• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

(

Elaeis guineensis

Jacq

.

) MENJADI BENIH SIAP SALUR

DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN

Oleh :

AGRY WIDYA PRADIPTA A24080070

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PT.Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan

Processing of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seed Bunch to Ready Ducts Seed in

PT. Bina Sawit Makmur, South Sumatera

Agry Widya Pradipta1 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

\

Abstract

The internship has been done at PT. Bina Sawit Makmur , South Sumatera for three

months from February 2012 to May 2012. The internship covered activities concerning both

technical and managerial aspect such a worker, foreman, and assistant. The purpose of this

internship program was to improve technical and managerial skill. Primary data was all

information obtained directly from observations in the field. Secondary data were collected

from the official report of PT. Bina Sawit Makmur. The data was analyzed using descriptive

method. PT. Bina Sawit Makmur was able to produce seeds on average 25,901,563 grains of

seed per year. There was no difference in the percentage of white-shelled seed formation

harvest bunches of 130-134, 135-139, 140 - 144, 145 to 149, and 150-154 days after

pollination, the average percentage of white seed 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, and 5.51%. The

highest percentage of white seeds are harvested at age <130 days after pollination is

22.01%. White-shelled seed allegedly was not caused by genetic factors but is mainly

harvested bunches are still not old enough. The weight of the bunches and seed production

reaches its maximum at the age of 145-149 day after pollination. The weight of bunches

affects the production of normal seeds. Germination produced by PT. BSM average of

(3)

AGRY WIDYA PRADIPTA. Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan (Dibimbing oleh SUWARTO).

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 yang bertempat di PT. Bina Sawit Makmur, Kebun Surya Adi, Sumatera Selatan. Tujuan kegiatan magang ini adalah mempelajari proses pengelolaan produksi benih kelapa sawit di perkebunan dan meningkatkan keterampilan teknis dalam proses produksi benih berkecambah (germinated seed) kelapa sawit.

Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan. Metode tidak langsung yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder.

Hasil analisis umur panen terhadap persentase benih putih menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persentase terbentuknya benih bercangkang putih pada umur panen tandan 130 - 134, 135 - 139, 140 - 144, 145 - 149, dan 150 - 154 hari setelah penyerbukan, rata-rata persentase benih putih beruturut-turut 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, dan 5.51 %. Persentase benih putih tertinggi terdapat pada umur panen < 130 hari setelah penyerbukan sebesar 22.01 %. Bobot tandan dan produksi benih normal mencapai maksimum pada umur 145-149 hari setelah penyerbukan. Produksi benih per tahun rata-rata 1 067 butir/tandan. Rata-rata jumlah tandan yang dipanen dalam satu hari oleh PT. Bina Sawit Makmur adalah 42 tandan dengan bobot rata- rata 16 kg. Persentase maksimum kecambah normal diperoleh pada saat seleksi ke-2 (13 hari setelah inkubasi) yakni sebesar 23.82 %.

(4)

(

Elaeis guineensis

Jacq

.

) MENJADI BENIH SIAP SALUR

DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

AGRY WIDYA PRADIPTA A24080070

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

(

Elaeis guineensis

Jacq

.

) MENJADI BENIH SIAP

SALUR DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA

SELATAN

Nama :

AGRY WIDYA PRADIPTA

NIM

: A24080070

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19630212 198903 1 004

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 15 Februari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak M. Ali Guntur, SP dan Ibu Iis Sripujiati. Pendidikan formal ditempuh penulis di SDN 17 Kayuagung-Sumatera Selatan (1996 – 2002), SMPN 1 Kayuagung-Sumatera Selatan (2002 – 2005), dan SMAN 1 Kayuagung-Sumatera Selatan (2005 – 2008).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Suwarto M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi. 3. Dr. Ir. Abdul Qodir M.Si dan Dr. Desta Wirnas SP. M.Si selaku dosen

penguji yang telah banyak memberi masukan dalam penyelasaian skripsi. 4. Ayahanda M.Ali Guntur SP. dan ibunda Iis Sripujiati, adik-adikku (Sri, Adit,

dan Rafly) atas dukungan dan doanya pada setiap waktu.

5. Bapak Khusnu Martoyo selaku Head of Oil Palm Research yang telah memberikan kesempatan magang di bagian produksi benih.

6. Bapak Subardjo selaku Manager Produksi Benih atas bimbingan kepada penulis selama melaksanakan magang di PT.Bina Sawit Makmur.

7. Bapak Edwin Y.S., Bapak Budi Wahyono, Williyatno, dan Ibu Murni S.Simamora yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 8. Bapak Rochimin, Ibu sutini, Ibu Sri, Mas Andri, Mas Haryono, dan Ibu

Fauzia atas bantuannya selama penulis melakukan magang.

9. Seluruh staf dan karyawan PT. Bina Sawit Makmur yang ramah dan baik. 10.Teman-teman satu angkatan Agronomi dan Hortikultura (AGH) 45, atas

kerjasama dan kebersamaannya dalam menjalani masa-masa perkuliahan. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2012

(8)

Halaman

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit... 3

Benih ... 4

Pengadaan Bahan Tanam ... 4

METODE MAGANG ... 14

Waktu dan Tempat ... 14

Metode Pelaksanaan ... 14

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 14

Analisis Data ... 15

KEADAAN UMUM ... 16

Sejarah PT. Bina Sawit Makmur ... 16

Visi dan Misi Sampoerna Agro ... 16

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif ... 17

Struktur Organisasi... 17

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 17

Produk dan Pelayanan ... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 19

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(10)

Nomor Halaman

1. Persentase kelas fruit set... 10

2. Tata guna lahan untuk pohon induk betina ... 18

3. Hasil pengujian viabilitas tepung sari ... 23

4. Hasil seleksi benih pada divisi persiapan benih ... 31

5. Hasil seleksi kecambah pada divisi prosessing benih ... 36

6. Produksi benih divisi persiapan benih per tahun ... 43

7. Produksi dan penjualan kecambah per tahun ... 44

(11)

Nomor Halaman

1. Proses pencacahan : (a) pencacahan dan (b) hasil pencacahan ... 27

2. Proses Pemipilan ... 27

3. Proses pengupasan (a) mesin depericarper tampak samping, (b) mesin depericarper tampak atas, dan (c) benih hasil

pengupasan ... 28

4. Proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida:

(a) pembersihan, (b) pencucian, (c) bak perendaman fungisida,

(d) bak perendaman disinfektan. ... 29

5. Pengeringan benih di atas rak pengeringan ... 29

6. Seleksi benih : (a) benih normal, (b) benih kecil, (c) benih

putih, dan (d) benih pecah ... 31

7. Proses penandaan benih ... 32

8. Perendaman benih: (a) bak perendaman dan (b) benih yang

sedang direndam ... 33

9. Proses pengeringan (a) pencucian dan perlakuan fungisida dan (b)

penyebaran benih di rak pengeringan ... 33

10.Proses pemanasan : (a) benih di dalam ruang pemanas dan

(b) proses penganginan ... 34

11.Ruang inkubasi ... 35

12.Proses seleksi: (a) seleksi kecambah dan (b) penghitungan

kecambah ... 37

13.Perkecambahan : (a) kecambah normal, (b) kecambah abnormal,

(c) kecambah undifferent, dan (d) kecambah busuk ... 37

14. Pengepakan kecambah : (a) kantong kecambah dan

(b) kardus pengepakan ... 38

15.Pengaruh umur tandan terhadap produksi benih ... 46

(12)

17.Hubungan umur tandan terhadap bobot tandan ... 49

(13)

Nomor Halaman

1. Jurnal harian kegiatan magang ... 60

2. Struktur organisasi ... 73

3. Deskripsi varietas ... 74

4. Rencana penyerbukan ... 74

5. Hasil penerimaan tandan di divisi persiapan benih ... 76

6. Contoh packing list pengiriman benih ke SPU ... 79

7. Contoh laporan harian mandor pembungkusan... 80

8. Conroh laporan harian mandor penyerbukan ... 80

9. Contoh laporan harian mandor panen ... 80

10.Data pohon induk yang menghasilkan benih putih dan benih normal ... 81

11.Hasil uji-t pada taraf 5% dengan peubah umur panen tandan terhadap persentase benih putih. ... 82

(14)

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang sangat diminati. Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada tingginya keuntungan yang diperoleh karena kelapa sawit sampai saat ini masih menjadi sumber minyak nabati utama. Tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan minyak tertinggi persatuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya.

