• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA

SUBUR DI DESA PESAWARAN

INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

IDA RIZKAYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA

SUBUR DI DESA PESAWARAN

INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

IDA RIZKAYANTI

Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia.

Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk,

namun fakta sebaliknya adalah laju konversi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian terus

meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara

intensifikasi maupun ekstensifikasi. Evalusasi lahan mutlak diperlukan sebagai landasan

untuk melakukan tindakan intensifikasi dengan tepat. Evaluasi lahan merupakan suatu proses

dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Hasil

evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan

tujuan dan keperluan terhadap lahan tersebut, yang merupakan dasar bagi pengambil

keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang diperlukan. Oleh

karena itu, evalluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi dan faktor lingkungan.

Untuk mendapatkan data sebagai dasar intersifikasi sawah tadah hujan maka dilakukan

penelitian evaluasi lahan di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut

(3)

kelayakan finansial budidaya tanaman padi sawah yang dilakukan dengan menghitung nilai

NPV, Net B/C Ratio, dan IRR. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial

pada pertanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) Kelompok Tani Karya Subur

di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pendekatan evaluasi lahan secara

paralel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan dan analisis ekonomi secara paralel.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa lahan penelitian

milik Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor

pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman

padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal

ini dibuktikan dari hasil hitungan yang menunjukkan bahwa nilai NPV

Rp 26.624.204,- Net B/C 2,43 dan IRR 30,85 % yang nilainya lebih besar dari suku bunga

yang digunakan yaitu 15 % tahun-1.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

2.1.2Syarat-Syarat Tumbuh ... 11

2.1.3Fase-Fase Pertumbuhan ... 12

2.1.4 Teknik Budidaya Padi Tadah Hujan ... 15

2.2 Tanah dan Konsep Lahan ... 18

2.3Evaluasi Lahan ... 19

2.3.1 Karateristik dan Kualitas Lahan ... 21

2.3.2 Klasifiksasi Kesesuaian Lahan ... 22

2.4. Analisis finansial ... 32

2.4.1Net Present Value (NPV) ... 32

2.4.2Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) ... 33

2.4.3Internal Rate of Return (IRR) ... 33

III. BAHAN DAN METODE

3.4.2PengumpulanData ... 36

3.4.3 Analisis tanah di laboratorium ... 39

(7)

3.3.4.1Analisis kualitatif ... 40

3.3.4.2Analisis kuantitatif ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.1. Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 55

4.2.2. Kesesuaian Lahan Kuantitatif ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62

PUSTAKA ACUAN ... 64

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Kesesuaian Lahan Aktual tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) DesaPesawaran Indah menurut kriteria

Djaenuddin dkk. (2000) ... 49 6. Nilai rata-rata kelayakam finansial responden pada kelompok

TaniKarya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran selama 4 musim tanam

(2009-2011) ... 51

tan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah

Tadah Hujan (Oryza sativa L.) Desa Pesawaran Indah Menurut

kriteria Dzaenuddin dkk. (2000) ... 72 12. Deskripsi profil tanah pada lokasi profil borring

titik pertama lahan penelitian ... 73 13. Deskripsi profil tanah pada lokasi profil borring

(10)

titik ketiga lahan penelitian ... 74

15. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik keempat lahan penelitian ... 74

16... Deskrip si profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik kelima lahan penelitian ... 75

17. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik keenam lahan penelitian ... 75

18. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik ketujuh lahan penelitian ... 76

19. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik kedelapan lahan penelitian ... 76

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Lampiran

1. PetaLokasiPenelitian ... 103

2. TitikPengambilanSampel ... 104

3. ProfilBorring ... 105

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di

Indonesia maupun negara lain penghasil padi terjadi setelah tahun 1960 dengan

lahirnya revolusi hijau (Purnamawati, 2009). Sebagian besar tanaman pangan

yang ditanam di Indonesia adalah padi, daerah lumbung padi di Indonesia

sebagian besar adalah di pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Walaupun sebagian besar

beras diimpor dari negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang

konsumsi beras nasional.

Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total

produksi dunia), India (20%) dan Indonesia (9%). Produksi padi tahun 2009

mencapai 64,33 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi

pada 2008, terjadi peningkatan sebanyak 4,00 juta ton atau 6,64 %. Produksi padi

di Provinsi Lampung tahun 2010 yaitu sebesar 2,81 juta ton Gabah Kering Giling

(GKG), meningkat 134 ribu ton dibandingkan produksi padi tahun 2009.

