BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur
Nomor 11 Tahun 2005, bahwa kewajiban Pemerintah sebagai penyelenggaran
utama pelayanan publik untuk melayani kebutuhan publik yang lebih baik sesuai
dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan
demokratis merupakan amanat konstitusional Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.1
Lebih jauh dari itu, pada pelaksanaan otonomi daerah, secara empiris
juga membawa perubahan dan inovasi dari sistem penyelenggaraan pemerintahan
desa yang merupakan ujung tombak pemerintahan yang berfungsi sebagai
pengayom, pembina, pelayan, penggerak partisipasi masyarakat dan sub sistem
dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional, sehingga desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat. Desa menjadi satu kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah
kabupaten.2
1
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik 2
Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintahan desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam wujudnya pemerintah desa tidak lagi merupakan level administrasi
terendah, sistem administrasi yang dikembangkan dalam pemerintahan desa
adalah layanan administrasi yang sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat, hal ini
untuk menciptakan layanan yang cepat dan efisien. Kebutuhan ini merupakan
kepentingan umum yaitu suatu bentuk kepentingan yang menyangkut orang
banyak atau masyarakat yang disesuaikan dengan norma dan aturan yang
kepentingan tersebut bersumber pada kebutuhan (hajat) hidup orang
banyak/masyarakat setempat.3
Oleh sebab itu layanan terhadap masyarakat desa dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat atau kepentingan umum merupakan hak dari
masyarakat desa yang memiliki keabsahan untuk dipenuhi sebagaimana yang
dikehendaki dan merupakan kewajiban yang harus dilakukan Pemerintah desa
agar bisa memperjuangkan kepentingan umum dengan efektif, efisien dan
transparan.
Dalam realita ternyata telah memberikan gambaran yang lain tentang
proses pelayanan masyarakat bila dikaitkan dengan masalah yang sesungguhnya
proses pelayanan dalam memberikan legalitas pelayanan (stempel) dari kepala
desa sendiri, namun pada kenyataanya perpanjangan birokrasi masih berjalan
hingga kini yang pada akhirnya banyak membebani masyarakat yang
membutuhkan pelayanan khususnya masalah tuntutan administrasi.
3
Fakta membuktikan bahwa masyarakat desa, apapun kelompok bahkan
individu-individu sekalipun memerlukan layanan dan harus disadari bahwa
banyak sisi kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan fungsi layanan yang
diemban oleh pemerintah desa, mulai dari Kartu Susunan Keluarga (KSK), Surat
Kenal Lahir, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan penyediaan berbagai fasilitas
umum lainnya. Sebenarnya timbulnya layanan umum tidak terlepas dari
kepentingan umum yaitu himpunan dari kepentingan pribadi yang telah
disublimasikan dan tidak bertentangan dengan norma masyarakat dalam rangka
menuju terpenuhinya kebutuhan mereka.4
Layanan publik itu sendiri bukanlah sasaran suatu kegiatan, melainkan
merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
Untuk itulah maka kualitas dan kuantitas layanan publik itu harus ditingkatkan
dengan menekankan pada reliability yaitu kepercayaan yang harus dijaga dengan
jalan memberikan layanan yang terbaik. Validity diartikan dengan
menginformasikan segala keterangan, penjelasan serta tindakan secara benar
dalam waktu yang tepat sesuai jadwal yang ditentukan. Responsibilitas
ditunjukkan dengan memberikan layanan yang penuh tanggung jawab, kemudian
assurance dilaksanakan dengan jaminan kepuasan layanan yang optimal dan
melaksanakan kewajibannya dengan kesungguhan hati dan emphaty yaitu
kemampuan menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain berdasar
maksud dan tujuannya serta situasi pada saat itu. Kualitas layanan ini terus
4
diupayakan untuk ditingkatkan dengan memperkecil gap antara masyarakat yang
dilayani dengan prestasi yang dihasilkan oleh pemerintah.
