• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi infotmasi perusahaan alas kaki yang beraglomerasi dan daya saing UMKM industri alas kaki studi kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang memengaruhi infotmasi perusahaan alas kaki yang beraglomerasi dan daya saing UMKM industri alas kaki studi kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI

PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN

DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI

(Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

OLEH

ADNAN

H14080001

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

ADNAN. Analisis Faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing Umkm Industri Alas Kaki Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (dibimbing oleh YETI LIS

PURNAMADEWI)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) banyak berjalan di Indonesia meski sumbangsih terhadap perekonomian tidak sebesar dibandingkan pengusaha besar yang hampir seluruh bentuk usaha masih berbentuk UMKM. Tenagakerja di Indonesia bekerja untuk UMKM sebesar 98 persen dari total tenagakerja Indonesia. Salah satu industri UMKM yang berkontribusi besar terhadap PDB Indonesia adalah UMKM industri pengolahan. Berdasarkan studi terdahulu dan data sekunder yang ada, Kabupaten Bogor memiliki banyak UMKM industri pengolahan dan salah satu yang beraglomerasi dalam industri pengolahan adalah industri pengolahan kulit dan imitasi hal ini adalah industri pengerajin sepatu dan sandal sebagai turunan dari kulit dan imitasi. Menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2009, Kecamatan Ciomas memiliki industri alas kaki dalam jumlah besar, ada tiga desa yang memiliki industri ini dalam sekala besar yaitu adalah Desa Parakan, Desa Pasir Eurih dan Desa Mekarjaya. Menurut studi terdahulu, informasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk. Keuntungan industri beraglomerasi salah satunya dapat meningkatkan kemungkinan perolehan informasi dan menekan biaya transportasi sehingga keputusan kebijakan perusahaan dapat menentukan biaya produksi rendah kemudian produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang murah dan berdaya saing.

Upaya pengembangan aglomerasi UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan terkait faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Permasalahan dari faktor-faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas serta krisis financial global. Hal ini didukung kenyataan dilapangan bahwa UMKM sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya, (2) Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya dan (3) Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya.

(3)

dalam pengambilan sampel melalui jumlah tenagakerja yang digunakan. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dalam menerangkan karakteristik responden dan mengkaji faktor yang memengaruhi tingkat daya saing menurut model diamond porter. Analisis logit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya

Sebanyak 63 persen responden memulai industrinya lebih dari 11 tahun yang lalu dikarenakan rata-rata usaha alas kaki dijalankan secara turun temurun. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) mendominasi pendidikan terakhir responden alas kaki, yaitu sebanyak 63 persen responden. Menurut klasifikasi Keputusan Menteri Keuangan dengan mengacu kepada omset tahunan, unit usaha mikro sebanyak 88 persen, unit usaha kecil sebanyak 9 persen dan usaha menengah hanya 3 persen dengan rata-rata omset tahunan responden sebesar Rp. 188.000.000. Besarnya penggunaan input per satuan kodi (20 pasang sepatu) ditentukan oleh variasi produk alas kaki yang dihasilkan. Penggunaan input yang terendah sebesar Rp. 110.000 menghasilkan alas kaki jenis sandal hotel dan yang tertinggi sebesar Rp. 726.000 menghasilkan alas kaki jenis sepatu kulit asli. Upah yang diberikan setiap responden kepada tenagakerja tergantung tingkat kesulitan dalam tahapan produksi dan produktivitas tenaga kerja per minggu. Rata-rata upah yang diberikan unit usaha per minggu sebesar Rp.170.000 atau Rp. 680.000 per bulan. Nilai upah ini masih dibawah upah minimum Kabupaten Bogor yang sebesar Rp, 1.200.000 per bulan. Modal produksi yang digunakan masih tergantung pada konsumen/grosir melalui bon putih. Sebesar 26 persen responden tidak menggantungkan sumber pendanaannya dari pihak konsumen/grosir dikarenakan memiliki sumber pendanaan lain.

Setiap faktor daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya memiliki keunggulan atau kelemahan menurut model diamond porter. Faktor-faktor yang memiliki keunggulan dalam industri alas kaki yaitu faktor kondisi sumberdaya dan faktor kesempatan. Keunggulan dari faktor-faktor ini menyebabkan daya saing industri alas kaki tersebut dapat dikatakan tinggi, tetapi faktor-faktor lain melemahkan daya saing industri lebih banyak dibandingkan faktor keunggulan. Faktor-faktor yang merupakan kelemahan daya saing industri alas kaki yaitu faktor industri terkait dan pendukung, faktor persaingan dan strategi industri,faktor permintaan dan faktor pemerintah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna menyebabkan faktor keunggulan industri alas kaki tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing lain yang lemah. Maka daya saing dalam penelitian ini studi kasus industri alas kaki di Desa Mekarjaya dinyatakan lemah menurut analisis diamond Porter.

(4)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI

PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN

DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI

(Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

OLEH

ADNAN

H14080001

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Adnan

Nomor Registrasi Pokok : H14080001 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi

Infotmasi Perusahaan Alas Kaki yang

Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Studi Kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

dapat diterima sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. NIP. 19641018 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Adnan lahir pada tanggal 29 Maret 1991 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Ir. Maderiyanto dan Almarhumah Ir. Keny Dihartini. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di TK Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 1997. Kemudian pada Tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SD Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Insan Kamil Bogor. Penulis menamatkan sekolah menengah atasnya pada Tahun 2008.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allaah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya dan semangat dalam islam dan ilmu-Nya di dunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yeti Lis Purnamadewi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teoritis maupun teknis serta waktu yang diluangkan selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Dewi Ulfah sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran mengenai tata cara penulisan

4. Kedua orangtua penulis, yaitu Maderiyanto dan Almarhumah Keny

Dihartini yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

5. Kakak dan adik penulis, yaitu Hani‟ah dan Salma yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

6. Seluruh pengurus dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi atas kerjasama dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

7. Maria Ulfah, Mega Kusyuniarti, Kak Ade Holis dan Kak Mutiara yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nurazizah Inayah, Fauziah Seftyandra, Theresia Shintauli dan Ahmad Fadhli F. atas semangat, bantuan dan kerjasamanya.