Peningkatan produksi padi tahun 2010 disebabkan adanya kenaikan luas panen

sebesar 20,19 ribu ha dan kenaikan produktivitas sebesar 0,67 kw ha-1 (BPS,

(13)

2

Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah

penduduk yang terus bertambah sehingga, untuk mencukupi kebutuhan tersebut

sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu

memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Upaya peningkatkan

produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, salah satunya

penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan sangat

dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya

perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau

usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara

tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja

yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi

meningkat.

Untuk mencapai produksi yang optimal, tanaman padi (Oryza sativa L.)

seharusnya ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman

tersebut. Tujuan yang dimaksud memberikan informasi kesesuaian lahan untuk

komoditas padi (Oryza sativa L.) baik aktual maupun potensial.

Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan pada semua sektor

pembangunan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin

meningkat pula kebutuhan akan lahan, sedangkan jumlah lahan sendiri tidak

bertambah. Terjadinya alih fungsi lahan (konversi lahan) dari sektor pertanian ke

non pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian,

sedangkan lahan pertanian yang terus- menerus digunakan akan berkurang

(14)

3

menurun, karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk mengoptimalkan

penggunaan sumber daya lahan secara berkelanjutan.

Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi

penggunaan lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang menjadi

pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi

secara optimal dan lestari (Mahi, 2001). Dengan evaluasi lahan, potensi lahan

dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan.

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan

dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan

sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan

kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial

akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran (2012), luas sawah tadah

hujan di Kabupaten Pesawaran adalah 34.666 ha, sedangkan di Kecamatan

Padang Cermin luas sawah tadah hujannya adalah 3.476 ha. Lahan yang diteliti

seluas 8 ha di Desa Pesawaran Indah. Tanaman padi sawah tadah hujan pada

daerah tempat penelitian hanya ditanam secara menetap yaitu, lahan tersebut

khusus ditanam padi tadah hujan jenis Varietas non hibrida yaitu Ciherang.

Alasan para petani menggunakan padi Ciherang dikarenakan jenis padi ciherang

lebih tahan terhadap hama wereng.

Selain itu, pada Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang cermin Kabupaten

(15)

4

maka berdasarkan hal tersebut di atas penelitian ini perlu dilakukan agar dapat

dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan secara kuntitatif (ekonomi) dan

hasilnya cukup menguntungkan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif tanaman padi sawah tadah hujan

(Oryza sativa L.) Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, berdasarkam kriteria

Djaenuddin dkk., (2000).

2. Menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan

finansial budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) pada

lahan Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

1.3 Kerangka Pemikiran

Perlunya penelitian ini dilakukan pada Desa Pesawaran Indah, karena di desa

tersebut belum pernah dilakukannya evaluasi lahan khususnya tanaman padi,

apabila penelitian evaluasi ini dilakukan pada desa tersebut maka dapat diketahui

kekurangan yang ada pada lahan penelitian, sehingga kita dapat memberikan

masukan yang tepat dan memaksimalkan potensi pada lahan tersebut. Kriteria

pencocokan lahan dapat dilihat dari persyaratan klasifikasi kesesuaian lahan pada

tanaman padi tadah hujan diantaranya dilihat dari data temperatur, ketersediaan

(16)

5

penelitian C organik (< 0,8%) dan pH (5,0-6,0) menjadi faktor pembatas (Profil

Desa Pesawaran, 2008). Apabila faktor pembatas telah diketahui maka dapat

dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada tanaman padi.

Menurut Djaenuddin dkk. (2003), evaluasi lahan adalah suatu proses dalam

menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu.

Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan

sesuai dengan tujuan dan keperluan terhadap lahan tersebut. Kualitas lahan

adalah sifat-sifat pengenal yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap

kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan

bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas lebih dari satu karateristik

lahan (land characteristics).

Kualitas lahan ada yang dapat diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada

umumnya ditetapkan berdasarkan karateristik lahan (Balai Tanah dan World

Agroforestry Centre, 2007). Hasil evaluasi lahan merupakan dasar bagi penganbil

keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang

diperlukan. Evaluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi, dan faktor

lingkungan. Banyak contoh mengenai kegagalan usaha penggunaan lahan, karena

kegagalan dalam memperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan

penggunaaan yang dipilih. Evaluasi lahan berfungsi untuk meniadakan hal

tersebut dan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai

(17)

6

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan

tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini(kesesuaian

lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Banyak contoh terjadi kegagalan usaha penggunaan lahan karena tidak adanya

perhatian mengenai potensi lahan dan lahan yang digunakan. Dengan adanya

evaluasi kesesuaian lahan akan meniadakan hal-hal tersebutdan mengenalkan

perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang

diharapkan (Djaenuddin dkk., 2000).

