• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto – Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto – Sukabumi"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

MIA WIDHI ASTUTI. Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temprature) Pada

PT. Indolakto-Sukabumi. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO)

Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celsius) selama 2-5 detik (Amanatidis dalam Republika Juli 2005). Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah mengingat konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 62 juta liter per tahun. Oleh karena itu, pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT.

Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan semakin meningkat sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan.

PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap susu UHT seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya persediaan, kelancaran produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal sehingga perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang dilakukan perusahaan. (2) Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto. (3) Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. (4) Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan.

(3)

Data produksi susu UHT PT. Indolakto (tahun 2000-2005) adalah tidak stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data produksi yang tidak berada disekitar garis lurus dan memiliki kecenderungan meningkat serta nilai koefisien autokorelasi yang membentuk suatu siklus yang memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang setiap tahunnya. Metode peramalan yang digunakan adalah metode dekomposisi aditif. Model ramalan yang terbentuk adalah Ýt = 503951 + (23683.6 x t) + IMTt.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB.

Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari pengurangan jumlah produksi hasil ramalan dan persediaan akhir (persediaan pengaman) dengan persediaan awal tahun 2006. Persediaan pengaman dihitung berdasarkan tingkat pelayanan perusahaan di tahun 2005 yaitu 102.97 persen. Perencanaan kebutuhan bahan baku SMP dan gula diturunkan dari rencana produksi susu UHT. Proporsi SMP dan gula dalam 1 kilogram susu UHT masing-masing sebesar 9 persen dan 6 persen.

Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto, yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut menghasilkan penyimpangan yang rendah. Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi aditif untuk periode tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan bahan baku (SMP dan gula) akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun 2006. Total produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47 persen menjadi 27 983 916.89 kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan terjadi pada bulan September 2006.

(4)

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature)

PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto – Sukabumi

Nama : Mia Widhi Astuti

NRP : A14102009

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr NIP. 130 422 698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU ULTRA HIGH TEMPERATURE PADA PT.

INDOLAKTO-SUKABUMI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juni 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1984 di Praya, Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penulis yang bernama lengkap Mia Widhi

Astuti adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda I Made Subamia dan ibunda Yuni Astuti.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sumbawa Besar tahun 1990 hingga tahun 1992, kemudian penulis pindah ke SDN 6 Sumbawa Besar hingga tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah

menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumbawa Besar hingga tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1

Mataram, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan,

seperti Himpunan Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) periode 2003-2004 sebagai staf IT (Information Technology) Departemen Informasi, Student Company Archipelago (GLOBE) UKM Century pada periode 2003-2004 sebagai staf divisi Finance, UKM Century periode 2004-2005 sebagai ketua divisi IT, klub fotografi (LENSA) periode 2004-2005, Badan Eksekutif

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 7

Batasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA Persediaan... 9

2.1.1 Pengertian dan Peran Persediaan ... 9

2.1.2 Bahan Baku ... 9

2.1.3 Fungsi persediaan ... 10

2.1.4 Jenis dan Tipe Persediaan ... 10

2.1.5 Biaya Persediaan ... 11

Model Pengendalian Persediaan ... 11

Perencanaan Kebutuhan Bahan ( MRP) ... 12

2.3.1 Economic Order Quantity (EOQ) ... 14

2.3.2 Lot For Lot ... 15

2.3.3 Part Periode Balancing (PPB) ... 16

Peramalan dan Perencanaan ... 17

2.4.1 Peran Peramalan ... 17

2.4.2 Metode-metode Peramalan... 18

2.4.3 Identifikasi Pola Data ... 19

2.4.4 Metode Kausal ... 20

2.4.5 Metode Time Series ... 21

2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan ... 22

Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

Keunggulan Penelitian ... 26

(9)

III. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

Jenis dan Sumber Data ... 32

Model Analisa Data ... 33

3.3.1 Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 33

3.3.2 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 33

3.3.3 Ana lisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ... 37

3.3.4 Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Berdasarkan Data Historis ... 37

3.3.5 Peramalan Produksi ... 38

3.3.6 Metode Dekomposisi ... 38

3.3.7 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Hasil Ramalan ... 39

3.4 Definisi Operasional ... 40

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 39

4.2 Lokasi Perusahaan dan Tata Letak Bangunan ... 40

4.2.1 Lokasi Perusahaan ... 41

4.2.2 Tata Letak Bangunan ... 41

4.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 42

4.3.1 Struktur Organisasi ... 43

4.3.2 Sistem Ketenagakerjaan ... 44

4.3.2.1 Tenaga Kerja ... 44

4.3.2.2 Strata Pendidikan Pekerja ... 45

4.3.2.3 Waktu Kerja dan Sistem Intensif ... 45

4.3.2.4 Jaminan Kesejahteraan dan Masa Cuti ... 47

4.4 Proses Produksi ... 48

V. SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN 5.1 Penyimpanan dan Penggunaan Bahan ... . 53

5.2 Jenis dan Asal Bahan Baku ... . 54

5.3 Biaya-biaya Persediaan ... 58

5.3.1 Biaya Pemesanan ... 58

5.3.2 Biaya Penyimpanan ... 60

5.4 Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Bahan Baku ... 62

5.5 Pengendalian Kualitas Bahan Baku ... 65

VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 67

Metode Material Requirement Planning (MRP) ... 71

6.2.1 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ... 73

6.2.2 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ... 74

(10)

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005 ... 78

VII.PERENCANAAN BAHAN BAKU Peramalan Produksi ... 80

7.1.1 Identifikasi Pola Data ... 80

7.1.2 Peramalan Produksi ……….... 82

Perencanaan Produksi ... 86

Perencanaan Kebutuhan Bahan ... 88

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP Teknik PBB untuk Periode Selanjutnya ... 90

Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan... 93

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Periode Selanjutnya ... 94

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 96

8.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(11)

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

MIA WIDHI ASTUTI. Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temprature) Pada

PT. Indolakto-Sukabumi. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO)

Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celsius) selama 2-5 detik (Amanatidis dalam Republika Juli 2005). Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah mengingat konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 62 juta liter per tahun. Oleh karena itu, pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT.

Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan semakin meningkat sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan.

PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap susu UHT seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya persediaan, kelancaran produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal sehingga perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang dilakukan perusahaan. (2) Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto. (3) Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. (4) Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan.

(13)

Data produksi susu UHT PT. Indolakto (tahun 2000-2005) adalah tidak stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data produksi yang tidak berada disekitar garis lurus dan memiliki kecenderungan meningkat serta nilai koefisien autokorelasi yang membentuk suatu siklus yang memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang setiap tahunnya. Metode peramalan yang digunakan adalah metode dekomposisi aditif. Model ramalan yang terbentuk adalah Ýt = 503951 + (23683.6 x t) + IMTt.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB.

Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari pengurangan jumlah produksi hasil ramalan dan persediaan akhir (persediaan pengaman) dengan persediaan awal tahun 2006. Persediaan pengaman dihitung berdasarkan tingkat pelayanan perusahaan di tahun 2005 yaitu 102.97 persen. Perencanaan kebutuhan bahan baku SMP dan gula diturunkan dari rencana produksi susu UHT. Proporsi SMP dan gula dalam 1 kilogram susu UHT masing-masing sebesar 9 persen dan 6 persen.

Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto, yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut menghasilkan penyimpangan yang rendah. Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi aditif untuk periode tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan bahan baku (SMP dan gula) akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun 2006. Total produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47 persen menjadi 27 983 916.89 kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan terjadi pada bulan September 2006.

(14)

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature)

PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto – Sukabumi

Nama : Mia Widhi Astuti

NRP : A14102009

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr NIP. 130 422 698

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU ULTRA HIGH TEMPERATURE PADA PT.

INDOLAKTO-SUKABUMI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juni 2006

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1984 di Praya, Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penulis yang bernama lengkap Mia Widhi

Astuti adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda I Made Subamia dan ibunda Yuni Astuti.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sumbawa Besar tahun 1990 hingga tahun 1992, kemudian penulis pindah ke SDN 6 Sumbawa Besar hingga tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah

menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumbawa Besar hingga tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1

Mataram, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan,

seperti Himpunan Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) periode 2003-2004 sebagai staf IT (Information Technology) Departemen Informasi, Student Company Archipelago (GLOBE) UKM Century pada periode 2003-2004 sebagai staf divisi Finance, UKM Century periode 2004-2005 sebagai ketua divisi IT, klub fotografi (LENSA) periode 2004-2005, Badan Eksekutif

(18)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 7

Batasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA Persediaan... 9

2.1.1 Pengertian dan Peran Persediaan ... 9

2.1.2 Bahan Baku ... 9

2.1.3 Fungsi persediaan ... 10

2.1.4 Jenis dan Tipe Persediaan ... 10

2.1.5 Biaya Persediaan ... 11

Model Pengendalian Persediaan ... 11

Perencanaan Kebutuhan Bahan ( MRP) ... 12

2.3.1 Economic Order Quantity (EOQ) ... 14

2.3.2 Lot For Lot ... 15

2.3.3 Part Periode Balancing (PPB) ... 16

Peramalan dan Perencanaan ... 17

2.4.1 Peran Peramalan ... 17

2.4.2 Metode-metode Peramalan... 18

2.4.3 Identifikasi Pola Data ... 19

2.4.4 Metode Kausal ... 20

2.4.5 Metode Time Series ... 21

2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan ... 22

Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

Keunggulan Penelitian ... 26

(19)

III. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

Jenis dan Sumber Data ... 32

Model Analisa Data ... 33

3.3.1 Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 33

3.3.2 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 33

3.3.3 Ana lisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ... 37

3.3.4 Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Berdasarkan Data Historis ... 37

3.3.5 Peramalan Produksi ... 38

3.3.6 Metode Dekomposisi ... 38

3.3.7 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Hasil Ramalan ... 39

3.4 Definisi Operasional ... 40

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 39

4.2 Lokasi Perusahaan dan Tata Letak Bangunan ... 40

4.2.1 Lokasi Perusahaan ... 41

4.2.2 Tata Letak Bangunan ... 41

4.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 42

4.3.1 Struktur Organisasi ... 43

4.3.2 Sistem Ketenagakerjaan ... 44

4.3.2.1 Tenaga Kerja ... 44

4.3.2.2 Strata Pendidikan Pekerja ... 45

4.3.2.3 Waktu Kerja dan Sistem Intensif ... 45

4.3.2.4 Jaminan Kesejahteraan dan Masa Cuti ... 47

4.4 Proses Produksi ... 48

V. SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN 5.1 Penyimpanan dan Penggunaan Bahan ... . 53

5.2 Jenis dan Asal Bahan Baku ... . 54

5.3 Biaya-biaya Persediaan ... 58

5.3.1 Biaya Pemesanan ... 58

5.3.2 Biaya Penyimpanan ... 60

5.4 Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Bahan Baku ... 62

5.5 Pengendalian Kualitas Bahan Baku ... 65

VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 67

Metode Material Requirement Planning (MRP) ... 71

6.2.1 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ... 73

6.2.2 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ... 74

(20)

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005 ... 78

VII.PERENCANAAN BAHAN BAKU Peramalan Produksi ... 80

7.1.1 Identifikasi Pola Data ... 80

7.1.2 Peramalan Produksi ……….... 82

Perencanaan Produksi ... 86

Perencanaan Kebutuhan Bahan ... 88

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP Teknik PBB untuk Periode Selanjutnya ... 90

Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan... 93

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Periode Selanjutnya ... 94

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 96

8.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) ... 2

Tabel 2. Tabel Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP ... 16

Tabel 3. Format Rencana MRP ... 34

Tabel 4. Spesifikasi Fresh Milk yang diterima PT. Indolakto... 54

Tabel 5. Standar Mutu Skim Milk Powder (SMP) PT. Indolakto... 57

Tabel 6. Standar Mutu Gula PT. Indolakto ... 58

Tabel 7. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT. Indolakto per Pesanan ... 60

Tabel 8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT. Indolakto per tahun ... 62

Tabel 9. Persediaan Akhir Bahan Baku SMP dan Gula Selama Tahun 2005 ... 69

Tabel 10. Biaya Persediaan Bahan Baku per tahun periode 2005 menggunakan Metode perusahaan ... 70

Tabel 11. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode Perusahaan Tahun 2005 ... 71

Tabel 12. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun 2005 . 73 Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005... 75

Tabel 14. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Tahun 2005... 77

Tabel 15. Penghematan Biaya Persediaan dengan Metode MRP Teknik EOQ dan PPB ... 77

Tabel 16. Hasil Peramalan Produksi Susu UHT Periode Tahun 2006 dengan Metode Dekomposisi Aditif ... 83

Tabel 17. Perbandingan Hasil Ramalan dengan Data Aktual Produksi Susu UHT PT. Indolakto Bulan Januari - Maret 2006... 86

Tabel 18. Jumlah Penjualan, Produksi, Persediaan Pengaman, dan Rencana Produksi Susu UHT PT. Indolakto Tahun 2006 ... 87

(22)

Tabel 20. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode MRP teknik

PPB tahun 2006 ... 92 Tabel 21. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2006 ... 92 Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode PPB

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

Gambar 1. ... B

iaya Persediaan ...13

Gambar 2. ... P

enggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi

Operasi ... 18 Gambar 3. ... P

ola Permintaan terhadap Suatu Barang atau Jasa ... 19 Gambar 4. ... B

agan Kerangka Pemikiran ... 27 Gambar 5. ... B

agan Kerangka Operasional Penelitian ... 31 Gambar 6. ... P

lot Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode 2000-2005 ... 80 Gambar 7. Plot Data Hasil Peramalan Produksi Susu UHT PT. Indolakto

Periode Tahun 2006 ... 84 Gambar 8. ... P

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal

Lampiran 1. Denah Lokasi Pabrik PT. Indolakto ... 100 Lampiran 2. Denah Tata Letak Pabrik PT. Indolakto ... 101 Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi PT. Indolakto ... 102 Lampiran 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Susu UHT ... 103 Lampiran 5. Bagan Alir Prosedur Penerimaan Bahan Baku di Warehouse

Raw Material ... 104 Lampiran 6. Perbandingan Antara Merode Pengendalian Persediaan Pada

Keseluruhan Persediaan SMP dan Gula Tahun 2005... 105 Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto Tahun

2000-2005 ... 106 Lampiran 8. Plot Autokorelasi (ACF) dan Autokorelasi Parsial (PACF)

Produksi Susu UHT... 108 Lampiran 9. Hasil Differensing pertama Autokorelasi (ACF d1) dan

Autokorelasi Parsial (PACF d1)... 109 Lampiran 10.Perbandingan Nilai MSE dari Beberapa Model Time Series

yang Diujikan ... 110 Lampiran 11.Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum

(12 Bulan) Tahun 2005 ... 110 Lampiran 12.Metode Dekomposisi Model Aditif (L= 12) ... 111 Lampiran 13.Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan

Baku SMP Tahun 2005 ... 116 Lampiran 14.Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan

Baku Gula... 116 Lampiran 15.MRP untuk Bahan Baku SMP dengan Teknik EOQ Tahun 2005

(EOQ SMP = 36 199.35 kg) (buffer stock = 86 389.30 kg) ... 117 Lampiran 16.MRP untuk Bahan Baku Gula dengan Teknik EOQ Tahun 2005

(EOQ Gula = 51 683.53 kg) (buffer stock = 28 796.43 kg) ... 117 Lampiran 17.Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun

(25)

Lampiran 18.MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2005 dengan sediaan pengaman 50% ... 118 Lampiran 19.MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun

2005 (buffer 25%) ... 118 Lampiran 20.Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun

2005 ... 118 Lampiran 21.Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan

Baku SMP Tahun 2006 ... 119 Lampiran 22.Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP unt uk Bahan

Baku Gula Tahun 2006 ... 119 Lampiran 23.MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP

Tahun 2006 dengan sediaan pengaman 50% ... 120 Lampiran 24.MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan bahan pangan yang banyak mengandung unsur-unsur penting yang diperlukan tubuh seperti: protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan unsur penting lainnya. Mengkonsumsi susu memberikan banyak

manfaat, diantaranya mengurangi resiko kanker usus dan rectum (hasil penelitian di Harvard School of Public Health and Women), mencegah osteoporosis, hipertensi dan dianjurkan dalam DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension)1, mempunyai kemampuan untuk mengikat polutan yang membantu mengurangi dampak buruk polusi, serta mampu meningkatkan tubuh

memproduksi melatonin di malam hari yang berfungsi sebagai hormon sekaligus antioksidan yang membuat tubuh bisa beristirahat. Upaya penggalakan minum

susu dirintis oleh Prof. Poorwo Sudarmo (Bapak Gizi Indonesia) yang mencetuskan Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950-an.

Berdasarkan jenisnya, susu yang kini beredar meliputi susu bubuk, susu

kental manis, susu pasteur isasi dan susu Ultra Hight Temperature (UHT). Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu

melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celsius) selama 2-5 detik1. Susu UHT memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan yang lebih tahan lama (lebih dari 6 bulan tanpa disimpan dalam

mesin pendingin), berkualitas tinggi, bebas dari mikroorganisme, dan adanya pengurangan waktu produksi, serta meminimalisasi jeda waktu antara pengiriman

(27)

membuat susu dapat dikonsumsi kapan saja tanpa memerlukan alat pendingin

khusus. Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT2).

Mengingat pentingnya manfaat dan kegunaan dari susu dalam kehidupan sehari-hari, maka peluang dalam agroindustri susu masih terbuka lebar. Hal ini

juga didukung oleh jumlah konsumsi susu nasional pada Tabel 1 yang

menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 1996, 1997, 1998, dan 2001 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998, yaitu 219 100

ton dari konsumsi tahun 1997 yang dipengaruhi oleh terjadinya krisis moneter. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun 1994-2004 (000 ton)

Tahun Produksi Nasional Impor Ekspor Konsumsi Nasional

1995 433.4 974.7 0.0 1 408.1

1996 441.2 739.4 0.0 1 180.6

1997 423.7 692.8 0.0 1 116.5

1998 375.4 588.0 66.0 897.4

1999 436.0 822.0 142.0 1 116.0

2000 495.7 1 479.8 575.5 1 400.0

2001 479.9 1 476.0 693.0 1 262.9

2002 493.4 1 382.6 609.6 1 266.4

2003 553.4 1 425.2 461.2 1 517.4

2004* 596.3 1 425.2 461.2 1 560.3

Sumber : Deptan, 2004

Keterangan : * Angka sementara 2004

Produksi susu nasional juga mengalami peningkatan meskipun beberapa tahun tertentu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan

Tabel 1 terlihat bahwa impor susu Indonesia masih terus meningkat. Dengan kata lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam

negeri itu sendiri sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan susu di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih mengkonsumsi susu olahan. Selain itu, berdasarkan hasil survei perusahaan riset

(28)

pasar global Canadean pada tahun 20043), konsumsi susu cair penduduk Indonesia

baru mencapai 62 juta liter per tahun. Sementara Amerika Serikat (AS) mencapai

22 350 juta liter, India 42 001 juta liter, Cina 6 345 juta liter, Pakistan 28 671 juta liter, Spanyol 4 577 juta liter. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu cair

masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu

menyebabkan persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Keunggulan

kompetitif perusahaan akan menjadi penting untuk dapat bertahan dalam industri tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keuntungan

dari pengembangan organisasi dalam globalisasi adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi. Manajemen produksi dan persediaan

sangat memainkan peranan penting dalam penciptaan keunggulan kompetitif dari

industri karena mempengaruhi formulasi dari strategi-strategi bisnis industri. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan bagian dari manajemen

produksi dalam rangka memenuhi jumlah persediaan bahan baku, waktu, dan kualitas yang tepat. Bahan baku industri merupakan sumberdaya yang dapat

memberikan value added komoditas/produk bila dipergunakan secara efisien dan efektif. Bahan baku membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi sehingga ketersediaan bahan baku sangat menunjang dalam menghasilkan produk jadi.

Kelebihan persediaan mengakibatkan adanya biaya ekstra dari sudut biaya penyimpanan dan opportunity cost yang disebabkan nilai investasi pada persediaan yang menga nggur sebenarnya dapat dialokasikan untuk kepentingan

lain. Sebaliknya jika terjadi kekurangan persediaan dapat menghambat beberapa

(29)

hal, diantaranya proses produksi, pemenuhan permintaan pelanggan, dan

peningkatan biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian.

Dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif melalui manajemen pengendalian persediaan, maka diperlukan suatu perencanaan yang tepat.

Perencanaan dan pengendalian untuk operasi menuntut penaksiran atas permintaan akan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan organisasi di

masa mendatang (Buffa dan Sarin, 1996). Peramalan atau penaksiran bisnis

ekonomi akan sangat membantu manajer untuk pengambilan keputusan dalam strategi bisnis. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha

manajemen untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan

manajemen, karena setiap bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik

buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi (Makridakis et

al, 1999).

Salah satu manfaat yang diperoleh melalui peramalan adalah manajer dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan dan

menentukan jumlah produksi berdasarkan hasil ramalan. Peningkatan efisiensi

produksi akan dapat tercapai ketika ramalan yang akurat diperoleh sehingga pengalokasian biaya yang sia-sia dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

1.2 Perumusan masalah

PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Untuk menghadapi persaingan dalam industri susu UHT,

(30)

perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT. Hal

ini didasari dari beberapa permasalahan dalam manajemen produksi dan

persediaan yang dihadapi PT. Indolakto, diantaranya: perubahan permintaan konsumen akan produk susu UHT, kapasitas gudang bahan baku yang tidak dapat

menampung seluruh bahan baku yang diterima, dan keterlambatan kedatangan bahan baku dari pemasok.

Ketersediaan bahan baku sangat menunjang kelancaran produksi

perusahaan, terlebih ketersediaan untuk bahan baku utama. Skim Milk Powder (SMP) dan gula merupakan baha n baku utama dalam memproduksi susu UHT.

Pada waktu-waktu tertentu perusahaan mengalami keterlambatan kedatangan bahan baku yang menghambat jalannya operasi dan di lain waktu, perusahaan

mengalami kelebihan bahan baku dan produk jadi susu UHT yang disimpan di

gudang sehingga mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan perusahaan dan berakibat pada berkurangnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena

itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang dilakukan oleh PT.

Indolakto.

Pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang baik membutuhkan perencanaan yang tepat. Perencanaan kebutuhan bahan baku dapat

diturunkan dari perencanaan produksi produk jadi perusahaan. Adanya perubahan permintaan konsumen yang cepat terhadap produk jadi susu UHT yang di

produksi oleh PT. Indolakto seringkali menuntut pihak perusahaan untuk

(31)

dibutuhkan suatu metode peramalan yang akurat, yaitu metode peramalan yang

menghasilkan penyimpangan/selisih terkecil antara nilai ramalan dan nilai

aktualnya. Sehingga masalah berikutnya yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya

perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT serta implikasi dari hasil perencanaan tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan

baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya.

Kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering kali dihadapkan pada dua kendala,

yaitu jika perusahaan menginvestasikan dana terlalu banyak dalam persediaan bahan baku dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen, maka akan

menimbulkan biaya yang besar terutama biaya penyimpanan. Sebaliknya jika

perusahaan berupaya menekan persediaan dengan tujuan menurunkan biaya produksi, maka akan menimbulkan risiko tidak tersedianya produk untuk

menjamin kelancaran produksi dan ketersediaan produk dalam memenuhi kepuasan konsumen. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang

optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan karena adanya persediaan. Melalui

sistem penge ndalian persediaan yang optimal tersebut diharapkan perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang

(32)

2. Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi

adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu

UHT pada PT. Indolakto.

3. Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam

menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya.

4. Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat

dari biaya persediaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis

maupun pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam memberikan alternatif metode peramalan produksi yang akurat

dan model pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya produksi perusahaan. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh

di bangku kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi mengenai peramalan produksi dan

pengendalian pesediaan bahan baku serta sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Penelitian

(33)

atas kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat terhadap

susu cair olahan, salah satunya adalah susu UHT. Kajian yang dibahas dalam

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

2.1.1 Pengertian dan Peran Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai aktiva yang meliputi barang jadi, barang

dalam proses dan bahan baku yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual, dan untuk suku cadang dari suatu

peralatan atau mesin (Assauri, 1999; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004). Persediaan

merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali (Assauri, 1999).

Dua alasan yang diutarakan Assauri (1999) mengenai perlunya persediaan bagi suatu perusahaan pabrik yaitu (1) waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan operasi produksi dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain dan

(2) alasan organisasi perusahaan.

2.1.2 Bahan Baku

Pengertian dari bahan baku meliputi semua bahan yang dipergunakan

dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut

(Assauri, 1999). Perusahaan yang memiliki penguasaan atas produksi bahan baku sendiri dapat lebih menjamin ketersediaan bahan baku dibandingkan bila pengadaan bahan baku tersebut dilakukan melalui pembelian. Namun bagi

perusahaan yang pengadaan bahan bakunya berasal dari pembelian, maka kegiatan pembelian mempunyai peran yang sangat penting. Pembelian merupakan

(35)

2.1.3 Fungsi persediaan

Efisiensi operasional organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi

penting persediaan. Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004) serta Heizer and Render (2004), fungsi persediaan terdiri atas (1) fungsi decoupling, dimana adanya kebebasan dalam operasi internal dan eksternal perusahaan; (2) fungsi

economic lot sizing, dimana mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian; (3) fungsi antisipasi, diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian

jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode pemesanan.

2.1.4 Jenis dan Tipe Persediaan

Persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (1) persediaan bahan baku (Raw

materials stock), yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, (2) persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/komponents stock) yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, (3) persediaan barang-barang pelengkap (supplies stock) atau bahan penolong yang diperlukan dalam proses produksi, (4) persediaan barang setengah

jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik, dan (5) persediaan barang jadi (finished goods

(36)

2.1.5 Biaya Persediaan

Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004), ada beberapa hal yang

harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel yaitu (1) biaya penyimpanan

(holding cost/carrying cost) yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, (2) biaya pemesanan atau pembelian

(ordering costs/procurement cost) meliputi proses pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat-menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke

gudang, biaya utang lancar dan sebagainya, (3) biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost yang tediri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persediaan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi dan sebagainya, dan

(4) biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan dan termasuk biaya

kekurangan bahan adalah kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi,

tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya

2.2 Model Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena melibatkan sejumlah investasi yang besar. Tujuan pengendalian persediaan

yaitu meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat layanan yang diminta (Harding, 2001). Untuk mencapai tujuan

(37)

suatu barang. Permintaan tersebut dapat bersifat independent (bebas) atau

dependen (terikat). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), permintaan independent atas persediaan adalah untuk jenis barang-barang akhir dan permintaannya tidak tegantung (bebas) dari permintaan akan barang lainnya.

Sedangkan permintaan dependent atas persediaan adalah untuk jenis-jenis persediaan komponen, bahan baku, dan barang dalam proses yang digunakan

dalam produksi untuk menghasilkan barang jadi. Permintaan untuk jenis barang

dengan permintaan terikat ini sangat tergantung dari permintaan jenis barang dengan permintaan bebas.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), model yang digunakan untuk analisis pengendalian persediaan pada barang dengan sifat permintaan

independent adalah model perhitungan jumlah pemesanan kembali seperti sistem pemesanan tetap, sistem produksi tumpukan (batch), sistem periodik tetap, dan sistem minimum-maksimum. Sedangkan model pengendalian barang denga n sifat

permintaan dependent menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Beberapa model yang banyak digunakan dalam penentuan lot dalam MRP adalah

model Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, dan Part Periode

Balancing (PPB).

2.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)

Menurut Buffa (1996), Herjanto (1999), Rangkuti (2004), Indrajit dan

(38)

menggunakan MRP adalah menghindari kehabisan sediaan sehingga produksi

berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan bahan baku dan

barang setengah jadi (Buffa, 1996). Jenis-jenis barang yang cocok untuk MRP adalah komponen produk yang tercantum dalam daftar bahan produk (product’s

bill of materials) yang menunjukkan kebergantungan dari komponen-komponen sub rakitan terhadap produk akhir (Buffa, 1996 dan Rangkuti, 2004).

MRP merupakan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan produk

akhir, kemudian dikerjakan mundur yaitu menuju bahan baku melalui berbagai tingkat pabrikan dan pabrikasi. MRP memiliki banyak kelebihan dibandingkan

dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Kelebihan tersebut antara lain dapat mengurangi persediaan dan biaya

gabungannya (inventory holding cost) karena biaya itu hanya sebesar materi dan komponen yang dibutuhkan (Rangkuti, 2004). Selain itu, kelebihan MRP dalam menangani barang-barang dengan permintaan terikat (Heizer and Render, 2004)

adalah (1) meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan, (2) meningkatkan kegunaan fasilitas dan tenaga kerja, (3) perencanaan dan penjadwalan persediaan

yang lebih baik, (4) respon lebih cepat terhadap perubahan pasar, dan (5)

mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan. Lebih lanjut Heizer and Render (2004) menegaskan beberapa hal yang

harus diketahui manajer dalam merancang model persediaan terikat yang efektif yaitu (1) jadwal produksi induk/master production schedule (MPS) yang berkaitan dengan apa yang harus dibuat dan kapan, (2) spesifikasi daftar

(39)

pembelian/purchase orders outstanding, (5) waktu ancang-ancang (lead time), yang dibutuhkan untuk memperoleh barang.

2.3.1 Economic Order Quantity (EOQ)

Model EOQ merupakan teknik pengendalian persediaan tertua dan paling umum dikenal (Herjanto, 1999). Teknik ini sering digunakan dalam persediaan

barang-barang bebas dan dapat juga digunakan dalam teknik penentuan lot. Menurut Heizer dan Render (2004), beberapa asumsi yang digunakan

dalam teknik EOQ antara lain (1) diketahuinya tingkat permintaan dan bersifat konstan, (2) waktu tenggang (lead time) bersifat konstan, (3) persediaan diterima dengan segera dalam bentuk kumpulan produk pada satu waktu, (4) diskon tidak

diberikan, (5) biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan, dan (6) keadaan

[image:39.596.137.472.493.671.2]

kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Gambar 1. Biaya Persediaan Sumber: Rangkuti, 2004

Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan

yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya

EOQ Q (kuantitas)

Biaya Total

Biaya Penyimpanan

Biaya Pemesanan Biaya

(40)

kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000). Meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, dapat berarti

meminimumkan biaya total. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan (holding/carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering atau set up

cost), dalam bentuk grafik.

Kuantitas pesanan tetap yang meminimumkan biaya tersebut terjadi pada

saat kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan berpotongan, yaitu

pada saat total biaya pemesanan sama dengan total biaya penyimpanan. Ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama dari biaya total

terhadap kuantitas (Q) tahunan sama dengan nol (Buffa, 1996; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004).

2.3.2 Lot For Lot

Dalam teknik ini, ukuran satu batch yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Kebijakan Lot For Lot hanya efektif, bilamana biaya awal (penyetelan) sangat kecil dibandingkan dengan biaya

penyimpanan (Buffa, 1996). Pemesanan dilakukan tepat sebesar yang dibutuhkan, tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut.

Prosedur semacam ini konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu rendah, dan permintaan terikat (Heizer dan Render, 2004). Teknik Lot For Lot berusaha menghilangkan biaya penyimpanan atas persediaan yang dipegang melewati suatu persediaan. Menurut Herjanto, 1999 biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang terikat dapat ditekan dengan

(41)

sifat yang sesuai. Teknik ini tidak dapat mengambil keuntungan ekonomis yang

berhubungan dengan ukuran pesanan tetap.

2.3.3 Part Periode Balancing (PPB)

Teknik penyeimbangan bagian periode merupakan pendekatan yang lebih dinamis yaitu menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Menurut Herjanto (1999), metode PPB secara sederhana menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai Economic Part Period (EPP), yang merupakan rasio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan.

Prinsip dari teknik ini adalah mencoba menggabungkan suatu periode dengan periode berikutnya kemudian menghitung kumulatif bersih dari periode

gabungan tersebut serta kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengakumulasikan perkalian kebutuhan suatu periode dengan

periode tambahan yang ditanggung. Tabel 2. menunjukkan penentuan ukuran lot dengan menggunakan EPP.

Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP merupakan gabungan

periode yang dipilih (Herjanto, 1999). Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi, dengan

[image:41.596.109.513.642.710.2]

harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan.

Tabel 2. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP Periode Kebutuhan Lama Penyimpanan

(Periode) Periode- bagian Akumulasi periode-bagian

1 1, 2 1, 2, 3

A B C

0 1 2

A x (0) B x (1) C x (2)

(42)

2.4 Peramalan dan Perencanaan

Pengertian peramalan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005) adalah

kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Menurut Sugiarto (2000) peramalan

merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola sistematis. Peramalan merupakan seni dan ilmu dalam

memprediksi kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang dan

menjadi dasar dalam penyusunan rencana (Assauri, 1999).

2.4.1 Peran Peramalan

Dalam dunia bisnis, hasil peramalan mampu memberikan gambaran

tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi mereka

(Sugiarto et al, 2000). Salah satu peran peramalan adalah penyusunan rencana, dimana perencanaan yang dibuat oleh perusahaan salah satunya adalah perencanaan produksi. Menurut Assauri (1999), dalam menentukan atau

merencanakan jumlah hasil yang akan diproduksi umumnya sangat ditentukan oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Oleh karena itu

setiap perusahaan selalu memperkirakan atau meramalkan jumlah permintaan dari produknya. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan untuk operasi, maka subsistem produksi operasi merencanakan dan merancang sistem, menjadwalkan

(43)
[image:43.596.103.513.79.298.2]

Gambar 2. Penggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi Operasi Sumber: Assauri, 1999

2.4.2 Metode – metode Peramalan

Secara umum terdapat dua macam metode peramalan menurut Gaynor dan

Kirkpatrick (1994), yaitu: (1) Peramalan kualitatif, didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencana atau pengambil keputusan, sehingga relatif

bersifat subjektif. Kelemahan metode ini adalah dapat memberikan hasil yang tidak baik ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan pribadi, atau posisi strategis dalam organisasi.

Biasanya peramalan secara kualitatif didasarkan atas hasil penyelidikan seperti:

Delphi, S Curve, Analogies dan penelitian bentuk Morphological research, atau didasarkan atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decisions trees. (2) Peramalan kuantitatif, didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu, sehingga lebih bersifat objektif. Kualitas hasil ramalan sangat bergantung pada

kualitas data dan metode yang digunakan, yaitu sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode

Informasi tentang permintaan yang ada dan produksi

Peramalan Permintaan untuk Operasi

Keluaran Berupa Barang atau jasa Perencanaan/Perancangan

Sistem Perancangan produk Perancangan proses Investasi & penggantian

peralatan Perencanaan kapasitas

Penjadwalan Sistem

Perencanaan produksi agregat Penjadwalan operasi

Pengendalian Sistem

Pengendalian produksi Pengendalian persediaan Pengendalian tenaga kerja

(44)

yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau

penyimpangan serendah mungkin.

Menurut Makridakis et al (1999), syarat-syarat kondisi penerapan peramalan kua ntitatif yaitu (1) tersedia informasi masa lalu, (2) informasi tersebut

dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan (3) pola data masa lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.

2.4.3 Identifikasi Pola Data

Menurut Assauri (1999), prakiraan atau peramalan permintaan suatu barang atau jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat

berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu, dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan (Gambar 3). Untuk melihat pola

[image:44.596.136.454.465.575.2]

permintaan terhadap barang atau jasa tersebut, maka dibutuhkan informasi tentang permintaan akan barang atau jasa tersebut selama ini.

Gambar 3. Pola Permintaan terhadap suatu barang atau jasa Sumber: Assauri (1999)

Identifikasi pola data dilakukan untuk memahami perilaku data time series dan membantu dalam penentuan metode peramalan yang terbaik. Menurut

Makridakis (1999), pola data kuantitas memiliki empat unsur, yaitu (1) pola

horizontal/konstan, terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan; (2) pola musiman, terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor

Permintaan Produk

Waktu Konstan Musiman

(45)

musiman (kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu);

(3) pola siklis, terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang

seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis; dan (4) pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

2.4.4 Metode Kausal

Menurut Makridakis (1999), metode ini mencoba mengajukan variabel lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang

menyatakan adanya saling ketergantungan fungsional diantara semua variabel terebut. Metode peramalan kausal/sebab-akibat juga didasarkan dari data yang lalu, tetapi menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau

mempengaruhi pada masa depan (Assauri, 1984).

Metode kausal yang dapat digunakan dapat berupa : (1) Metode regresi,

yaitu mencoba memperkirakan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independen) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas (dependen) yang akan

diramalkan (Makridakis et al, 1999). Metode ini banyak digunakan untuk meramalkan penjualan, perencanaan keuntungan, peramalan permintaan dan

peramalan keadaan ekonomi. (2) Metode ekonometri, yaitu menggabungkan teori ekonomi dengan alat-alat matematis dan statistik untuk menganalisis hubungan ekonomi (Pappas & Hirschey, 1995). Menurut Assauri (1999) metode ekonometri

didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang diestimasi secara simultan. Metode ini memiliki variabel eksogen dan variabel endogen. Metode ini

(46)

penawaran. (3) Metode Input – Output, yaitu menganalisis arus barang dan jasa

antar industri dalam perekonomian atau antar departemen dari suatu organisasi

besar yang ditunjukkan oleh tabel input-output. Menurut Assauri (1984) metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi trend ekonomi jangka panjang. Metode ini banyak dipergunakan untuk peramalan penjualan perusahaan, penjualan sektor industri dan subsektor industri.

2.4.5 Metode Time Series

Metode peramalan time series merupakan bagian dari peramalan kuantitatif dengan menggunakan data-data masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa depan dengan mengidentifikasikan pola data historis dan

mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa mendatang (Buffa et al, 1996). Menurut Sugiarto et al (2000), beberapa asumsi penting yang mendasari penggunaan metode time series antara lain (1) adanya ketergantungan kejadian masa yang akan datang dengan masa sebelumnya, (2) aktivitas di masa yang akan datang mengikuti pola yang terjadi di masa lalu, (3) hubungan atau keterkaitan

masa lalu dan masa kini dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian.

Beberapa metode time series adalah metode naïve, metode rata-rata sederhana/simple average, metode rata-rata bergerak sederhana/simple moving

(47)

triple Exponential Smoothing (Winters), metode dekomposisi, model Autoregresisve Integrated Moving Average (ARIMA).

2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan

Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting sehingga pemilihan teknik dan metode peramalan yang tepat

sangat diperlukan untuk pemecahan suatu masalah atau keadaan tertentu. Ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode peramalan

(Assauri, 1984), yaitu : (1) Horison waktu, (2) Pola data, (3) Jenis dari model, (4) Biaya, (5) Ketepatan (accuracy), (6) Mudah tidaknya penggunaan atau aplikasinya.

Ukuran-ukuran akurasi model peramalan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar (Aritonang, 2002), yaitu: ukuran yang bersifat mutlak, terdiri

atas mean error (ME), mean absolute error (MAE), mean squared error (MSE) dan ukuran yang bersifat relatif terdiri dari mean percentage error (MPE), mean

absolute percentage error (MAPE), U dari Theil dan McLaughlin Batting Average (MBA). Dari semua ukuran tersebut ukuran yang lebih lazim digunakan adalah MSE, dengan pedoman bahwa semakin kecil nilai MSE berarti model itu

semakin tepat untuk digunakan.

2.5 Hasil penelitian yang relevan

(48)

pemesanan kembali (reorder point). Bahan baku yang menjadi fokus dalam penelitian tersebut adalah susu segar, gula, skimmed milk powder (SMP). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan perusahaan terhadap pengendalian persediaan belum optimal dan perusahaan perlu mengurangi persediaan pengaman

untuk ketiga bahan baku tersebut.

Astuti (2002), menganalisis pengendalian persediaan bahan baku susu

bubuk, studi kasus: PT. Mirota KSM Inc., Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode EOQ dan model persediaan probabilistik (persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali). Bahan baku

yang menjadi fokus penelitian adalah Full Cream Milk Powder (FCMP) dan

Skimmed Milk Powder (SMP) yang masing-masing didatangkan dari Australia dan New Zealand. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode EOQ

jumlah pemesanan bahan baku memiliki kuantitas yang lebih kecil dengan frekuensi pemesanan optimal yang lebih sering dibanding jumlah dan frekuensi

pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Jika perusahaan mengadakan persediaan pengaman (dengan perhitungan metode EOQ) maka persediaan

pengaman yang optimal bagi perusahaan adalah 41 255.4 kg untuk FCMP dan

19 834 kg untuk SMP asal New Zealand. Sedangkan FCMP dan SPM asal Australia masing-masing 38 270 Kg dan 21 261 Kg. Pemesanan kembali kepada

pemasok di New Zealand dilakukan pada saat FCMP dan SMP asal New Zealand di gudang masing-masing berjumlah 169 304.8 Kg dan 90 972.5 Kg. Sedangkan

pemesanan kembali kepada pemasok di Australia terjadi saat FCMP dan SMP asal

(49)

Rajagukguk (2004), menganalisis pengadaan dan pengendalian persediaan

bahan baku susu olahan (studi kasus di PT. Indomilk). Penelitian tersebut

bertujuan mengetahui pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu olahan yang dilakukan di PT. Indomilk, kemudian menganalisis besarnya biaya

yang dikeluarkan dalam rangka pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik EOQ dan Part Period Balancing (PPB) serta membandingkan model aternalif pengendalian persediaan bahan baku yang efektif

dan efisien pada perusahaan. Teknik Lot For Lot yang prinsipnya tidak memerlukan adanya persediaan di gudang tiap periodenya tidak digunakan dalam

penelitian tersebut karena kebijakan PT. Indomilk menginginkan adanya persediaan pengaman dalam pelaksanaan proses produksinya. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa metode MRP memberikan penghematan yang cukup

besar terutama dengan teknik EOQ jika dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan selama ini.

Sary (2004), menganalisis mengenai peramalan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantations. Penelitian

tersebut memperkirakan kebutuhan bahan baku kelapa yang diturunkan dari hasil

peramalan produksi perusahaan tahun 2004 dengan metode ARIMA sehingga perusahaan dapat menentukan persediaan bahan baku yang optimal. Metode

pengendalian persediaan yang digunakan adalah metode Material Requirement

Planning (MRP) dengan teknik EOQ, Lot For Lot, danPPB. Teknik pengendalian persediaan kelapa yang dilakukan perusahaan selama ini adalah menggunakan

(50)

dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari 1.271 miliyar

rupiah menjadi 1.18 miliyar rupiah.

Widowati (2004) dengan penelitiannya yang berjudul “Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Benang Sebagai Bahan Baku Produk

Tekstil Pada PT. Asaputex Nusantara, Tegal, Jawa Tengah” menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dalam rangka

memberikan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat

meminimumkan biaya persediaan dan pembelian bahan baku perusahaan dengan analisis MRP teknik Lot For Lot, EOQ, dan PPB. Selain itu, penelitian tersebut juga melakukan perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan baku dan pengendalian persediaan bahan baku pada periode selanjutnya berdasarkan

peramalan penjualan dengan metode trend. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode LFL dan PPB merupakan metode yang dapat direkomendasikan sebagai alternatif alat pengendalian persediaan benang perusahaan untuk periode

operasi tahun 2004 karena memberikan penghematan terbesar yaitu 77.67 persen terhadap biaya persediaan perusahaan dan 6.77 persen terhadap biaya pembelian.

Namun dalam pelaksanaannya, metode PPB lebih sesuai untuk diterapkan karena

lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan benang perusahaan. Selain itu, metode PPB lebih fleksibel dalam penggabungan

kebutuhan bersih benang selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan yang diakibatkan oleh peningkatan biaya pemesanan benang.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai perencanaan

(51)

MRP teknik LFL cocok digunakan pada perusahaan yang melakukan pemesanan

hanya sejumlah kebutuhan bersihnya atau tanpa sediaan pengaman. Model MRP

teknik PPB lebih fleksibel dalam menggabungkan kebutuhan bersih selama periode tertentu dan lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan.

2.6 Keunggulan Penelitian

Keunggulanpenelitian ini, yaitu mengkaji sistem pengendalian persediaan

PT. Indolakto untuk periode tahun 2005 yang menjadi dasar dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku dan pengendalian persediaan bahan baku tersebut pada periode tahun 2006. Penelitian ini tidak hanya menganalisis

kebijakan pengendalian persediaan perusahaan juga melakukan perencanaan terhadap kebutuhan bahan baku utama susu UHT dan menganalisis kembali

pengendalian persediaan bahan baku tersebut.

2.7 Kerangka Pemikiran Pe nelitian

Bahan baku merupakan unsur yang penting dalam proses produksi perusahaan. Untuk menghasilkan produk susu UHT dibutuhkan beberapa bahan baku utama diantaranya Skim Milk Powder (SMP) dan gula. Ketersediaan bahan baku tersebut sangat menunjang dalam perencanaan produksi perusahaan.

Rencana produksi yang dibuat oleh perusahaan dihasilkan dari estimasi

(52)

Berdasarkan rencana produksi tersebut, perusahaan merencanakan kebutuhan

bahan baku SMP dan gula.

Dalam merencanakan kebutuhan bahan baku perusahaan sangat diperlukan suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar aktivitas

produksi perusahaan berjalan denga n efisien. Sitem pengendalian persediaan bahan baku tersebut dapat dianalisis dengan beberapa model-model system

pengendalian persediaan, diantaranya model EOQ dan MRP teknik PPB.

[image:52.596.112.509.330.568.2]

Berdasarkan model-model tersebut diharapkan dapat dihasilkan suatu model alternative yang menghasilkan system pengendalian persediaan yang optimal.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku susu UHT khususnya bahan baku SMP dan gula yang

optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan akibat adanya persediaan. Oleh karena itu langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi

kebijakan perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian persediaan bahan

Bahan Baku Susu UHT

SMP GULA

INPUT PROSES

Rencana Produksi UHT

Estimasi Permintaan

Konsumen

Rencana Kebutuhan Bahan Baku

Model Sistem Pengendalian Persediaan

EOQ

PPB

Sistem Model Pengendalian Persediaan

Optimal

(53)

baku. Kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah mengidentifikasi fasilitas

penyimpanan dan penanganan bahan baku, jenis dan asal bahan baku, biaya-biaya

persediaan, prosedur perolehan bahan baku, serta pengendalian kualitas bahan baku.

Kebijakan perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT tidak terlepas dari perhitungan-perhitungan kuantitas dan

biaya. Perhitungan mengenai penentuan kuantitas pesanan dan frekuensi

pemesanan bahan baku yang optimal melibatkan berbagai jenis biaya yang terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi juga mengenai

komponen-komponen biaya persediaan yang terjadi. Biaya persediaan dalam penelitian diasumsikan meliputi biaya pemesanan bahan baku dan biaya

penyimpanan bahan baku.

Langkah selanjutnya, kebijakan perusahaan dalam pengendalian bahan baku selama tahun 2005 dianalisis dan dibandingkan dengan metode MRP sebagai

alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku khususnya SMP dan gula yang ditujukan untuk produksi susu UHT. Metode MRP yang digunakan sebagai

perbandingan dengan metode yang digunakan perusahaan adalah metode MRP

teknik EOQ dan PPB. Komponen yang dibandingkan dalam analisis model pengendalian persediaan bahan baku tersebut meliputi: frekuensi pemesanan,

biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan total biaya persediaan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat persediaan dan kebijakan pengendalian

bahan baku yang optimal sehingga perusahaan dapat merumuskan suatu alternatif

(54)

sebagai metode alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku dan akan

digunakan sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula

untuk periode tahun 2006 berdasarkan rencana produksi yang diramalkan.

Setelah itu dilakukan perencanaan bahan baku susu UHT yaitu SMP dan

gula yang didasarkan dari hasil peramalan produksi produk jadi susu UHT untuk tahun 2006. Data produksi susu UHT selama beberapa tahun ke belakang (tahun

2000 – 2005) akan dianalisis dan diestimasi dengan metode peramalan time series. Data-data produksi perusahaan selama beberapa tahun ke belakang (tahun 2000-2005) tersebut perlu diidentifikasi terlebih dahulu pola datanya. Pola data yang

terjadi dapat berupa pola horizontal, trend, musiman, dan siklis. Pola horizontal terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Pola

trend terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Pola musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu

tertentu). Pola siklis terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

Setelah mengetahui pola data produksi tersebut, selanjutnya adalah

menentukan model peramalan dengan metode peramalan time series terbaik. Metode yang memberikan hasil ramalan mendekati kenyataan yang terjadi atau

menghasilkan penyimpangan antara hasil peramalan dengan nilai kenyataan yang sekecil mungkin merupakan metode peramalan terbaik. Metode time series yang digunakan untuk mengestimasi jumlah produksi susu UHT sela ma satu periode ke

(55)

Gambar

Gambar 8. .................................................................................................................
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun 1994-2004   (000 ton)
Gambar 1. Biaya Persediaan
Tabel 2. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP Periode Kebutuhan Lama Penyimpanan Periode- Akumulasi periode-bagian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif pengendalian persediaan bahan baku kayu yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan metode probabilistik demand konstan dan lead time variabel.. Bila

Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi dalarn menejemen pengendalian persediaan bahan baku, yaitu menganalisis kondisi dan kebijakan- kebijakan yang

Analisis perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada koperasi “SAE” Pujon Malang, Universitas Muhammadiyah Malang. “Penganggaran Perusahaan”; Edisi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku benang dan mengetahui berapa jumlah bahan baku yang perlu disiapkan serta

SISTEM WEB PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG MENGGUNAKAN METODE MRP UNTUK PENGADAAN DAN MEMPERTAHANKAN KONTINUITAS PRODUKSI.. Disusun

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku impor di PT Goodyear Indonesia, Tbk., menganalisis tingkat persediaan dan

i PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGUNAKAN METODE FIXED ORDER QUANTITY DAN FIXED ORDER INTERVAL Studi Kasus di PDAM Tirta Musi Palembang Sebagai Salah

Solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi resiko kekurangan bahan baku serta meminimalisasikan persediaan bahan baku ialah mengguna metode MRP.Material Requirement Planning MRP