Luas areal perkebunan kelapa sawit akan terus meningkat seiring dengan membaiknya harga CPO. Luas areal perkebunan di Indonesia diproyeksikan bertambah seluas 2.55 % per tahun. Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sampai tahun 2014 diperkirakan menjadi 8 987 000 hektar. Penambahan luas lahan menyebabkan permintaan benih kelapa sawit bermutu meningkat (Direktorat Jendral Perkebunan, 2010). Kebutuhan benih di Indonesia diperkirkan berkisar 150 juta benih per tahun untuk penanaman baru dan peremajaan tamanan dengan luas 750 000 hektar per tahun. Kebutuhan benih ini dapat terpenuhi setelah tahun 2009 dimana produsen benih dalam negeri bertambah menjadi 10 produsen dengan kapasitas produksi 251.5 juta kecambah per tahun (Sipayung dan Liwang, 2012).

Pemilihan benih merupakan langkah yang penting dalam kegiatan budidaya tanaman terutama tanaman kelapa sawit. Benih merupakan bahan tanam yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Benih yang berkualitas baik dapat diperoleh melalui pengelolaan yang baik selama tahap produksi benih agar menghasilkan benih yang bermutu baik.

(15)

bermutu diperlukan agar pasokan benih dalam negeri tetap seimbang dengan permintaan pasar dalam negeri.

Tujuan

(16)

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika, yaitu dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru oleh usaha-usaha bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda setelah Columbus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia.

Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut : Divisi : Spermathophyta

Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : E. gueneensis Jacq.

(17)

kelapa sawit terdapat istilah “songgo dua”, yaitu daun yang tumbuh secara bertumpuk (Setyamidjaja, 2006).

Benih

Dalam konteks agronomi, benih dapat dipandang melalui empat macam tolak pemikiran (Sadjad, 1993) yaitu :

1. Batasan struktural

Mendasarkan pengertian kepada segi anatomi dari biji. Proses pembentukan biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungannya. Ketidak sempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan mengakibatkan terbentuknya biji yang tidak sempurna. 2. Batasan Fungsional

Bertolak dari perbedaan antara fungsi benih dan biji. Disini benih adalah biji tumbuhan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan penanaman atau budidaya.

3. Batasan agronomi

Batasan benih sebagai sarana agronomi mendasarkan pengertian bahwa disamping penggunaan sarana produksi lainnya yang maju maka benih yang digunakan harus memiliki tingkat kekuatan tumbuh dan daya berkecambah yang tinggi sehingga mampu mencapai produksi secara maksimum.

4. Batasan teknologi

Memberikan pengertian kepada benih sebagai suatu kehidupan biologi benih. Benih dengan tegasnya suatu tanaman mini yang tersimpan baik di dalam suatu wadah dan dalam keadaan istirahat. Batasan ini merupakan batasan teknologi yang membatasi bidang teknologi benih untuk tidak berbuat ceroboh dalam menangani benih.

Pengadaan Bahan Tanam Inspeksi pohon induk jantan

(18)

dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen. Pekerja yang telah berpengalaman dapat menduga apakah tandan bunga yang masih diselubungi seludang tersebut jantan atau betina dan juga dapat menduga berapa lama lagi bunga akan antesis (Hidayat, 2010).

Pembungkusan bunga jantan

Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Pembungkus yang digunakan sama seperti pada bunga betina tetapi ada sedikit modifikasi. Salah satu ujung sebelah atas pembungkus diberi lobang sebesar corong plastik untuk tempat penampungan tepung sari. Cara pembungkusan bunga jantan sama seperti pembungkusan bunga betina. Tangkai tandan bunga jantan dibersihkan kemudian dibalut kapas yang telah dicampur dengan insektisida tepung (2 - 3 g). Tandan bunga disemprot dengan insektisida untuk membunuh serangga kecil yang bersembunyi pada spikelet. Pembungkus disarungkan dan diikat menggunakan karet ban bekas di bagian bawah 8 - 10 lilitan. pangkal pelepah atau pembungkus diberi 2 - 3 butir racun tikus dan dilapisi dari luar dengan kawat kasa untuk menjaga agar pembungkus tidak rusak oleh serangan tikus, tupai dan lain-lain (Hidayat, 2010).

Pemanenan bunga jantan

Pemanenan bunga dilakukan apabila 60 - 70 % bunga telah antesis yang dapat diketahui dengan cara melihat bunga dari jendela yang terdapat pada pembungkus. Ciri-ciri bunga jantan yang telah antesis adalah bunga telah mengeluarkan tepung sari dan berbau adas wangi (Kurnila, 2009). Hidayat (2010) menyatakan pemanenan sebaiknya dilakukan pada jam 09.00 - 12.00. Tandan bunga jantan ini dipotong dan diturunkan dengan tali, kemudian di bawa ke laboratorium tepung sari.

Penerimaan tandan bunga jantan dari lapang

(19)

Tandan dikondisikan di ruang ber-AC dengan suhu maksimal 22 0C selama 3 jam setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen (Saraswati, 2010).

Pengumpulan tepung sari

Tangkai tandan digantung dalam posisi di sebelah atas. Pembungkus tandan dipukul dengan menggunakan kayu tumpul dari segala arah. Tepung sari yang terlepas kemudian ditampung dalam kantung plastik yang kemudian diklip dan bagian luar plastik diolesi alkohol lalu diberi identitas sesuai dengan label tandan (Saraswati, 2010).

Pengeringan tepung sari

Plastik tepung sari dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterilisasi yang terdiri dari dua buah lampu masing-masing 1 000 watt yang dapat menghasilkan suhu 150 0C. Pemanasan dilakukan selama lima menit kemudian lampu dipadamkan dan ditunggu 45 menit sampai temperatur turun. Tujuan dimasukkannya tepung sari ke dalam peti manipulasi adalah untuk menghindari kontaminasi. Pengayakan dilakukan pada peti manipulasi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa tepung sari. Ayakan yang digunakan yaitu memiliki kehalusan 8 - 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di atas kertas di dalam ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silika gel sebanyak 100 - 200 g dan bagian atas ayakan diberi tutup kemudian disegel dengan plester plastik. Pengeringan tepung sari dilakukan selama tiga hari (Hidayat, 2010).

Pengisian vial

(20)

Botol kaca tepung sari dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minimal -18 0C untuk menunggu pemakaiannya ke lapang (Saraswati, 2010).

Pengujian viabilitas tepung sari

Menurut Hidayat (2010) pengujian viabilitas tepung sari dilakukan secara sederhana dengan mengitung tepung sari yang tumbuh pada media khusus melalui mikroskop. Media yang digunakan dalam pengujian viabilitas yaitu: air destilasi 100 cc, sukrosa 8 %, dan borax 15 ppm. Media dan tepung sari diletakkan pada petridish, kemudian petridish ditutup dan disimpan dalam oven dengan suhu 38 0C selama 3 - 4 jam. Preparat tepung sari selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas di bawah mikroskop, kemudian dihitung dan dicari persentase tepung sari yang hidup.

Persentase viabilitas = T / (T + M) x 100% T = tepung sari yang tumbuh

M = tepung sari yang mati

Tepung sari yang hidup dicirikan dengan adanya ekor sedangkan yang mati yaitu yang terlihat berwarna hitam. Penilaian terhadap viabilitas tepung sari dilakukan dalam dua tahap. Jika pada pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas atau daya berkecambah > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan layak digunakan sehingga langsung disimpan. Jika viabilitas < 70 % maka dilakukan pemeriksaan kedua. Apabila hasil rata-rata pada pemeriksaan pertama dan kedua diperoleh hasil > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan dapat disimpan sedangkan jika hasilnya < 70 % maka tepung sari langsung diafkir (Kurnila, 2009).

Pengujian kadar air tepung sari

(21)

Kadar air (%) = [(b-a)-(c-a)]/(b-a) x 100 %

Bila KA > 4 % maka tepung sari tidak dapat digunakan untuk penyerbukan dan harus diafkir. Apabila < 4 % maka tepung sari dapat digunakan untuk penyerbukan (Saraswati, 2010).

Inspeksi pohon induk betina

Bahan tanaman yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Tenera yaitu hasil persilangan antara Deli Dura terpilih dari kebun induk dengan Pisifera hasil pengujian. Lubis (1992) menyatakan bahwa di Marihat produksi per pokok Dura yang terpilih harus lebih dari 200 kg/pokok/tahun. Pada kebun induk Dura biasanya tiap persilangan ditanam sebanyak 75 - 135 pokok. Banyak pokok yang terpilih tergantung keragamannya, biasanya antara 25 - 70 pokok. Pisifera yang dipilih haruslah telah menunjukkan hasil yang baik pada uji coba dengan pasangannya dalam bentuk D x P atau D x T atau T x D. Penggunaan kombinasi Dura dan Pisifera haruslah ada ketentuan dari hasil pengujian Pisifera mana saja yang dapat dikawinkan dengan pokok ibu Dura tertentu dan skala perioritasnya. Hal ini disebut sebagai crossing plan.

Pembungkusan bunga betina

(22)

antesis. Tandan bunga yang telah di bungkus setelah 7 hari harus diperiksa untuk mengetahui apakah bungkusnya tetap baik dan mengetahui waktu antesis (Lubis, 1992).

Penyerbukan

Penyerbukan dilakukan bila 60 % dari bunga sudah antesis jadi tidak perlu menunggu 100 %, karena sisanya dalam 1 - 2 hari kemudian akan menyusul. Jendela plastik pada pembungkus dilap dengan alkohol kemudian dilubangi untuk memasukkan ujung botol semprot tepung sari setelah itu ditutup kembali dengan plester. Bunga diberi label aluminium yang bertuliskan nomor pohon, nomor serbuk, nomor Pisifera, tanggal bungkus/serbuk dan nama polinator diikatkan pada karet ban pengikat. Bunga yang telah diserbuki setelah 3 hari dilihat apakah perlu dilakukan penyerbukan ulang. Pembungkus dibuka setelah 15 hari, kemudian label aluminium ditancapkan diantara spikelet setelah bagian bawah dibengkokkan (Lubis, 1992).

Pemanenan tandan benih

Panen tandan benih dilakukan 4.5 - 5 bulan setelah penyerbukan. Kriteria lain yang digunakan untuk panen tandan benih apabila cangkang benih telah berwarna hitam. Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari. Sebelum panen kondisi label diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan label dalam kondisi baik dan benar. Tandan yang tidak mempunyai label, atau tidak sesuai dengan buku serbukan maka tandan benih tersebut diafkir (Kurnila, 2009).

Penerimaan tandan benih

(23)

pembungkusan, tanggal penyerbukan, nomor pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator (Hidayat, 2010).

Pencincangan tandan, fermentasi dan pemipilan

Pencincangan merupakan proses pemisahan spikelet dari stalk. Pencincangan dilakukan di tempat khusus yaitu bak bersekat dengan satu sisi terbuka agar tiap persilangan tidak bercampur dengan yang lainnya. Bak ini berukuran panjang, lebar dan tingginya yaitu 1 m x 1 m x 0,6 m. Pencincangan dilakukan setelah tandan diperiksa, biasa dilakukan sehari setelah tandan diterima. Alat yang digunakan dalam pencincangan yaitu kampak. Pencincangan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang karena kegiatan ini sangat beresiko dan berkaitan dengan tingkat kerusakan biji. Pencincangan harus dilakukan oleh pegawai yang sudah mahir mencincang untuk meminimalisir kerusakan biji (Hidayat, 2010).

Pencincangan tandan dilakukan untuk mengetahui kualitas tandan. Tandan berkualitas tidak baik adalah tandan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) tandan busuk, (2) tandan tanpa biji, (3) tandan yang fruit setnya < 20 % (pengamatan secara visual). Fruit set adalah persentase buah sempurna terhadap total buah yang terbentuk. Kelas fruit set disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase kelas fruit set

Kelas Fruit set Persentase (%)

Kelas A 80 - 90

Kelas B 60 - 80

Kelas C 40 - 60

Kelas D 20 - 40

Kelas E <20

Sumber : Divisi Produksi PPKS, Marihat (dalam Saraswati, 2010)

(24)

terlepas dari spikeletnya. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil untuk memisahkan berondolan dari tangkai buahnya (Saraswati, 2010).

Menurut Hidayat (2010) ciri-ciri keberhasilan fermentasi yaitu: (1) banyak buah yang telah terlepas dari spikelet, (2) buah mudah lepas dari spikletnya, (3) daging buah memar dan mudah hancur, (4) spiklet layu, (5) diselimuti miselium dan baunya yang khas, dan (6) dikerubungi lalat kecil. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil.

Pemipilan bertujuan memisahkan brondolan dari spikelet dengan menggunakan peti pemipil dan alat bantu skop besi. Peti ini memiliki tiga bagian yaitu ruang pemipil bagian atas, ayakan besi sebagai alas ruang pemipil, dan penampung buah hasil berondolan bagian bawah. Ayakan besi berfungsi untuk meloloskan buah hasil pemipilan dan menahan spikelet. Seluruh buah harus dipastikan terpisah dari spikelet untuk mengurangi tingkat kehilangan benih dalam proses. Buah hasil pemipilan dimasukkan ke dalam goni, satu goni untuk satu persilangan kecuali jumlah buah yang banyak digunakan dua goni dan goni tersebut digandengkan atau diikat (Hidayat, 2010).

Pengupasan dan seleksi benih

Berondolan hasil pemipilan kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengupas daging buah atau depericarper hingga buah terpisah dari bijinya secara sempurna. Depericarper terdiri dari 2 tipe, depericarper vertikal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun silinder-vertikal dengan kapasitas satu tandan selama 15 menit, dan depericarper horizontal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun hexagonal-horizontal dengan kapasitas 2 tandan selama 45 menit. Selama proses pengupasan disemprotkan air guna menghanyutkan daging buah yang terkupas, biji kecil, sampah, pasir dan kotoran lainnya (Saraswati, 2010).

(25)

sebagai benih afkir. Benih afkir adalah benih pecah, benih kecil dan benih putih (Kurnila, 2009).

Pematahan dormasi

Benih yang diterima dari persiapan benih diperiksa identitasnya yaitu: nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, berat benih dan jumlah benih sebelum dilakukan proses pematahan dormansi siap dipatahkan dormansinya. Proses pematahan dormansi yang dilakukan di divisi produksi PPKS Marihat yaitu: perendaman I, pengeringan I, pemanasan, perendaman II, dan pengeringan II (Hidayat, 2010).

(26)

Perkecambahan

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tipe perkecambahan tanaman palmae merupakan hipogeal yaitu munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah (Sutopo, 2002).

Benih yang diterima dari bagian penganginan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang perkecambahan dengan suhu 28 – 30 0C yang tersusun atas rak-rak dan ada juga yang menggunakan tray. Tiga hari kemudian benih disiram dengan larutan mancozeb dengan konsentrasi 0.1 – 0.2 % untuk mencegah serangan jamur dan supaya benih tidak terlalu kering (Saraswati, 2010).

Pengemasan dan penyaluran kecambah

(27)

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Bina Sawit Makmur Kebun Surya Adi Kecamatan Mesuji dan Kota Palembang Sumatera Selatan. Kegiatan magang dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan seperti menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan penamping asisten afdeling/divisi. Metode tidak langsung yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang terkait dengan kegiatan pengolahan tandan benih. Jurnal kegiatan magang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan yang dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan dengan pengolahan tandan benih menjadi benih siap salur yang meliputi :

1. Umur panen tandan benih

Pengamatan yang dilakukan yakni mengamati umur panen tandan. Dengan cara menghitung umur tandan dari awal penyerbukan sampai panen tandan benih. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan.

2. Jumlah tandan benih yang dipanen dalam satu hari

(28)

melakukan penghitungan jumlah tandan yang dipanen dalam sehari. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan.

3. Bobot tandan

Pengamatan bobot tandan dilakukan dengan cara menimbang tandan dengan menggunakan timbangan. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan. 4. Tingkat serangan jamur pada pengeringan benih

Pengamatan dilakukan pada benih hasil pembersihan dan pemberian fungisida yang dikeringkan di ruang pengering. Pengamatan dilakukan selama tiga hari.

5. Seleksi benih

Pengamatan jumlah benih afkir dan benih normal dengan cara menghitung jumlah benih pecah, jumlah benih putih dan benih kecil. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan

Data sekunder berupa lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan, produktivitas, struktur organisasi perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data di perkebunan seperti laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun.

Analisis Data

(29)

Sejarah PT. Bina Sawit Makmur

PT. Bina Sawit Makmur (BSM) merupakan salah satu anak perusahaan PT. Sampoerna Agro tbk. yang bergerak di bidang pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan PT. BSM merupakan perkebunan swasta nasional yang terletak di Sumatera Selatan dan berkantor di Palembang. PT. BSM didirikan pada tahun 1992 dengan tujuan menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit unggul.

PT. BSM memiliki 225 famili dura sebagai bahan dasar tetua betina yang sebelumnya diseleksi di pusat-pusat keunggulan (center of excellent) kelapa sawit dunia pada kurun waktu 1920 – 1970, seperti material dura Dami-Papua Nugini, Chemara-Malaysia, Mardi-Malaysia, Harrison & Crossfield (sekarang Golden Hope - Malaysia), dan Socfin-Malaysia. Material genetik tetua jantan yang dimiliki oleh PT. BSM berjumlah 50 famili pesifera unggul dari origin Nigeria, Ekona, Ghana, Dami komposit, Yangambi, La Me, dan Avros. Tetua – tetua yang dimiliki oleh PT. BSM didatangkan dari Kostarika pada tahun 1996.

Visi dan Misi Sampoerna Agro Visi

Menjadi salah satu perusahaan terdepan yang bertanggung jawab di sektor agribisnis di indonesia.

Misi

1. Mengembangkan tim manajemen profesional yang berintegritas tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi.

2. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang menguntungkan di bisnis inti dengan tetap menjaga pengeluaran biaya secara ketat.

3. Terus berusaha mencapai kesempurnaan melalui inovasi, penelitian, dan pengembangan.

4. Ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar perkebunan.

(30)

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif

Lokasi produksi kecambah PT. BSM terbagi menjadi dua lokasi. Kebun benih dan persiapan benih terletak di Desa Surya Adi Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan sedangkan unit prosessing benih berada di Kota Palembang Sumatera Selatan.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kelas lahan yang dimiliki oleh PT. BSM adalah kelas lahan S-3. Keadaan topografi lahan PT. BSM datar sampai bergelombang. Secara umum tanah di kebun PT. BSM adalah tanah Aluvial. Kebun PT. BSM memiliki distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Berdasarkan data curah hujan tahun 2008 sampai 2011 rata-rata curah hujan yakni 2 588 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 132 hari per tahun. Kebun Surya Adi termasuk tipe iklim B dengan 9 bulan basah dan 2 bulan kering.

Struktur Organisasi

Direktur Research and Development (R&D) Sampoerna Agro dibantu oleh empat orang kepala penelitian dan satu orang sebagai Research Plan, Data Management and Analysis. Setiap kepala penelitian membawahi beberapa orang

manajer yang bertanggung jawab langsung kepada kepala penelitian. Masing-masing manajer dibantu oleh beberapa asisten. Struktur organisasi R&D Sampoerna Agro dapat dilihat pada Lampiran 2.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(31)

Tabel 2. Tata guna lahan untuk Pohon Induk Betina

Sumber : Rekomendasi pemupukan Kebun Surya Adi tahun 2011

Produk dan Pelayanan

Produk yang dihasilkan PT. BSM yakni kecambah kelapa sawit unggul. Tahun 2004 PT. BSM melepas 5 varietas unggul dengan SK Menteri Pertanian Indonesia No. 435, 436, 437, 438, dan 439/Kpts/LB.320/7/2004, tanggal 21 Juli 2004 dan diberi nama berturut DxP Sriwijaya 1, 2, 3, 4, dan 5. Tahun 2007, juga dilepas varietas unggul DxP Sriwijaya 6 dengan SK Menteri Pertanian Indonesia No. 135/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 20 Februari2007. DxP Sriwijaya bercirikan produksi tandan tinggi, ekstraksi minyak tinggi ( 25 -27 %), indeks tandan tinggi, pertumbuhan meninggi lambat, adaptif pada lahan kering, serangan crown desease sangat rendah dan kontaminasi dura rendah (Lampiran 3).

Layanan pemasaran dan purna jual yang menekankan kepuasan pelanggan merupakan komitmen dasar dari PT. BSM. Layanan purna jual yakni melakukan pemantauan terhadap keragaan bahan tanam dan menawarkan bantuan teknis yang terkait dengan pengelolaan bahan tanam di pembibitan dan di lapangan.

Material Tahun

tanam Luas (Ha) Jumlah pokok

Dura x Dura 1 1996 79.70 10 387

Dura x Dura 2 1997 70.70 9 251

Dura x Dura 3 dan 4 1998 29.80 3 934

Dura x Dura 5 dan 6 1999 14.10 1 705

Dura x Dura guard 1998 2.70 295

Dura x Dura guard 2000 2.50 180

Tenera X Pisifera I 1996 13.5 1 754

Tenera X Pisifera II 1999 2.00 288

Tenera X Pisifera III 1999 6.6 871

Tenera X Pisifera IV 2000 6.30 943

Dura X Pisifera 1997 276.40 36 090

Dura X Pisifera Komposit 1998 20.60 2 039

Dura X Pisifera Guard 1999 2.20 224

Dura X Pisifera Guard 2000 2.70 463

(32)

Aspek Teknis Pemilihan Pohon Induk

Divisi pemuliaan merupakan salah satu bagian dari penelitian kelapa sawit yang ada di PT. BSM kebun Surya Adi. Divisi pemuliaan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit. Tujuan program pemuliaan kelapa sawit yaitu untuk meningkatkan produksi, ukuran dan rendemen minyak kelapa sawit melalui perakitan varietas unggul. Menurut Lubis (2008) tujuan lain program pemuliaan yaitu mendapatkan varietas kelapa sawit yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, toleran terhadap kondisi marginal, lebih respon terhadap pemupukan, bobot tandan tinggi, komposisi buah dan minyak lebih baik, stalk lebih pendek sehingga panen mudah, adaptasi baik dan lain-lain.

Divisi pemuliaan memiliki beberapa kegiatan diantaranya program persilangan, pembibitan, pengamatan karakter vegetatif, pengamatan karakter generatif, dan analisis tandan. Metode pemuliaan yang digunakan di PT. BSM yakni metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS). Melalui metode RRS dapat dilakukan perbaikan secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi dari grup Dura dan populasi dari grup Pisifera serta memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan cepat.

(33)

Pengelolaan Pohon Induk Betina dan Pohon Induk Jantan

Pengelolaan pohon induk betina dan pohon induk jantan dilakukan oleh divisi kebun benih. Divisi kebun benih merupakan salah satu divisi di bagian produksi benih yang bertugas menghasilkan tandan benih yang baik dan benar untuk diproses lebih lanjut.

Pembungkusan bunga betina. Bunga yang siap dibungkus adalah bunga yang telah memenuhi kriteria untuk dibungkus. Kriteria bunga yang siap untuk dibungkus yakni bunga dalam kondisi yang sehat, normal, pada pohon induk betina yang terseleksi, dan seludang bunga sudah membuka 5 - 15 % atau diperkirakan bunga akan reseptif dalam 8 - 15 hari. Bagian pangkal pelepah terlebih dahulu dilakukan sedikit pemotongan agar pelepah sedikit menurun sehingga terdapat ruang untuk melakukan pembungkusan. Duri yang terdapat pada pelepah dibersihkan. Seludang bunga dibersihkan sehingga seluruh bagian bunga terlihat. Pada bagian stalk dibalut dengan kapas yang diberi furadan, hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya serangga ketika telah dibungkus.

Bunga disemprot menggunakan insektisida yang bertujuan untuk membunuh serangga yang ada di dalam dan sekitar bunga. Bunga disemprot dengan larutan formalin konsentrasi 10 % untuk mematikan serbuk sari liar. Bunga dibungkus menggunakann terrylene polyester dengan posisi jendela berada tepat ditengah bagian depan. Pembungkus diikat menggunakan tali dari karet ban bekas pada dasar bunga sebanyak 3 kali lilitan. Dasar bunga dililitkan kembali kapas yang berisi furadan. Disekitar pembungkus disemprot insektisida dan formalin. Terakhir dilakukan penulisan nomor referensi, tanggal pembungkusan dan inisial petugas isolator.

(34)

Masalah yang dialami dalam proses pembungkusan bunga betina terutama untuk petugas yang belum berpengalaman yakni sulitnya menentukan bunga betina yang siap untuk dibungkus. Masalah ini disebabkan keadaan pohon induk betina yang sudah tinggi sehingga menyulitkan petugas untuk memanjat pohon induk betina dan melihat apakah pada pohon tersebut terdapat bunga betina yang siap dibungkus. Pihak perusahaan telah melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan pemasangan tangga pada pohon induk betina.

Pembungkusan bunga jantan. Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan 8 - 15 hari sebelum bunga antesis. Pembungkus dan cara pembungkusan bunga jantan sama seperti pembungkusan bunga betina. Pohon induk jantan tidak mengeluarkan bunga jantan selama pelaksanaan magang di divisi kebun benih sehingga tidak ada kegiatan pembungkusan bunga jantan. Kegiatan yang dilakukan hanya perawatan pohon induk. Parit dibuat dipinggir piringan pohon induk jantan. Perlakuan tersebut dilakukan agar pohon induk jantan mengalami stres, sehingga pada pohon induk jantan muncul bunga jantan.

Panen bunga jantan. Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis sebanyak 75 %. Ditandai dengan bau wangi yang keluar dari bunga dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu bunga berumur 8 - 15 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati. Pemanenan tidak dijatuhkan tapi dipanggul. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis.

(35)

serbuk tepung sari dimasukkan ke dalam amplop. Amplop yang telah berisi tepung sari dimasukkan ke dalam pollen drying cabinet II 38- 40 0C selama 6 sampai 24 jam. Tepung sari selanjutnya diayak menggunakan ayakan kemudian diletakkan diwadah plastik yang telah diberi identitas tandan jantan. Tepung sari dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam. Kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan magang dibagian Persiapan Tepung Sari yakni melakukan pengeringan tandan bunga jantan sebanyak satu buah tandan. Tepung sari yang dihasilkan sebanyak 62 g dengan viabilitas 95 %.

Pengujian viabilitas dan penyimpanan tepung sari. Pengujian viabilitas tepung sari dilakukan secara sederhana dengan menghitung tepung sari yang tumbuh pada media khusus melalui mikroskop. Media yang digunakan untuk satu petridish pengujian viabilitas yaitu: air destilasi 20 ml, sukrosa 2.2 g, dan agar 0.1 g. Media dan tepung sari diletakkan pada petridish, kemudian petridish ditutup dan disimpan selama 20 jam. Preparat tepung sari selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Tepung sari yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Persentase tepung sari yang hidup dapat dihitung dengan rumus :

Persentase viabilitas = T / (T + M) x 100% T = tepung sari yang tumbuh

M = tepung sari yang mati

Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pada area yang berbeda-beda untuk satu kali perhitungan. Perhitungan dilakukan sebanyak dua kali untuk diambil rata-ratanya. Tepung sari yang memiliki viabilitas ≤ 50 % dimusnahkan sedangkan > 50 % disimpan. Pengujian viabilitas juga dilakukan untuk tepung sari yang akan digunakan.

(36)

Tepung sari yang diuji yakni tepung sari yang telah disimpan dan akan digunakan untuk penyerbukan. Hasil pengamatan viabilitas tepung sari selama kegiatan magang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian viabilitas tepung sari

No. Referensi Tanggal panen Tanggal pengujian viabilitas Viabilitas (%) P02.006.11 28 – 03 – 2011 25 – 02 – 2012 92 P03.001.11 15 – 03 – 2011 25 – 02 – 2012 83 P03.014.11 25 – 03 – 2011 25 – 02 – 2012 80 P03.024.11 07 - 03 – 2011 04 – 03 – 2012 78 P09.001.11 16 – 09 – 2011 04 – 03 – 2012 84

Sumber : Data primer

Pengamatan viabilitas tepung sari sulit dilakukan karena masih menggunakan mikroskop cahaya yang tidak terintegrasi ke layar monitor. Penggunaan mikroskop tersebut menyulitkan dalam pengamatan tepung sari yang viabel dan tepung sari yang mati. Sulitnya melakukan pengamatan dapat diatasi dengan cara menggunakan mikroskop yang telah teringrasi ke layar monitor. Penggunaan mikroskop ini akan memudahkan pengamat dalam menghitung jumlah tepung sari viabel dan tepung sari yang mati. Hasil pengamatan viabilitas tepung sari menunjukkan bahwa tepung sari yang dikoleksi oleh PT. BSM viabilitasnya dari 78 – 92 %. Hasil tersebut menunjukkan tepung sari yang digunakan PT. BSM merupakan tepung sari dengan kualitas yang baik.

Persiapan tepung sari. Tepung sari yang digunakan untuk dosis satu kali penyerbukan yakni 0.05 sampai 0.1 g sedangkan talkum powder sebanyak 2 g. Satu dosis tepung sari dimasukkan ke dalam tabung kaca. Tabung ditutup dengan sumbat karet yang sudah terdapat 2 tabung L yang ujungnya sudah ditutup dengan kapas. Pada tabung diberi label yang bertuliskan nomor pohon induk jantan yang digunakan.

(37)

mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan sebanyak 8 - 15 tabung setiap pagi. Kesulitan dalam mepersiapkan tepung sari yakni jumlah tepung sari yang dibutuhkan sangat kecil jadi membutuhkan ketelitian dalam melakukan penimbangan tepung sari. Boks manipulasi untuk mencampur tepung sari dan talkum powder tidak besar sehingga ruang gerak untuk melakukan penimbangan

tidak bebas.

Penyerbukan. Penyerbukan dilakukan apabila sebagian besar kepala putik telah membuka dan berwarna putih atau bila 65 % dari bunga sudah reseptif dan tidak perlu menunggu bunga reseptif sampai 100 % karena sisanya dalam 1 - 2 hari kemudian akan reseptif. Masa penyerbukaan telah lewat bila kepala putik telah berubah warnanya menjadi merah muda atau merah. Penyerbukan dapat dilakukan 2 kali apabila diperlukan penyerbukan ulang.

Proses penyerbukan dimulai dengan pengecekan kondisi pembungkus. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada serangga yang masuk ke dalam pembungkus. Jendela pada pembungkus disemprot menggunakan alkohol. Jendela pembungkus yang telah disemprot dilap menggunakan kapas dan dibuat lubang pada jendela menggunakan cutter. Kapas (tutup) pada lubang pipa penyemprot dibuka dan dimasukkan pada jendela pembungkus. Campuran tepung sari dan talkum powder disemburkan merata keseluruh bagian bunga. Lubang pada jendela

pembungkus ditutup kembali dengan plester anti air. Pembungkus dibuka 21 hari setelah penyerbukan. Pemasangan label dilakukan setelah pembungkus dilepas, kawat label ditancapkan diantara spikelet.

Pada kegiatan penyerbukan di PT. BSM terdapat kegiatan blank pollination yakni penyerbukan tanpa serbuk sari atau hanya menggukan bedak

talkum. Blank pollination dilakukan sebanyak 1 % dari total keseluruhan penyerbukan. Penetapan blank pollination dilakukan secara acak dan tanpa sepengetahuan petugas penyerbukan. Blank pollination bertujuan untuk menguji sterilitas pada alat serbuk, proses pembungkusan dan proses penyerbukan.

(38)

penyerbukan tidak memiliki batasan jumlah bunga yang harus diserbuk karena banyaknya penyerbukan tergantung pada jumlah bunga betina yang reseptif.

Petugas harus tetap melakukan proses penyerbukan walaupun hari libur atau turun hujan karena masa reseptif bunga bentina hanya 1 – 2 hari saja. Penundaan penyerbukan akan menyebabkan fruit set yang terbentuk tidak akan maksimal. Kesulitan dalam proses penyerbukan terjadi jika pada pagi hari turun hujan. Kondisi lahan dan pohon induk betina yang licin akibat diguyur hujan menyebabkan petugas harus berhati-hati dan kesulitan dalam melakukan penyerbukan.

Pemanenan tandan benih. Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir pada divisi kebun benih. Tandan benih yang siap dipanen berumur antara 4.5 - 5 bulan atau 145 - 150 hari setelah penyerbukan. Pemanenan dilakukan dengan cara didodos atau dipanjat. Tandan yang abnormal dan fruit set dibawah 20 % diafkir dan dilaporkan dalam berita acara.

Panen tandan benih dilakukan oleh dua tim. Setiap tim teridiri dari 2 orang. Satu orang bertugas sebagai pemanen dan satu orang lagi bertugas membungkus tandan dengan karung dan mengangkutnya menggunakan angkong ke pinggir jalan produksi. Panen menggunakan sistem hanca giring. Satu tim panen biasanya bisa memanen 20 – 40 tandan tergantung pada jumlah tandan yang siap dipanen di lahan. Kegiatan yang dilakukan selama mengikuti kegiatan pemanenan yakni memanen satu buah tandan dan mengankut ke mobil pick up. Jumlah tandan yang dipanen pada saat mengikuti kegiatan pemanenan adalah 38 tandan benih. Tandan dari lapangan diangkut menuju divisi persiapan benih dengan menggunakan mobil pick up.

(39)

dipanen dan tidak perlu memeriksa satu persatu pokok induk jika ada petugas sensus panen.

Persiapan Benih

Divisi persiapan benih bertugas mempersiapkan benih sebelum benih diproses untuk dikecambahkan. Kegiatan yang dilakukan oleh divisi persiapan benih yakni penerimaan tandan, pencacahan, pemipilan, pengupasan, perlakuan fungisida, pembersihan, pengeringan, penanganan (seleksi, penghitungan, dan pengemasan) benih, pemberian label identitas benih, dan penyimpanan benih.

Penerimaan tandan. Kegiatan penerimaan tandan merupakan proses serah terima tandan benih dari lapangan yakni dari divisi kebun benih ke divisi persiapan benih untuk diolah menjadi benih. Tandan benih yang datang dari lapangan diterima untuk diperiksa kebenarannya. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh di antara spikelet, identitas label harus sesuai dengan data panen yaitu nomor referensi, tanggal pollinasi, tanggal pembungkusan, petugas pembungkusan, petugas penyerbukan, nomor pokok, nomor tepung sari yang digunakan. Tandan yang telah diperiksa identitasnya, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.

Kegiatan yang dilakukan saat melakukan magang dibagian persiapan benih yakni melakukan pemeriksaan label, identitas tandan, dan penimbangan tandan. Hasil pengamatan penerimaan tandan pada hari pertama jumlah tandan yang diterima 45 tandan, hari kedua 41 tandan dan hari ketiga 41 tandan (Lampiran 5).

(40)

tandan/HK. Proses pencacahan membutuhkan tingkat kehati-hatian yang tinggi (Gambar 1). Persentase buah rusak akan tinggi karena terkena kampak jika pencacahan tidak dilakukan dengan hati-hati. Kondisi fisik dan fisiologi pekerja sangat mempengaruhi hasil pencacahan.

Gambar 1. Proses pencacahan : (a) pencacahan dan (b) hasil pencacahan

Pemipilan. Pemipilan merupakan proses pemisahan berondolan dengan spikelet. Pemipilan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya. Proses

pemipilan dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan alat berupa pisau atau pukul kayu (Gambar 2). Pukul kayu digunakan saat tandan sudah sangat masak sehingga berondolan mudah lepas dari spikelet.

Kegiatan yang dilakukan di bagian pemipilan yakni membantu pekerja melakukan pemipilan. Pekerja pemipil akan mengalami kesulitan dalam melakukan pemipilan jika spikelet yang harus dipipil belum benar-benar masak. Terkadang pekerja diliburkan atau dipindahkan ke bagian lain untuk menunggu spikelet menjadi lunak agar memudahkan proses pemipilan.

Gambar 2. Proses pemipilan

Pengupasan. Berondolan yang telah terpisah dari spikelet selanjutnya dikupas daging buahnya dengan menggunakan mesin depericarper. Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan mesokarp sehingga diperoleh benih kelapa sawit

(41)

yang sempurna. PT. BSM memiliki 3 mesin depericarper jenis vertikal. Proses pengupasan berlangsung kurang lebih 10 sampai 25 menit, tergantung jumlah dan tingkat kematangan berondolan. Satu hari kerja setiap unit depericarper mampu mengolah 20 tandan benih. Kecepatan putaran mesin depericarper yang digunakan yakni 1,450 rpm. Pengupasan dilakukan terpisah untuk setiap persilangan. Dipastikan pada mesin tidak ada benih yang tertinggal dari pengupasan sebelumnya.

Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pengupasan buah yakni membantu memasukkan buah ke dalam mesin dan mengeluarkan buah hasil pegupasan (Gambar 3) kemudian membawanya ke bagian pembersihan benih. Proses pengupasan mengalami kesulitan jika buah yang dikupas belum benar-benar masak karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memprosesnya. Hasil dari pengupasan juga tidak bersih, masih terdapat serabut yang menempel pada benih jika buah yang dikupas belum benar-benar masak.

Gambar 3. Proses pengupasan : (a) mesin depericarper tampak samping, (b) mesin depericarper tampak atas, dan (c) benih hasil pengupasan.

Pembersihan benih dan perlakuan fungisida. Pengupasan daging buah yang dilakukan oleh mesin depericarper tidak 100 % bersih, masih ada sisa serabut pada benih. Pembersihan sisa-sisa serabut yang masih ada pada benih dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan alat pisau cutter. Benih yang telah benar-benar bersih selanjutnya dicuci dengan menggunakan deterjen. Konsentrasi deterjen yang digunakan yakni 0.05 %. Pencucian dengan deterjen bertujuan untuk menghilangkan minyak dan kotoran yang menempel pada benih. Benih yang telah dibersihkan direndam di dalam larutan desinfektan dengan konsentrasi 1.25 % selama kurang lebih 3 menit (Gambar 4). Tujuan perendaman pada desinfektan yakni untuk membunuh bakteri yang ada pada benih. Benih juga

(42)

direndam di dalam larutan fungisida mancozeb dengan konsentrasi 0.25 %. Peredaman dengan mancozeb berfungsi mencegah terjadi serangan jamur pada benih saat penyimpanan.

Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pembersihan benih yakni melakukan pembersihan benih sebanyak satu keranjang benih atau satu persilangan. Kegiatan lainnya yakni melakukan pencucian benih dengan deterjen dan perendaman benih di dalam larutan fungisida dan disinfektan. Pekerja diharuskan membersihkan benih dalam satu hari sebanyak 20 keranjang benih. Pekerjaan pembersihan benih ini akan mengalami kesulitan jika hasil dari pengupasan benih tidak sempurna, masih banyak serabut yang menempel pada benih.

Gambar 4. Proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida: (a) pembersihan, (b) pencucian, (c) bak perendaman fungisida, (d) bak perendaman desinfektan.

Pengeringan benih. Benih yang telah dibersihkan dan telah direndam dengan desinfektan dan mancozeb dimasukkan ke dalam ruangan pengeringan. Benih disusun diatas rak-rak yang terbuat dari kawat kasa (Gambar 5). Pengeringan benih dilakukan dengan menggunakan kipas angin dan pendingin ruangan AC (Air Conditioning) dengan suhu ± 22 0C sebagai pengatur kelembaban. Benih dikeringkan selama kurang lebih 24 jam.

Gambar 5. Pengeringan benih di atas rak pengeringan.

(43)

Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pengeringan benih yakni melakukan proses pengeringan benih dengan cara menyusun benih di atas rak-rak. Benih dengan jumlah yang banyak penyusunannya dibagi menjadi dua rak agar pengeringan benih bisa merata. Selain melakukan kegiatan pengeringan, kegiatan lainnya yakni melakukan pengamatan terhadap serangan jamur. Hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa selama proses pengeringan setelah pembersihan benih tidak terdapat serangan jamur.

Penanganan dan penyimpanan benih. Benih yang telah kering diseleksi, dihitung jumlahnya, dikemas, dan pemasangan label identitas benih. Benih yang diafkir yakni benih kecil yang beratnya kurang dari 2 g, benih bercangkang putih, benih rusak, dan benih terserang jamur (Gambar 6). Benih dihitung dengan menggunakan alat bantu ram. Benih yang telah dihitung dikemas ke dalam plastik yang telah dilubangi sisinya. Satu kantong plastik berisi kurang dari 2 000 benih. Benih dipisah menjadi dua kantong plastik jika jumlah benih lebih dari 2 000 benih. Benih yang telah dihitung jumlahnya diberi label identitas benih dan label barcode. Benih yang telah dikemas kemudian dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan sementara. Suhu ruang simpan dikontrol pada suhu 20 0C ± 2. Kelembaban udara di dalam ruang penyimpanan juga dikontrol dengan menggunakan dehumidifier.

(44)

pengamatan terhadap jumlah benih normal, jumlah benih putih, dan jumlah benih kecil, dan benih rusak. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil seleksi benih pada divsi persiapan benih

No. Kode Jumlah benih (butir/tandan)

Normal Kecil Putih Rusak Total

03.590.12 2 934 76 123 14 3 147

03.591.12 1 537 14 2 7 1 560

03.592.12 933 2 2 2 939

03.635.12 835 6 0 3 844

03.676.12 1 274 7 0 2 1 283

Total 7 513 105 127 28 7 773

Persentase 96.66 1.35 1.63 0.36 100

Sumber : Data primer

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kerusakan dari kegiatan persiapan benih rendah. Tingkat kerusakan yang dihasilkan dibawah 1 % yakni sebesar 0.36 %. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pengolahan benih di bagian persiapan benih telah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.

Gambar 6. Seleksi benih : (a) benih normal, (b) benih kecil, (c) benih putih, dan (d) benih pecah.

Pengiriman benih ke unit prosessing benih. Pengiriman benih ke unit prosessing benih akan dilakukan setelah stok benih cukup dan ada permintaan benih dari unit prosessing benih. Jumlah benih yang dikirim setiap satu kali pengiriman kurang lebih sebanyak 225 000 butir. Packing list pengiriman benih terlebih dahulu dibuat sebelum benih dikirim dan sekaligus pemeriksaan ulang label benih. Benih dikirim setelah packing list dan pengecekan selesai.

(45)

Pengiriman menggunakan mobil boks yang dilengkapi AC dengan suhu yang sama seperti penyimpanan sementara yakni 20 0C ± 2. Mobil boks pengiriman disegel untuk mencegah terjadinya kecurangan selama pengiriman benih. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu melakukan pembuatan packing list pengiriman (Lampiran 6).

Prosessing Benih

Benih yang diterima oleh divisi prosessig benih adalah benih yang telah diolah oleh divisi persiapan benih. Unit prosessing benih memproses benih menjadi kecambah siap salur.

Penerimaan, penyimpanan, dan penandaan benih. Pemeriksaan dokumen pengiriman dilakukan saat penerimaan benih dari kebun. Dokumen pengiriman dicocokkan dengan nomor kotak benih, nomor referensi pada label identitas dan jumlah kantong benih. Benih disimpan di ruang penyimpanan dengan suhu 18 0C - 22 0C setelah proses pengecekan selesai. Benih terlebih dahulu diberi tanda dengan menggunakan mesin seed printing (Gambar 7) sebelum benih diproses. Penandaan benih bertujuan untuk mencegah terjadinya pemalsuan dan tertukarnya benih antar varietas. Kegiatan yang dilakukan pada saat magang yakni melakukan kegiatan penandaan benih dengan menggunakan mesin seed printing. Jumlah benih yang ditandai sebanyak lima kantong atau persilangan. Varietas yang diberi tanda yakni varietas Sriwijaya 1.

Gambar 7. Proses penandaan benih.

(46)

oksigen untuk benih. Air rendaman diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan partikel-partikel yang menempel pada benih.

Kegiatan yang dilakukan selama magang yakni melakukan perendaman I sebanyak satu kali karena selama magang di bagian pematahan dormansi hanya ada satu kali proses perendaman I. Jumlah katong yang yang direndam sebanyak 64 kantong. Perendaman dilakukan pada tanggal 11 Mei 2012 dan diangkat pada tanggal 18 Mei 2012.

Gambar 8. Perendaman benih: (a) bak perendaman dan (b) benih yang sedang direndam.

Pengeringan I. Benih dikeluarkan dari bak perendaman setelah benih direndam selama tujuh hari, kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air. Benih yang telah dicuci bersih, kemudian dibilas dengan larutan hypocloride berkonsentrasi 0.15 %. Benih direndam di dalam larutan fungisida mancozeb dengan konsentrasi 0.15 % dan benomil 0.05 % selama tiga menit untuk mencegah kontaminasi jamur (Gambar 9). Benih dikeringanginkan selama 18 - 20 jam pada rak-rak pengeringan sampai tidak terlihat basah. Pengeringan dilakukan dengan bantuan kipas angin. Kegiatan yang dilakukan pada pengeringan I yakni menyiapkan larutan hypocloride dan membilas benih dengan larutan hypocloride. Kegiatan lain yakni melakukan penebaran benih ke atas rak-rak pengeringan benih.

Gambar 9. Proses pengeringan (a) pencucian dan perlakuan fungisida dan (b) penebaran benih di rak pengeringan.

(a) (b)

(47)

Pemanasan. Benih disimpan dalam tray setelah benih cukup kering. Setiap tray diisi benih sebanyak 500 - 700 butir. Setiap persilangan dapat terbagi menjadi beberapa tray. Benih kemudian dimasukkan ke dalam ruang pemanas selama 40 - 60 hari pada suhu 38 - 40 o C (Gambar 10). Benih dikeluarkan dari ruang pemanas untuk dianginkan, diseleksi benih yang terserang jamur, dan penyemprotan aquades setiap minggu. Penyemprotan dilakukan agar KA benih tetap pada kisaran 18 - 20 %, sehingga enzim-enzim glukosa pada benih dapat aktif.

Kegiatan pemanasan yang dilakukan selama magang sebanyak satu kali proses pemanasan. Kegiatan yang dilakukan yakni memindahkan benih dari rak-rak pengeringan ke dalam tray. Tray diberi nomor urut tray dan nomor urut Prosessing. Tray yang telah diberi nomor urut dimasukkan ke dalam ruang pemanas. Kegiatan lainnya yang dilakukan yakni melakukan penganginan. Penganginan yang dilakukan sebanyak 10 - 20 tray. Kendala yang dihadapi pada kegiatan pemanasan yakni kelembaban udara di ruang pemanas yang rendah. Hal ini menyebabkan kadar air benih menurun. Wadah yang berisi air ditempakan ke dalam ruang pemanas untuk mengatasi masalah tersebut agar kelembaban di dalam ruangan tinggi.

Gambar 10. Proses pemanasan : (a) benih di dalam ruang pemanas dan (b) proses penganginan.

Perendaman II. Perendaman II dilakukan sama seperti perendaman I, yang membedakan hanya lama perendaman yaitu hanya empat hari. Tujuan perendaman II adalah untuk menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 22 – 24 %. Peningkatan kadar air ini dilakukan untuk mempermudah proses imbibisi pada benih. Tidak ada kegiatan perendaman II selama melakukan kegiatan magang di bagian pematahan dormansi.

(48)

Pengeringan II. Pengeringan II sama seperti pada pengeringan I. Benih dikeringkan dengan menggunakan kipas angin selama ± 3 jam sehingga secara visual tampak 1/3 basah, yaitu apabila digenggam terasa lembab namun air tidak sampai membasahi tangan. Benih kemudian disimpan kembali pada tray dan siap dikirim ke ruang inkubasi. Label benih harus selalu terpasang pada tray.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengeringan II yakni membilas benih dengan larutan hypocloride dan merendam benih dalam larutan fungisida. Selain itu juga melakukan penebaran benih ke rak-rak pengeringan dan melakukan pemindahan benih dari rak-rak ke dalam tray setelah ± 3 jam. Kegiatan lainnya yakni melakukan penimbangan bobot benih setelah pengeringan II dan penomoran tray kemudian membawa tray ke dalam ruangan inkubasi.

Inkubasi benih. Benih yang secara visual telah tampak 1/3 basah hasil pengeringan II disusun di tray-tray lalu dimasukkan ke dalam ruang inkubasi (Gambar 11). Kondisi suhu ruang inkubasi dipertahankan pada kisaran 27 – 35 oC. Kisaran hari ke-3 sampai ke-7 setelah benih diinkubasi, benih dikeluarkan dari ruangan inkubasi lalu dilakukan penyemprotan benih dengan menggunakan larutan fungisida berkonsentrasi 0.1 %. Penyemprotan dilakukan untuk mencegah serangan jamur dan agar KA benih tetap pada kisaran 22 - 24 % selama berada di dalam ruang inkubasi. Seleksi dilakukan terhadap benih yang terserang jamur pada saat penyemprotan. Benih terserang jamur dipisahkan dan diafkir. Benih yang telah disemprot larutan fungisida dimasukkan kembali ke ruang inkubasi.

Gambar 11. Ruang inkubasi

(49)

dapat turun dibawah 27 0C. Sebab mesin pemanas ruangan masih manual, sehingga suhu ruang inkubasi harus terus dikontrol.

Seleksi kecambah. Seleksi ke-1 dilakukan pada hari ke-9 setelah benih dimasukkan ke dalam ruang inkubasi. Seleksi ke- 2 dan seterusnya sampai seleksi ke-9 dilakukan setiap 4 ± 2 hari. Penyemprotan mancozeb 0.1 % menggunakan hand sprayer dilakukan setiap seleksi untuk mencegah kecambah kering dan serangan jamur (Gambar 12). Seleksi dilakukan untuk memisahkan kecambah normal, kecambah patah, kecambah abnormal, dan kecambah terserang jamur (Gambar 13).

Kriteria kecambah normal yang diseleksi yakni (1) kecambah berbentuk T dilihat dari tempurung, (2) kecambah berwarna putih atau kuning gading dengan panjang radikula tidak lebih dari 20 mm, (3) tidak patah, tidak kerdil dan sehat (tidak terserang jamur atau busuk), (4) dapat dibedakan antara radikula dan plumula. Kriteria kecambah yang di afkir yakni (1) kecambah membentuk huruf U atau V dilihat dari tempurung, (2) kecambah patah atau kerdil, (3) kecambah terserang jamur.

Kecambah normal hasil seleksi dimasukkan ke dalam kantong plastik. Satu kantong plastik berisi 100 kecambah. Kantong kemasan kecambah digembungkan supaya tersedia cukup oksigen untuk kecambah. Bagian atas kantong diikat kemudian diberi label benih dan barcode. Satu kantong hanya boleh satu varietas. Kantong kecambah yang telah berisi 100 kecambah dimasukkan ke dalam boks kardus. Satu boks berisi 26 kantong kecambah.

Kegiatan seleksi dilakukan selama magang sebanyak 3 kali yakni pada seleksi 1, 5 dan 9 (Tabel 5). Kegiatan yang dilakukan pada proses seleksi yakni seleksi kecambah dengan kriteria 3 mm radikula dan 1 mm plumula.

Tabel 5. Hasil seleksi kecambah divisi prosesing benih

Tanggal seleksi Seleksi ke- Jumlah kecambah

(50)

Hasil seleksi kecambah dicatat diformulir seleksi kecambah dan label identitas benih. Kegiatan lainnya yakni membuat label identitas kecambah dan memasang label barcode yang sebelumnya telah dibuat oleh mandor seleksi pada kantong kecambah. Proses seleksi membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga pada bagian seleksi rata-rata pekerja wanita. Pekerja wanita dianggap lebih teliti dibandingkan pria.

Gambar 12. Proses seleksi: (a) seleksi kecambah dan (b) penghitungan kecambah.

Gambar 13. Perkecambahan : (a) kecambah normal, (b) kecambah abnormal, (c) kecambah undifferent, dan (d) kecambah busuk.

Pengemasan kecambah. Kecambah hasil seleksi akan dikemas jika ada permintaan pengiriman kecambah dari bagian pemasaran perusahaan. Kecambah yang belum dikemas disimpan di ruang penyimpanan kecambah kelapa sawit. Suhu ruangan di pertahankan pada kisaran 18 - 22 0C. Kecambah yang akan dikemas dikeluarkan dari katong. Kantong diisi dengan busa kurang lebih 1/3 kantong dan busa disemprot dengan fungisida mancozeb 0.1 %. Kecambah disemprot dengan fungisida mancozeb 0.1 % sebelum dimasukkan ke dalam kantong yang telah berisi busa. Penyemprotan fungisida bertujuan agar kecambah tidak terserang jamur dan agar kecambah tetap segar selama pengiriman.

(a) (b)

(51)

Kecambah dimasukkan ke dalam kantong dengan bantuan corong plastik. Kecambah diletakkan ditengah-tengah kantong. Busa ditambahkan disekitar kecambah sampai kecambah terlindung penuh oleh busa. Kecambah disemprot lagi dengan fungisida sebelum kantong diikat. Kantong kecambah disusun di boks kardus yang telah ditulis nomor boks, jenis varietas, tanggal kirim, dan alamat pembeli. Boks yang telah berisi kantong kecambah ditimbang lalu diikat dengan tali straiper dan dipasang seal segel pada boks (Gambar 14).

Pembuatan packing list, Germinated Seeds Delivery Letter, Berita Acara Serah Terima Kecambah, Delivery Order, dan sertifikat kecambah dilakukan setelah semua kecambah selesai dikemas. Kecambah siap dikirim setelah semua dokumen lengkap. Kegiatan yang dilakukan pada saat magang pada bagian pengemasan kecambah yakni membantu melakukan pengemasan kecambah dan melakukan penyusunan kantong kecambah yang telah dikemas ke dalam boks pengiriman.

Gambar 14. Pengepakan kecambah : (a) kantong kecambah dan (b) kardus pengepak.

Quality Control

Quality control (QC) atau quality assurance (QA) merupakan divisi yang lingkup kerjanya melakukan pengawasan dan verifikasi proses pada hampir semua divisi yang dibawahi oleh unit produksi benih. Sasaran mutu dan verifikasi divisi quality control adalah kontrol pada setiap tahap proses produksi bahan tanam kelapa sawit.

Kegiatan pengamatan hasil pembungkusan dilakukan oleh petugas QC setiap hari kerja. Kegiatan yang dilakukan yakni mengecek kondisi pembungkus, nomor referensi, dan kebersihan pohon induk betina. Sampel pengamatan sebanyak 10 % dari total pembungkusan. Hasil pengamatan pembungkusan saat

(52)

mengikuti kegiatan pengamatan bersama petugas QC semua sampel yang diamati dalam kondisi baik. Kegiatan pengamatan hasil penyerbukan dilakukan dengan sampel 10 % dari total penyerbukan. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat satu hasil penyerbukan yang rusak dimasuki serangga, sehingga tandan tersebut harus diafkir.

Petugas melakukan pengecekan bobot tandan dan nomor referensi pada proses pencacahan. Hasil pengecekan yang dilakukan bersama petugas QC menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan dalam proses pencacahan tandan benih. Sampel pengamatan sebanyak 10 % dari total panen.

Pengecekan nomor referensi, konsentrasi deterjen, konsentrasi desinfektan, konsentrasi fungisida, benih pecah, dan kebersihan benih dari mesokarp dilakukan oleh petugas QC pada saat proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida. Hasil pengecekan masih terdapat benih yang belum bersih dari mesokarp. Pekerja mendapat teguran dari petugas QC agar lebih teliti dalam membersihkan mesokarp. Sampel pengecekan sebanyak 1 tandan benih setiap 20 tandan yang diproses.

Pengecekan nomor referensi, lama pengeringan, dan kondisi benih dilakukan sebelum pengeringan benih. Hasil pengecekan menunjukkan lama pengeringan benih yakni 18 - 20 jam. Hal ini masih sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan. Kondisi benih yang dikeringkan sudah kering secara merata. Benih sudah dapat dikemas untuk selanjutnya dikirim ke Unit Prosessing Benih. Sampel pengecekan sebanyak 1 tandan benih setiap 20 tandan yang diproses.

Petugas melakukan penghitungan ulang jumlah benih pada proses penanganan benih. Jumlah sampel penghitungan ulang sebanyak 1 kantong benih setiap pekerja penanganan benih. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu petugas QC menghitung ulang benih hasil penghitungan pekerja. Hasil penghitungan ulang terdapat satu orang pekerja yang hasil hitungannya salah. Pekerja tersebut langsung mendapat teguran dari petugas QC agar lebih teliti.

Gambar

Tabel 2.  Tata guna lahan untuk Pohon Induk Betina
Gambar 1. Proses pencacahan : (a) pencacahan  dan (b) hasil pencacahan
Gambar 4. Proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida: (a)
Tabel 4. Hasil seleksi benih pada divsi persiapan benih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identitas informan yang diambil oleh peneliti adalah perempuan yang telah terpilih sebagai anggota legislatif tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Meranti,

Tri glavne kategorije otpada se mogu identificirati: organski otpad papir i plastika, čiji udio je oko 76% ukupne količine komunalnog krutog otpada. Udio stakla (7%) je

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

siswa , Apersepsi : “ Siapa yang pernah mengikuti upacara bendera 17.. Agustus? Pernahkan tidak kalian mendengarkan teks proklamasi yang dibacakan oleh pembina

[r]

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas

Pada suatu percobaan atau kegiatan semua hasil mempunyai probabilitas yang sama, dan hanya satu peristiwa yang terjadi maka peristiwa ini dikenal dengan lengkap

Kontrak yang diperpanjang pada investasi bersih beresiko dalam entitas asing dimana fungsi mata uangnya adalah dollar AS yang diidentifikasi / dicatat sebagai spekulasi.Hal