SPESIES-SPESIES DAN KEPADATAN NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN
PROPINSI LAMPUNG
Oleh
Oktalia Asmara
ABSTRAK
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler genus Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Yang dalam perkembangbiakannya, membutuhkan faktor-faktor lingkungan seperti: faktor fisik, kimia dan biologi. Punduh Pedada adalah daerah dengan kondisi geografis yang mendukung sebagai tempat perindukan vektor malaria. Tingginya kasus malaria di beberapa desa di Punduh Pedada pada tahun 2002 mencapai 66%, hal tersebut mendorong untuk dilakukannya studi entomologi vektor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies dan MHD (man hour density) nyamuk Anopheles (vektor malaria) yang terdapat di desa Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung, penelitian ini diharapkan akan menjadi sumber informasi untuk mempermudah kegiatan pemberantasan nyamuk Anopheles (vektor malaria). Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 15 April 2012 di desa Sukamaju, kecamatan Punduh Pedada, kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan metode survey. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil identifikasi nyamuk Anopheles dan angka kemungkinan manusia digigit nyamuk dalam 1 jam/Man Hour Density. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah jenis nyamuk yang di dapat di dalam dan di luar rumah yaitu: An.sinensis37ekor (50,7%),An.barbirostris 24 ekor (32,9%), An.sundaicus 1ekor (15%), dan An. nigerimus 1 ekor (1,3%). Nilai Man Hour Density/kemungkinan manusia digigit nyamuk dalam 1 jam yaitu: An.sinensis 1,54, An.barbirostris 1, An.sundaicus 0,04 dan An. nigerimus 0,04 sedangkan nyamuk di luar rumah hanyaAn.sundaicus0,4.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi
tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta
penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari
1 juta orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara
Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa. Indonesia
merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria. Pada tahun 2007 di
Indonesia terdapat 396 Kabupaten endemis dari 495 Kabupaten yang ada, dengan
perkiraan sekitar 45% penduduk berdomisili di daerah yang berisiko tertular malaria.
Jumlah kasus pada tahun 2006 sebanyak 2 juta orang dan pada tahun 2007 menurun
menjadi 1.774.845 (Kepmenkes RI, 2009). WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2008 sekitar 798.000–1.003.000 orang meninggal karena malaria. Penyakit ini tersebar hampir ke seluruh permukaan bumi, merupakan penyebab ke lima terbesar kematian
akibat infeksi di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis parasit yang
ditularkan oleh nyamuk betina dari genus Anopheles. Gejala penyakit malaria pada umumnya muncul setelah beberapa hari sporozoit masuk ke dalam tubuh, diawali dengan perasaan dingin, demam, panas tinggi, berkeringat dingin, dan menggigil.
Gejala seperti ini akan terjadi berulang tergantung dari jenis parasit yang menginfeksi.
Vektor adalah binatang yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara
penularan penyakit. Adapun dari penggolongan binatang dikenal dengan 10 golongan
yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia yaitu phylum Arthropoda dan Protozoa yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria dan demam berdarah (Dharmawan, 1993).
Nyamuk adalah salah satu serangga di alam yang berpotensi sebagai vektor penyakit.
Di dunia kesehatan telah ditemukan beberapa macam penyakit infeksi yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk yang menjadi vektor penyakit. Beberapa penyakit yang telah
ditemukan itu adalah demam berdarah, malaria, chikungunya dan filariasis yang masing
– masing ditularkan oleh nyamuk yang berbeda. Permasalahan penyakit infeksi ini hampir merata di negara–negara berkembang dan negara –negara maju yang memiliki iklim tropis maupun subtropis. Penyakit –penyakit tersebut sering menyebabkan kematian (Dharmawan, 1993).
Spesies Anopheles yang besar jumlahnya dan sangat berbeda dalam kebiasaannya, ditemukan di daerah terbuka, daerah pepohonan, daerah kota dan pada berbagai macam
ragamnya, dari tempat yang teduh sampai tempat yang disinari matahari, dari air tawar
sampai air payau, dari kubangan air sampai air yang mengalir, dengan kadar zat asam
bebas yang berbeda-beda
Sudomo dalam Hasan (2001) menyatakan bahwa tiga kecamatan endemis malaria, yaitu
kecamatan Padang Cermin, Punduh Pedada dan Rajabasa banyak ditemukan genangan
tempat perindukan nyamuk Anopheles yang berupa genangan air payau dan genangan
air tawar. Adanya krisis ekonomi tahun 1997 mengakibatkan 60% tambak udang
terlantar, yang berkaitan dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk An. sundaicus(Hasan, 2001).
Pada tahun 2002, terdapat tiga Puskesmas di wilayah Lampung Selatan yang
mempunyai angka kejadian malaria yang tinggi, yaitu di desa Hanura 97,59 %, desa
Pidada 66 % dan desa Way Muli 27 % (Sahli, 2003).
Menurut Kemenkes RI (2009), hal yang harus dilakukan dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko malaria adalah melakukan survey vektor dan
pengendalian secara hayati. Oleh sebab itu identifikasi nyamuk vektor malaria penting
dilakukan, karena menurut Hoedojo dan Dzulhasril (2006) setiap spesies Anopheles memiliki karakteristik yang dan tempat perindukan vektor yang berbeda.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui nilai MHD (man hour density) spesies nyamuk vektor malaria di daerah endemik desa Sukamaju, kecamatan Punduh Pedada, kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
mengendalikan penyakit malaria, di desa Sukamaju, kecamatan Punduh Pedada,
Kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung.
D. Kerangka Pemikiran
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Protozoa obligat intraseluler genus
Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Untuk perkembangbiakannya pada tempat perindukan, nyamuk membutuhkan faktor-faktor lingkungan seperti:
faktor fisik, kimia dan biologi.
Punduh Pedada adalah salah satu daerah yang mendukung sebagai tempat peridukan
vektor malaria, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis Punduh Pedada yang
dekat dengan pantai. Kondisi tersebut memungkinkan banyak warga asli atau
pendatang yang membuka lahan tambak . Banyaknya jumlah tambak yang ada di
Pedada, ada 66% tambak tidak aktiv (Hasan, 2001). Tambak- tambak tidak aktiv
dapat menimbulkan genangan-genangan air payau, dan berpotensi sebagai tempat
perindukan nyamuk vektor malaria. Adanya tempat perindukan vektor malaria dan
penderita menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria secara terus menerus.
Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini telah dilakukan untuk mengkaji vektor
penyebab penyakit malaria di desa Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten
Pesawaran, propinsi Lampung.
E. HIPOTESIS
1. Terdapat spesies-spesies nyamuk vektor malaria di desa Sukamaju, kecamatan
Punduh Pedada, kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Malaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke 17,
malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara ”udara yang kotor”.
Klinik penyakit malaria adalah khas, mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan
teratur disertai menggigil, maka pada waktu itu sudah dikenal febris tersiana dan febris
kuartana. Di samping itu terdapat kelainan pada limpa, yaitu splenomegali: limpa
membesar dan menjadi keras, sehigga dahulu malaria disebut demam kura (Pribadi, 2006).
Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penularannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria,
menggigit manusia sampai pecahnya skizon darah atau timbulnya gejala demam. Malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam yang sering/periodik, anemia, pembesaran limpha dan berbagai kumpulan gejala lain karena pengaruhnya pada beberapa organ,
misalnya otak, hati, dan ginjal. Malaria dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia,
disamping menyebabkan kesakitan dan kematian juga dapat menurunkan produktivitas
kerja penderita (Rahmati, 2006).
B. Vektor Malaria
ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda (Oemijati dan Pribadi, 2006).
KlasifikasiAnophelesmenurut Borroret al(1996) adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Pterygota
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Sub Famili : Anophelini
Genus :Anopheles
1. Morfologi NyamukAnopheles
Tubuh Anopheles terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki sepasang antena dengan tipe plumose. Antena pada nyamuk jantan berambut
banyak dan berambut jarang pada nyamuk betina. Probosis pada nyamuk Anopheles merupakan struktur gabungan dari labrum, hipofaring, sepasang mandibula dan maksila.
Palpi yang teretak dekat proboscis sama panjang antara nyamuk jantan dan betina.
Thoraks ditutupi oleh skutelum yang menopang sepasang sayap dan sepasang halter
Nyamuk Anopheles dewasa mudah dibedakan dari jenis nyamuk yang lain, nyamuk ini memiliki duapalpus maxillayang sama panjang dan bergada pada yang jantan. Scutellum bulat rata dan sayapnya berbintik. Bintik sayap pada Anopheles disebabkan oleh sisik pada sayap yang berbeda warna (Borroret all, 1996).
Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform yang panjang dan langsing serta terdiri atas lima belas segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan
kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina.
Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebutpilose(Brown, 1979).
Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasangpalpusterletak diantara antena danproboscis. (Brown, 1979).
Nyamuk memiliki sepasang sayap yang kuat terdapat pada mesothorax, dan sepasang sayap rudimenter yang terdapat pada metathorax. Sayap nyamuk memiliki venasi khusus yaitu sel anterior dan posteriornya bercabang, berbentuk pipih, dan berbulu ( Borror et all, 1996).
Abdomen terdiri dari 8 segmen, masing-masing terdiri dari keping dorsal (tergit) dan
keeping ventral (sternit). Segmen terakhir termodifikasi menjadi terminalia yang
digunakan untuk perkawinan dan juga untuk oviposisi pada individu betina. Tiga pasang
pada posisi istirahat membentuk satu garis lurus dan satu sudut dengan permukaan tempat
istirahat (Borroret al,1996).
Gambar 1.Struktur tubuhAnophelesbetina (http://www. Arbovirus)
2.Siklus HidupAnopheles
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna yang terdri dari empat stadium, yaitu: telur,
larva, pupa, dan imago. Siklus hidup nyamuk secara garis besar dapat dibedakan dalam dua
tahap yaitu tahap kehidupan di dalam air (akuatik) yaitu mulai dari telur, menetas menjadi
larva sampai menjadi pupa, dan tahap kehidupan di udara (aereal) yaitu mulai saat nyamuk
dewasa muncul dari pupa. Stadium telur, larva dan pupa, hidup di dalam air, sedangkan
stadium imago berterbangan. Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia atau darah
binatang. Telur diletakkan satu persatu di permukaan air. Setelah 2-4 hari telur menetas
menjadi larva yang selalu hidup di dalam air. Pertumbuhan larva dari instar 1 sampai instar
IV berlangsung selama tersebut bervariasi tergantung pada spesies, makanan dan
temperature. Larva tumbuh menjadi pupa yang tidak makan, tetapi masih membutuhkan
oksigen yang diambil melalui sepasang spirakel pada ujung posterior tubuh (Borror et al,1969)
Anopheles dapat mengisap darah di dalam (endofagik) atau di luar rumah (eksofagik), tergantung pada kehadiran dan kebiasaan dari hospes (Carnevale et al,1992). Barodji dkk (1992) menyatakan bahwa An.aconitus di kabupaten Jepara Jawa Tengah bersifat eksofagik dengan perbandingan menggigit orang di dalam rumah adalah 1:2,60, sedangkan
An.sundaicus di Pulau Legundi menurut Jannah (1999) bersifat endofagik dan eksofagik. Hoedojo dan Dzulhasril (2006) menyatakan bahwa An.barbirostris di Sulawesi dan Nusa Tenggara bersifat Antropofilik sedangkan di daerah Jawa dan Sumatra bersifat Zoofilik.
C. Tempat Perindukan Larva
Di bawah ini adalah tabel yang menyajikan data tempat perindukan larva vektor malaria.
Tabel 1.Tempat perindukan larvaAnopheles(Hoedojo dan Dzulhasril, 2006),
NO Vektor Tempat Perindukan Larva
1 An.sundaicus Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau,tambak ikan yang kurang terpelihara, parit
di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air
payau, tempat penggaraman (Bali) di air tawar
(Kalimantan Timur dan Sumatra)
2 An.aconitus Pesawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman
rumput di tepinya
3 An.subpictus Kumpulan air yang permanen/sementara, celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan dan bekas
4 An.barbirostris Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur dan lain-lain
5 An.balabacensis Bekas roda yang tergenang air, bekas jejak kaki binatang pada tanah berlumpur yang berair, tepi
sungai pada musim kemarau, kolam atau kali yang
berbatu di hutan atau daerah pedalaman
6 An.letifer Air tergenang (tahan hidup di tempat asam teutama dataran pinggir pantai)
7 An.nigerimus Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air 8 An.sinensis Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air 9 An.maculatus Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir
lambat di daerah pegunungan, daerah perkebunan
teh (di Jawa)
D. Lingkungan 1. Lingkungan Fisik
PlasmodiumdanAnophelessensitif terhadap perubahan iklim. Variasi iklim lingkungan memberikan efek bagi kehidupan vektor dan perkembangan parasit malaria dan
memberikan kontribusi terhadap penyebaran penyakit malaria (Brown, 1979).
Adanya curah hujan di atas normal dan pergantian cuaca yang kurang stabil, seperti
hujan lebat yang diselingi oleh cuaca panas, arus air, angin, ketinggian dan sinar
1. Suhu
Suhu mempengaruhi tingkat multifikasi dalam tubuh nyamuk seperti; kecepatan
perkembangan nyamuk, lama masa pradewasa, kecepatan pencernaan, penghisapan
darah, pematangan indung telur, dan frekuensi mengambil makanan atau menggigit (
Soejoeti, 1995).
Peningkatan suhu akan mempengaruhi perubahan bionomik atau perilaku menggigit
pada nyamuk, angka gigitan rata-rata yang meningkat (biting rate) membuat kegiatan reproduksi nyamuk berubah yang ditandai dengan semakin cepat perkembangbiakan
nyamuk dan semakin pendek masa kematangan parasit dalam nyamuk. Secara teori,
suhu yang tinggi menyebabkan transmisi nyamuk meningkat, hal ini dikarenakan
berkurangnya masa inkubasi (Hoedojo, 1993).
Sebagian besar serangga, misalnya nyamuk bersifat poikilotermik dimana perbedaan
suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan. Suhu yang panas cenderung mendorong
laju pertumbuhan dan perkembangan nyamuk. Serangga memiliki waktu fisiologis
yaitu jumlah panas yang dibutuhkan bagi nyamuk untuk menyelesaikan
perkembangannya, oleh karena itu masalah pemberantasan malaria di daerah daerah
tropik lebih banyak mengalami tantangan dibandingkan dengan di daerah daerah yang
bersuhu lebih dingin (Nurmaini, 2003).
Pada dasarnya semua spesies Anopheles, memerlukan suhu antara 21-32 0C untuk perkembangannya, akan tetapi suhu optimum berada pada suhu 28 0C. Pada jenis
Plasmodium falciparumtransmisinya terjadi pada suhu 200C atau dalam kisaran 25–30 0
C, itu sebabnya hewan ini sangat menyukai daerah tropik. Di daerah Eropa lebih
terendah yang dibutuhkan jentik nyamuk di daerah tropis. Pada suhu dibawah 18 0C
atau di atas 340C, tidak dijumpai adanya pertumbuhan nyamuk (Brown, 1979).
2. Kelembaban
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebisaan menggigit dan
istirahat nyamuk (Harijanto, 2000). Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi
lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan penyakit
malaria. Kelembaban optimum yang diperlukan untuk perkembang-biakan nyamuk di
atas 60%. Pada kelembaban yang rendah akan menyebabkan umur nyamuk menjadi
pendek. Hal ini didasarkan pada fisiologis sistem pernapasan nyamuk yang
menggunakan pipa udara yang disebut trachea dengan lubang pada dinding tubuh disebut
3. Curah hujan
Data mengenai curah hujan diperlukan karena berkaitan dengan timbulnya perindukan
nyamuk dan berpengaruh terhadap habitat, fluktuasi kepadatan vektor, dan penyebaran
penyakit malaria (Gunawan, 2000).
Menurut hasil penelitian Fakhira (2011), pada musim hujan di desa Babakan banyak
terdapat genangan air yang digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk. Perubahan
suhu, kelembaban dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga
populasi vektor bertambah, tetapi curah hujan tidak mempengaruhi populasi vektor
dewasa pada bulan yang sama melainkan akan berpengaruh pada bulan berikutnya sesuai
dengan siklus hidup nyamuk yang terdapat di alam.
Penularan malaria akan terjadi setelah melewati masa inkubasi ekstrinsik dan intrinsik
selama 4 minggu, maka dari pengamatan curah hujan yang didukung oleh data penyakit
malaria, dapat diperkirakan munculnya penyakit malaria, oleh karenanya curah hujan
bisa dijadikan indikator dalam penularan malaria sehingga bisa dijadikan sebagai salah
satu pertimbangan dalam perencanaan pengendalian malaria maupun kegiatan antisipasi
kejadian luar biasa (KLB) malaria (Depkes RI, 2001).
4. Ketinggian
Ketinggian dan suhu sangat berkorelasi dengan kejadian malaria. Diperkirakan setiap
peka terhadap penurunan suhu karena sporogoni tidak dapat berlangsung. Hal ini terlihat pada spesies Anopheles gambiae yang menghilang ketika suhu turun mencapai 50C. Sehingga ketinggian dapat digunakan sebagai penanda (marker) endemisitas atau kompleksitas risiko penyakit (Gunawan, 2006).
5. Angin
Angin akan mempengaruhi jarak terbang nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung dari arah angin. Anopheles betina dewasa tidak ditemukan lebih dari 2-3 km dari lokasi tempat perindukan vektor
(TPV) dan mempunyai sedikit kemampuan untuk terbang jauh, namun angin kencang
dapat membawaAnophelesterbang sejauh 30 km atau lebih (Hoedojo, 1998).
Jarak terbang merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam upaya nyamuk
vektor malaria mencari tempat untuk istirahat, mencari makanan dan berkembang
biak. Jarak terbang harus diperhatikan apabila pemberantasan penyakit malaria
dilaksanakan (Hoedojo, 1998).
6. Lingkungan Kimia
Lingkungan kimia yang paling mendukung terhadap kelanjutan perkembangbiakan
vektor malaria adalah pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD),
CO2, dan kedalaman air (Damar, 2004).
7. Lingkungan Biologi (Flora dan Fauna)
Menurut hasil penelitian Damar (2004) di kecamatan Srumbung, berbagai jenis
menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup
lain.
Beberapa jenis tanaman air merupakan indikator bagi jenis nyamuk tertentu.
Tanaman air seperti lumut perut ayam (Heteromorpha, sp) dan lumut sutera (Enteromorpha, sp) kemungkinan di Lagun tersebut ada larva Anopheles sundaicus (Naelitarwiyah, 1999).
Beberapa jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah. (Gambusia affinis), ikan Guppi (Pocillie reticulate), dan Nila (Oreochomis niloticus) mempengaruhi jumlah populasi nyamuk di Desa Hanura (Fatma, 2002).
D. Proses terjadinya penularan malaria
Meliputi 3 (tiga) faktor utama yaitu : (a) Adanya penderita baik dengan adanya gejala klinis
ataupun tanpa gejala klinis; (b) Adanya nyamuk atau
vektor; (c) Adanya manusia yang sehat (Depkes RI, 1999a). Siklus
penularannya adalah sebagai berikut : orang yang sakit malaria digigit
rentan, maka di dalam darah orang tersebut akan terdapat parasit dan berkembang di dalam
tubuh manusia yang dikenal dengan siklusaseksual(Depkes RI, 1999).
Faktor kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya sangat berpengaruh
terhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia (Harijanto, 2000). Kemampuan
bertahannya penyakit malaria disuatu daerah ditentukan oleh berbagai faktor yang meliputi
adanya parasit malaria, nyamuk Anopheles, manusia yang rentan terhadap infeksi malaria, lingkungan dan iklim (Prabowo, 2004).
Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan
dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan
mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Interaksi
lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh
(Fathiet al., 2005).
Apabila ditinjau dari segi manusia brinteraksi dengan alam ini dimaksudkan untuk mendapat
keuntungan tetapi bila sumber daya alam tidak mendukung kesehatan manusia maka bisa
terjadi keadaan sebaliknya, antara lain adalah terjadinya penyakit malaria (Soemirat, 2000;
Keman dan Wahyuni, 2005).
Tingginya kasus malaria di Lampung disinyalir berkorelasi dengan kepadatann yamuk
Anopheles sebagai vektor, sebagaimana pernyataan Rozendal (1997) bahwa banyaknya vektor akan berkorelasi positif dengan tingginya kasus penyakit. Kepadatan populasi vektor
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian
pengambilan sampel sebagai study pendahuluan di Desa Sukarame, Kampung Baru dan
Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada ,Kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung,
dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2011. Penelitian lanjutan dilaksanakan pada
14-15 April 2012 di desa Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran,
propinsi Lampung, peta penelitian dapat dilihat pada (gambar 3). Untuk mengidentifikasi
nyamuk yang tertangkap dilakukan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah aspirator (alat
penangkap nyamuk), gelas plastik, kain kasa, karet gelang, cawan petri, mikroskop stereo,
objek glass, senter, alat tulis ,dan buku identifikasiAnopheles“Kunci bergambar untuk Anopheles dewasa di Sumatra dan Kalimantan” (Depkes RI, 2000) juga berdasarkan kunci identifikasi dari Reid (1962), O’Connor dan Soepanto(1979).
Bahan yang digunakan adalah nyamukAnopheles sp(sebagai hewan uji) yang diperoleh dari penangkapan di desa Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran,
serta kloroform.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey dengan diagram alir penelitian dapat
dilihat pada (gambar 2). Data yang dibutuhkan adalah:
1. Persiapan
Dalam penelitian ini dilakukan survei pendahuluan untuk menentukan daerah
penelitian yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan sampel (kriteria desa
tempat pengambilan sampel adalah desa yang endemis malaria), kemudian
menentukan rumah yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel (rumah yang
dijadikan tempat pengambilan sampel adalah rumah yang berjarak kurang dari 2 km
dari tambak yang terlantar). Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, serta
menentukan orang yang bertugas sebagai kolektor nyamuk.
2. Cara Kerja :
Jumlah penangkap dua orang, satu orang menangkap di dalam rumah dan satu lainnya
menangkap di luar rumah. Kegiatan dilakukan 1 kali, dengan 3 titik pengambilan
sampel. Orang yang bertindak sebagai pengumpan juga bertindak sebagai penangkap.
Pengumpan menggunakan celana pendek, apabila ada nyamuk yang hinggap atau
menggigit ditangkap dengan menggunakan aspirator dan kemudian nyamuk yang
tertangkap dimasukkan ke dalam gelas plastik yang atasnya telah ditutup kain kasa
dan diikat dengan karet gelang yang telah disiapkan. Penangkapan dimulai pukul
18.00 sampai pukul 06.00 dan tiap 1 jam aktif menangkap selama 40 menit. Seluruh
nyamuk hasil tangkapan dibunuh dengan menggunakan kloroform , yang diteteskan
pada kapas. Identifikasi dilakukan di laboratorium Zoologi Universitas Lampung
dengan menggunakan mikroskop stereo dan buku identifikasiAnopheles“Kunci bergambar untuk Anopheles dewasa di Sumatra dan Kalimantan” jugaberdasarkan kunci identifikasi dari Reid (1962), O’Connor dan Soepanto(1979).
3 Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), untuk mengetahui kepadatanngigitan
nyamuk dengan umpan orang dalam satu jam(per jam, per orang disebut MHD/ Man
Hour Density), dengan rumus:
MHD :
D. Analisis Data
data yang berupa hasil identifikasi nyamuk vektor malaria yang didapat selama
penangkapan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel, gambar dan foto.
E. Diagram Alir
Observasi tempat dan lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel.
Mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam penelitian.
Mengambil Sampel dengan penangkapan nyamuk di malam hari
Mengidentifikasi semua nyamuk yang tertangkap, kemudian memisahkan nyamukAnophelesyang akan diidentifikasi lebih lanjut
Gambar 2.Bagan Alir Metode Penelitian
F. Peta Lokasi Penelitian Skala 1 : 5000000
Pekon Ampai
P. Pahawang
Kunyaian
Tajur Kekatang
Kampung Baru Sukarame
Batu Raja SukaJaya
Bangun Rejo
Bawang
Sukamaju
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Hasil identifikasi menunjukkan adanya empat spesies nyamuk vektor malaria di desa
Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, yaitu: Anopheles sinensis (50,7%), Anopheles barbirostris (32,9%), Anopheles sundaicus (15,1%) dan Anopheles nigerimus(1,3%).
2. MHD Anopheles sinensis di desa Sukamaju, kecamatan Punduh Pedada, kabupaten Pesawaran, propinsi Lampung memiliki angka tertinggi diantara spesies lain yag
ditemukan yaitu 1,54 ekor/jam/orang.
B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui spesies-spesies di desa Sukamaju
nyamuk, agar dapat diperoleh data spesies-spesies nyamuk vektor malaria pada musim
tertentu, sebagai informasi penunjang dalam usaha pemberantasan nyamuk vektor malaria
SPESIES–SPESIES DAN KEPADATAN NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN
PROPINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Oktalia Asmara
0817021050
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
SPESIES-SPESIES DAN KEPADATAN NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN
PROPINSI LAMPUNG
Oleh
OKTALIA ASMARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Dilahirkan di Kalirejo, Lampung Tengah Pada 1 Oktober 1989, putri pertama dari pasangan
bapak Lukman Amiri dan ibu Siti Damawiyah. Penulis mengawali
pendidikannya di taman kanak - kanak Aisiyah Bustanul Athfal
Waringin Sari, Pringsewu pada tahun 1995, kemudian melanjutkan
sekolah ke SD N 3 Bandung Baru, Kabupaten Pringsewu pada
tahun 1996-2002, kemudian melanjutkan sekolah di SMP Islam 1
Kalirejo, Lampung Tengah, pada tahun 2002-2005, kemudian
melanjutkan sekolah di MAN Wonokromo dan nyantri di pesantren Al-Fithroh Bantul,
Yogyakarta 2005-2008, aktif di berbagai kegiatan organisasi sekolah diantaranya Osis, KIR
(karya ilmiah remaja), dan Rohis MAN Wonokromo, Bantul, Yogyakarta. Melanjutkan
pendidikan Strata 1 di UNILA Jurusan Biologi S1 FMIPA 2008-2012 melalui jalur
SNMPTN, pernah menjadi peserta Olimpiade Sains Nasional, Juara 1 kultum BBQ Award
Unila, Juara 3 Tilawah Qur’an BBQ Award Unila dan aktif di beberapa organisasi kampus
sebagai KMB BIROHMAH UNILA, Anggota Muda HIMBIO FMIPA UNILA, Keluarga
Muda ROIS MIPA UNILA, Staf BBQ ROIS FMIPA, Staf KRT HIMBIO FMIPA UNILA,
SEKBIR DANUS ROIS FMIPA UNILA, SEKBIR BBQ ROIS FMIPA, WAKABIR BBQ
BIROHMAH UNILA. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan KP (kerja Praktik) di
Puskesmas Punduh Pedada,Pesawaran, Lampung dan pernah menjadi asisten praktikum
MOTTO
Tolonglah agamA Alloh niscaya Alloh akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
(Q.S Muhammad:7)
Sesunggughnya bersama kesulian ada kemudahan
(Al-Insyirah:6)
Bekerja dengan ilmu, keikhlasan dan cinta
akan mengantarkan kita pada kesuksesan
Judul Skripsi :SPESIES-SPESIES DAN KEPADATAN NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Oktalia Asmara
Nomor Pokok Mahasiswa : 0817021050
JURUSAN : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Endah Setyaningrum, M.Biomed. Kholis Ernawati, S.Si., M.Kes.
NIP 196405171988032001 NIK 531111106150
2. Ketua Jurusan Biologi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya kecil ini dan mempersembahkannya
untuk:
Alloh SWT dan Rosululloh Muhammad SAW
Mama, ayah, para dosen dan murobbiyahku, adik-adiku,
keluargaku, dan sahabat-sahabat yang tak henti memberi
motivasi , do a dan kasih sayang yang selalu mengiringi
langkahku menuju kesuksesan
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrohiim…
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas berkah, rahmat, karunia dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Spesies-Spesies dan
Kepadatan Nyamuk Vektor Malaria Di Desa Sukamaju Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten
Pesawaran Propinsi Lampung” dengan baik dan lancar. Dengan terselesaikannya skripsi ini,
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu.Dra.Nuning Nurcahyani,M.Sc. selaku ketua jurusan Biologi FMIPA, terimakasih atas
motivasi yang diberikan selama ini.
