• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA REMAJA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA

REMAJA

SKRIPSI

Oleh :

ABDUL AZIZ MUSLIM 08810235

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA

REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S-1)

Oleh :

ABDUL AZIZ MUSLIM 08810235

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan kecenderungan Perilaku Bullying Ditinjau Dari Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Pada Remaja” ini dapat diselesaikan setelah melalui proses usaha keras yang memerlukan segenap tenaga

dan pikiran. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan dengan baik secara

langsung maupun tidak langsung sehingga karya ini bisa selesai. Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dosen pembimbing I, dan Ni’matuzahroh, S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing II, yang mana beliau berdua sangat

membantu dalam menyelesaikan skripsi saya, dan juga mohon maaf jika dalam

proses bimmbingan ada kesalahan baik perkataan maupun perbuatan.

3. Kepada kepala sekolah MA Maarif Sukorejo Pasuruan M. Faizin Dahlan, M.Pd,

beserta para guru dan juga staf serta siswa-siswi sekolah tersebut, yang sangat

membantu dalam proses pengambilan data skripsi.

4. Mohammad Shohib, S.Psi., M.Si, selaku dosen wali kelas D angkatan 2008.

5. Murobbi Rukhiy Sykhunal Hajj Muhammad Basori Alwi serta putra-putri beliau,

sebagai pemberi dasar dalam pedoman hidupku dan segenap asatid di PIQ

Singosari.

6. K.H Yusuf Mansur yang selalu memberi motivasi dalam bentuk amalan-amalan

yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik lewat twitter atau pada

(7)

7. Abah H. Sulaiman sama ibu Hj. Nur Maula, yang selalu memberikan motivasi

dalam bebagai hal, baik dalam bentuk perkataan maupun dalam bentuk materi

yang Alhamdulillah saya tidak pernah kekurangan.

8. Kepada adikku M Yassir Arafat yang telah membantu dalam proses pencarian

tempat penelitian.

9. Kepada bapak kos dan ibu kos yang selalu mengigatkanku untuk ibadah, dan

memberi hadiah yang sebenarnya tidak saya angan-angankan sebelumnya, serta

memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

10.Teman-teman kelas D angkatan 2008 deden, felis, ibnu, fadli, jaka, cahyo dan

semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang sangat membantu dalam

proses menjalani kuliah sejak semester I sampai selesai.

11.Teman-teman satu bimbingan ika, novita, tisna, novi, endah, annisa dan

teman-teman lainya, yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini

12.Teman-teman satu kosan blok F no 120 mas endry, mas edwin, khususnya cahyo,

adi, yang menjadi teman satu kelas juga di Fakultas Psikologi, yang selalu

memotivasi dalam menyelesaikan skripsi saya.

13.Dan kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini, saya

ucapkan banyak-banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Penulis menyadari

bahawa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan segala keterbatasan yang

ada, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis

harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 27 Juli 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

INTISARI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying ... 7

B. Kepribadian ... 13

C. Remaja ... 18

D. Perbedaan Perilaku Bullying Ditinjau Dari Tipe Kepribadian ... 19

E. Kerangka Pemikiran ... 21

F. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Rencangan Penelitian ... 22

B. Identifikasi Variable ... 22

C. Definisi Opresional ... 23

D. Populasi dan Sampel ... 24

E. Tempat dab Waktu Penelitian ... 25

F. Prosedur Peneltian ... 26

G. Jenis dan Instrumen Penelitian ... 28

H. Validitas dan Reliabilitas ... 32

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek ... 36

B. Deskripsi Data ... 37

C. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 40

D. Pembahasan ... 41

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran-saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(10)

DAFTAR TABEL

Table 3.1 :Blue Print EPI-A ... 29

Table 3.2 :Ketentuan Pensekoran EPI-A ... 30

Tabel 3.3 :Blue Print Skala Bullying ... 31

Table 3.4 :Uji Validitas Skala Bullying ... 33

Table 3.5 :Uji Reliabilitas Skala Bullying ... 35

Table 4.1 :Deskripsi Subjek Penelitian ... 36

Table 4.2 :Deskripsi Data Tipe Kepribadian ... 37

Table 4.3 :Tipe Kepribadian ... 38

Table 4.4 :Perilaku Bullying ... 38

Table 4.5 :Deskripsi Data Perilaku Bullying ... 39

Table 4.6 :Deskripsi Data Perilaku Bullying Pada Setiap Aspek ... 40

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Tyr-Uot Perilaku Bullying

Skala Perilaku Bullying

Lampiran B. Data Skala Try-out Perilaku Bullying

Data Skala Perilaku Bullying

Lampiran C. Analisis Data Penelitian

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2010). Psikologi kepribadian, Edisi revisi. Malang: UMM Press.

Arikunto, S. (1992). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Meloton Putra

Azwar, S. (2009). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cloroso, B. (2007). Stop bullying: Memutuskan rantai kekerasan anak dari pra sekolah hingga SMU. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian: Edisi 7, buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian: Edisi 7, buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Friedman, H.S., & Schustack M. W. (2008). Kepribadian, Teori klasik dan riset modern, Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan Edisi kelima. Jakarta : Erlangga

Kerlinger, F.N. (2004). Asas-asas penelitihan behavioral, Edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.

Martono, N. (2010). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Novianti, I. (2008). Fenomena kekerasan dilingkungan pendidikan. Purwokerto: Insania vol. 13 no. 2 324-338.

Priyatna, A. (2010). Let’s end bullying. Memahami, mencegah & mengatasi bullying. Jakarta: Flex Media Komputindo.

(13)

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup, edisi 5 jilid II. Jakarta: Erlangga.

Sullivan, K., Cleary, M., & Sullivan, G. (2005). Bullying secondary schools. London: Paul Chapman Publishing.

Suryabrata, S. (2008). Metode penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Swearer, S.M., Espelage, D.L., & Napolitano, S.A. (2009). Bullying prevention & intervention realistic strategis for schools. New York: Guilford Press.

Widiharto, C.A., Sandjaja, S.S., & Eriany, P. (2008). Perilaku bullying ditinjau dari harga diri dan pemahaman moral anak. Semarang: Jurnal pendidikan.

Widayanti, C.G. (2009). Fenomena Bullying Disekolah Dasar Negeri Semarang. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang vol. 5 no. 2.

Winarsunu, T. (2002). Statistik : Dalam penelitian psikologi pendidikan. Malang : UMM press.

Yusuf, S & Nurihsan, A.J. (2007). Teori kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Detik.com. (2011). Anak jadi korban bully, 15 ortu SMA 70 lapor ke komnas PA. Diakses 25 Oktober 2011. Dari http://www.detik.com/news/-Anak-Jadi-Korban-Bully,-15-Ortu-SMA-70-Lapor Ke-Komnas-PA.html.

Mediaindonesia.com. (2011). Prosentase perilaku bullying di Indonesia. Diakses 21 Oktober 2011. Dari

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan zaman yang semakin pesat akhir-akhir ini memiliki dampak yang

berarti dalam berbagai aspek kehidupan, terutama pada aspek pendidikan.

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk karakter seseorang, dan juga

sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan sosialnya. Terselenggaranya pendidikan

yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh suasana

kondusif yang diciptakan oleh semua komponen, yang berperan dalam mengantarkan

peserta didik sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan. Hal yang paling utama

dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sekolah atau lembaga pendidikan yang

memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam kelancaran proses pendidikan

tersebut, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari siswa itu sendiri seperti motivasi belajar, minat dalam belajar, kesehatan

fisik, psikis, dan intelegensinya. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu faktor yang

berasal dari lingkungan siswa tersebut, seperti hubungannya dengan guru, teman, dan

keadaan sekolah dari fasilitas serta kualitasnya.

Faktor teman merupakan faktor yang memiliki andil besar dalam

mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hal ini dapat dilihat bagaimana

hubungan interpersonal antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, baik

hubungan didalam kelas maupun diluar kelas. Beberapa penelitihan menunjukkan

beberapa perilaku yang seharusnya tidak terjalin didalam hubungan interpersonal

antar siswa, seperti perilaku agresif, bullying dan perilaku-perilaku yang

merenggangkan hubungan interpersonal antar siswa, dan yang lebih parah lagi

perilaku-perilaku tersebut terjadi dilingkungan sekolah dasar.

Terutama pada perilaku bullying itu sendiri yang sangat mengganggu proses

belajar mengajar tersebut. Seperti memalak, mengitimidasi, berkata-kata yang

(15)

dilakukan siswa tersebut yang berlangsung secara sistematis disebut dengan istilah

bullying.

Ada beberapa penelitian yang menunjukan bahwa telah terjadi perilaku

bullying di sekolah dasar. Salah satu penelitiannya yaitu, penelitian yang dilakuakan

oleh Widayanti (2009) dengan hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwasannya

telah terjadi perilaku bullying, yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik

kelasnya. Dalam persepsi mereka adik kelas bisa diatur dan dianggap lebih rendah

baik dari segi fisiknya maupun psikisnya. Dalam penelitian ini juga ditemukan

bahwasaanya guru juga berperan sebangai pelaku bullying. Perilaku yang

ditunjukkan adalah berupa verbal, dimana guru menggunakan kata-kata yang justru

menurunkan minatdan prestasi belajar siswa sehingga kondisi belajar mengajar

berada dalam keadaan terpaksa dan tidak nyaman.

Dalam penelitian diatas menunjukkan bahwasannya pelaku bullying adalah

seorang anak yang memiliki kepribadian yang terbuka dan memiliki banyak teman.

Dari segi kepribadfian ini juga pernah dilakuakan penelitian tentang sifat maskulin

dalam pelakyu bullying. Saibon, et al. (2010) hasil penelitiannya adalah adanya

hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dan sifat maskulin.

Dalam detiknews.com (2011, 29 Oktober). Perilaku bullying ini sendiri lebih

sering terjadi pada remaja, beberapa sekolah SMA sering ditemukan perilaku

tersebut. Seperti yang baru-baru ini terjadi di SMA 70 Jakarta, 15 orang siswa

mengaku telah mendapatkan perilaku bullying oleh kakak kelasnya, sampai ada

beberapa laporan soeorang siswa SMA 70 dirawat di rumah sakit. Sehinnga orang

tua siswa yang terkena bullying nmelaporkan perilaku tersebut kepada Komnas PA,

yang kemudian diteruskan pelaporannya kepada Polda Metro jaya.

Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa

juga kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela

atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental. Selain itu yang

sangat penting kita perhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi

dampak tindakan tersebut bagi korban. Misalkan saja seorang siswa mendorong bahu

temannya dengan kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila

(16)

siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut

belum tentu dikatakan bullying.

Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tahun 2008

tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta,

Surabaya dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat

sekolah menengah atas (SMU) dan 66,1% di tingkat sekolah lanjutan pertama

(SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa, tercatat sebesar 41,2% untuk

tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan

psikologis berupa mengucilkan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal

(mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di

tiga kota besar yaitu: Yogya : 77,5% (mengakui ada kekerasan); 22,5 (mengakui

tidak ada kekerasan), Surabaya: 59,8% (ada kekerasan), Jakarta : 61,1%

(mediaindonesia.com. 2011, 29 Oktober).

Seorang dianggap sebagai korban bullying apabila dihadapkan pada tindakan

negatif dar seseorang atau lebih, dilakukan berulang, dan terjadi dari waktu ke waktu.

Selain itu bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang,

sehingga korban berada dalam keadaan tidak berdaya. Dilihat dari definisi bullying

menurut Cloroso (2007) itu sendiri adalah bullying akan selalu melibatkan adanya

ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman yang lebih lanjut, dan

teror.

Karateristik pelaku bullying menurut Cloroso (2007) adalah suka

mendominasi orang lain, suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa

yang mereka inginkan, sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain, hanya

peduli pada keinginan dan kesenangan mereka sendiri, bukan pada kebutuhan,

hak-hak, dan perasaan-perasaan orang lain, memandang saudara-saudara atau

rekan-rekan yang lebih lemah sebagai mangsa, tidak mau bertanggung jawab atas

tindakan-tindakan mereka, dan haus perhatian.

Sementara itu karakteristik korban bullying itu sendiri adalah Anak baru

dilingkungan itu, anak yang tidak mau berkelahi, dan lebih memilih menyelesaikan

konflik tanpa kekerasan, anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam

atau tidak mau menarik perhatian orang lain, pengugup, dan peka, anak yang miskin

(17)

yang orientasi gendernya atau seksualnya dianggap inferior sehingga layak dihina.,

anak yang cerdas, berbakat, atau memilki kelebihan. Ia dijadikan sasaran karena

unggul, dan anak dengan ketidak cakapan fisik atau mental.

Adapun penelitian yang mengkaitkan dengan harga diri mereka adalah hasil

penelitian Hains menunjukkan adanya ketidakkonsistenan skor pemahaman moral

terhadap perilaku menyimpang dan harga diri rendah tidak selalu memunculkan

perilaku bullying. Hal ini berarti harga diri dan pemahaman moral tidak memberikan

pengaruh pada perilaku bullying. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil

penelitian Sejiwa yang menyatakan salah satu faktor penyebab seorang anak

melakukan tindakan bullying adalah adanya harga diri yang rendah, dan juga

bertentangan dengan pendapat Hains (1984) bahwa semakin seorang individu

memiliki tingkat pemahaman moral yang tinggi akan mengurangi perilaku

menyimpangnya (dikutip Widiharto, et al. 2008).

Dengan demikian. Maka faktor psikologis khususnya karakteristik

kepribadian merupakan hal yang mempengaruhi munculnya tindakan bullying.

Berbagai macam emosi mengelilingi pengalaman menjadi korban dari melakukan

tindak bullying. Laporan pemuda yang menjadi korban lebih banyak, menghindari

sekolah yang lebih besar, keinginan yang lebih bunuh diri, dan harga diri rendah dari

teman sebaya mereka yang tidak menjadi korban bullying (Swearer, et al. 2009).

Sedangkan remaja korban cenderung memperlihatkan internalisasi behavior yang

lebih, misalnya depresi, dan kecemasan. Sedangkan siswa yang bully lebih mungkin

dibandingkan rekan mereka untuk terlibat dalam eksternalisasi behavior seperti

masalah perilaku, melaporkan tingkat prestasi sekolah yang lebih rendah, dan untuk

terlibat dalam perilaku nakal (Swearer, et al. 2009).

Menurut Jung, karakteristik kepribadian seseorang tergantung pada tipologi

kepribadiannya. Jung membagi tipologi kepribadian menjadi dua yaitu ekstrover dan

introvert. Istilah ekstrovert-introvert pertama kali dipakai oleh Jung. Ia

menggolongkan tipe kepribadian manusia berdasarkan sikap jiwanya. Menurut Jung

(Freadmen & Schutack, 2008) mendiskripsikan dua sikap utama. Ektroversi

(extroversion) dan Introversi (introversion). Istilah-istilah ini umum digunakan

belakangan ini namun dimengerti sebagai dua kutub yang saling berlawanan pada

(18)

seperti yang Jung pikirkan. Seperti fungsi, ekstroversi dan introversi ada di tiap

individu, namun salah satunya akan lebih dominan daripada yang lain. Orang

ekstrovert mengarahkan libidonya (energi psikis) pada hal-hal diluar dirinya.

Sedangkan orang introvert lebih fokus kedalam dirinya.

Selanjutnya menurut Jung (Alwisol, 2010), sikap introversi mengarahkan

pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan dirinya pada dunia dalam dan privat di

mana realitas hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak

ramah, bahkan antisosial. Umumnya orang introvertif itu sengang introspektif dan

sibuk dengan kehidupan internalnya sendiri. Tentu saja mereka juga mengamati

dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif, dan memakai pandangan

subjektif mereka sendiri.

Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan

perhatiannya kedunia luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung

berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah.

Maka berangkat dari beberapa penelitian dan masalah yang timbul pada saat

ini. Peneliti ingin meneliti faktor lain, yaitu faktor ektrovert dan introvert yang

memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku bullying pada remaja. Oleh karena

itu, penulis mengangkat judul penelitiannya adalah “Perbedaan Kecenderungan Perilaku Bullying Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvet Pada Remaja”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penlitian ini adalah

Apakah terdapat perbedaan perilaku bullying ditinjau dari tipe kepribadian introvert

dan extrovert pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan perilaku

(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membarikan manfaat dan memberikan

sumbangan berupa tambahan referensi pengetahuan bagi perkembangan ilmu

psikologi, khususnya psikologi pendidikan yang berkaitan dengan bullying.

2. Manfaat praktis

Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terhadap anak didik.

Bagi orang tua, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk mengetahui

tentang bahaya bullying terhadap anak, sehingga dapat melakukan usaha preventif

agar tidak terdapat lagi korban akibat bullying.

Bagi subjek (siswa), sebagai informasi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimungkinkan karena individu dengan tipe kepribadian introvert merupakan individu yang penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,

academic self management ditinjau dari dimensi kepribadian ekstrovert dan introvert di SMA Sutomo I Medan, yang dilihat dari nilai rata-rata, dimana nilai rata-rata untuk

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT.. DI KELAS XI SMA

PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITAS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI UIN SUNAN AMPEL

karir antara tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert sehingga karyawan dapat. memahami karakteristik kepribadian dan karakteristik pekerjaan

Hasil penghitungan presentase perbedaan manajemen stres pada remaja dengan kepribadian introvert dan ekstrovert terlihat pada dimensi perencanaan memiliki perbedaan sebesar 14%,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam menyelesaikan soal cerita ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert

Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Sandra widyaningrum (2016) terkait perbedaan perilaku konsumtif ditinjau dari kepribadian ekstrovert dan