JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Mohamad Fahmi Almanshuri NIM 1110051000181
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Kitab Kuning di dalam Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya Jakarta Selatan”
Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, komunikasi itu sangatlah penting bagi kegiatan belajar dan mengajar.komunikasi berperan sebagai aktor utama didalam ilmu pendidikan, tetapi didalam melakukan sebuah proses komunikasi tidak boleh dilakukan dengan hal sembarang, diperlukan pola dan metode dalam penyampaian komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh seorang kiai kepada santrinya. Begitu juga di dalam pesantren pola komunikasi dan metode sangat diperlukan dalam penyampaian makna belajar kitab-kitab kuning, yang pada dasarnya menggunakan bahasa arab.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan? kemudian Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning?
Pola komunikasi seorang kiai dan santri di dalam Pondok pesantren Darul Islah terjalin baik karena seorang kiai menganggap semua santrinya sebagai anaknya sehingga santri di bekali sifat kesadaran diri agar tidak macam-macam apalagi betindak tidak sewajarnya kepada kiai, setiap proses belajar mengajar kiai menggunakan cara komunikasi kelompok, antarpribadi, dan intruksional sebagai penambah ada pola komunikasi bintang sebagi penunjang kesempurnaan dalam proses belajar.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan pola komunikasi antara kiai dan santri sekaligus melihat metode apa saja dan cara penyampaian dalam mengajar kitab kuning.
Seorang sosok kiai yaitu KH. Amir Hamzah sangat tau cara menghadapi seorang santri beliau mengkasifikasikan santri-santri yang baru masuk dan santri yang sudah lama menguasai kitab kuning. Kiyai menggunakan metode ceramah pada saat memberikan materi dalam penyampainnya, dan juga memberikan tugas hafalan dan mengulangi lagi apa yang telah diberikan. Dan juga metode latihan membaca dan mengulangi apa dari intisari dari materi yang di berikan kiai.
Dari penelitian ini dapat di analisis bahwa belajar kitab kuning tergantung dengan pembawaan seorang kiai, semakin luas pengetahuan kiai semakin mudah seorang memberikan pengajaran.
ii
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha
Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,
dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan keluarganya.
Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasehat dan motivasi dari
semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah
satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin
Hidayat.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D,
ME.d. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar,
iii
Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si.yang membantu penulis dalam menjalankan
proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu
penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.
4. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dengan baik dan tegas
dalam membuat skripsi yang baik dan benar.
5. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.
6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan
pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.
8. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah Hj. Siti Khadijah yang
selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, dan yang lebih penting
selalu memperhatikan saya, menyayangi dan juga selalu baik saat pembuatan
skripsi berlangsung teh manis selalu dibuatkan untuk saya, terimakasih
kaulah penyemangatku.
9. Papah H. Fathullah Mansyur, yang selalu memberikan semangat jikalau saya
iv
menyelesaikannya. Makasih papahku…
10. Mpo saya Hj. Ida Farida mungkin tanpa dia skripsi saya terbengkalai karna
selama laptop rusak beliaulah yang dengan rela memberikan laptopnya
kepada saya terima kasih mpo hj ida.
11. Terima kasih untuk KH. Amir Hamzah selaku pimpinan Pondok Pesantren
Darul Ishlah yang dengan bijaksana menerima saya untuk meneliti pesantren
beliau terima kasih pak kiai semoga ilmu engkau selalu bermanfaat bagi anak
didikmu.
12. Dan terima kasih saya kepada Zaky selaku santri senior di pondok pesantren
Darul Ishlah yang meluangkan waktu untuk bisa berwawancara kepadanya,
dan juga bang adim yang selalu membantu dalam menyambungkan
silaturahmi kepada kiai.
13. Untuk Shofie Hayati Marwah kekasih tercinta yang telah terus menerus
memotivasi dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan
kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu
ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk
selalu taat beribadahnya kepada-Nya.
14. sahabat saya, “Gengs sabeb”angkatan 2010 kelas KPI F terakhir yang belom
merasakan sidang dan saling menyemangati Muhamad Yusra Nuryazmi,
Mochammad Kahfi, Rizza Maulana Bahrun. Sahabat-sahabat inilah yang
menjadi penyemangat dan penghibur semasa pelaksanaan pengerjaan skripsi
v
Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.
16. Teman-teman dari KKN AKSI 2013, Terima kasih untuk kekompakan, suka
dukanya selama di Teluk Naga Tengerang.
Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga
semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi
penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau
penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali
kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis
harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan.
Wassalam.
Jakarta, 1 Desember 2014
vi A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7 A. Pengertian Pola Komunikasi ... 14
B. Definisi Pesantren ... 37
C. Pengertian Kiai dan Santri ... 38
D. Kitab kuning ... 41
BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL A. Lokasi pesantren Darul Ishlah ... 43
B. Sejarah Berdirinya Pesantren ... 43
C. Visi dan Misi ... 50
D. Fasilitas Pesantren Darul Ishlah ... 51
E. Struktur Organisasi Pesantren... 52
F. Program Kerja pondok Pesantren Darul Ishlah ... 56
G. Profil Pesantren ... 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah ... 58
B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
vii
Table 3.1 Fasilitas pesantren Darul Ishlah ... 52
Table 4.1 Jadwal pelajaran kelas Ibtidaiyah ... 61
Table 4.2 Jadwal pelajaran kelas Tsanawiyah ... 62
viii
Gambar 1.1 Gambar pola komunikasi roda ... 25
Gambar 1.2 Gambar Pola komunikasi Rantai ... 26
Gambar 1.3 Gambar Pola Komunikasi Lingkaran ... 27 Gambar 1.4 Gambar Pola Komunikasi bintang ... 28
Gambar 3.1 Kegiatan muhadharah didalam masjid ... 47
Gambar 3.2 Latihan Hadrah mingguan ... 48
Gambar 3.3 Kunjungan anggota DPR Hj. Meilani ... 50
1 A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat
dibutuhkan dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa
komunikasi akan sangat sulit untuk berinteraksi.
Didalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam
kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agar pandai berkomuniksi, dan
dapat di deskripsikan didalam Al-quran surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang
berbunyi:
( )ه َّع ايبْلا( ) اسْإاقّخ( ) آْرقْلا مَّع( ) ْحَرلا
(1)(Allah) yang Maha Pengasih (2)Yang telah mengajarkan Al Qur’an (3)
Dia menciptakan manusia (4)mengajarnya pandai berbicara
Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasidan
pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan
informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima
dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut untuk menerapkan
pola komunikasi yang baik pula.1
1
Seperti diketahui bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam
aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal
pendidikan yang agamis. Dalam didirikannya Pondok Pesantren paling tidak
dikarenakan oleh beberapa faktor; Pertama, pesantren dilahirkan untuk
memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang
tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral. Kedua, salah satu isi
awal didirikannya pesantren adalah menyebarkan informasi ajaran Islam yang
universal kepada seluruh lapisan masyarakat.
Pesantren salafiah pada jaman sekarang ini sudah tidak mudah lagi
ditemukan, banyak pesantren modern yang lebih unggul dari kepopuleritasan
dari pondok pesantren salafi ini. Karena secara pendidikan pesantren
mempunyai modal umum dari segi pembelajaran, sehingga pondok pesantren
salafiah menjadi kalah semakin terbawah.
Sejatinya para santri-santri didalam pondok pesantren salafi lebih
menekankan dirinya dengan pendidikan keagamaan, santri banyak yang
dibekali dengan ilmu-ilmu agama dari segi ilmu rohaniah sampai jasmaniah,
sehingga banyak juga santri yang diberikan pembelajaran hidup mengenai
kehidupan yang sesungguhnya melalui kitab-kitab kuning. Didalam pesantren
ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk dapat menciptakan hasil
santri-santri yang berkualitas serta pendidikan yang sempurna. Pertama,
mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi satu kegiatan yang
terpadu (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada
menciptakan kesejahteraan guru dan murid sebagai subjek pembelajara,
termasuk memahami masing-masing murid dengan tingkat kecerdasan yang
berbeda-beda. Ketiga hal tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu
guru-guru yang bijak dan penuh wawasan luas, yang tercipta dengan akademis yang
baik dan kaya dengan pengalaman.2
Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit, Jakarta Selatan adalah suatu
lembaga pendidikan pembelajaran yang mengkhususkan ilmu agama, terlebih
dengan kitab-kitab kuningnya, pesantren itu lebih memfokuskan pada kitab
kuning dan mempelajari bagaimana menjadi masyarakat yang baik dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pesanren inilah yang menjadi menarik
dalam pembahasan karena pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang
masih bertahan dengan metode pembelajaran salafnya, selain itu dikalangan
pesantren-pesantren salaf yang tersebar di Jakarta kebanyakan pesantren itu
sudah dimasuki dengan sistem akademis umum terlebih tingkat pembelajaran
agamisnya masih ada dan sudah hampir semua pesantren di Jakarta yang
bertaraf salafisudah semakin jarang karena faktor peminatnya yang kurang.
Kebanyakan orang tua dari para santri lebih memilih pesantren yang ada
pembelajaran umum yang di campur dengan agama sehingga anak mereka
dapat dibekali dengan pelajaran umum dan agama yang cukup, beda dengan
salafi, di pesantren ini santri dituntut sekaligus di bekali dengan ilmu agama
saja dan tujuan dari pesantren ini adalah mencetak santri untuk menjadi orang
yang mengerti dalam agama seperti Ustadz/kiyai. Pondok pesantren Darul
Ishlah ini pondok yang masih memegang teguh keaslian dari nilai
pendidikannya, didalamnya belum tercampur dengan kurikullum yang ada
2Jamal Ma‟mur Asmani, “sekolah life skills, “ lulus langsung kerja!(JogJakarta : Diva
didalam lingkaran DEPAG dan masih dengan metode pelajaran yang sangat
tradisional.
Didalam pondok pesantrensalafi Darul Ishlah yang dipimpin oleh KH.
Amir Hamzah memiliki kemiripan dengan pesantren atau lembaga pendidikan
yang berada di yaman (haudzah )atau negri yang berfaham syiah, tugasnya
disana santri belajar. Kehidupan mereka semuanya dari segi logistik dan
lainnya dipenuhi. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah mereka memiliki
hak penuh dalam belajar sehingga sang santri tidak perlu memikirkan soal
uang bayaran atau semacamnya.
Di pesantren yang bertaraf salafi ini yang berada ditengah keramaian
kota bukan hal yang tidak disadari lagi dipesantren ini sudah terkenal didaerah
Solo karna pimpinan pondok pesantren adalah salah satu murid guru besar di
Solo yaitu Alhabib Anis Alm beliau adalah tokoh agama di daerah Solo.
Santri disana sangat dibekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat tidak
hanya saja mengenai kitab-kitab kuning mereka juga dibekali dengan
keterampilan, seperti bermain hadrah atau (rebana) belajar ceramah serta
memahami arti dari tafsir alQuran.
Santri diajarkan dengan bermain rebana atau yang biasa disebut hadrah
dan dimanadidalamhadrah banyak yang menggunakan kalimat shalawat yang
tidak mudah mereka langsung dapat dari Solo untuk memainkannya mereka
menggunakan pukulan yang tidak sama dengan hadrah-hadrah lainnya.
Pesantren Darul Ishlah yang hanya memiliki kurang lebih 200 santri tapi
saat bulan Maulid yang datang ke pondok pesantren Darul Ishlah jamaahnya
bisa mencapai 6000 orang dan dari sekian jamaah tersebut datang dari luar
mingguan dimanadidalam pengajian tersebut pesantren tidak pernah
mengeluarkan sedikitpun biaya untuk jama‟ah yang sekian banyaknya,
biasanya seusai dari pengajian itu para jamaah disuguhi nasi uduk yang dibagi
rata. Mungkin disitulah nampaknya keberkahan yang diberikan Allah SWT.
Seperti yang dikutip dari kitab Nashoihul „ibad “orang yang alim dan
beramal shaleh akan selalu dihormati dan dimuliakan orang, sedangkan
orang yang bodoh dimana pun akan merasakan kesulitan”3
Beda halnnya dengan pondok pesantren modern di pondok pesantren
salaf ada 3 jenis bentuk pesantren, yang pertama pesantren salaf yang hanya
memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan
membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang
kedua adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode
pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa
memfasihkan bacaanya. Yang ketiga adalah pesantren salaf yang hanya
memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu
kanuragan, namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang
karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan
hal-hal ghaib.
Oleh karena itu kiyai dan pesantren adalah merupakan elemen yang
sangat penting dalam mengarahkan santri-santrinya. Di pondok pesantren
salaf Darul Ishlah seorang kiyai akan sangat dekat dan lebih intens terhadap
santrinya, hal ini yang banyak disadari seorang santri didalam pondokan salaf
3
jauh lebih hormat dan taat kepada gurunya, santri di pondok salaf akan dapat
perhatian lebih dari figur sang guru (kiyai) mereka.
Pondok pesantren Darul Ishlah adalah suatu pesantren salaf yang
mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri
yang dapat membaca dan memahami kitab-kitab kuning secara baik dan benar
berdasarkan tata cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis
mengangkat hal tersebut dengan judul “ Pola Komunikasi Antara Kiyai dan
Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning didalamPondok Pesantren
Darul IshlahBuncit RayaJakartaSelatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada dasarnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila
didukung oleh pola komunikasi yang baik antara kiyai dan santrinya. Hal
inilah yang hendak diteliti penulis didalam penelitian ini. Agar tidak terlalu
menjalar luas dalam pembahasannya, Maka penulis hanya membatasi terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan didalam pondok pesantren darul ishlah,
dan pola komunikasi yang dilakukan kiai didalam kelas kepada santri saat
melakukan proses belajar mengajar.
Adapun rumusan masalah tersebut yang dimasukan didalam penulisan ini
dalam bentuk pertanyaan, yakni:
1. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan
pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan?
2. Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri
dalam pembelajaran kitab kuning di ponpes Darul Ishlah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan metode yang berlangsung dalam
penyampaian pembelajaran kitab kuning.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi
atau sebagai perbandingan didalam pengembangan usaha keilmuan yang
sesuai dengan bidangnya, dan juga penelitian ini diharapkan akan
menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi dilembaga pendidikan
Islam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah
panduan tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan
dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang efektif dan se-efisien
mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan dapat
memberikan sedikit pengetahuan terhadap calon da‟i agar bisa
memperluas pengetahuannya.
E. Metodologi Penelitian
deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan
dan kemudian dianalisa untuk kemudian mendapatkan hasil berdasarkan
tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif menitik beratkan kepada data-data
penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan
wawancara.4
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yang berlangsung di
Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi.
Adapun yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini
adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pondok pesantren
di pondok pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. Sedangkan
yang menjadi objek dalam penelitian adalah proses pelaksanaannya.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik observasi atau
pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan
mengamati objek yang akan diteliti, yakni program pendidikan
4
pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah.
b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara
langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di
pondok pesantren Darul Ishlah dengan tujuan mendapatkan keterangan
secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan
pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara
wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini untuk memberikan
kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan namun tetap terarah kepada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data
berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun
berbagai arsip-arsip tentang pesantren Darul Ishlah ataupun berbagai
macam karya tulis yang berkaitan dengan bahasan penelitian.
4. Pengolahan Data
Pada bagian ini, keseluruhan data yang didapat dari hasil wawancara di
pondok pesantren Darul Ishlah tersebut dikumpulkan dan disusun
berdasarkan kecocokan dengan rumusan masalahyang telah disusun oleh
peneliti.
5. Analisis Data
Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk
5
yang lebih mudah dibaca dan di intepretasikan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil keputusan/kesimpulan yang benar melalui proses
pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil
penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk
menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih
luas.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang
diantarannya adalah:
1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman
agama melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh
Abdul Fatah, tahun 2007. Penelitian ini menemukan bahwa pola
komunikasi yang digunakan dalam pengajian remaja tersebut
menggunakan pola komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi
guna meningkatkan pemahaman terhadap para anggotanya.
2. Pada skripsi terdahulu yang berjudul “Pola Komunikasi kyai dan santri
dalam pengajaran seni baca alquran di pondok pesantren al-Quraniyyah
Pondok Aren”. Yang diteliti oleh mutmainnah tahun 2008. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah pada objeknya, sedangkan kesamaannya
adalah pada pembahasan mengenai pola komunikasinya.
3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja
oleh Haidir, tahun 2007. Penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi
kelompok kecil saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak
remaja di wilayah tersebut.
Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas,penulis menemukan berbagai
metode pembelajaran yaitu ada metode sorongan dan wetonan metode ini
metode yang bisa disebut dengan metode tradisional. Dan juga penulis
menggunakan teori pola komunikasi bintang yang dalam teori tersebut
seorang kiai yang menjadi sentral dalam berjalannya proses pembelajaran.
G. Kerangka Teori
Dimana satu dapat berkomunikasi langsung dengan dua, tiga, empat,
dan lima, garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang
berkomunikasi, dimana satu sebagai titik sentralnya berkomunikasi dengan 5
1
4
2 3
Pola Komunikasi
yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Pola komunikasi diatas diperkuat oleh
pendapat H.A.W Widjaja. Menurutnya Pola Bintang anggota berkomunikasi
dengan semua anggota, komunikasi ini menghasilkan timbal balik.6
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam V (lima) bab, yang terdiri
dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola
komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi,
kiyai dan santri, pengertian kiyai, pengertian santri, komunikasi
kiyai dan santri, serta pesantren.
BAB III Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit,
Mampang prapatan, Jakarta selatan. Mengenai tentang histori
berdirinya pesantren, visi dan misi didirikannya pesantren, sistem
pendidikan, struktur pengurus sekaligus pengasuh, serta
program-program yang disediakan.
BAB IV Pola komunikasi kiyai dan santri serta melihat metodepembelajaran
sekaligus proses yang dilakukan seorang kiyai dalam mempelajari
kitab kuning.
6
BAB V Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saranserta yang
dilengkapi daftar pustaka dan data lampiran yang dianggap
14
KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI KIYAI DAN SANTRI
Secara umum, pola komunikasi sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat dan
khalayak banyak, dan juga pola komunikasi sangat dibutuhkan untuk proses
pembelajaran bagaimana berkomunikasi, dibawah ini penulis akan paparkan teori
dan defenisi mengenai pola komunikasi dan juga apa itu Kyai dan Santri
A. Pengertian Pola Komunikasi 1. Pola Komunikasi
Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk
atau sistem.7 Cara atau bentuk sehingga pola dapat dikatakan sebagai
contoh atau cetakan. Jadi pola yang ada didalam komunikasi adalah
bentuk dan sistem yang mencakup dalam komunikasi.
Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi “istilah
komunikasi berasal dari bahasa Inggriscommunication yang bersumber
dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Makna yang sesungguhnya dari communication adalah communis
yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian
tersebut.8
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).h.778
8
Pendapat yang hampir sama pula yang dikemukakan oleh Astrid S.
Susanto yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang
didalam bahasa latin memiliki arti (berpartisipasi) atau memberitahukan.
dan juga kata communis berarti „milik bersama‟ atau berlaku
dimana-mana.9
Sedangkan menurut terminologi, menurut Onong Uchjana Effendi
komunikasi adalah sebuah jembatan dan juga penyambungan antara satu
orang dengan orang lain guna terlaksananya suatu proses komunikasi,
dalam penjelasannya proses komunikasi ini dapat merubah seorang dan
orang yang menjadi lawan bicaranya baik dalam sifat, prilaku maupun apa
saja yang menjadi kaitan didalam komunikasi. Banyak sekali aspek yang
mendorong seseorang berkomunikasi dengan orang lain hal ini juga
diterangkan komunikasi bisa saja berlangsung dimana saja kapan sajadan
juga terjadi kepada siapa saja, hal inilah komunikasi bisa terjadi secara
langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung
misalnya komunikasi yang menggunakan lisan terjadinya komunikasi
interface dalam komunikasi ini dilakukan dengan cara tatap muka antara
komunikan dan komunikator, sedangkan komunikasi secara tidak langsung
berupa komunikasi melalui media misalkan komunikasi yang dilakukan
seseorang dengan orang lain menggunakan sarana media sebagai alat
untuk menjembatani suatu proses komunikasi maka dari itu disebut
sebagai komunikasi secara tidak langsung.10
9
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),h.67.
10
Hovland, Janis dan Kelly communication is the process by which
an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of
the individuals. “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang
lain‟‟.11
Didalam komunikasi suatu proses individu dapat mengubah
stimulus seseorang bisa terjadi karena setiap seseorang yang melakukan
komunikasi secara verbal itu menjadi suatu daya rangsang kepada
seseorang yang melakukan proses komunikasi, dilain hal komunikasi
banyak membawa dampak yang signifikan dan juga dapat membangkitkan
efek yang dapat mengendalikan diri seseorang.
Everett M. Rogers : ”komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka”.12
jadi komunikasi yang dapat
diterima dan juga dicerna dengan baik bisa mengubah dan juga bisa
mempengaruhi seseorang sehingga orang itu dapat bertingkah laku dari
biasanya, misalnya orang berkenegaraan asing yang sudah lama tinggal di
Indonesia dan mentap cukup lama didalamnya dan melakukan sesering
mungkin proses komunikasi dengan bahasa yang berbeda lama-kelamaan
orang asing akan dapat terbawa dengan bahasa yang dimana ia menetap
demi melancarkan proses komunikasi seiring berjalannya waktu.
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, h.2
12
Dari semua definisi yang dijelaskan di atas, bahwa komunikasi
merupakan sebuah pesan. Namun di satu sisi pesan yang disampaikan
dalam komunikasi berbeda antara komunikator ke komunikan dan harus
didasari proses komunikasi yang baik. Penulis menyimpulkan arti dari
pola komunikasi yaitu, bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan
oleh komunikator kepada komunikan dan menghasilkan feedback.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasannya seseorang yang
melakukan komunikasi sejatinya dia mengharapkan agar orang yang
menjadi lawan bicaranya dapat menerima isi pesan yang disampaikan.
pesan
Jadi di antara orang yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi
harus memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang
digunakan untuk berkomunikasi, dan harus seksama mengerti arah apa
yang akan dikomunikasikan, agar apa yangdiharapkan didalam
komunikasi bisa tercapai suatu proses komunikasi yang sempurna
sehingga komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar
dan efektif.
Dari beberapa yang telah terurai oleh para pendapat ahli
komunikasi, dapat difahami bahwa arti sebuah komunikasi adalah
gabungan dari dua kata yaitu pola dan komunikasi, sehingga dapat
dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau
bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada
komunikan. sender
Jadi esensi didalam komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim
dapat berhubungan bersama satu sama lain dengan penerima guna
menyampaikan isi pesan tersebut.13karna pengirim pesan didalam sebuah
proses komunikasi adala seorang supir jika di ibaratkan karena seorang
pengirim pesan itu adalah yang mengendalikan alur pembicaraan sebuah
komunikasi mau dibawa kemana aksi komunikasi agar menjadi lebih
menarik sehingga penerima pesan akan mudah mendengarkan dan menjadi
lawan bicara yang aktif jika halnya pengirim pesan mengutarakan dengan
hal yang pasti misalnya, suara yang jelas dan juga tata bahasa yang mudah
dimengerti.
Namun supaya lebih terperinci lagi mengenai teori komunikasi di
sini menurut Stewart L. Tubbs da Silvia Mass, di sini adalah ciri-ciri suatu
proses komunikasi yang efektif memiliki sebuah fase dimana agar sebuah
komunikasi bisa berjalan dengan sempurna dan keduanya bisa memaknai
sebuah komunikasi yang berjalan, yakni:
a. Pengertian. penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang
dimaksud oleh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator
dapat menerapkan metode dalam upayameningkatkan pemahaman
tentang kegiatan tersebut. Suatu komunikasi bisa dianggap berhasil
apabila keduanya maksud keduanya antara pembicara dan juga
penerima pesan berhasil mengerti apa yang dibicarakan apa yang
disampaikan dan juga apa yang bisa menjadi makna dalam suatu
proses didalam komunikasi.
13
b. Pesan Yang disampaikan oleh komunikator, di sini pesan sangatlah
penting untuk melakukan sebuah proses komunikasi, karena pesan
adalah sebuah makna didalam pembicaraan yang akan berlangsung
untuk melaksanakan komunikasi, pesan juga adalah hal yang penting
apabila penyampaian pesan kurang jelas akan berakibat komunikasi
tidak berjalan sempurna. Contohnya seseorang yang melakukan
komunikasi dengan dua orang yang berbeda satu sama lain dari segi
latar belakangnya, akan sulit menerima pengertian dan pesan yang
akan disampaikan oleh keduanya akan sulit dicerna karena keduanya
tidak menguasai makna dari kedua bahasa itu.
c. Kesenangan menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan. Maksud di sini adalah terjadi hubungan yang hangat
apabila sejak dimulainya pembicaraan terjadi sebuah kenyamanan
dalam pembicaraan dan juga proses penyampaiannya baik sehingga
penerima pesan akan nyaman dalam menerima pesannya.
d. Mempengaruhi sikap dapat merubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa
dalam berkomunikasi.
e. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal berinteraksi
dan komunikasi karena suatu hubungan yang setidaknya baik akan
membawa alur kepada hubungan yang baik dalam hal bersosialisai.
Karena ini bisa timbul jika seseorang melakukan interaksi dengab
f. Tindakan membuat komunikan melakukan sebuah tindakan yang
sesuai dengan stimuli. Rangsangan itu juga bisa menjadi sebuah
tindakan jika seseorang melakukan komunikasi dengan penuh
emosional dalam segi kepribadiannya.14
2. Jenis-jenis Pola Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendi didalam bukunya yang berjudul:
“ilmu komunikasi teori dan praktek ” pola dan bentuk komunikasi terdapat
empat macam, yaitu komunikasi personal (intrapersonal dan
interpersonal), komunikasi kelompok (besar dan kecil).15
Komunikasi personal disini dibagi menjadi dua bagian yaitu antara
komunikasi intrapersonal dan juga interpersonal yakni pengertiannya
sebagai berikut,
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal yang dibagi menjadi dua kata intra dan
personal inra sendiri yang berarti didalam sedangkan personal yaitu diri
sendiri jadi pengertian keseluruhannya adalah komunikasi yang dilakukan
didalam diri sendiri, yang berperan sebagai sender(komunikator) sekaligus
berperan juga sebagai receive(komunikan), memberikan mpan balik pada
diri sendiri dan kemudian berkelanjutan. Contoh dalam kehidupan
sehari-hari misalnya sedang berdoa, bersyukur, ngelamun dan juga menghayal.
b. komunikasi interpersonal
komunikasi interpersonal di bagi menjadi 2 bagian kata yaitu, inter
14
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ; Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th. 2007), cet.ke-24,h.16
15
yang berarti luar dan personal sendiri adalah dirinya, jadi komunikasi
interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara
dua orang atau lebih yang mempunyai peran yang berbeda. Ada yang
berperan sebagai sender dan juga sebagian lain berperan sebagai receive,
dan feedback juga dapat diterimaoleh sender dan juga receive. Contoh dari
komunikasi adalah: pidato, ngobrol biasa, dll. Komunikasi interpersonal
sebagai alat komunikasi antara orang dengan orang lain yang sendiri
secara pribadi. Komunikasi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan
efek dan umpan balik atau feedback yang langsung.16 Pada hakikatnya
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan.17 Komunikasi interpersonal, dianggap paling efektif
dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang. Karena
sifat dialogis, berupa percakapan dan umpan balik bersifat langsung secara
tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat langsung diketahui.18
Dan untuk lebih memahami tentang komunikasi interpersonal lebih
dalam, akan lebih baik seorang komnikator megetahui ciri dari berbagai
faktor penting didalam komunikasi interpersonal yaitu:
Pertama, Komunikasi berlangsung secara terbuka, berbentuk percakapan
dan juga tanya jawab sehingga komunikator dapat mengetahui segalanya
mengenai diri komunikan, semua hal yang ingin diketahui dapat terungkap
16
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), Cet. Ke-1, h.72.
17
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.77.
18
di sini ini yang dimaksudkan dalam komunikasi yang beralur dialogis.19
Kedua, Komunikasi berlangsung secara tatap muka, saling berhadapan dan
saling menatap satu sama lain, sehingga komunikator dapat melihat
sekaligus memperhatikan ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku yang
merupakan umpan balik non verbal.20 Dengan ciri tersebut komunikasi
intrapersonal dinilai mengena dan tepat langsung menuju apa yang ingin
dicari didalamnya seperti seputar informasi dan juga sikap dan prilaku.
Kadang banyak sekali cara yang dilakukan dengan berkomunikasi banyak
yang hanya bertanya melalui media serasa itupun tidak akan cukup untuk
mendapatkan hasil yang valid dari apa yang ingin diketahui, tetapi dengan
proses komunikasi yang terjadi secara langsung menggunakan metode
tatap muka seperti ini merupakan salah satu hal yang ampuh dalam
mengorek semua informasi yang ingin didapatkan.
Adapun dalam proses pendidikan dan pengajaran, komunikasi yang
berlangsung di sini melibatkan antara kiyai dan santri didalam pondok
pesantren dan dalam proses komunikasi yang terjadi melakukan tahapan
dengan metode tatap muka pada saat menjalankan program pengajian
kitab kuning. Maka dalam proses atau metode tatap muka ini dibagi
kedalam tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi kelompok kecil,
komunikasi interpersonal dan komunikasi intruksional.
1. Komunikasi Kelompok Kecil
kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi
komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara
19
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78.
20
verbal. Dengan kata lain komunikasi kelompok komunikasi
komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan salah
satu anggota kecil.21
Komunikasi tipe kelompok kecil kurang efektif dalam
mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan, karena dari setiap
komunikan tidak mungkin dikuasai oleh komunikator seperti halnya
pada komunikan komunikasi interpersonal. Komunikasi kelompok
kecil lebih bersifat rasional dalam menerima pesan yang disampaikan
oleh komunikator, komunika menanggapinya dengan lebih banyak
menggunaka pikiran dari pada perasaan. Mereka sempat menanyakan
pada dirinya mengenai benar tidaknya apa yang diucapkan oleh
komunikator kepadanya itu, dalam situasi komunikasi seperti itu,
pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mengarahkan kepada
rasio komunikan bukan pada emosi.22
2. Komunikasi kelompok besar
Komunikasi kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang
karena jumlahnya yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak
mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.
Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan
kepada afeksi (perasaan) komunikan dan prosesnya berlangsung
secara linier. Jadi dapat dikatakan dalam komunikasi kelompok besar
ini kontak pribadi sulit sekali dilakukan. Komunikator didalam
21
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.88. 22
komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan
tanggapannya bersifat emosional. Contoh: seperti halnya didalam
sebuah kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye
dilapangan (bersifat non formal).
C. Komunikasi Instruksional
Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata
instruction yang berarti penyajian, pelajaran atau perintah juga bisa
diartikan instruksi. Komunikasi ini berupa komunikasi formal yang
dilakukan didalam bidang kependidikan yang harus diterapkan hanya
disekolah menggunakan bahasa-bahasa yang baik dan juga bahasa
yang penuh dengan makna.
Didalam dunia pendididkan, kata instruksional tidak diarttikan
perintah tapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni
pengajaran atau pelajaran, bahkan sekarang-sekarang ini dapat juga
diarttikan sebagai pembelajaran. Memang saja ketiga arti kata tersebut
bisa berlainan makna karena masing-masing menitik beratkan kepada
faktor-faktor tertentu yang bahkan menjadi perhatiannya, namun disisi
lain hal ini cenderung bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan
proses sebuah komunikasi dengan baik komunikasi intruksional ini
bisa digunakan atau diterapkan dikalangan sekolah sebagai metode
bisa terjalin hubungan yang akademis. 23
H.A.W. Widjaja menyatakan didalam bukunya “ilmu komunikasi
pengantar studi” ada empat pola komunikasi, yaitu:24
1) Pola Roda
Pola roda itu yang berarti pola yang mengarahkan seluruh
infomasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.
Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan
memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggotan
lain. Dalam pola komunikasi jenis roda ini lebih menitik beratkan
kepada posisi pusat yaitu posisi (A) yang menjadi peran untuk
menggerakan sekaligus menjadi ujung tombak dari pelaksanaan
proses komunikasi dalam pola roda ini.
B
E A C
D
Gambar 1.1 Gambar pola roda H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”
Dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa seseorang
berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam
pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah
tanpa adanya interaksi. Dan juga komunikasi ini bertumpu pada
satu orang yang dititik beratkan kepada (A)
23
Mudhofir, Teknologi Instruuksional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001), h.9.
24
2) Pola rantai
Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima
tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi
sistem arus keatas (Upward) dan ke bawah (downward), yang
artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando)
balik ke atas atau ke bawah tanpa tejadinya suatu penyimpangan.
Pengertiannya adalah seseoang berkomunikasi (A) dengan orang
lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).
A B C D E
Gambar 1.2: Gambar pola rantai H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”
Penjelasannya dalam pola komunikasi rantai ini adalah satu
sama lain antara titik A dan B dan seterusnya saling menyambung
demi tercapainya dan tersambungnya suatu proses komunikasi. Ini
bisa diliat dari jenis gambar yang yang mendatar dan menuntuk
secara berurutan dari titik A sampai titik E.
3) Pola Lingkaran
Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan
dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi
(E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A). Sejatinya alur
komunikasi pada pola lingkaran adalah memutar dan tidak putus
terlihat komunikasi pada titik A dan memutar ke titik E dan titik E
A
B E
C D
Gambar 1.3: gambar pola lingkaran H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”
Dalam pola komunikasi ini tidak tedapat pemimpin.
Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk
berkomunikasi dengan oang yang berada disisi mereka,
komunikasi ini terjadi bisa dengan kelompok dan mendekatkan
pada komunikasi bermusyawarah.
4) Pola bintang
Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota. Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola
lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan
dalam berkomunikasi satu sama lain.25
A
B E
C D
25
Gambar 1.4: gambar pola bintang H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”
Komunikasi dengan pola bintang seperti ini menunjukan
bahwasannya semua orang yang ada didalamnya dapat dan
mempunyai hak untuk berkomunikasi satu sama lainnya agar bisa
saling tercapai dengan baik maka semua saling berkomunikasi
sehingga tidak ada orang yang terpaku didalamnya atau tidak ada
orang yang di pusatkan dalam pola komunikasi bintang ini
semuanya bisa berbaur dan bisa saling bertukar pikiran dan bisa
saling berkomunikasi.
3. Proses Pola Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Dalam hal ini ada dua proses komunikasi, yaitu:
Proses komunikasi tatap muka dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling
berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini
komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara
langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga
komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat
mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau
Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka
arus balik atau feedback terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan
balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator.
Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.
Proses komunikasi bermedia komunikasi bermedia (mediated communication) salah satu proses komunikasi yang bisa dilakukan dari
jarak jauh dengan menggunakan suatu alat atau media sebagai sarana
menyampaikan informasi, dengan proses dan bantuan media seperti ini
akan lebih praktis dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi proses
komunikasi ini kurang bisa mendapatkan informasi secara signifikan karna
prosesnya secara tidak langsung, akan sulit mengetahui hasil informasi
yang sebenar-benarnya.
Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung
(indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun
tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak
mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab
itu dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media,
komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya
sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam
hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus
mengetahui sifat komunikan yang akan dituju dan memahami
sifat-sifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan
orang, bisa pula sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan
banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi
media massa dan media nirmasa.26
4. Unsur-Unsur Komunikasi
Proses komunikasi yang pada hakekatnya sebagai proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikirang yang berupa gagasan, ide, informasi, statment dan
lain-lain yang muncul dari benak atau perasaan yang berupa keyakinan,
kepastian, kekhawatiran dan sebagainya yang muncul dari dalam lubuk
hati kita. Dari berbagai macam definisi-definisi diatas nampak jelas adanya
unsur-unsur yang mencakup dalam terjadinya proses berkomunikasi. Yang
mana unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Komunikator
Komuniator bisa disebut juga sebagai penyampai pesan
sebagaimana pengertiannya komunikator orang yang berperan sebagai
sender yaitu orang yang mengirim pesan kepada pendengar atau
penerima pesan reciver, komunikator juga salah satu aktor yang
berperan dalam proses terjadinya suatu komunikasi ia juga sebagai
pemulai dari awal atau pembuka pembicaraan. Untuk itu seorang
komunikator harus terampil dalam mengolah kata agar si penerima
pesan menarik mendengarkannya sekaligus efektif dalam hal merespon
pesan yang sampai.
26
Syarat-syarat yang sangat diperlukan oleh komunikator, yakni:27
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, di sini yang
dimaksud syarat menjadi komunikator yang baik seorang
komunikator harus mempunyai kemampuan bicara yang baik, dan
mempunyai daya tarik agar apa agar bisa membawa alur dalam
komunikasinya
2) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan memiliki
komunikasi yang baik maksudnya seorang komunikator harus jelas
secara lican dan pembacan setiap kata agar setiap komunikan yang
diajak bicara dapat menerima pesan dengan baik dan juga jelas
agar tercapai sebuah komunikasi yang elegan.
3) Mempunyai pengetahuan yang luas, pengetahuan yang luas juga
sangat dibutuhkan untuk komunikator yang ingin membahas
sesuatu kepada seorang komunikan. Misalnya seorang
komunikator sedang melakukan diskusi atu menjelaskan suatu
produk ia harus mengetahui inti dari bahasan dan pengetahuan
tentang apa yang akan dijelaskan kepada para komunikan lainnya.
4) Memiliki daya tarik sebagai aspek tambahan agar seorang
komunikator lebih dilihat dan menonjol akan penampilannya,
dilain hal dengan penampilan yang rapih dan mempunyai ciri khas
mengandung daya tarik yang luar biasa sehingga komunikan yang
akan berkomunikasi merasa nyaman dengan komunikator.
27
5) Mengenal diri sendiri adalah hal yang mendasar kita tidak bisa
memahami diri seseorang sebelum mengenal diri kita sendiri, oleh
karena itu dengan kita mempelajari kepribadia dalam diri kita kita
bisa tau batasan apa saja yang tidak boleh dilampaui pada saat
berkomunikasi agar tidak membuat kecewa komunikan.
6) Memiliki kekuatan dan semangat sehingga apa yang ingin
dikatakan memiliki power dan tidak lemah dalam membalas kata
dengan komunikan seperti sedang berdiskusi memiliki semangat
adalah modal utama dan juga kekuatan dalam berfikir kearah yang
lebih ilmiah.
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya
seorang yang akan menjadi komunikator harus bisa memposisikan
dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
b. Pesan
Pesan merupakan salah satu isi dari apa yang akan disampaikan
tanpa adanya suatu pesan komunikasi yang berlangsung tidak akan
terjaga, karena pesan ini adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan dan juga sebagai komponen penting didalam
berkomunikasi. Pesan juga harus memiliki intisari daripada isi yang
akan di perbincangkan antara komunikator dan komunikan,
penyampaian pesan dapat dilakukan secara langsung melalui lisan dan
secara tidak langsung media.
Pertama, Informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan
kemudian komunikan mengambil kesimpulannya sendiri. Kedua,
Persuasif yaitu dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa yang akan kita sampaikan akan
memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan
namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. Ketiga, Koersif yaitu
dengan menggunaka sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitas,
yakni denhan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin
diantara sesamanya dan pada kalangan publik.28
c. Media
Media merupakan salah satu wadah atau tempat untuk dapat
menyalurkan dan sekaligus menjadi alat yang menjembatani
komunikator dan komunikan berinteraksi, tanpa adanya media sebagai
alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi jarak jauh akan sulit
menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Pesan melalui
media ini sangat praktis dan efisien bisa menjangkau semua wilayah
dan tempat akan tetapi ada kekurangannya akan sulit mendapat
informasi secara langsung dan konkrit.
d. Komunikan
Komunikan adalah seorang yang menerima pesan dari
komunikator. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang mengolah
pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Jadi seorang komunikan
28
akan mengolah setiap apa yang dilontarkan kepada komunikator tapi
tidak semua yang dilontarkan oleh komunikator akan diolah oleh
komunikan bisa juga sebailknya.
e. feedback
Feedback merupakan salah satu dampak atau hasil sebagai
pengaruh pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek
atau dampak tertentu pada komunikan. Apabila seseorang atau
kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi ini
melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau
memperoleh kesepakatan bersama.29 Dampak yang akan ditimbulkan
dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu;
Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan dari daya
rangsang otak yang membawa komunikan menjadi lebih tau karna
kemampuan berfikir yang baik dari area kognitifnya. Dampak Afektif,
yaitu dampak yang menimbulkan perasaan tertentu dan tergugahnya
hati seorang komunikan, misalkan perasaan iba, atau rasa kasian
kepada seseorang, dampak ini yang membawa kepada daya perasaan
dan sekaligus bisa merasakan apa yang telah dirangsang dapat dicerna
melalui perasaan yang ditimbulkan. Dampak Behavior, dampak yang
paling tinggi tensinya, yaitu dampak yang timbul pada komunikan
29
dalm bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.30
5. Teori Pola Komunikasi
Dalam komunikasi ada beberapa teori yang ada. Harold D.
Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University, telah menghasilkan
suatu pemikiran mengenai komunikasi yang dituangkannya dalam bentuk
paper yang kemudian dimuat dalam buku The Communcation Ideas,
suntingan Lyman Bryson. Lasswel menyatakan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan”
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?‟‟
a. Who? Siapa komunikatornya?
b. Says What? Pesan apa yang disampaikan?
c. In Which Channel? Media apa yang digunakan?
d. To Whom? Siapa komunikannya?
e. With What Effect? Efek apa yang diharapkan?31
Rumus Lasswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai
teori lainnya. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen
komunikan. untuk membahas ini dapat dipergunakan teori Melvin L.
Defleur. Dalam bukunya yang berjudul Theories of Mass Communication,
ia mengemukakan empat teori yang masing-masing disebut Individual
Differences Theory, Social Categories Theory, SocialRelationship Theory
dan Cultural Norms Theory.
30
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h.7.
31
a. Individual Differences Theory
Teori ini menyatakan khalayak yang secara selektif memperhatikan
suatu pesan komunikasi, khususnya paabila bersangkutan dengan
kepentingannya, akan sesuai sikapnya, kepercayaannya, dan
nilai-nilainya.
b. Social Categories Theory
Asumsi dasar dari teori Melvin L. Defleur yang kedua ini ialah
bahwa kendatipun masyarakat modern bersifat heterogen, orang yang
mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup
tradisional yang sama.
c. Social Relationship Theory
Teori yang ketiga, Social Relationship Theory adalah Two Step
Flow of Communication telah diketengahkan oleh Paul Lazarsfeld dan
rekan-rekannya yang terkenal itu. menurut teori tersebut, sebuah pesan
komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada
sejumlah perorangan yang terang-terangan, dan dinamakan “pemuka
pendapat”. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi diteruslakn
melalui saluran antar persona (dari mulut ke mulut), kepada
orang-orang yang kurang keterpekaan media.
d. Cultural Norms Theory
Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa,
melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu,
menciptakan kesan-kesan kepada khalayak bahwa norma budaya yang
komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce
existing patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk ercaya bahwa
suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.32
B. Definisi Pesantren
Pesantren adalah sebuah tempat atau surau yang mengajarkan dan
membimbing seseorang menjadi lebih baik dan mengerti akan agama, banyak
model pesantren dan pesantren dibagi menjadi 3 jenis pesantren salaf
pesantren yang Pertama, pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode
pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari
semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang Kedua, adalah pesantren salaf
yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri
diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang Ketiga, adalah
pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan
mempelajari serangkaian ilmu kanuragan namun dijaman modern ini
pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia
sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan IslamIndonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan
sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun
yang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut
32
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung,
pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi
masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin
bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni
atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.
Kategori pesantren bisa diteropong dari berbagai perspektif, yaitu: dari
segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan
terhadap perubahan, dari sudut sistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya,
Arifin menggolongkannya menjadi pesantren modern, pesantren
tahassus(tahassus ilmu alat, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir/hadits, ilmu tasawuft
hariqat, dan qira’at al-qur‟an) dan pesantren campuran.33
C. Pengertian Kyai dan Santri 1. Pengertian Kyai
Pengertian Kyai dalam kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebuah
sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam),
sedangkan dalam sebuah pesantren, Kyai adalah pembimbing, pengajar,
atau seorang pimpinan salah satu pesantren.
Kyai menurut Manfrediemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan hidupnya demi Allah serta menyebar luaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kiyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya dia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu
33
memberikan nasehat.34
Istilah seorang Kyai adalah sebutan yang diperuntukan bagi para
ulama radisional di pulau jawa, walaupun sekarang banyak Kyai yang
sudah tersebar di pulau jawa dan juga di luar pulau jawa.35 Menurut asal
muasalnya, sebagaimana dirinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan
Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda.
Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua
pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat
kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi seorang
pimpinan di pondok pesantren.36
Dalam perkembangannya, gelar seorang Kyai dewasa ini tidak lagi
digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja.
Gelar Kyai pun dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada
seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya,
walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar Kyai ini juga
sering digunakan oleh para Da‟i atau mubaligh yang biasa memberikan
ceramah agama Islam.37
2. Pengertian Santri
Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang
mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh,
34
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M, 1986), h.131
35
Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai pesantren-kyai langgar jawa,
(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, h.13
36
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.28
37