• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, PENGETAHUAN

GIZI DAN POLA ASUH KAITANNYA DENGAN DIARE

ANAK BALITA, DI DESA CIKARAWANG BOGOR

IMA MARYANA ULFAH

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

IMA MARYANA ULFAH. Clean and Health Behavior, Nutritional Knowledge, and Caring Pattern, of Which Its Relation with Diarrhoea in Five-Year Babies in Cikarawang Village, Bogor. Supervised by CLARA M. KUSHARTO and SITI MADANIJAH

Five-year babies are susceptible group for health and nutritional troubles. Mostly (70-80%), diarrhoea patients are five-year babies and 1-2% from those patients have a risk to experient dehydration. If they are not being help, they possibly will be die.

Research general purpose is studied about the clean and health behavior, nutritional knowledge, and caring pattern of which its relation with diarrhoea in five-year babies in Cikarawang village, Bogor. Research design is Cross Sectional Study. Location of research is selected in purposive. Number of example is 56 five-year babies. Data is analysed descriptively and inferensia by Spearmann’s correlation test.

Result of research shows that approximately half of examples (46,4%) suffers from diarrhoea. Nutritional status (p<0,05) and age from examples (p<0,01) have negatively and significantly correlation with diarrhoea. Environmental sanitary landfill--distance between water source and septic tank is less 10 m-- and dismissal of garbages are conditions that cause high case of diarrhoea. Mother who did not give exclusive ASI also causes infected diseases as diarrhoea. Self hygiene of five-year babies, accustoms to clean hand before eating and after, accustoms in bathroom, and wear sandals when out of the house must be considered to be not easy to come down with diarrhoea.

(3)

RINGKASAN

IMA MARYANA ULFAH. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan SITI MADANIJAH.

Diare merupakan salah satu contoh penyakit infeksi, sehingga akan menular. Menurut Harianto (2004) angka kesakitan diare mencapai 200-400 tiap 1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar (70%-80%) penderita diare adalah anak balita dan sebanyak 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak tertolong akan meninggal. Anak balita merupakan kelompok penduduk pasif dan rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Oleh karena itu, diperlukan peran serta orang dewasa khususnya ibu dalam hal perawatan baik fisik maupun makannya.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengetahuan gizi dan pola asuh kaitannya dengan diare anak balita di Desa Cikarawang, Bogor. Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik anak balita, (2) Mengidentifikasi status gizi dan kesehatan anak balita, (3) Mengidentifikasi karakteristik keluarga, (4) Mengidentifikasi PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, (5) Menganalisis kaitan antara karakteristik anak balita dengan diare anak balita, (6) Menganalisis kaitan antara karakteristik keluarga dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, dan (7) Menganalisis kaitan antara PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan dengan diare anak balita.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Bogor pada bulan Desember 2007 sampai April 2008. Contoh adalah anak balita dengan responden dalam penelitian ini adalah ibu contoh yang bersedia untuk diwawancarai. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari total populasi yaitu sebanyak 56 contoh. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana yang dilakukan di lima Posyandu yang terdapat di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik anak balita (jenis kelamin dan umur), status gizi dan kesehatan anak balita, karakteristik keluarga (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga), PHBS ibu, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung. Data sekunder meliputi lokasi penelitian yang diperoleh dari data monografi Desa Cikarawang dan berat badan lahir anak balita dari KMS. Data-data tersebut diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan bantuan program komputer Microsoft Excel dan

Statistical Program for Social Science (SPSS) for window versi 11,5. Keterkaitan antar variabel dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

(4)

besar anak balita (96,4%) memiliki berat badan lahir cukup (≥2,5 kg) dan sebanyak 3,6% anak balita memiliki berat badan lahir rendah (<2,5 kg). Hasil analisis tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara berat badan lahir anak balita dengan diare.

Berdasarkan indeks BB/TB dan BB/U, sebagian besar anak balita memiliki status gizi normal, sedangkan menurut indeks TB/U berstatus gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status gizi anak balita (BB/TB dan TB/U) dengan diare (p<0,05). Sebanyak 91,1% anak balita mengalami sakit selama tiga bulan terakhir. Diare merupakan jenis penyakit ke tiga terbesar (46,4%) yang dialami anak balita selama tiga bulan terakhir setelah panas (71,4%) dan ISPA (73,2%) dengan frekuensi tertinggi yaitu 1-2 kali dan lama sakit 1-3 hari.

Lebih dari separuh responden (60,7%) merupakan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga >4 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 5,3±1,8 orang. Proporsi terbesar umur baik ayah maupun ibu berturut-turut sebanyak 39,3% dan 44,6% berkisar antara 20-30 tahun (dewasa muda). Rata-rata umur ayah yaitu 33,0±6,8 tahun dan rata-rata umur ibu yaitu 27,7±5,7 tahun. Proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah (35,7%) yaitu SLTA/sederajat dan ibu (51,8%) yaitu SD/sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah pegawai negeri/swasta dan jasa angkutan (33,9% dan 28,6%) dan sebagian besar ibu (75,0%) tidak bekerja. Proporsi terbesar pendapatan perkapita perbulan keluarga responden (58,9%) adalah >Rp150 000.00.

Proporsi terbesar responden (69,6%) memiliki PHBS kategori tinggi dan 30,4% kategori sedang. Proporsi terbesar responden (48,2%) memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang, sisanya tinggi dan rendah (42,9% dan 8,9%). Sebanyak 71,4% responden memiliki pola asuh makan kategori sedang dan 28,6% kategori tinggi. Lebih dari separuh responden (55,4%) memiliki pola asuh kesehatan kategori tinggi dan 44,6% kategori sedang.

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS dan pengetahuan gizi ibu. Sedangkan umur ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan diare anak balita.

(5)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, PENGETAHUAN

GIZI DAN POLA ASUH KAITANNYA DENGAN DIARE

ANAK BALITA, DI DESA CIKARAWANG BOGOR

IMA MARYANA ULFAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul Skripsi : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor

Nama : Ima Maryana Ulfah

NIM : A54104065

Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP 131 414 958 NIP 130 541 472

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP 131 124 019

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah swt senantiasa penulis panjatkan. Alhamdulillah, sungguh luar biasa karena atas rahmat, hidayah dan kehendakNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor”.

Proses penulisan skripsi ini tidak luput dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan dukungan semangat yang luar biasa kepada penulis.

2. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan sabar dan penuh pengertian mendengarkan curahan hati serta memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang luar biasa kepada penulis.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen penguji atas arahan dan saran yang diberikan.

4. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc, Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes, Tien Herawati SP, MS dan Megawati Simanjuntak SP atas arahan dan saran selama proses pengolahan dan analisis data penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

6. Pihak Desa Cikarawang, Puskesmas Cangkurawok dan ibu-ibu kader Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang atas bantuannya selama proses pengambilan data penelitian.

(8)

8. Abah, Mama, Teteh Milah, Kakang Rizki, Dede Aab serta keluarga besar di Cianjur atas semua kasih sayang, dukungan semangat, perhatian, dan doa untuk keberhasilan penulis.