(9)

Masih banyak pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berjasa baik selama penulisan skripsi maupun selama menempuh pendidikan di IPB. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR GAMBAR ……… iv

DAFTAR LAMPIRAN ………. v

I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ……… 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

2.1 Tinjauan Konsep dan Teori ……… .. 8

2.1.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ………... .. 8

2.1.2 Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya ………... 9

2.1.3 Aglomerasi ……… 10

2.1.4 Teori Daya Saing Keunggulan Komparatif Diamond Porter… 15 2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition) ………... 16

2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition) ……… 16

2.1.4.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry) ………... 16

2.1.4.4 Persaingan, Struktur Dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry) ……… 17

2.1.4.5 Peran Pemerintah (Government) ………... 17

2.1.4.6 Peran Kesempatan (Chance Event) ………...17

2.2 Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya ……….. 18

2.3 Kerangka Pemirikan Penelitian ……….. 21

III METODE PENELITIAN ……….. 23

3.1 Lokasi Penelitian ……….... 23

3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data ……… 23

3.3 Metode Pengambilan Sampel ……….. 23

3.3 Metode Analisis ……….. 25

(11)

3.3.2 Model Analisis Logistik….……….. 27

3.4 Definisi Operasional Variabel ……… 30

IV KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNIT USAHA ALAS KAKI DI DESA MEKARJAYA... 32

4.1 Geografis dan Pemerintahan Kabupaten Bogor ………. 32

4.2 Sejarah Industri Kerajinan Sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor ………... 32

4.3 Keragaan Perusahaan Alas Kaki di Kecamatan Ciomas…..…………. 33

4.4 Karakteristik Responden Penelitian Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya………... 35

4.5 Kondisi Perkembangan Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Selama 3 Tahun Terakhir….……... 43

V ANALISIS FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT DAYA SAING INDUSTRI DAN KELIMPAHAN INFORMASI DALAM PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DI DESA MEKARJAYA ……… 45

5.1 Analisis Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya dengan Model Diamond Porter……… 45

5.1.1 Keragaan Faktor Yang Menentukan Tingkat Daya saing …… 45

5.1.1.1 Kondisi Faktor Sumberdaya………... 45

5.1.1.2 Kondisi Permintaan……….……… 46

5.1.1.3 Faktor Industri Pendukung dan Terkait………. 47

5.1.1.4 Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ………. 48

5.1.1.5 Peran Pemerintah ……… 49

5.1.1.6 Peran Kesempatan ……….. 49

5.1.2 Analisis Berdasarkan Kelemahan dan Kekuatan dari Faktor Tingkat Daya Saing Diamond Porter dari Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya……… 50

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perolehan Informasi Sebuah Perusahaan dalam Aglomerasi di Desa Mekarjaya……… 51

VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 55

6.1 Kesimpulan ……… 55

6.2 Saran ……….. 56

DAFTAR PUSTAKA ………... 57

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Keci Menengah (UMKM) dan

Usaha Besar (UB) Tahun 2010-2011 ……… . 2

1.2 Produk Domestri Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah)………. . 3

1.3 Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor 2010-2011 …. . 4

2.1 Penelitian Terdahulu ………... 20

3.1 Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian ………... 24

3.2 Klasifikasi Responden Penelitian Alas kaki di Desa Mekarjaya ……… 25

4.1 Jumlah dan Proporsi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sepatu Menurut Desa di Kecamatan Ciomas Pada Tahun 2010 ……… 34

4.2 Jarak Antara Kantor Desa di Kecamatan Ciomas dengan Pasar Anyar Bogor……… 35

4.3 Karakteristik Responden Alas Kaki di Desa Mekarjaya ………. 36

4.4 Karakteristik Responden Bedasarkan Tenagakerja ……… 37

4.5 Karakteristik Responden Bedasarkan Lama Usaha ……… 38

4.6 Karakteristik Responden Bedasarkan Persaingan ………….………. 43

4.7 Data Perkembangan Responden UMKM Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Tiga Tahun Terakhir ……….. 44

5.1 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Sumberdaya (Orang Responden) ………… 45

5.2 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Permintaan (Orang Responden) ………… 46

5.3 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Industri Pendukung dan Terkait (Orang Responden)……….. 47

5.4 Keunggulan dan Kelemahan Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Berdasarkan Diamond Porter………. 50

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber …………... 13

2.2 Kurva Isodapan dari Weber ………... 14

2.3 Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi .………. 15

2.4 Kerangka Penelitian ………... 22

3.1 Bagan Interaksi dari Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter…………...……… 27

4.1 Peta Aglomerasi Alas Kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 35 4.2 Persentase Pendidikan Terakhir dari Responden Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya ………. 38

4.3 Persentase Omset Per Bulan dari Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ……… 39

4.4 Persentase Pemberian Upah Tenagakerja oleh Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………. 39

4.5 Persentase Penggunaan Input Bahan Baku Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………. 40

4.6 Persentase Penggunaan Modal Produksi oleh Industri Alas kaki Di Desa Mekarjaya Per Juta Rupiah ………... 40

4.7 Persentase Biaya yang Digunakan Untuk Mesin dan Teknologi Per Ribu Rupiah……… 41

4.8 Persentase Pangsa Pasar Produk Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………... 42

4.9 Karakteristik Responden Menurut Persentase Tenagakerja Terampil yang Digunakan………..………. 43

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Panduan Wawancara Penelitian ………. 60

2 OutputAnalisis Regresi Logistik……… 70

3 Karakteristik Responden ……… 73

4 Data Faktor Input ……….. 74

5 Data Faktor Permintaan ………. 75

6 Data Faktor Industri Terkait ……….. 76

7 Data Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ………….……….. 77

8 Data Faktor Modal Sosial ……….. 78

(15)

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan seluruh masyarakat yang ikut serta dalam kinerja pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi. Pembangunan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh segelintir kelompok yang sangat dominan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia itu sendiri sedangkan sebagian besar masyarakat masih bergelut dengan usaha mikro, kecil dan menengah, baik usaha itu formal maupun nonformal. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dengan sumbangsih terhadap perekonomian tidaklah sebesar dibandingkan pengusaha besar yang minoritas.