Fakta di atas menjelaskan bahwa kualitas dan kuantitas layanan publik
itu memang harus ditingkatkan, namun dalam realita mengungkapkan lain, artinya
terlalu banyaknya tugas struktural dari kecamatan yang diberikan oleh aparat desa
sehingga tugas dan proses pelayanan menjadi terhambat yang pada akhirnya
aparat memiliki tugas ganda, artinya tidak hanya fokus pada pelayanan
masyarakat tapi juga tugas yang diberikan oleh kecamatan.
Secara empiris dalam organisasi pemerintah desa ini meliputi Kepala
desa dan para pembantu-pembantunya (Perangkat desa), tetapi dalam proses
pembinaan dan penyelenggaraan layanan publik di desa yang langsung
berhubungan dengan masyarakat adalah para perangkat desa, khususnya kepala
desa yang memiliki kewenangan dalam mengelolah desa. Sebagai unsur terdepan
dalam layanan publik akhirnya menempatkan posisi perangkat desa sebagai
komponen yang menentukan disamping komponen lain (modal dan prosedur).
Realita yang terjadi adalah, bahwa perangkat desa yang terikat secara
struktural, yang mana pihak kecamatan melakukan pembinaan langsung yang
sebenarnya dilakukan oleh kepala desa. Fenomena ini terkesan bahwa kepala desa
tidak mempunyai potensi dan legalitas dalam hal pembinaan terhadap aparat desa.
Belum lagi hak masyarakat atau perorangan untuk memperoleh layanan
dari aparatur pemerintah desa terasa belum dapat memenuhi harapan semua pihak.
Di sana sini masih ditemui kelemahan-kelemahan yang dampaknya sering
proses pembuatan Kartu Kenal Lahir (KKL). Dari sisi ketepatan waktu
pemrosesan terjadi keterlambatan yang semestinya hanya memerlukan 1(satu) hari
tetapi baru selesai dalam waktu 1(satu) minggu, dengan dalih prosedur pembuatan
KKL melibatkan Kantor Catatan Sipil yang sehari-hari cukup sibuk. Dalam hal
pembiayaan juga terjadi ketidakjelasan masalah administrasi, artinya banyaknya
biaya yang harus dikeluarkan tergantung pihak pelayanan di desa (perpanjangan
birokrasi). Disamping itu pejabat yang menangani yaitu Kepala Urusan
Pemerintahan sering tidak ada ditempat dengan alasan, salah satunya untuk
memenuhi tugas dari kecamatan, sehingga masyarakat harus menunggu.
Dari sini nampak bahwa perilaku aparatur desa dalam layanan
masyarakat cenderung untuk memperlambat proses penyelesaian layanan, mencari
berbagai dalih seperti kekurang lengkapan dokumen pendukung dan
keterlambatan pengajuan permohonan, beralasan sedang sibuk melaksanakan
tugas lain, sulit untuk dihubungi, berdalih dengan menggunakan kata-kata
“sedang diproses”. Lebih jauh seperangkat desa cenderung untuk mengutamakan
kepentingan sendiri dengan menempatkan dirinya sebagai majikan dari pada
pelayan masyarakat, hal ini nampak pada sikap mempertahankan status quo pola
layanan masyarakat yang menunggu dari pada menjemput dengan dalih “siapa
yang butuh, maka masyarakat harus meminta”, serta pendekatan kekuasaan.
Pendekatan kekuasaan ini berakibat dalam proses layanan yang terjadi
adalah masyarakatlah yang datang dengan bersopan santun kepada aparatur,
sedangkan aparatur pemerintah desa malah bersikap sebaliknya. Disamping itu
sikap untuk selalu meminta petunjuk pada atasan, hal ini secara empiris nampak
pada pola layanan yang selalu menunggu atasan dari pada mengembangkan
kemampuan dirinya. Kenyataan seperti itulah pada akhirnya menimbulkan kesan
yang berkembang selama ini di masyarakat dengan konotasi bahwa layanan
umum atau public service yang diberikan oleh aparatur desa cenderung kurang
memuaskan dan bahkan dianggap kurang berkualitas. Padahal betapapun mulia
rumusan, tujuan, tugas dan pengabdian pemerintah, citra pemerintah lebih banyak
ditentukan oleh perilaku dan tindakan para pelakunya.
