• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA

DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NIA KURNIASIH

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

RINGKASAN

NIA KURNIASIH. Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan RESTI MEILANI.

Kecamatan Tamansari yang memiliki keindahan bentang alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata Kecamatan Tamansari dapat dilakukan melalui pengemasan potensi wisata yang ada menjadi produk yang memiliki nilai jual. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah mencanangkan Kecamatan Tamansari untuk dijadikan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2012 di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Pengumpulan data melalui observasi lapang, studi pustaka, wawancara, dan kuisioner.

Potensi alam Kecamatan Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan pemandangan alam pegunungan yang indah, Curug Nangka, Setu Tamansari, Bumi Perkemahan Sukamantri, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi meliputi keberadaan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya.

Pengembangan produk wisata dilakukan berdasarkan potensi dan produk wisata yang ada, rencana pengelola dan keinginan pengunjung. Pengembangan produk wisata yang disarankan adalah pengembangan produk berupa aktivitas, fasilitas dan barang. Pengembangan produk berupa aktivitas meliputi pengembangan program wisata yaitu Wisata Konservasi Tamansari, Wisata Pendidikan Industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan Wisata Religi-Budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas meliputi pembangunan Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, akomodasi, demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang dengan melakukan penganekaragaman souvenir khas.

(3)

SUMMARY

NIA KURNIASIH. Tourism Product Development in Tamansari Integrated Tourism Area of Bogor District West Java Province. Under supervision of E.K.S. HARINI MUNTASIB and RESTI MEILANI.

Tamansari Sub-district with its beautiful landscape combined with high diversity of arts, cultural, religious potentials, and historical uniqueness, as well as high distinctiveness of social community were very prospective for the development of tourism. Tourism in Tamansari Sub-district could be developed through packaging of tourism potential into tourism products with high commercial value. Bogor district’s government had declared Tamansari as Tamansari Integrated Tourism Area. However, there were limited number of products which had been developed. Therefore, it was necessary to carry out research on the development of tourism product in Tamansari Integrated Tourism Area. This study was carried out on August – September 2012, in Tamansari Integrated Tourism Area, Tamansari Sub-district, Bogor District. Data was collected through field observation, literature study, interviews, and questionnaires.

Natural potentials of Tamansari Sub-district covered hilly landscape at the foot of Mount Salak on the height of 700 m above sea level that the area had cool and fresh air, and beautiful mountain scenery, Curug Nangka, Setu Tamansari. Sukamantri Camping Ground, and there were agricultural fields that produced excellent commodities. Arts and cultural potentials consisted of many different types of local cultural arts, historical heritage, and traditional events. Religious potentials included Pura Parahyangan Agung Jagatkharta and Indonesian Nichiren Syoshu temple. In addition, the region was also the central of ornamental plants cultivation, as well as shoes and sandals home industries which played the major business sector in the community.

Tourism product development was done according to potentions and tourism product aready exist, management planning, and visitor request. The recommended tourism products included development product in the form activities, facilities, and goods. Product development in the form activities including the development tourism programs such as Tamansari Conservation Tourism, Tamansari Industrial Education Tours, Mulih ka Lembur Tamansari, Tamansari Religion-Culture Tourism. Product development in the form facilities such as Warsita construction, provision of special vehicles tourism, accommodation, plant demonstration plots and a souvenirs production house for conservation tourism and aromatic plants demonstration plots. Product development in the form of goods to diversify souvenirs.

(4)

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA

DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NIA KURNIASIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(6)

Judul Skripsi : Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Nama : Nia Kurniasih

NIM : E34080104

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Resti Meilani, S. Hut M.Si NIP. 19550410 198203 2 002 NIP. 19770514 200501 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni,MS NIP. 19580915 198403 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, inayah dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari dapat terselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa potensi Kecamatan Tamansari sangat prospektif untuk pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata dapat dilakukan melalui pengemasan potensi yang ada menjadi produk wisata yang memiliki nilai jual. Pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari diharapkan dapat meningkatkan minat serta keinginan wisatawan untuk kembali berwisata di kawasan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai permintaan pengunjung terhadap produk wisata sebagai salah satu dasar dalam penyusunan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Selain itu juga memberikan masukan dan sedikit sumbangsih pemikiran bagi kemajuan pariwisata di Kabupaten Bogor. Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Maret 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 23 Mei 1990 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Majid dan Ibu Wasri. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diawali di RA Al Hikmah Mekarmukti pada tahun 1996. Penulis lulus dari SDN 1 Kertayasa pada tahun 2002, kemudian melanjutkan sekolah di MTsN Sindangsari dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari sekolah SMAN 1 Kuningan dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas curahan rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu ucapan terima kasih dan penghargaan tak luput penulis sampaikan kepada:

1. Orangtua tercinta, kakakku tersayang (Suhana dan Iwan Kurniawan) atas ketulusan kasih sayang, cinta, perhatian, doa, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis. Seutuhnya karya ini didedikasikan untuk kalian. 2. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Resti Meilani, S.Hut.,

M.Si, selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan ilmu, nasihat, dan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut., M.Life.Env.Sc selaku dosen penguji dan Bapak Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si selaku ketua sidang yang telah memberikan arahan dan masukannya bagi penulis.

4. Beastudi Etos, Karya Salemba Empat, B-SMART Bank Muamalat atas bantuan moril dan materiil selama penulis menempuh studi.

5. Seluruh dosen KSHE yang telah banyak memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama kuliah dan staf departemen yang banyak membantu penulis.

6. Bappeda dan Disparbud Kabupaten Bogor, serta seluruh pengelola di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang telah banyak membantu dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi penulis.

7. Teman-teman seperjuangan Lab RAE dan teman-teman Edelweiss 45 atas dukungan, perhatian, doa, nasihat dan kebersamaan.

8. Sang Murabbiah dan saudara selingkaran serta sahabat Rumah Quran IPB sebagai tempat bernaung dan berkeluh kesah, terima kasih atas ketulusan perhatian, motivasi, doa, dan ukhuwah selama ini.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Wisata dan Produk Wisata ... 3

2.2 Produk Wisata ... 3

2.3 Pengembangan Produk Wisata ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 8

3.1 Waktu dan Tempat ... 8

3.2 Alat dan Bahan ... 8

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 8

3.4 Analisis Data ... 9

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 12

4.1 Letak Geografis ... 12

4.2 Kondisi Topografi dan Iklim ... 12

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi ... 12

4.4 Aksesibilitas ... 12

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

5.1 Inventarisasi Potensi Wisata ... 13

5.2 Inventarisasi Produk Wisata yang Ada ... 18

5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola ... 22

5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata ... 24

5.5 Pengembangan Produk Wisata ... 28

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

(11)

v

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Jenis dan metode pengumpulan data ... 9 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata di Kawasan

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor ... 8 2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan

Wisata Terpadu Tamansari ... 9 3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan

(c) Curug Kawung ... 13 4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun dan Curug

kawung: (a) Leuwi Anjangan dan (b) Leuwi Jurig ... 14 5 Dua Kompleks perkemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri ... 15 6 Setu Tamansari ... 15 7 Bangunan adat dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di

Kampung Budaya Sindangbarang ... 17 8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu

Indonesia ... 17 9 Kebun murbei, tempat pemeliharaan ulat sutera, dan ruang serbaguna.... 18 10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera... 19 11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura ... 20 12 Beberapa kegiatan yang dapat diikuti di kampung Budaya

Sindangbarang: (a) kegiatan membatik, (b) belajar alat musik tradisional, (c)permainan tradisional, dan (d) praktek nutu ... 20 13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni

“Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong, (b) pertunjukkan seni angklung gubrag, (c) parebut seeng, dan (d) seni tari pembuka pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” ... 21 14 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan jenis

kelamin ... 25 15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal

daerah ... 26 16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia ... 27 17 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Bogor termasuk wilayah yang kaya akan potensi wisata. Adanya dukungan posisi geografis Kabupaten Bogor yang sangat strategis, karena menjadi simpul dari tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, tentunya menjadikan Kabupaten Bogor memiliki peluang yang besar bagi pemasaran pariwisata. Potensi wisata tersebut salah satunya berada di wilayah Kecamatan Tamansari, yang hanya berjarak ±9 km dari Kota Bogor (Disbudpar Kabupaten Bogor 2009).

Kecamatan Tamansari memiliki potensi alam, seni budaya dan religi yang sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Potensi alam Kecamatan Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan pemandangan alam pegunungan yang indah, keindahan air terjun yang menjulang, setu yang membentang di tengah-tengah kawasan, hutan yang lebat dan menghijau, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi meliputi keberadaan pura dan vihara ditengah masyarakat yang mayoritas beragama islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung.

(15)

2

Tamansari. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang berkarakteristik sejenis dengan Kawasan Wisata Puncak sebagai tumpuan pengembangan pariwisata Kabupaten Bogor saat ini akan menjadi destinasi wisata alternatif Kabupaten Bogor. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Inventarisasi potensi wisata Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

2. Inventarisasi produk wisata yang telah ada dan rencana pengelola berkaitan dengan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. 3. Inventarisasi permintaan pengunjung terhadap produk wisata di Kawasan

Wisata Terpadu Tamansari.

4. Menyusun pengembangan produk wisata berdasarkan potensi yang ada, rencana pengelola dan keinginan pengunjung.

1.3 Manfaat

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata dan Pariwisata

Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. UU tersebut juga mendefinisikan pariwisata sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Suyitno (1999) menyatakan bahwa wisata berbeda dengan perjalanan pada umumnya, karena suatu perjalanan dikatakan wisata apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang ditentukan), pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain.

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.

4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.

5. Memiliki tujuan yang pada dasarnya untuk mendapatkan kesenangan. 2.2 Produk Wisata

(17)

4

Middleton (1973) diacu dalam Smith (1994) mengkonsepkan produk wisata sebagai kumpulan aktivitas, jasa, dan keuntungan yang menyusun keseluruhan pengalaman kepariwisataan.

Menurut Yoeti (2006) ada 3 macam karakteristik produk wisata, yaitu: 1. Transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik.

2. Waktu memproduksi dan mengkonsumsi berlangsung pada waktu yang bersamaaan.

3. Produk wisata tidak bisa dicoba sebelum melakukan pembelian.

Produk wisata merupakan gabungan dari berbagai komponen (Militina 2005). Ada lima komponen produk wisata tersebut (Kodhyat 2007), yaitu:

1. Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Adalah komponen yang paling utama karena ODTW merupakan pendorong atau motivator utama bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah Tujuan Wisata (DTW). ODTW terdiri dari empat jenis, yaitu:

1) Alam: bentang alam/pemandangan, hutan, flora/fauna, goa, air terjun, danau, dan lain sebagainya.

2) Budaya: museum, arkheologi/situs sejarah, tradisi, istana/keraton, tempat ibadah, dan lain sebagainya.

3) Aktivitas: trekking, hiking, canoeing, caving, viewing, belanja/shopping, ziarah, studi, berobat, dan lain sebagainya.

4) Peristiwa (events): festival, upacara keagamaan, upacara pernikahan, perayaan, dan lain sebagainya.

2. Fasilitas

Merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan yang memberikan berbagai kemudahan bagi wistawan dalam bewisata. Ada tiga jenis fasilitas yang diperlukan wisatawan, yaitu:

(18)

5

2) Fasilitas dalam bentuk sarana seperti alat-alat transportasi, alat telekomunikasi, sarana akomodasi (hotel, motel, losmen, dan lain sebagainya), restoran/rumah-rumah makan, sarana kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dan lain sebagainya), sarana keamanan (kantor/pos polisi, hansip, dan lain sebagainya), dan tempat-tempat hiburan.

3) Fasilitas dalam bentuk amenitas seperti ruangan ber-AC, bathtub/shower

dengan air panas dan air dingin di kamar mandi, lift, dan fasilitas lain yang dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

3. Suasana yang kondusif

Suasana yang kondusif berarti keadaan, situasi atau kondisi yang memberikan rasa tenteram, aman dan nyaman bagi wisatawan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendukung terciptanya suasana kondusif adalah keamanan, kenyamanan, dan keramahan. Persepsi terbentuk saat atau setelah wisatawan menikmati produk wisata. Munculnya kepuasan atau ketidakpuasan sangat mempengaruhi perilaku wisatawan (Purnomo 2010). Oleh karena itu, memelihara lingkungan yang memuaskan wisatawan agar betah lama tinggal di lokasi wisata merupakan tugas penting dalam pengembangan produk wisata.

4. Jasa layanan

Jasa layanan berupa perbuatan atau tindakan-tindakan manusia pemberi jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada wisatawan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti tour operator, pemanduan yang diberikan oleh pramuwisata, agen perjalanan, dan informasi wisata yang diberikan oleh petugas informasi. Pelayanan merupakan ruh yang akan menggerakkan aktivitas pariwisata sebab yang dibeli wisatawan adalah pelayanan sejak ia berangkat, datang ke DTW dan kembali ke tempat asalnya (Fiatiano 2007).

5. Kenang-kenangan/cinderamata

(19)

6

2.3 Pengembangan Produk Wisata

Pengembangan dapat diartikan memajukan dan memperbaiki, atau meningkatkan sesuatu yang telah ada (Lubis 2006). Moraru (2011) menyatakan bahwa pengembangan produk wisata merupakan peningkatan produk yang sudah ada termasuk memelihara dan memajukan produk yang sudah ada serta mempekenalkan produk baru. Pengembangan produk wisata merupakan prasyarat untuk memenuhi perubahan permintaan pengunjung dan menjamin keuntungan jangka panjang dari sebuah industri wisata, dan pengembangannya harus memperhatikan aspek permintaan dan penawaran produk wisata (Smith 1994).

Pengembangan/penganekaragaman produk wisata ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan. Premono dan Kunarso (2008) menyatakan bahwa keragaman produk sangat berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan. Pengembangan produk wisata dilakukan dengan tetap bertumpu pada ciri khas kealamian objek wisata, dilakukan secara terpadu oleh semua stakeholder, memunculkan kekhasan objek wisata, pengaktifan kembali objek dan daya tarik wisata yang pasif/belum dikembangkan dan pengemasan secara menarik (Purnomo 2008).

Pengembangan terhadap produk wisata dapat dilakukan melalui pengemasan secara optimal komponen-komponen pembentuknya. Perjalanan wisata ke DTW dapat terpuaskan jika didukung oleh pengemasan produk wisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung (Fiatiano 2007). Pengemasan produk berperan penting dalam membentuk citra positif suatu obyek wisata (Purnomo 2009). Fiatiano (2007) mencontohkan penataan DTW di Bali, yakni penataan objek wisata Danau Kintamani. Danau Kintamani merupakan atraksi inti dengan pendukungnya adalah kesenian tari Barong, kerajinan perak, Pasar Sukowati, dan Pemandian Tirta Empul. Jarak antara objek inti dan pendukung yang dekat dan rutenya dirancang berbentuk lingkaran (cycle)

sehingga dapat kembali ke tempat keberangkatan semula dengan mudah dan dalam waktu singkat.

(20)

7

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2012 di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Gambar 1).

Gambar 1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor. 3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat perekam suara, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

(22)

9

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data

No. Data Rincian Data

Objek dan daya tarik wisata:

1. Alam: bentang alam, flora/fauna, curug, dan lain sebagainya.

2. Budaya: arkeologi/situs sejarah, tradisi, tempat ibadah.

3. Peristiwa (events): festival, upacara keagamaan, perayaan, dan lain sebagainya. 4. Kondisi sosial budaya masyarakat

Observasi lapang,

Karakteristik produk wisata Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka

3 Pengunjung Karakteristik (jenis kelamin, asal daerah, usia, pendidikan dan pekerjaan) dan keinginan/harapan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata.

Kuisioner dan wawancara

4 Pengelola Produk wisata yang telah dikembangkan, pengelolaan produk wisata, dan rencana pengembangan produk wisata.

Wawancara

Gambar 2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.

2. Rencana dan strategi pengelola dalam pengembangan produk

Produk yang ada: 1. ODTW

2. Fasilitas

3. Suasana yang kondusif 4. Jasa pelayanan 5. Kenang-kenangan

Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari

(23)

10

3.3.1 Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai potensi wisata. Sumber pustaka yang dijadikan acuan penelitian berupa jurnal, buku, laporan penelitian dan sebagainya.

3.3.2 Observasi/pengamatan lapang

Kegiatan observasi lapang dilakukan dengan langsung melihat kondisi yang sebenarnya. Kegiatan observasi lapang ini dilakukan untuk mengetahui potensi wisata dan produk wisata yang ada.

3.3.3 Wawancara

3.3.3.1Pengelola

Wawancara dilakukan kepada beberapa informan. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bogor, Pemerintah Kecamatan Tamansari, Pemerintah Desa Tamansari, Pemerintah Desa Pasireurih serta pengelola di setiap lokasi wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang mengetahui secara keseluruhan terkait pengelolaan produk wisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara untuk mengumpulkan data mengenai pengelolaan wisata dan produknya, jenis produk yang dikembangkan, dan rencana pengembangan produk wisata.

3.3.3.2Pengunjung

Wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel pengunjung dilakukan dengan metode convinience sampling, yaitu berdasarkan kesediaan responden yang ditemui di lokasi penelitian. Jumlah sampel yang diambil ditentukan berdasarkan kejenuhan data. Sampel pengunjung diambil dari lima lokasi yaitu Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri, Kampung Budaya Sindangbarang, Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta. Kelima lokasi tersebut merupakan lokasi wisata yang sudah dikunjungi oleh wisatawan.

3.4 Analisis Data

(24)

11

(25)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Kecamatan Tamansari merupakan pemekaran yang terjadi pada tahun 2001, dari Kecamatan Ciomas yang terdiri dari 8 desa, 88 RW dan 338 RT. Kecamatan Tamansari ini memiliki luas wilayah 2.630.936 Ha dengan batas wilayah:

1. Sebelah utara : Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan 2. Sebelah selatan : Gunung Salak

3. Sebelah barat : Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga 4. Sebelah timur : Kecamatan Cijeruk

4.2 Kondisi Topografi dan Iklim

Wilayah Kecamatan Tamansari berada pada ketinggian 700 m dpl dan merupakan kawasan berbukit yang berada di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi ini menyebabkan udara sejuk dengan suhu rata-rata 25 - 300C.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Kecamatan Tamansari memiliki jumlah penduduk 84.179 jiwa dengan sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai buruh. Kecamatan ini termasuk ke dalam wilayah penyangga resapan air dan kawasan hijau. Selain itu, sebagai wilayah pengembangan pertanian perkotaan dengan produksi pertanian pangan yang menonjol, yaitu palawija. Kecamatan Tamansari ini juga merupakan sentra tanaman hias dan keras yang pemasarannya telah memasuki pangsa pasar lokal, regional, bahkan nasional. Industri lainnya yang berkembang di daerah ini adalah home industry (pengrajin sepatu dan sandal) serta perdagangan lainnya. 4.4 Aksesibilitas

(26)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Inventarisasi Potensi Wisata

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan keterpaduan beberapa objek wisata yang terdiri dari wisata alam, seni budaya dan religi yang tersebar di Kecamatan Tamansari. Wilayah Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan kawasan berbukit dibawah kaki Gunung Salak sehingga memiliki udara yang sejuk dan panorama pegunungan yang indah. Hal tersebut didukung adanya keindahan Curug Nangka, hamparan Bumi Perkemahan Sukamantri dan Setu Tamansari.

Curug Nangka merupakan kawasan wisata air terjun yang terdapat di Desa Sukajadi. Curug Nangka ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Dinamakan Curug Nangka karena konon dahulu diatas curug tersebut terdapat pohon nangka yang buahnya jatuh dan tak pernah habis dimakan. Curug Nangka terdiri dari tiga tahap dengan masing-masing ketinggian ±10 - 20 m. Lokasinya cukup tersembunyi di dalam lembah yang curam ditutupi tebing-tebing tinggi, sekitar 500 m dari pintu masuk. Selain Curug Nangka, disini juga terdapat Curug Daun dan Curug Kawung (Gambar 3).

a b c

(27)

14

Curug Daun posisinya berada diantara Curug Nangka dan Curug Kawung melewati jalan yang cukup lebar dengan kondisi turun naik. Dinamakan Curug Daun karena aliran airnya menyerupai bentuk daun. Curugnya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 6 m dengan aliran air cukup deras. Dipercaya bahwa orang yang mandi atau cuci muka menggunakan air curug tersebut dapat meningkatkan kharisma atau kewibawaan. Curug Kawung berada di hulu kawasan Curug Nangka dan berjarak sekitar 1 km dari Curug Daun. Curugnya memiliki ketinggian 25 m.

Ketiga Curug tersebut berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian sekitar 750 m dpl dengan curah hujan 4000 mm/tahun dan suhu udara 20 - 220C. Sepanjang aliran ketiga curug tersebut terdapat kubangan air yang agak dalam dan cukup lebar, yaitu Leuwi Anjangan (Gambar 4a) dan Leuwi Jurig (Gambar 4b). Mitos yang dipercaya bahwa jika ada orang yang mandi, cuci muka di Leuwi Anjangan maka akan langgeng hubungan dengan pasangannya. Leuwi Jurig dipercaya mampu menyembuhkan orang yang kena gangguan makhluk halus, sihir, guna-guna dan lainnya.

a b

Gambar 4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung (a) Leuwi Anjangan; (b) Leuwi Jurig.

(28)

15

Gambar 5 Dua Kompleks Pekemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri. Setu Tamansari dengan luas 2,4 Ha terletak ditengah-tengah kawasan ini (Gambar 6). Setu ini merupakan potensi wisata yang belum dikembangkan. Setu Tamansari menawarkan panorama Gunung Salak yang indah dan menyegarkan. Wisata air bisa dilaksanakan di lokasi ini. Selain itu, akses menuju lokasi yang sangat mudah dan tempatnya yang strategis di tepi jalan sangat cocok dikunjungi untuk sekedar bersantai atau melepas lelah.

Gambar 6 Setu Tamansari.

Sebagai wilayah pengembangan pertanian, kawasan ini banyak menghasilkan berbagai komoditas unggulan, diantaranya talas. Menurut Widiyanti (2008), Kecamatan Tamansari merupakan daerah sentra produksi talas terbesar di Kabupaten Bogor. Komoditas lainnya berupa padi, pala, nanas, jagung, singkong, dan daun poh-pohan.

(29)

16

Desa Pasir Eurih. Rumah Sutera ini merupakan industri perorangan di bidang persuteraan alam, yaitu mulai dari kegiatan penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemanenan kokon, hingga pengolahan pasca panen. Agrowisata ini berdiri sejak tahun 2000 dengan luas wilayah sekitar 2 ha.

Kondisi topografi Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran tinggi yang cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram putih (Sitanggang 2008), sehingga di kawasan ini banyak dibudidayakan jamur dan saat ini sedang dilakukan usaha budidaya jamur secara menyeluruh oleh berbagai kelompok tani di Desa Tamansari untuk mewujudkan Desa Tamansari sebagai sentra jamur. Selain itu, di kawasan ini banyak dibudidayakan tanaman hias. Budidaya tanaman hias merupakan usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat yang bersifat rumahan maupun perusahaan. Kecamatan Tamansari pernah mendapat sebutan sebagai sentra tanaman hias karena banyaknya masyarakat yang membudidayakan tanaman hias. Sampai saat ini, usaha budidaya tanaman hias masih berorientasi pada peningkatan produksi. Seperti halnya industri tanaman hias, di Kawasan ini terdapat industri pengrajin sepatu dan sandal yang juga masih berorientasi pada produksi dan potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Menjadi pengrajin sepatu dan sandal merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Pasir Eurih. Industri ini bersifat rumahan. Selain itu, Desa Pasir Eurih ini juga merupakan jalur pengembangan wilayah peternakan. Kelompok Tani Mitra Tohaga mengembangkan peternakan itik melalui integrasi kegiatan pembibitan dan diversifikasi budidayanya.

Tidak hanya dianugerahi potensi alam yang mempesona, Kawasan Wisata Terpadu Tamansari juga memiliki keragaman seni, budaya dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi. Terdapat Kampung Budaya Sindangbarang sebagai salah satu kampung adat di Jawa Barat dengan arsitektur bangunan bergaya khas adat Sunda dan kehidupan Pasundan seluruhnya, seperti tata cara hidup dan kebiasaan adat, permainan tradisional, dan pertunjukkan kesenian. Selain itu, terdapat juga

(30)

17

Gambar 7 Bangunan adat dan petunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang.

Tempat ibadah umat agama lain yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dibangun ditengah-tengah mayoritas masyarakat yang beragama Islam (Gambar 8). Pura Parahyangan Agung Jagatkharta yang memiliki arti alam dewata yang sangat sempurna kesuciannya, merupakan pura terbesar di Jawa Barat dan konon merupakan istana bagi Prabu Siliwangi dan leluhur Jawa Barat. Pembangunan Pura ini dirintis sejak tahun 1995. Bentuk bangunan Pura ini mirip dengan Candi Cangkuang di Garut, Jawa Barat. Setiap minggunya pura ini ramai dikunjungi peziarah, baik dari Bogor maupun luar Bogor bahkan dari luar provinsi Jawa Barat, terutama dari Bali.

Vihara Nichiren Syoshu Indonesia adalah salah satu vihara terbesar di Jawa barat. Vihara ini hanya dikunjungi umat Budha sekali setiap akhir bulan sebagai koordinasi pusat dari agama Budha aliran Nichiren. Tempat ibadah umat Budha ini dibangun diatas tanah seorang umat Budha berkebangsaan Jepang sehingga arsitektur bangunannya bergaya khas Jepang.

(31)

18

5.2 Produk Wisata yang Telah Ada

Pengunjung yang datang mengunjungi Kawasan Wisata Terpadu Tamansari dapat menikmati beberapa produk wisata yang telah dikembangkan. Pengunjung yang datang bisa melakukan hiking menuju Curug Nangka dan bebas menikmati kesegaran ketiga curug yang ada dan pemandangan alam di sekitarnya, melakukan outbond serta melakukan wisata berkemah di area camping ground. Fasilitas yang disediakan berupa toilet, mushola, warung makan, lapangan parkir dan pos jaga keamanan. Wisatawan yang datang dapat menggunakan jasa pemandu dari Kompepar (kelompok penggerak pariwisata) yang beranggotakan masyarakat sekitar, atau bisa juga bebas berwisata sendiri dengan adanya pemanduan secara tidak langsung melalui papan-papan informasi, walaupun keterangan-keterangan yang ada belum cukup menginterpretasikan objek kepada pengunjung.

Bumi Perkemahan Sukamantri biasa digunakan untuk wisata berkemah dan

outdoor games seperti war games, outbond, pendidikan lapangan dan lain-lain. Fasilitas yang dapat disediakan berupa toilet, mushola, shelter, warung makan, bentang lapang dan peralatan yang digunakan untuk berkemah. Pengunjung yang datang juga bisa melihat dan mempelajari industri persuteraan alam di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal Rumah Sutera, mulai dari berkebun murbei, penetasan telur ulat sutera, pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar, pembentukan kokon, pemanenan kokon dan pengolahan pasca panen yaitu pemintalan kokon menjadi benang sutera sampai penenunan kain sutera. Selain itu, pengunjung juga bisa mengadakan pertemuan, arisan dan sebagainya di ruang serbaguna serta melihat berbagai jenis tanaman hias, palem, dan green house

koleksi anggrek dari beberapa negara.

(32)

19

Setelah melihat dan mempelajari proses industri sutera, pengunjung bisa mengunjungi Galeri Rumah Sutera sebagai pusat souvenir. Aneka souvenir yang disediakan merupakan hasil pengolahan pasca panen seperti kain sutera, pakaian jadi berbahan sutera dan beberapa bermotif batik seperti kebaya, syal, pasmina, kerudung, gantungan kunci dan bross (Gambar 10). Selain itu, ada juga teh dari pucuk murbei dan kopi bubuk sebagai hasil panen dari tanaman kopi yang terdapat di kebun koleksi. Semua kegiatan tersebut dikemas sederhana oleh pengelola ke dalam dua paket wisata yaitu Paket Sutera Alam 1 dan Sutera Alam 2. Paket Sutera Alam 1 terdiri dari tour guide meninjau proses pembuatan kain sutera dengan tambahan fasilitas welcome drink, snack, dan makan siang. Paket Sutera Alam 2 hampir sama dengan Paket Sutera Alam 1, hanya pada paket ini tidak mendapatkan fasilitas makan siang dan guide. Pengunjung yang datang harus bersifat rombongan sekitar 30 - 180 orang.

Gambar 10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera.

(33)

20

Gambar 11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura.

Pengunjung yang datang dapat mengetahui dan mempelajari sejarah budaya Sunda seperti pengenalan bangunan adat, bercocok tanam, nutu, mengenal dan belajar alat musik Sunda tradisional, belajar kerajinan tradisional, membatik, marak lauk, pertunjukkan kesenian, permainan tradisional dan sebagainya (Gambar 12). Semua kegiatan tersebut dikemas dalam beberapa paket wisata, yaitu Paket Mulih ka Lembur, Sawengi di Kampung Budaya, Sono Ka Lembur, Nyunda di Bogor, Paket Camping/LDK, dan fun games.

(a) (b)

(c) (d)

(34)

21

Pengunjung yang datang juga dapat menyaksikan event tahunan seperti upacara “Seren Taun” yang dilaksanakan pada bulan Muharram dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” (Gambar 13). Upacara “Seren Taun” merupakan upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi. Upacara ini berlangsung selama tujuh hari meliputi upacara ritual dan penampilan kesenian tradisional. Pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” merupakan pertunjukkan seni budaya dari tujuh gunung di Sunda yaitu Gunung Halimun, Salak, Gede dan Pangrango, Tampomas, Galunggung, dan Papandayan. Dipercaya bahwa gunung merupakan Kabuyutan yang harus dijaga kelestariannya, serta dikaki gunung terdapat masyarakat adat yang masih memelihara kesenian dan budayanya yang jarang dilihat oleh orang lain.

a b

c d

Gambar 13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong; (b) pertunjukkan seni angklung gubrag; (c) parebut seeng; (d) seni tari pembukaan pertunjukkan seni “unjuk Tujuh Gunung”. (Sumber a, b, dan c:

(35)

22

5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari pada dasarnya baru sebatas program yang dicanangkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2008. Program ini dibentuk sebagai alternatif untuk mengimbangi wisata di Kawasan Puncak. Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, pengelola di setiap lokasi wisata dan masyarakat.

Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bogor hanya bersifat mendampingi dan memfasilitasi. Pada tahun 2009, Disparbud menindaklanjuti program tersebut dengan mengadakan sosialisasi mengenai Kawasan Wisata Terpadu kepada masyarakat, memfasilitasi pembentukan 3 desa wisata di Kecamatan Tamansari yaitu desa wisata Tamansari, Pasir Eurih dan Sukajadi, mengadakan pelatihan pariwisata terhadap masyarakat desa yang dibentuk sebagai desa wisata, dan pembentukan profil Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (buku, leaflet dan VCD). Selain itu, pada tahun 2010 Disparbud melakukan pendampingan terhadap pengurus dan masyarakat desa wisata di Kecamatan Tamansari, melakukan kerjasama dengan LPM Universitas Pancasila dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kecamatan Tamansari, dan memfasilitasi pengajuan biaya melalui PNPM Mandiri dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Pengelola setiap lokasi wisata terdiri dari Balai Taman Nasional, yayasan, perorangan dan masyarakat. Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setu Tamansari berada di atas tanah desa dan pengelolaannya hingga saat ini berada di bawah pemerintahan Desa Tamansari. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dikelola oleh yayasan keagamaan umat masing-masing. Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan budidaya tanaman hias merupakan usaha milik pribadi.

(36)

23

pribadi yang pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan masyarakat Kampung Sindangbarang.

Adanya program Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ini belum tersosialisasikan dengan baik. Sebagian besar pengelola belum mengetahui mengenai program ini. Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang seharusnya dapat memadukan antarpengelola, hingga saat ini belum terintegrasi. Pengelolaan masih berjalan sendiri-sendiri. Pembentukan Desa Wisata sebagai langkah awal perwujudan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari seharusnya dikelola oleh masyarakat secara menyeluruh. Akan tetapi, pengelolaan yang berjalan saat ini hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat yang aktif terlibat dalam kepengurusan desa wisata.

Pengembangan produk wisata terus diupayakan oleh para pengelola. Upaya pengembangan produk wisata dilakukan dengan cara mengembangkan potensi-potensi objek wisata di setiap lokasi wisata dan mengembangkan objek-objek wisata yang belum berkembang. Pengelola Curug Nangka tetap mempertahankan produk wisata yang ada dengan terus berupaya memelihara dan meningkatkan kualitas pendukung produk seperti fasilitas sarana prasarana. Akan tetapi, pengelola menawarkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan produk wisata dengan mendayagunakan area parkir.

Seharusnya pengelolaan Bumi perkemahan Sukamantri berada dibawah pengelolaan TNGHS, akan tetapi kurangnya SDM menyebabkan pengelolaannya masih dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. Selain tetap mempertahankan produk wisata yang ada, pengelola Bumi Perkemahan Sukamantri terus berupaya meningkatkan pelayanan dan menggali potensi untuk menganekaragamkan atraksi wisata.

Pengelola Kampung Budaya Sindangbarang terus menggali potensi budaya Sunda untuk meragamkan atraksi wisata. Pengelola Agrowisata Batu Gede Sutera Alam tetap mempertahankan produk wisata yang ada, namun masih membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak untuk pemasokan murbei dan pengolahan pascapanen seperti proses pembatikan kain di lokasi tersebut.

(37)

24

berbasis bebek. Peternakan bebek yang diusahakan oleh Kelompok Tani Mitra Tohaga selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pengelola berencana meningkatkan nilai jual peternakan bebek terpadu ini dengan menyelenggarakan wisata pendidikan berupa pengajaran menggembala bebek dan pembuatan telur asin. Selain itu, pengelola juga berencana membangun Warsita (Warung Informasi Wisata) sebagai pusat informasi dari Desa Wisata Pasireurih. Warsita ini akan dibangun bersebelahan dengan Kampung Budaya Sindangbarang.

Pengelola Desa Wisata Tamansari terus mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Bantuan dana program PNPM disalurkan untuk penataan fisik seperti pengadaan homestay, pengadaan peta wisata dan papan informasi. Selain itu, digunakan untuk pelatihan SDM, sepertipelatihan kesenian, pelatihan kuliner dan pelatihan lainnya disamping terus menggali potensi desanya terutama dari sektor pertanian. Beberapa rencana kedepan, pengelola berencana menyelenggarakan wisata bersepeda keliling kawasan. Banyaknya komunitas pengendara sepeda yang berlalu lalang di sepanjang kawasan ini pada hari libur menjadi peluang bagi pengelola untuk mengembangkan wisata sepeda keliling kawasan. Selain itu, mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura sebagai salah satu icon

Desa Wisata Tamansari.

5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata

5.4.1 Karakteristik pengunjung

Data yang diambil mengenai karakteristik pengunjung meliputi jenis kelamin, asal wisatawan, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Jumlah responden yang didapatkan dari lima lokasi wisata sebanyak 50 orang, dengan rincian sembilan responden dari Curug Nangka, 14 responden dari Bumi Perkemahan Sukamantri, sepuluh responden dari Kampung Budaya Sindangbarang, empat responden dari Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan 13 responden dari Pura Parahyangan Agung Jagatkharta.

(38)

25

lokasi tersebut merupakan objek yang cukup menantang dan menempuhnya memerlukan kondisi fisik yang prima. Mayoritas pengunjung di tiga lokasi lainnya adalah perempuan, dengan persentase pada masing-masing lokasi sebesar 60% untuk Kampung Budaya Sindangbarang, 75% untuk Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, dan 92% untuk Pura Parahyangan Agung Jagatkharta. Keadaan pengunjung yang didominasi perempuan merupakan hal yang wajar karena sifat kegiatan wisata dan akses menuju lokasi yang mudah.

Gambar 14 Karakteristik pengunjung di setiap objek wisata berdasarkan jenis kelamin.

Sebagian besar pengunjung berasal dari Bogor dan Jakarta masing-masing 34% dan paling sedikit dari Semarang dan Cianjur masing-masing 2%. Pengunjung yang datang dari Semarang dan Cianjur diajak oleh pengunjung lain yang berasal dari Bogor dan Jakarta. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Terpadu Tamansari hanya dikenal oleh pengunjung dari daerah yang dekat saja. Begitu pula dengan mayoritas pengunjung di setiap lokasi wisata yang didominasi oleh daerah yang dekat saja (Gambar 15). Curug Nangka dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta didominasi pengunjung asal Bogor, masing-masing sebanyak 56% dan 69%. Mayoritas pengunjung Bumi Perkemahan Sukamantri berasal dari Depok dan Jakarta (43%), mayoritas pengunjung Kampung Budaya Sindangbarang dari Jakarta (90%) dan mayoritas pengunjung Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dari Bekasi (75%). Hal ini menjadi masukan bagi pengelola untuk terus meningkatkan kegiatan promosi.

(39)

26

Gambar 15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal daerah.

Sebagian besar wisatawan (54%) adalah remaja. Kegiatan rekreasi dan petualangan merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja. Selain itu, pada usia remaja umumnya orang memiliki semangat dan motivasi tinggi serta kondisi fisik yang kuat untuk melakukan wisata.

(40)

27

Gambar 16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia. Sebagian besar wisatawan berlatar pendidikan terakhir SMA (36%) dan berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa (68%). Begitu pula dengan pengunjung di setiap lokasi wisata, mayoritas pengunjung didominasi oleh pelajar/mahasiswa (Gambar 17 dan Gambar 18). Hal ini terjadi karena sebagian besar objek wisata di Kawasan Wisata Terpadu menawarkan wisata pendidikan dan didukung oleh adanya objek wisata yang berfungsi untuk penelitian, wisata dan konservasi. Beragamnya jenis pekerjaan pengunjung menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ini dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat. Jika dikaitkan dengan ketersediaan waktu luang, pelajar/mahasiswa memiliki kesempatan berwisata pada waktu libur dibandingkan profesi lainnya.

(41)

28

Gambar 18 Karakteristik pengunjung disetiap lokasi wisata berdasarkan pekerjaan.

5.4.2 Harapan/keinginan pengunjung terhadap produk wisata

Setiap pengunjung yang berwisata ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari memiliki harapan dan keinginan terhadap produk wisata. Sebanyak 68% pengunjung menginginkan pengadaan souvenir khas baik berupa makanan khas maupun kerajinan tangan. Pengunjung di lokasi wisata yang tidak menyediakan paket wisata (Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri dan Pura Parahyangan Agung Jagakharta) menginginkan adanya paket wisata (72%). Pengunjung lainnya menginginkan adanya penganekaragaman atraksi wisata, peningkatan fasilitas dan pelayanan.

5.5 Pengembangan Produk Wisata

(42)

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari

No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung 11. Kualitas air (jernih) 12. Area persawahan 13. Komoditas

pertanian (talas, jagung, nanas, daun poh-pohan dsb) 14. Flora dan fauna Potensi Budaya:

(43)

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan)

No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

(44)

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan)

No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

(45)

Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan)

No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi

Pengembangan Produk Wisata

Potensi wisata Produk wisata yang ada

Rencana pengelola Keinginan pengunjung

(46)

33

Pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang direkomendasikan meliputi:

1. Aktivitas

Pengembangan produk wisata berupa aktivitas dilakukan dengan pengemasan produk dalam bentuk program-program wisata, yaitu:

a. Wisata Konservasi Tamansari

Potensi alam Kawasan Wisata Terpadu Tamansari diantaranya berupa Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri yang termasuk dalam Kawasan TNGHS merupakan areal bekas pengelolaan Perum Perhutani. Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang bertujuan menjaga dan melestarikan ekosistem beserta komponennya dari suatu kawasan. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan yang bisa dilakukan di kawasan tersebut adalah pemanfaatan jasa lingkungan hutan melalui pengelolaan wisata. Aktivitas wisata yang bisa dilakukan berupa berkemah, menikmati pemandangan alam, menikmati air terjun, berfoto dan sebagainya. Selain itu, adanya potensi lain berupa keragaman vegetasi dapat dilakukan aktivitas wisata konservasi. Vegetasi yang mendominasi kedua areal tersebut adalah pinus (Pinus merkusii). Vegetasi lainnya berupa rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichi), pasang (Quercus sp), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium), ipiskulit (Kibessia azzorea), dan paku tiang (Cyathea arborea).

(47)

34

penggunaan jasa kesehatan menggunakan produk aromaterapi, aneka jamu dan produk olahan tanaman aromaterapi.

b. Wisata Pendidikan Industri Tamansari

Rekomendasi dikembangkannya penyelenggaraan wisata pendidikan industri didasarkan pada potensi usaha budidaya ulat sutera, tanaman hias, peternakan bebek, usaha budidaya jamur serta pengrajin sepatu dan sandal yang selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Usaha-usaha tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata. Wisata yang dapat dikembangkan adalah wisata pendidikan industri, mengingat pengunjung yang datang ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari didominasi usia remaja dengan profesi sebagai pelajar/mahasiswa.

Penyelenggaraan wisata pendidikan ini dapat menjadi penunjang pembelajaran di sekolah, meningkatkan pengetahuan dan skill para pelajar. Hal ini sesuai dengan Kamsinah (2008) yang menyatakan bahwa karya wisata merupakan metode belajar yang dapat meningkatkan keaktifan dan mendorong tercapainya elaborasi teori-teori yang diperoleh peserta didik. Akan tetapi, pengembangan wisata pendidikan industri ini juga terbuka untuk pengunjung dari berbagai kalangan. Pengembangan wisata pendidikan industri ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan pendapatan pengusaha.

Wisata pendidikan industri yang bisa dilakukan berupa kegiatan budidaya ulat sutera, budidaya tanaman hias, beternak bebek, budidaya jamur serta belajar membuat sepatu dan sandal. Kegiatan budidaya ulat sutera terdiri dari pengenalan cara berkebun murbei, pemeliharaan ulat, pemintalan benang, sampai kegiatan penenunan kain dan pengolahan pascapanen lainnya. Kegiatan selanjutnya adalah pengenalan budidaya tanaman hias yaitu mengenal jenis-jenis tanaman hias serta budidayanya.

(48)

35

souvenir. Hasil kegiatan praktek yang dilakukan pengunjung dapat dijadikan souvenir, misalnya pengunjung membuat motif sepatu/sandal sesuai dengan kreasi yang diinginkannya bertuliskan nama dan lokasi wisata.

c. Mulih ka Lembur Tamansari

Mulih ka Lembur merupakan salah satu paket wisata yang disediakan di Kampung Budaya Sindangbarang. Paket wisata tersebut terdiri dari kegiatan pengenalan sejarah Kampung Budaya, pengenalan fungsi bangunan adat, praktek bercocok tanam, trekking ke situs purbakala, mengenal permainan tradisional dan pertunjukkan tradisional. Kegiatan wisata dalam Mulih ka Lembur Tamansari ini adalah memadukan kegiatan wisata dalam paket wisata Mulih ka Lembur dengan kegiatan lainnya di luar Kampung Budaya Sindangbarang. Misalnya setelah kegiatan praktek bercocok tanam pengunjung diajak menuju tempat pengrajin sepat dan sandal dan dapat melakukan praktek membuat sepatu dan sandal, kemudian pengunjung diajak menuju peternakan bebek untuk belajar beternak bebek secara terpadu.

Bercocok tanam merupakan mata pencaharian masyarakat terdahulu yang masih ada sampai sekarang. Pengrajin sepatu dan sandal merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat saat ini. Beternak bebek merupakan kegiatan kelompok tani di Desa Pasir Eurih (lokasi keberadaan Kampung Budaya Sindangbarang) selain bercocok tanam. Melalui paduan ketiga kegiatan ini, pengunjung mengetahui perkembangan mata pencaharian di kampung tersebut. Paket-paket wisata lainnya yang telah tersedia di Kampung Budaya Sindangbarang ini dapat dikombinasikan dengan kegiatan wisata lainnya di lokasi lain sesuai keinginan pengunjung.

d. Wisata Religi-Budaya Tamansari

(49)

36

yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sampai saat ini, tradisi seni dan budaya Sunda masih terpelihara, salah satunya adalah upacara adat “Seren Taun”. Situs Purbakala yang masih ada adalah Situs Sindangbarang berupa 33 buah titik Punden Berundak dan Taman Sri Bagenda di Sindangbarang, yaitu taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dipercaya sebagai stana/tempat tinggal Prabu Siliwangi dan para leluhur Jawa Barat.

2. Fasilitas

Fasilitas yang disediakan dalam mendukung kegiatan wisata tersebut adalah pembangunan Warsita (Warung Informasi Wisata) sebagai pusat Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang berfungsi sebagai pusat informasi, pusat tiket masuk kawasan dan pusat souvenir. Kendaraan khusus wisata disediakan untuk memudahkan selama perjalanan wisata berlangsung. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dapat ditempatkan di area parkir sekitar Warsita selama kegiatan wisata berlangsung. Fasilitas lain yang disediakan adalah demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik untuk pengembangan wisata aromaterapi.

Bagi pengunjung yang ingin menginap atau tinggal dalam waktu beberapa lama, pilihan akomodasi yang disediakan berupa berkemah di Curug Nangka atau Bumi Perkemahan Sukamantri bagi yang ingin menikmati kesegaran alam, menginap di pasanggarahan Kampung Budaya Sindangbarang bagi yang ingin menikmati nuansa kampung, penginapan di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam atau menikmati homestay, tinggal bersama masyarakat sekitar agar dapat menikmati dan mempelajari kehidupan masyarakat sehari-hari.

3. Barang

Pengembangan produk wisata berupa barang dilakukan dengan melakukan penganekaragaman souvenir khas. Kegiatan wisata sangat berkaitan dengan

(50)

37

wisatawan untuk kembali berkunjung ke DTW dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lain yang belum berkunjung untuk mengunjungi DTW tersebut.

Penganekaragaman souvenir khas dapat berupa kerajinan tangan dan makanan. Berbagai macam hasil kerajinan tangan yang dapat disediakan antara lain beragam jenis miniatur, seperti miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda, dan miniatur jamur. Selain itu, dapat disediakan aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering.

Souvenir khas berupa makanan yang dapat dikembangkan antara lain susu fortifikasi limbah ulat sutera, aneka jamur konsumsi dan hasil olahan pertanian. Fortifikan limbah ulat sutera merupakan modifikasi protein yang dihasilkan dari limbah ulat sutera untuk dicampurkan dalam susu bubuk. Fortifikan pada susu bubuk biasanya diperoleh dari whey atau kasein yang harganya cukup mahal dan tidak diproduksi dalam negeri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan limbah ulat sutera di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam.

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang memiliki keindahan bentang alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat memiliki daya tarik masing-masing yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata. Pengembangan produk meliputi aktivitas, fasilitas, dan barang. Pengembangan produk berupa aktivitas dilakukan melalui pengemasan produk dalam bentuk program wisata berupa pengembangan wisata konservasi Tamansari, wisata pendidikan industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan wisata religi-budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas berupa pembangunan Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir wisata konservasi serta penyediaan demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang dilakukan dengan melakukan penganekaragaman souvenir berupa kerajinan tangan (miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda, miniatur jamur, aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering) dan makanan (fortifikan susu dari limbah ulat sutera, dan aneka jamur konsumsi).

6.2 Saran

1. Diperlukan adanya kerjasama yang erat antara berbagai pihak dalam mengelola dan mengembangkan produk wisata Kawasan Wisata Terpadu Tamansari secara terintegrasi. Pihak pemerintah dapat berkontribusi dalam menyediakan sarana prasarana, memasarkan produk, dan melakukan pengawasan di segala sektor yang mendukung kegiatan wisata. Pengelola disetiap lokasi wisata secara terintegrasi harus memberikan pelayanan yang unggul dalam pengembangan produk. Masyarakat ikut terlibat aktif secara positif dengan berperan sebagai pemandu wisata dan penyedia produk khas. 2. Diadakan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat sebagai upaya

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alma B. 2011. Manajemen Perpasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. ALFABETA.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2009. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Bogor: CV. Dwi Putra Mandiri.

Egam PP. 2012. Pengembangan Wisata Kota untuk Memperkuat Citra Kota Wisata. Kasus: Permukiman Bantik di Malalayang. Manado: Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi.

Fiatiano E. 2007. Tata Cara Mengemas Produk Pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata. Masyarakat, Kebudayaan dan PolitikXX(3):1-11.

Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran: Studi Tentang Ragam dan Implementasinya. Lentera Pendidikan XI (1): 101-114

Kodhyat H. 2007. Cara Mudah Memahami dan Mengembangkan Pariwisata Indonesia. Jakarta: Indonesia Ecotourism Network (INDECON).

Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Ed ke-12. Sabran B [Penerjemah]. Diterjemahkan dari Principles of Marketing, 12th Ed. Jakarta: Erlangga.

Lalamentik OJ. 2009. Dampak Pola Pengembangan Keterpaduan Komponen Produk Wisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Pemerintah dan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara. AnalisisVI(1): 47-54.

Lubis HS. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. [Tesis]. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Militina T. 2005. Nilai Non Fisik Produk Wisata Budaya dan Bauran Promosi Sebagai Faktor Penentu Keputusan Membeli Produk Wisata Budaya di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi dan Manajemen VI(3):494-503.

Moraru AD. 2011. Development and Diversification of Services-An Approach at Tourism Services Level in Romania. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica XIII(1):127-133.

Purnomo C. 2008. Efektivitas Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Jurnal Siasat Bisnis XII(3):187-197.

Purnomo C. 2009. Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Karisma III(2):99-112.

(53)

40

Sitanggang RJ. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Smith SLJ. 1994. The Tourism Product. Annals of Tourism Research 21(3): 582-595.

Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Widiyanti S. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Talas (Kasus di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1  Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor.
Tabel 1  Jenis dan metode pengumpulan data
Gambar 3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan
Gambar 5  Dua Kompleks Pekemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modal yang diperlukan dalam usaha perikanan dengan menggunakan jaring payang dan cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang adalah kapal, mesin,

Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualiatas system peradilan yang terbuka

Hasil pengujian di tiga lokasi dan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa buncis tegak Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3 mempunyai keunggulan- keunggulan sebagai berikut:

Tujuan khusus penelitian adalah dapat diketahui partisipasi ibu menyusui pada Kelompok Pendukung ASI di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul; dapat diketahui keber-

individu masing-masing. Moral juga dapat diartikan sebagai ajaran baik dan buruk, perbuatan dan kelakuan, ahlak kewajiban, dan sebagainya. Tindakan moral yang selaras dengan

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari parameter mutu visual stroberi berdasarkan pemutuan manual yang dilakukan oleh petani stroberi melalui citra digital, mengevaluasi

Setelah menyelesaikan studi, diharapakan ilmu yang telah dipelajari di program studi Master of Science in Transport Planning dapat diaplikasikan dan menjadi suatu bentuk

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Metode Smart Games dalam pembelajaran Matematika pada siswa Kelas IX B