Dapat dilihat pada Tabel 1.1 bahwa UMKM di Indonesia sangat mendominasi jalannya perekonomian dicirikan dari jumlahnya sangat mendominasi usaha di Indonesia. Hampir 100 persen tepatnya 99.99 persen usaha

(16)

8 orientasi UMKM terhadap ekspor belum dianggap serius. Perizinan dan birokrasi yang dirasakan oleh UMKM masih menghalangi perkembangannya. Oleh sebab itu UMKM belum dapat mengoptimalkan produksinya untuk diorientasikan kepada ekspor.

Tabel 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)Tahun 2010 - 2011

NO SATUAN 2 TENAGAKERJA (Orang) 102.241.486

(100) 5 INVESTASI ATAS DASAR HARGA

BERLAKU Sumber : Departemen Koprasi Nasional. 2012

Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)

(17)

9 GDP Indonesia setiap tahunnya. Tahun 2010 GDP 3.466,39 trilyun Rupiah dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 4.303,57 trilyun Rupiah kontribusi ini meningkat signifikan setiap tahunnya. Data ini membuktikan bahwa kontribusi UMKM sangat nyata terhadap perekonomian Indonesia.

Dapat dilihat pada Tabel 1.2, GDP yang disumbangkan oleh UMKM berdasarkan sektor perekonomian di Indonesia. Kontribusi tertinggi disumbangkan oleh perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 1.185,65 trilyun Rupiah. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 957,63 trilyun Rupiah. Kontribusi ketiga terbesar diberikan oleh industri pengolahan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 585,65 trilyun Rupiah.

Tabel 1.2 Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah)

Sektor 2010)* 2011)**

Rp. Trilyun Persentase Rp. Trilyun Persentase 1. Pertanian, Peternakan, Sumber : Departemen Koperasi Nasional. 2012

Keterangan : * Data Sementara

** Data Sangat Sementara

(18)

10 dari jumlah produsen yang selalu meningkat setiap tahunnya. Salah satu industri UMKM yang paling berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri kulit yang salah satu produknya berupa alas kaki. Data sementara jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 adalah 940 unit industri, jenis industri yang berbahan baku dari kulit sebesar 163 . Industri ini merupakan industri ketiga yang terbanyak setelah industri logam yang berada di Kabupaten Bogor.

Tabel 1.3 Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor (2010-2011) Jenis Industri Kecil Jumlah Unit Usaha

2010 2011)*

1. Industri Logam 160 164

2. Industri Mesin 70 72

3. Industri Alat Angkut 30 31

4. Industri Elektronika 6 7

5. Industri Tekstil 350 361

6. Industri Aneka 9 11

7. Industri Barang Dari Kulit 151 163 8. Ind. Kimia & Barang Kimia 59 63 9. Ind. Plastik & Barang Plastik 53 68

Total 888 940

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2012 Keterangan : * Data Sementara

Alas kaki merupakan salah satu produk yang terbuat dari kulit, imitasi kulit dan kain. Pengerajin sepatu di Kabupaten Bogor tersebar di 5 kecamatan. Yaitu di Taman Sari, Ciomas, Dramaga, Ciawi dan Parung. Tercatat pada tahun 2010 Usaha Kecil Menengah (UKM) jenis ini mencapai 5.398 Unit yang memperkerjakan 39.871 orang (Radar Bogor. 2011). Sedangkan menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tercatat pada tahun yang sama bahwa terdapat 1.811 Unit usaha UMKM alas kaki yang

bergerak di Kecamatan Ciomas.

Data Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Bogor dan studi terdahulu dapat dilihat bahwa telah terjadi aglomerasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas sejak 20 tahun yang lalu. Dalam Priyarsono, Et al

(2007) menyatakan bahwa sebuah aglomerasi dapat meningkatkan kekuatan

(19)

11 tempat yang relatif dekat dengan input, konsumen atau keduanya. Penghematan ini bisa menekan biaya produksi yang rendah sehingga harga output industri rendah. Harga output yang rendah dapat menjadi pilihan konsumen yang rasional. Konsumen memilih output yang rendah kemudian meningkatkan omset perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan omset dengan biaya produksi yang rendah meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat berkembang. Perkembangan perusahaan ini menjadi alasan untuk para investor maupun kreditur baik dari sektor keuangan dan sebagainya datang untuk membiayai industri ini. Contoh perkembangan perusahaan dalam sebuah wilayah industri adalah kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah salah satunya adalah PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT JIEP) di Jakarta seluas 1550 hektar.

Contoh pola aglomerasi usaha yang ditunjukan PKL di beberapa daerah dewasa ini bahkan ikut menjadi bahasan penting dalam dunia akademis, hal ini menjadikan konsep spasial ekonomi eksistensinya terus berkembang, khusunya awal tahun 1990-an. Menurut Soepono (2002) dalam Amor (2004) mengklasifikasikan jenis usaha PKL dan pedagang umumnya sebagai bentuk

aglomerasi pemasaran. Aglomerasi atau pengelompokan usaha dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu aglomerasi pada industri manufatur, seperti Belt Manufacture (Inggris), Cibaduyut (Bandung), Silicon Valley (AS), dan

aglomerasi pada industri pemasaran, dikenal dengan usaha jasa atau usaha dagang, misalnya Pasar Turi (Surabaya), Pasar tanah Abang (Jakarta), Malioboro (Jogjakarta) dan lain-lain. Dasar aglomerasi ini disebabkan oleh melimpahnya informasi yang tersedia didaerah tersebut. Informasi yang beredar dalam perusahaan yang beraglomerasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

12 input alas kaki, tenagakerja yang produktifitas tinggi dengan harga murah dan mudah, serta kepastian pasar output pemasaran alas kaki di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan studi terdahulu, Upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang melemahkan daya saing terkait dengan faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas, kekurangan informasi serta krisis finansial global.

Hal ini didukung dengan kenyataan dilapangan terutama bahwa UMKM masih sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima untuk memperoleh pinjaman.

Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor yang apa memengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya?

2. Faktor-faktor apa yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya

2. Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya.

3. Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagaimana mengembangkan industri alas kaki yang sudah beraglomerasi terutama di Desa Mekarjaya.

(21)

13 dan minat terhadap perkembangan aglomerasi industri alas kaki serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada analisis kajian kondisi umum industri alas kaki di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas serta faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi unit usaha alas kaki seperti yang diungkapkan Marshall, dan daya saing industri alas kaki yang diungkapkan pada

diamond Porter yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri pendukung dan terkait, faktor strategi perusahaan dan pesaing, faktor kesempatan dan faktor pemerintah. Data yang digunakan adalah data Primer dengan metode wawancara. Sedangkan metode pengambilan sampelnya berdasarkan metode quota sampling

(22)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konsep dan Teori

2.1.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Industri kecil menurut Biro Pusat statistik (BPS) tahun 1997 adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenagakerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak

dibayar. Perusahaan yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat. Perusahaan yang memiliki pekerja antara 20-99 orang termasuk industri menengah. Adapun definisi dari usaha kecil dan menengah (UKM). Ditinjau dari berbagai peraturan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil serta memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

c. Milik warga negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang dimili, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

e. Bentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbaddan hukum, termasuk koperasi.

2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan atau usaha yang memiliki penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau aset/aktiva maksimal Rp.600.000.000,- (di luar tanah dan bangunan yang ditempati terdiri dari:

(23)

15 b. Perorangan (pengerajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa dan lain-lain)

3. Definisi usaha menengah bedasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil. Biasanya memiliki aset Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah, bangunan tempat usaha dan omset tahunan Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 4. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.250/KMK/04/1995 perusahaan

menengah adalah perusahaan yang memiliki penjualan bersih dalam setahun tidak melebihi Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

Selain ketentuan diatas. Usaha kecil dan menengah dapat pula dibedakan berdasarkan jumlah tenagakerja yang dipekerjakaan. Oleh Badan Pusat Statistik (BPS.1994) dikatakan usaha kecil jika jumlah tenagakerja yang dimiliki antara 5 sampai 19 orang, sedangkan usaha menengah mempekerjakan antara 15 sampai 99 orang. Dan lebih dari itu dikategorikan sebagai usaha besar.

2.1.2 Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena

informasi menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan). Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara – cara tertentu. Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

(24)

16 benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.

Pengertian informasi menurut Jogiyanto HM (1999), informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

– kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi informasi dalam sebuah perusahaan yaitu pengalaman usaha, relasi antara industri hulu dan industri hilir, pengaruh dari faktor eksternal seperti persaingan dan faktor internal seperti manajemen dan sumber daya manusia yang digunakan.

2.1.3 Aglomerasi

Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran wilayah industri yang erat kaitannya dengan aglomerasi.

Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah

aglomerasi,

2. Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.

Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu :

1. Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar.

2. Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama,

3. Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama.

(25)

17 berhubungan dalam perekonomian nasional. Porter selanjutnya mendefinisikan klaster sebagai konsentrasi secara geografis dari perusahaan-perusahaan dan instituisi yang saling terkait pada sektor tertentu. Keterkaitan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut sangat penting dalam menghadapi kompetisi.

Menurut Marshall (1920) dalam Priyarsono, et al (2007), perusahaan cenderung berkelompok di lokasi tertentu. Hal ini menandakan bahwa skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale) dapat dicapai oleh perusahaan-perusahaan dalam kelompok tersebut. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pengelompokan dari perusahaan-perusahaan tersebut hanya bersifat sementara.

Penentuan lokasi suatu perusahaan individual merupakan keputusan yang didasarkan pada perpaduan dari berbagai faktor yang memengaruhi seperti biaya transportasi, harga faktor lokal, kemungkinan produksi dan subtitasi, struktur pasar, kompetisi dan informasi. Suatu perusahaan akan memutuskan apakan menguntungkan untuk berdiri sendiri atau memutuskan untuk berlokasi dekat dengan perusahaan-perusahaan sejenis.

Aglomerasi disini dikaitkan dengan konsep “penghematan aglomerasi”

malalui konsep eksternalitas yang terdiri dari 2 pembedaan (Scott & Storper, 1992) yaitu:

1. Penghematan internal dan eksternal (internal eonomies dan ekseternal economiers). Penghematan internal merupakan pengurangan biaya secara internal dalam suatu perusahaan atau pabrik seperti pembagian kerja yang baik, mengganti tenaga manusia dengan mesin, melakukan sub kontrak beberapa aktifitas proses produksi ke perusahaan lain dan menjaga titik optimal operasi yang meminimalkan biaya. (Toyne. 1974). Sedangkan penghematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik seperti adanya tenaga terampil, bahan baku yang berasal dari daerah itu sendiri dan adanya persaingan antara jenis perusahaan yang sama dalam memperoleh pasar atau konsumen.

(26)

18 produksi per-unit dapat ditekan. Sedangkan penghematan cakupan dapat terjadi karena sejumlah aktifitas atau sub unit usaha secara internal maupun eksternal dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.

Teori klasik disempurnakan oleh tiga jalur paradigma, yaitu:

1. Melalui eksternalitas dinamis yang menekan peranan transfer informasi dan inovasi, dipercaya bahwa akumulasi informasi pada suatu lokasi tertentu akan meningkatkan produktifitas dan kesempatan kerja (Glaeser, et al, 1992). Dalam eksternalitas dinamis versi marshall-Arror-Romer ditekankan pentingnya transfer pengetahuan (knowledge spillovers) antar perusahaan dalam suatu jenis industri yang diperoleh lewat komunikasi yang terus berlangsng antar perusahaan lokal dalam industri yang sama sehingga teori ini penting dalam mempertahankan industri yang telah ada. Porter (1990), membuat argumen bahwa pertumbuhan industri didorong oleh transfer pengetahuan pada industri yang berspesialisasi pada produk tertentu dan terkonsentrasi secara spasial. Di lain pihak, Jacobs (1969), percaya sumber transfer pengetahuan yang paling penting berasal dari luar industri inti.

Sebagai contoh, industri pakaian dalam wanita tumbuh dari inovasi para desainer pakaian yang bukan berasal dari industri pakaian. Jadi inovasi dan pertumbuhan mengalir dari keanekaragaman industri-industri yang saling

berekatan lokasinya sehingga teori ini merupakan hal yang penting dalam menarik industri baru.

(27)

19 Weber (1929) menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada biaya transportasi dan tenagakerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenagakerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Biaya transportasi dan biaya upah tenagakerja merupakan faktor umum yang secara fundmental menentukan pola lokasi (Priyarsono, et al 2007).

Biaya transportasi bertambah secara proposional dengan jarak, jadi titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempatt produksi untuk menghasilkan satuan output dimana berat output akan dibawa ke pasar.

Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle. Pada Gambar 2.1 dimisalkan ada dua sumber bahhan baku yang lokasinya berbeda, yaitu M1 dan M2 dengan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian, terdapat 3 arah lokasi sehingga biaya angkut termurah adalah pada

pertemuan ketiga arah. Gambar tersebut terlihat bahwa lokasi optimum adalah titik T. untuk menunjukan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut.

Jika IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat bahan baku, dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar.

��= ℎ

�� ℎ��

Gambar 2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber Dimana :

T = Lokasi Optimum

I1, I2 = Lokasi Input

P = Pasar

a,b,c = Jarak lokasi input dan output

(28)

20 Biaya tenagakerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenagakerja perunit produksi lebih besar dari pada tambahan biaya transportasi per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenagakerja. Penggabungan kedua jenis biaya tersebut melahirkan pendekatan biaya terendah seperti Gambar 2.2

Gambar 2.2 Kurva Isodapan dari Weber

Gambar 2.2 mengambarkan tentang isodapan, maka isodapan (isodapane) adalah kurva yang menggambarkan berbagai lokasi industri yang memberikan tingkap biaya transportasi yang sama untuk sebuah lokasi biaya

tenagakerja. Dalam Gambar tersebut diluar titik T, terdapat isodapan 1,2 dan titik L adalah lokasi pasar tenagakerja di dalam isodapan 2 dan perusahaan akan

melihat apakah tetap berada di titik T atau berpindah ke lokasi dimana terdapat pasar buruh dengan upah yang rendah.

Terjadinya aglomerasi menurut Weber adalah sebagai berikut. Jika titik T merupakan tempat dengan biaya transportasi minimum, maka diluar T dapat dibuat isodapan. Isodapan bisa menggambarkan deviasi biaya transportasi yang sama besarnya dari titik T. Jika selisih biaya salah satu kurva tersebut dari titik T adalah sama dengan keuntungan non-transporasi yang dapat diperoleh pada satu tempat alternatif, maka kurva ini dinamakan isodapan kritis. Keuntungan non transportasi antara lain, upah buruh yang lebih murah/lebih mudah diperoleh, lebih tersedianya fasilitas pendukung seperti perbengkelan, pasar untuk kebutuhan sehari-hari, fasilitas sosial. Artinya, apabila industri memilih lokasi di tempat tersebut, tambahan biaya transportasi akan diimbangi oleh penghematan di luar biaya transportasi. Jika tempat ini berada lebih ke dalam dari kurva isodapan kritis maka lokasi tersebut adalah tempat produksi yang lebih efisien dari T. Weber

Keterangan :

(29)

21 menggambarkan dalam diagram yang menjelaskan terjadinya aglomerasi dapat dilihat pada Gambar 2.3

Dalam diagram pada Gambar 2.3 digambarkan ada 3 industri yang masing-masing memiliki lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan di lokasi A.

Gambar 2.3 Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi

Dengan demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isodapan kritis dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi. Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri yang baru cenderung tidak mampu bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi dekat dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T-nya.

2.1.4 Teori Daya Saing dan Keunggulan Kompetitif Diamond Porter

Daya saing sering diidentikkan dengan produktifitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktifitas meliputi, peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total faktor produktifitas).

(30)

22 (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersamasama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory.

2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition)

Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan kompetitif suatu industri. Menurut Porter, faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan

menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut.

2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition)

Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi posisi daya saing nasional. Mutu produk dan produktivitas suatu negara akan mempengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen.

2.1.4.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry)

Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi posisi daya saing suatu industri. Untuk itu perlu dijaga

(31)

23 memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir. Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah. Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara.

2.1.4.4 Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry)

Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan

untuk mencari pasar internasional (berorientasi ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa.

2.1.4.5 Peran Pemerintah (government)

Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri. Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara tidak langsung pemerintah dapat mempengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan jasa. Pemerintah juga dapat mempengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia, berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenagakerja, pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk.

2.1.4.6 Peran Kesempatan (chance event)

Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing

(32)

24 industri dan pemerintah. Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk serta kondisi politik yang stabil juga merupakan kesempatan yang dapat diambil oleh para pelaku usaha. Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental), sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para pelaku usaha.

Menurut Michael Porter (2000) dalam BI (2009) Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing.

2.2 Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya

Pada kenyataan yang terjadi sekarang ini, industri sepatu Ciomas kurang berkembang karena beberapa kendala antara lain faktor pemasaran dan permodalan. Amor (2004) menyatakan bahwa permodalan yang ada pada sebagai

besar Industri Kecil (IK) sepatu ciomas berasal dari pengumpul atau gosir. Pemberi order dalam hal ini adalah grosir yang menetapkan jumlah dan model pesanan, harga jual sekaligus menyediakan modal yang diperlukan IK tersebut.

Pemasaran yang terjadi selama ini dimana produk sepatu Dikumpulkan untuk dijual kembali ke para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Namun ada juga beberapa IK sepatu yang tidak meminjam atau menerima order dari grosir, berusaha dengan modal sendiri serta memasarkan sendiri produk sepatu ke toko-toko.

(33)

25 tidak bisa menekan biaya produksi dan faktor-faktor eksternal diluar kendali

Dalam penelitian Dhina Ermayani (2009) menyatakan bahwa ada beberapa kekuatan serta kelemahaan dalam pengembangan klaster UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Kecamatan Ciomas. Kekuatan yang dimiliki yaitu faktor input tenagakerja yang berpengalaman, harga produk yang terjangkau dan memiliki hubungan baik dengan pemasok bahan baku, distributor serta toko besar. Kelemahan yang dimiliki oleh industri kerajinan alas kaki ini ialah kekurangan modal untuk melakukan produksi, kurangnya manajerial dalam perusahaan sehingga produk kurang dikenal pasar dan kurangnya hubungan dengan badan pendukung produksi seperti badan keuangan serta badan pemerintahan.

Dan hasil penelitian Widyastutik, et al (2010). Menyatakan bahwa ada beberapa faktor utama penciri utama keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UMKM alas kaki di Kota Bogor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor input (Input Condition), faktor permintaan (Demand Condition), industri pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing (Content Firm and Stategy) dan modal sosial (Sosial Capital). Dari hasil penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap klaster industri alas kaki adalah sumber daya sosial dan kondisi permintaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah apakah

(34)

26 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu :

No Nama

Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan jarak yang dekat. Kelemahan yang dimiliki ialah kurangnya manajerial, pesaing, kekuatan tawar grosir dan faktor-faktor eksternal diluar kendali perusahaan.

Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan hubungan dengan industri terkait. Kelemahan yang dimiliki ialah sulitnya modal, kurangnya manajerial, kurangnya hubungan dengan badan terkait produksi pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing

(35)

27 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Dari data sekunder penelitian, industri UMKM memiliki potensi memberikan kontribusi PDB Indonesia kemudian UMKM yang memberikan kontribusi ke tiga dalam PDB indonesia adalah adalah industri pengolahan. Kabupaten bogor memiliki banyak industri pengolahan salah satu industri pengolahan yang potensial di Kabupaten Bogor adalah industri alas kaki. industri alas kaki tersebar di lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dengan salah satu Kecamatan Ciomas dengan Desa Mekarjaya sebagai sentra alas kaki.

Berdasarkan studi terdahulu, upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan faktor internal seperti modal dan sumberdaya manusia, dan faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif. Masalah ini mengakibatkan belum optimalnya daya saing industri alas kaki didesa Mekarjaya tersebut.

Kesulitan dalam pencarian modal baik dalam bentuk kredit maupun bentuk modal usaha lainnya diperlukan strategi untuk menyelesaikannya. Menurut studi sebelumnya, biasanya modal ini didapatkan dari para pengecer/grosir yang

memesan alas kaki maupun dari keluarga dan lembaga non keuangan lainnya. Kemudian strategi selanjutnya adalah perusahaan alas kaki menciptakan aglomerasi pada suatu tempat kasus di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas yang

telah dulu eksis di Kota Bogor, aglomerasi disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Marshall, ada tiga sebab terbentuknya aglomerasi yaitu kemudahan mendapatkan informasi, input lokal tidak diperdagangkan dan tenagakerja terampil. Dalam penelitian ini kelimpahan informasi sebagai faktor yang diteliti dimana dengan informasi dapat memengaruhi kebijakan perusahaan.

Analisis yang mengkaji keragaan unit usaha alas kaki di Desa Mekarjaya menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam melihat keragaan dan karakteristik masing-masing perusahaan alas kaki yang beraglomerasi. Karakteristik digambarkan dari lama usaha, pindidikan terakhir responden, tenaga kerja yang digunakan, input dan omset yang diperoleh.

(36)

28 untuk menguji signifikansi antar variabel dimana variabel dependennya adalah kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan yang ada di Desa Mekarjaya. Setelah mengetahui variabel yang signifikan dalam mempengaruhi, direkomendasikan peningkatkan aglomerasi tersebut untuk memecahkan perolehan modal dengan cara meningkatkan penghematan industri alas kaki baik skala maupun cakupan.

Analisis yang memenentukan tingkat daya saing menggunakan metode

diamond porter dengan memperhitungkan kekuatan daya saing dari industri alas kaki. Metode diamond porter menunjukan bahwa ada beberapa faktor kekuatan daya saing di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri terkait, faktor strategi perusahaan struktur dan persaingan, Analisis tingkat daya saing menggunakan analisis deskriptif dalam melihat masing-masing faktor daya saing tersebut. Untuk jelasnya kerangka pemikiran diilustrasikan ke dalam Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kerangka Penelitian

Banyak UMKM industri di Kabupaten Bogor berkumpul dan berpotensi dikembangkan salahsatunya alas kaki

Aglomerasi Industri Alas Kaki

(37)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk digunakan sebagai tempat penarikan sampel hanya satu desa yaitu Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pemilihan desa ini dikarenakan Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari tiga besar desa yang memiliki industri alas kaki di Kecamatan Ciomas. Kecamatan

Ciomas dipilih karena kecamatan selain Kecamatan Ciomas tidak memiliki data industri alas kaki selengkap Kecamatan Ciomas. Untuk periode waktu penelitian sekitar bulan Juli sampai September 2012 dengan melakukan metode wawancara terstruktur dan observasi. Dengan melihat perilaku dan perkembangan perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya yang dipengaruhi oleh faktor musiman.

3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang utama digunakan dalam penelitian, Metode pengumpulan data primer yang digunakan peneliti ialah metode wawancara kepada responden yang dipandu dengan kuisioner penelitian dan observasi lapang. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen milik lembaga-lembaga publikasi pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas, hasil studi literatur dan referensi lainnya berupa berbagai buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian. Data yang diambil dilihat pada Tabel 3.1

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Menurut Juanda (2010) metode wawancara ini merupakan alat yang baik

untuk digunakan karena :

1. Metode terbaik untuk menilai keadaan pribadi 2. Tidak dibatasi umur dan tingkat pendidikan

(38)

30 Tabel 3.1 Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian

Jenis data Data Sub-Data

Sekunder

- Jumlah industri nasional - Produktivitas industri nasional

- Perkreditan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara nasional - Jumlah dan proporis (UMKM) sepatu menurut desa di Kecamatan Ciomas - Klasifikasi industri alas kaki di Desa Mekarjaya menurut tenagakerja

Faktor input - Ketersediaan input dasar

- Alat dan mesin produksi - Tenagakerja

- Modal

Faktor permintaan - Jumlah permintaan

- Luas pangsa pasar - Perolehan informasi - Promosi

Faktor industri pendukung dan terkait - Keterlibatan instalasi pemerintah - Keterlibatan lembaga penelitian - Keterlibatan lembaga keuangan - Keterlibatan asosiasi dan panguyuban Faktor strategi perusahaan dan pesaing - Kontinuitas ketersediaan produk

- Kualitas internal perusahaan - Kualitas eksternal perusahaan - Hubungan antar pengusaha

Faktor modal sosial - Permodalan usaha dari keluarga

- Dampak terhadap lingkungan - Moral yang dijunjung

- Kekeluargaan antar pekerja Persentase tenagakerja terampil Perbandingan antara jumlah

tenagakerja yang digunakan dengan jumlah tenagakerja terampil yang diperoleh dari kecamatan ciomas.