Sebagai gambaran yang telah diamati, bahwa tindakan layanan publik di
Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, perlu ditingkatkan lagi,
khususnya terkait dengan otonomi desa. Di samping itu karakterisitik masyarakat
Desa Tumpang sesungguhnya memiliki potensi dalam beradaptasi di masyarakat
desa, baik sisi budaya, teknologi dan perubahan sosial, kesemuanya merupakan
rangkaian dari pola yang terstruktur dalam proses interaksi antara perangkat desa
dengan warga masyarakat. Rasa tidak puas oleh masyarakat desa terhadap layanan
yang diberikan oleh pemerintah desa telah disadari oleh masyarakat, namun
masyarakat desa tidak berani untuk mengkritik bahkan melawan aparatur desa.
Dari uraian di atas, menarik penulis untuk meneliti tentang “persepsi
masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa
B. Rumusan Masalah Penelitian
Bertitik tolak dari uraian latar belakang tersebut permasalahan yang akan
diteliti adalah:
1. Bagaimanakah persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan
publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang ?
2. Bagaimana realita pelayanan publik di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang?
3. Apa yang menjadi kendala dan penunjang pemerintah desa dalam
memberikan pelayanan publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses layanan
publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Tujuan umum
secara operasional dijabarkan kedalam tujuan khusus sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi masyarakat dan aparat
desa terhadap peyanan publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan realita pelayanan publik di Desa
Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor kendala dan penunjang
pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik di Desa Tumpang
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari suatu panelitian pada umumnya sangat diharapkan dapat
mempunyai kegunaan dan manfaat yang besar baik bagi penulis maupun orang
lain yang membacanya. Dengan demikian, manfaat yang diharapkan adalah:
1. Secara Akademis
Secara akademis penelitian ini dapat digunakan untuk menambah,
memperdalam wawasan dan mengembangakan pengetahuan bagi
mahasiswa ilmu pemeritahan pada khususnya, dan sebagai pembelajaran
bagi peneliti dan menganalisis masalah secara ilmiah. Mendapatkan
jawaban dari masalah yang ada dalam proses mewujudkan pelayanan
publik publik.
2. Secara Praktis
Diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan kontribusi yang
positif di lembaga pemeintahan desa, khususnya masalah pelayanan
publik, dan sebagai bahan perbandingan dan dasar bagi peneliti berikutnya
yang berkaitan dengan masalah ini.
E. Defenisi Konseptual
Dengan mengacu pada judul “ persepsi aparat dan masyarakat desa tentang
model peyanan publik publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang)”, maka dijelaskan secara rinci adalah sebagai
1. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Di samping itu juga bisa diartikan suatu proses
tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa
lampau yang relevan diorganisasikan. Dalam hal ini bahwa persepsi
adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola
stimulus dalam lingkungan atau proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu.5
2. Masyarakat Desa adalah masyarakat yang memiliki hubungan yang
lebih erat dan lebih mendalam dibandingkan masyarakat kota. Biasanya
mereka hidup berkelompok dan mayoritas bermata pencaharian petani.
Pekerjaan di luar pertanian hanya sekedar sampingan, meskipun ada
pula sebagian kecil yang berstatus pegawai negeri.
4. Aparat Desa adalah sebagai kelompok kecil di masyarakat yang
mempunyai keunggulan organisasi yang dapat mengganti kelompok
lain yang kurang terorganisir. Kelompok ini mendapat posisi di
masyarakat tidak hanya keunggulan dalam berorganisasi tetapi juga
karena karakteristik individunya yang dihargai masyarakat.6
5. Pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan.7
5
Rahkmat, J. (1996 ). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Hlm:51 6
Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
7
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan suatu unsur yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel. Untuk menilai variabel dapat dilihat
melalui indikasi dengan indikator yang ada. Indikator tentang persepsi aparat dan
masyarakat desa tentang model peyanan publik, terkait dengan apa yang harus
dilakukan oleh pihak-pihak apartur desa adalah sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap peyanan publik di Desa
Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang:
a. Kecepatan dalam memberikan layanan.
b. Kemudahan pelayanan.
c. Perhatian dalam memberikan layanan.
2. Realita pelayanan publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang.
3. Faktor kendala dan penunjang aparat desa terhadap peyanan publik di Desa
Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang:
b. Faktor kendala dalam pelayanan
c. Faktor pendukung dalam pelayanan
G. Metode Penelitian
Metode secara umum berisi cara atau langkah-langkah praktis yang
ditempuh oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian itu sendiri. Pada
bagian ini dipaparkan jenis penelitian, lokasi penelitian subyek penelitian sumber
data teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, sehingga hasil penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang berusaha memberikan gambaran sekaligus menerangkan
fenomena-fenomena yang ada sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dari keadaan yang ada di masyarakat pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya sesuai dengan permasalahan
penelitian.
Berkaitan dengan judul penelitian, yang termasuk dalam gejala-gejala
sosial yang ada bersifat deskiptif kualitatif, sehingga penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan tentang persepsi aparat
desa secara alami.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi objek penelitian ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa dalam fungsi struktur pemerintahan Desa Tumpang
Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang bagian pelayanan diperlukan perubahan
kinerja dalam memberikan pelayanan, baik proses pelayanan maupun
profesionalitas pelayanan.
3. Subjek Penelitian
Subjek merupakan sumber data dalam suatu penelitian. Dalam hal ini yang
menjadi sumber data dalam penelitian adalah perangkat desa yang terdiri dari:
1. Kepala Desa,
3. Seksi Pemerintah,
4. Seksi Perekonomian dan Pembangunan.
5. Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat.
6. Masyarakat/Tokoh-tokoh masyarakat.
4. Jenis Data a. Data Primer
Sumber data Primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari
narasumber penelitian. Dalam hal ini sumber datanya adalah orang-orang
yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data atau
informan yang dapat memberikan sejumlah informasi yang dibutuhkan
sebagai data penelitian untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Dalam memperoleh data primer, penulis sengaja menentukan orang-orang
yang memberikan informasi dan dengan pertimbangan narasumber yang
dipilih tersebut berkualitas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
Data primer juga bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan data sekunder.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku,
Buletin-buletin, data dari dokumen, informasi lain, serta laporan yang terkait
dengan permasalahan dalam penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Interview (wawancara)
Metode interview (wawancara) adalah suatu cara untuk mendapatkan data
beraturan. Interview dalam mengumpulkan data ini bertujuan untuk
mengumpulkan keterangan yang dikumpulkan melalui sumber data yang tersedia,
yang dapat diartikan tanyajawab lisan antara dua orang atau lebih seeara langsung,
Dalam, kaitannya dengan teknik wawancara adalah percakapan secara maksud
tertentu antara dua orang atau lebih yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan
yang diwawancarai akan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut secara
detail menurutnya.
Jenis wawancara yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan instrumen
wawancara.
b. Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengunakan kegiatan
pengamatan, tanya jawab/wawancara dan pencatatan secara sistematis yang
langsung terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang di teliti. Data yang diperoleh
adalah dari metode observasi data tentang fasilitas-fasilitas pembangunan di
berbagai sektor.
c. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui arsip,
buku-buku, buletin, pendapat/delik, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian yang diambil. Data yang di dapat dari hasil penelitian melalui
dokumen ini adalah data pelengkap dan cara pencatatan dan pengutipan dan
dokumen-dokumen, arsip, buletin dan sumber-sumber lainnya untuk melengkapi
6. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari data primer maupun data
sekunder metode penelitian yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Dimana
data-data yang dihimpun, baik primer maupun skunder disusun, dianalisis dan
diinterpretasikan kemudian ditarik suatu kesimpulan logis secara induktif sebagai
hasil penelitian. Prinsip validitas, objektivitas, dan reliabilitas temuan akan
dilakukan melalui cara pengkategorian data dengan sistem pencatatan yang
relevan dan melakukan pengecekan atas data yang telah dikumpulkan dengan
teknik triangulasi, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap sumber lainnya.8 Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data,
pengorganisasian ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema yang dirumuskan. Data yang terkumpul terdiri dari catatan
lapangan, interview, gambar, foto dan dokumen berupa laporan, biografi, artikel,
kemudian direduksi dan diolah untuk memperoleh kesimpulan informasi tersebut.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber yang kemudian dilakukan reduksi data (menformulasikan teori
ke dalam seperangkat konsep) yang dilakukan dengan membuat rangkuman inti
dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data dianalisis secara normatif
melalui studi literatur dan hasil analisis bersifat kualitatif dalam bentuk deskripsi
atau uraian. 9
8
Moleong, Lexy J. 2001. Metode penelitian Kuatitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 9
Oleh karenanya dengan menerapkan metode analisa yang lazim
digunakan dalam penelitian lapangan. Peneliti berpedoman pada tahapan
penelitian, bahwa:
1. Analisis data dalam penelitian lapangan dilakukan secara jalin-menjalin
dengan proses pengamatan.
