yang optimal

adalah 1.200 – 1.500 mm tahun-1 dengan bulan basah (> 100 mm bulan-1) 7 – 9

bulan dan bulan kering (<60 mm bulan-1) 4 – 6 bulan.

2. Kelembaban udara

Jagung membutuhkan kelembaban udara sedang sampai dengan tinggi (50% –

80%) agar keseimbangan metabolisme tanaman dapat berlangsung dengan

optimal.

3. Temperatur

Kisaran temperatur untuk syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 23oC

– 27oC dengan temperatur optimum 25oC. Temperatur rendah akan menghambat

pertumbuhan tanaman, sedangkan temperatur tinggi akan mengakibatkan

pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, sehingga akan menurunkan produksi.

4. Intensitas penyinaran

Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan intensitas penyinaran yang tinggi.

Semakin tinggi intensitas penyinaran, akan semakin tinggi proses fotosintesis,

sehingga akan dapat meningkatkan produksi.

5. Angin

Angin dapat membantu proses penyerbukan tanaman jagung, akan tetapi angin

yang terlalu kencang dapat menggagalkan pembungaan maupun dapat

(44)

i

o

b

r

w

T

,

,

,

,

6. Tanah

Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur

berpasir hingga tanah liat berat. Namun jagung akan tumbuh baik pada tanah

yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah

antara 5,5 – 7,5, dengan kedalamam air tanah 50 – 200 cm dari permukaan tanah

dan kedalamam permukaan perakaran (kedalam efektif tanah) mencapai 20 – 60

cm dari permukaan tanah. Pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena

tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan.

B. Tanah dan Lahan

Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem 3 fase yang terdiri atas padatan, cairan,

dan gas (Foth, 1994). Menurut Arsyad (2010), tanah di artikan sebagai suatu

benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, gas, dan

mempunyai sifat dan prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk dari hasil

kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan

induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w),

yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :

Dimana T merupakan tanah dan masing-masing peubah adalah faktor-faktor

(45)

Tanah adalah media bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman berperan

penting dalam pembentukan tanah. Penggunaan tanah yang terpenting adalah

untuk bercocok tanam (Oktavia, 2010).

Lahan merupakan wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun

biosfer bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau

siklis (Mahi, 2005). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape)

yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,

hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial

akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam

pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai

aktivitas flora, fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai

contoh aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa, dan

pasang surut, atau tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi

karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin dkk., 2000).

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk campur tangan manusia terhadap

lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual

(Arsyad, 2010). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan

umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum

meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput

penggembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, dan sebagainya, sedangkan tipe

penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan

memper-timbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan

(46)

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi

sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk

non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan

pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan

yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi, batuan di

permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop),

hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan

evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated),

karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial

ekonomi, maupun lingkungan (Susanto, 2005). Kecocokan antara sifat fisik

lingkungan suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan komoditas yang

dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial

dikembangkan untuk komoditas tersebut. Dengan kata lain hal ini mempunyai

pengertian bahwa jika suatu lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan

mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan

akan mampu mengasilkan (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin

(47)

D. Tipe Evaluasi Lahan

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.

Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi

kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan

yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai

marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi secara fisik dan secara

ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan

penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang diharapkan,

misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu, kapasitas

rekreasi, dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya

memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari

orang kerja, dan sebagainya. Perhitungan ekonomi dalam evaluasi ini digunakan

sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan

sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus,

seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda

(Mahi, 2005).

Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan

dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan

lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam

pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada

(48)

Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk

produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu

harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang

dibandingkan (Mahi, 2005).

E. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribute yang bersifat kompleks dari

se-bidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang

berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu (Djaenuddin dkk.,

2000). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor

negatif (Mahi, 2005). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif

terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang

berperan positif adalah yang menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya

kualitas lahan yang bersifat negatif adalah yang merugikan terhadap penggunaan

tertentu, sehingga hal ini dapat menjadi faktor penghambat atau pembatas.

Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis

penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa

berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis

penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan.

Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng)

(49)

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, seperti

lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan

sebagainya (Djaenuddin dkk., 2003). Setiap karakteristik lahan yang digunakan

secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya.

Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan

lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh

ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan

rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada

kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur

tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan. Karakteristik

lahan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti di jelaskan

dibawah ini :

1. Temperatur

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan

rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila

data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan

laut sebagai berikut :

26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)

Proses-proses kimiawi dan aktivitas jasad-jasad renik yang dapat menghambat

hara-hara tanaman menjadi bentuk tersedia sangat ditentukan oleh suhu, apabila

suhu turun secara drastis maka kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah

akan turun aktifitasnya sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut

pertumbuhanya akan terhambat akibatnya produksi tanaman menjadi turun

(50)

mempengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan

menghambat proses pertumbuhan, dan proses fotosintesis yang berkaitan erat

dengan produksi tanaman, suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu

yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman dan suhu maksimum (30°C hingga

38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu

yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai

suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum.

Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh tanaman adalah berbeda-beda tergantung

pada jenis tanamannya. Suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas

optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu

ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan

pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya seperti terjadinya

translokasi yaitu terganggunya proses pengangkutan dan penyebaran asimilat dari

sumber fotosintesis ke bagian-bagian tanaman yang menggunakan atau

menyimpan cadangan makanan seperti : buah, batang dan umbi, terjadinya mutasi

gen akibat adanya suhu yang terlalu tinggi yang menyebabkan berubahnya

susunan genetik tanaman, tanaman kekurangan unsur hara, karena suhu tinggi

dapat mengganggu perombakan-perombakan senyawa-senyawa penting bagi

tanaman (Kartasapoetra, 2006).

2. Ketersediaan air

Karakteristik ketersediaan air digambarkan oleh keadaan curah hujan tahunan

rata-rata atau curah hujan selama masa pertumbuhan tanaman, bulan kering, dan

(51)

a. Curah hujan: dinyatakan dalam curah hujan tahunan rata-rata (mm), atau

dalam curah hujan rata-rata selama masa pertumbuhan tanaman. Data

dikumpulkan dari stasiun pengamatan iklim dalam beberapa tahun.

b. Bulan kering: merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam

setahun yang jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm bulan-1.

c. Kelembaban udara: merupakan kelembaban udara rata-rata tahunan yang

dinyatakan dalam persen (%). Data dikumpulkan dari stasiun pengamatan

iklim dalam beberapa tahun.

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah, air harus

tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Air diperlukan oleh tumbuhan

untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, asimilasi, dan pengangkutan unsur hara

dari akar dan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Air

berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Di dalam sel tanaman air

berfungsi untuk mempertahankan turgor sel. Tekanan turgor dapat memberikan

energi untuk memperpanjang sel, dengan demikian jika kekurangan air maka

proses perpanjangan sel akan terganggu, karena berkurangnya proses pembesaran

sel. Apabila air tidak tersedia bagi tanaman maka kebutuhan biologisnya tidak

terpenuhi seperti proses transpirasi dan fotosintesis suatu tanaman akan terhambat

karena mengalami gejala-gejala kekurangan unsur hara. Apabila hal tersebut

terjadi maka akan mempengaruhi produksi dari tanaman tersebut. Ketersediaan

air suatu tanaman dipengaruhi oleh curah hujan tahunan dan lamanya bulan-bulan

(52)

3. Ketersediaan oksigen

Karakteristik lahan yang menggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas

drainase, yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap

aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik

tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau

karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang

dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak

atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).

c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan

daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan.

Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen

tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi)

pada lapisan sampai > 100 cm.

d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan

rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley

(reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai

(53)

sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau

karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan

sampai > 25 cm.

f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik

agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah

basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang

dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi)

dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai

permukaan.

g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah

secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke

permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan

permukaan.

Air yang masuk pada lahan pertanian tidak semuanya dapat diserap oleh

perakaran tanaman, ada sebagian air yang masuk ke permukaan tanah atau yang

biasa disebut dengan infiltrasi. Apabila infiltrasi ini terus terjadi dan air masuk

terus kedalam tanah akan terjadi perlokasi. Jika infiltrasi yang terjadi telah

mencapai tingkat kejenuhan maka dapat disebut sebagai komulatif infiltrasi. Air

yang diserap oleh perakaran tanaman akan digunakan sebagai bahan untuk proses

fotosintesis dan akan menguap melalui proses transpirasi. Air yang ada pada

(54)

disebut dengan evaporasi. Apabila kedua proses diatas terjadi secara bersamaan

maka prosesnya disebut dengan evapotranspirasi. Pada musim penghujan air

melimpah bahkan sampai membanjiri lahan pertanian dan lahan pertanian yang

kelebihan air tentu tidak baik bagi tanaman. Tanaman tidak akan dapat tumbuh

dengan maksimal untuk itu diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah air yang

ada pada lahan pertanian, agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal

(Hardjowigeno, 2009). Menurut Arsyad (2010), genangan pada lahan pertanian

akibat kondisi drainase yang buruk dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah, seperti struktur tanah menjadi rusak, daya rekat agregat lemah,

penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah

basa, perubahan daya hantar, kekuatan ion, dan perubahan keseimbangan hara

yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman.

4. Media perakaran

Media perakaran merupakan wadah atau tempat tinggal akar tanaman. Sebagai

tempat tinggal yang baik, media perakaran harus dapat mendukung pertumbuhan

dan kehidupan tanaman. Menurut Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang

manggambarkan media perakaran terdiri dari (a) tekstur tanah, (b) persentase

bahan kasar, (c) kedalaman tanah, (d) ketebalan gambut dan kematangan gambut

(untuk tanah organik) pada di daerah tertentu.

a. Tekstur tanah, merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus

dengan ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

1) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu

(55)

liat berdebu

3) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, debu

4) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir,

lempung berpasir halus

5) Kasar : pasir, pasir berlempung

6) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

b. Bahan kasar

Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %,

merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil,

kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan:

sedikit < 15%

sedang 15% – 35%

banyak 35% - 65%

sangat banyak > 60%

c. Kedalaman tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang

dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi,

dan dibedakan menjadi:

sangat dangkal < 20 cm

dangkal 20 – 50 cm

(56)

dalam > 75 cm

Ujung akar merupakan daerah pembelahan dan perpanjangan sel sehingga

memerlukan oksigen. Umumnya akar tanaman lahan kering tidak mampu

menembus lapisan yang jenuh air karena defisiensi oksigen. Drainase yang baik

memungkinkan difusi oksigen ke CO2 dari akar tanaman. Menurut Hardjowigeno

(2009) tekstur tanah juga mempengaruhi kondisi perakaran suatu tanaman, apabila

suatu tanah didominasi oleh liat menyebabkan akar tanaman jagung (Zea Mays L.)

kurang berkembang normal, sebaliknya pada tanah yang didominasi oleh pasir

perakaran tanaman jagung menjadi lebih mudah menembus tanah dan

berkembang dengan baik. Kedalaman perakaran merupakan kedalaman sampai

sejauh mana tanah masih dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air, dan hara,

makin tinggi intensitas sifat-sifat tanah dalam membatasi pertumbuhan dan

perkembangan akan menyebabkan penyebaran akar makin terbatas, akibatnya

ruang gerak dan jangkauan perakaran tanaman dalam memperoleh unsur-unsur

hara, air, dan udara menjadi terbatas dan pada akhirnya pertumbuhan bagian atas

tanaman terhambat dan produktivitasnya menurun (Hanafiah, 2009).

5. Retensi hara

Retensi hara atau ketersediaan hara dalam arti sempit dikatakan sebagai kesuburan

tanah. Makin tinggi retensi hara dalam tanah, kemungkinan besar produksi

tanaman tinggi apabila faktor lain juga mendukung (Rosmarkam, 2009). Menurut

Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang menggambarkan retensi hara adalah

kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, reaksi tanah (pH H2O), dan kandungan

(57)

a) Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid tanah dalam

menjerap dan mempertukarkan kation, kapasitas tukar kation dalam setiap

tanah sangat beragam bahkan pada tanah sejenis. Kapasitas tukar kation

akan mempengaruhi retensi hara, sehingga berpengaruh terhadap sifat dan

ciri tanah. Kapasitas tukar kation tinggi maka kemampuan tanaman untuk

menyerap unsur hara menjadi tersedia sehingga tanaman dapat

memanfaatkan unsur hara tersebut bagi tumbuhan.

b) Kejenuhan basa merupakan perbandingan antara kation basa dengan

kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen (%). Kejenuhan basa

suatu tanah dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan reaksi tanah (pH)

tanah. Pada tanah beriklim kering kejenuhan basa lebih besar daripada

tanah yang beriklim basah demikian pula pada tanah yang memiliki reaksi

tanah (pH) tinggi kejenuhan basa lebih besar daripada yang memiliki

reaksi tanah (pH) rendah. Kejenuhan basa yang tinggi dapat menyebabkan

tanah lebih banyak ditempati oleh kation-kation basa yang sangat berguna

bagi tanaman dan otomatis retensi hara pada tumbuhan tersebut menjadi

dalam bentuk tersedia.

c) Reaksi tanah (pH) yang penting adalah masam, netral, dan alkalin.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH) tanah melalui

dua cara yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak

langsung yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur

hara tertentu yang bersifat beracun, reaksi tanah (pH) tanah yang rendah

akan mempengaruhi retensi hara yang dapat menyebabkan tidak

Gambar

Tabel 2. Metode analisis laboratorium.
Tabel 1.  Deskripsi tanaman jagung ( Zea Mays L.).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola Dalam Sepakbola Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 3 Sukoharo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar gerak dasar menendang bola dengan punggung kaki melalui metode pembelajaran modifikasi alat bantu pada siswa kelas

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kebijakan komunikasi politik Kepala Daerah Kabupaten Purwakarta ditinjau dari sudut pandang demokrasi, partisipasi dan

Kesimpulan: Infra red, transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan

berupa William Flexion exercise untuk mengurangi masalah dari nyeri punggung. bawah akibat Spondylosis..

Afiks adalah bentuk linguistik yang pada satu kata merupakan unsur. langsung dan bukan pokok kata atau pokok kata, yang memiliki

(7) Sekretaris Jenderal dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak menerima usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) melakukan telaahan

Berdasarkan pohon klasifikasi tunggal (CART) diperoleh karakteristik anak putus sekolah usia 7-17 tahun di Sulawesi yaitu mereka adalah anak-anak yang tinggal di