Kelimpahan informasi Kecepatan dan ketepatan sebuah

perusahaan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menentukan suatu kebijakan.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ialah quota sampling. Teknik ini peneliti mengklasifikasikan populasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti jumlah tenagakerja, jumlah aset dan omset yang digunakan oleh perusahaan alas kaki. Teknik ini dipilih untuk memastikan bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan dipilih. Teknik quota sampling digunakan karena peneliti tidak memiliki sampling frame atau kerangka penarikan contoh yang berisi daftar lengkap anggota polulasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

(39)

31 yang secara empiris jumlah responden yang dapat memberikan ragam untuk sampel stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Walpole 1997). Penetapan ukuran contoh seperti ini agar mudah menggunakan analisis statistika yang standar karena menurut teori limit pusat, dugaan rata-rata akan mendekati sebaran normal. Penambahan responden dilakukan dengan asumsi bahwa semakun banyak jumlah responden maka data yang diperoleh semakin baik dan menggambarkan ragam populasi, penambahan ini mempertimbangkan kemampuan penulis.

Menurut Kantor Kecamatan Ciomas, 2009, klasifikasi unit usaha alas kaki yang berdasarkan tenagakerja (BPS, 1997) ada 3 golongan. Unit usaha mikro sebanyak 53 usaha atau 43 persen, unit usaha kecil Sebanyak 58 usaha atau 47 persen, dan unit usaha menengah sebanyak 10 usaha atau 10 persen. Dasar inilah klasifikasi dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dimana usaha mikro 43 persen atau 15 unit usaha, usaha kecil 48 persen atau 17 unit usaha dan usaha menengah 9 persen atau 3 unit usaha. Klasifikasi reponden tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Klasifikasi Responden Penelitian Alas Kaki di Desa Mekarjaya Klasifikasi Responden (Unit Usaha) Persentase

Mikro 15 43

Kecil 17 48

Menengah 3 9

Total 35 100

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yamg digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logit. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik responden unit usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Analisis regresi logistik digunakan dalam menganalis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi suatu perusahaan dalam aglomerasi.

3.3.1 Metode Analisis Deskriptif

(40)

32 ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel atau populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat Tabel dan gambar. Sebagaimana diketahui bahwa analisis deskriptif tidak dilakukan perhitungan dan uji statistik. Sehingga tidak bisa dilakukan inferensia terhadap hasil analisis ini. Namun hasil analisis ini dapat memberikan informasi yang baik jika akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

A. Analisis Deskriptif Kualitatif Karakteristik Unit Alas Kaki

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik unit usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Karakteristik yang akan dianalisis diantaranya adalah lama usaha, pendidikan terakhir responden, tenagakerja yang digunakan, upah tenaga kerja, modal yang digunakan, omset perusahaan dan output yang dihasilkan dalam bentuk harga.

B. Analisis Deskriptif Tingkat Daya Saing Diamond Porter

Analisis daya saing akan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menganalisis setiap komponen dalam teori berlian porter.

(Porter’s Diamond Theory). Komponen yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing dengan menggunakan model diamond porter yaitu:

1. Faktor kondisi sumberdaya, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenagakerja dan infrastruktur.

2. Faktor permintaan, yaitu keadaan permintaan atas produk alas kaki yang dihasilkan oleh unit usaha alas kaki.

3. Faktor industri pendukung dan terkait, yaitu keadaan industri yang mendukung usaha alas kaki seperti industri keuangan, industri hulu dan hilir serta distributor.

4. Faktor strategi perusahaan dan pesaing, yaitu strategi yang dijalankan perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam industri alas kaki.

(41)

33 sangat menentukan perkembangan dari industri yang dapat menjadi competitif adventage dari industri alas kaki. Interaksi antar faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Bagan Interaksi dari Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter

3.3.2 Model Regresi Logistik

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi, regresi logistik adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik variabel tak bebasnya bersifat biner, yakni memiliki nilai diskontinu 1 dan 0. Menurut Juanda (2009), regresi logistik merupakan suatu model dimana respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan yang ada. Model logit juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia, variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk dummy (0,1,2,3,...)

Nilai variabel tak bebas dari model logistik antara 0 dan 1, bentuk fungsi

dari model logistik adalah

1− = + �+� ………. (3.1)

P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner, yaitu 0 dan 1.

Nilai P diperoleh dari : =�� = 1 = 1

(42)

34 Sebaran peluang digunakan dalam fungsi logit adalah sebaran logistik, sehingga nilai harapat bersyarat Y jika diketahui X adalah

E (Y⃒X = π X = − �(�)

1+ �(�) dengan g(X) =

�( )

1−�( ) ………... (3.3)

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel respon adalah kelimpahan informasi (information spillovers) yang datanya biner menggambarkan bentuk

data “Memperoleh Informasi atau Tidak Memperoleh Informasi”. Menurut

Marshall (1920) dalam Priyarsono (2007) perusahaan cenderung berkelompok di lokasi tertentu. Lebih lanjut Marshall mengemukakan terdapat 3 sumber aglomerasi yang salah satunya adalah kelimpahan informasi yang didapatkan oleh perusahaan alas kaki. informasi yang cepat dan tepat ini berguna untuk menentukan kebijakan sebuah perusahaan alas kaki baik dari sisi pembelian input, produksi, model dan pemasaran. Informasi yang menentukan kebijakan usaha alas kaki yaitu informasi tentang harga baik input maupun produk dan model yang berlaku saaat ini.

Berdasarkan hipotesis, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perolehan informasi pada sebuah perusahaan adalah kondisi persaingan baik persaingan model maupun harga, lama tahun dengan konsumen/grosir setia dibandingkan dengan lama usaha, lama usaha, jumlah tenagakerja dan ada tidaknya promosi yang dilakukan.

Dengan demikian model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

�� =1+ − 0+ 1 1+ 2 2+1 ⋯+ 5 5 ………. (3.4)

Setelah ditransformasikan kedalam logit menjadi:

Logit(Pi) = 0 ± 1 1 ± 2 2 ± 3 3 ± 4 4 ± 5 5 ±� ………… (3.5)

Dimana

Logit(Pi) = Peluang responden perusahaan alas kaki memperoleh informasi yang

dapat menentukan kebijakan perusahaannya. (bernilai “1” untuk yang memperoleh dan bernilai ”0” untuk yang tidak memperoleh)

β0 = Intercept

β0 = Konstanta

(43)

35 X1 = Kesehatan Persaingan (1-4 Sangat buruk, buruk, baik, sangat baik) X2 = Perbandingan antara lama loyalitas konsumen (tahun) terhadap lama

usaha yang berjalan (tahun) X3 = Lama Usaha (Tahun)

X4 = Tenagakerja yang digunakan (Orang)

X5 = Promosi (1,0 1-Dilakukan, 0-Tidak Dilakukan)

ε = Galat

Menurut juanda (2009), perlu dilakukan uji signifikasi model regresi logitik dugaan dan uji signifikansi masing-masing variabel independent untuk memeriksa apakah model secara statistic signifikan, serta variabel independent

apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Hipotesis dari masing-masing variabel independent yaitu:

1. Persaingan berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. Semakin baik persaingan antar perusahaan, maka perolehan informasi semakin mudah.

2. Kerjasama dengan konsumen/grosir berpengauh positif terhadap kelimpahan informasi. Semakin baik kerjasama yang dijalin sebuah perusahaan dengan konsumen, maka perolehan informasi semakin mudah 3. Lama usaha berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi.semakin

lama sebuah perusahaan berdiri, maka perolehan informasi semakin mudah

4. Jumlah tenagakerja berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. Semakin banyak perusahaan menggunakan tenagakerja, maka perolehan informasi semakin mudah.

5. Promosi berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. jika perusahaan melakukan promosi atas produknya, maka perolehan informasi menjadi mudah.

Nilai Odds Ratio

Rasio Odd merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi pilihan-0 (juanda,2009). Koefisien bertanda positif menunjukan nilai rasio odd yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang

(44)

36 bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel terikat (dependent) yang digunakan memiliki nilai nol “0” dan satu “1”. Nilai nol mewakili jawaban sebuah perusahaan tidak memerolehan informasi yang bisa menentukan kebijakannya. Sedangkan nilai satu mewakili jawaban sebuah perusahaan memerolehan informasi yang bisa menentukan kebijakannya. Informasi yang menentukan kebijakan usaha alas kaki dalam penelitian yaitu informasi tentang harga baik input maupun produk dan model yang berlaku saaat ini. Variabel terikat (independent) yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi peluang perusahaan memperoleh sebuah informasi yang antara lain:

1. Kesehatan Persaiangan (X1) adalah persaingan merupakan suatu perjuangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang tertentu (kelompok Usaha), agar memperoleh kemenangan atau hasil usaha secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya. Variabel

ini diukur dalam satuan kebaikan persaingan baik persaingan model maupun persaingan usaha antar unit usaha alas kaki. Dimana nilai 1 untuk persaingan sangat buruk, nilai 2 untuk persaingan buruk, nilai 3 untuk persaingan baik

dan nilai 4 untuk persaingan sangat baik. Hipotesis dari variabel ini adalah semakin baik persaingan perusahaan alas kaki maka semakin mudah memperoleh informasi.

2. Kesetiaan Konsumen (X2) adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang-ulang pada badan usaha yang sama secara teratur dalam hal ini adalah grosir. Variabel kesetiaan konsumen diukur dalam satuan tahun kesetiaan konsumen dibandingkan dengan lama usaha perusahaan alas kaki dimana semakin setia konsumen membeli pada sebuah perusahaan maka informasi yang didapatkan semakin mudah.

(45)

37 4. Tenagakerja (X4) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Variabel tenagakerja diukur dalam satuan orang dimana semakin banyak tenagakerja yang digunakan oleh sebuah perusahaan maka perolehan informasi semakin mudah.

(46)

38 BAB IV

KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNITT USAHA ALAS KAKI DI DESA MEKARJAYA

4.1 Geografi dan Pemerintahan Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Secara geografis Kabupaten Bogor mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 letak antara 6.19o -6.47o lintang selatan dan 106o1‟-107o103‟ bujur timur.

Kabupaten Bogor ini berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kota Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tanggerang Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta Sebelah Timur Laut : Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Bedasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial, pada tahun 2010 Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 Desa/Kelurahan, 3.516 RW dan 13.603RT. Dari jumlah desa tersebut mayoritas memiliki ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Yakni 234 desa. Sedangkan atara 500-700 m diatas permukaan laut. Hampir sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai swakarya sebesar 350 desa, lainnya 77 desa merupakan desa Swasembada, dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa dan desa pedesaan sebanyak 331 desa

4.2 Sejarah Industri Kerajinan Sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu :
Gambar 2.4 Kerangka Penelitian
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing dan mengantarkan kita menuju zaman yang lebih baik

Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing dan mengantarkan kita menuju zaman yang lebih baik

Shalawat dan salam terlimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas inspirasinya-lah maka penulisan skripsi yang berjudul ” SISTEM PENGATURAN DAN

yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya, tak lupa shalawat serta salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., sehingga skripsi dengan judul “Studi alternatif

Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayanya serta shalawat dan salam atas junjungan kita nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis mampu

telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat

Tak lupa pula shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas