• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai dan dampak ekonomi pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai dan dampak ekonomi pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT

NOVALITA BUDIARTI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Nilai dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat adalah karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi maupun lembaga manapun. Sumber pustaka yang dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah dicantumkan dalam teks dan Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Novalita Budiarti H44080010

(3)

ii

NOVALITA BUDIARTI. Nilai dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan

Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing Oleh

METI EKAYANI dan NUVA.

Situs Megalitik Gunung Padang (SMGP) memiliki daya tarik wisata berupa situs peninggalan purbakala yang penting di Kabupaten Cianjur. Daya tarik tersebut membuat SMGP menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Pengelola melakukan pengembangan wisata di SMGP karena berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal, namun di sisi lain pengembangan wisata juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, nilai dan dampak ekonomi SMGP perlu dikaji.

Secara umum pengunjung menilai keberadaan dan pengembangan kawasan wisata SMGP adalah baik, namun aksesibilitas menuju kawasan wisata dinilai sulit oleh pengunjung. Kondisi fasilitas wisata berupa kantor informasi dinilai tidak memadai, serta kondisi papan interpretasi dan kios cinderamata dinilai tidak tersedia. Manfaat yang dirasakan masyarakat dan tenaga kerja lokal dari pengembangan kawasan wisata tersebut adalah peningkatan lapangan kerja. Manfaat yang dirasakan unit usaha dari pengembangan kawasan wisata adalah peningkatan pendapatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di SMGP diestimasi dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan Individual Travel Cost Method. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata di SMGP adalah biaya perjalanan, tingkat pendapatan pengunjung, jarak tempuh, dan umur pengunjung. Hanya variabel tingkat pendapatan yang memiliki pengaruh positif terhadap permintaan wisata.

Nilai ekonomi kawasan wisata dan surplus konsumen diperoleh dengan pendekatan Travel Cost Method, dimana nilai surplus konsumen yang diterima pengunjung per kunjungan adalah Rp 46.395,35 dan nilai ekonomi SMGP adalah Rp 1.626.388.953,00. Dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata diestimasi dengan menggunakan pendekatan multiplier effect, dimana dampak langsung adalah sebesar Rp 103.777.449,30, dampak tidak langsung adalah sebesar Rp 39.124.998,00, dan dampak lanjutan adalah sebesar Rp 26.560.000,00. Nilai Keynesian Income Multilplier adalah 1,58, nilai Ratio Income Multiplier Tipe I adalah 1,38, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 1,63.

(4)

iii

PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT

NOVALITA BUDIARTI

H44080010

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

iv NIM : H44080010

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Nuva, SP, M.Sc NIP. 19690917 200604 2 011 -

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003

(6)

v Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses pengerjaan skripsi ini, terutama kepada:

1. Mama (Yeni Herliani), Papa (Budi Heryana), adik-adik ku (Rizka, Azkia, dan Elbarra), dan Delik Puji R atas segala doa, semangat, perhatian, kasih sayang, bantuan dan motivasi yang tiada henti diberikan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc, sebagai dosen pembimbing pertama dan Nuva, SP, M.Sc, sebagai dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Pini Wijayanti, SP, M.Si sebagai dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si sebagai dosen perwakilan departemen atas masukannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur dan Juru Pelihara Situs Megalitik Gunung Padang, Bapak Nanang, atas kerjasama dan bantuannya, serta seluruh responden yang telah membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Livia, Sari, Esti, Tya, Nanda, Asih, Nia, Dewi, Mimi, Alya, Anggi AO, Iki dan teman-teman ESL 45 tercinta yang tidak bisa disebutkan satu per satu, atas kebersamaan, kekeluargaan, dan kekompakannya selama ini.

(7)

vi Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)
(9)

viii

5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang ... 46

5.4 Karakteristik Responden Unit Usaha Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang ... 47

5.5 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Lokal Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang ... 49

6.4 Persepsi Responden Unit Usaha dan Tenaga Kerja Lokal terhadap Pengemangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang ... 60

(10)

ix

Permintaan Wisata ke Situs Megalitik Gunung Padang ... 65

7.4 Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata ke Situs Megalitik Gunung Padang ... 67

VIII NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG ... 69

8.1 Nilai Ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang ... 69

8.2 Dampak Ekonomi Wisata Situs Megalitik Gunung Padang ... 71

8.4.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) ... 74

8.4.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 75

8.4.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) ... 77

8.4.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ... 79

IX ESTIMASI TARIF MASUK KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG ... 81

9.1 Estimasi Tarif Masuk Kawasan Situs Megalitik Gunung Padang dengan Pendekatan Surplus Konsumen ... 81

9.2 Estimasi Tarif Masuk Situs Megalitik Gunung Padang Berdasarkan Willingness To Pay ... 82

X KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

10.1 Kesimpulan ... 86

10.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 92

(11)

x 1. Penelitian Mengenai Persepsi Pihak Terkait terhadap Keberadaan

dan Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung

Padang.…... 18 2. Penelitian Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Wisata………... 18 3. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Kawasan Wisata……….. 19 4. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata……… 19 5. Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata……... 20

6. Matriks Metode Analisis Data………... 27

7. Indikator Persepsi Pihak Terkait di Situs Megalitik Gunung

Padang... 28 8. Karakteristik Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang

Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (Demografi)……….... 42 9. Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata di Situs

Megalitik Gunung Padang………... 44 10. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Situs Megalitik

Gunung Padang ………... 46 11. Karakteristik Responden Unit Usaha Situs Megalitik Gunung

Padang ………... 48 12. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Lokal Situs Megalitik

Gunung Padang ………..…... 49 13. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas Wisata

…………... 52 14. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Aksesibilitas dan

Keamanan ...………..………... 53

15. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Lingkungan Situs

Megalitik Gunung Padang………... 55

16. Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan

Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang.………... 57 17. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Situs Megalitik Gunung

Padang ………... 59 18. Persepsi Responden Unit Usaha dan Tenaga Kerja Lokal terhadap

(12)

xi 22. Tingkat Kebocoran Pengeluaran Pengunjung per Bulan di Situs

Megalitik Gunung Padang ……….….……….. 73 23. Proporsi Pendapatan Pemilik Unit Usaha di Situs Megalitik

Gunung Padang ………..…….………. 74

24. Dampak Ekonomi Langsung..………... 75 25. Pengeluaran Unit Usaha Situs Megalitik Gunung Padang Pada

Tahun 2012…….………... 76

26. Dampak Ekonomi Tidak Langsung………... 77

27. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal di Situs Megalitik

Gunung Padang………... 78

28. Dampak Ekonomi Lanjutan...………... 78 29. Nilai Efek Pengganda dari Arus Uang yang Terjadi di Situs

Megalitik Gunung Padang……..……….……….. 79

30. Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Tarif Masuk Situs

(13)

xii 1. Rata-rata Jumlah Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang

2009-2011………...

4 2. Kerangka Pemikiran Penelitian……… 24 3. Kesediaan Membayar Pengunjung terhadap Tarif Masuk Situs

(14)

xiii 1. Model Hasil Regresi Berganda Variabel yang Mempengaruhi

Jumlah Kunjungan Wisata ke Situs Megalitik Gunung Padang……

93

2. Residual Plot………. 94

3. Uji Kolomogorov Smirnov……… 95

4. Uji Glejser………. 96

5. Jumlah Kunjungan Situs Megalitik Gunung Padang Tahun 2011... 97 6. Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir ... 98 7. Hasil Analisis Regresi JK VSBP...………... 99 8. Proporsi Pengeluaran Pengunjung di Kawasan Wisata dan

Kebocoran………...

100 9. Pengeluaran Unit Usaha Situs Megalitik Gunung Padang.………... 103 10. Pendapatan Tenaga Kerja Lokal Situs Megalitik Gunung Padang... 104

11. Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal……….. 105

(15)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang terdapat di seluruh kepulauan Indonesia. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata. Daya tarik wisata baik yang bersumber dari alam maupun kreasi manusia (man made) merupakan unsur penting dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata di Indonesia.

Salah satu daya tarik wisata yang dapat menunjang pengembangan sektor pariwisata di Indonesia adalah monumen bersejarah dan peninggalan-peninggalan dari peradaban masa lalu yang dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk cagar budaya (John dan Mackinnon, 1990). Monumen bersejarah dan peninggalan-peninggalan dari peradaban masa lalu merupakan warisan masyarakat yang sangat bernilai dan keberadaannya harus dijaga untuk generasi mendatang (ICOMOS, 1999). Tujuan pengelolaan cagar budaya selain melindungi objek beserta tempat warisan budaya, sejarah, dan purbakala, juga menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata (IUCN, 1978 dalam John dan Mackinnon, 1990).

(16)

2 meningkatkan dan mengembangkan perekonomian nasional, pariwisata juga memiliki peran yang penting dalam kegiatan ekonomi lokal. Pengembangan potensi pariwisata nasional tidak hanya memberikan kontribusi di bidang ekonomi, seperti memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, pendapatan daerah, dan pendapatan nasional, tetapi sektor ini juga memberikan kontribusi dalam pelestarian alam, lingkungan, dan peninggalan budaya (Pitana dan Diarta, 2009).

Sektor pariwisata merupakan industri yang tidak berdiri sendiri, tetapi membantu dan melengkapi percepatan pertumbuhan industri lainnya, seperti kerajinan tangan, penginapan, dan transportasi. Pariwisata mampu memberikan dampak positif dalam perekonomian terutama dampak dari multiplier effect. Hal tersebut yang menjadi nilai tambah dari sektor pariwisata sebagai alternatif ekonomi dalam penanggulangan masalah kemiskinan yang sedang dihadapi Indonesia (Yoeti, 2008). Pariwisata menjadi katalisator dalam pembangunan karena kegiatan wisata memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat (Yoeti, 2008). Pariwisata juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosial budaya maupun lingkungan hidup. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam jangka panjang potensi wisata di Indonesia akan terganggu. Oleh karena itu, agar manfaat dari kegiatan pariwisata dapat terus dirasakan maka kegiatan pariwisata harus dilakukan secara berkelanjutan.

(17)

3 (Damanik dan Weber, 2006). Pariwisata yang berkelanjutan harus melibatkan masyarakat lokal karena mereka yang akan menyediakan sebagian besar atraksi dan menentukan kualitas produk wisata. Masyarakat lokal merupakan pihak yang paling dekat dengan keberadaan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi wisatawan. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi di sekitar kawasan wisata akan berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat lokal. Mereka memiliki tradisi dan kearifan lokal dalam menjaga sumberdaya wisata, sehingga peran masyarakat lokal penting dalam mewujudkan pariwisata berkekanjutan.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang besar baik yang sudah dikembangkan maupun belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten ini selain dikenal dengan keindahan alam dan sumber daya alam yang melimpah, juga memiliki peninggalan budaya yang penting. Peninggalan budaya yang penting di daerah ini adalah Situs Megalitik Gunung Padang. Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 139/M Tahun 1998 dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

(18)

4 Indonesia, yang dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah dan masyarakat lokal apabila dikelola dengan benar.

1.2 Perumusan Masalah

Daya tarik wisata berbasis man made merupakan salah satu aspek penting yang dapat mendorong pengembangan pariwisata, khususnya wisata budaya. Situs Megalitik Gunung Padang sebagai kawasan yang memiliki daya tarik wisata berbasis man made memiliki potensi yang besar. Keindahan situs dan pengalaman unik serta indah yang diperoleh wisatawan dari kegiatan wisata menjadi daya tarik dalam wisata budaya ini. Hal tersebut terlihat dari permintaan wisata yang cukup besar. Data rata-rata jumlah kunjungan ke SMGP tahun 2009 sampai 2011 dapat dilihat pada (Gambar 1).

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur (2012)

Gambar 1. Rata-Rata Jumlah Kunjungan ke Situs Megalitik Gunung Padang 2009-2011

Jumlah kunjungan ke SMGP mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Peningkatan yang tajam terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2011 karena aksesibilitas, sarana, dan prasarana di kawasan tersebut mulai dibangun dan diperbaiki. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya

959 1194

2921

2009 2010 2011

Jumlah Kunjungan ke SMGP

(19)

5 pengaspalan jalan menuju kawasan, tempat parkir, kantor informasi, mushola, toilet, menara pandang, dan jalan setapak. Peningkatan jumlah kunjungan juga disebabkan banyak media cetak maupun elektronik yang memberitakan tentang keberadaan, keunikan, fenomena, dan potensi wisata yang dimiliki kawasan ini.

Peningkatan jumlah kunjungan secara langsung dan tidak langsung mendatangkan keuntungan ekonomi khususnya bagi masyarakat lokal. Pemanfaatan potensi SMGP menjadi kawasan wisata, mendorong terciptanya lapangan kerja baru dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Peningkatan jumlah kunjungan yang pesat juga berpotensi menimbulkan over carrying capacity dalam jangka panjang. Hal tersebut berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelestarian SMGP. Oleh karena itu, nilai ekonomi kawasan wisata SMGP perlu diketahui agar pengelolaan kawasan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan, sehingga dampak negatif dari kegiatan wisata dapat diminimalkan.

(20)

6 Pengelola harus memperhatikan kesediaan membayar pengunjung (willingness to pay) terhadap tarif masuk kawasan SMGP. Hal ini dilakukan karena pengunjung merupakan pihak yang secara langsung merasakan dampak dari penetapan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, penetapan tarif masuk kawasan wisata harus sesuai dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung, agar kuantitas kunjungan tetap stabil.

Pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang sangat tergantung pada aspek permintaan wisata. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke SMGP perlu diketahui untuk menjaga agar tingkat kunjungan wisatawan tetap stabil dan tidak melebihi carrying capacity lingkungan. Selain itu, pengelola sebagai pengambil keputusan perlu mempertimbangkan persepsi serta harapan pengunjung dan masyarakat dalam penyusunan rencana strategis pengelolaan kawasan wisata. Berdasarkan pembahasan di atas, dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji, yaitu : 1. Bagaimana potensi pengembangan wisata di SMGP?

2. Bagaimana permintaan wisata ke SMGP?

3. Kawasan SMGP belum dinilai secara ekonomi sehingga cenderung under value dalam pemanfaatannya.

4. Kawasan SMGP masih open acess dalam pemanfaatannya sehingga berpotensi over carrying capacity dalam jangka panjang.

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

7 1. Mengidentifikasi persepsi pihak terkait terhadap keberadaan dan

pengembangan kawasan wisata SMGP.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke SMGP.

3. Mengestimasi nilai ekonomi dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengembangan wisata di SMGP.

4. Mengestimasi tarif masuk kawasan SMGP yang diinginkan pengunjung.

1.4 Batasan Penelitian

Penelitian mengenai nilai ekonomi dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata dilakukan di Desa Karyamukti, karena desa ini lokasinya paling dekat dengan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang. Dasar waktu yang digunakan untuk melihat jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke SMGP adalah satu tahun terakhir yaitu tahun 2011. Penentuan dasar waktu tersebut dilakukan dengan asumsi kondisi kawasan wisata pada tahun 2011 tidak jauh berbeda dengan kondisi pada saat penelitian dilakukan yaitu tahun 2012. Dampak ekonomi wisata SMGP dihitung sampai pada tingkat tenaga kerja lokal.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai estimasi nilai ekonomi dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Manfaat penelitian ini diantaranya: 1. Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi

(22)

8 2. Pemerintah Kabupaten Cianjur dan para stakeholder dalam menentukan

kebijakan pengelolaan dan pengembangan SMGP, sehingga keberadaan kawasan tersebut memberikan kontribusi secara berkelanjutan terhadap perekonomian masyarakat lokal.

3. Perusahaan dan penyelenggara jasa wisata, agar dapat mengetahui prospek dan peluang dalam menawarkan produk wisata di SMGP.

(23)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cagar Budaya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan. Sedangkan situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

Berdasarkan undang-undang tersebut, cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Pemerintah daerah dan setiap orang dapat memanfaatkan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. Pelindungan cagar budaya dilakukan dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem zonasi berdasarkan hasil kajian di kawasan cagar budaya terkait. Pemanfaatan zona pada cagar budaya dapat dilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif, dan religi (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010).

(24)

10 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), hasil pemanfaatan cagar budaya, serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010).

2.2 Wisata Budaya

Wisata budaya merupakan salah satu bentuk industri wisata dimana pengunjung melakukan perjalanan ke daerah lain yang dilakukan dengan tujuan memperluas pandangan hidup, mempelajari adat istiadat, cara hidup, kebudayaan, dan kesenian masyarakat di daerah tersebut. Implikasi ekonomi dari wisata budaya adalah pemanfaatan atraksi wisata bergerak seperti pertunjukan maupun atraksi tidak bergerak seperti candi yang dilakukan oleh berbagai pihak akan membuka lapangan pekerjaan baru (Pendit, 2006).

Berbeda dengan Pendit (2006), Surjanto et al (1985) menyatakan bahwa wisata budaya merupakan wisata yang daya tariknya bersumber dari objek kebudayaan, seperti peninggalan sejarah atau purbakala, musium, atraksi kesenian, pariwisata khusus, dan objek lain yang berkaitan dengan objek wisata budaya. Prinsip-prinsip dasar dalam wisata budaya menurut ICOMOS (1999) adalah:

1. Wisata domestik dan internasional merupakan suatu alat yang paling penting dalam pertukaran budaya. Oleh karena itu, konservasi budaya merupakan tanggung jawab, sekaligus kesempatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk mengalami dan memahami warisan komunitas dan budayanya.

(25)

11 sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun yang akan datang.

3. Perencanaan wisata dan konservasi tempat-tempat warisan budaya harus menjamin bahwa pengalaman yang didapatkan pengunjung akan berharga, memuaskan, dan menggembirakan.

4. Masyarakat asli dan penduduk sekitar harus dilibatkan dalam perencanaan konservasi dan wisata.

5. Aktivitas wisata dan konservasi harus menguntungkan bagi penduduk asli. 6. Program wisata budaya harus dapat melindungi dan meningkatkan

karakteristik warisan alam dan budaya.

2.3 Wisatawan

Menurut Damanik dan Weber (2006), wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan wisata. Menurut Theobald (2005), terdapat beberapa elemen yang digunakan sebagai patokan dalam menentukan definisi wisatawan berdasarkan standar internasional, yaitu:

1. Tujuan perjalanan. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan selain untuk tujuan bisnis, walau ada kalanya sebuah perjalanan bisnis juga dapat diikuti oleh kegiatan wisata.

(26)

12 3. Lamanya perjalanan. Wisatawan merupakan orang yang melakukan

perjalanan paling tidak selama satu malam di tempat yang menjadi tujuan perjalanan. Namun persyaratan tersebut dikesampingkan untuk kasus perjalanan wisata yang dilakukan kurang dari 24 jam tetapi berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata secara nyata.

Terdapat beberapa alasan yang mendorong atau menggerakkan seseorang untuk melakukan wisata. Alasan-alasan yang menonjol untuk melakukan perjalanan yaitu, kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konferensi, seminar, dan lain-lain (Yoeti, 2008).

MacIntosh (1972) dalam Yoeti (2008) mengatakan ada empat hal yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan wisata, yaitu:

1. Motivasi fisik merupakan perjalanan wisata yang dilakukan bertujuan mengembalikan kondisi fisik yang sudah lelah setelah bekerja.

2. Motivasi cultural merupakan perjalanan wisata yang dilakukan karena ingin melihat dan menyaksikan kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan hidup (the way of life) suatu bangsa yang berbeda dengan apa yang dimiliki negara lain. 3. Motivasi personal merupakan perjalanan wisata yang dilakukan karena

adanya keinginan untuk mengunjungi keluarga atau teman.

4. Motivasi status dan prestise, anggapan dengan melakukan perjalanan wisata dapat meningkatkan status dan prestise keluarga.

2.4 Permintaan Wisata

(27)

13 barang ekonomi karena diperoleh secara bebas, contohnya udara segar, pemandangan yang indah, dan cuaca yang cerah. Hal tersebut tidak berlaku dalam industri pariwisata, barang-barang yang termasuk free goods dapat meningkatkan kepuasan wisatawan.

Schmoll (1977) mengatakan bahwa permintaan dalam industri wisata membutuhkan suatu kombinasi dari bermacam-macam pelayanan yang ditawarkan dalam suatu paket wisata. Yoeti (2008) membagi permintaan wisata (tourist demand) menjadi dua, yaitu:

1. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup.

2. Actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu.

2.5 Nilai Ekonomi Wisata

(28)

14 non pasar. Nilai pasar adalah nilai barang dan jasa yang diperoleh dengan cara membayar. Nilai non pasar adalah nilai yang tidak secara umum diperjualbelikan dan tidak bisa diturunkan dari harga pasar.

2.6 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Metode biaya perjalanan merupakan pendekatan yang paling ideal untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan tempat rekreasi (Hufschmidt et al, 1987). Metode biaya perjalanan atau travel cost method adalah model dari permintaan jasa tempat rekreasi (Haab dan Connel, 2002).

Menurut Fauzi (2006), metode biaya perjalanan umumnya digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap tempat rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat rekreasi. Nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikaji dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen. Tujuan dasar dari travel cost method adalah mengetahui harga dari sumberdaya alam dengan menggunakan biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi sumberdaya tersebut sebagai proxy. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi 2. Penambahan tempat rekreasi baru

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada

(29)

15 1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal

pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang.

2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tertentu.

3. Random utility approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan yang mengestimasi bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat berdasarkan preferensi mereka dan individu tersebut tidak menghubungkan antar kualitas tempat wisata dengan biaya perjalanan untuk mencapai tempat tersebut. Oleh karena itu, pendekatan ini memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi.

2.7 Willingness to Pay (WTP)

(30)

16 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif

2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya.

Menurut Tietenberg dan Lewis (2009), WTP diturunkan dari kurva permintaan pasar yang merepresentasikan sejumlah uang yang ingin dibayarkan seseorang untuk mendapatkan unit barang dan jasa lingkungan. WTP dapat menunjukan total benefit dari komoditas sumberdaya alam dan lingkungan. Sedangkan menurut Field (2001), besarnya keinginan seseorang untuk membayar barang dan jasa lingkungan, dipengaruhi oleh selera dan preferensi individu. Selain itu, WTP seseorang juga dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan, semakin besar kemampuan seseorang dalam membayar untuk memperoleh variasi barang dan jasa lingkungan.

2.8 Dampak Ekonomi Pariwisata

(31)

17 Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak lanjutan (induced effect) (Stynes et al., 2000; Vanhove, 2005). Dampak langsung disebut dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan dampak lanjutan disebut dampak sekunder. Dampak langsung meliputi perubahan pendapatan unit usaha penerima awal pengeluaran wisatawan. Dampak tidak langsung meliputi perubahan pendapatan dari tenaga kerja lokal dan biaya yang dikeluarkan unit usaha di lokasi wisata. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya bersumber dari upah atau gaji dari berbagai komponen usaha pariwisata.

Selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal, terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran (leakage) (Yoeti, 2008; Vanhove, 2005). Pada dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan perekonomian daerah tujuan wisata, misalnya digunakan untuk membeli makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata, serta biaya transportasi.

2.9 Penelitian Terdahulu

(32)

18 penelitian mengenai hal tersebut merupakan sesuatu yang baru dan belum pernah dilakukan di Situs Megalitik Gunung Padang.

2.9.1 Penelitian Mengenai Persepsi Pihak Terkait terhadap Keberadaan dan Pengembangan Kawasan Wisata

Penelitian mengenai persepsi pihak terkait terhadap keberadaan dan pengembangan kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Mutiarani (2011). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Mengenai Persepsi Para Pihak terhadap Keberadaan dan Pengembangan Kawasan Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Mutiarani Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang

Analisis persepsi dilakukan dengan pendekatan analisis deskripitif. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas wisata dan kondisi lingkungan di Situ Cipondoh cukup baik. Manfaat yang dirasakan tenaga kerja dan masyarakat sekitar dari kegiatan wisata adalah peningkatan pendapatan.

2.9.2 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Wisata

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Chen (2009). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Chen Travel Cost Analysis of the Consumers Recreation Demand in Festival

(33)

19

2.9.3 Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Kawasan Wisata

Penelitian mengenai nilai ekonomi kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Susilowati (2009). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Kawasan Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Susilowati Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method

Surplus konsumen pengunjung di Tahura ir. H. Djuanda diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan individual adalah sebesar Rp 24.926,00 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3.193.579.412,00.

2.9.4 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata

Penelitian mengenai dampak ekonomi pengembangan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Hermalinda (2010) dan Adiyath (2011). Hasil dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Hermalinda Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember Terhadap Masyarakat Lokal

Hasil penelitian menunjukkan dampak ekonomi langsung sebesar 21.4%, dampak ekonomi tidak langsung 4.96%, dampak ekonomi lanjutan 83.5%, Keynesian multiplier 0.51, nilai ratio income multiplier tipe I 1.18, dan nilai ratio income multiplier tipe II 1.36. Berdasarkan hasil pengamatan, dinyatakan bahwa kegiatan wisata memberikan dampak ekonomi yang nyata pada masyarakat lokal

2. Adiyath Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

(34)

20

2.9.5 Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata

Penelitian mengenai estimasi tarif masuk kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Firandari (2009). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Firandari Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan

Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk sampai harga Rp 8.577,00, asalkan kelestarian lingkungan tempat wisata PSG-3 dapat dipertahankan dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.

(35)

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Situs Megalitik Gunung Padang merupakan situs peninggalan purbakala yang terletak di Kabupaten Cianjur. Potensi wisata di kawasan ini adalah bangunan punden berundak yang disusun oleh kolom-kolom batuan vulkanik. Bentuk bangunan yang berundak-undak menunjukkan tradisi megalitik yang sering ditemukan di beberapa daerah di Jawa Barat. Udara sejuk dan keindahan panorama alam di sekitar SMGP juga menjadi daya tarik wisata tersendiri.

(36)

22 Permasalahan yang terdapat di SMGP adalah tarif masuk kawasan yang penetapannya belum sesuai karena dinilai oleh pengelola terlalu murah. Hal ini disebabkan pengembangan kawasan tersebut belum optimal, seperti fasilitas wisata serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Penetapan tarif masuk kawasan wisata SMGP merupakan suatu hal yang penting karena terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan kawasan tersebut. Penetapan tarif masuk kawasan juga merupakan salah satu upaya dalam membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari over carrying capacity dalam jangka panjang. Pengeluaran aktual pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung. Oleh karena itu, keinginan membayar pengunjung diestimasi dengan menggunakan rataan Willingness To Pay (WTP). Selanjutnya nilai surplus konsumen pengunjung yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan dibandingkan dengan nilai keinginan membayar pengunjung yang sebenarnya dan tarif masuk kawasan wisata sejenis, sehingga diharapkan dapat menghasilkan estimasi tarif masuk kawasan yang diinginkan oleh pengunjung.

(37)

23 Pihak yang terkait dalam kegiatan wisata di SMGP di antaranya pengunjung, masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja lokal. Persepsi pihak terkait tersebut terhadap keberadaan dan pengembangan kawasan wisata SMGP perlu diketahui, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu informasi bagi pengambil keputusan dalam melakukan pengembangan wisata yang diinginkan oleh para pihak.

(38)

24

---- : Metode yang digunakan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Trend Peningkatan Jumlah Kunjungan

Potensi Ekonomi Potensi over carrying capacity

Persepsi pihak terkait

Wisata Nilai Kawasan Wisata Penetapan Tarif Masuk

Pengelolaan dan pengembangan tempat wisata secara berkelanjutan

(39)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Situs Megalitik Gunung Padang yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa SMGP merupakan peninggalan purbakala yang penting di Kabupaten Cianjur. Kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata budaya dan ekowisata. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Maret 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

(40)

26

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh untuk pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Responden pengunjung dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menurut Nasution (2003), keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah sampel dipilih sedemikian rupa sehingga tetap relevan dengan rancangan penelitian, selain itu cara ini relatif lebih mudah dan menghemat biaya. Namun kelemahan teknik ini adalah tidak ada jaminan bahwa sampel bersifat representatif dan pertimbangan kriteria tidak terbebas dari unsur subjektivitas.

Responden pengunjung yang dipilih minimal berusia 15 tahun karena dinilai sudah dapat berkomunikasi dengan baik dan memahami materi kuisioner yang diberikan. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Wardiyanta, 2006) yaitu:

……….. (1)

(41)

27 tertentu. Pertimbangan kriteria untuk unit usaha dan tenaga kerja lokal adalah keterwakilan jenis usahanya, di antaranya kios makanan dan toilet umum. Pertimbangan kriteria untuk masyarakat sekitar adalah masyarakat yang mengetahui keberadaan wisata SMGP. Responden terpilih untuk tenaga kerja lokal adalah sebanyak 33 orang, sedangkan responden untuk unit usaha dan masyarakat sekitar masing-masing sebanyak 30 orang. Hal tersebut sesuai dengan ukuran minimum sampel yang dikemukakan Gay, yaitu sebanyak 30 responden (Wardiyanta, 2006).

4.4 Metode Analisis Data

Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data yang dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data

Tujuan

Penelitian Jenis Data yang Diperlukan Sumber Data

Metode

- Persepsi responden pengunjung terhadap fasilitas wisata, aksesibilitas, keamanan, dan lingkungan di SMGP.

- Persepsi responden masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja lokal terhadap

Data jumlah kunjungan satu tahun terakhir, biaya perjalanan satu kali kunjungan, tingkat pendapatan, jarak tempuh dari tempat tinggal ke SMGP, umur, jumlah tempat wisata alternatif, dan lama mengatahui keberadaan SMGP. - Pendapatan tenaga kerja lokal SMGP - Pengeluaran tenaga kerja lokal SMGP

- Data dari pengelola

- Tarif masuk SMGP saat ini

(42)

28

Persepsi merupakan sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Setiadi, 2003). Persepsi pihak terkait dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis persepsi dilakukan pada beberapa kategori yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata. Indikator dari setiap kategori dalam analisis persepsi para pihak dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Indikator Persepsi Pihak Terkait di Situs Megalitik Gunung Padang

No Kategori Indikator Keterangan

1. Kondisi

fasilitas wisata

-Memadai - Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya memenuhi

kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sesuai. -Tidak

memadai

- Fasilitas wisata tersebut ada, namun jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak sesuai.

-Tidak tersedia - Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga

kebutuhan pengunjung tidak terpenuhi.

2. Aksesibilitas - Mudah - Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia,

kondisi jalan bagus, dan terdapat angkutan umum menuju kawasan.

-Sulit - Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia,

kondisi jalan buruk, dan sulit ditemukan angkutan umum menuju kawasan.

3. Keamanan -Aman - Aspek atraksi wisata: tangga menuju puncak bukit

kondisinya bagus dan menjamin keselamatan pengunjung.

- Aspek kriminalitas: tidak ada pencopetan dan

pencurian kendaraan di kawasan wisata.

-Tidak aman - Aspek atraksi wisata: tangga menuju puncak bukit kondisinya rusak dan mengancam keselamatan pengunjung.

- Aspek kriminalitas: terdapat pencopetan dan

pencurian kendaraan di kawasan wisata.

- Tidak menarik minat pengunjung untuk berwisata di Situs Megalitik Gunung Padang.

5. Kebersihan -Bersih - Tidak terdapat sampah yang berserakan.

-Cukup bersih - Masih terdapat sampah yang berserakan namun

jumlahnya sedikit.

-Tidak bersih - Banyak sampah yang berserakan.

6. Kondisi

peninggalan purbakala

-Baik - Tidak terdapat coretan (akibat tindakan

vandalisme) pada situs peninggalan purbakala.

-Tidak baik - Terdapat coretan (akibat tindakan vandalisme)

pada situs peninggalan purbakala.

(43)

29

wisatawan mengganggu polusi, dan perubahan sosial masyarakat sekitar.

-Mengganggu - Merasa dirugikan dalam hal sampah, polusi, dan

perubahan sosial masyarakat sekitar.

4.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Situs Megalitik Gunung Padang

Permintaan wisata dapat diestimasi melalui pendekatan biaya perjalanan. Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan setiap individu dalam satu kali perjalanan rekreasi. Fungsi permintaan kunjungan ke tempat wisata beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Menurut Fauzi (2006), pendekatan ITCM didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang lebih kompleks. Kelebihan dari metode ini adalah dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut:

JK = bo + b1BP + b2TP + b3JT + b4UP + b5TA + b6LM + ε…………..…... (2) Dimana:

bi = koefisien regresi untuk independent variable, dimana i = 1,2,3,…,6 JK = jumlah kunjungan wisatawan (kali)

BP = biaya perjalanan (Rp)

TP = tingkat pendapatan pengunjung (Rp) JT = jarak tempuh (km)

UP = umur pengunjung (tahun) TA = tempat rekreasi alternatif

LM = lama mengetahui Situs Megalitik Gunung Padang (tahun)

(44)

30 Hipotesis yang dibangun adalah BP, JT, UP, dan TA berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke SMGP, sedangkan TP dan LM berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke SMGP. Pendekatan ITCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (dependent variable) dijelaskan oleh lebih dari satu variabel bebas (independent variable), namun masih menunjukkan hubungan yang linier. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis regresi berganda agar menghasilkan estimator yang terbaik, sehingga diperoleh model yang lebih akurat. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Hal tersebut dapat dilihat dari normal probability plot dan histogram. Apabila terbentuk kuva normal yang menyerupai bentuk lonceng dalam histogram dan letak titik-titik berada pada garis berbentuk linier dalam dalam normal probability plot, maka asumsi kenormalan terpenuhi.

2. Uji Statistik F

(45)

31

3. Uji Statistik t

Uji t merupakan pengujian hipotesis koefisien regresi berganda dengan hanya satu variabel bebas mempengaruhi variabel terikat (Hasan, 2002). Tabelnya disebut tabel t-student. Hasil uji statistiknya kemudian dibandingkan dengan nilai yang ada pada tabel untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0) yang dikemukakan.

4. Uji Multikolinearitas

Multikolineritas terjadi jika antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linier. Biasanya korelasinya mendekati sempurna atau sempurna. Cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolineritas dalam model.

5. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan metode grafik, uji Park, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quandt, dan white test.

6. Uji Autokorelasi

(46)

32 nilai 1,55 dan 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Firdaus, 2004).

4.4.3 Nilai Ekonomi dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan

Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang dapat memberikan dampak postif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Namun, disisi lain pengembangan kawasan wisata berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian benda cagar budaya dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian mengenai nilai ekonomi kawasan wisata dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata perlu dikaji.

4.4.3.1 Nilai Ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang

Nilai ekonomi kawasan SMGP diestimasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Setelah mengetahui fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata SMGP. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula:

………. (3)

Keterangan:

CS = Consumer surplus (surplus konsumen)

(47)

33 Nilai manfaat total atau nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata SMGP merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata SMGP diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

………. (4)

Keterangan:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)

SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp) JP = Total jumlah pengunjung selama satu tahun (orang)

4.4.3.2 Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Dampak pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian lokal diukur dengan ukuran yang dinamakan multiplier effect. Wisatawan membelanjakan uangnya di dalam maupun di luar kawasan wisata. Pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata akan menjadi pendapatan unit usaha lokal, unit usaha lokal akan menyerap tenaga kerja lokal, dan akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Sedangkan pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata tidak berdampak pada perekonomian lokal, sehingga dinamakan kebocoran (leakage). Langkah-langkah untuk menghitung pengeluaran wisatawan adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sekunder tingkat kunjungan wisatawan per bulan dan per tahun

2. Mengumpulkan data primer pengeluaran wisatawan untuk berwisata 3. Menghitung rata-rata pengeluaran wisatawan per orang per hari

(48)

34 5. Total pengeluaran wisatawan diperoleh dengan cara mengalikan rata-rata

pengeluaran wisatawan (step 3) dengan proporsi pengeluaran wisatawan di lokasi wisata (step 4) dan dikalikan lagi dengan jumlah wisatawan di lokasi wisata per bulan (step 1)

6. Sedangkan kebocoran diperoleh dengan cara mengalikan rata-rata pengeluaran wisatawan (step 3) dengan proporsi pengeluaran wisatawan di luar lokasi wisata (step 4) dan dikalikan lagi dengan jumlah wisatawan di lokasi wisata per tahun (step 1)

Aliran sejumlah uang dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata akan memberikan dampak terhadap perekonomian lokal berupa dampak langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), dan lanjutan (induced effect) (Vanhove, 2005). Dampak langsung (direct effect) dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata. Dampak tidak langsung (indirect effect) dihitung dari pendapatan tenaga kerja lokal dan pengeluaran unit usaha di kawasan wisata. Dampak lanjutan (induced effect) dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di tingkat lokal. Marine Ecotourism for Atlantic Area (META) (2001) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pengganda dalam mengukur dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat lokal, yaitu:

1. Keynesian local income Multiplier, nilai ini menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisatawan berdampak pada pendapatan lokal. 2. Ratio Income Multiplier, nilai ini menunjukkan seberapa besar dampak

(49)

35 Keynesian local Income Multiplier = ………...…. (5)

Ratio Income Multiplier, Tipe I = ………... (6)

Ratio Income Multiplier, Tipe II = ……… (7) Dimana:

E = Tambahan pengeluaran wisatawan (Rp)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

4.4.4 Estimasi Tarif Masuk Kawasan Situs Megalitik Gunung Padang

Nilai WTP pengunjung terhadap kawasan wisata dengan pendekatan surplus konsumen tidak selalu sama dengan nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan SMGP. Oleh karena itu, nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata juga diestimasi dengan pendekatan rataan willingness to pay (WTP). Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh nilai WTP adalah membangun pasar hipotetik. Pasar hipotetik dibuat berdasarkan skenario sebagai berikut:

(50)

36 meningkatkan kenyamanan dan kepuasan para pengunjung yang berwisata di kawasan tersebut.

Upaya pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut digunakan untuk memelihara kawasan dan peninggalan budaya, serta membangun sarana dan prasarana wisata. Akan tetapi dana dari pemerintah daerah belum mencukupi upaya pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata tersebut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, 2012). Oleh karena itu pengelola berencana meningkatkan tarif masuk kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang.”

Setelah pasar hipotetik dibangun, langkah kedua adalah memperkirakan nilai penawaran. Nilai penawaran dapat diperoleh dengan melakukan survei terhadap pengunjung. Survei tersebut bertujuan mengetahui nilai maksimum keinginan membayar dari pengunjung. Survei terhadap pengunjung dilakukan dengan memberikan pertanyaan tertutup (close ended question), dimana pertanyaan yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan yang sudah disertai pilihan jawaban. Selanjutnya langkah yang dilakukan adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP. Estimasi rata-rata WTP diperoleh dengan menggunakan rumus (Hanley dan Spash, 1993):

…….……… (8)

Dimana:

(51)

37 i = Responden ke-1 yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata

(i=1,2,…,n)

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristik Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Karakteristik kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang yang akan dipaparkan terdiri dari profil tempat wisata, sejarah dan perkembangan tempat wisata, visi dan misi tempat wisata, sumberdaya manusia tempat wisata, serta rencana pengelola terkait pengembangan kawasan wisata SMGP.

5.1.1 Profil Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Situs Megalitik Gunung Padang merupakan bangunan berundak yang disusun dengan batuan vulkanik yang berbentuk persegi panjang. Batu-batu tersebut diperkirakan berasal dari Gunung Padang itu juga. Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran yang berbeda-beda. Situs Megalitik Gunung Padang terletak 50 km di sebelah barat daya Cianjur. Kawasan ini berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Bangunan berundak ini terletak di atas bukit dengan ketinggian 885 m di atas permukaan laut. Secara astronomis, SMGP terletak pada 6o57‟LS 107o1‟BT. Secara geografis, area Gunung Padang dibatasi oleh Sungai Cikuta di sebelah timur, Sungai Cipanggulan di sebelah barat, Sungai Cimanggu di sebelah barat laut, dan kaki bukit Gunung Emped di sebelah selatan (Sukendar, 1985).

(52)

38 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 139/M Tahun 1998. Pembagian zona ini bertujuan mengatur fungsi ruang, keletakan bangunan, dan fasilitas umum, sesuai dengan sifat perlindungan arkeologi untuk mempertahankan eksistensi informasi serta bukti yang tersisa. Ketiga zona tersebut adalah zona inti, zona penyangga, dan zona pengembang. Zona inti berfungsi sebagai ruang perlindungan terhadap objek yang paling penting, pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan pelestarian dengan tetap memperhatikan lanskap budaya asli, kepentingan budaya, dan kepentingan sosial. Sedangkan zona penyangga merupakan kawasan yang berdekatan dengan kawasan yang dilindungi, dimana penggunaan lahannya terbatas untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan. Zona pengembang merupakan bagian dari situs dengan sifat perlindungan yang lebih rendah dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

5.1.2 Sejarah dan Perkembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

(53)

39 dilakukan penelitian-penelitian secara intensif oleh berbagai pihak terhadap bangunan berundak Situs Megalitik Gunung Padang hingga saat ini.

Pada mulanya Situs Megalitik Gunung Padang digunakan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan ritual. Kawasan ini sangat kental dengan unsur mistis, keagamaan, dan kebudayaan. Masyarakat sudah memliki kearifan lokal dalam menjaga dan memelihara kawasan Situs Megalitik Gunung Padang. Sebelum kawasan ini dikembangkan dan dipromosikan sebagai kawasan wisata, hanya sedikit wisatawan yang mengunjungi kawasan ini. Wisatawan yang berkunjung pun terbatas pada pihak yang memiliki tujuan ritual dan kebudayaan1.

Pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang mulai dilakukan pada tahun 2010. Pengembangan kawasan wisata ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Upaya pengembangan yang dilakukan adalah penataan manajeman, perbaikan infrastruktur jalan, dan pengadaan fasilitas wisata berupa toilet dan tempat parkir kecil. Pada tahun 2011, dilakukan promosi wisata melalui media cetak maupun elektronik. Selain itu dilakukan pembangunan fasilitas wisata berupa toilet, mushola, kantor informasi, tempat parkir, dan shelter, serta perbaikan kembali infrastruktur jalan. Hal tersebut mendorong semakin banyak wisatawan yang mengunjungi Situs Megalitik Gunung Padang. Meskipun telah dilakukan pengembangan kawasan wisata, namun fasilitas wisata dinilai masih kurang memadai. Salah satu penyebabnya adalah tarif masuk kawasan wisata yang dinilai terlalu murah. Wisatawan hanya membayar retribusi sebesar Rp. 2.000,00, dimana retribusi tersebut belum ditetapkan secara resmi

1

(54)

40 oleh pengelola. Retribusi tersebut digunakan untuk membiayai pemeliharaan kawasan. Sedangkan pengadaan fasilitas wisata didanai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dengan dana yang terbatas.

5.1.3 Pengelola Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Situs Megalitik Gunung Padang dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Subang dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Pengelolaan secara teknis di lapangan dilakukan oleh juru pelihara yang berjumlah 10 orang. Juru pelihara bertugas menjaga dan memelihara Situs Megalitik Gunung Padang, serta memandu wisatawan. Juru pelihara berasal dari masyarakat lokal yang diberi tugas oleh BP3 Subang dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Juru pelihara Situs Megalitik Gunung Padang digaji oleh kedua instansi tersebut. Selain itu, masyarakat Desa Karyamukti juga membentuk sebuah forum masyarakat peduli Gunung Padang yang berjumlah 20 orang. Forum bertugas menjaga keamanan dan kebersihan tempat wisata, menjadi petugas parkir, dan ojeg di kawasan wisata. Sumber gaji forum peduli Gunung Padang berasal dari retribusi yang dibayarkan oleh wisatawan.

5.1.4 Rencana Pengelola terhadap Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

(55)

41 prasarana wisata seperti penambahan toilet dan perluasan tempat parkir, memperbaiki infrastruktur jalan, memperbaiki tata ruang kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang, serta menata taman di kawasan wisata.

Sedangkan rencana pengembangan kawasan wisata dalam jangka panjang adalah pengadaan kereta wisata Bandung-Lampegan yang akan memudahkan wisatawan dalam mengakses kawasan wisata ini. Selain itu, pengelola juga berencana membangun kereta gantung yang mengintari zona inti kawasan, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan situs tanpa harus berinteraksi secara langsung dengan situs peninggalan purbakala tersebut. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan wisata terhadap kawasan2.

5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang

Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Selain itu, karakteristik responden pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang juga dibedakan berdasarkan karakteristik dalam berwisata yang terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, kedatangan, cara kedatangan, dan lama kunjungan.

5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung

2

(56)

42 Karakteristik responden pengunjung SMGP berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) terdiri dari jenis kelamin, umur, asal daerah, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Karakteristik responden pengunjung Situs SMGP berdasarkan faktor demografi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Responden Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Pada Tahun 2012

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

6. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

(57)

43 Berdasarkan Tabel 8, sebanyak 73% responden pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang berumur antara 15 tahun sampai 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung yang berada pada kelompok umur tersebut memiliki minat yang lebih besar untuk berwisata ke Situs Megalitik Gunung Padang, karena atraksi wisata yang ditawarkan bersifat menantang dan membutuhkan kekuatan fisik. Kondisi tersebut sesuai karena pada umumnya kelompok umur 15 sampai 25 tahun masih memiliki kondisi fisik yang prima. Sebanyak 69% responden pengunjung SMGP berasal dari Cianjur. Artinya sebagian besar pengunjung yang berwisata ke Situs Megalitik Gunung Padang berasal dari daerah yang dekat dengan lokasi wisata. Hal tersebut disebabkan Situs Megalitik Gunung Padang sulit diakses oleh pengunjung yang berasal dari daerah di luar Cianjur. Perbaikan infrastruktur jalan perlu ditingkatkan untuk menambah tingkat kunjungan wisatawan dari luar daerah.

(58)

44 pengelola kawasan wisata perlu mengembangkan penawaran wisata minat khusus yang dapat menjangkau pengunjung berpendapatan tinggi.

5.2.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata

Karakteristik responden pengunjung SMGP dalam berwisata terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, kedatangan, dan jenis kendaraan. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di SMGP dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata di Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2012

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Frekuensi Kunjungan (kali)

Rombongan Keluarga 24 24

Rombongan Instansi 20 20

Jumlah 100 100

(59)

45 mengunjungi kawasan ini pun hanya mereka yang memiliki tujuan khusus seperti keagaman dan penelitian. Hal ini karena informasi yang terbatas dan akses yang cukup sulit untuk menjangkau kawasan ini. Pengembangan kawasan wisata, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Wisatawan yang mengunjungi SMGP pun tidak hanya mereka yang memiliki tujuan khusus tetapi bagi semua kalangan. Selama satu tahun terakhir, sebanyak 45% responden berkunjung ke SMGP dengan frekuensi 1 sampai 3 kali (Tabel 9).

Motivasi kunjungan merupakan alasan yang mendorong atau menggerakkan seseorang untuk melakukan wisata di SMGP. Sebanyak 69% responden melakukan kunjungan ke SMGP untuk berekreasi (Tabel 9). Motivasi individu yang terkait dengan kegiatan rekreasi di SMGP adalah motivasi cultural karena pengunjung yang berwisata ke SMGP ingin melihat dan mempelajari peninggalan kebudayaan di kawasan tersebut (MacIntosh, 1972 dalam Yoeti, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa SMGP memiliki potensi wisata yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi budaya dan alam di kawasan tersebut.

Berdasarkan kedatangannya, sebanyak 51% responden mengunjungi SMGP secara berkelompok (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di SMGP akan lebih menyenangkan jika dilakukan secara bersama-sama. Selain itu, juga terkait dengan karakteristik responden yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa, pada umumnya mereka melakukan kegiatan wisata bersama-sama di bawah institusi sekolah ataupun perguruan tinggi.

(60)

46 menggunakan kendaraan kendaraan pribadi. Sebanyak 72% responden pengunjung datang ke Situs Megalitik Gunung Padang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa motor (Tabel 9). Hal ini terkait dengan aksesibilitas menuju SMGP yang sulit jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, karena ketersediaan angkutan umum menuju kawasan tersebut sangat terbatas.

5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Masyarakat sekitar Situs Megalitik Gunung Padang pada umumnya merasakan dampak dari pengembangan kawasan wisata tersebut. Masyarakat sekitar dijadikan responden untuk menilai dampak pengembangan wisata di SMGP, baik dari aspek lingkungan maupun ekonomi. Responden masyarakat dalam penelitian ini merupakan masyarakat Desa Karyamukti yang bertempat tinggal di sekitar kawasan SMGP.

Karakteristik masyarakat sekitar SMGP dibedakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Keterangan lebih lanjut mengenai karakteristik responden masyarakat sekitar SMGP dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2012

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Umur (Tahun)

Wirausaha di sektor wisata 15 50 Juru Pelihara (Guide) 4 13

Gambar

Gambar 1. Rata-Rata Jumlah Kunjungan ke Situs Megalitik Gunung
Tabel 4. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata
Tabel 5. Penelitian Mengenai Estimasi Tarif Masuk Kawasan Wisata
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang nilai, dampak ekonomi, serta tarif masuk optimum lokasi wisata Curug Cigamea penting dilakukan untuk memberi pertimbangan bagi stakeholder dalam

Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka jarak bidang tanah ke kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) diduga mempunyai hubungan negatif dengan

Nilai ekonomi total ini bukanlah nilai yang absolut, karena tidak semua nilai manfaat dan layanan ekosistem Kawasan Objek Wisata Gunung Menumbing dapat

Tujuan dari penelitian kali ini adalah menganalisis secara deskriptif strategi pengelolaan kebijakan dari nilai persepsi responden terhadap kawasan wisata,

Untuk menduga nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu didasarkan atas analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan

Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha lokal, dan masyarakat sekitar kawasan wisata alam HPGW; (2)

Tahapan pertama dari rangkaian penelitian terkait Situs Gunung Padang adalah pengumpulan data yang diperlukan untuk analisis, baik secara keteknikan dan sains

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘‘Potensi Burung untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat’’