9. Sahabat seperjuangan penulis Angelica Gabriel “My Beloved Friend”, atas bantuan, saran, dorongan semangat, tumpangan kamar, curahan hati dan keceriaan sampai terselesaikannya skripsi ini.

10. Rekan-rekan pembahas Edo Rizky Fernando, Firdaus, dan Ibnu Akbar atas saran-saran yang telah diberikan untuk kesempurnaan penulisan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Eka, Rizka, Devita, Dhyta, Dedew, Nur, MpokIde, Noorma, Tiche, DausBek, Rika, Adin, Any, Venny, Ira, Mei, Yesa, Lola, Noni, Henny, Friska, Arina, Sri, Yuli, Yulia, Ari dan Gamasakers 41 atas bantuan, kebersamaan yang indah dan keceriannya. 12. Bapak Mashudi dan Bapak Dian atas dorongan semangatnya, GMSK 39, 40 dan GM 42, 43, BKGers (Semangat yo), teman-teman relawan Klaten, teman-teman pameran PIMNAS XXI di Semarang, Dini, Maul, Ardi, Vina dan Emil.

13. Teman-teman BUD Cianjur (Dini dan Ade), OMDA CIANJUR, temen seperjuangan KKP, RHEMAND (Nda, Ena, Ati, Manto, Once, Bung), penghuni AS-SAKINAH, Wisma JASMINE dan FAIRUSH terima kasih atas kebersamaan yang indah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 02 Maret 1986 dari ayah H. Hasan Mulyadi dan Ibu Hj. Siti Romlah. Penulis merupakan putri ke dua dari empat bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibeber, Cianjur dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Cianjur. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian.

Tahun 2006 penulis pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul “Persepsi dan Sikap Mahasiswa Calon Bapak terhadap Pemberian ASI oleh Ibu kepada Bayi” yang berhasil didanai oleh pihak DIKTI. Pada tahun yang sama penulis pernah menjadi relawan pada “Posko Penanganan Tumbuh Kembang Anak Korban Gempa di Kabupaten Klaten” yang diadakan oleh Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Tahun 2007 penulis mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang pendidikan dengan judul ”Reformasi Pendidikan dan Perubahan Kurikulum serta Aplikasinya terhadap Pembentukan Kualitas Bangsa Indonesia” dan lolos sebagai 10 besar terbaik di IPB. Pada tahun yang sama penulis mengikuti PKM bidang ilmiah dengan judul “Kajian Keadaan Lingkungan Kaitannya dengan Kualitas Hidup Sehat Keluarga di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Bogor” dan berhasil didanai oleh pihak DIKTI. Tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan terlibat dalam tim pameran PIMNAS XXI di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 2

Hipotesis... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Anak balita ... 4

Status Gizi dan Kesehatan Anak balita ... 5

Penyakit Diare ... 6

Karakteristik Keluarga ... 7

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 9

Pengetahuan Gizi ... 16

Pola Asuh ... 16

Pola Asuh Makan... 17

Pola Asuh Kesehatan ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN... 19

METODE PENELITIAN ... 22

Disain, Tempat dan Waktu ... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 21

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 26

Karakteristik Anak Balita... 28

Status Gizi dan Kesehatan Anak Balita ... 29

Karakteristik Keluarga Contoh ... 32

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 35

Pengetahuan Gizi ... 45

Pola Asuh ... 47

Pola Asuh Makan... 47

Pola Asuh Kesehatan ... 51

(11)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, PENGETAHUAN

GIZI DAN POLA ASUH KAITANNYA DENGAN DIARE

ANAK BALITA, DI DESA CIKARAWANG BOGOR

IMA MARYANA ULFAH

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ABSTRAK

IMA MARYANA ULFAH. Clean and Health Behavior, Nutritional Knowledge, and Caring Pattern, of Which Its Relation with Diarrhoea in Five-Year Babies in Cikarawang Village, Bogor. Supervised by CLARA M. KUSHARTO and SITI MADANIJAH

Five-year babies are susceptible group for health and nutritional troubles. Mostly (70-80%), diarrhoea patients are five-year babies and 1-2% from those patients have a risk to experient dehydration. If they are not being help, they possibly will be die.

Research general purpose is studied about the clean and health behavior, nutritional knowledge, and caring pattern of which its relation with diarrhoea in five-year babies in Cikarawang village, Bogor. Research design is Cross Sectional Study. Location of research is selected in purposive. Number of example is 56 five-year babies. Data is analysed descriptively and inferensia by Spearmann’s correlation test.

Result of research shows that approximately half of examples (46,4%) suffers from diarrhoea. Nutritional status (p<0,05) and age from examples (p<0,01) have negatively and significantly correlation with diarrhoea. Environmental sanitary landfill--distance between water source and septic tank is less 10 m-- and dismissal of garbages are conditions that cause high case of diarrhoea. Mother who did not give exclusive ASI also causes infected diseases as diarrhoea. Self hygiene of five-year babies, accustoms to clean hand before eating and after, accustoms in bathroom, and wear sandals when out of the house must be considered to be not easy to come down with diarrhoea.

(13)

RINGKASAN

IMA MARYANA ULFAH. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan SITI MADANIJAH.

Diare merupakan salah satu contoh penyakit infeksi, sehingga akan menular. Menurut Harianto (2004) angka kesakitan diare mencapai 200-400 tiap 1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar (70%-80%) penderita diare adalah anak balita dan sebanyak 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak tertolong akan meninggal. Anak balita merupakan kelompok penduduk pasif dan rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Oleh karena itu, diperlukan peran serta orang dewasa khususnya ibu dalam hal perawatan baik fisik maupun makannya.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengetahuan gizi dan pola asuh kaitannya dengan diare anak balita di Desa Cikarawang, Bogor. Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik anak balita, (2) Mengidentifikasi status gizi dan kesehatan anak balita, (3) Mengidentifikasi karakteristik keluarga, (4) Mengidentifikasi PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, (5) Menganalisis kaitan antara karakteristik anak balita dengan diare anak balita, (6) Menganalisis kaitan antara karakteristik keluarga dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, dan (7) Menganalisis kaitan antara PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan dengan diare anak balita.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Bogor pada bulan Desember 2007 sampai April 2008. Contoh adalah anak balita dengan responden dalam penelitian ini adalah ibu contoh yang bersedia untuk diwawancarai. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari total populasi yaitu sebanyak 56 contoh. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana yang dilakukan di lima Posyandu yang terdapat di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik anak balita (jenis kelamin dan umur), status gizi dan kesehatan anak balita, karakteristik keluarga (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga), PHBS ibu, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung. Data sekunder meliputi lokasi penelitian yang diperoleh dari data monografi Desa Cikarawang dan berat badan lahir anak balita dari KMS. Data-data tersebut diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan bantuan program komputer Microsoft Excel dan

Statistical Program for Social Science (SPSS) for window versi 11,5. Keterkaitan antar variabel dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

(14)

besar anak balita (96,4%) memiliki berat badan lahir cukup (≥2,5 kg) dan sebanyak 3,6% anak balita memiliki berat badan lahir rendah (<2,5 kg). Hasil analisis tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara berat badan lahir anak balita dengan diare.

Berdasarkan indeks BB/TB dan BB/U, sebagian besar anak balita memiliki status gizi normal, sedangkan menurut indeks TB/U berstatus gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status gizi anak balita (BB/TB dan TB/U) dengan diare (p<0,05). Sebanyak 91,1% anak balita mengalami sakit selama tiga bulan terakhir. Diare merupakan jenis penyakit ke tiga terbesar (46,4%) yang dialami anak balita selama tiga bulan terakhir setelah panas (71,4%) dan ISPA (73,2%) dengan frekuensi tertinggi yaitu 1-2 kali dan lama sakit 1-3 hari.

Lebih dari separuh responden (60,7%) merupakan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga >4 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 5,3±1,8 orang. Proporsi terbesar umur baik ayah maupun ibu berturut-turut sebanyak 39,3% dan 44,6% berkisar antara 20-30 tahun (dewasa muda). Rata-rata umur ayah yaitu 33,0±6,8 tahun dan rata-rata umur ibu yaitu 27,7±5,7 tahun. Proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah (35,7%) yaitu SLTA/sederajat dan ibu (51,8%) yaitu SD/sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah pegawai negeri/swasta dan jasa angkutan (33,9% dan 28,6%) dan sebagian besar ibu (75,0%) tidak bekerja. Proporsi terbesar pendapatan perkapita perbulan keluarga responden (58,9%) adalah >Rp150 000.00.

Proporsi terbesar responden (69,6%) memiliki PHBS kategori tinggi dan 30,4% kategori sedang. Proporsi terbesar responden (48,2%) memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang, sisanya tinggi dan rendah (42,9% dan 8,9%). Sebanyak 71,4% responden memiliki pola asuh makan kategori sedang dan 28,6% kategori tinggi. Lebih dari separuh responden (55,4%) memiliki pola asuh kesehatan kategori tinggi dan 44,6% kategori sedang.

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS dan pengetahuan gizi ibu. Sedangkan umur ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan diare anak balita.

(15)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, PENGETAHUAN

GIZI DAN POLA ASUH KAITANNYA DENGAN DIARE

ANAK BALITA, DI DESA CIKARAWANG BOGOR

IMA MARYANA ULFAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul Skripsi : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor

Nama : Ima Maryana Ulfah

NIM : A54104065

Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP 131 414 958 NIP 130 541 472

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP 131 124 019

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah swt senantiasa penulis panjatkan. Alhamdulillah, sungguh luar biasa karena atas rahmat, hidayah dan kehendakNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh Kaitannya dengan Diare Anak Balita di Desa Cikarawang, Bogor”.

Proses penulisan skripsi ini tidak luput dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan dukungan semangat yang luar biasa kepada penulis.

2. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan sabar dan penuh pengertian mendengarkan curahan hati serta memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang luar biasa kepada penulis.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen penguji atas arahan dan saran yang diberikan.

4. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc, Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes, Tien Herawati SP, MS dan Megawati Simanjuntak SP atas arahan dan saran selama proses pengolahan dan analisis data penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

6. Pihak Desa Cikarawang, Puskesmas Cangkurawok dan ibu-ibu kader Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang atas bantuannya selama proses pengambilan data penelitian.

(18)

8. Abah, Mama, Teteh Milah, Kakang Rizki, Dede Aab serta keluarga besar di Cianjur atas semua kasih sayang, dukungan semangat, perhatian, dan doa untuk keberhasilan penulis.

9. Sahabat seperjuangan penulis Angelica Gabriel “My Beloved Friend”, atas bantuan, saran, dorongan semangat, tumpangan kamar, curahan hati dan keceriaan sampai terselesaikannya skripsi ini.

10. Rekan-rekan pembahas Edo Rizky Fernando, Firdaus, dan Ibnu Akbar atas saran-saran yang telah diberikan untuk kesempurnaan penulisan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Eka, Rizka, Devita, Dhyta, Dedew, Nur, MpokIde, Noorma, Tiche, DausBek, Rika, Adin, Any, Venny, Ira, Mei, Yesa, Lola, Noni, Henny, Friska, Arina, Sri, Yuli, Yulia, Ari dan Gamasakers 41 atas bantuan, kebersamaan yang indah dan keceriannya. 12. Bapak Mashudi dan Bapak Dian atas dorongan semangatnya, GMSK 39, 40 dan GM 42, 43, BKGers (Semangat yo), teman-teman relawan Klaten, teman-teman pameran PIMNAS XXI di Semarang, Dini, Maul, Ardi, Vina dan Emil.

13. Teman-teman BUD Cianjur (Dini dan Ade), OMDA CIANJUR, temen seperjuangan KKP, RHEMAND (Nda, Ena, Ati, Manto, Once, Bung), penghuni AS-SAKINAH, Wisma JASMINE dan FAIRUSH terima kasih atas kebersamaan yang indah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2008

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 02 Maret 1986 dari ayah H. Hasan Mulyadi dan Ibu Hj. Siti Romlah. Penulis merupakan putri ke dua dari empat bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibeber, Cianjur dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Cianjur. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian.

Tahun 2006 penulis pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul “Persepsi dan Sikap Mahasiswa Calon Bapak terhadap Pemberian ASI oleh Ibu kepada Bayi” yang berhasil didanai oleh pihak DIKTI. Pada tahun yang sama penulis pernah menjadi relawan pada “Posko Penanganan Tumbuh Kembang Anak Korban Gempa di Kabupaten Klaten” yang diadakan oleh Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Tahun 2007 penulis mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang pendidikan dengan judul ”Reformasi Pendidikan dan Perubahan Kurikulum serta Aplikasinya terhadap Pembentukan Kualitas Bangsa Indonesia” dan lolos sebagai 10 besar terbaik di IPB. Pada tahun yang sama penulis mengikuti PKM bidang ilmiah dengan judul “Kajian Keadaan Lingkungan Kaitannya dengan Kualitas Hidup Sehat Keluarga di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Bogor” dan berhasil didanai oleh pihak DIKTI. Tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan terlibat dalam tim pameran PIMNAS XXI di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang.

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 2

Hipotesis... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Anak balita ... 4

Status Gizi dan Kesehatan Anak balita ... 5

Penyakit Diare ... 6

Karakteristik Keluarga ... 7

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 9

Pengetahuan Gizi ... 16

Pola Asuh ... 16

Pola Asuh Makan... 17

Pola Asuh Kesehatan ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN... 19

METODE PENELITIAN ... 22

Disain, Tempat dan Waktu ... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 21

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 26

Karakteristik Anak Balita... 28

Status Gizi dan Kesehatan Anak Balita ... 29

Karakteristik Keluarga Contoh ... 32

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 35

Pengetahuan Gizi ... 45

Pola Asuh ... 47

Pola Asuh Makan... 47

Pola Asuh Kesehatan ... 51

(21)

Gizi, Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan... 55

Kaitan antara PHBS, Pengetahuan Gizi, Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan dengan Diare Anak Balita ... 56

Kaitan antara PHBS dengan Diare Anak Balita ... 56

Kaitan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Diare Anak Balita .. 57

Kaitan antara Pola Asuh Makan dengan Diare Anak Balita... 58

Kaitan antara Pola Asuh Kesehatan dengan Diare Anak Balita .. 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan... 60

Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan cara pengumpulan data ... 21 2 Cara pengolahan dan analisis data ... 23 3 Luas wilayah Desa Cikarawang berdasarkan penggunaannya... 26 4 Jumlah penduduk menurut golongan usia dan jenis kelamin... 27 5 Sebaran anak balita berdasarkan jenis kelamin, umur dan berat badan

lahir... 28 6 Sebaran anak balita berdasarkan status gizi... 29 7 Sebaran anak balita berdasarkan status kesehatan tiga bulan terakhir... 30 8 Sebaran anak balita berdasarkan jenis penyakit... 31 9 Sebaran anak balita berdasarkan frekuensi sakit... 31 10 Sebaran anak balita berdasarkan lama sakit ... 32 11 Sebaran responden berdasarkan besar keluarga ... 32 12 Sebaran orangtua berdasarkan umur... 33 13 Sebaran orangtua berdasarkan tingkat pendidikan... 34 14 Sebaran orangtua berdasarkan jenis pekerjaan... 34 15 Sebaran responden berdasarkan pendapatan perkapita perbulan ... 35 16 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek higiene ... 36 17 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek gizi seimbang... 37 18 Hubungan antara menu makan keluarga dengan pendapatan perkapita perbulan responden ... 37 19 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek rumah sehat... 38 20 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek sanitasi air ... 40 21 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek kepemilikan jamban ... 40 22 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek penanganan sampah ... 41 23 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek SPAL ... 42 24 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek pelayanan kesehatan dalam hal pemeriksaan kehamilan ... 42 25 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek pelayanan kesehatan dalam hal membantu persalinan ... 44 26 Sebaran responden berdasarkan PHBS aspek pelayanan kesehatan dalam hal program KB, penimbangan anak balita dan berobat

(23)

responden ... 46 30 Sebaran responden berdasarkan riwayat menyusui dan penyapihan anak balita ... 47 31 Sebaran responden berdasarkan cara memperkenalkan makan anak balita... 48 32 Sebaran responden berdasarkan cara mempersiapkan makan anak balita ... 49 33 Sebaran responden berdasarkan cara memberikan dan mengapresiasi

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Sebaran responden berdasarkan ketersediaan pelayanan kesehatan

dalam hal kunjungan, jarak dan daya jangka ... 67 2 Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap petugas gizi

dan kesehatan dalam hal informasi gizi, kemudahan dihubungi

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan (BPS 2002). Selain itu, sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih pun sangat diperlukan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Henrik L. Blum diacu dalam Topatimasang (2005) derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lingkungan (30%), perilaku hidup sehat (40%), pelayanan kesehatan (10%), dan keturunan (20%). Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Anonymous (2000) diacu dalam Sari (2004) menyatakan bahwa yang termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman atau perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, serta air dan udara yang bersih. Contoh perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan.

Dampak kesehatan lingkungan yang buruk adalah tingginya angka kesakitan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water related diseases) dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tinja (excreta-related diseases) sepert diare, kulit dan hepatitis A (Cairncross dan Feachem 1993 diacu dalam Irianti et al. 2002). Badan Amerika Serikat untuk bantuan pembangunan internasional (U.S. AID) telah merangkum hasil dari berbagai penelitian mengenai dampak perbaikan keadaan air bersih dan sanitasi di negara-negara sedang berkembang yang menyatakan bahwa perbaikan kualitas dan kuantitas air bersih dapat menurunkan angka kesakitan diare dengan median 37%. Serta perbaikan pembuangan tinja dapat menurunkan angka kesakitan diare dengan median 22% (World Bank 1992 diacu dalam Irianti et al. 2002).

(27)

dehidrasi dan bila tidak tertolong akan meninggal. Kosek et al. (2003) diacu dalam Rimbatmaja (2007), secara umum lebih dari dua juta anak meninggal akibat diare setiap tahunnya. Di Indonesia, diare adalah pembunuh anak balita nomor dua terbesar setelah ISPA (Rimbatmaja 2007). Mencuci tangan dengan sabun merupakan metode paling sederhana untuk menanggulangi masalah diare. Praktik mencuci tangan dengan sabun oleh pengasuh anak balita dapat mengurangi risiko anak balita terkena diare sebesar 42-47% (Curtis dan Cairncross 2003 diacu dalam Rimbatmaja 2007).

Anak balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Beberapa alasan yang memperkuat pernyataan tersebut yaitu status imunisasi, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan yang pesat dan kelangsungan hidup anak balita sangat tergantung pada penduduk dewasa terutama keluarga dan ibunya (Sukarni 1989).

Menurut Soekirman (2000) pola asuh adalah dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan anak, merawat anak, kebersihan anak, memberi kasih sayang kepada anak dan sebagainya.

Ibu memainkan peranan yang sangat penting dalam mendidik anak terutama pada masa anak balita. Masa anak balita merupakan masa yang sangat ideal untuk mulai menanamkan pada anak tentang perilaku-perilaku gaya hidup sehat. Dalam hal ini, orang tua dan guru harus mulai menstimulasi kesadaran anak mengenai isu-isu lingkungan (Marotz et al. 2005). Berdasarkan fakta-fakta yang telah disebutkan, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengetahuan gizi dan pola asuh yang diduga menyebabkan terjadinya diare pada anak balita.

Tujuan

Tujuan Umum

(28)

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik anak balita.

2. Mengidentifikasi status gizi dan kesehatan anak balita. 3. Mengidentifikasi karakteristik keluarga.

4. Mengidentifikasi PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan.

5. Menganalisis kaitan antara karakteristik anak balita dengan diare anak balita.

6. Menganalisis kaitan antara karakteristik keluarga dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan.

7. Menganalisis kaitan antara PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan dengan diare anak balita.

Hipotesis

1. Terdapat kaitan antara karakteristik anak balita dengan diare anak balita.

2. Terdapat kaitan antara karakteristik keluarga dengan PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan.

3. Terdapat kaitan negatif antara PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan dengan diare anak balita.

Kegunaan Penelitian

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Anak Balita

Jenis Kelamin

Anak perempuan khususnya anak sulung diharapkan membantu pekerjaan rumah tangga dan menjaga adik-adiknya. Sedangkan jika anak yang lahir pertama kali adalah anak laki-laki, maka mereka memiliki keistimewaan karena memperoleh pekerjaan rumah tangga yang lebih sedikit dibandingkan yang perempuan serta diberi kesempatan untuk mengabaikannya (Hurlock 1982).

Umur

Menurut Hurlock (1982) sikap, kebiasaan, dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat menentukkan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Pada tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun. Akan tetapi, selama tahun pertama peningkatan berat tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi.

Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling ideal untuk mulai memperkenalkan kepada anak tentang perilaku-perilaku dasar yang berhubungan dengan gaya hidup sehat. Orang tua harus dapat memanfaatkan rasa ingin tahu anak dan menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan masalah kesehatan, keselamatan dan gizi. Orang tua harus dapat meningkatkan kesadaran anak-anak mengenai isu lingkungan yang kompleks serta pengaruh-pengaruhnya (Marotz et al. 2005).

Berat Badan Lahir

(30)

Status Gizi dan Kesehatan Anak Balita

Menurut BPS (2002) aspek yang mempengaruhi kualitas fisik penduduk yaitu status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Riyadi (2001) menyatakan status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang dapat dinilai dengan berbagai cara, salah satunya dengan antropometri. Status gizi anak dinilai dengan mengunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Menurut Riyadi (2001) berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberi gambaran tentang masa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak seperti penurunan nafsu makan dan terserang penyakit infeksi. Oleh karena itu, berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Indeks BB/U mampu menggambarkan status gizi pada saat kini. Indeks ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi underweight dan overweight.

Menurut Riyadi (2001) tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang mengambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Indeks TB/U mengambarkan status gizi masa lalu (stunting). Lebih lanjut Riyadi (2001) menyatakan kenaikan berat badan tiap bulan adalah indikator kesehatan anak yang paling peka. Oleh karena itu, berat badan merupakan satu-satunya ukuran tunggal yang ekonomis dan paling peka untuk digunakan bila dibandingkan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Indeks BB/TB dapat memberikan gambaran proporsi BB relatif terhadap TB, maka indeks ini merupakan ineks kekurusan (wasting).

(31)

Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan penyakit infeksi, sehingga akan menular. Penyakit diare dapat menular apabila adanya kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung seperti pada makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi baik oleh serangga maupun tangan yang tidak bersih. Penggunaan air yang sudah tercemar juga dijadikan media pencemaran penyakit diare, apalagi air yang digunakan tidak dimasak sampai mendidih terlebih dahulu.

Perilaku hidup bersih seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar juga ikut mempengaruhi penularan atau penyebaran penyakit diare (Suririnah 2007). Selain itu, menurut Dinkes (2003) penyakit diare juga dapat ditularkan melalui beberapa cara diantaranya pemakaian botol susu yang tidak bersih, menggunakan sumber air yang tercemar, buang air besar bukan pada tempatnya dan pencemaran makanan oleh serangga (kecoa, lalat) atau oleh tangan yang kotor.

Menurut Latifah et al. (2002d) diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi yang lembek sampai encer, bahkan dapat berupa air saja, yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Penyebab diare diantaranya yaitu virus, bakteri, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, alergi terhadap susu, kurang gizi dan daya tahan tubuh rendah (Saroso 2007).

Diare ada dua jenis yaitu diare akut dan diare kronis. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya. Sedangkan diare akut adalah diare yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari. Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil daripada anak yang lebih besar (Suharyono 1988 diacu dalam As’ad 2002).

Suharyono (1988) diacu dalam As’ad (2002) penyebab prevalensi yang tinggi dari penyakit diare di negara yang sedang berkembang yaitu kombinasi dari sumber air yang tercemar, defisiensi zat gizi yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Kuman yang paling sering menjadi penyebab diare akut pada anak yaitu Rotavirus (30,4-36.6%), E. coli (20-30%), Salmomella (5-18%), Vibrio cholera (5%), dan Shigella (2-5%). Kuman-kuman tersebut ditularkan secara

(32)

1. Diare sekresi (Secretory diarrhea) yang disebabkan oleh: - Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen

- Hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, makanan yang terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

- Defisiensi imun terutama Sig A (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya pelipatgandaan bakteri atau flora usus dan jamur terutama Candida.

2. Diare osmotic (Osmotic diarrhea) yang disebabkan oleh: - Malabsorpsi makanan

- Kekurangan kalori protein dan mineral - BBLR dan bayi baru lahir

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dengan dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang mengalami gizi buruk, karena gizi yang buruk menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi makanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang (Anonymous 1985 diacu dalam Harianto 2004). Kematian diare akibat dehidrasi (kehilangan banyak cairan tubuh) dapat dicegah dengan Oral Rehydration Therapy (ORT). ORT dapat dilakukan dengan memberikan cairan (air) melalui mulut selama anak mengalami diare (Santrock 2002).

Karakteristik Keluarga

Besar Keluarga

Menurut Suhardjo (1989) jumlah anggota keluarga mempunyai andil dalam permasalahan gizi. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang jumlahnya banyak akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga.

(33)

yang padat penghuninya akan menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen dan memudahkan penularan penyakit (Notoatmodjo 1997).

Umur Orangtua

Orangtua muda terutama ibu cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orangtuanya terdahulu. Umur ibu berkaitan dengan pengalaman ibu mengasuh anaknya dimana ibu yang relatif muda memungkinkan ibu kurang berpengalaman dalam mengasuh anaknya (Hurlock 1993).

Pendidikan Orangtua

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak, karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003).

Pengetahuan dan pendidikan formal serta keikutsertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua dan anak-anak sangat penting dalam menentukkan status kesehatan, fertilitas, dan status gizi keluarga seperti halnya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Dengan demikian, informasi tentang masalah kesehatan dapat lebih mudah diterima oleh keluarga atau masyarakat (Sukarni 1989). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi menjadi lebih baik (Berg 1986).

Pekerjaan Orangtua

(34)

sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni 1989).

Perempuan yang bekerja di luar rumah dan mendapatkan penghasilan, akan meningkatkan pengaruhnya dalam alokasi pendapatan keluarga. Pendapatan yang berasal dari perempuan berkorelasi erat dengan semakin membaiknya derajat kesehatan dan status gizi anak. Hal ini tidak terlepas dari naluri keibuan yang dimiliki untuk mendapatkan anak yang selalu sehat (Khomsan 2005).

Pendapatan Orangtua

Kondisi ekonomi keluarga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga lainnya, diantaranya pendidikan keluarga, kesehatan dan gizi balita, serta kualitas tumbuh kembang anak balita (Gunarsa & Gunarsa 1985). Pendapatan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Dengan demikian, kondisi ini menyebabkan keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan keterbatasan uang itu menyebabkan tidak banyaknya pemilihan dalam hal makanan (Madihah 2002).

Pendapatan keluarga akan menentukan alokasi pengeluaran pangan dan non pangan sehingga apabila pendapatan keluarga rendah maka akan mengakibatkan penurunan daya beli (Firlie 2001). Pada tingkat keluarga, penurunan daya beli akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan, terutama bagi warga kelas ekonomi bawah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan anak yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi (Hardinsyah 1997).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(35)

[image:35.595.109.505.93.617.2]

Masalah determinan kesehatan, menurut Henrik L. Blum diacu dalam Topatimasang (2005) ada beberapa determinan derajat kesehatan penduduk yaitu genetik dan kependudukan (20%), lingkungan kesehatan (30%), perilaku kesehatan (40%), dan program dan pelayanan kesehatan (10%).

Gambar 1 Masalah Determinan Kesehatan Henrik L Blum.

Kebijakan Indonesia sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia sehat 2010 telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010) (Manda et al. 2006).

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat, terutama pada aspek budaya perorangan, keluarga dan masyarakat. Program PHBS adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang tinggi (Sinaga et al. 2005).

Menurut Depkes RI (2006) indikator PHBS antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan sabun dan air setelah buang air besar, makan dengan gizi seimbang, menghuni rumah sehat, memiliki akses dan menggunakan air bersih, memiliki akses dan menggunakan jamban,

Kependudukan/ keturunan

Program dan pelayanan kesehatan Lingkungan

kesehatan

Perilaku kesehatan Derajat kesehatan

(36)

membuang sampah dan limbah pada tempat yang semestinya, memanfaatkan sarana kesehatan, memeriksakan kehamilan, persalinan ditolong tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, ikut keluarga berencana dan lain sebagainya.

Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yg menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati & Yuliarsih 2002).

Higiene dan sanitasi lingkungan merupakan pengawasan lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan lingkungan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang 1985). Menurut Widyati & Yuliarsih (2002) kesehatan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu kesehatan kuratif (penyembuhan penyakit), preventif (pencegahan penyakit). Usaha higiene sanitasi adalah usaha kesehatan preventif (mencegah supaya tidak sakit). Usaha kesehatan preventif dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Usaha pengebalan atau imunisasi, diberikan saat balita (BCG, MMR, hepatitis, dan folio) untuk mencegah datangnya penyakit

2. Usaha kesehatan perorangan (personal hygiene) yaitu mandi minimal 2kali sehari, menyikat gigi, pakaian bersih, olahraga dan lain-lain.

3. Usaha kesehatan lingkungan hidup (lingkungan tempat tinggal atau lingkungan kerja). Cara menjaga lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, menjaga saluran air agar tidak mampet, menjaga kerja bakti dengan masyarakat setempat untuk membersihkan lingkungan.

Gizi Seimbang

(37)

Kelompok bahan makanan tersebut adalah 1) makanan pokok sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, ubi, singkong, mie; 2) lauk pauk sebagai sumber zat pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu; dan 3) sayuran dan buah-buahan sebagai sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang beragam sangat baik dilakukan untuk keberlangsungan hidup seseorang. Hal ini disebabkan oleh fungsi dari makanan yang beragam yaitu untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehinga dapat meningkatkan kualitas kerja dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi. Akibat tidak mengonsumsi makanan yang beraneka ragam, maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anggota tubuh khususnya balita. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Rumah Sehat

Menurut Latifah et al. (2002b) rumah adalah tempat manusia berlindung dari panas terik matahari, hujan dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kesehatan, keamanan, dan kenyamanan manusia. Rumah dikatakan sehat jika memenuhi beberapa persyaratan di bawah ini, diantaranya:

1. Lantai rumah harus mudah dibersihkan misalnya lantai yang terbuat dari keramik, teraso, tegel atau semen, dan kayu atau bambu. Lantai tanah tidak memenuhi syarat kesehatan karena dapat menjadi sumber penyakit seperti cacing dan bakteri penyebab sakit perut.

2. Atap rumah harus kuat dan tidak mudah bocor misalnya genteng, asbes gelombang, seng, sirap dan nipah.

3. Dinding rumah yang baik adalah tembok yang dapat dicat dan dibersihkan dengan mudah.

4. Ventilasi udara biasanya berupa jendela yang dilengkapi dengan lubang angin. Fungsi ventilasi udara adalah untuk pertukaran udara agar udara di dalam rumah tetap bersih dan segar. Sebaiknya setiap ruangan mempunyai sedikitnya satu buah jendela yang bisa dibuka dan ditutup sehingga udara dapat mengalir lancar.

(38)

6. Jumlah kamar mandi sebaiknya disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga. Jika anggota keluarga ada empat orang, maka paling sedikit harus ada satu kamar mandi. Setiap kamar mandi biasanya dilengkapi dengan jamban atau WC (Water Closet).

7. Rumah harus memiliki sarana pembuangan air limbah dan sampah.

8. Kandang ternak harus terpisah cukup jauh dari rumah agar rumah terjaga kebersihan dan kesehatannya. Selain itu kandang ternak harus memiliki tempat penampungan kotoran.

Sanitasi Air

Air bersih dan sehat merupakan air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak mengandung kotoran dan kuman, sehingga aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan (Latifah et al. 2002b). Selain itu, menurut Widyati & Yuliarsih (2002) air bersih dan sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Syarat fisik: syarat air yang dilihat dari fisiknya antara lain jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

b. Syarat kimiawi: tidak mengandung zat-zat berbahaya seperti zat-zat racun atau zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan.

c. Syarat bakteriologis: air yang tidak mengandung penyakit.

Air bersih belum tentu dikatakan sehat, karena menurut Entjang (1993) untuk memperoleh air minum yang sehat dapat diperoleh melalui 1) sumber air yang bersih; 2) tangan dan tempat penampungan air bersih; 3) wadah penampung air disertai dengan tutup dan sering dibersihkan; 4) memasak air sampai mendidih sebelum diminum; 5) menggunakan alat-alat minum yang bersih (termasuk gayung sebagai alat pengambil air harus bersih).

Menurut Subandriyo et al. (1997) sumber air minum yang bersih dan sehat dapat diperoleh dari air pompa, air ledeng, sumur yang terlindungi, dan mata air yang terlindungi. Sumur yang baik harus memenuhi syarat antara lain jarak sumur dengan kamar mandi minimum 10 meter dan dinding sumur 1 meter di atas tanah dan 3 meter dalam tanah serta harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air agar perembesan air dari sekitar tidak terjadi.

Jamban

(39)

kakus. Kotoran-kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan (Depkes RI 1995 diacu dalam Amperansyah 1999). Tinja dari jamban dalam kamar mandi harus disalurkan melalui pipa dan ditampung di tangki septik (Latifah et al. 2002a).

Menurut Sukarni (1989) sarana pembuangan kotoran harus memenuhi persyaratan yaitu bangunan jamban harus mempunyai rumah kakus, lantai yang disemen, pijakan kaki, kloset (lubang tempat masuk feses), sumur penampungan feses dan lubang resapan.

Sampah

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang. Jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah dan sebaiknya tidak melebihi 3x24 jam (Widyati & Yuliarsih 2003). Bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan tumbuhnya kuman sebagai penyebab terjadinya diare, juga mengandung lalat yang mengakibatkan terjadinya penyakit (Latifah et al. 2002c).

Tempat yang dijadikan pembuangan sampah harus jauh jaraknya dari pemukiman, tidak pada tempat yang sering digunakan orang untuk lalu lintas, tidak boleh mengotori sumber air minum seperti mata air atau sungai yang digunakan untuk mandi dan mencuci serta tidak pada tempat yang sering terkena banjir (Latifah et al. 2002c).

Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Menurut Latifah et al. (2002c) air limbah merupakan air buangan yang kotor dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Sumber air limbah yaitu 1) air limbah yang berasal dari rumah tangga (air dari kamar mandi, air buangan dapur, air bekas mencuci pakaian); 2) air limbah yang berasal dari perusahaan atau pusat perdagangan (air buangan dari hotel, dari restoran dan dari kolam renang); dan 3) air limbah yang berasal dari industri atau pabrik (air buangan dari pabrik tahu dan tapioka, dari pabrik tinta, pabrik cat, pabrik kertas, pabrik baja, pabrik kimia).

(40)

Syarat-syarat pembuangan air limbah diantaranya tidak mengotori sumber air bersih, tidak menjadi tempat berkembang biak serangga perantara penyakit (lalat dan nyamuk) dan tidak menimbulkan bau dan merusak pemandangan (Latifah et al. 2002c). Ada dua jenis sistem pembuangan air limbah yaitu menyalurkan air limbah tanpa diolah sebelumnya dan menyalurkan air limbah dengan diolah terlebih dahulu. Penyaluran air limbah tanpa diolah dapat dilakukan dengan menggunakan tanki septik dan sistem riol. Sedangkan, pembuangan air limbah dengan diolah terlebih dahulu, biasanya digunakan untuk membuang air limbah yang berasal dari industri/pabrik dan peternakan atau rumah pemotongan hewan (Latifah et al. 2002c).

Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1979) pelayanan kesehatan yang baik harus memenuhi minimal tiga persyaratan pokok yaitu sesuai dengan kebutuhan jasa pemakai pelayanan, terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan serta terjamin mutunya. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat tergantung oleh keadaan ekonomi, oleh karena itu sulit memenuhi tiga syarat tersebut. Untuk memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keterjaminan mutu, maka pelayanan kesehatan tersebut akan mahal, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat miskin.

Pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan kesehatan modern. Berdasarkan hasil penelitian Sirajudin (1981) diacu dalam Herman (2005) masyarakat lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga dan tingkat pendapatan perkapita keluarga, jarak fisik dan sarana perhubungan yang tidak lancar antara pusat pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal penduduk.

Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat belum optimal. Hal ini menurut Sukarni (1994) disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sistem pelayanan yang ada selama ini belum diterima oleh masyarakat, lokasi pusat-pusat pelayanan tidak terjangkau oleh masyarakat banyak atau lebih banyak berada di kota-kota besar, secara ekonomis, pelayanan tidak terjangkau oleh masyarakat banyak dan belum seluruh Puskesmas dipimpin oleh dokter.

(41)

balita ditolong oleh tenaga medis diantaranya oleh dokter, bidan dan tenaga medis lainnya. Persalinan oleh dokter, bidan atau tenaga medis lainnya relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun atau tenaga bukan medis lainnya.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yaitu mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Kegunaan dari pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, mencegah memburuknya keadaan gizi, mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan, dan mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Pengetahuan Gizi

Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata dan telinga. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Cicely William diacu dalam Berg (1986) melaporkan studi di Afrika Barat bahwa gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta, akan tetapi disebabkan oleh kemiskinan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan keluarga khususnya anak-anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nutrition Assesment Educational Project di Washington (1999) diacu dalam Madihah (2002) menyatakan bahwa rendahnya perhatian terhadap masalah gizi sebagian besar disebabkan oleh rendahnya pengetahuan atau pemahaman tentang gizi yang baik.

Pola Asuh

Anak balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Beberapa alasan yang memperkuat pernyataan tersebut yaitu status imunisasi, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan yang pesat dan kelangsungan hidup anak balita sangat tergantung pada penduduk dewasa terutama keluarga dan ibunya (Sukarni 1989).

(42)

pengertian dan perasaan serta keterampilan dan pengetahuan, melalui berbagai bentuk interaksi antara ibu dan anak.

Marotz et al. (2005) menyatakan bahwa masa balita merupakan masa yang sangat ideal untuk mulai menanamkan pada anak tentang perilaku-perilaku gaya hidup sehat. Dalam hal ini, orang tua dan guru harus mulai menstimulasi kesadaran kepada anak mengenai isu-isu lingkungan.

Masa seorang anak berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang tergolong rawan (Hardinsyah & Martianto 1992). Hal terpenting yang perlu diperhatikan pada anak balita yaitu gizi anak, kesehatan anak, imunisasi, stimulasi dini, perumahan, keluarga berencana, sanitasi lingkungan dan lainnya (Soendjojo, Hikmat & Soemartono 2000 diacu dalam Adnyadewi 2004).

Menurut Soekirman (2000) pola asuh adalah dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan anak, merawat anak, kebersihan anak, memberi kasih sayang kepada anak dan sebagainya. Pola asuh dalam penelitian ini meliputi pola asuh makan dan pola asuh kesehatan.

Pola Asuh Makan

Pola asuh makan adalah praktik yang diterapkan ibu khususnya yang berkaitan dengan situasi dan cara makan, dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak, maka ibu dengan mudah memberikan makan kepada anaknya dan dapat merasakan bahwa situasi waktu makan adalah saat-saat yang mambahagiakan (Tambingon 1999).

Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia pra sekolah, anak-anak sering mengalami fase sulit makan. Apabila masalah makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang. Masalah makan pada anak dapat terjadi karena anak meniru pola makan orang tuanya yang makan pada saat menjalani diet untuk menurunkan berat badan (Khomsan 2004).

(43)

tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau suka pada makanan jajanan yang rendah energi dan tidak bergizi. Oleh karena itu, perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.

Menurut Khomsan (2004) orang tua yang pilih-pilih makanan (picky eaters) dan tidak suka sayur secara tidak langsung akan menyebabkan anak berperilaku makan seperti orang tuanya. Selain itu, suasana makan haruslah menyenangkan sehingga anak tidak seperti pesakitan di meja makan. Ketika anak sedang makan, orang tua jangan terlalu banyak memberi nasehat. Anak seyogiayanya diberi kesempatan untuk memilih makanan sendiri yang disukai dengan pengawasan seperlunya dari orangtua.

Pola Asuh Kesehatan

Menurut Rahayu (2006) pola asuh kesehatan yang dilakukan terhadap anak balita perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena ia belum sanggup untuk merawat dirinya sendiri, kondisi fisik masih lemah, kepekaan terhadap serangan penyakit juga tinggi. Perawatan kesehatan anak balita akan mempengaruhi tingkat morbiditasnya. Anak balita yang tidak terawat baik fisik maupun makanannya akan mudah terserang penyakit.

Kebersihan adalah faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, hal ini terlihat dari banyaknya orang yang terkena penyakit karena tidak memperhatikan faktor kebersihan (Depkes RI 1995 diacu dalam Rahayu 2006). Higiene diri sangat penting diketahui dan dipraktikan oleh setiap orang untuk kesehatan dirinya maupun kesehatan masyarakat. Higiene diri adalah pengetahuan yang sifatnya individualistis, artinya sangat tergantung dari diri sendiri yang praktiknya harus diketahui, dimengerti, dan dilaksanakan oleh setiap individu (Suklan 2000 diacu dalam Rahayu 2006). Mengingat bayi dan anak adalah individu pasif, maka penjagaan kesehatannya merupakan tanggungjawab individu dewasa di sekitarnya, terutama oleh orang tuanya (Depkes RI 1997 diacu dalam Rahayu 2006).

(44)

KERANGKA PEMIKIRAN

Sehat menurut UU Pokok Kesehatan no. 9/1969 adalah keadaan yang sempurna jasmani, rohani, dan sosial (Widyati & Yuliarsih 2002). Masalah kesehatan merupakan masalah yang komplek karena terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Henrik L. Blum diacu dalam Topatimasang (2005) ada beberapa determinan derajat kesehatan penduduk yaitu genetika dan kependudukan, lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan serta pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Depkes RI 2006). PHBS yang disertai dengan pengetahuan gizi yang baik mampu membentuk perilaku yang baik pula. Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Berg (1986) menyatakan bahwa dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi menjadi lebih baik. Menurut Madanijah (2003) pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak, karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga.

(45)

Keterangan:

[image:45.842.44.722.92.487.2]

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang dianalisis

Gambar 2 Kerangka pemikiran PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola psuh kesehatan kaitannya dengan diare anak balita.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu

Diare Anak Balita

Status Gizi Anak Balita Karakteristik Keluarga

- Besar Keluarga

- Umur Orangtua - Pendidikan Orangtua - Pekerjaan Orangtua - Pendapatan Keluarga

Pengetahuan Gizi Ibu

Pola Asuh

- Pola Asuh Makan - Pola Asuh Kesehatan

Karakteristik Anak Balita

- Jenis Kelamin - Umur

(46)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional study yaitu data diambil pada waktu tertentu secara bersamaan. Lokasi penelitian dipilih secara

purposive di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai bulan April 2008.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh adalah anak balita dengan responden dalam penelitian ini adalah ibu contoh yang bersedia untuk diwawancarai. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari total populasi yaitu sebanyak 56 contoh. Menurut Nasution (2003) jumlah sampel 10% dari total populasi dianggap cukup memadai dalam sebuah penelitian. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana yang dilakukan di lima Posyandu yang terdapat di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

[image:46.595.102.504.508.754.2]

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Berdasarkan Tabel 1 data primer meliputi karakteristik anak balita (jenis kelamin dan umur), status gizi dan kesehatan anak balita, karakteristik keluarga (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga). Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data Jenis data Cara pengumpulan data Alat ukur

1 Karakteristik anak balita

- Jenis kelamin - Umur

- Berat badan lahir

Primer,

sekunder Wawancara

Kuesioner, KMS

2 Status gizi anak balita

- BB/TB - BB/U - TB/U

Primer Wawancara dan antropometri Kuesioner, timbangan injak dan mikrotoa 3 Status kesehatan (diare anak balita)

- Pernah/tidak sakit - Frekuensi sakit - Lama sakit

Primer Wawancara Kuesioner

4 Karaktersitik keluarga

- Besar keluarga - Umur orang tua - Pendidikan orangtua - Pekerjaan orangtua - Pendapatan keluarga

Primer Wawancara Kuesioner

5 PHBS ibu Primer Wawancara,

observasi Kuesioner

6 Pengetahuan

gizi ibu Primer

Pengisian

kuesioner Kuesioner

7 Pola asuh - Pola asuh makan

- Pola asuh kesehatan Primer Wawancara Kuesioner

8 Lokasi

penelitian Sekunder

(47)

Selain itu, data primer juga meliputi PHBS ibu, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung. Data sekunder meliputi lokasi penelitian yang diperoleh dari data monografi Desa Cikarawang dan berat badan lahir anak balita dari KMS (Tabel 1).

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Program komputer yang digunakan adalah Microsoft Excel dan

Statistical Program for Social Science (SPSS) for Window versi 11,5. Status gizi anak balita dikategorikan menjadi gizi kurang score <-2 SD), gizi normal (z-score -2SD-+2 SD) dan gizi lebih (z-(z-score >+2 SD). Sedangkan status kesehatan diperoleh dengan menanyakan pernah dan tidaknya sakit, jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit selama tiga bulan terakhir (Tabel 2).

Total skor PHBS dikategorikan menjadi tiga berdasarkan rumus interval yaitu PHBS rendah (24-38), PHBS sedang (39-53) dan PHBS tinggi (54-67). PHBS aspek pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan, kunjungan ke pelayanan kesehatan, persepsi jarak, persepsi daya jangkau, akses terhadap sumber informasi, persepsi terhadap kemudahan petugas kesehatan, serta persepsi cara pelayanan petugas kesehatan disajikan dalam bentuk deskriptif (Tabel 2).

Pengetahuan gizi dinilai dengan pemberian skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Menurut Khomsan (2000) jawaban pengetahuan gizi diklasifikasikan ke dalam 3 kriteria, yaitu pengetahuan gizi baik (>80%), pengetahuan gizi sedang (60%-80%) dan pengetahuan gizi kurang (<60%) (Tabel 2).

Data pola asuh makan diperoleh dengan memodifikasi kuesioner dari penelitian yang telah dilakukan oleh Khairunnisak (2004) yaitu dengan memberikan 16 pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat menyusui dan penyapihan, cara memperkenalkan makan, cara mempersiapkan makan, cara memberikan makan dan cara mengapresiasi proses makan pada anak balita. Total skor yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan rumus interval yaitu rendah (0-6), sedang

Gambar

Gambar 1 Masalah Determinan Kesehatan Henrik L Blum.
Gambar 2  Kerangka pemikiran PHBS, pengetahuan gizi, pola asuh makan dan pola psuh kesehatan kaitannya dengan diare anak balita.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Cara pengolahan dan analisis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pelaksanaan penyediaan pojok laktasi di perusahaan, dapat menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dan upaya yang

Triangulasi waktu: untuk menguji kredibilitas data dengan cara melakukan pengecekan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu dalam waktu atau situasi yang berbeda

Pelestarian bahasa Minang ragam keseharian dapat dilakukan dengan cara penggunaan dan pengajaran yang sistematis dan pelestarian bahasa Minang ragam khusus dapat

Begitu pentingnya misi bagi organisasi, memicu diadakannya penelitian oleh beberapa peneliti antara lain: Rarick dan Vitton (1995, Journal of Business Strategy, Amerika)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hidup Berdasarkan Hukum Makeham Yang Dibayarkan Sesaat Setelah Kematian Dengan Tingkat Suku Bunga Mengikuti Model CIR...63 4.6 APV (Actuarial Present Value) Dari Manfaat

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, karena di dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara hasil belajar teknologi informasi dengan

Adanya standar, aturan dan undang-undang yang mewajibkan akuntan publik untuk patuh terhadap kode etik dan pemberian sanksi bagi yang melanggarnya juga telah mengarahkan akuntan