2. Berusaha menemukan kesamaan dan perbedaan berkenaan dengan
gejala sosial yang diamati, dan menemukan
penyimpangan-penyimpangan pola-pola tindakan atau norma sosial tersebut.
3. Membentuk taksonomi tindakan berkenaan dengan gejala sosial yang
diamati.
4. Menyusun secara tentatif proposisi-proposisi teoritis, berkenaan dengan
hubungan antar kategori yang dikembangkan atau dihasilkan dari
penyusunan taksonomi tersebut diatas.
5. Melakukan pengamatan lebih lanjut terhadap tindakan sosial yang
berkaitan dengan proposisi-proposisi sementara.
6. Mengevaluasi proposisi teoritis untuk menghasilkan kesimpulan.
7. Untuk mencegah penarikan kesimpulan secara subyektif, dilakukan
upaya: (a) mengembangkan intersubyektif melalui diskusi, (b) menjaga
kepekaan sosial dan kesadaran sebagai peneliti.10
Di samping itu, untuk menambah bobot validitas dan otentisitas sumber
data, peneliti akan menggunakan strategi internal, yakni; (a) melakukan kritik
ekstern untuk menentukan otentisitas sumber data, (2) melakukan kritik intern
10
untuk menentukan kredibilitas informasi. Selanjutnya, proses analisis data baik
ketika mengumpulkan data maupun setelah selesai pengumpulan dimulai dengan:
1. Data yang telah terkumpul dari berbagai sumber, dibaca dan ditelaah
dengan seksama untuk dijadikan acuhan berfikir serta mencari solusi
yang tepat, dan pada penelitian lebih lanjut diharapkan menghasilkan
hasil data yang valid.
2. Data yang telah terkumpul, direduksi sehingga tersusun secara
sistematis, dan nampak pokok-pokok terpenting menjadi fokus
penelitian, guna memberikan gambaran masalah yang diteliti.
3. Data yang direduksi, di susun dalam satuan-satuan yang berfungsi
untuk menentukan atau mendefinisikan kategori dari satuan yang telah
dikategorikan akan diberikan kode-kode tertentu untuk memudahkan
pengendalian data dan penggunaannya setiap saat.11
Dengan demikian, peneliti harus aktif selama pengumpulan data,
selanjutnya aktif di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi sebagaimana digambarkan Milles dan Huberman.12
11
Fasial Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar – Dasar dan Aplikasinya, Yayasan Asah Asih Asuh , Malang.
12
Sumber: Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI-Press. Hlm: 2313
Sebelum analisis data dilakukan, maka data yang sedang dan telah
dikumpulkan terlebih dahulu disajikan dalam bentuk seperti yang disarankan
Lincoln dan Guba. yaitu data dalam penelitian kualitatif disajikan dalam bahasa
yang tidak formal, dalam susunan kalimat sehari-hari dan pilihan kata atau konsep
asli responden, cukup rinci serta tanpa ada interpretasi dan evaluasi dari peneliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam upaya mendapatkan data yang valid atau sahih peneliti melakukan
metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan, pengecekan atau
sebagai pembanding data itu.14
Hal ini merupakan cara paling popular dalam penelitian kualitatif.
Dengan triangulasi ini peneliti mampu menarik kesimpulan yang tidak hanya dari
satu cara pandang sehingga kebenaran data lebih diterima.
13
Ibid. Hlm: 20. 14
Dalam prakteknya peneliti menggunakan tiga macam triangulasi
(perbandingan), pertama triangulasi sumber. Di sini peneliti membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Kedua, triangulasi metode. Caranya
dengan menggunakan metode wawancara, pengamatan dan dokumentasi untuk
mengecek topik atau data yang sama. Ketiga, triangulasi teori. Menguraikan pola,
SKRIPSI
Disusun oleh: Fariz Hikmawan
04230078
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
NIM : 04230078
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Judul Skripsi : Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang).
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Drs. Jainuri, M.Si) (Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si)
Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi: Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Judul Skripsi : Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang).
Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)
Pada tanggal: 07-Mei- 2011 Dihadapan Dewan Penguji
1. Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D ...
2. Drs. Krishno Hadi ...
3. Drs. Jainuri, M.Si ...
4. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si ...
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 04230078
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi: Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Judul Skripsi : Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang).
Pembimbing : 1. Drs. Jainuri, M.Si
2. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si
Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan
I II
Tanggal 17-02-2010 Revisi Bab I /Proposal
Tanggal 22-03-2010 ACC Bab I
Tanggal 01-04-2010 Seminar
Tanggal 12-06-2010 Revisi Bab II/III
Tanggal 16-06-2010 ACC Bab II/III
Tanggal 18-01-2011 Bimbingan Bab IV/V
Tanggal 22-02-2011 Revisi Bab IV/V
Tanggal 16-02-2011 ACC Bab IV dan V
Tanggal 20-04-2011 ACC ujian
Malang, 26-04-2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Drs. Jainuri, M.Si) (Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si)
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fariz Hikmawan NIM : 04230078
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi: Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang), adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Malang, 06-Mei- 2011
Yang menyatakan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, ni’mat dan taufiknya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Persepsi masyarakat dan aparat
desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang)”. Hasil dari penelitian ini peneliti harapkan dapat
menjadi masukan bagi Mahasiswa-Mahasiswi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
berikutnya dalam meneliti fenomena-fenomena terkini, yang tentunya peneliti
harapkan harus lebih baik dari penelitian ini. Secara sadar kami mengakui, bahwa
penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama karena penelitian sifatnya
kasuistik, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara
umum. Untuk itu, penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian
ini sangat diperlukan.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT
sebagai amal shaleh, Amiin. Secara khusus kami sampaikan kepada :
1. Kedua orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga kami
dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Jainuri, M.Si, kepada beliau kami sampaikan terima kasih dan
rasa simpati saya atas motivasi dan pengorbanannya dalam penyelesaian
4. Bapak Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D, selaku penguji terimakasi atas
masukan yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. Krishno Hadi, selaku penguji terimakasi atas masukan dan
kritikan dalam perbaikan skripsi ini
6. Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Malang,
tempat dimana kami dapat saling berbagi, berdiskusi bersama.
Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya selama
perkuliahan ini terutama terhadap kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
Kami tetap berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amiin.
Malang, 06-Mei- 2011
Penyusun
aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang
Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang)”, Pembimbing I: Drs. Jainuri, M.Si;
Pembimbing II: Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat atau kepentingan umum, merupakan hak dari masyarakat desa yang memiliki keabsahan untuk dipenuhi sebagaimana yang dikehendaki dan merupakan kewajiban yang harus dilakukan Pemerintah desa agar bisa memperjuangkan kepentingan umum dengan efektif, efisien dan transparan. Dalam realita ternyata telah memberikan gambaran yang lain tentang proses pelayanan masyarakat bila dikaitkan dengan masalah kemandirian desa yang sesungguhnya proses pelayanan dalam memberikan legalitas pelayanan dari kepala desa sendiri, namun pada kenyataanya perpanjangan birokrasi masih berjalan hingga kini yang pada akhirnya banyak membebani masyarakat yang membutuhkan pelayanan khususnya masalah tuntutan administrasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Pendekatan teori dalam penetian ini adalah mengacu pada teori pertukaran, dimana bahwa manusia adalah makhluk yang mencari keuntungan (benefit) dan mengindari biaya (cost); manusia dalam perspektif pada penganut teori pertukaran, merupakan makhluk mencari imbalan (reward-seekinganimal). Keterkaitan antara teori ini dengan fenomena yang sedang diteliti adalah ketika masyarakat yang mengharapkan pelayanan yang ekstra cepat, maka akan dikenakan biaya administrasi yang ekstra, yang tentunya tindakan ini tidak terlepas dari pencarian keuntungan birokrasi pemerintahan daerah.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tumpang, dimana menurut data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2009, jumlah penduduk Desa Tumpang adalah 14.444 jiwa, dengan rincian 6.300 laki-laki dan 7.244 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini tergabung dalam 2.909 KK. Wilayah Desa Tumpang terbagi di dalam 17 Rukun Warga (RW) yang tergabung di dalam 06 Dusun yaitu: Kebonsari, Ledoksari, Ronggowuni, Jago, Tumpang 01 dan Tumpang 02. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Tumpang dapat teridentifikasi ke dalam beberap sektor yaitu pertanian, Perkebunan, jasa/perdagangan, dan lain-lain
kepada kebutuhan masyarakat. Aspek perhatian dalam memberikan layanan, bahwa sebagai aparat desa agar mutu pelayanan terhadap masyarakat dapat terealisasi secara cepat dan nyata, maka jelas dibutuhkan adanya kebersamaan terhadap semua perangkat desa dan masyarakat. Bentuk perhatian perangkat desa terhadap layanan masyarakat adalah perangkat desa sering terjun di dalam kegiatan dukuh memberikan sosialisasi pada warga agar lebih mengerti untuk mengurus surat-surat sebagai syarat mendapatkan pelayanan yang kemudian ditunjang dengan memberi kesempatan 24 jam pelayanan terhadap masyarakat. Realita pelayanan publik di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang masih belum sempurna. Hal ini terlihat pada masih rumitnya persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Apalagi juga ada biaya administrasi yang terkadang masyarakat tidak bisa memenuhi. Selain itu pemerintah desa kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat sebagai penerima layanan. Hampir warga Tumpang menghendaki pelayanan yang mudah dan cepat dan gratis tapi belum teralisasi. Hal ini diakuhi oleh kepala desa, bahwa masih diperlukan bimbingan kepada pegawai yang terlibat dalam pelayanan terhadap masyarakat. Seperti kemampuan mengelolah administrasi pelayanan dan kemampuan mengelolah data di komputer yang memakai program baru. Padahal sarana prasarana desa cukup mendukung untuk pelayanan terhadap masyarakat. Hanya kesungguhan pemerintah desa dalam melayani masih kurang, seperti sering kali para staf terkadang tidak ditempat padahal warga sudah harus dilayani
Meyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Social and Political Sciences, Department of Government. "Public perception and village officials to the service public (Case study in the Village District Tumpang Malang)", Advisor I: Drs. Jainuri, M. Si; Advisors II: Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si.
In order to meet the needs of the community or public interest, the rights of rural communities that have validity to be filled as desired and is an obligation that must be done for the village government can fight for common interests with effective, efficient and transparent . In reality it turns out has provided another illustration of the process of community service in relation to the real problem the village autonomy in providing legal service process of service to the village chief himself, but in fact an extension of the bureaucracy is still running until now that in the end a lot of burden to the citizens who need services in particular problem of administrative charges. This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Technique of data collecting is done through: Observations and interviews and documentation. After legitimated examination, data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion.
This research theoretical approach in this is referring to the theory of exchange, where that man is a creature who seek profit (benefit) and avoid the cost (cost); man in the perspective of the adherents of the theory of exchange, a creature seeking reward (reward-seekinganimal). The linkage between this theory with the phenomenon being studied is when people who expect extra fast service, it will be an extra administrative fee, which of course this action can not be separated from profit-seeking local government bureaucracy.
This research was conducted in the Village Tumpang, where according to data from the Village Administration in 2009, the total population is 14,444 souls Tumpang Village, with details of 6300 men and 7244 women. The population is thus incorporated in 2909 households. Tumpang Village area divided into 17 Pillars of Citizens (RW) is incorporated in the 2006 Hamlet, namely: Kebonsari, Ledoksari, Ronggowuni, Jago, Tumpang 01 and Tumpang 02. In general, the livelihoods of village residents can be identified Tumpang into several sectors, namely agriculture, plantation, service / trade, etc.
the villages and communities. Forms attention of the village against village community services are often plunge in the hamlet activities provide socialization of citizens to better understand to take care of the letters as a condition of receiving services who then supported by allowing 24 hours of community service. Reality of public services in the Village District Intercropping Intercropping Malang Regency still not perfect. This can be seen on the still complex requirements that must be met. Moreover, there are also administrative costs that sometimes people can not meet. In addition, the village government pays little attention to the needs of the community as recipients of services. Most residents Tumpang want easy and fast service and free but not yet teralisasi. This is considered by the village head, that is still needed guidance to employees involved in service to the community. Like the ability to manage administrative services and the ability to manage data on computers that use the new program. Though the village is quite supportive infrastructure for service to the community. Only the village government's sincerity in serving is still lacking, as is often times the staff sometimes are not in place when residents had to be served.
Approve,
Advisor I Advisor II
Lembar Pernyataan ... iii
Lembar Persembahan ... iv
Kata pengantar ... v
Abstraksi ... vi
Daftar Isi ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konseptual ... 8
F. Definisi Operasional ... 10
G. Metode Penelitian ... 10
1. Jenis Penelitian ... 11
2. Lokasi Penelitian ... 11
3. Subyek Penelitian ... 11
4. Jenis Data ... 12
5. Teknik Pengumpulan Data ... 12
6. Teknik Analisa Data ... 14
C. Peran Pemerintah Desa dalam Proses Layanan Masyarakat ... 22
D. Teori Pertukaran ... 31
BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
1. Letak Geografis ... 39
2. Keadaan Desa ... 40
3. Demografis/ Kependudukan ... 41
4. Mata Pencaharian ... 42
5. Keadaan Sosial ... 44
6. Keadaan Ekonomi ... 46
7. Sumber Daya Manusia ... 47
8. Kondisi Pemerintahan Desa ... 48
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Persepsi Masyarakat dan Aparat Desa terhadap Pelayanan Prima ... 53
B. Realita pelayanan publik di Desa Tumpang ... 71
C. Faktor Kendala dan Pendukung ... 74
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 82
Departemen dalam Negeri. 2001. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Otonomi Daerah, Sekretariat Jendral Depnagri, Jakarta
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik: Yogyakarta. pusaka sinar harapan
E Kast Fremont,1990. Organisasi dan Menejemen Edisi keempat. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Fasial Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar – Dasar dan Aplikasinya,
Yayasan Asah Asih Asuh , Malang
Johnson Doyle Paul, 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid 2 Penerbit PT Gramedia, Jakarta
Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI-Press.
Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesi. Jakarta : Bumi Aksara
Moleong Lexey J. 2005 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.: Remaja Rosdakaria
Menpan. 1993. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 Tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum, Bagian Organisasi Setwilda TK II Sidoarjo
Rakhmat, Jalaludin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rita L Atkinson, 1991. Pengantar Psikologi. Edisi Kesebelas. Interaksara Batam Center
Siagian P. Sondang. 1994. Patologi Birokrasi Analisis, Identifikasi dan Terapinya. Jakarta : Ghalia Indonesia
Yosmardin, Mursyid A.M, Nazief E.S, Reno Oktaviani,2004. Dinamika Pemerintah Lokal Kota Bukittinggi, Kerjasama Pemerintah Kota Bukittinggi Lembaga Pengembangan Masyarakat, Institut Ilmu Pengetahuan LPM-IIP, Bukittinggi
masyarakat sesuai dengan waktu penyelesaiannya?
a. Menurut bapak/ibu apakah selama ini aparat desa memberikan
kemudahan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat?
b. Menurut bapak/ibu apakah aparat desa perhatian dalam memberikan
layanan?
c. Menurut bapak/ibu model pelayanan seperti apa yang bapak/ibu
diharapkan di Desa Jago ini?
d. Menurut bapak/ibu kendala apa saja yang dihadapi dalam memberikan
layanan?
e. Menurut bapak/ibu selama ini apa yang menjadi faktor pendukung
dalam pelayanan terhadap masyarakat?
f. Apa yang bapak/ibu harapkan aparat desa agar pelayanan terhadap
masyarakat bisa menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan