• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan persepsi menstruasi antara anak yang belum dengan anak yang sudah menstruasi terhadap kecemasan dalam menghadapi menstruasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan persepsi menstruasi antara anak yang belum dengan anak yang sudah menstruasi terhadap kecemasan dalam menghadapi menstruasi"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

MENSTRUASITERHADAPKECEMASANDALAM

MENGHADAPI MENSTRUASI

Oleh:

DIAN ROSMALENI

NIJ\1: 103070029040

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOC;I

UIN SYARIF HIDAYATULILAH

(2)

DAlAM MENGHADAPI MENSTRUASI Skripsi

Diajukan Kepada Fakultais Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

Pembimbing I,

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

DIAN ROSMALENI NIM: 103070029040

Di Bawah Bimbin(Jan

ゥイョ「ゥョAセ@ 11,

Dra. Agustyawati, M. Phil, S111e NIP. 132 121 898

(3)

ANAK YANG BELUM DENGAN ANAK YANG SUDAH MENSTRUASI TERHADAP KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memp1aroleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 27 Desember 2007

1

Sidang Munaqasyah

f<etua Me a gkap Anggota,

?-Ora. Ne artati M. Si

NIP. ·150 2

938

Anggota: Penguji

I

\

Pembirnbing

I

Dra. Ji_qm;;tyawati, M. Phil, Sne

NIP.

132121

898

Dra. Zahri:> un NIP. 150 238 7

Penguji

II

Drs. Rahlllilt Mulyono, M.Si.

Psi

NIP.

0

293 240 imbing

II

(4)

UNTUK KEDUA ORAl'JG TUAKU

DAN ORANG-ORA.NG YANG

(5)

(C) Dian Rosmaleni

(D) Perbedaan Persepsi Menstruasi Antara Anak Yan£1 Belum Dengan Anak Yang Sudah MenstruasiTerhadap Kecemasan Dalaim Menghadapi

Menstruasi

(E) 80 Halaman + Lampiran

Salah satu informasi yang penting adalah informasi tentang seksualitas, terutama pada remaja putri yang berhubungan den!}an organ tubuh dan fungsinya karena pada remaja putrid mengalami pertumbuhan fisik lebih awal dan berakhir lebih dulu dibandingkan dengan anak laki-laki

(Badriyah & Diati, 2004:45), dan juga khusus pada wanita Allah SWT menjadikan mereka tidak pernah lepas dari pendamhan baik itu berupa darah haid, nifas, maupun istihadhah (Shalih, 2005)1. Dan Perubahan paling awal yang akan dialami remaja putri adalah haid atau m13nstruasi yaitu proses peluruhan pembuluh darah yang menempel di dinding rahim lantaran tidak terjadi proses pembuahan (Badriyah

,g,

Diati, 2004:137).

Untuk mengetahui info tentang seksualitas atau perubahan-perubahan tersebut mudah sekali didapat mulai dari teman sampai media, tetapi informasi atau isi yang didapat belum tentu benar secara ilmiah, karena isi tersebut tidak mempertimbangkan usia yang mengakibatkan banyak remaja putri bukan menjadi tahu dan bertambah ilmu tetapi malah menjadi bingung yang pada akhirnya membuat persepsi yang salah tentang

informasi yang didapat, secara psikologi Santrock (2002: 152) memberikan pengertian tentang persepsi yaitu prosies interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan juga apa yang diinderakan atau dirasakan. Dan pesepsi setiap remaja putri berbeda-beda, ada yang memiliki persepsi negatif dan ada yang memiliki persepsi positif, jika remaja putri mempuny;:ii persepsi yang salah tentang menstruasi, akan menimbulkan ketakutan atau kecemasan yang menurut Atkinson (1999: 212) adalah emosi yang ticlak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah· seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang terkadang kita alami dalam tingfrnt yang berbeda-beda, dan juga mengakibatkan ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi.

(6)
[image:6.595.44.465.88.619.2]

diperoleh t hitung sebesar 0,799 pada skala persepsi menstruasi, sedangkan t table sebesar 2,00, karena t hitung lebih kecil daripada t table, maka hipotesa nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak, artinya tidak ada perbedaan persepsi menstruasi. Pada slcala kecemasan dalam menghadapi menstruasi diperoleh t hitung sebesar 2, 031, sedangkan t table sebesar 2,00, karena t hitung lebih besar daripada t tabel maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima, artinya ada perbedaan kecemasan dalam menghadapi menstruasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi terhadap menstruasi dan tingkat kecemasan pada siswi yan11 belum dan sudah menstruasi, sedangkan Penelitian ini menyarankan agar orang tua dan guru memberikan informasi yang benar tentang meinstruasi dan

memberikan penyuluhan tentang organ tubuh dan 1fungsi dari organ tubuh itu sendiri, agar tidak menyebabkan kecemasan dalam menghadapi menstruasi.

(7)

Segala puja dan puji semua tertuju kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, Sang Pemberi nikmat dan rahmat bagi seluruh makhluknya, terlebih kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah ke junjungan dan suri tauladan penulis dan seluruh umat manusia di dunia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang tetap setia kepada Allah SWT dan Rasul-Nya hingga hari kiamat.

Adapun skripsi ini disu:>un untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memperdalam wawasan dan menambah pengalaman tentang penelitian di bidang psikologi. Serta penulis sangat berharap dengan penulisan skripsi ini semoga dapat

memberikan manfaat bagi khalayak yang membaca. W'alaupun di dalamnya dapat dikatakan masih jauh dari sempurna dan masih sangat membutuhkan berbagai macam saran dan kritik dari pembaca.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi beserta jajaran-jajarannya.

2. lbu Ora. Agustyawati, M.Phil.Sne, dan lbu Ora. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing

1

dan 2. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas arahan dan bimbingannya selama penulisan skripsi, sehingga penulis mendapatkan begitu banyak ilrnu dan pengalaman. 3. Kedua orang tuaku, Ayahanda M. Zaini (Alm), se1moga rahmat Allah

SWT dan ampunan-Nya selalu tercurah kepada beliau di alam kubur, dan begitu juga ibundaku Tihana, yang telah mendidik dan

membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis mengenal arti cinta dan kasih sayang. Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku dan sayangilah

mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih l<:ecil. 4. Adikku tercinta, Faizah Nafisah, yang terus setia mendampingi dan

(8)

hidup penuh dengan arti dan optimisme. Semoga kami tetap bersama dalam satu il<atan sampai akhir hayat. Amin.

6. Saudara-saudaraku tersayang, yang telah begitu banyak membantu penulis baik secara moral maupun materiil, sehingga penulis menjadi seperti sekarang ini.

7. Sahabat-sahabat seperjuanganl<u mulai dari teman "maen" (Mba'e, Sari, Ochie, anak-anak panitia 17an yang tidal< pernah berganti panitia) SD (Irma, Ito, Meri, dll), SMP (DEN; 432, Otox's, Q-thinl<, dll) Aliyah (DESKY, lpan, Echa, Davi, dll), lntan SS, Kiki, Vita, Neneng, Dewi, Nia Adit, ilunk, Wawan, Ai

&

Bowo, Fitkam

&

gank's, Tsunayya

&

gank's, Anis & gank's anak Kelas B lainnya, teman-teman KKL (kakak Chacam; lrin, Lucky, lntan, Suci, dan lka) dan angkatan 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak sedikitpun penulis mengurangi rasa terima kasih dan hormat kepada mereka. Terima kasih sobat atas dukungan dan kebersamaan. lngat ini adalah langkah awal menuju l<esuksesan, semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua.

8. Seluruh guru, dosen dan para staff penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu mulai dari SD sampai jenjang perkuliahan, semoga amal baik Kalian semua diterima Allah SWT dan ilmu yang telah penulis dapatkan bermanfaat bagi penulis dan masyaral<at.

9. Bapak Kepala Yayasan PSAA Putra Utama 3 Te1bet (Panti Sosial Anak Asuh) beserta anak asuhnya, tempat KKL penulis, dan Bapak Kepala Sekolah MTs sa'adatuddarain dan MTsN 6 Conclet, tempi:.t penelitian skripsi yang telah memberikan izin penelitian untuk penulis.

10. Rental Bang Juri dan Mas Dolly serta Foto Copy Mas Farid, yang telah banyak membantu perlUlis clalam penulisan skripsi.

Akhirnya semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang kita lakukan dan terus mencurahkan rahmat dan pintu ilmu-Nya kepada kita semua. Amin.

(9)

Halaman Persetujuan ...

.i

Halaman Pengesahan ... ii

Motto ... iii

Dedikasi. ... .iv

Abstraksi. ... v

Kata Pengantar. ... vii

Daftar lsi. ... .ix

Daftar Ta be I. ... xii

Daftar Gambar. ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1-11 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 7

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1.3.1. Pembatasan Masalah ... 7

1.3.2. Perumusan Masalah ... 8

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitan ... : ... 8

1.5. T ujuan Penelitian ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Sistematika Penulisan ... 9

BAB2 KAJIAN PUSTAKA 12-51 2.1. Persepsi. ... 12

2.1.1. Definisi Persepsi. ... 12

(10)

2.2. Menstruasi

2.2.1. Definisi Menstruasi. ... 21

2.2.2. Proses Terjadinya Menstruasi. ... 26

2.2.3. Mites Tentang Menstruasi. ... 26

2.2.4. Siklus Menstruasi. ... 28

2.2.5. Pembagian Siklus Menstruasi. ... 29

2.2.6. Gangguan Siklus Menstruasi. ... 30

2.3. Kecemasan 2.3.1. Definisi Kecemasan ... 32

2.3.2. Teori Kecemasan ... 35

2.3.3.Macam-macam Kecemasan ... 36

2.3.4. Neurosa Cemas ... 37

2.3.5. Penanggulangan Kecemasan ... 38

2.4. Remaja Awai 2.4.1. Definisi Remaja Awai. ... 39

2.4.2. Periode Perkembangan ... .40

2.4.3. Tugas Perkembangan Remajai Awai. ... .41

2.4.4. Karakteristik Remaja Awal.. ... : ... :.41

2.5. Kerangka Berpikir ... .45

(11)

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel ... 49

3.2. Pengambilan sampel ... 51

3.2.1. Populasi dan Sampel. ... 51

3.2.2. Teknik pengambilan sampel ... 52

3.3. Pengumpulan Data ... 52

3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian ... 52 .

3.3.2. Teknik Uji lnstrumen ... 53

3.4. Teknik Analisa Data ... 60

3.4. Prosedur Penelitian ... 61

BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 64- 71 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 64

4.2. Uji Homogenitas ... 67

4.3. Hasil Utama Penelitian ... 68

4.5.1. T-Test Persepsi Menstruasi ... 68

4.5.2. T-Test Kecemasan Dalam Menghadapi Menstruasi. ... 70

BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 72-76 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Diskusi. ... 72

(12)

3.1. Tabel skoring instrument.. ... 53

3.2. Blue Print Skala Persepsi Menstruasi.. ... 54

3.3. Blue Print Skala Kecernasan Dalarn Menghadapi Menstruasi. .... 56

3.4. Kaidah Reliabilitas Guilford ... 60

4.1. Tabel um urn usia responden ... 64

4.2. Tabel urnurn inforrnasi tentang rnenstruasi. ... 65

4.3. Tabel urnurn surnber inforrnasi. ... 66

4.4. Tabel uji hornogenitas ... 67

4.5. Tabel group statistic persepsi rnenstruasi. ... 68

4.6. Tabel uji t persepsi rnenstruasi. ... 69

4.7. Tabel group statistic kecernasan dalarn rnennhadapi rnenstruasi..70

[image:12.595.60.459.135.583.2]
(13)
(14)

Lampiran 1 Form concern

Lampiran 2 Lembar pernyataan persepsi menstruasi try out

Lampiran 3 Lembar pernyataan kecemasan dalam menghadapi menstruasi try out

Lampiran 4 Lembar pernyataan persepsi menstruasi

Lampiran 5 Lembar pernyataan kecemasan dalam menghadapi menstruasi Lampiran 6 Reliabilitas skala persepsi menstruasi

Lampiran 7 Reliabilitas skala kecemasan dalam menghadapi menstruasi Lampiran 8 Data mentah kelompok try out

Lampiran 9 Data mentah kelompok penelitian

Lampiran 10 Data hasil wawancara study pendahuluan Lampiran 11 Surat izin penelitian

Lampiran 12 Surat kesediaan pemberian izin penelitian Lampiran 13 Uji homogenitas

Lampiran 14 Uji t-tes persepsi menstruasi

(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman globalisasi seperti ini banyak sekali berbagai macam informasi dari sumber yang bisa didapat, seperti informasi tentang pekerjaan, pendidikan, sampai dengan informasi tentang seksualitas atau organ tubuh.

Salah satu informasi yang penting adalah informasi tentang seksualitas. Manusia tumbuh dan berkembang mulai dari pembuahan sampai kematian. Piaget (dalam Hurlock, 1999:3) menjelaskan bahwa struktur itu tidak pernah statis dan sudah ada semenjak awal. Dengan kata lain manusia akan

mengalami perubahan yang progresif sebagai suatu tanggapan dari pengalaman-pengalaman hidupnya dan perubahan itu rnengakibatkan jaringan interaksi yang begitu kompleks.

(16)

tidak pernah lepas dari perdarahan alamiah dirinya baik itu berupa darah haid, nifas, maupun istihadhah (Shalih, 2005). Dan perubahan paling awal yang akan dialami pada remaja putri adalah haid atau menstruasi yaitu proses peluruhan pembuluh darah yang menempel di dinding rahim lantaran tidak terjadi proses pembuahan (Badriyah & Diati, 2004:137).

Menurut Syamsu Yusuf (2004: 194-195) salah satu contoh perubahan yang akan dilalui oleh setiap manusia adalah perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang menyangkut aspek psikis seperti berkembangnya emosi ataupun fisik seperti pada wanita bertambah besarnya buah dada, pinggul, dan tumbuhnya bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan, dan pada laki-laki tumbuh kumis, jakun, terjadi perubahan suara, dan juua tumbuh bulu diketiak dan di sekitar kemaluan. Perubahan ini semua dapat menyebabkan

terjadinya kecemasan dan kegoncangan jiwa pada masa tersebut. Kecemasan menurut Atkinson (1999: 212) adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti l:ekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang terkadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda.

(17)

tersebut tidak mempertimbangkan usia yang mengakibatkan banyak remaja putri bukan menjadi tahu dan bertambah ilmu tetapi malah menjadi bingung yang pada akhirnya membuat persepsi yang salah tentang informasi yang didapat, secara psikologi Santrock (2002: 152) memberikan pengertian tentang persepsi yaitu proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan juga apa ケ。ョセQ@ diinderakan atau dirasakan.

(18)

Kartono (1992: 113) juga berpendapat bahwa remaja yang tidak dibekali cukup pengetahuan dan diberikan gambaran-gambaran yang serba

menakutkan dan keliru mengenai menstruasi, terlebih gambaran-gamb;lran tersebut timbul semenjak masa kanak-kanak akan menimbulkan bermacam-macam gejala psikosomatis, yaitu penyimpangan-penyimpangan dan

gangguan psikis yang menyebabkan gangguan kesehatan jasmaniah. Oleh adanya informasi yang salah, maka proses menstruasi itu kemudian

senantiasa dikaitkan dengan "bahaya-bahaya" tertent1u. Juga dihubungkan dengan kekotoran, dan hal-hal yang najis dan haram serta 、ゥー。オエセ。ョ@ dosa dan hal-hal yang menjijikan (Kartono, 1992: 113).

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Studi Kasus Mengena;

Pengetahuan dan Penerimaan Remaja Putri terhadap Menstruasi (dalam

Mayasari, 1998: 76) ternyata remaja putri membutuhkan informasi yang benar tentang bentuk tubuh, proses dan apa serta 「。セQ。ゥュ。ョ。@ menstruasi itu terjadi. Kebutuhan akan informasi tersebut timbul dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pacta·awal pubertas.

(19)

menstruasi itu menakutkan, menjijikkan, dan yang lebih mengejutkan

sekaligus menyedihkan lagi mereka menganggap meinstruasi itu memalukan.

Terbukti bahwa masih banyak remaja putri yang beranggapan salah atau keliru tentang menstruasi itu sendiri. Hal ini 、ゥォ。イ・ョ。セ。ョ@ kurangr.ya pendidikan seks dari sekolah, maupun orang tua sehi1ngga anak mencari informasi di tempat dan sumber yang salah. lni yang membuat persepsi mereka keliru tentang menstruasi. Sebuah kasus menstruasi (Kartono,

1992:

114-145) di mana ada seorang anak gadis yang menclapatkan menstruasi lebih awal, dan ia menentang dengan keras atas datangnya menstruasi dengan cara tidak ingin membersihkan darah haid itu sendiri,

menyembunyikan semua pakaian dan kainnya yang kotor dalam sudut-sudut dan laci-laci. Menurut gadis tersebut dengan datangnya menstruasi, dia merasa terhalang-halangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya seperti la tidak bisa berenang dan berolah raga lainnya. Musibah ini terjadi seiring dengan munculnya kesalahan persepsi anak-anak tentang menstruast yang dialaminya.

Dan dari penelitian sebelumnya menurut Mayasari

(1998: 83),

siswi yang sudah mengalami menstruasi menerima keadaan menstruasi tersebut secara periodik walaupun saat menstruasi mereka terkadang kesal karena
(20)

sedang banyak kegiatan yang membuat mereka banyak bergerak dan mengakibatkan perasaannya takut dan malu akan tennbus.

Seharusnya kejadian ini dapat dihindari dan tidak perlu terjadi, seandainya saja sekolah dan orang tua sudah memberikan pendidikan seks atau sudah menjelaskan tentang menstruasi pada anak sedini mungkin. Sehingga ia tidak bingung dan merasakan kecemasan dengan keadaan yang dialami saat ini.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada studi pendahuluan terhadap siswi M.I Hudatul Khairiyah, penulis menyimpulkan bahwa pendapat remaja putri tentang menstruasi yang keliru membuat remaja putri itu takut atau cemas dalam menghadapi menstruasi itu sendiri, contohnya takut ketahuan orang tua, takut dengan darah, takut tembus, takut ka1rena belum

mengalaminya, takut tidak bisa baca Al-Qur'an, dan masih banyak lagi pendapat mereka yang membuat takut atau cemas untuk menghadapi menstruasi.

(21)

MENSTRUASI TERHADAP KECEMASAN DALAM MENGHADAPI

MENSTRUASI".

1.2 ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1 .

Apakah yang menyebabkan remaja putri cemas dalam menghadapi menstruasi?

2. Siapa yang seharusnya menjelaskan pada anak エQセョエ。ョァ@ menstruasi agar remaja putri tidak cemas?

3. Bagaimana menyikapi remaja putri yang cemas dalam menghadapi menstruasi?

4. Apakah ada perbedaan persepsi tentang menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi terhadap kecemasan dalam menghadapi menstruasi?

1.3 Pembatasaan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

1. Persepsi menstruasi yang dimaksud penulis disini adalnh

(22)

2. a. Anak yang belum menstruasi yang dimaksud penulis adalah remaja putri kelas 7 MTsN 6 Condet Jakarta Timur yang belum mendapatkan menstruasi.

b. Anak yang sudah menstruasi y;mg dimaksud ーQセョオャゥウ@ adalah remaja putri kelas 7 MTsN 6 Condet Jakarta Timur yang sudah mendapatkan menstruasi.

3. Kecemasan dalam menghadapi menstruasi yang dimaksud penulis disini adalah suatu keadaan ketegangan, merasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan ketika seseorang menghadapi menstruasi.

1.3.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan pers·:ipsi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi terhadap kecemasan dalam menghadapi menstruasVi'

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

(23)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya bagi pengembangan teori-teori psikologi terutama yang berkaitan dengan bidang psikologi perkembangan. Serta dapat memberikan sumbangan pada dunia psikologi dan kesehatan tentang hubungan yang saling mendukung antara fakl.or psikis dan fisik.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua, dan anak itu sendiri tentang perlunya kesiapan mengh:>dapi menstruasi yang kaitannya dengan kecemasan serta dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam Hrna bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

(24)

Membuat kajian tentang teori-teori Persepsi, Menstruasi. Remaja Awai, Kecemasan, Kerangka Berfikir, dan Hipotesa. Bahasan yang pertama adalah tentang Persepsi sub bahasannya meliputi definisi persepsi, ciri-ciri umum persepsi, prinsip-prinsip persepsi, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi,hakekat persepsi, bahasan yang kedua adalah tentang Menstruasi sub bahasannya meliputi definisi menstruasi, proses terjadinya menstruasi, mitos tentang menstruasi, masa datangnya menstriuasi, siklus menstruasi, gangguan siklus menstruasi, bahasan yang ketiga adalah tentang Kecemasan sub bahasannya meliputi deflnisi kecemasan, teori kecemasan, komponen kecemasan, macam-macam kecemasan, respon fisiologis kecemasan, neurosa cemas, penanggulangan kecemasan, bahasan yang keempat tentang Remaja Awai sub bahasannya meliputi definisi remaja awal, periode-periode perkembangan, tugas perkembangan remaja awal, karakteristik perkembangan remaja awal.

BAB Ill Metode Penelitian

Terdiri dari Jenis Penelitian, Pengambilan Sampel, Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data.

(25)

Penelitian yaitu gambaran umum subjek penelitian, analisis.

Membahas presentasi dan analisis data, meliputi gambaran umum subjek penelitan, presentasi data uji.

BAB V Kesimpulan, Diskusi Dan Saran

Kesimpulan yang mengemukakan uraian tentang pernyataan

(26)

2.1 Persepsi

2.1.1. Definisi Persepsi

lndividu adalah makhluk yang mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam melihat suatu realitas, seperti melihat suatu benda yang sama maka mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang benda tersebut.

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Muslichah, 2003: 27). Menurut Baihaqi (2001>: 63) persepsi adafah rangsang yang masuk dalam diri kita disertai dengan pemahaman atau pengertian tentang rangsang tersebut, !<arena ada interaksl atau asosiasL dengan rangsang yang lainnya atau セ。ョァウ。ョァ@ yang sudah dipahami sebelumnya.

(27)

(Baihaqi, 2005: 64). Persepsi sebagai suatu proses yang didahull.J1 oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang

diinderakannya itu (Davidoff, 1998: 232). Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan juga apa yang diinderakan atau dirasakan (Santrock, 2002: 152).

Persepsi adalah objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut (Sarlito, 2003: 41), sedangkan menurut Atkinson (1996: 201) persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan.

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk

(28)

Perception (persepsi, penglihatan, tanggapan) adalah proses dimana

seseorang menjadi sadar akan sesuatu dalam ャゥョァォオョAセ。ョョケ。@ melal\Ji indera-indera yang dimilikinya, pengaruh lingkungan yang diperoleh melalui

interpretasi data indera (Kartini, 2003: 343).

"A perception is the experience we have after our brain assembles and combines thousands of individual, meaningless sensations into a meaningful/ pattern or image" ( Plotnink, 2005: 124 ).

(Yaitu, persepsi adalah pengalaman yang kita dapat setelah otak kita menerima dan mengkombinasikan ribuan individu, dari sensasi y<ing tidak memiliki arti apa-apa sehingga memiliki sebuah arti).

Adapun pandangan Al-qur'an tentang persepsi berdasarkan pada kedudukan manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifaan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya ad;alah proses dan fungsl persepsi yang lebih rumit dan lebih kornpleks dlbandin!Jkan dengan rnakhluk lainnya, dalam Al-qur'an proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan (Abdurrahrnan dkk, 2004: 90). Dijelaskan clalam ayat berikut:

Q[セ[⦅_@

.

セ@

_)9

J

:J;

セXZセ_@

·

lP::,.

セセGZZLN@

セ@ セゥQ@ ᄋセ@ セj@

.

. f - / 'f / ' f / LLNセ@ / /

,,, .J ,, ,,- o ,,. ,, ,, ,,. ,,. ,,. o o a,,.,,. ,,. ;:; ,,. a ,,. ,,. ,., a a,,,,,. ,,. !? ,, ,, ,,. ,,. o .>

イセ@

G-1

rlk..ll

エセ@

\;\kv

セQ@

セセZゥクNii@

セ@

セ@

セQ@

(29)

Artinya: Dan Sesungguhnya kami Te/ah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang il'u kami bungkus

dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makh/Uk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Poncipta yang paling baik (Al-Mukminun:

12-14).

Dalam ayat ini memang tidak disebutkan mata dan telinga tetapi hanya fungsinya saja karena sebuah fungsi ini merupakan fu1ngsi vital pada manusla dan juga disebutkan fungsi tersebut selalu dalam keaclaan berpa:;angan.

Dari penjelasan di atas persepsi dapat disimpulkan sebagai berikut, yaltu suatu kernarnpuan yang dirniliki setiap individu untuk rnembedakan,

mengelornpokkan, mernfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang dengan proses pengorganisasian, interpretasi terhadap stimulus yang diterirna oleh organisrne atau individu sehingga rnerupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integred dalarn diri individu.

2.1.2.

Ciri-ciri Umum Persepsi

Agar dihasilkan suatu penginderaan yang berrnakna, ada ciri-ciri urnum tertentu dalarn persepsi (Abdurrahrnan dkk, 2004: 89), yaitu:

(30)

indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat pem1ukaan bagi peraba dan sebagainya).

2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, lluas sempit, latar depan-latar belakang,dan lain-lain.

3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimens,i waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.

4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.

Jadi, persepsi adalah proses suatu objek yang melalui suatu penginderaan yang bermakna, harus memiliki ciri-ciri umum di atas, yaitu modalitas, dimensi ruang, dimensi waktu, dan struktur konteks.

2.1.3. Prinsip-prinsip persepsi

Organisasi dalam per:>epsi, mengikuti beberapa prinsip (Sarlito, 2003: 41),

yaitu:

(31)

b. Pola penggelompokkan, adalah hal-hal tertentu yang cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut.

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologi yang rnerupakan proses penginderaan saja. Maka ada beberapa faktor yang rnempengaruhi (Abdurrahman dkk, 2004: 118), yaitu:

1 .

Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu.

2. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian, contohnya seseorang sedang berdiri di depan ratusan wanita. Namun ada satu diantarffratusan wanita itu seorang laki-laki, sehingga ini dijadikan objek rangsang orang yang berdiri tersebut. 3. Nilai dan kebutuhan individu

(32)

dan cita rasa yang berbeda dalarn pengarnatannya dibanding orang yang bukan senirnan.

4. Pengalarnan dahulu

Pengalaman-pengalarnan terdahulu sangat rnernpengaruhi bagairnana seseorang rnernpersepsi dunianya artinya manusia tidak akan pernah lepas dari pengalaman masa lalu yang pernah dirasakannya, begitu juga ketika manusia menanggapi suatu rangsang, contohnya seorang wanita yang pernah dicopet handphonenya saat naik angkot, kernudian

pengalarnan ini masuk kealam bawah sadar dia sehingga ketika dia ingin bepergian dia tidak akan menggunakan angkot, pengalaman ini di

akibatkan karena persepsi dia tentang pencopet.

Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini (Sarlito, 2003: 46):

1. Perhatian: Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada $atu atau dua objek saja.

2. Set: Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.

3. Kebutuhan: Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, kebutuhan tersebut akan mempengaruhi persepsi. 4. Sistern Nilai: Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat

(33)

5. Ciri kepribadian: Ciri kepribadian akan mempengariuhi pula persepsi.

6.

Gangguan Kepribadian: Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan

kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeida dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa setiap individu m8miliki perbedaan dalam hal persepsi. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh perhatian, walaupun individu memperhatikan hal yang sama, tentunya

bebeda dari segi perhatian terhadap objek persepsi. Kedua set, atau harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Ketiga kebutuhan-kebutuhan, setiap individu tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda. Keempat, sistem nilai, setiap individu tentunya memiliki sistem nilai ケ。ョセQ@ berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan nilai yang ia anut dan patuhi. Kelima, ciri

kepribadian. Dan yang terakhir, gangguan kepribadian.

2.1.5. Hakekat Persepsi

1.

Persepsi merupakan kemampuan kognitif
(34)

Menurut Davidoff (1998:234-236) kesadaran juga mempengaruhi persepsi. Bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. /ngatan juga berperan pada persepsi. lndera kita secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Proses informasi juga mempunyai peran dalam persepsi, sudah dapat menentukan dan memutuskain data mana yang akan dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu atau saat itu, lalu membuat interpretasi dan evaluasi. Bahasa jelas dapat

mempengaruhi kognisi kita, dalam memberikan bentuk secara tidak

langsung. Pengujian hipotesa merupakan l<amponem pusat persepsi yang mengelola informasi.

2. Peran atensi dalam persepsi

Atensi adalah sejumlah rangsangan yang masuk kedalam diri dalam keadaan sadar dan rangsangan tersebut dipilih yan'g paling menarik dan paling mengesankan (Davidoff: 1998: 234). Atensi disebutjuga sebagai keterbukaan untuk memilih, banyak psikolog tertarift untuk ュ・ョァ・エセィオゥ@

(35)

Atensi memiliki ciri-ciri tertentu (Abdurrahman dkk, 2004: 93), yaitu: 1. lntensitasnya, contohnya saat seseorang dapat menghadiri dan

mendengarkan konser musik dengan sepenuh atau setengah hati. 2. Keterbatasan pada kepastian

Meskipun manusia dapat mengerjakan lebih dari dua tugas sekaligus, menurut Daniel Kahneman (dalam Abdurrahman dkk, 2004: 93) seorang psikolog berkebangsaan Israel, mengatakan bahwa kemampuan atensi tergantung pada sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang atau akan dilaksanakan.

Jadi, atensi dapat dicirikan menjadi dua, yaitu intensitas, yaitu seberapa besar perhatian dia terhadap objek. Dan keterbatasan pada kepastian, yaitu keterbatasan manusia pada kemampuan atensi yang disebabkan

bergantungnya sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang atau akan dilaksanakan, meskipun ia dapat mengerjakan dua tugas atau lebih.

2.2 Menstruasi

2.2.1. Definisi Menstruasi

(36)

seksual. Untuk menjelaskan pengertian menstruasi penulis mengambil pendapat dari beberapa ahli.

Kata menstruasi berasal dari latin Mensis yang berarti bulan. Dengan kata lain menstruasi diartikan pendarahan dari selaput !endir rahim yang terjadi secara oerulang kira-kira tiap bulan dan dapat dilihat dari pendarahan melalui liang senggama. Jadi bukan setiap pendarahan melalui liang senggama adalah menstruasi. (Bram dkk, 2006: 25)

Dalam Islam pengertian menstruasi Al-Haidh menurut /ughah dalam bahasa adalah as-sayalan (mengalir). Sedang definisi syara ' adalah darah yang keluar dari kedalaman rahim wanita dalam waktu-waktu tertentu, bukan karena penyakit atau benturan kecelakaan (Rahmat, 200:3: 28). Haid juga dapat diartikan sebagai darah yang keluar dari rahim dinding seorang wanita apabila telah menginjak masa baligh (Ghoffar, 1998).

(37)

Oalam dunia kedokteran haid dinamai juga dengan men8truasi, sedangkan

nama awam bisa bermacam-macam seperi datang bulan, datang kotoran dan

sebagainya, yang kadang-kadang menimbulkan penafsiran yang salah

(Petrus, 1999: 3-4).

Menstruation (menstruasi, haid) adalah siklus pengeluaran darah dan

pelepasan materi kandung peranakan yang ber1angsung pada wanita dewasa

(Chaplin, 2005: 297). Sedangkan menstruasi menurut Affandi (dalam

Prihandoko, 2000: 12) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan endometrium.

Menurut Kartini dan Gali (2003: 278) Menstruasi dalam Kamus Psiko1ogi

adalah menstrual yang artinya terjadi pada wanita, merupakan pelepasan

priodik dari satu te1ur kedalam rahim yang ikut dengan beberapa minggu

kemudian oleh kematian dari telur dan pelepasan dari darah dan zat-zat

lainnya dari vagina (farji, Hang peranakan), kecuali apabila telur dibuahi. ·

Siklus ini berulang kembali kurang 1ebih seka1i setiap bulan pada diri wanita

yang dewasa secara seksual.

Menstruasi yaitu proses peluruhan pembu1uh darah ケ。ョAセ@ menempel di dinding rahim lantaran tidak terjadi proses pembuahan (Badriyah & Diati,

(38)

dan bersifat periodik akibat terlepasnya bagian permuka!an selaput lendir rahim (endometrium) (Dini, 2003: 16).

Dalam kamus Bahase. lnggris (Chaplin,

1996:

378) menstrual adalah berkenaan dengan haid, periode waktu haid, waktu dat.ang bulan, sedang bulan. Dan menstruate yaitu haid, datang bulan, ュ・ョセZL@ melihat bulan. Menstruasi juga disebut sebagai haid atau datang bulan, yang artinya keluarnya darah dari rahim (melalui kemaluan) wanita dalam keadaan normal, bukan karena Iuka, sakit, atau melahirkan (Ba1gir,

1999: 97)

Menurut Uwaidhah Syaikh Kami! (dalam Ghoffar,

1998).

Dalam Islam wanita yang baru pertama kali mengeluarkan darah haid. K1etika itu dia

berkewajiban meninggalkan shalat, puasa dan hubungan badan, hingga datang masa suci. Apabila masa haid itu telah selesai dalam satu hari atau paling lama lima belas hari, maka ia berkewajiban untuk mandi dan

(39)

Pada wanita haid, setelah haidnya tuntas ia diwajibkan untuk mandi hadats besar, yaitu dengan menggunakan air dengan niat bersuci untuk seluruh tubuhnya, berdasarkan pada hadist Rasulullah SAW:

Artinya: "Jika datang haidmu, maka tinggalkanlah sha/G1t. Dan jika telah tuntas, maka mandi/ah dan sha/atlah (liadits riwayat Al-Bukhari)".

(Arifin, 2003: 36-37)

Menurut Shaleh Syaikh (dalam Rahmat, 2003:37) cara mandi ウ・エセャ。ィ@ haid adalah dengan cara niat menghilangkan hadats atau berniat thah:irah untuk

shalat dan semacamnya, kemudian mengguyurkan air k:eseluruh tubuhnya

dan membasahi pangkal-pangkal rambut serta kulit kepalanya. Oalam hal ini tidak harus mengurai rambutnya jika dikepang, tetapi cukup membasahinya dengan air. Bagus juga, menggunakan air bercampur daun bidara atau bahan pembersih lainnya. Disunnahkan mengambil kapas yang dibubuhi minyak wangi misk atau semacamnya dan meletakkanriya di falj (vagina)-nya seusai mandi, berdasar perintah Rasulullah SAW kepacla Asma' agar

(40)

2.2.2. Proses Terjadinya Menstruasi

Menurut Akram (2006: 45-46) proses terjadinya menstruasi adalah

Pada saat anak memasuki masa baliq, sel-sel telur yang ada dalHm ovarium (indung telur) mulai matang. Kematangan ini terjadi dengan hitur.gan rata-rata setiap 28 hari sekali. Hal tersebut terjadi bergantian antara kedua indung telur itu matang, ia akan masuk ke saluran fallopian setelah indung telur mendorongnya keluar. Selanjutnya, ia masuk ke dalam saluran fallopian dan tinggal di dalamnya selama dua minggu Hrna hari. .Jika sel telur tidak dibuahi maka dinding rahim akan hancur, sel telur akan keluar bersama dengan darah dinding rahim. Darah yang keluar itu dikHnal dengan darah haid.

2.2.3. Mitos Tentang Menstruasi

Pada zaman dulu, wanita yang mengalami haid dianggap berbahaya atau kurang bersih dan adakalanya juga menstruasi dianggap sebagai sebuah kutukan tuhan pada anak yang mendapatkan menstrua:si yang digambarkan dalam bentuk darah kotor, dan bagi masyarakat sendiri, hilangnya kehidupan.

Karena darah haid keluar melalui saluran yang sama dengan yang dilewati bayi, tapi dalam beberapa hal darah tersebut nampaknya mencegah

kehamilan, maka haid atau menstruasi ini dianggap sering tidak

(41)

disebut dengan "mitos ". Mitos tentang menstruasi (Bram dkk, 2006: 27), yaitu:

1. Dalam abad pertengahan seorang wanita yang sedang mendapat haid harus menjauhkan diri dari suaminya karena jika suami melihat istrinya ia akan menjadi cepat botak dan cepat pula kehilangan kekuatannya.

2. Di Prancis dan Jerman, lama sekali ada larangan untuk wanita yang sedang mendapat haid masuk dalam ruangan penyimpanan anggur dan tempat pembuatan bir karena anggur dan bir akan menjadi asam.

3. Ada negara yang melarang wanita yang sedang harnil dan melarang mendekati tempat penyimpanan gandum, ternak yaing sedang hamil akan mengalami keguguran dan gandum akan membusuk.

4. Di beberapa negara masih ada larangan untuk wanita yang sedang haid untuk masuk gereja dan menerima Sakramen Suci.

5. Di Bali ada papan larangan yang menyebut bahwa wanita yang haid tak boleh masuk Pura.

6. Di Negara Belanda akan menjadi asam. Ada pendapat bahwa seorarig wanita yang sedang mendapat haid tidak boleh memasak daging cincang, karena nanti

(42)

yang menganggap bahwa menstruasi itu merupakan kiutukan, sehingga wajar bila pada zaman dahulu wanita selalu di nomor duakan.

2.2.4. Siklus Menstruasi

Masa datangnya menstruasi berbeda-beda pada setiap individu, ada yang datang lebih cepat atau bisa datang dengan sangat lambat. Cepat atau lambat datangnya menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kartini Kartini (1992: 111-112), mengemukakan bahwa cepat atau lambatnya menstruasi ditentukan oleh konstitusi fisik individu, 、ゥーエセョァ。イオィゥ@ oleh faktor ras atau suku bangsa, iklim dan cara hidup serta lingkungan dimana anak berada.

Panjang siklus menurut Prihandoko (2000, 12) dipengaruhi oleh, usia seseorang, rata-rata panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ad;;dah 35, 1 hari, pada wanita 43 tahun 27, 1hari dan pada wanita usia !55 tahun 51, 9 hari.-Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari dan diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai berhari-hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu teratur.

Menurut Bram Wiebe dkk (2006: 25) baru dapat dikatakan bahwa

(43)

sebelumnya ada telur melepaskan diri dari indung telur dan tidak dibuahi oleh bibit dari pria.

2.2.5. Pembagian Siklus Menstruasi

Di dalam siklus menstruasi ada tahapan perubahan yang dibagi di dalam tiga masa (Petrus, 1993: 12-14), yaitu:

a. Masa haid, selama masa ini terjadi pelepasan selaput lendir rahim (endometrium) disertai pengeluaran darah melalui lian9 kemaluan. b. Masa proliferasi (pertumbuhan), selama masa ini terjadi pertumbuhan

selaput lendir rahim sehingga mencapai tebal semula. Masa ini

berlangsung sampai 14 hari sebelum masa haid berikutnya. Pada akhir masa ini terjadi pelepasan sel telur yang telah mataing dari indung telur. c. Masa sekresi, di bawah pengaruh hormon progesteron dari korpus leteum

maka kelenjar yang terdapat di dalam selaput lendir rahim berkembang, tumbuh berkelok-kelok dan mulai mengeluarkan getahnya. Juga terjadi perubahan pada sel-sel selaput lendir rahim, sehinoga siap menerima janin. Masa ini berlangsung sampai 14 hari.

(44)

2.2.6. Gangguan Siklus Menstruasi

Gangguan siklus menstruasi dibagi dalam empat bagian besar (Coleman, 199'1 dalam Aji, 1995: 29), yaitu:

a. Tidak mempunyai siklus haid

Siklus haid normal mulai tumbuh bila hormon hipofisis dan ovarium merangsang ovulasi dan haid. Kegagalan siklus haid yang mulai secara spontan menjelang usia enam belas tahun dikenal sebagai amenorhea primer, sedangkan kegagalan siklus haid yang timbul setelah wanita mengalami siklus haid dikenal sebagai amenorhea sekunder.

b. Siklus haid berat

Kebanyakan wanita kehilangan kurang dari 80 ml darah tiap bulan, yaitu sekitar tiga ons. lni berarti bahwa rata-rata wanita akan menggunakan sekitar dua belas pembalut wanita selama siklus haid (sekitar empat pembalut wanita digunakan waktu haid terberat).

Siklus haid berat dapat disebabkan oleh banyak hal, kadang-kadang · darah yang berlebihan dihasilkan·oleh mekanisme normal sederhana yang disertai perubahan hormonal. Akan tetapi, kadang-kadang darah

yang berlebihan dapat disebabkan oleh penyakit peiradangan, fibroid, abortus tidak lengkap, IUD, atau gangguan ー・ュ「・セZオ。ョN@ Bila

(45)

efek samping yang sering muncul adalah anemia. Gejala-gejala utama anemia adalah pucat, cepat lelah, dan sesak napas.

c. Siklus haid tidak teratur

Siklus haid tidak teratur selalu perlu dicari penyebabnya. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kehamilan ektopik, abortus lbentuk apapun, pada leher rahim, gangguan hormonal, polit, IUD, dan sebaginya. lnfertilitas kadang-kadang berkaitan dengan gangguan ini kar,ena wanita yang mempunyai siklus haid tidak teratur mungkin tidak mengalami ovulasi. Siklus anovulatoir sering terjadi pada masa remaja, setelah abortus, setelah melahirkan anak, dan selama menopaus. Pemecahannya tergantung pada penyebabnya, tetapi pil kontrasep:si sering dapat mengatasinya.

d. Nyeri siklus haid atau dismenorhea

Nyeri siklus haid biasanya dibagi dalam dua golongan: nyeri yang mulai timbul satu atau dua tahun setelah pubertas (dinamakan dismenorhea primer), dan nyeri yang mulai timbul setelah bertahiun-tahun mengalarni haid tanpa rasa nyeri (dinamakari dismenorhea sek:under).

Rasa nyeri pada dismenorhea primer biasanya terjadi sekitar mulai

ovulasi, dan disebabkan oleh kontraksi lahir yang diakibatkan oleh sekresi prostaglandin yang berlebihan. Rasa nyeri ini bersifat polik, timbul

(46)

kadang-kadang diikuti oleh mual, berkeringat, pusing, dan konstipasi. Rasn nyeri biasanya dirasakan pada bagian bawah perut dan menjalar pada paha dan bagian bawah pantat. Dismenorhea dapat ditimbulkan oleh beberapa keadaan. Dismenorhea sekunder (menurut definisi) selalu timbul setelah bertahun-tahun mengalami haid tanpa rasa sakit dan dapat disebabkan oleh infeksi, endometriosis, penyakit peradangan panggul, fibroit, polip, kanker, IUD, gangguan usus, gangguan rangka, gangguan saluran kemih, dan segala sesuatu yang anda pikirkan. Menemuka1n pengobatan yang tepat bagi dismenorhea. Pada hakikatnya tergantung pada ditemukannya penyebab nyeri.

Menurut penjelasan di atas, bahwa siklus menstruasi pun mengalami

beberapa gangguan seperti tidak mempunyai siklus, siklus haid tidak teratur, dan lain-lain. Mulai dari yang ringan sampai pada yang berat.

2.3 Kecemasan

2.3.1. Definisi Kecemasan

(47)

Menurut Chaplin (2005: 32) Kecemasan atau anxiety adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut, rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang ringan, kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap, satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi pengindraan yang dipelajari.

Menurut Hurlock (1996: 221), rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Yang ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan ーQセイ。ウ。。ョ@ yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang, disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu, dan disertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi.

Menurut Atkinson (1996, 212) Kecemasan adalah emosi tidak

menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah ウ・ーQセイエゥ@ kekhawatiran, -keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkah laku berbeda-beda. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap hi:trga diri da11 tekanan untul< melakukan sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan

(48)

Atkinson (1996: 219) menyatakan orang mengalami kecemasan bila menghadapi, situasi yang tampak di luar kendali merek<3, perasaan tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa yang エ・セェ。、ゥ@ merupakan pokok dari sebagian besar teori kecemasan. Menurut teori belajar sosial, orang menjadi cemas apabila dihadapkan pada stimulus yang menyakitkan atau yang hanya dapat mereka kendalikan melalui penginderaan.

Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun dalam berbagai segi berbeda-beda satu sama lain. Ra:sa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan dengan rasa takut. Tidak seperti rasa takut, rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata, エャセエ。ーゥ@ oleh situasi yang dibayangkan.

Kecemasan bergantung pada kemampuan membayanf1kan sesuatu yang tidak tertampung di depan mata, rasa cemas sering kali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung meningkat pada masa kanak-kanak, terutama dari kelas empat sampai kelas enam sekolah dasar. Pada masa puber rasa cemas tidak berkurang tetapi menjadi semakin kuat.

Hurlock (1999: 221) menyatakan rasa cemas berkembang melalui

(49)

rasa cemas juga berkembang karena penularan. Jika mereka sebelumnya telah menderita rasa cemas, hubungan dengan orang yang cemas

cenderung meningkatkan kecemasan.

Menurut Hurlock (1996: 221) rasa cemas mempunyai beberapa bentuk yaitu: Dalam bentuk yang lebih lunak, rasa cemas mungkin diekspresikan dalam perilaku yang mudah dikenal, seperti murung, gugup, rnudah tersinggung, tidur yang tidak nyenyak, cepat marah, dan kepekaan yang luar biasa terhadap perkataan atau perbuatan orang lain. Anak-atnak yang merasa cemas tidak bahagia karena merasa tidak tentram. Sedangkan dalam bentuk yang kuat, rasa cemas mungkin tidak mudah dikenali karena sebagian besar di antaranya dilakukan secara tak sadar, dan anak-anatk itu secara tidak sadar juga membuat cliri mereka dan orang lain tidak mengetahui keadaan cemas mereka.

2.3.2. Teori kecemasan

Teori kecemasan menurutAtkinson (1999: 213), yaitu:

(50)

2. Kecemasan sebagai respon yang dipelajari, teori belajar sosial tidak memfokuskan diri pada konflik internal tetapi pada cara-cara di mana kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu mt3lalui proses belajar. Kadang rasa takut yang dipelajari pada masa kanak-kanak sulit

dihilangkan. Bila reaksi pertama si anak adalah menghindari atau

melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kecemasan, dan tidak akan dapat menentukan kapan situasi tersebut tidak berbahaya lagi.

3. Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali, ptmdekatan ini

menyatakan bahwa orang mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yan tampak berada di luar kendali mereka. Mungkin itu merupakan situasi . baru yang harus kita atur dan kita padukan dengan pandangan kita

mengenai dunia dan mengenai diri kita sendiri. Menurut teori belajar sosial, orang menjadi cemas bila dihadapkan oleh stimulus yang

menyakitkan, yang hanya dapat mereka kendalikan melalui penginderaan.

2.3.3. Macam-macam kecemasan

Di dalam buku Psikologi Sosial

3

Gangguan-gangguan tCejiwaan, (Kartini,

2002: 129-131) kecemasan dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Kecemasan Neurotis

Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri dan

(51)

kronis berkesinambungan, frustrasi-frustrasi, dan ketegangan-ketegangan batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali menggunakan obat penenang.

2. Kecemasan Psikotis

Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau,

ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan clisorganisasi psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan

berkesinambunga11 terus menerus, kecemasan itu bisa menjadi keadaan panik dan kecemasan-kecemasan hebat bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi fisik misalnya berubah menjadi penyakit lambung, tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis lainnya.

Penjelasan di atas dapat diketegorikan menjadi dua, yaitu kecemasan ringan yang disebut neurosis, seperti merasa bersalah. Dan kecemasan berat yang disebut psikotis, yaitu kecemasan yang disebabkan olElh depersonalisasi dan disorganisasi psikis, seperti merasa terancam hidupnya.

2.3.4. Neurosa Cemas

Ada beberapa macam gejala kecemasan menurut Maramis (2004:258), yaitu: a. Gejala Somatik, berupa jantung berdebar, pegal-peigal, kepala pusing

(52)

b. Gejala Motorik, berupa pencernaan.

c. Gejala Psikologik, berupa rasa was-was, khawatir, dan ketegangan.

2.3.6. Penanggulangan Kecemasan

Ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan (Atkinson, 1999: 214), yaitu:

1. Menitikberatkan masalahnya: individu menilai situasi yang rnenirnbulkan kecemasan dan kemudian rnelakukan sesuatu オョエオセセ@ mengubah atau rnenghindarinya.

2. Menitikberatkan ernosinya: individu berusaha rnereduksi perasaan cernas melalui berbagai macam cara dan tidak secara langHung rnenghadapi rnasalah yang menimbulkan kecemasan itu.

(53)

Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya masih ternolong "anak belasan tahun", sampai ia mencapai usia

21

tahun, namun istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja rnuda jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua dan biasanya disebut "pem•Jda" atau "pemudi", atau disebut" kawula muda", yang ュ・ョオョェオセZォ。ョ@ bahwa

masyarakat belum melihat adanya perilaku yang matang selama awal masa remaja (Hurlock,

1999:

206-207).

2.4.2. Periode-periode Perkembangan

Masa perkembangan anak meliputi Hrna periode (Somantri, 2005: 2-3) sebagai berikut:

1) Periode pra-natal (sejak konsepsi sampai kelahiran) 2) Periode infasi (sejak lahir

10-14

hari)

3) Masa bayi (sejak usia 2 minggu 2 tahun)

4) Masa anak-anak (sejak usia 2 tahun sampai masa remaja) periode ini biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Masa anak-anak awal (sejak usia 2 tahun sampai 6 tahun).

b. Masa kanak-kanak akhir (sejak usia 6 tahun sarnpai

13

tahun untuk anak perempuan dan

14

tahun untuk anak laki-la1ki).
(54)

(merupakan perwujudan potensi yang bersifat hericliter) dan hasil proses belajar (perkembangan sebagai hasil usaha dan latihan.

2.4.3. Tugas Perkembangan Remaja Awai

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja awal menurut Ma'rat (dalam Zahrotun, dkk., 2006:108), yaitu:

1. Menerima perubahan tubuh yang dialaminya.

2. Menerima peran sesuai jenis kelamin yang akan menuju ke arah dewasa. 3. dapat berinteraksi dengan teman sebaya.

Dilihat dari tugas perkembangannya remaja awal lebih menerima perubahan yang terjadi pada dirinya seperti pada remaja putri turnbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya pinggul dan bertambah besar buah dada, sedangkan pada laki-laki tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan atau ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis, tumbuh gondok laki Oakun).

2.4.4. Karakterisitik Perkembangan Remaja Awai

(55)

a. Perkembangan Fisik

Pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain.

Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu: 1. Ciri-ciri seks primer

Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat i::epatnya

pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun.

Pada remaja wanita, kematangan organ-organ s'eksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium, ( indung telur) secara cepat. Ovarium menghasilkan ova ( telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menslruasi dan

perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah ( sekitar usia 11-15 tahun ), untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami " menarcffe " ini diikuti oleh menstruasi yang 1erjadi dalam interval yang tidak

(56)
[image:56.595.41.444.148.483.2]

2. Ciri-ciri Seks Sekunder

Tabel2:1.

Wanita Pria

1.

Tumbuh rambut pubik atau

1.

Tumbuh rambut pubik atau bulu bulu kapok di sekitar kapok di sekitar kemaluan atau

kemaluan ketiak ketiak

2. Bertambah besar buah dada. 2. Terjadi perubahan suara

3.

Bertambah besarnya pinggul

3.

Tumbuh kumis

4. Tumbuh gondok laki (Jakun)

b. Perkembangan kognitif

Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak. Dengan dapat berpikir logis エ・ョセ。ョァ@

berbagai gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah da1am . memecahkan masalah dari pada berpikir konkret.

Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, ya1itu kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan.

(57)

intelektual remaja, seperti pada usia

12

tahun, walaupun secara

intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar, namun belum bijaksana.

c. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensilif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental.

Mencapai kematangan emosional merupakan tuga1s perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan kelw;irga dan kelompok sebaya.

d. Perkembangan Sosial

(58)

maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaj.:i untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan rnaupun percintaan (pacaran).

Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan diriny;:;1, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap "conformity" , yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).

2.5 Kerangka Berpikir

Menurut Konopka ( dalam Syamsu 2004:184), awal masa remaja

berlangsung mulai usia 12-15 tahun. Permulaannya ditandai pada tahun pertama masuk sekolah SL TP. Tugas utama periode ini adalah menerima perubahan tubuh yang dialaminya, terutama yang dialami oleh remaja putri, yaitu menstruasi.

(59)

Pengetahuan dan Penerimaan Remaja Putri terhadap Menstruasi (dalam skripsi, Diah, 1998: 76) ternyata remaja putri membutuhkan informasi yang benar tentang bentuk tubuh, proses dan apa serta bagaimana menstruasi itu terjadi. Kebutuhan akan informasi tersebut timbul dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada awal pubertas.

lnformasi yang didapat menimbulkan persepsi, karena persepsi itu sendiri menurut teori adalah sebagai suatu proses yang didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan

diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya itu ( Davidoff: 1998: 232 ).

Adapun persepsi itu sendiri ada 2 macam persepsi positif dan persepsi negatif. Dan pada persepsi negatif yang menimbulkan dampak negatif baik secara fisik maupun secara psikis seperti kecemasan, karena arti dari

(60)

Secara garis besar, kerangka berpikir yang dipakai dalam penelitian ini berguna untuk menggambarkan atau mengilustrasikan suatu rumusan masalah dengan menggunakan skema sebagai berikut:

SKEMA 2.1

Persepsi

menstruasi

Anak yang

Anak yang

belum

sudah

menstruasi

menstruasi

l

(61)

2.6 Hipotesa

Hipotesa yang akan dibuktikan pada penelitian ini berdasarkan apa yang telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian:

Hipotesa nihil (H01 ) Tidak ada perbedaan pers:epsi menstruasi

antara anak yang be/um menstruasi dengan

anak yang sudah menstruasi .

Hipotesa alternatif (H11 ) : Ada perbedaan persepsi menstruasi antara anak

Hipotesa nihil (Ho2)

yang be/um menstruasi de•ngan anak yang , sudah menstruasi.

: Tidak ada perbedaan kecHmasan dalam

menghadapi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi

Hipotesa alternative (H12) : Tidak ada perbedaan kec€imasan dal,3m ·

menghadapi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah

(62)

3.1 JENIS PENELITIAN

3.1.1. Pendekatan dan Metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, menurut Saifuddin Azwar (2005: 5) penelitia1n dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metodle deskriptif dengan jenis penelitian komparatif, karena penelitian ini berupaya untuk menentukan adanya perbedaan persepsi menstruasi terhadap kecemasan dalam

menghadapi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi.

3.2.1. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

(63)

sebagainya. Variabel terbagi menjadi 2 macam, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variabel atau IV) adalah persepsi menstruasi.

2. Variabel terikat (dependent variabel) adalah kec:emasan dalam menghadapi menstruasi.

b. Variabel operasional memuat rincian indikator variabel yang digunakan dalam pengukuran. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi menstruasi dan kecemasan dalam menghadapi menstruasi.

1. Persepsi menstruasi: menginterpretasikan berdasarkan pengalaman yang didapat terhadap menstruasi.

(64)

3.2 Pengambilan sampel

3.2.1.

Populasi dan

Sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh individu atau objek yang akan diteliti (Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswi sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6 Condet Jakarta Timur. Dengan jumlah keseluruhan sebanyak 195 terdiri dari siswi kelas tujuh yang belum menstruasi dan siswi yang sudah menstruasi.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Melalui cara-cara tertentu dan memiliki karakteristik tertentu sesuai subjek penelitian. Dalam hal ini, penulis akan mengambil sampel sebanyak 64 siswi yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 32 siswi yang belum menstruasi dan 32 siswi yang sudah menstruasi.

Karakteristik sampel

a. Remaja putri dengan usia 12 sampai 13 tahun.

(65)

3.2.2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel untuk penelitian kali ini aclalah purposive sampling ( sampling bertujuan ), yaitu teknik pengambilan sampe! yang digunakan oleh peneliti yang memiliki tujuan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2003). Dalam penelitian ini yanfl dijadikan tujuan adalah kategori remaja awal, dan sebagai siswi sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6 Condet Jakarta Timur.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan lnetrumen Penelitian

(66)
[image:66.595.43.463.111.545.2]

Cara penilaian adalah mulai dari 1 sampai 4. Tabel 3.1. Sk orma nstrumen I

Pilihan SS

s

r•·

,,

STS

Favourable

4

3 2 1

Unfavourable

1

2 3

4

3.3.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingk:at-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan. Dalam penelitian ini, teknik uji validitas menggunakan rumus perhitungan korelasi Prociuk Momen Pearson.

Rumus korelasi Prociuk Moment Pearson (rxy)

Keterangan rumus :

rxy

=

Koefisien korelasi variable persepsi menstruasi dengan variabel l<ecemasan dalam menghadapi menstruasi

Lxy

=

Jumlah hasil perkalian skor persepsi menstruasi dan skor

kecemasan dalam menghadapi menstruasii

(67)

Ly

=

Jumlah nilal skor total N

=

Jumlah subjek penelitian

a. Persepsi menstruasi

Untuk mengukur persepsi menstruasi digunakan skala yang disusun oleh penulis sendiri, berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Dalam penyusunan skala persepsi menstruasi, penulis merujuk pada

pendapat Davidoff (1998: 234-236) tentang hakel<at persepsi dimana indlkatornya adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan kognitif 1. Kesadaran 2. lngatan

3. Proses lnformasi b. Atensi

4. lntensi

5. Keterbatasan pada kepastian

Blue print item skala persepsi menstruasi Tabel

3.2.

No. Aspek lndikator Favorabel Unfavorahel Total 1. Kemampuan 1. kesadaran 2*, 4, 14, 19, 17, 46, 5U, 17

kognitif 26*, 29, 30, 65* ..

[image:67.595.46.454.58.695.2]
(68)

63*, 36, 41,

2. lngatan 5*, 39*, 42*, 33*, 45, 51*, 17 44*, 52*, 53, 54.

57, 61, 70, 3, 8,11,12,

3. Proses 1*, 34*, 38*, 16, 18*, 11 inforrnasi 58*, 64, 66*. 37*, 55, 62. 2. Atensi 1. lntensi 25, 28*, 43, 7*, 9, 13, 27, 11

48, 49. 35, 56.

2. 6, 21, 22*, 23, 10*, 15, 20, 11 Keterbatasan 31, 32, 40*. 24.

Pad a Kepastian

Total 43 23 66

b. Kecemasan dalam menghadapi menstruasi

Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi menstruasi digunakan skala yang disusun oleh penulis sendiri, berdasarkan pada teori yang terkait

dengan tujuan penelitian. Dalam penyusunan skala kec:emasan dc:lam menghadapi menstruasi, penulis merujuk pada pendapat Maramis (2004) tentang neurosa cemas dimana indikatornya adalah sebagai berikut:

(69)

b. Motorik:

1. Pencernaan c. Somatik:

1. Kepala pusing

2. Pegal-pegal

3.

Cepat lelah

4. Jantung berdebar

5. Nyeri di sekitar perut

[image:69.595.44.457.70.698.2]

Blue Print Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Menstruasi Tabel 3.3.

NO Aspek lndikator Favorabel lJnfavorabel Total 1. psikologik 1 Ketegangan 19*, 32*. 3.3, 36, 37, 6

60*.

2. Was-was 5*, 13*, 31*, 44*, 45*, 58, 12 42, 52*, 53, 59,60*.

57.

.

3. Khawatir 4*, 19, 20*, 14*, 27, 40*, 19 30, 39*, 42, 513, 61, 64,

43*, 50*, 51*, 6:5, 66. 53*, 55*.

2. Motorik Pencernaan 10*, 31, 49*.

213,

34, 35*, 7 68.

3. Somatik 1. Kepala 1*, 15, 2, 22 3,.11,21*. 7

(70)

2. Pegal-pegal 2*, 22*, 28, 6*, 12

6

70.

3. Cepat Lelah 69*. 7, 16. 3

4. Janlung 8", 23*, 17, 24. 4 Berdebar

5. Nyeri Di 9* 18, 25, 28* 5

Sekitar 47.

Perut

Total 35 34 69.

Uji instrumen diberikan kepada siswi yang bersekolah di sekolah MTs Sa'adahtuddarain Jakarta Selatan sebanyak 60 responden dibagi 2 kelompok, 30 kelompok siswi yang sudah menstruasi dan 30 siswi yang belum menstruasi dengan jumlah item sebanyak 135 butir dibagi menjadi 2 skala, 66 skala persepsi menstruasi dan 69 skala kecemasan dalam

menghadapi menstruasi.

Dari data try out indeks validitas item skala persepsi menstruasi yang diuji cobakan pada responden (n=60) diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari 66 item yang diuji cobakan terdapat 42 item yang gugur atau tidak valid. Yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27,29,30,31, 32, SULSVLTQLTSLTULTVLTWLTXLTYLUセQNUTL@ 55,56,59,60, 61, 62, dan 64 karena tidak memenuhi standar koefisien validitas yang

(71)

0,256. Sedangkan item yang valid atau yang dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya berjumlah 24 item, yaitu nomor

:2,

7, 10, 11, 18, 22, 26, 28, 33, 34, 37, 38, 39, 40, 42, 44, 50, 51, 52, 57, 58, 6:3, 65, dan 66.

Dari data try out indeks validitas item skala kecemasan dalarn menghadapi menstruasi yang diuji cobakan pada responden (n=60) diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari 69 item yang diuji cobakan terdapat 35 item yang gugur atau tidak valid. Yaitu nomor 3, 7, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 24, 25, 26, 27 .. 29, 33, 34, 36, 37, 38, 41, 45, 46, 47, 48, 56, 57, 58, 59, 61,62, 63,64, 65, 66, 67, dan 68 karena tidak memenuhi standar koefisien validitas yang dianmiap memuaskan untuk n=60 dengan taraf signifikansi 5%, yaitu sebesar 0,256 .. Sedangkan item yang valid atau yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya berjumlah 34 item, yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 13, 14, 19, 2.0, 21, 22, 23, 28, 30, 31, 32, 35, 39, 40, 42, 43, 44, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 5Ei, 60, dan 69.

(72)

Dengan rumus Alpha-Cronbach sebagai berikut:

Keterangan rumus :

a

=

Reliabilitas instrument

K = Jumlah belahan tes

Sj 2

=

Jumlah varians dari skor item

Sx 2 = Jumlah varians dari skor tes

Berdasarkan data try out diperoleh beberapa item yan9 valid kemudian di uji reliabilitasnya dengan rumus di atas, untuk persepsi menstruasi diperoleh hasil koefisien reliabilitas 0, 7942 yang berarti data temebut reliabel, dan untuk item kecemasan dalam menghadapi menstruasi diperoleh hasil

(73)

Tabel 3.4.

Kaidah Reliabilitas Guilford

Koefisien Kriteria

>

0,90

Sangat Reliabel

0,70 0,89

Reliab13I

0,40-0,69

Cukup Reliabel

0,20-0,39

Tidak Reliabel

3.4. Teknik Analisa data

Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehinrga

penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistika sebagai cara untuk men},etahui perbedaan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel X) yaitu persepsi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi dengan variabel dependent (variabel1 terlkat atau variabel Y) yaitu

Gambar

table, maka hipotesa nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak, artinya
Tabel ciri-ciri seks sekunder. .............................................. 43
Tabel2:1.
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai rujukan, maka hasil hitung jumlah trombosit dengan menggunakan mesin atau alat otomatis dan hitung jumlah trombosit pada apusan darah tepi secara manual

Anda telah selesai melakukan login dengan user tamu, tetapi mungkin anda akan menemukan beberapa pesan yang memberitahukannya bahwa user tersebut belum dapat

Tämä on laadullinen tutkimus Suomen evankelis-luterilaisen kirkon Espanjan Aurinkorannikon suomalaisen seurakunnan vapaaehtoistyöstä ja sen merkityksestä.. seurakunnalle

Bersama ini disampaikan kepada peserta Seleksi Umum di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan bahwa Seleksi Umum untuk paket pekerjaan tersebut dibawah

a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya. b) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus

PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran ini akan

15.4 Calon yang masih belum menerima kelulusan perpindahan pusat peperiksaan dalam tempoh seminggu sebelum peperiksaan bertulis bagi sesuatu penggal bermula

Jumlah responden sebanyak 30 menjawab selalu sebanyak 0yang menjawab sering sebanyak 5 dengan presentase 8,3 %, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5 dengan