2. Ibu Dra.Endah Setyaningrum,M.Biomed. selaku pembimbing akademik, dan pembimbinng 1
skripsi, terimakasih atas kesabaran yang di ajarkan, perhatian, motivasi dan bimbingannya
selama ini, semoga Alloh limpahkan balasan yang lebih baik.
3. Ibu Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes selaku pembimbing II, terimakasih atas bimbingan dan
bantuan pendanaan selama penulis menyelesaikan skripsi, semoga Alloh limpahkan balasan
yang lebih baik.
4. Ibu Dra. Sri murwani, M.Sc selaku pembahas skripsi yang telah meluangkan waktu dan
memberikan masukan-masukan demi perbaikan penulisan skripsi ini, semoga Alloh
limpahkan balasan yang lebih baik.
5. Bapak Wayan Warso,A.Md.Kl selaku kordinator lapangan pemberantasan nyamuk vektor
malaria di kecamatan Punduh Pedada, yang selama ini membantu penulis dalam pengambilan
sampel penelitian.
7. Seluruh Dosen jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung yang selama 4 tahun ini membimbing dan mengajarkan ilmunya dengan sangat
baik.
8. Seluruh karyawan, Laboran dan mas Yanto di jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung, Terimakasih Atas bantuannya selama penulis
menyelesaikan study.
9. Ayah dan mama tercinta yang senantiasa mendoakan dan telah mencurahkan cinta, kasih,
fikiran, tenaga, harta dan motivasi yang tiada tara dan tak terbalaskan sehingga penulis
berhasil menyelesaikan study di Universitas Lampung.
10. Nenek, kakek, pakde, bude, paman, bibi dan Adik-adik tercinta (M. Bagustian, Ira Sucitra
Dan Ahmad Mulham Arrafi) terimakasih atas cinta dan keceriaan yang telah diberikan.
11. Sahabat-sahabat yang memberiku motivasi: Biologi crew 08, Aulia, Sari, mb Ratna, Ririn,
Tanty, Herlisa, Rina Agustia, Indah Kusuma, dek Ningrum, dek Wahyu, Suniati Sastrawati,
Widefi crew (Dewi, Devi Mey, Umi, Ria, Putri, Mb Tati dan Ani), team nyamuk ( linda &
Reni) terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan motivasi yang telah kalian berikan selama
ini.
12. All presidium, pimpinan dan pengurus Rois 2010-2011, jazakumullah khoiiron katsir atas
ukhuwah yang terjalin indah selama ini.
13. All crew BK BBQ FMIPA 2010-2011 (Imam, Kholis, Usman, Perty,Wahyu dan Raisa)
terimakasih atas ukhuwah, motivasi dan keceriaan yang diberikan selama ini.
14. All presidium, pimpinan dan pengurus Birohmah 2011-2012, indahnya berukhuwah bersama
“one big family” tiada terlupa “one big family in to Jannah”
15. All pimpinan dan crew BK BBQ Unila 2011-2012 (Budi Dermawan, Mario Permana Putra,
Rosi Setiana Lestari, Prasetyo Ersa, dan Riska) , jazakumullah ahsanul jaza atas dukungan,
motivasi dan ukhuwah yang diberikan selama penulis menyelesaikan Skripsi, semoga
ukhuwah kita sampai jannahNya aamiin.
17. Tim KKN Murni Jaya (Bapak Japri, Ibu Yoseva, Aan, Nanda,Vita, Edi, Desti, Riski, dan
Imam) semoga kekeluargaan kita bisa terjalin sampai jannah.
18. Dan semua orang yang kusayangi yang tak dapat kusebutkan satu persatu, terimakasih atas
do’a, dan motivasinya
Jazakumullah khoiron katsiron, semoga Alloh membalas dengan kebaikan yang berlipat. dan
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Mohon maaf atas segala khilaf.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung , 11 September 2012
Penulis,