Tanaman padi tadah hujan syarat pertumbuhannya tidak jauh berbeda dengan

padi sawah pada umumnya. Tanaman padi tadah hujan dapat tumbuh dan

produksi optimal pada daerah dataran tinggi maupun rendah. Tumbuh di daerah

tropis/subtropis pada 45o LU sampai 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban

tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200

mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau

hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air selalu tersedia. Pada

musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena

penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian

0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 oC sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m

dpl dengan temperature 19-23 oC (Soemarjono, 1990). Tanah yang cocok untuk

tanaman padi mulai dari berliat, berdebu halus, berlempung, halus sampai kasar.

Keasaman tanah mulai dari 4 -8 (Bappenas, 2000)

Lahan yang termasuk kedalam kelas S1 (sangat sesuai) untuk tanaman padi

(18)

7

kelembaban udara 33 -39%, media perakaran agak terhambat, drainase agak

baik, tekstur tanah halus/agak halus, kemasaman tanah 5,5 – 8,2, kedalaman

tanah >59 cm, KTK liat lebih dari 16 cmol kg-1, kejenuhan basa 35 – 50%, serta

kandungan C-organik 0,8 – 1,5 (Djaenuddin dkk., 2000).

Berdasarkan pengamatan profil Desa Pesawaran, didapatkan keterangan bahwa

pH tanah di Desa Pesawaran berkisar 5,0 – 6,0, ketinggian tempat 140,5 mdpl,

dengan kemiringan 5%, tingkat kesuburan tanah dari sedang sampai baik, dan tipe

iklim pada Desa Pesawaran memiliki tipe iklim basah dengan curah hujan

2000-2500 mm/tahun (Profil Desa Pesawaran, 2008).

Tanaman padi yang dibudidayakan oleh kelompok tani di Desa Pesawaran Indah

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten adalah Varietas non-hibrida yaitu

Ciherang. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Sarmin mengemukakan bahwa

alasan petani menggunakan Varietas Ciherang karena varietas tersebut tahan

terhadap hama wereng. Selanjutnya dikemukakan bahwa petani menghasilkan

panen gabah kering 5 ton ha-1 dan pendapatan Rp 8.000.000,- musim-1 dengan

biaya produksi Rp 3.500.000 ha-1 musim-1.

Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik yang

disusun oleh Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian kelayakan

finansial budidaya tanaman padi dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net

(19)

8

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan

dalam kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:

1. Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr).

2. Usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

Kelompok Tani Karya Subur Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran secara finansial menguntungkan dan layak

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi

berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan

ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun

pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif.

Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan karbohidrat di daun, menjaga

hidrasi protoplasma, pengangkutan dan mentranslokasikan makanan serta unsur

hara dan mineral. Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji. Pengisapan

air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan di dalam

biji (Kartasapoetra, 1988). Diskripsi tanaman padi Varietas Ciherang dapat dilihat

pada Tabel 10 lampiran.

2.1.1 Botani dan Morfolog

Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai

berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Keluarga : Graminae (Poaceae)

Genus : Oryza Linn

(21)

10

Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan

morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya

memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan

membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai. Akarnya serabut

yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga

padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga,

kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil,

putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma.

Padi dapat dibedakan menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya

ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan

padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan

morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang membedakan

hanyalah tempat tumbuhnya.

Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam

tanah terdiri dari:1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih

berkecambah, 2) Akar serabut yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang setelah

tanaman berumur 5 – 6 hari.

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang

menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain.

Adapun bagian daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk

memanjang seperti pita, 2) Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi

memberi dukungan pada ruas bagian jaringan, 3) Lidah daun terletak pada

(22)

11

Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio yang

merupakan calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika suatu benih tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, benih tersebut akan

berkecambah. Perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Perkecambahan epigeal adalah ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil

sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah,

misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus), sedangkan perkecambahan

hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik

ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah, misalnya pada tanaman padi

(Oryza sativa L.) (Pratiwi, 2006).

2.1.2 Syarat – Syarat Tumbuh

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau

lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki

tahun-1 sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi

adalahn 23 °C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara

0–1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah

sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan

tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh

dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan

(23)

12

Faktor yang menentukan jarak tanam pada tanaman padi sawah tadah hujan

tergantung pada:

a) Jenis tanaman

Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang

banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang

memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

b) Kesuburan tanah

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak

tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur

lebih baik dari pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur.

Jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar dari pada

jarak tanam padah tanah yang kurang subur.

Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk

mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang

padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi

serangan hama (Siregar dan Hadrian, 1987).

2.1.3 Fase – Fase Pertumbuhan

Tiga fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan literatur (Arafah, 2009),

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai);

2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan

(24)

13

Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif

dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang

dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga.

Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan, yang

seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif. Fase

reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga, periode

pasca-berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan. Yoshida membagi

pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif, dan

pemasakan. Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai

berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai: fase reproduktif dimulai

dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan pemasakan dimulai

dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas berumur 120 hari yang

ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif memerlukan 60 hari, fase

reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.

Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang

sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu, stadia

reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun

bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai bisaanya

dimulai 30 hari sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan

memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif

disebut juga stadia pemanjangan ruas-ruas. Pembungaan (heading) adalah stadia

keluarnya malai, sedangkan antesis segera mulai setelah heading. Maka, heading

diartikan sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu

(25)

14

karena terdapat pebedaan laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan.

Apabila 50% bunga telah keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase

pembungaan.

Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang

malai telah tampak keluar. Pada umunnya antesis berlangsung antara jam 08.00 –

13.00 dan persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah antesis.

Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk antesis, tetapi pada

umumnya hanya 7 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai komponen

pertumbuhan dan hasil telah mencapai maksimal sebelum bunganya sendiri keluar

dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak bertambah

lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah

ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu,

ukuran sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum

antesis. Periode pemasakan bulir terdiri dari 4 stadia masak dalam proses

pemasakan bulir (Arafah, 2009).

1. Stadia masak susu

Tanda-tandanya : tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya

sudah terkulai: ruas batang bawah kelihatan kuning: gabah bila dipijit dengan

kuku keluar cairan seperti susu.

2. Stadia masak kuning

(26)

15

hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau: isi gabah sudah keras, tetapi

mudah pecah dengan kuku.

3. Stadia masak penuh

Tanda-tandanya : buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedang batang-batang

mulai kering: isi gabah sukar dipecahkan: pada varietas-varietas yang mudah

rontok, stadia ini belum terjadi kerontokan.

4. Stadia masak mati

Tanda-tandanya : isi gabah keras dan kering: varietas yang mudah rontok pada

stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati terjadi setelah ± 6 hari setelah

masak penuh.

2.1.4 Teknik Budidaya Padi Tadah Hujan

Teknik bercocok tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sawah tadah

hujan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman

itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus

dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari

serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi (Arafah,

2010).

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang akan

digunakan dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah (struktur

(27)

16

tadah hujan diantaranya dengan pembersihan, pencangkulan, pembajakan dan

penggaruan.

b. Persemaian

Persemaian untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih

tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari

sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan

ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan

sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian,

taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 g m-2. Benih disemai dengan

kerapatan 75 g m-2.

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi tadah hujan.

Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya,

sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan padi tadah hujan,

oleh karena itu persemaian harus benar-benar mendapat perhatian, agar

harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai

(Arafah, 2010).

c. Jarak Tanam

Jarak tanam pada padi tadah hujan varietas unggul memerlukan jarak tanam

20 x 20 cm dan pada musim kemarau 25 x 25 cm.

d. Penyiapan bibit

Bibit dipersemaian yang telah berumur 17 – 25 hari (tergantung jenis

padinnya, genjah / dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah

(28)

17

e. Penanaman

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22

x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan

musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam

yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di

daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang

bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada tanaman padi tadah hujan meliputi penyulaman,

penyiangan, pengairan dan pemupukan.

g. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan

sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi,

pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk alam (organik), pupuk

buatan (anorganik).

h. Panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan

mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir

hijau dan butir kapur. Padi siap panen 95 % butir sudah menguning (33-36

hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah

(29)

18

Lahan sawah tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) pengairan

tergantung pada turunnya air hujan; 2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat

kesuburan tanah juga rendah; 3) bahan organik relative rendah dan sulit

dipertahankan dalam jangka panjang; 4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton -1

hektar) (Arafah, 2009).

2.2 Tanah dan Konsep Lahan

Menurut Arsyad (2010), tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri

atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat dan prilaku

yang dinamik. Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim (i)

dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh

relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w). Dimana T adalah tanah yang dapat

digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :

T = ∫ ( i, o, b, r, w) (Arsyad, 2010)

Masing-masing peubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas.

Tanah merupakan tempat bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman

berperan penting dalam pembentukan tanah.

Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer

bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis

(Mahi, 2001). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi,

dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian

(30)

19

fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktivitas

dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa dan pasang surut atau

tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi karakteristik lahan yang

spesifik (Djaenuddin, dkk. 2000).

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk intervensi (campur tangan) manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun

spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan

lahan umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara

umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput

pengembalaan, kehutanan, daerah rekreasi dan sebagainya, sedangkan tipe

penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan

memper-timbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan

sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2001).

2.3 Evaluasi Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi

sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun

untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu

pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat

fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng,

topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta

singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan

(31)

20

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan

evaluasi kesesuaian lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena

masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial

ekonomi, maupun lingkungan. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari

suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi

memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial

dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa

jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan

memper-timbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan

mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin

dkk., 2000).

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif,

maka dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif

adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang

digambarkan dalam bentuk kualitaif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal,

dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi kuantitaif secara fisik dan

kuantitatif secara ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang

melakukan penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang

di-harapkan, misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu,

kapasitas rekreasi dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya

memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari

(32)

21

sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan

sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus,

seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda.

Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan

dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan

lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam

pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada

data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi.

Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk

produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu

harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang

dibanding-kan (Mahi, 2005).

2.3.1 Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Setiap

karakterisitik lahan dirinci dan diuraikan mencakup keadaan fisik lingkungan dan

tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi

lahan bagi komoditas tertentu.

Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi

mempunyai interaksi satu sama lainnya, karenanya dalam interpretasi perlu

mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam

(33)

22

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribut yang bersifat kompleks dari

sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan ( performance)

yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya

terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics ). Kualitas

lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi

pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif

(Mahi, 2001) kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap

penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan

positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya

kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan

(merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor

penghambat atau pembatas.

2.3.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan

tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian

lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat

menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe

penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai

lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar. Menurut

(34)

23

Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo

kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S = Suitable) dan

lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas

kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail

(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)

dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2),

dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)

tidak dibedakan kedalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala

1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai

bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

a) Sangat sesuai (S1)

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap

penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak

akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b) Cukup sesuai (S2)

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh

terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas

(35)

24

c) Sesuai marginal (S3)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan

sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan

yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor

pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau

campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d) Tidak Sesuai (N)

Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit

diatasi.

Sub Kelas : adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan

karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi

faktor pembatas terberat.

Unit : adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang

didasarkan pada sifat tambahan dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi

lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) deskripsi karakteristik lahan yang menjadi

pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai

berikut :

1. Temperatur (tc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan

(36)

25

Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas

permukaan laut sebagai berikut :

26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)

Suhu berpengaruh terdahap aktivitas mikroorganisme dalam tanah,

fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah.

2. Ketersediaan Air (wa)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah

penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap

tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam

tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk membuat karbohidrat di daun,

menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan

mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman (Nyakpa dkk, 1986).

3. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran adalah drainase,

tekstur, kedalaman tanah.

(a) Drainase yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah

terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik

tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau

karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai

(37)

26

yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa

bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).

c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang

dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat

permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley

(reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan

rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley

(reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai

sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau

karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan

sampai > 25 cm.

f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik

agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah

basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang

dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi)

dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai

(38)

27

g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah,

tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama

sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan

permukaan.

(b) Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan

ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

a. Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu.

b. Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung

liat berdebu

c. Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, debu

d. Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir,

lempung berpasir halus

e. Kasar : pasir, pasir berlempung

f. Sangat halus : liat

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air (Rayes,

2006), tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai

drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki daya pegang atau daya simpan

air yang cukup tinggi dimana air lebih tidak segera keluar akan tetapi akan tetap

menjenuhi tanah pada daerah perakaran dalam jangka waktu yang lama, hal ini

ditunjukkan hanya pada lapisan tanah atas saja yang mempunyai aerasi yang baik

dengan tidak adanya bercak - bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat.

Tanah pasir dan lempung berpasir mengandung sedikit liat koloid, kemungkinan

miskin bahan organik (humus), sehingga nilai KTK- nya rendah, sebaliknya tanah

(39)

28

nilai KTK yang tinggi (Tan, 1992). Pada tanah - tanah yang bertekstur halus

biasanya kegiatan jasad renik dalam perombakan bahan organik akan mengalami

kesulitan dikarenakan tanah – tanah yang bertekstur demikian berkemampuan

menimbun bahan – bahan organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi –

kisi mineral, dan dalam keadaan terjerap pada kisi – kisi mineral tersebut jasd

renik akan sulit merombak (Mulyani dkk., 2007).

(c) Bahan kasar

Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %,

merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil,

kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan :

sedikit < 15%

sedang 15% – 35%

banyak 35% - 65%

sangat banyak > 60%

(d) Kedalaman tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat

dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi dan

dibedakan menjadi :

Retansi hara merupakan kemampuan tanah untuk menjerap unsur - unsur hara

atau koloid di dalam tanah yang bersifat sementara, sehingga apabila kondisi

(40)

29

akan dilepaskan dan dapat diserap oleh tanaman. Retensi hara di dalam tanah

dipengaruhi oleh KTK, KB, pH dan C-organik.

(a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC)

merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation

exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah me-1 kation dalam 100 g tanah atau me kation

100 g tanah-1.

(b) Kejenuhan basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan

dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan

basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati

100% tanah bersifal alkalis.

(c) pH tanah

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral

menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan

nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di

dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, makin masam tanah

tersebut.

(d) C – organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini

(41)

30

maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan

berdasarkan jumlah C-organik.

5. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya adalah erosi tingkat erosi

yang dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara

memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion) erosi alur

(reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk

memprediksi tingkat erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan

memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya

horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif

mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi dibagi

berdasarkan pada jumlah tanah permukaan yang hilang (cm th-1), yaitu

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yg hilang (cm th-1)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya banjir adalah kombinasi

pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut

dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan.

Kedalaman banjir dibagi menjadi :

Kedalaman banjir Lamanya banjir

1. < 25 cm 1. < 1 bulan

(42)

31

3. 50 - 150 cm 3. 3 – 6 bulan

4. > 150 cm 4. > 6 bulan

Bahaya banjir diberi simbol Fx,y (dimana x adalah simbol kedalaman banjir

dan y adalah lamanya banjir). Kelas bahaya banjir dibedakan menjadi :

Simbol Kelas bahaya banjir (F) Kombinasi lamanya dan kedalaman

banjir (Fx,y)

Karakteristik lahan yang menggambarkan terain (penyiapan lahan) adalah

volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan

lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdiameter lebih

dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm

(berbentuk gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di

permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di

dalam tanah. Batuan lepas dikelompokkan sebagai berikut :

bo = < 0,01% luas areal (tidak ada),

b1 = 0,01 sampai 3% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah

dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan

tanaman.

b2 = 3 sampai 15% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah

mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang.

b3 = 15 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahantanah dan

(43)

32

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekalai

tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.

Batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut :

bo = < 2% permukaan tanah tertutup (tidak ada).

b1 = 2 sampai 10% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dan

penanamam agak terganggu.

b2 = 10 sampai 50% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah dan

penanaman terganggu.

b3 = 50 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan

penanaman sangat terganggu.

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekali

tidak dapat digarap.

2.4 Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain Net

Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

2.4.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present

Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak

(44)

33

2.4.2 Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan

diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan

suatu proyek layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2003).

2.4.3 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama

artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang

(NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata

lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ). Internal

Rata of Return (IRR) dapat juga dikatakan sebagai nilai tingkat pengembalian

investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan

menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat

(45)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman padi (Oryza sativa L.) Kelompok

Tani Karya Subur Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran dengan areal pertanaman padi yang diteliti seluas 8 ha. Lokasi

penelitian berada pada titik koordinat 509426 – 509167 mT dan 9383986 –

9384002 mU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil

dari 6 titik yaitu 3 titik bagian atas dan 3 titik bagian bawah dengan kedalaman

pengambilan sampel tanah 0-30 cm dan 9 profil borring sampai kedalaman

120 cm , serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah.

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Bor tanah : untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan

deskripsi karakteristik tanah

2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah

3. Kantong plastik : untuk tempat sampel tanah

4. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan

(46)

35

5. Buku munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan mengetahui

karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah

6. Global Positioning System (GPS) : untuk mengukur titik koordinat lokasi

penelitian, titik pengambilan sampel tanah dan pengukuran lereng.

7. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan,

dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan

evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan evaluasi kesesuaian lahan

berdasarkan faktor fisik lingkungan (kualitatif) dan faktor ekonomi (kuantitatif)

secara paralel (bersamaan). Persyaratan klasifikasi kesesuaian lahan tanaman padi

(Oryza sativa L.) menrut Djaenuddin, dkk. (2000) tertera pada tabel 11, dan

analisis kelayakan usaha budidaya tanaman padi dengan menilai Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, pengambilan data,

analisis tanah di laboratorium dan analisis data.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan

Kegiatan pada tahap persiapan adalah studi pustaka tentang keadaan umum lokasi

penelitian agar didapatkan gambaran secara umum tentang daerah penelitian,

seperti data iklim, bahan induk, dan laporan hasil penelitian lahan setempat. Peta

(47)

36

3.4.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

(1) Data Primer

Data primer yang dikumpulkan terdiri dua jenis, yaitu data fisik dan data

ekonomi.

(a) Data Fisik

Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengambilan contoh

tanah di kedalaman 0-30 cm pada setiap titik, pembuatan profil borring

sampai kedalaman 120 cm pada 9 titik, dan pengamatan langsung di lapang.

Berdasarkan analisis pra survei ditentukan 9 titik bor dengan metode

proposional untuk pengambilan contoh tanah. Metode penentuan titik

pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lereng. Ditentukan 3

titik pengambilan sampel pada bagian atas lereng, 3 titik bagian tengah

lereng, dan 3 titik bagian bawah lereng. Pengambilan titik contoh tanah

dilakukan dengan GPS. Gambar lahan dan titik contoh tanah selengkapnya

tertera pada Gambar 2 (Lampiran).

Data fisik primer yang dikumpulkan meliputi :

1) Pengambilan contoh tanah proposional yang akan dianalisis di

laboratorium diambil dari 3 titik pengeboran bagian atas lereng dan 3 titik

pengeboran bagian bawah lereng pada kedalaman 0-30 cm. Contoh tanah

yang diambil kemudian dikomposit menurut bagian lerengnya,

(48)

37

telah diayak kemudian dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui sifat

kimia dan fisikanya.

2) Pengamatan lapang

a. Drainase : Menggambarkan tata air pada daerah penelitian yang dapat

diketahui dengan melihat ada tidaknya genangan pada lahan penelitian

dan ada tidaknya warna kelabu atau bercak karatan melalui deskripsi

(borring) pada lapisan tanah yang diamati, selain itu pengamatan

warna tanah dapat dilakukan dengan menggunakan buku munsell soil

colour chart.

b. Bahan kasar : Pengamatan bahan kasar dilakukan dengan melihat ada

tidaknya batu- batu kecil di dalam tanah dengan cara pengeboran

tanah pada lahan penelitian, kemudian dilakukan perhitngan bahan

kasar berdasarkan % volume.

c. Kedalam tanah : untuk mengetahui kedalaman tanah yang dapat

digunakan untuk perkembangan akar, dapat dilakukan dengan cara

pengeboran. Kedalaman tanah di ukur sampai kedalaman 120 cm,

dan bila kurang dari 120 cm di usahakan sampai ditemukannya

lapisan padas yang homogen.

d. Bahaya Erosi : Untuk mengetahui bahaya erosi dilakukan dengan cara

mengamati lereng dengan menggunkan GPS, dimana semakin curam

lereng maka bahaya erosi semakin tinggi. Bahaya ini juga diamati

melalui persentase lapisan tanah atas yang telah hilang.

e. Bahaya Banjir : Bahaya banjir ditandai dengan adanya genanganan air

(49)

38

melakukan wawancara dengan anggotakelompok tani, apakah terdapat

genagan pada lahan penelitian pada saat musim hujan, selain itu

bahaya banjir juga dibedakan berdasarkan kedalaman dan lamanya

banjir.

f. Batuan Permukaan : Dapat diketahui dengan melihat volum batuan

(dalam %) yang ada dipermukaan tanah atau lapisan olah.

g. Singkapan batuan : Dapat diketahui dengan melihat jumlah batuan

yang tersingkap di permukaan tanah (dalam %).

b) Data Ekonomi

Pengumpulan data ekonomi primer dilakukan dengan cara wawancara langsung

dengan kelompok tani dilapangan dengan jumlah 8 orang petani responden. Data

ekonomi primer yang dikumpulkan meliputi :

1) Sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha tani tanaman padi

2) Jumlah tenaga kerja dalam usaha tani tanaman padi.

(2) Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data fisik dan data

ekonomi.

(a) Data Fisik

Pengumpulan data fisik sekunder meliputi :

1) Temperatur Udara (suhu) : Ditentukan oleh keadaan temperatur rata-rata

yaitu temperatur udara tahunan selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011) dan

dinyatakan dalam 0C. Data temperatur udara dapat diperoleh dari Stasiun

(50)

39

2) Curah Hujan : Ditentukan oleh curah hujan tahunan selam 3 tahun

terakhir yang dinyatakan dalam mm. Data curah hujan dapat diperoleh

dari stasiun BMG Lampung.

3) Kelembaban Udara : Ditentukan oleh kelembaban bulanan selam 3 tahun

terakhir (2009 – 2011) yang dinyatakan dalam persen (%).

4) Peta Lokasi Penelitian : Dapat diperoleh dari kantor Badan Penyuluh

Pertanian (BPP) Kecamatan Padang Cermin dan Kantor Balai Desa

Pesawaran Indah.

(b) Data Ekonomi

Pengumpulan data ekonomi sekunder dilakukan dengan cara mengambil data dari

kantor Badan penyuluhan Pertanian. Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan

meliputi :

1) Jumlah produksi tanaman padi di Kelompok Tani Karya Subur di Desa

Pesawaran Indah Padang Cermin Kabupaten Pesawaran selama 3 tahun

terakhir (2009 – 2011).

2) Harga padi selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011).

3) Biaya produksi usaha tani tanaman padi per tahun yang meliputi bibit,

pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.

4) Biaya sewa lahan pertahun selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011).

3.4.3 Analisis laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis 2 contoh tanah

komposit. Contoh tanah dikering udarakan, lalu diayak dengan menggunakan

(51)

40

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia

dan fisiknya.

Sifat kimia yang dianalisis adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH H2O,

basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), dan C-organik. Sedangkan sifat fisik

tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Metode analisis laboratorium

No Analisis Metode

1. pH H2O Elektrometrik

2. Basa-basa dapat ditukar (Ca,Mg, Na, K)

NH4OAc 1 N pH 7

3. C-organik Walkey and Black

4. KTK NH4OAc 1 N pH 7

5. Tekstur tanah Hydrometer

Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.

3.4.4 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari studi lapang selanjutnya akan diolah dan dianalisis.

Analisis data dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu analisis kuantitatif dan

analisis kualitatif.

3.4.4.1Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengevaluasi lahan berdasarkan potensi fisik

lingkungan. Kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan

persyaratan tumbuh tanaman padi sawah pada Tabel 3 dengan data aktual di lahan

(52)

41

3.4.4.2 Analisis Kuatitatif

Analisis kuatitatif diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash flow yaitu

perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan

jumlah biaya (total cost) untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan

suatu usaha (Soetriono, 2011). Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah

analisis yang digunakan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

a. Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

NPV =

Bila NPV> 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV< 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(53)

42

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

c. Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh

investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1) (Ibrahim, 2003) NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian lahan Kelompok Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran

Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran memiliki kelas

kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan

C organik (S2 wanr) untuk tanaman padi sawah tadah hujan.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok

Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran adalah menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan yang menunjukkan bahwa nilai NPV

Rp 26.624.024, Net B/C Rp 2,43 dan IRR 30,85 % per bulan.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan oleh

penulis adalah:

1. Pembuatan lebung sebaiknya dibuat permanen dengan cara di semen agar

(55)

44

2. Pemberian limbah jerami yang dikomposkan kepada tanah untuk

(56)

PUSTAKA ACUAN

Arafah, 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi Sawah Bogor : Bumi Aksara.429 hlm

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air edisi 2 Cetakan. IPB Press. Bogor. 472 hlm

Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Institut Pertanian Bogor. 48 hlm.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produktvitas dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Lampung. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses tanggal 4 mei 2011.

BPS, Kabupaten Pesawaran.2012. Pesawaran Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. 374 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2008. Data Wilayah Desa Karang Rejo. Badan Pusat Statistik. Gedong Tataan.

Bappenas.2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. http://www.scribd.com/doc/8755672/Padi. Diakses Tanggal 1 April 2010.

Departemen Pertanian, 2009. Ciherang. Balai Besar Penalitian Padi. Subang, Jawa Barat.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy,172 hlm.

Gardner, W. 1986. Water Content In A, Klute, (ed): MethodOf Soil Analysis Part I : Physical and Mineralogical Methods. Secont edition. ASSA, inc. Madison, Wisconsim, USA. Ro. 495 USA Rp. 394-544.

(57)

65

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropika Bina Aksara. Jakarta. 418 hlm.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. diakses tanggal 11 September 2012.

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184 hlm.

Makarim, A.K., U.S. Nugraha, dan U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.

Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam Untuk Pengembangan

Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16-17. Mulyani, S,M A.G. Kartasapoetra. 2007. Terbentuknya Tanah dan Tanah

Pertanian Cetakan 3. Rineka Cipta. Jakarta. 152 hlm.

Nasution, Z. 2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment.Area. Universty Sains Malaysia 18p.

Purnamawati, 2009. Penanaman Padi Sawah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 24 hlm.

Pratiwi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta. 108 hlm.

Profil Desa Pesawaran Indah Padang Cermin Pesawaran. 2011

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta

Siswoputranto. 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia. 147hlm.

Soemarjono. 1990 Bertanam padi Sawah. Penerbit : Swadaya

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. 110 hlm

(58)

66

Souri. S. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang. Meningkatkan Produksi Padi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 295 hlm.

Gambar

Tabel                                                                                                        Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian Logika Fuzzy pada Musuh Penyerang Pada musuh tipe penyerang, logika fuzzy akan mengatur peluang menyerang musuh berdasarkan parameter life dan range

No Variabel Definisi Oprasional Dimensi Indikator Pengukuran terhadap produk Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak

B.F Skinner (1904-1990) adalah seorang ahli behavior psychology atau psikologi prilaku yang terkenal dengan teorinya yag disebut operant conditioner.Teori ini

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kecamatan dan Puskesmas Sebagai Lokasi

[r]

[r]

Peserta Nama TWK TIU

Dengan hasil penelitian ini merujuk pada hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan Harga (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan