• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Kombinasi Aspirin Dan Simvastatin Terhadap Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP) Dan Outcome Fungsional Pasien Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Dislipidemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Efek Kombinasi Aspirin Dan Simvastatin Terhadap Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP) Dan Outcome Fungsional Pasien Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Dislipidemia"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS AKHIR

PERBANDINGAN EFEK KOMBINASI ASPIRIN DAN

SIMVASTATIN TERHADAP KADAR

HIGH SENSITIVITY

C-REACTIVE PROTEIN

(Hs-CRP

) DAN

OUTCOME

FUNGSIONAL PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN

DAN TANPA DISLIPIDEMIA

OLEH:

ARI GUSNITA

Nomor Register CHS : 19656

PROGRAM STUDI NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN

(2)

PERBANDINGAN EFEK KOMBINASI ASPIRIN DAN

SIMVASTATIN TERHADAP KADAR

HIGH SENSITIVITY

C-REACTIVE PROTEIN

(Hs-CRP) DAN

OUTCOME

FUNGSIONAL PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN DAN

TANPA DISLIPIDEMIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Dokter Spesialis Saraf Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf Pada Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARI GUSNITA

Nomor Register CHS : 19656

PROGRAM STUDI NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN EFEK KOMBINASI ASPIRIN DAN

SIMVASTATIN TERHADAP KADAR

HIGH SENSITIVITY

C-REACTIVE PROTEIN

(Hs-CRP) DAN

OUTCOME

FUNGSIONAL PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN DAN

TANPA DISLIPIDEMIA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Desember 2014

(4)
(5)

Telah diuji pada tanggal: 23 Desember 2014

PANITIA TESIS

1. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) (Penguji)

2. Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S (K) 3. dr. Darlan Djali Chan, Sp.S

4. dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) 5. dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K)

6. DR.dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) 7. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K)

8. dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 9. dr. Iskandar Nasution, Sp.S, FINS 10. dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S 11. dr. Cut Aria Arina, Sp.S 12. dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 13. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 14. dr. Aida Fitrie, Sp.S

15. dr. Irina Kemala Nasution, M.Ked(Neu), Sp.S 16. dr. Haflin S. Hutagalung, Sp.S

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengikuti

Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan menyusun serta menyelesaikan

penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan

keahlian Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta

penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan dari semua pihak

untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenanlah saya menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu,

DTM&H, Msc (CTM), Sp.A(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH),

dan Ketua TKP PPDS-I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Dr. Zainuddin Amir Sp.P(K) yang telah memberikan

(7)

Dokter Spesialis Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

2. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K), selaku Ketua Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam

Malik Medan dan guru penulis yang tidak pernah bosan dan penuh

kesabaran dalam membimbing, mengoreksi serta selalu memberikan

masukan-masukan, nasehat dan arahan dengan tulus dan ikhlas

selama penulis mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf

di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K), Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak

memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis selama

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Irina Kemala Nst, M.Ked(Neu), Sp.S, Dr. Alfansuri Kadri Sp.S, Dr.

Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku pembimbing penulis yang dengan

sabar dan sepenuh hati dalam membimbing, mengoreksi dan

mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan

penyelesaian tesis ini.

5. Guru-guru penulis: Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K); Prof. Dr.

Darulkutni Nasution, Sp.S (K); dr. Darlan Djali Chan, Sp.S; DR. dr.

Kiking Ritarwan, MKT,Sp.S(K); dr. Khairul P Surbakti, Sp.S; dr. Irsan

(8)

dr. Cut Aria Arina, Sp.S; (Alm.) dr. S. Irwansyah, Sp.S; dr. Kiki M.Iqbal,

Sp.S; dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, MSi.Med; dr. Aida Fitrie, Sp.S; dr.

Antun Subono, Sp.S, M.Sc; dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S, dr.

Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S; dr. RA. Dwi Pujiastuti,

M.Ked(Neu), Sp.S, dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), Sp.S dan

guru-guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan

nasehat-nasehat dengan tulus dan ikhlas selama mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis Saraf.

6. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik

sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Saraf.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang

telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi

dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

8. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/

RSUP. H. Adam Malik Medan, yang banyak memberikan masukan

berharga kepada penulis melalui berbagai diskusi dalam beberapa

pertemuan formal maupun informal, serta yang selalu memberikan

dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program

(9)

9. Ucapan terima kasih kepada Bapak Amran Sitorus, Sukirman

Ariwibowo dan Syafrizal serta para perawat dan pegawai di berbagai

tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani Program

Pendidikan Dokter Spesialis Saraf ini, serta berbagai pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu

penulis dalam menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf.

10. Semua pasien stroke iskemik akut yang telah bersedia ikut serta untuk

berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini.

11. Terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua saya

tercinta Drs. Sartoni AB dan ibunda Amrina yang telah bersusah payah

dengan cinta kasih dan pengorbanannya dalam membesarkan,

mendidik, membimbing dan memotivasi serta selalu mendoakan

penulis agar sukses dalam pendidikannya.

12. Suami tercinta, dr. Eko Waskito Wibowo, M.Ked (An), Sp.An yang telah

bersusah payah dan selalu setia mendampingi, mendukung dan selalu

mendoakan penulis agar diberi kekuatan, kesabaran dan ketabahan

dalam menjalani pendidikan.

13. Kedua anakku tersayang dan terkasih, Aqila Lutfiyah W dan M.Rafif

Aditya W yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi dan dorongan

dalam menyelesaikan tesis ini dan selalu mendukung keberhasilan dan

(10)

14. Kedua adik kandung yaitu Ira Maisita, S.Kom dan Yulia Lestari, AmKeb

yang telah mendukung dan mendoakan penulis hingga dapat

menyelesaikan pendidikan sampai selesai

15. Kepada mertua, kakak ipar, abang ipar dan adik ipar penulis yang

selalu mendoakan kesuksesan penulis dalam menjalani pendidikan

16. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah mendukung dan mendoakan kesuksesan penulis

dalam pendidikan dan karir di masa depan

Semoga Allah SWT akan membalas semua jasa-jasa dan perbuatan

baik mereka yang telah membantu penulis dengan tanpa pamrih dalam

mewujudkan cita-cita penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Hormat Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama Lengkap : Ari Gusnita

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Bukit tinggi, 15 Agustus 1981

Agama : Islam

Pekerjaan : PPDS Dept. Neurologi FK USU

Nama Ayah : Drs.Sartoni AB

Nama Ibu : Amrina

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SDN 060814 Medan, tamat tahun 1993

2. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 3 Medan, tamat tahun 1996

3. Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Medan, tamat tahun 1999

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2005

5. Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Neurologi di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2011.

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2005-2007 : Dokter Klinik Layanan Kesehatan PKPA dan Pengungsi Tsunami Aceh di Kab. Aceh Besar Prov. NAD

2. Tahun 2007-2009 : Dokter PTT di Puskesmas Kota Jantho Kec. Kota Jantho Kab. Aceh Besar Prov. NAD

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang : Aspirin menyebabkan inhibisi ireversibel agregasi platelet. Aspirin dosis tinggi atau rendah dapat menurunkan kadar CRP. Simvastatin digunakan secara luas untuk mengontrol hiperlipidemia dengan mekanisme penghambatan sintesis kolesterol dengan memblok enzim HMG-CoA reductase. Statin menunjukkan penurunan kadar CRP yang merupakan mekanisme anti inflamasi dan efek klinisnya pada morbiditas dan mortalitas. Kombinasi terapi aspirin dan statin berhubungan dengan terbukti secara sinergis bekerja menurunkan kadar CRP dan pada outcome penyakit vaskuler. Hasil terapi kombinasi aspirin-simvastatin dapat mengurangi perluasan inflamasi dibanding dengan terapi simvastatin sendiri atau aspirin sendiri . Statin juga memperbaiki respon klinis pada terapi aspirin

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein (HsCRP) dan

outcome fungsional pada pasien stroke iskemik akut dengan dan tanpa dislipidemia

Metode : Penelitian ini merupakan metode eksperimental dengan pretest postest control group design. Terdiri dari 2 kelompok yaitu pasien stroke iskemik akut dengan dislipidemia dan non dislipidemia dimana masing-masing berjumlah 20 orang pasien. Pasien diberikan obat aspirin 300mg dan simvastatin 10 mg selama 7 hari perawatan stroke iskemik fase akut kemudian dilakukan pemeriksaan kadar HsCRP dan outcome fungsional (NIHSS dan mRS) pada hari pertama dan ketujuh rawatan.

Hasil : Dari 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi akan dikelompokkan jadi 2 kelompok yaitu kelompok dislipidemia dan non dislipidemia. Laki-laki memiliki jumlah yang sama dengan perempuan pada kedua kelompok tersebut. Kelompok usia terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah > 60 tahun. Faktor resiko stroke iskemik yang terbanyak yaitu hipertensi (51,4%) . Pada penelitian ini dijumpai pengaruh/efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap outcome fungsional stroke iskemik akut yang bermakna secara statistik (p= 0,0001) dan kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap kadar HsCRP tidak dijumpai pengaruh/efek yang bermakna secara statistik (p=0,257).

Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi aspirin dan simvastatin memiliki pengaruh/ efek terhadap kadar HsCRP dan outcome

fungsional stroke iskemik akut pada kelompok dislipidemia dan non dislipidemia.

(13)

ABSTRACT

Background : Aspirin causes irreversible inhibition of platelet aggregation . High or low dose aspirin can lower CRP levels. Simvastatin is used widely to control hyperlipidemia with the mechanism of inhibition of cholesterol synthesis by blocking the HMG - CoA reductase enzyme. Statins showed a decrease in CRP levels is an anti -inflammatory mechanisms and have clinical effects on morbidity and mortality . The combination of aspirin and statin therapy is associated with a proven to work synergistically to reduce levels of CRP and vascular disease outcomes . The results aspirin-simvastatin combination therapy can reduce inflammation expansion compared with simvastatin alone or aspirin therapy alone . Statins also improve the clinical response to aspirin therapy.

Objective : This study was aimed to determine the effect of the combination of aspirin and simvastatin on levels of high sensitivity c-reactive protein ( hsCRP ) and functional outcome in acute ischemic stroke patients with and without dyslipidemia.

Methods : This study is an experimental method with pretest posttest control group design that consists of two groups: acute ischemic stroke patients with dyslipidemia and non dyslipidemia which each a total of 20 patients. The patient was given 300 mg of aspirin and 10 mg of simvastatin for 7 days in the acute phase of ischemic stroke treatment then examined the levels of hsCRP and functional outcome ( NIHSS and mRS ) on the first and seventh day of treatment .

Results : Of the 40 samples that suitable with the inclusion criteria and no exclusion criteria are grouped into 2 groups: dyslipidemia and non dyslipidemia . Men have the same number of women in both groups . The largest age group who began the study was > 60 years. Ischemic stroke risk factors that most are hypertension (51.4%). In this study found the effects of the combination of aspirin and simvastatin on the functional outcome of acute ischemic stroke were statistically significant ( p = 0.0001 ) and the combination of aspirin and simvastatin on levels of hsCRP not found influence / effect was statistically significant ( p = 0.257 ) .

Conclusions : This study shows that the combination of aspirin and simvastatin had an influence / effect on levels of hsCRP and functional outcome of acute ischemic stroke in the group of dyslipidemia and non dyslipidemia .

(14)
(15)

II.3.1 Kimia& Farmakokinetika 26 IV.1.4. Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap

Kadar HsCRP Pada Pasien Stroke Iskemik Akut

Dengan Dislipidemia 69 IV.1.5 Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap

NIHSS dan mRS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut

Dengan Dislipidemia 71 IV.1.6 Efektivitas Kombinasi Aspirin dan Simvastatin

Terhadap Kadar HsCRP Pasien Stroke Iskemik Akut

(16)

IV.1.7 Efektivitas Kombinasi Aspirin dan Simvastatin IV.2.2. PerbedaanEfek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin

Terhadap HsCRP Pada Pasien Stroke

Iskemik Akut Dengan dan tanpa Dislipidemia 85 IV.2.3. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan

Simvastatin Terhadap NIHSS dan mRS Pada Pasien

Stroke Iskemik Akut Dengan dan tanpa Dislipidemia 89 IV.2.4 Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin

(17)

DAFTAR SINGKATAN

ACS : Acute Coronary Syndrome

AFCAPS : the Air Force/Texas coronary Atherosklerosis Prevention Study ASNA : ASEAN Neurological Association

AS : Amerika Serikat

RS : Rumah Sakit

BI : Barthel Index

CRP : C-Reactive Protein

CARE : The Cholesterol and Recurrent Events CAST : The Chinese Acute Stroke Trial

Cl : Confidence Interval COX-2 : Cyclooxygenase-2 DM : Diabetes Mellitus

FDA : Food Drug Administration LDL : Low Density Lipoprotein LACI : Lacunar Infark

HDL : High Density Lipoprotein

HsCRP : High Sensitivity C-Reactive Protein

HR : Hazard Ratio

IST : International Stroke Trial

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

IL : Interleukin

M-FIM : Motor Component of Functional ndependence Measure mRS : Modified Rankin Scale

MI : Miokard Infark

MISTICS :The Markers of Inflammation after Simvastatin in Ischemic Cortical Stroke NIHSS : National Institutes of Health Stroke Scale

NO : Nitric Oxide

OR : Odds Ratio

PACI : Partial Anterior Circulation Infark POCI : Posterior Circulation Infark PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor-1

PEACE : the Prevention of Events with Angiotensin-Converting Enzyme Inhibition TIA : Transient Ischemic Attack

TACI : Total Anterior Circulation Infark TXA2 : Tromboxane A2

(18)

DAFTAR ISTILAH / LAMBANG

α : alfa β : beta

n : Besar sampel p : Tingkat kemaknaan

Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,05) yang telah ditentukan  1,96

Zβ : Nilai baku berdasarkan nilai β (0,20) yang ditentukan oleh peneliti  0,842

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian 61 Tabel 2. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin

Terhadap Kadar HsCRP Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan dan tanpa Dislipidemia .

64

Tabel 3. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap NIHSS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan dan tanpa Dislipidemia

66

Tabel 4. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap mRS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan dan tanpa Dislipidemia

67

Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapKadar HsCRP Pada PasienStrokeIskemik dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapNIHSS

Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap mRS

Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap

HsCRP Pasien Stroke Iskemik dengan tanpa Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapNIHSS Pada Pasien StrokeIskemik dengan tanpa Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapmRS Pasien StrokeIskemik dengan tanpa Dislipidemia

(20)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap Kadar HsCRP Pada Pasien Stroke Iskemi Akut Dengan danTanpa Dislipidemia .

64

Grafik 2. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap NIHSS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan dan Tanpa Dislipidemia

66

Grafik 3. Perbedaan Efek Kombinasi Aspirin dan SimvastatinTerhadap mRS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan dan TanpaDislipidemia

Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapHsCRP pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapNIHSS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap

mRS Pada Pasien Stroke Iskemik Aku Dengan Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap HsCRP Pada Pasien Stroke Iskemik Akut DenganTanpa Dislipidemia Efek Kombinasi Aspirin dan Simvastatin TerhadapNIHSS Pada PasienStrokeIskemik Akut Dengan Tanpa Dislipidemia

EfekKombinasi Aspirin dan Simvastatin Terhadap mRS Pada Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan Tanpa Dislipidemia

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

LAMPIRAN 3 SURAT PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN LAMPIRAN 4 LEMBAR PENGUMPULAN DATA

LAMPIRAN 5 Kuesioner NIHSS LAMPIRAN 6 Kuesioner mRS

LAMPIRAN 7 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang K,esehatan

(22)

ABSTRAK

Latar Belakang : Aspirin menyebabkan inhibisi ireversibel agregasi platelet. Aspirin dosis tinggi atau rendah dapat menurunkan kadar CRP. Simvastatin digunakan secara luas untuk mengontrol hiperlipidemia dengan mekanisme penghambatan sintesis kolesterol dengan memblok enzim HMG-CoA reductase. Statin menunjukkan penurunan kadar CRP yang merupakan mekanisme anti inflamasi dan efek klinisnya pada morbiditas dan mortalitas. Kombinasi terapi aspirin dan statin berhubungan dengan terbukti secara sinergis bekerja menurunkan kadar CRP dan pada outcome penyakit vaskuler. Hasil terapi kombinasi aspirin-simvastatin dapat mengurangi perluasan inflamasi dibanding dengan terapi simvastatin sendiri atau aspirin sendiri . Statin juga memperbaiki respon klinis pada terapi aspirin

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein (HsCRP) dan

outcome fungsional pada pasien stroke iskemik akut dengan dan tanpa dislipidemia

Metode : Penelitian ini merupakan metode eksperimental dengan pretest postest control group design. Terdiri dari 2 kelompok yaitu pasien stroke iskemik akut dengan dislipidemia dan non dislipidemia dimana masing-masing berjumlah 20 orang pasien. Pasien diberikan obat aspirin 300mg dan simvastatin 10 mg selama 7 hari perawatan stroke iskemik fase akut kemudian dilakukan pemeriksaan kadar HsCRP dan outcome fungsional (NIHSS dan mRS) pada hari pertama dan ketujuh rawatan.

Hasil : Dari 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi akan dikelompokkan jadi 2 kelompok yaitu kelompok dislipidemia dan non dislipidemia. Laki-laki memiliki jumlah yang sama dengan perempuan pada kedua kelompok tersebut. Kelompok usia terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah > 60 tahun. Faktor resiko stroke iskemik yang terbanyak yaitu hipertensi (51,4%) . Pada penelitian ini dijumpai pengaruh/efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap outcome fungsional stroke iskemik akut yang bermakna secara statistik (p= 0,0001) dan kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap kadar HsCRP tidak dijumpai pengaruh/efek yang bermakna secara statistik (p=0,257).

Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi aspirin dan simvastatin memiliki pengaruh/ efek terhadap kadar HsCRP dan outcome

fungsional stroke iskemik akut pada kelompok dislipidemia dan non dislipidemia.

(23)

ABSTRACT

Background : Aspirin causes irreversible inhibition of platelet aggregation . High or low dose aspirin can lower CRP levels. Simvastatin is used widely to control hyperlipidemia with the mechanism of inhibition of cholesterol synthesis by blocking the HMG - CoA reductase enzyme. Statins showed a decrease in CRP levels is an anti -inflammatory mechanisms and have clinical effects on morbidity and mortality . The combination of aspirin and statin therapy is associated with a proven to work synergistically to reduce levels of CRP and vascular disease outcomes . The results aspirin-simvastatin combination therapy can reduce inflammation expansion compared with simvastatin alone or aspirin therapy alone . Statins also improve the clinical response to aspirin therapy.

Objective : This study was aimed to determine the effect of the combination of aspirin and simvastatin on levels of high sensitivity c-reactive protein ( hsCRP ) and functional outcome in acute ischemic stroke patients with and without dyslipidemia.

Methods : This study is an experimental method with pretest posttest control group design that consists of two groups: acute ischemic stroke patients with dyslipidemia and non dyslipidemia which each a total of 20 patients. The patient was given 300 mg of aspirin and 10 mg of simvastatin for 7 days in the acute phase of ischemic stroke treatment then examined the levels of hsCRP and functional outcome ( NIHSS and mRS ) on the first and seventh day of treatment .

Results : Of the 40 samples that suitable with the inclusion criteria and no exclusion criteria are grouped into 2 groups: dyslipidemia and non dyslipidemia . Men have the same number of women in both groups . The largest age group who began the study was > 60 years. Ischemic stroke risk factors that most are hypertension (51.4%). In this study found the effects of the combination of aspirin and simvastatin on the functional outcome of acute ischemic stroke were statistically significant ( p = 0.0001 ) and the combination of aspirin and simvastatin on levels of hsCRP not found influence / effect was statistically significant ( p = 0.257 ) .

Conclusions : This study shows that the combination of aspirin and simvastatin had an influence / effect on levels of hsCRP and functional outcome of acute ischemic stroke in the group of dyslipidemia and non dyslipidemia .

(24)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan

ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Di

Amerika Serikat (AS), stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian

setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia, data nasional stroke

menunjukkan angka kematian tertinggi 15,4% sebagai penyebab.

(Misbach dkk, 2011)

Data dunia yang banyak di publikasi adalah data dari studi

Framingham, yang merupakan pengamatan setiap 2 tahun, selama 36

tahun (mulai tahun 1950) pada 5070 pria dan wanita yang tidak

berpenyakit kardiovaskular, berusia 30-62 tahun. (Misbach dkk, 2011)

Stroke adalah penyebab kedua kecacatan berat di seluruh dunia

pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan stroke adalah sangat

besar, pada tahun 2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar amerika. (Nasution,

2007)

Di Indonesia, penelitian berskala cukup besar pernah dilakukan oleh

ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 Rumah Sakit (RS) seluruh

Indonesia. Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profil klinis

stroke dimana dari 2065 pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia adalah

(25)

dari pada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS adalah lebih dari 48,5 jam

(rentang 1-968 jam) dari onset. Rekuren stroke dijumpai hampir pada 20%

pasien dan frekuensi stroke iskemik adalah yang paling sering terjadi.

(Misbach dkk, 2007)

Kwon dkk melakukan penilaian disabilitas pada pasien paska

stroke dengan menilai Barthel Index (BI), motor component of Functional

Independence Measure (M-FIM) dan Modified Rankin Scale (MRS).

Mereka mendapatkan hubungan yang sangat erat antara BI, M-FIM dan

MRS dalam menilai disabilitas pasien stroke secara global (Kwon dkk,

2004).

Variabilitas outcome pasien stroke yang sangat besar memicu

berbagai penelitian yang berupaya mengidentifikasi faktor-faktor prediktor

outcome. Sejumlah prediktor untuk outcome fungsional yang telah diteliti

pada berbagai studi sebelumnya mencakup usia, skor NIHSS (National

Institute Of Health Stroke Scale) awal, tipe stroke, riwayat stroke,

diabetes, disabilitas sebelumnya, penyakit jantung, demensia, status

sosioekonomik, penanda keparahan stroke, demam, undernutrition,

hiperglikemia, tempat rawatan (stroke unit vs ruangan biasa), dan variabel

imejing. (Johnston dkk, 2000; Appelros dkk, 2003; Ng dkk, 2007; Johnston

dkk, 2002; Uchino dkk, 2001; Paul dkk, 2005; Greer dkk, 2008; Davis dkk,

(26)

Agen antiplatelet yang telah disetujui FDA (Food and Drug

Administration) untuk pencegahan stroke sekunder salah satunya adalah

aspirin. Menurut The Chinese Acute Stroke Trial (CAST) dan International

Stroke Trial (IST) secara acak pada 40.090 pasien yang mendapat terapi

aspirin (160-300mg) dibandingkan plasebo dalam 48 jam pertama onset

simtom stroke, pada hasil meta analisisnya didapati penurunan terjadinya

stroke iskemik rekuren (320 (1,6%) aspirin vs 457 (2,3%) plasebo). (Yip S

dkk, 2011)

Studi dari Wilterdink dkk, melakukan perbandingan keparahan

stroke antara pasien yang mendapatkan aspirin dan tidak mendapat

aspirin. Pada studi ini menggunakan National Institutes of Health and

Stroke Scale (NIHSS) dan Suplemental Motor Examination (SME) untuk

menilai keparahan stroke. Dan dari hasil penelitian ditemukan perbedaan

signifikan daripada skor NIHSS dan SME antara pasien yang

menggunakan aspirin dengan pasien yang tidak menggunakan aspirin

(Wilterdink dkk, 2001)

Dari meta analisis sejumlah 287 penelitian yang melibatkan

135.000 pasien dengan peningkatan resiko aterotrombosis, The

Antithrombotic Trialists ‘Colaboration menemukan bahwa agen antipletelet

mengurangi resiko kejadian vaskuler sekitar 25%. Dari 5 kelompok pasien

yang dikelompokkan sebagai resiko tinggi, insiden kejadian vaskuler lebih

rendah pada kelompok pasien yang mendapat terapi antiplatelet

(27)

manfaat yaitu pada pasien MI ( infark miokard akut (10,4% vs 14,2 %),

riwayat MI (13,5% vs 17%), stroke iskemik akut (8,2% vs 9,1%) dan

riwayat stroke iskemik dan transient ischemic attack (TIA) (17,8% vs

21,4%). (Faxon DP dkk, 2006)

Menurut A Physician Health Study, pemberian aspirin dosis 325 mg

setiap hari dapat menurunkan 44% resiko infark miokard, kemudian pada

penelitian acak tersamar ganda , dimana pemberian aspirin 300mg perhari

selama 3 minggu dapat menurunkan kadar C-Reactive Protein (CRP)

sebanyak 29 %. Pada pemberian aspirin dosis 75mg selama 1 bulan

dapat menurunkan kadar CRP pasien dengan infark miokard.

Sedangkan menurut Monakier dkk, studi double blind secara acak

terkontrol, menunjukkan bahwa pemberian aspirin 100 mg per hari selama

3 bulan, tidak memiliki efek pada kadar CRP, juga pada pasien dengan

payah jantung tidak menurunkan kadar CRP. Kemudian pemberian aspirin

100 mg sehari kombinasi dengan clopidogrel 300 mg setiap hari pada hari

pertama dilanjutkan dosis 75 mg selama 7 hari, dapat menurunkan kadar

CRP pada pasien dengan stroke iskemik akut. (Prasad K, 2006)

Statin telah menunjukkan manfaat terhadap pencegahan primer

dan sekunder stroke iskemik dan hemoragik dengan meningkatkan

reaktivitas vasomotor serebral dan mengurangi vasospasme. Suatu

penelitian meta analisis secara acak terhadap 165.792 pasien

menemukan bahwa pengguna statin berkurang resiko terhadap stroke

(28)

mengalami penurunan resiko stroke berulang sebanyak 16% (P=0,03).

(Mihos C , 2011)

Menurut penelitian The Stroke Prevention by Aggresive Reduction

in Cholesterol Level ( SPARCL, 2006) didapati bahwa pemberian statin

yang lebih poten (atorvastatin) dapat diberikan untuk mencegah stroke

rekuren pada pasien dengan riwayat stroke atau TIA, sebagai sampel

yaitu 4.731 pasien yang menderita stroke atau TIA memiliki kadar low

density lipoprotein (LDL) berkisar 2,6-4,9 mmol/L (Turner AM dkk, 2006).

Menurut Ridker dkk, melaporkan bahwa pasien dengan kadar CRP

rendah setelah pemberian statin telah memberi outcome klinis yang lebih

baik dibandingkan dengan kadar CRP lebih tinggi. CRP berhubungan

dengan percepatan progresi penyakit kardiovaskuler, aterosklerosis,

pembentukan clot dan destabilisasi plak. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa CRP selain sebagai marker inflamasi juga sebagai salah satu

faktor resiko pada penyakit kardiovaskuler. (Prasad K, 2006).

Dari suatu studi nested case-control, pada 332 pengguna statin

(kelompok kasus) dan 331 tidak memakai statin (kelompok kontrol),

analisis multivariat regresi memprediksi efek statin terhadap imun sistem.

Dimana kadar median CRP pengguna statin (1,28 mg/L, interquartil range:

0,59-2,79) lebih rendah dibanding yang tidak memakai statin ( 1,62mg/L)

Sehingga didapati kesimpulan bahwa penggunaan statin berhubungan

dengan penurunan kadar CRP (OR 0,67; 95% Cl: 0,45-0,99). (De Jong

(29)

Kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko yang kuat untuk

stroke iskemik sehingga pemberian obat penurun kolesterol pada pasien

dengan resiko tinggi sangat bermanfaat karena dapat menurunkan

iskemik dan kejadian kardiovaskuler. Terapi dengan statin adalah efektif

untuk pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke dan mungkin

juga memiliki efek protektif (Navi B dkk, 2009)

Menurut penelitian The Cholesterol and Recurrent Events (CARE),

simvastatin dan pravastatin telah dipercaya sebagai terapi pencegahan

stroke pada pasien dengan penyakit koroner sebelumnya. Sejumlah

penelitian klinis secara acak terkontrol melaporkan bahwa simvastatin

merupakan terapi yang paling efektif pada pasien yang menderita penyakit

jantung koroner dengan dislipidemia. ( Ankur R, 2011)

Menurut studi Heart Protection Study Collaborative Group bahwa

terapi statin secara cepat menurunkan insiden kejadian penyakit koroner

dan juga stroke iskemik sekalipun pada orang dengan tidak memiliki kadar

kolesterol yang tinggi.

Menurut studi eksperimental yang dilaporkan Anglo-Scandinavian

Cardiac Outcomes Trial-Lipid Lowering Arm (ASCOT-LLA) dijelaskan

bahwa efek statin pada penderita hipertensi dengan kadar kolesterol

tingkat rata-rata dimana statin dilaporkan dapat mengurangi ukuran infark

dan memperbaiki efek neuroprotektif sehingga memperbaiki outcome

fungsional stroke. Hal ini dikarenakan adanya efek anti inflamasi,

(30)

juga upregulasi endotel nitric oxide yang memperbaiki aliran darah ke

otak. (Sug Yoon S dkk, 2004)

Dari studi The Heart Protection Study (HPS) membandingkan

simvastatin (40mg/ hari) dengan plasebo pada 20.536 pasien dengan

penyakit jantung koroner, penyakit vaskuler oklusi lainnya ( 16% dari studi

populasi dengan riwayat TIA/ Stroke ), DM, hipertensi arterial dan faktor

resiko lainnya selama jangka waktu terapi 5 tahun, ditemukan penurunan

stroke rekuren sebanyak 25% (95%Cl, 0,15-0,34) tidak dijumpai

perbedaan signifikan pada pasien dengan riwayat TIA/ Stroke (10,4 vs

10,5%). (Kikuchi K dkk, 2012)

Ni Khan dkk, 2009 melakukan penelitian untuk mengetahui

prevalensi faktor resiko yang dapat dimodifikasi yang terbanyak pada

pasien stroke iskemik, mendapati hipertensi (65%), merokok (32%),

diabetes melitus (36,3%), dislipidemia (32,7%), coronary artery disease

(9%), obesitas (18%).

Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko mayor untuk

terjadinya aterosklerosis. Meskipun hiperkolesterolemia dihubungkan

dengan penyakit arteri karotid dan penyakit jantung koroner, tetapi

patogenesa untuk stroke masih belum jelas. Beberapa studi kohort

menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada korelasi yang positif antara

insidensi stroke dan peningkatan kadar serum kolesterol. Beberapa tetapi

tidak semua studi intervensi menjelaskan bahwa pemberian statin

(31)

dalam menurunkan resiko stroke. Kemudian efek dari hiperkolesterolemia

pada cerebral vasoreactivity dan mekanisme patogenesa stroke masih

belum jelas. Beberapa studi pada manusia dan binatang mendapatkan

hiperkolesterolemia/ aterosklerosis mengindikasikan bahwa fungsi endotel

terganggu selama hiperkolesterolemia (Kitayama J dkk, 2007)

Telah diketahui bahwa penurunan kadar kolesterol LDL dengan

statin pada penyakit arteri koroner berhubungan dengan efek yang

bermanfaat pada endotel pembuluh darah koroner dengan penurunan

marker inflamasi seperti CRP, meskipun menurut A to Z study yang mana

kadar CRP pada pasien dengan sindroma koroner akut pada 1 bulan

terapi statin tidaklah signifikan menurun. (JunLi dkk, 2013)

Menurut studi Musical J dkk, ditemukan pada 33 pria dengan total

kolesterol > 6,5 mmol/l dan 25 orang pria dengan penyakit jantung koroner

dengan nilai kadar kolesterol (antara 5,2 - 6,5 mmol/l) yang diterapi

dengan aspirin dosis rendah (75 mg/hari), kemudian kadar CRP diukur

sebelum dan sesudah 3 bulan pemberian terapi simvastatin

(20-40mg/hari). Pada kelompok yang lain, marker inflamasi diukur saat

sebelum dan sesudah 2 bulan terapi aspirin (300 mg/hari), maka terdapat

penurunan kadar CRP pada kedua kelompok tersebut. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terapi simvastatin dapat menurunkan kadar serum

CRP pada penderita hiperkolesterolemia. (Musical J dkk, 2001)

Menurut studi Feng D dkk, 2000, tidak dijumpai penurunan yang

(32)

jangka pendek. Sehingga didapati kesimpulan bahwa aspirin tidak

mempengaruhi kadar marker inflamasi dan membutuhkan terapi yang

jangka panjang pada subjek dengan penyakit jantung koroner dan dengan

menggunakan marker inflamasi lain selain CRP untuk menentukan efek

jangka panjang dari pemakaian aspirin.

Pada suatu studi ditemukan pada pasien yang diterapi dengan

statin sebanyak 277 orang, maka terdapat penurunan kadar serum CRP

secara signifikan. Simvastatin juga menunjukkan penurunan kadar CRP

pada 58 pria dengan penyakit jantung. Kemudian pada hasil studi lainnya

dijumpai penurunan kadar CRP dalam 14 hari setelah dimulai terapi

simvastatin. (Schachter M, 2003)

Menurut studi Julie K dkk, 2002 menunjukkan bahwa simvastatin

menurunkan kadar CRP dengan cepat sehingga berguna dalam

menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler pada jangka pendek.

Dikarenakan kadar CRP ini dapat diturunkan sedikitnya 2 minggu, maka

pemberian statin pada penyakit jantung koroner memiliki peranan sekuat

terapi seperti aspirin. Pada hari ke-14, kadar CRP menurun secara

signifikan pada pasien yang menggunakan simvastatin dibandingkan

dengan plasebo (p=0,011).

Menurut Fisher M dkk 2009, kombinasi aspirin dan statin

berhubungan secara sinergis menurunkan kadar konsentrasi CRP.

Hubungan ini paling kuat jika memakai aspirin lebih dari 5 tahun. Nilai

(33)

rendah dibanding jika menggunakan aspirin dan statin sendiri (P=0,01).

/Dari studi meta analisis lainnya didapati dari penelitian pravastatin, bahwa

kombinasinya dengan aspirin secara sinergis menurunkan kejadian

kardiovaskuler berulang. Hasil studi ini menunjukkan efek kombinasi obat

ini pada pasien dengan kejadian penyakit jantung koroner 31% penurunan

resiko dengan pravastatin plus aspirin dibanding aspirin sendiri dan 26%

untuk pravastatin plus aspirin dibanding pravastatin sendiri. Kemudian dari

penelitian ini didapat, nilai mean CRP dari subjek yang mendapat aspirin

dan statin adalah 0,662 mg/L, secara signifikan menurunkan konsentrasi

CRP (p<0,0007) dibandingkan kelompok subjek yang tanpa mendapat

terapi ini.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian – penelitian terdahulu seperti

yang telah diuraikan di atas dirumuskanlah masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah perbandingan efek kombinasi aspirin dan simvastatin

terhadap kadar c-reactive protein dan outcome fungsional pasien stroke

iskemik dengan dan tanpa dislipidemia

I.3. Tujuan Penelitian

(34)

I.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein dan outcome

fungsional pasien stroke iskemik dengan dan tanpa dislipidemia

I.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui perbandingan efek kombinasi aspirin dan

simvastatin terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein dan

outcome fungsional pasien stroke iskemik dengan dan tanpa

dislipidemia yang dirawat di ruang rawat inap terpadu A4 (Rindu

A4) Departemen Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan

jejaringnya

I.3.2.2. Untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin

terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein pasien stroke

iskemik dengan dislipidemia yang dirawat di ruang rawat inap

terpadu A4 (Rindu A4) Departemen Neurologi RSUP. H. Adam

Malik Medan dan jejaringnya

I.3.2.3. Untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin

terhadap outcome fungsional pasien stroke iskemik dengan

dislipidemia yang dirawat di di ruang rawat inap terpadu A4

(Rindu A4) Departemen Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan

(35)

I.3.2.4. Untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin

terhadap kadar high sensitivity c-reactive protein pasien stroke

iskemik tanpa dislipidemia yang dirawat di ruang rawat inap

terpadu A4 (Rindu A4) Departemen Neurologi RSUP. H. Adam

Malik Medan dan jejaringnya

I.3.2.5 Untuk mengetahui efek kombinasi aspirin dan simvastatin

terhadap outcome fungsional pasien stroke iskemik tanpa

dislipidemia yang dirawat di di ruang rawat inap terpadu A4

(Rindu A4) Departemen Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan

dan jejaringnya

I.3.2.6. Untuk mengetahui gambaran karakterisitk demografi pasien

stroke iskemik dengan dan tanpa dislipidemia yang dirawat di

ruang rawat inap terpadu A4 (Rindu A4) Departemen Neurologi

RSUP H.Adam Malik Medan dan jejaringnya

I.4. Hipotesis

Ada perbedaan efek kombinasi aspirin dan simvastatin terhadap

kadar high sensitivity c-reactive protein dan outcome fungsional pasien

(36)

I.5. Manfaat.

I.5.1. Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keilmuan

neurologi tentang efek pemberian kombinasi obat aspirin dan simvastatin

pada penderita stroke iskemik akut sehingga dapat dilakukan

penatalaksanaan terapi stroke iskemik akut yang lebih tepat dan

diperoleh outcome fungsional stroke yang lebih baik pada pasien dengan

dislipidemia dan tanpa dislipidemia.

I.5.2. Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih perhatian dalam menjaga pola hidup

dan meminum obat aspirin dan statin secara teratur, untuk mencegah

terjadinya stroke yang baru ataupun yang ulangan

I.5.3. Penelitian

Semoga penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pemberian

terapi stroke iskemik akut yang tepat sehingga dapat mengurangi

morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan kualitas hidup penderita

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. STROKE ISKEMIK 1. 1 Defenisi

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat

akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau

menyebabkan kematian, tanpa ada penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri

PERDOSSI, 1999; Nasution, 2007). Defenisi ini mencakup stroke

akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS)

non traumatik, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus

perdarahan subarachnoid (PSA) (Gofir, 2009)

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak

sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan

otak. (Sjahrir, 2003).

1.2 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga

penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di

Indonesia data nasional stroke menunjukkan angka kematian

(38)

sekitar hampir 66.000 kematian setiap tahunnya juga 300.000

kejadian non fatal paling banyak pada orang yang berumur >60

tahun. Penderita stroke akan beresiko 30-43% menderita stroke

dalam 5 tahun (Wolfe,2000, Misbach dkk , 2011)

Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia

dilaporkan bahwa proporsi stroke di rumah sakit antara tahun 1984

sampai dengan tahun 1986 meningkat, yaitu 0,72 per 100 penderita

pada tahun 1984 dan naik menjadi 0,89 per 100 penderita pada

tahun 1985 dan 0,96 per 100 penderita pada tahun 1986.

Sedangkan di Jogyakarta pada penelitian Lamsudin dkk (1998)

dilaporkan bahwa proporsi morbiditas stroke di rumah sakit di

Jogyakarta tahun 1991 menunjukkan kecendrungan meningkat

hampir 2 kali lipat (1,79 per 100 penderita) dibandingkan dengan

laporan penelitian sebelumnya pada tahun 1989 (0,96 per 100

penderita) (Sjahrir, 2003).

Machfoed sendiri melakukan penelitian di beberapa rumah

sakit di Surabaya dan diperoleh hasil bahwa dari 1.397 pasien

stroke terdapat 808 pria, 589 wanita, dan 1001 orang (71,73%)

dengan stroke iskemik, serta umur rata–rata 76,43 tahun.

(Machfoed, 2003)

Dari studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun

2001, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan dirawat 1.263 kasus

(39)

dimana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%)

stroke iskemik dan 103 ( 23,30%) stroke hemoragik (Nasution,

2007). Pada tahun 2000, dari seluruh penderita yang dirawat di

bangsal rawat inap Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUP H.

Adam Malik Medan, 65.49% adalah penderita stroke, dimana 46.09

% diantaranya adalah penderita stroke iskemik. (Rambe AS , 2003).

1.3 Faktor Resiko

Penelitian prospektif stroke telah mengidentifikasi berbagai

faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai resiko yang kuat

terhadap timbulnya stroke. Faktor resiko timbulnya stroke: (Sjahrir,

2003; Nasution, 2007; Howard, dkk, 2009).

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Berat badan lahir rendah

4. Ras/ etnis

5. Genetik

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :

1. Perilaku

1. Merokok

2. Diet tidak sehat : lemak, garam berlebihan, asam urat,

kolesterol, kurang buah

(40)

4. Obat-obatan:narkoba (kokain), antiplatelet, amfetamin, pil KB

5. Kurang gerak badan

2. Fisiologis

1. Penyakit hipertensi

2. Penyakit jantung

3. Diabetes mellitus

4. Infeksi/lues, arthritis, traumatic, AIDS, lupus

5 Gangguan ginjal

6 Kegemukan (obesitas)

7 Polisitemia, viskositas darah meninggi & penyakit perdarahan

8 Kelainan anatomi pembuluh darah

II.1.4. Klasifikasi

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

1. Stroke Iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Trombosis serebri

c. Emboli serebri

2. Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intraserebral

b. Perdarahan subarachnoid

II. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu

1. Transient Ischemic Attack (TIA)

(41)

3. Complete stroke

III. Berdasarkan jenis tipe; pembuluh darah

1. Sistem karotis

2. Sistem vertebrobasiler

IV. Berdasarkan tipe infark (Sjahrir, 2003)

1. Partial Anterior Circulation Infark (PACI)

2. Total Anterior Circulation Infark( TACI)

3. Lacunar Infark (LACI)

4. Posterior Circulation Infark ( POCI)

V. Klasifikasi Stroke Iskemik berdasarkan kriteria kelompok peneliti

TOAST ( Adams,dkk,1993; Sjahrir, 2003).

1. Aterosklerosis Arteri Besar (Embolus/ Trombosis)

2. Kardioembolisme (Resiko Tinggi/ Resiko Sedang

3. Oklusi pembuluh darah kecil (Lakunar)

4. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang Menentukan

5. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang tidak dapat Ditentukan

a. Dua atau lebih penyebab teridentifikasi

b. Tidak ada evaluasi

(42)

II. 1.5. Patofisiologi

Pada level makroskopik, stroke iskemik paling sering disebabkan

oleh emboli dari ekstrakranial atau trombosis di intrakranial, tetapi dapat

juga disebabkan oleh berkurangnya aliran darah otak. Pada level seluler,

setiap proses yang mengganggu aliran darah ke otak dapat mencetuskan

suatu kaskade iskemik, yang akan mengakibatkan kematian sel-sel otak

dan infark otak.

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian

inti (core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah

ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di

luar daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak

dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang

fungsi-fungsinya dan menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat

iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik,

diluarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya

aliran daerah kolateral (luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik

inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat

direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung

pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat

(43)

2 ASPIRIN

2.1 KIMIA & FARMAKOKINETIK

Gambar 1 . Struktur Kimia Golongan Salisilat

Dikutip dari: Wilmana PF. 2007. Analgesik- Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nefrialdi (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.H.248-261

Terdapat bermacam terapi dalam menangani penyakit

aterosklerosis dimana terapi antiplatelet masih tetap dipertahankan.

Aspirin (asam asetilsalisilat) yang diperkenalkan pada tahun 1899 bekerja

menginaktifkan secara ireversibel enzim cyclo-oxygenase secara selektif

mengasetiasi grup hidroksil dari enzim COX yang menyebabkan inhibisi

(44)

pembentukan tromboxane A2 dan prostasiklin sehingga menyebabkan

inhibisi ireversibel agregasi platelet. Dosis rendah aspirin pada 75-150mg/

hari secara oral dapat mengurangi sintesis tromboxane A2 yang

menyebabkan efek antitrombotik tanpa menganggu sintesis prostasiklin

secara signifikan sehingga menyebabkan inhibisi agregasi platelet. Aspirin

dosis kecil (20-40mg) hanya dapat menekan pembentukan TXA2 tetapi

dosis yang terbukti efektif (325mg-1g/hari) tidak selektif. ( Singh VP dkk

2013, Yip S dkk 2011, Rosmiati H dkk 2007).

Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat

dalam bentuk utuh dalam lambung sebagian besar di usus halus bagian

atas. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu kira-kira 2 jam.

Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh

dan mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri. Salisilat terikat

albumin kira-kira 80-90%. Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisa

menjadi asam salisilat terutama di hati sehingga hanya kira-kira 30 menit

terdapat dalam plasma. Salisilat diekskresikan dalam bentuk metabolitnya

terutama di ginjal sebagian kecil melalui keringat dan empedu (Wilmana

(45)

2.2 FARMAKODINAMIK

A. MEKANISME KERJA

Efektivitas aspirin terutama disebabkan oleh kemampuannya

menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim

siklooksigenase secara ireversibel (prostaglandin sintetase) yang

mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa

endoperoksida; pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan

pembentukan prostaglandin maupun tromboxan A2, tetapi tidak leukotrien

B. EFEK ANTI INFLAMASI

Selain mengurangi sintesis mediator eikosanoid, aspirin juga

mempengaruhi mediator kimia sistem kallikrein. Akibatnya aspirin

menghambat perlekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak,

menstabilkan membran lisosom dan menghambat migrasi leukosit

polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan. Efek anti inflamasi

yang baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300mcg/ml

C. EFEK TERHADAP TROMBOSIT

Aspirin digunakan untuk mencegah trombus koroner dan trombus

vena dalam berdasarkan efek penghambatan agregasi trombosit. Pada

penderita TIA penggunaan aspirin jangka panjang juga bermanfaat untuk

mengurangi kekambuhan TIA/stroke. Beberapa penelitian memperlihatkan

(46)

samping aspirin misalnya rasa tidak enak di perut, mual dan perdarahan

saluran cerna biasanya dapat dihindari bila dosis per hari tidak lebih

325mg. Hasil dari beberapa penelitian pada penderita dengan resiko atau

untuk penyembuhan infark miokard telah membuktikan bahwa aspirin

menurunkan insiden trombosis arteri koroner. Sebagai antitrombosit dosis

yang paling banyak dianjurkan adalah 325mg/hari. Pada suatu penelitian

besar, aspirin 325mg setiap 2kali sehari mengurangi insiden infark

miokard dari 40% dokter laki-laki.( Rosmiati H ,2007)

Gambar 2. Mekanisme Kerja Aspirin (ASA).

(47)

Gambar 3. Farmakologi Aspirin

Dikutip dari: Grove EL. Antiplatelet effect of aspirin in patients with coronary artery disease. Dan Med J. 2012; 59(9):B4506

3.SIMVASTATIN

Statin atau penghambat kompetitif CoA reduktase dimana

HMG-CoA reduktase suatu enzim yang mengkontrol biosintesis kolesterol.

Senyawa tersebut merupakan analog struktural dari HMG-CoA

(3-hydroxy-3methylglutaryl-coenzyme A).

Mc Carey et al melaporkan bahwa statin memiliki keuntungan terapeutik

pada penyakit yang berhubungan dengan peningkatan kadar serum

(48)

penghambat HMG-CoA reductase yang begitu dikenal, yaitu lovastatin,

atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, simvastatin dan rosuvastatin.

Gambar 4. Efek antiplatelet aspirin terhadap proteksi kardiovaskuler Dikutip dari: Grove EL. Antiplatelet effect of aspirin in patients with coronary artery disease. Dan Med J. 2012; 59(9): B4506t

Obat-obat ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol

plasma. Efek-efek lainnya adalah termasuk penurunan stres oksidatif dan

inflamasi vaskuler dengan peningkatan stabilitas dari lesi aterosklerotik ,

memperbaiki fungsi endotel, proliferasi otot polos dan immunomodulasi.

(49)

3.1 Kimia dan Farmakokinetika

Lovastatin dan simvastatin merupakan lactone yang tidak aktif yang

dihirolisis dalam saluran cerna menjadi turunan hidroksil-β yang aktif,

sedangkan pravastatin mempunyai satu cincin lacton terbuka. Simvastatin

mengurangi kejadian resiko penyakit kardiovaskuler dan kematian dengan

tidak melihat konsentrasi kolesterol awal. Simvastatin adalah anggota

klas statin yang merupakan derivat sintetis produk fermentasi aspergillus

terreus dimana awalnya dipasarkan oleh Merck dan Company dengan

nama dagang Zocor, yang mana sekarang dipasarkan dengan nama

dagang Zocor, Simlup, Simcard, Simvacor, Zimstat, Simvahexal, Lipex,

Simvaxon, Simovil. Pada tahun 1979, peneliti Merck mendesain MK-733 ,

yang akhirnya dinamakan dengan simvastatin. Simvastatin merupakan

obat penurun lemak yang dapat menurunkan kadar LDL (Low Density

Lipoprotein), Trigliserida (TG) dan apolipoprotein B (apo B) dan juga HDL

(High Density Lipoprotein). (Katzung, 2003, Ankur R, 2011)

3.2 Cara Kerja Statin

HMG-CoA reduktase memperantarai langkah awal biosintesis sterol.

Bentuk aktif penghambat reduktase merupakan analog struktural

HMG-CoA yang dibentuk oleh reduktase HMG-HMG-CoA dalam sintesis mevalonate.

Analog tersebut menyebabkan hambatan parsial pada enzim sehingga

(50)

prenylasi protein, namun belum diketahui apakah terbukti mempunyai

aktifitas biologi yang bermakna (Katzung, 2003)

Gambar 5. Rumus Bangun HMG-CoA Reduktase Inhibitor

(51)

Tabel 1. Panduan Terapi Kolesterol menurut NCEP 2001

Dikutip dari: Katzung BG. 2003. Drugs Used to Treat Disease of The Blood, Inflammation&Gout. In: Basic& Clinical Pharmacology. McGraw-Hill.9thed. p. 789-790

3.3 DOSIS & CARA PEMBERIAN

Pemberian obat pada malam hari dengan dosis sekali sehari dan

pada saat makan ( kecuali pravastatin) dikarenakan absorpsi yang lebih

baik . Simvastatin lebih poten dengan dosis yang diberikan 5-80 mg

sehari. Menurut UK Stroke Guidelines (RCP,2004), terapi penurun kadar

lemak bertujuan untuk mengurangi kadar lipid serum total kolesterol

sampai < 4mmol/L atau LDL Kolesterol sampai < 2mmol/L atau untuk

menurunkan kolesterol total sebanyak 25% atau LDL kolesterol sebanyak

30% sehingga menghasilkan kadar kolesterol yang rendah. (Turner AM,

(52)

Tabel 2. Komposisi Lipoprotein Plasma pada Manusia

Dikutip dari. Botham KM. 2003. Lipid Trasport & Storage. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry. Lange Medical Book.26 th ed. New York

Hiperlipidemia menunjukkan adanya kadar kolesterol total

lebih dari 240 mg%. Hiperlipidemia bukan merupakan faktor risiko

stroke secara langsung. Hal ini berbeda dengan penyakit koroner

yang jelas berhubungan dengan hiperlipidemia. Namun demikian,

dari berbagai penelitian terungkap bahwa dengan menurunkan

kadar kolesterol total maka risiko untuk terjadinya stroke juga

(53)

Gambar 6. Jalur Sintesa Kolesterol

Dikutip dari: Pella D, Rybar R, Mechirova V. Pleiotropic Effects of Statins. Acta Cardiol Sin. 2005; 21: 190-8

Sehubungan dengan penyakit serebrovaskular secara spesifik,

meningginya kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL)

berkaitan erat dengan terjadinya aterosklerosis karotis. sementara itu

peningkatan kadar high density lipoprotein (HDL) menimbulkan dampak

(54)

Gambar 7. Metabolisme Lipoprotein

Dikutip dari: Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2ndEdition. Thieme Stuttgart. New York

Untuk menurunkan risiko terjadinya stroke maupun infark miokardial,

disarankan untuk menurunkan kadar kolesterol kurang dari 200 mg%, LDL

kurang dari 130 mg%, dan meningkatkan kadar HDL menjadi lebih dari 35

mg%. Hal ini dapat dicapai melalui diet (total kalori dari lemak total)

kurang dari 30%, kalori dari lemak jenuh kurang dari 10%), berolahraga

secara teratur, dan bila perlu ditambah obat tertentu misalnya statin.

(55)

Gambar 8. Metabolisme Kolesterol dan Obat Penurun Kadar Kolesterol. Dikutip dari: Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2ndEdition. Thieme Stuttgart. New York

4. C-REACTIVE PROTEIN

Sejak 5‐10 tahun terakhir infeksi akut dan kronik serta inflamasi

makin memperoleh perhatian yang serius dari para peneliti sehubungan

dengan kemampuannya untuk mengubah faktor risiko independen

(56)

Gambar 9 . Struktur molekul CRP (C-Reactive Protein)

Dikutip dari: Hirschfield GM, Pepys MB. 2003. C-Reactive Protein and Cardiovascular Disease: New Insights From An Old Molecule. Q J Med. 2003; 96: 793-807

Banyak bukti menyokong konsep awal bahwa migrasi sel‐sel

radang (makrofag, limfosit T) ke dinding arteri sangat erat kaitannya

dengan perubahan vaskular yang menuju ke arah terjadinya

aterosklerosis.

Beberapa faktor risiko penyakit vaskular berkaitan dengan

perubahan praradang, termasuk aktivasi leukosit, dan mendorong

terjadinya trombogenesis pembuluh darah serebral. Akumulasi sel‐sel

radang, terutama monosit / makrofag, di dalam dinding arteri merupakan

awal aterogenesis. Apabila proses infeksi berlanjut maka aktivasi leukosit

(57)

meningkatkan risiko terjadinya stroke. Petanda infeksi (leukosit,

fibrinogen, C‐reactive protein) merupakan prediktor independen untuk

stroke iskemik. Sementara itu, infeksi akut dalam minggu pertama

merupakan faktor pencetus untuk terjadinya stroke iskemik.

CRP (C-Reactive Protein) merupakan acute phase reactant yang

disintesa di hati sebagai respon pada sitokin interleukin-6, ditemukan oleh

Tillet dan Francis pada tahun 1930, merupakan anggota pentraxin protein.

Meskipun awalnya dipercaya hanya sebagai marker vaskuler inflamasi,

CRP juga memainkan peranan pada atherogenesis. CRP di dalam darah

menandakan suatu tanda inflamasi sistemik. CRP ini disintesa dan

disekresi dalam hepatosit. Kadar normal CRP pada populasi sehat tanpa

bukti adanya inflamasi akut sekitar < 2mg/ L. Konsentrasi CRP meningkat

secara cepat melebihi 100 mikrogram/L dari nilai median normal 0,58

mikrogram/mL 24-48 jam setelah operasi elektif. Terdapat peningkatan

yang cepat dari CRP dari kadar yang normal yaitu 1 mg/mL sebanyak

3000 kali sebagai respon pada injuri jaringan akut, inflamasi atau infeksi.

Kadar CRP dalam plasma (serum) meningkat pada beberapa kondisi.

Kadar CRP juga merupakan prediktor resiko infark miokard atau kejadian

vaskuler. Kadar CRP juga memprediksi resiko stroke dan aterosklerosis

perifer.

CRP merupakan tanda awal aterosklerosis dengan berbagai

(58)

a) Pengeluaran Reactive Oxygen Species (ROS), CRP mengaktifkan

komplemen, platelet dan induksi ekspresi sitokin pada monosit. Aktivasi

komplemen, faktor aktivasi platelet dan sitokin menstimulasi leukosit untuk

menghasilkan ROS. CRP juga meningkatkan pertumbuhan ROS oleh

monosit dan neutrofil secara langsung. ROS juga menunjukkan inisiasi

dan mempertahankan aterosklerosis.

b) Meningkatkan ekspresi adhesi molekul, CRP meningkatkan ekspresi

vaskuler sel adhesi molekul-1 (VCAM-!), ICAM-1 dan E-selectin di sel

endotel dari vena umbilikal dan arteri koroner. CRP meningkatkan sekresi

MCP-1 oleh sel endotel vena umbilikal.

c) Pembentukan sel foam. Serum CRP memperantarai pengambilan LDL

ke dalam makrofag menjadi bentuk sel foam. d) Destabilisasi plak. CRP

telah menunjukkan destabilisasi plak aterosklerosis. e) Pembentukan

PAI-1 ( Plasminogen Activator Inhibitor-1) . (Prasad K, 2006, Clearfield MB,

2005)

5. EFEK ASPIRIN DAN SIMVASTATIN TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DAN OUTCOME STROKE ISKEMIK

Platelet memegang peranan pada patogenesis aterosklerosis

koroner dan komplikasinya. Aspirin bekerja sebagai agen anti platelet dan

efek proteksinya pada pasien dengan peningkatan kadar CRP. Aspirin

dosis tinggi atau rendah dapat menurunkan kadar CRP. Terdapat

(59)

Modulasi efektif kadar CRP ditentukan selanjutnya oleh inhibisi aktivasi

platelet. Pada pasien stroke iskemik akut, clopidogrel dan aspirin pada

dosis 75 sampai 100mg perhari selama 7 hari dapat menurunkan kadar

CRP. (Prasad K, 2006)

Dosis rendah aspirin (81-100mg/hari) dapat menurunkan kadar

CRP. Terapi kombinasi dengan obat anti inflamasi lainnya seperti inhibitor

COX-2 (Cyclooxygenase-2) dapat mendukung dalam menurunkan kadar

CRP. (Montecucco F dkk, 2009).

Inflamasi memegang peranan utama dalam progresi dan

destabilisasi aterosklerosis. Peningkatan kadar C-reactive protein (CRP)

berhubungan dengan resiko kejadian penyakit kardiovaskuler dimana

merefleksikan kejadian inflamasi pada aterosklerosis.( Rab OA,dkk 2007).

Inflamasi, trombosis, disfungsi endotel dan stres oksidatif merupakan

target terapeutik pemberian statin dan peningkatan kadar marker inflamasi

seperti CRP berhubungan dengan severity atrerosklerosis dan

mempengaruhi prognosis.( Ostadal P dkk 2005)

Statin (3-hidroxy-3-methylglutaryl coenzym A reductase inhibitor)

adalah telah dihipotesakan memiliki efek antiinflamasi langsung sejak

dikatakan bahwa proses inflamasi memiliki peranan utama dalam

menentukan kecendrungan terbentuk plak aterosklerosis. Dari data

eksperimental menunjukkan bahwa statin dapat mengurangi isi makrofag

yang berada dalam plak aterosklerosis, menekan ekspresi

(60)

ekspresi adhesi molekul untuk perlekatan monosit dan adhesi pada

dinding endotel. Konsep statin ini yang memiliki efek anti inflamasi sama

halnya obat penurun lipid juga menolong menjelaskan terapi statin yang

efektif untuk mengurangi resiko stroke. Pada studi prospektif epidemiologi

menunjukkan kadar CRP merupakan prediktor independen terhadap

terjadinya stroke dan kejadian infark miokard sehingga kombinasi antara

CRP dan pemeriksaan kadar lipid menentukan dalam terapi statin

sebagai pencegahan primer pada resiko vaskular global. (Albert MA,

dkk.2001). Efek statin pada kadar CRP telah diteliti.Telah diketahui bahwa

kadar CRP berkorelasi dengan non-HDL tapi tidak dengan kadar HDL

atau trigliserida. Statin telah diketahui menurunkan serum lipid terutama

LDL-Kolesterol, meskipun statin memiliki efek biologis yang luas dalam hal

menurunkan kadar lipid juga kadar CRP, inilah yang dinamakan efek

pleiotrofik. Statin menurunkan kadar CRP sekitar 13-50%. Simvastatin

pada dosis 40 mg sehari efektif dalam menurunkan kadar CRP selama 2

minggu juga atorvastatin dengan dosis 10 sampai 20 mg sehari selama 4

minggu.(Prasad K, 2006)

FDA telah menyetujui penggunaan aspirin 325mg per hari sebagai

profilaksis primer untuk miokard infark tetapi perlu diperhatikan

penggunaan aspirin ini kecuali diberikan sebagai tambahan pada orang

dengan faktor resiko merokok dan menurunkan kadar lemak dan tekanan

(61)

memiliki nilai intervensi sebagai pencegahan sekunder pada kejadian

vaskuler dengan adanya riwayat penyakit vaskuler.(Katzung, 2003)

Selain itu statin telah menunjukkan dapat melindungi dari disfungsi

endotel pembuluh darah arteri, menurunkan kadar serum fibrinogen.

Statin juga bertindak sebagai antioksidan dengan menstabilkan plak

aterosklerosis, oksidasi LDL dan mengurangi agregasi platelet dan

produksi tromboksan. Statin menunjukkan penurunan kadar CRP,

merupakan mekanisme anti inflamasi dan efek klinisnya pada morbiditas

dan mortalitas. Simvastatin merupakan serbuk kristal putih non

hygroskopis dan tidak larut dalam air dengan aksi menghambat HMG-CoA

reductase, suatu enzim yang bekerja pada jalur metabolik yang

bertanggung jawab pada produksi kolesterol. Obat ini merupakan bentuk

inaktif lactone yang dihidrolisis. Simvastatin merupakan anggota klas

statin, derivat sintetis dari produk fermentasi Aspergillus terreus. Pada

penelitian dilaporkan bahwa simvastatin merupakan terapi efektif pada

pasien dengan dislipidemia. Selain itu dapat menurunkan kadar LDL,

trigliserida, dan apolipoprotein B (apo B) dan dapat meningkatkan kadar

HDL. Kemudian, simvastatin dilaporkan dapat menghambat progresi

aterosklerosis dan menghambat /makrofag pada lesi plak aterosklerosis.

Efek pleiotropik statin dapat mempengaruhi jalur patogenik yang berbeda

dimana berpartisipasi pada perkembangan plak dan dalam patogenesis

ACS. Efek pleiotrofic antiaterogenik pada statin yang paling utama adalah

Gambar

Gambar 1 . Struktur Kimia Golongan Salisilat  Dikutip dari: Wilmana PF. 2007. Analgesik- Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai
Gambar 2. Mekanisme Kerja Aspirin (ASA). Dikutip dari: Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D
Gambar 3. Farmakologi Aspirin
Gambar 4. Efek antiplatelet aspirin terhadap proteksi kardiovaskuler Dikutip dari: Grove EL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Tidak didapati hubungan yang bermakna antara kadar hs-CRP dengan volume infark dan outcome fungsional pasien stroke akut namun dijumpai hubungan yang bermakna

Dengan mengetahui adanya hubungan antara kadar hs-CRP serum, dengan volume infark dan outcome fungsional pada penderita stroke iskemik, maka dapat diharapkan dapat

Serum levels of cytokines and C-reactive protein in acute ischemic stroke patients, and their relationship to stroke lateralization, type, and infarct volume.. Comparison of

SERUM, DENGAN VOLUME INFARK DAN OUTCOME PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK AKUT” dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang. berhubungan

Saat ini saya sedang mengikuti Program Pendidikan Spesialis Anak di FK-USU dan sedang melakukan penelitian di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu kesehatan Anak FK USU / RSUP

Efilona Setri, saat ini sedang menjalani pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK USU, ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian yang akan saya

Budi Darmanta Sembiring, saat ini sedang menjalani pendidikan Dokter Spesialis patologi Klinik FK USU, ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian yang akan saya

Budi Darmanta Sembiring, saat ini sedang menjalani pendidikan Dokter Spesialis patologi Klinik FK USU, ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian yang akan saya