• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi antara kiai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola komunikasi antara kiai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya, Jakarta Selatan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Mohamad Fahmi Almanshuri NIM 1110051000181

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Kitab Kuning di dalam Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya Jakarta Selatan”

Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, komunikasi itu sangatlah penting bagi kegiatan belajar dan mengajar.komunikasi berperan sebagai aktor utama didalam ilmu pendidikan, tetapi didalam melakukan sebuah proses komunikasi tidak boleh dilakukan dengan hal sembarang, diperlukan pola dan metode dalam penyampaian komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh seorang kiai kepada santrinya. Begitu juga di dalam pesantren pola komunikasi dan metode sangat diperlukan dalam penyampaian makna belajar kitab-kitab kuning, yang pada dasarnya menggunakan bahasa arab.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan? kemudian Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning?

Pola komunikasi seorang kiai dan santri di dalam Pondok pesantren Darul Islah terjalin baik karena seorang kiai menganggap semua santrinya sebagai anaknya sehingga santri di bekali sifat kesadaran diri agar tidak macam-macam apalagi betindak tidak sewajarnya kepada kiai, setiap proses belajar mengajar kiai menggunakan cara komunikasi kelompok, antarpribadi, dan intruksional sebagai penambah ada pola komunikasi bintang sebagi penunjang kesempurnaan dalam proses belajar.

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan pola komunikasi antara kiai dan santri sekaligus melihat metode apa saja dan cara penyampaian dalam mengajar kitab kuning.

Seorang sosok kiai yaitu KH. Amir Hamzah sangat tau cara menghadapi seorang santri beliau mengkasifikasikan santri-santri yang baru masuk dan santri yang sudah lama menguasai kitab kuning. Kiyai menggunakan metode ceramah pada saat memberikan materi dalam penyampainnya, dan juga memberikan tugas hafalan dan mengulangi lagi apa yang telah diberikan. Dan juga metode latihan membaca dan mengulangi apa dari intisari dari materi yang di berikan kiai.

Dari penelitian ini dapat di analisis bahwa belajar kitab kuning tergantung dengan pembawaan seorang kiai, semakin luas pengetahuan kiai semakin mudah seorang memberikan pengajaran.

(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha

Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,

dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi

Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan keluarganya.

Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini

tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasehat dan motivasi dari

semua pihak yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah

satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin

Hidayat.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D,

ME.d. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar,

(7)

iii

Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si.yang membantu penulis dalam menjalankan

proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu

penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.

4. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dengan baik dan tegas

dalam membuat skripsi yang baik dan benar.

5. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.

6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan

pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.

8. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah Hj. Siti Khadijah yang

selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, dan yang lebih penting

selalu memperhatikan saya, menyayangi dan juga selalu baik saat pembuatan

skripsi berlangsung teh manis selalu dibuatkan untuk saya, terimakasih

kaulah penyemangatku.

9. Papah H. Fathullah Mansyur, yang selalu memberikan semangat jikalau saya

(8)

iv

menyelesaikannya. Makasih papahku…

10. Mpo saya Hj. Ida Farida mungkin tanpa dia skripsi saya terbengkalai karna

selama laptop rusak beliaulah yang dengan rela memberikan laptopnya

kepada saya terima kasih mpo hj ida.

11. Terima kasih untuk KH. Amir Hamzah selaku pimpinan Pondok Pesantren

Darul Ishlah yang dengan bijaksana menerima saya untuk meneliti pesantren

beliau terima kasih pak kiai semoga ilmu engkau selalu bermanfaat bagi anak

didikmu.

12. Dan terima kasih saya kepada Zaky selaku santri senior di pondok pesantren

Darul Ishlah yang meluangkan waktu untuk bisa berwawancara kepadanya,

dan juga bang adim yang selalu membantu dalam menyambungkan

silaturahmi kepada kiai.

13. Untuk Shofie Hayati Marwah kekasih tercinta yang telah terus menerus

memotivasi dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan

kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu

ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk

selalu taat beribadahnya kepada-Nya.

14. sahabat saya, “Gengs sabeb”angkatan 2010 kelas KPI F terakhir yang belom

merasakan sidang dan saling menyemangati Muhamad Yusra Nuryazmi,

Mochammad Kahfi, Rizza Maulana Bahrun. Sahabat-sahabat inilah yang

menjadi penyemangat dan penghibur semasa pelaksanaan pengerjaan skripsi

(9)

v

Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010

yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.

16. Teman-teman dari KKN AKSI 2013, Terima kasih untuk kekompakan, suka

dukanya selama di Teluk Naga Tengerang.

Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga

semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi

penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah

SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau

penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali

kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis

harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan.

Wassalam.

Jakarta, 1 Desember 2014

(10)

vi A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7 A. Pengertian Pola Komunikasi ... 14

B. Definisi Pesantren ... 37

C. Pengertian Kiai dan Santri ... 38

D. Kitab kuning ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL A. Lokasi pesantren Darul Ishlah ... 43

B. Sejarah Berdirinya Pesantren ... 43

C. Visi dan Misi ... 50

D. Fasilitas Pesantren Darul Ishlah ... 51

E. Struktur Organisasi Pesantren... 52

F. Program Kerja pondok Pesantren Darul Ishlah ... 56

G. Profil Pesantren ... 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah ... 58

B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(11)

vii

Table 3.1 Fasilitas pesantren Darul Ishlah ... 52

Table 4.1 Jadwal pelajaran kelas Ibtidaiyah ... 61

Table 4.2 Jadwal pelajaran kelas Tsanawiyah ... 62

(12)

viii

Gambar 1.1 Gambar pola komunikasi roda ... 25

Gambar 1.2 Gambar Pola komunikasi Rantai ... 26

Gambar 1.3 Gambar Pola Komunikasi Lingkaran ... 27 Gambar 1.4 Gambar Pola Komunikasi bintang ... 28

Gambar 3.1 Kegiatan muhadharah didalam masjid ... 47

Gambar 3.2 Latihan Hadrah mingguan ... 48

Gambar 3.3 Kunjungan anggota DPR Hj. Meilani ... 50

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat

dibutuhkan dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang

saling membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat

penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa

komunikasi akan sangat sulit untuk berinteraksi.

Didalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam

kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agar pandai berkomuniksi, dan

dapat di deskripsikan didalam Al-quran surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang

berbunyi:

( )ه َّع ايبْلا( ) اسْإاقّخ( ) آْرقْلا مَّع( ) ْحَرلا

(1)(Allah) yang Maha Pengasih (2)Yang telah mengajarkan Al Qur’an (3)

Dia menciptakan manusia (4)mengajarnya pandai berbicara

Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasidan

pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar

menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan

informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima

dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut untuk menerapkan

pola komunikasi yang baik pula.1

1

(14)

Seperti diketahui bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam

aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal

pendidikan yang agamis. Dalam didirikannya Pondok Pesantren paling tidak

dikarenakan oleh beberapa faktor; Pertama, pesantren dilahirkan untuk

memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang

tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral. Kedua, salah satu isi

awal didirikannya pesantren adalah menyebarkan informasi ajaran Islam yang

universal kepada seluruh lapisan masyarakat.

Pesantren salafiah pada jaman sekarang ini sudah tidak mudah lagi

ditemukan, banyak pesantren modern yang lebih unggul dari kepopuleritasan

dari pondok pesantren salafi ini. Karena secara pendidikan pesantren

mempunyai modal umum dari segi pembelajaran, sehingga pondok pesantren

salafiah menjadi kalah semakin terbawah.

Sejatinya para santri-santri didalam pondok pesantren salafi lebih

menekankan dirinya dengan pendidikan keagamaan, santri banyak yang

dibekali dengan ilmu-ilmu agama dari segi ilmu rohaniah sampai jasmaniah,

sehingga banyak juga santri yang diberikan pembelajaran hidup mengenai

kehidupan yang sesungguhnya melalui kitab-kitab kuning. Didalam pesantren

ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk dapat menciptakan hasil

santri-santri yang berkualitas serta pendidikan yang sempurna. Pertama,

mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi satu kegiatan yang

terpadu (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada

(15)

menciptakan kesejahteraan guru dan murid sebagai subjek pembelajara,

termasuk memahami masing-masing murid dengan tingkat kecerdasan yang

berbeda-beda. Ketiga hal tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu

guru-guru yang bijak dan penuh wawasan luas, yang tercipta dengan akademis yang

baik dan kaya dengan pengalaman.2

Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit, Jakarta Selatan adalah suatu

lembaga pendidikan pembelajaran yang mengkhususkan ilmu agama, terlebih

dengan kitab-kitab kuningnya, pesantren itu lebih memfokuskan pada kitab

kuning dan mempelajari bagaimana menjadi masyarakat yang baik dan dapat

bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pesanren inilah yang menjadi menarik

dalam pembahasan karena pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang

masih bertahan dengan metode pembelajaran salafnya, selain itu dikalangan

pesantren-pesantren salaf yang tersebar di Jakarta kebanyakan pesantren itu

sudah dimasuki dengan sistem akademis umum terlebih tingkat pembelajaran

agamisnya masih ada dan sudah hampir semua pesantren di Jakarta yang

bertaraf salafisudah semakin jarang karena faktor peminatnya yang kurang.

Kebanyakan orang tua dari para santri lebih memilih pesantren yang ada

pembelajaran umum yang di campur dengan agama sehingga anak mereka

dapat dibekali dengan pelajaran umum dan agama yang cukup, beda dengan

salafi, di pesantren ini santri dituntut sekaligus di bekali dengan ilmu agama

saja dan tujuan dari pesantren ini adalah mencetak santri untuk menjadi orang

yang mengerti dalam agama seperti Ustadz/kiyai. Pondok pesantren Darul

Ishlah ini pondok yang masih memegang teguh keaslian dari nilai

pendidikannya, didalamnya belum tercampur dengan kurikullum yang ada

2Jamal Ma‟mur Asmani, “sekolah life skills, “ lulus langsung kerja!(JogJakarta : Diva

(16)

didalam lingkaran DEPAG dan masih dengan metode pelajaran yang sangat

tradisional.

Didalam pondok pesantrensalafi Darul Ishlah yang dipimpin oleh KH.

Amir Hamzah memiliki kemiripan dengan pesantren atau lembaga pendidikan

yang berada di yaman (haudzah )atau negri yang berfaham syiah, tugasnya

disana santri belajar. Kehidupan mereka semuanya dari segi logistik dan

lainnya dipenuhi. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah mereka memiliki

hak penuh dalam belajar sehingga sang santri tidak perlu memikirkan soal

uang bayaran atau semacamnya.

Di pesantren yang bertaraf salafi ini yang berada ditengah keramaian

kota bukan hal yang tidak disadari lagi dipesantren ini sudah terkenal didaerah

Solo karna pimpinan pondok pesantren adalah salah satu murid guru besar di

Solo yaitu Alhabib Anis Alm beliau adalah tokoh agama di daerah Solo.

Santri disana sangat dibekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat tidak

hanya saja mengenai kitab-kitab kuning mereka juga dibekali dengan

keterampilan, seperti bermain hadrah atau (rebana) belajar ceramah serta

memahami arti dari tafsir alQuran.

Santri diajarkan dengan bermain rebana atau yang biasa disebut hadrah

dan dimanadidalamhadrah banyak yang menggunakan kalimat shalawat yang

tidak mudah mereka langsung dapat dari Solo untuk memainkannya mereka

menggunakan pukulan yang tidak sama dengan hadrah-hadrah lainnya.

Pesantren Darul Ishlah yang hanya memiliki kurang lebih 200 santri tapi

saat bulan Maulid yang datang ke pondok pesantren Darul Ishlah jamaahnya

bisa mencapai 6000 orang dan dari sekian jamaah tersebut datang dari luar

(17)

mingguan dimanadidalam pengajian tersebut pesantren tidak pernah

mengeluarkan sedikitpun biaya untuk jama‟ah yang sekian banyaknya,

biasanya seusai dari pengajian itu para jamaah disuguhi nasi uduk yang dibagi

rata. Mungkin disitulah nampaknya keberkahan yang diberikan Allah SWT.

Seperti yang dikutip dari kitab Nashoihul „ibad “orang yang alim dan

beramal shaleh akan selalu dihormati dan dimuliakan orang, sedangkan

orang yang bodoh dimana pun akan merasakan kesulitan”3

Beda halnnya dengan pondok pesantren modern di pondok pesantren

salaf ada 3 jenis bentuk pesantren, yang pertama pesantren salaf yang hanya

memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan

membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang

kedua adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode

pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa

memfasihkan bacaanya. Yang ketiga adalah pesantren salaf yang hanya

memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu

kanuragan, namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang

karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan

hal-hal ghaib.

Oleh karena itu kiyai dan pesantren adalah merupakan elemen yang

sangat penting dalam mengarahkan santri-santrinya. Di pondok pesantren

salaf Darul Ishlah seorang kiyai akan sangat dekat dan lebih intens terhadap

santrinya, hal ini yang banyak disadari seorang santri didalam pondokan salaf

3

(18)

jauh lebih hormat dan taat kepada gurunya, santri di pondok salaf akan dapat

perhatian lebih dari figur sang guru (kiyai) mereka.

Pondok pesantren Darul Ishlah adalah suatu pesantren salaf yang

mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri

yang dapat membaca dan memahami kitab-kitab kuning secara baik dan benar

berdasarkan tata cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis

mengangkat hal tersebut dengan judul “ Pola Komunikasi Antara Kiyai dan

Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning didalamPondok Pesantren

Darul IshlahBuncit RayaJakartaSelatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada dasarnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila

didukung oleh pola komunikasi yang baik antara kiyai dan santrinya. Hal

inilah yang hendak diteliti penulis didalam penelitian ini. Agar tidak terlalu

menjalar luas dalam pembahasannya, Maka penulis hanya membatasi terhadap

proses pembelajaran yang dilakukan didalam pondok pesantren darul ishlah,

dan pola komunikasi yang dilakukan kiai didalam kelas kepada santri saat

melakukan proses belajar mengajar.

Adapun rumusan masalah tersebut yang dimasukan didalam penulisan ini

dalam bentuk pertanyaan, yakni:

1. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan

pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan?

2. Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab

(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri

dalam pembelajaran kitab kuning di ponpes Darul Ishlah.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan metode yang berlangsung dalam

penyampaian pembelajaran kitab kuning.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi

atau sebagai perbandingan didalam pengembangan usaha keilmuan yang

sesuai dengan bidangnya, dan juga penelitian ini diharapkan akan

menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi dilembaga pendidikan

Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah

panduan tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan

dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang efektif dan se-efisien

mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan dapat

memberikan sedikit pengetahuan terhadap calon da‟i agar bisa

memperluas pengetahuannya.

E. Metodologi Penelitian

(20)

deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti

berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan

dan kemudian dianalisa untuk kemudian mendapatkan hasil berdasarkan

tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif menitik beratkan kepada data-data

penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan

wawancara.4

1. Tempat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yang berlangsung di

Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi.

Adapun yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini

adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pondok pesantren

di pondok pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. Sedangkan

yang menjadi objek dalam penelitian adalah proses pelaksanaannya.

3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik observasi atau

pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan

mengamati objek yang akan diteliti, yakni program pendidikan

4

(21)

pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah.

b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara

langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di

pondok pesantren Darul Ishlah dengan tujuan mendapatkan keterangan

secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan

pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah sesuai

dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara

wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini untuk memberikan

kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan namun tetap terarah kepada masalah yang diangkat.

c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data

berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun

berbagai arsip-arsip tentang pesantren Darul Ishlah ataupun berbagai

macam karya tulis yang berkaitan dengan bahasan penelitian.

4. Pengolahan Data

Pada bagian ini, keseluruhan data yang didapat dari hasil wawancara di

pondok pesantren Darul Ishlah tersebut dikumpulkan dan disusun

berdasarkan kecocokan dengan rumusan masalahyang telah disusun oleh

peneliti.

5. Analisis Data

Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk

5

(22)

yang lebih mudah dibaca dan di intepretasikan. Dalam penelitian ini,

peneliti mengambil keputusan/kesimpulan yang benar melalui proses

pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil

penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk

menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih

luas.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang

diantarannya adalah:

1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman

agama melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh

Abdul Fatah, tahun 2007. Penelitian ini menemukan bahwa pola

komunikasi yang digunakan dalam pengajian remaja tersebut

menggunakan pola komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi

guna meningkatkan pemahaman terhadap para anggotanya.

2. Pada skripsi terdahulu yang berjudul “Pola Komunikasi kyai dan santri

dalam pengajaran seni baca alquran di pondok pesantren al-Quraniyyah

Pondok Aren”. Yang diteliti oleh mutmainnah tahun 2008. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada objeknya, sedangkan kesamaannya

adalah pada pembahasan mengenai pola komunikasinya.

3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja

(23)

oleh Haidir, tahun 2007. Penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi

kelompok kecil saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak

remaja di wilayah tersebut.

Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis

dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas,penulis menemukan berbagai

metode pembelajaran yaitu ada metode sorongan dan wetonan metode ini

metode yang bisa disebut dengan metode tradisional. Dan juga penulis

menggunakan teori pola komunikasi bintang yang dalam teori tersebut

seorang kiai yang menjadi sentral dalam berjalannya proses pembelajaran.

G. Kerangka Teori

Dimana satu dapat berkomunikasi langsung dengan dua, tiga, empat,

dan lima, garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang

berkomunikasi, dimana satu sebagai titik sentralnya berkomunikasi dengan 5

1

4

2 3

Pola Komunikasi

(24)

yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Pola komunikasi diatas diperkuat oleh

pendapat H.A.W Widjaja. Menurutnya Pola Bintang anggota berkomunikasi

dengan semua anggota, komunikasi ini menghasilkan timbal balik.6

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis

penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam V (lima) bab, yang terdiri

dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola

komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi,

kiyai dan santri, pengertian kiyai, pengertian santri, komunikasi

kiyai dan santri, serta pesantren.

BAB III Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit,

Mampang prapatan, Jakarta selatan. Mengenai tentang histori

berdirinya pesantren, visi dan misi didirikannya pesantren, sistem

pendidikan, struktur pengurus sekaligus pengasuh, serta

program-program yang disediakan.

BAB IV Pola komunikasi kiyai dan santri serta melihat metodepembelajaran

sekaligus proses yang dilakukan seorang kiyai dalam mempelajari

kitab kuning.

6

(25)

BAB V Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saranserta yang

dilengkapi daftar pustaka dan data lampiran yang dianggap

(26)

14

KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI KIYAI DAN SANTRI

Secara umum, pola komunikasi sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat dan

khalayak banyak, dan juga pola komunikasi sangat dibutuhkan untuk proses

pembelajaran bagaimana berkomunikasi, dibawah ini penulis akan paparkan teori

dan defenisi mengenai pola komunikasi dan juga apa itu Kyai dan Santri

A. Pengertian Pola Komunikasi 1. Pola Komunikasi

Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk

atau sistem.7 Cara atau bentuk sehingga pola dapat dikatakan sebagai

contoh atau cetakan. Jadi pola yang ada didalam komunikasi adalah

bentuk dan sistem yang mencakup dalam komunikasi.

Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi “istilah

komunikasi berasal dari bahasa Inggriscommunication yang bersumber

dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran

pikiran. Makna yang sesungguhnya dari communication adalah communis

yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian

tersebut.8

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).h.778

8

(27)

Pendapat yang hampir sama pula yang dikemukakan oleh Astrid S.

Susanto yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang

didalam bahasa latin memiliki arti (berpartisipasi) atau memberitahukan.

dan juga kata communis berarti „milik bersama‟ atau berlaku

dimana-mana.9

Sedangkan menurut terminologi, menurut Onong Uchjana Effendi

komunikasi adalah sebuah jembatan dan juga penyambungan antara satu

orang dengan orang lain guna terlaksananya suatu proses komunikasi,

dalam penjelasannya proses komunikasi ini dapat merubah seorang dan

orang yang menjadi lawan bicaranya baik dalam sifat, prilaku maupun apa

saja yang menjadi kaitan didalam komunikasi. Banyak sekali aspek yang

mendorong seseorang berkomunikasi dengan orang lain hal ini juga

diterangkan komunikasi bisa saja berlangsung dimana saja kapan sajadan

juga terjadi kepada siapa saja, hal inilah komunikasi bisa terjadi secara

langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung

misalnya komunikasi yang menggunakan lisan terjadinya komunikasi

interface dalam komunikasi ini dilakukan dengan cara tatap muka antara

komunikan dan komunikator, sedangkan komunikasi secara tidak langsung

berupa komunikasi melalui media misalkan komunikasi yang dilakukan

seseorang dengan orang lain menggunakan sarana media sebagai alat

untuk menjembatani suatu proses komunikasi maka dari itu disebut

sebagai komunikasi secara tidak langsung.10

9

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),h.67.

10

(28)

Hovland, Janis dan Kelly communication is the process by which

an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of

the individuals. “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus

yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang

lain‟‟.11

Didalam komunikasi suatu proses individu dapat mengubah

stimulus seseorang bisa terjadi karena setiap seseorang yang melakukan

komunikasi secara verbal itu menjadi suatu daya rangsang kepada

seseorang yang melakukan proses komunikasi, dilain hal komunikasi

banyak membawa dampak yang signifikan dan juga dapat membangkitkan

efek yang dapat mengendalikan diri seseorang.

Everett M. Rogers : ”komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka”.12

jadi komunikasi yang dapat

diterima dan juga dicerna dengan baik bisa mengubah dan juga bisa

mempengaruhi seseorang sehingga orang itu dapat bertingkah laku dari

biasanya, misalnya orang berkenegaraan asing yang sudah lama tinggal di

Indonesia dan mentap cukup lama didalamnya dan melakukan sesering

mungkin proses komunikasi dengan bahasa yang berbeda lama-kelamaan

orang asing akan dapat terbawa dengan bahasa yang dimana ia menetap

demi melancarkan proses komunikasi seiring berjalannya waktu.

11

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, h.2

12

(29)

Dari semua definisi yang dijelaskan di atas, bahwa komunikasi

merupakan sebuah pesan. Namun di satu sisi pesan yang disampaikan

dalam komunikasi berbeda antara komunikator ke komunikan dan harus

didasari proses komunikasi yang baik. Penulis menyimpulkan arti dari

pola komunikasi yaitu, bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan

oleh komunikator kepada komunikan dan menghasilkan feedback.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasannya seseorang yang

melakukan komunikasi sejatinya dia mengharapkan agar orang yang

menjadi lawan bicaranya dapat menerima isi pesan yang disampaikan.

pesan

Jadi di antara orang yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi

harus memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang

digunakan untuk berkomunikasi, dan harus seksama mengerti arah apa

yang akan dikomunikasikan, agar apa yangdiharapkan didalam

komunikasi bisa tercapai suatu proses komunikasi yang sempurna

sehingga komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar

dan efektif.

Dari beberapa yang telah terurai oleh para pendapat ahli

komunikasi, dapat difahami bahwa arti sebuah komunikasi adalah

gabungan dari dua kata yaitu pola dan komunikasi, sehingga dapat

dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau

bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada

komunikan. sender

(30)

Jadi esensi didalam komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim

dapat berhubungan bersama satu sama lain dengan penerima guna

menyampaikan isi pesan tersebut.13karna pengirim pesan didalam sebuah

proses komunikasi adala seorang supir jika di ibaratkan karena seorang

pengirim pesan itu adalah yang mengendalikan alur pembicaraan sebuah

komunikasi mau dibawa kemana aksi komunikasi agar menjadi lebih

menarik sehingga penerima pesan akan mudah mendengarkan dan menjadi

lawan bicara yang aktif jika halnya pengirim pesan mengutarakan dengan

hal yang pasti misalnya, suara yang jelas dan juga tata bahasa yang mudah

dimengerti.

Namun supaya lebih terperinci lagi mengenai teori komunikasi di

sini menurut Stewart L. Tubbs da Silvia Mass, di sini adalah ciri-ciri suatu

proses komunikasi yang efektif memiliki sebuah fase dimana agar sebuah

komunikasi bisa berjalan dengan sempurna dan keduanya bisa memaknai

sebuah komunikasi yang berjalan, yakni:

a. Pengertian. penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang

dimaksud oleh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator

dapat menerapkan metode dalam upayameningkatkan pemahaman

tentang kegiatan tersebut. Suatu komunikasi bisa dianggap berhasil

apabila keduanya maksud keduanya antara pembicara dan juga

penerima pesan berhasil mengerti apa yang dibicarakan apa yang

disampaikan dan juga apa yang bisa menjadi makna dalam suatu

proses didalam komunikasi.

13

(31)

b. Pesan Yang disampaikan oleh komunikator, di sini pesan sangatlah

penting untuk melakukan sebuah proses komunikasi, karena pesan

adalah sebuah makna didalam pembicaraan yang akan berlangsung

untuk melaksanakan komunikasi, pesan juga adalah hal yang penting

apabila penyampaian pesan kurang jelas akan berakibat komunikasi

tidak berjalan sempurna. Contohnya seseorang yang melakukan

komunikasi dengan dua orang yang berbeda satu sama lain dari segi

latar belakangnya, akan sulit menerima pengertian dan pesan yang

akan disampaikan oleh keduanya akan sulit dicerna karena keduanya

tidak menguasai makna dari kedua bahasa itu.

c. Kesenangan menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta

menyenangkan. Maksud di sini adalah terjadi hubungan yang hangat

apabila sejak dimulainya pembicaraan terjadi sebuah kenyamanan

dalam pembicaraan dan juga proses penyampaiannya baik sehingga

penerima pesan akan nyaman dalam menerima pesannya.

d. Mempengaruhi sikap dapat merubah sikap orang lain sehingga

bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa

dalam berkomunikasi.

e. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal berinteraksi

dan komunikasi karena suatu hubungan yang setidaknya baik akan

membawa alur kepada hubungan yang baik dalam hal bersosialisai.

Karena ini bisa timbul jika seseorang melakukan interaksi dengab

(32)

f. Tindakan membuat komunikan melakukan sebuah tindakan yang

sesuai dengan stimuli. Rangsangan itu juga bisa menjadi sebuah

tindakan jika seseorang melakukan komunikasi dengan penuh

emosional dalam segi kepribadiannya.14

2. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendi didalam bukunya yang berjudul:

ilmu komunikasi teori dan praktek ” pola dan bentuk komunikasi terdapat

empat macam, yaitu komunikasi personal (intrapersonal dan

interpersonal), komunikasi kelompok (besar dan kecil).15

Komunikasi personal disini dibagi menjadi dua bagian yaitu antara

komunikasi intrapersonal dan juga interpersonal yakni pengertiannya

sebagai berikut,

a. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal yang dibagi menjadi dua kata intra dan

personal inra sendiri yang berarti didalam sedangkan personal yaitu diri

sendiri jadi pengertian keseluruhannya adalah komunikasi yang dilakukan

didalam diri sendiri, yang berperan sebagai sender(komunikator) sekaligus

berperan juga sebagai receive(komunikan), memberikan mpan balik pada

diri sendiri dan kemudian berkelanjutan. Contoh dalam kehidupan

sehari-hari misalnya sedang berdoa, bersyukur, ngelamun dan juga menghayal.

b. komunikasi interpersonal

komunikasi interpersonal di bagi menjadi 2 bagian kata yaitu, inter

14

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ; Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th. 2007), cet.ke-24,h.16

15

(33)

yang berarti luar dan personal sendiri adalah dirinya, jadi komunikasi

interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara

dua orang atau lebih yang mempunyai peran yang berbeda. Ada yang

berperan sebagai sender dan juga sebagian lain berperan sebagai receive,

dan feedback juga dapat diterimaoleh sender dan juga receive. Contoh dari

komunikasi adalah: pidato, ngobrol biasa, dll. Komunikasi interpersonal

sebagai alat komunikasi antara orang dengan orang lain yang sendiri

secara pribadi. Komunikasi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan

efek dan umpan balik atau feedback yang langsung.16 Pada hakikatnya

komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan

seorang komunikan.17 Komunikasi interpersonal, dianggap paling efektif

dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang. Karena

sifat dialogis, berupa percakapan dan umpan balik bersifat langsung secara

tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat langsung diketahui.18

Dan untuk lebih memahami tentang komunikasi interpersonal lebih

dalam, akan lebih baik seorang komnikator megetahui ciri dari berbagai

faktor penting didalam komunikasi interpersonal yaitu:

Pertama, Komunikasi berlangsung secara terbuka, berbentuk percakapan

dan juga tanya jawab sehingga komunikator dapat mengetahui segalanya

mengenai diri komunikan, semua hal yang ingin diketahui dapat terungkap

16

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), Cet. Ke-1, h.72.

17

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.77.

18

(34)

di sini ini yang dimaksudkan dalam komunikasi yang beralur dialogis.19

Kedua, Komunikasi berlangsung secara tatap muka, saling berhadapan dan

saling menatap satu sama lain, sehingga komunikator dapat melihat

sekaligus memperhatikan ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku yang

merupakan umpan balik non verbal.20 Dengan ciri tersebut komunikasi

intrapersonal dinilai mengena dan tepat langsung menuju apa yang ingin

dicari didalamnya seperti seputar informasi dan juga sikap dan prilaku.

Kadang banyak sekali cara yang dilakukan dengan berkomunikasi banyak

yang hanya bertanya melalui media serasa itupun tidak akan cukup untuk

mendapatkan hasil yang valid dari apa yang ingin diketahui, tetapi dengan

proses komunikasi yang terjadi secara langsung menggunakan metode

tatap muka seperti ini merupakan salah satu hal yang ampuh dalam

mengorek semua informasi yang ingin didapatkan.

Adapun dalam proses pendidikan dan pengajaran, komunikasi yang

berlangsung di sini melibatkan antara kiyai dan santri didalam pondok

pesantren dan dalam proses komunikasi yang terjadi melakukan tahapan

dengan metode tatap muka pada saat menjalankan program pengajian

kitab kuning. Maka dalam proses atau metode tatap muka ini dibagi

kedalam tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi kelompok kecil,

komunikasi interpersonal dan komunikasi intruksional.

1. Komunikasi Kelompok Kecil

kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi

komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara

19

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78.

20

(35)

verbal. Dengan kata lain komunikasi kelompok komunikasi

komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan salah

satu anggota kecil.21

Komunikasi tipe kelompok kecil kurang efektif dalam

mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan, karena dari setiap

komunikan tidak mungkin dikuasai oleh komunikator seperti halnya

pada komunikan komunikasi interpersonal. Komunikasi kelompok

kecil lebih bersifat rasional dalam menerima pesan yang disampaikan

oleh komunikator, komunika menanggapinya dengan lebih banyak

menggunaka pikiran dari pada perasaan. Mereka sempat menanyakan

pada dirinya mengenai benar tidaknya apa yang diucapkan oleh

komunikator kepadanya itu, dalam situasi komunikasi seperti itu,

pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mengarahkan kepada

rasio komunikan bukan pada emosi.22

2. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang

karena jumlahnya yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak

mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.

Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan

kepada afeksi (perasaan) komunikan dan prosesnya berlangsung

secara linier. Jadi dapat dikatakan dalam komunikasi kelompok besar

ini kontak pribadi sulit sekali dilakukan. Komunikator didalam

21

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.88. 22

(36)

komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan

tanggapannya bersifat emosional. Contoh: seperti halnya didalam

sebuah kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye

dilapangan (bersifat non formal).

C. Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang

pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata

instruction yang berarti penyajian, pelajaran atau perintah juga bisa

diartikan instruksi. Komunikasi ini berupa komunikasi formal yang

dilakukan didalam bidang kependidikan yang harus diterapkan hanya

disekolah menggunakan bahasa-bahasa yang baik dan juga bahasa

yang penuh dengan makna.

Didalam dunia pendididkan, kata instruksional tidak diarttikan

perintah tapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni

pengajaran atau pelajaran, bahkan sekarang-sekarang ini dapat juga

diarttikan sebagai pembelajaran. Memang saja ketiga arti kata tersebut

bisa berlainan makna karena masing-masing menitik beratkan kepada

faktor-faktor tertentu yang bahkan menjadi perhatiannya, namun disisi

lain hal ini cenderung bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan

proses sebuah komunikasi dengan baik komunikasi intruksional ini

bisa digunakan atau diterapkan dikalangan sekolah sebagai metode

(37)

bisa terjalin hubungan yang akademis. 23

H.A.W. Widjaja menyatakan didalam bukunya “ilmu komunikasi

pengantar studi” ada empat pola komunikasi, yaitu:24

1) Pola Roda

Pola roda itu yang berarti pola yang mengarahkan seluruh

infomasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.

Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan

memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggotan

lain. Dalam pola komunikasi jenis roda ini lebih menitik beratkan

kepada posisi pusat yaitu posisi (A) yang menjadi peran untuk

menggerakan sekaligus menjadi ujung tombak dari pelaksanaan

proses komunikasi dalam pola roda ini.

B

E A C

D

Gambar 1.1 Gambar pola roda H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa seseorang

berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam

pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah

tanpa adanya interaksi. Dan juga komunikasi ini bertumpu pada

satu orang yang dititik beratkan kepada (A)

23

Mudhofir, Teknologi Instruuksional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001), h.9.

24

(38)

2) Pola rantai

Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima

tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi

sistem arus keatas (Upward) dan ke bawah (downward), yang

artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando)

balik ke atas atau ke bawah tanpa tejadinya suatu penyimpangan.

Pengertiannya adalah seseoang berkomunikasi (A) dengan orang

lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).

A B C D E

Gambar 1.2: Gambar pola rantai H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Penjelasannya dalam pola komunikasi rantai ini adalah satu

sama lain antara titik A dan B dan seterusnya saling menyambung

demi tercapainya dan tersambungnya suatu proses komunikasi. Ini

bisa diliat dari jenis gambar yang yang mendatar dan menuntuk

secara berurutan dari titik A sampai titik E.

3) Pola Lingkaran

Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan

dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi

(E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A). Sejatinya alur

komunikasi pada pola lingkaran adalah memutar dan tidak putus

terlihat komunikasi pada titik A dan memutar ke titik E dan titik E

(39)

A

B E

C D

Gambar 1.3: gambar pola lingkaran H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Dalam pola komunikasi ini tidak tedapat pemimpin.

Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk

berkomunikasi dengan oang yang berada disisi mereka,

komunikasi ini terjadi bisa dengan kelompok dan mendekatkan

pada komunikasi bermusyawarah.

4) Pola bintang

Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua

anggota. Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola

lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan

dalam berkomunikasi satu sama lain.25

A

B E

C D

25

(40)

Gambar 1.4: gambar pola bintang H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Komunikasi dengan pola bintang seperti ini menunjukan

bahwasannya semua orang yang ada didalamnya dapat dan

mempunyai hak untuk berkomunikasi satu sama lainnya agar bisa

saling tercapai dengan baik maka semua saling berkomunikasi

sehingga tidak ada orang yang terpaku didalamnya atau tidak ada

orang yang di pusatkan dalam pola komunikasi bintang ini

semuanya bisa berbaur dan bisa saling bertukar pikiran dan bisa

saling berkomunikasi.

3. Proses Pola Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Dalam hal ini ada dua proses komunikasi, yaitu:

Proses komunikasi tatap muka dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling

berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini

komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara

langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga

komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat

mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau

(41)

Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka

arus balik atau feedback terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan

balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator.

Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan

terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

Proses komunikasi bermedia komunikasi bermedia (mediated communication) salah satu proses komunikasi yang bisa dilakukan dari

jarak jauh dengan menggunakan suatu alat atau media sebagai sarana

menyampaikan informasi, dengan proses dan bantuan media seperti ini

akan lebih praktis dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi proses

komunikasi ini kurang bisa mendapatkan informasi secara signifikan karna

prosesnya secara tidak langsung, akan sulit mengetahui hasil informasi

yang sebenar-benarnya.

Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung

(indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun

tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak

mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab

itu dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media,

komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya

sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam

hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus

mengetahui sifat komunikan yang akan dituju dan memahami

sifat-sifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan

(42)

orang, bisa pula sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan

banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi

media massa dan media nirmasa.26

4. Unsur-Unsur Komunikasi

Proses komunikasi yang pada hakekatnya sebagai proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Pikirang yang berupa gagasan, ide, informasi, statment dan

lain-lain yang muncul dari benak atau perasaan yang berupa keyakinan,

kepastian, kekhawatiran dan sebagainya yang muncul dari dalam lubuk

hati kita. Dari berbagai macam definisi-definisi diatas nampak jelas adanya

unsur-unsur yang mencakup dalam terjadinya proses berkomunikasi. Yang

mana unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikator

Komuniator bisa disebut juga sebagai penyampai pesan

sebagaimana pengertiannya komunikator orang yang berperan sebagai

sender yaitu orang yang mengirim pesan kepada pendengar atau

penerima pesan reciver, komunikator juga salah satu aktor yang

berperan dalam proses terjadinya suatu komunikasi ia juga sebagai

pemulai dari awal atau pembuka pembicaraan. Untuk itu seorang

komunikator harus terampil dalam mengolah kata agar si penerima

pesan menarik mendengarkannya sekaligus efektif dalam hal merespon

pesan yang sampai.

26

(43)

Syarat-syarat yang sangat diperlukan oleh komunikator, yakni:27

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, di sini yang

dimaksud syarat menjadi komunikator yang baik seorang

komunikator harus mempunyai kemampuan bicara yang baik, dan

mempunyai daya tarik agar apa agar bisa membawa alur dalam

komunikasinya

2) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan memiliki

komunikasi yang baik maksudnya seorang komunikator harus jelas

secara lican dan pembacan setiap kata agar setiap komunikan yang

diajak bicara dapat menerima pesan dengan baik dan juga jelas

agar tercapai sebuah komunikasi yang elegan.

3) Mempunyai pengetahuan yang luas, pengetahuan yang luas juga

sangat dibutuhkan untuk komunikator yang ingin membahas

sesuatu kepada seorang komunikan. Misalnya seorang

komunikator sedang melakukan diskusi atu menjelaskan suatu

produk ia harus mengetahui inti dari bahasan dan pengetahuan

tentang apa yang akan dijelaskan kepada para komunikan lainnya.

4) Memiliki daya tarik sebagai aspek tambahan agar seorang

komunikator lebih dilihat dan menonjol akan penampilannya,

dilain hal dengan penampilan yang rapih dan mempunyai ciri khas

mengandung daya tarik yang luar biasa sehingga komunikan yang

akan berkomunikasi merasa nyaman dengan komunikator.

27

(44)

5) Mengenal diri sendiri adalah hal yang mendasar kita tidak bisa

memahami diri seseorang sebelum mengenal diri kita sendiri, oleh

karena itu dengan kita mempelajari kepribadia dalam diri kita kita

bisa tau batasan apa saja yang tidak boleh dilampaui pada saat

berkomunikasi agar tidak membuat kecewa komunikan.

6) Memiliki kekuatan dan semangat sehingga apa yang ingin

dikatakan memiliki power dan tidak lemah dalam membalas kata

dengan komunikan seperti sedang berdiskusi memiliki semangat

adalah modal utama dan juga kekuatan dalam berfikir kearah yang

lebih ilmiah.

Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya

seorang yang akan menjadi komunikator harus bisa memposisikan

dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya.

b. Pesan

Pesan merupakan salah satu isi dari apa yang akan disampaikan

tanpa adanya suatu pesan komunikasi yang berlangsung tidak akan

terjaga, karena pesan ini adalah keseluruhan dari apa yang

disampaikan dan juga sebagai komponen penting didalam

berkomunikasi. Pesan juga harus memiliki intisari daripada isi yang

akan di perbincangkan antara komunikator dan komunikan,

penyampaian pesan dapat dilakukan secara langsung melalui lisan dan

secara tidak langsung media.

(45)

Pertama, Informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan

kemudian komunikan mengambil kesimpulannya sendiri. Kedua,

Persuasif yaitu dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan

kesadaran seseorang bahwa yang akan kita sampaikan akan

memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan

namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. Ketiga, Koersif yaitu

dengan menggunaka sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitas,

yakni denhan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin

diantara sesamanya dan pada kalangan publik.28

c. Media

Media merupakan salah satu wadah atau tempat untuk dapat

menyalurkan dan sekaligus menjadi alat yang menjembatani

komunikator dan komunikan berinteraksi, tanpa adanya media sebagai

alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi jarak jauh akan sulit

menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Pesan melalui

media ini sangat praktis dan efisien bisa menjangkau semua wilayah

dan tempat akan tetapi ada kekurangannya akan sulit mendapat

informasi secara langsung dan konkrit.

d. Komunikan

Komunikan adalah seorang yang menerima pesan dari

komunikator. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang mengolah

pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Jadi seorang komunikan

28

(46)

akan mengolah setiap apa yang dilontarkan kepada komunikator tapi

tidak semua yang dilontarkan oleh komunikator akan diolah oleh

komunikan bisa juga sebailknya.

e. feedback

Feedback merupakan salah satu dampak atau hasil sebagai

pengaruh pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek

atau dampak tertentu pada komunikan. Apabila seseorang atau

kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi ini

melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau

memperoleh kesepakatan bersama.29 Dampak yang akan ditimbulkan

dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu;

Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan dari daya

rangsang otak yang membawa komunikan menjadi lebih tau karna

kemampuan berfikir yang baik dari area kognitifnya. Dampak Afektif,

yaitu dampak yang menimbulkan perasaan tertentu dan tergugahnya

hati seorang komunikan, misalkan perasaan iba, atau rasa kasian

kepada seseorang, dampak ini yang membawa kepada daya perasaan

dan sekaligus bisa merasakan apa yang telah dirangsang dapat dicerna

melalui perasaan yang ditimbulkan. Dampak Behavior, dampak yang

paling tinggi tensinya, yaitu dampak yang timbul pada komunikan

29

(47)

dalm bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.30

5. Teori Pola Komunikasi

Dalam komunikasi ada beberapa teori yang ada. Harold D.

Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University, telah menghasilkan

suatu pemikiran mengenai komunikasi yang dituangkannya dalam bentuk

paper yang kemudian dimuat dalam buku The Communcation Ideas,

suntingan Lyman Bryson. Lasswel menyatakan bahwa cara yang terbaik

untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan”

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?‟‟

a. Who? Siapa komunikatornya?

b. Says What? Pesan apa yang disampaikan?

c. In Which Channel? Media apa yang digunakan?

d. To Whom? Siapa komunikannya?

e. With What Effect? Efek apa yang diharapkan?31

Rumus Lasswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai

teori lainnya. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen

komunikan. untuk membahas ini dapat dipergunakan teori Melvin L.

Defleur. Dalam bukunya yang berjudul Theories of Mass Communication,

ia mengemukakan empat teori yang masing-masing disebut Individual

Differences Theory, Social Categories Theory, SocialRelationship Theory

dan Cultural Norms Theory.

30

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h.7.

31

(48)

a. Individual Differences Theory

Teori ini menyatakan khalayak yang secara selektif memperhatikan

suatu pesan komunikasi, khususnya paabila bersangkutan dengan

kepentingannya, akan sesuai sikapnya, kepercayaannya, dan

nilai-nilainya.

b. Social Categories Theory

Asumsi dasar dari teori Melvin L. Defleur yang kedua ini ialah

bahwa kendatipun masyarakat modern bersifat heterogen, orang yang

mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup

tradisional yang sama.

c. Social Relationship Theory

Teori yang ketiga, Social Relationship Theory adalah Two Step

Flow of Communication telah diketengahkan oleh Paul Lazarsfeld dan

rekan-rekannya yang terkenal itu. menurut teori tersebut, sebuah pesan

komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada

sejumlah perorangan yang terang-terangan, dan dinamakan “pemuka

pendapat”. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi diteruslakn

melalui saluran antar persona (dari mulut ke mulut), kepada

orang-orang yang kurang keterpekaan media.

d. Cultural Norms Theory

Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa,

melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu,

menciptakan kesan-kesan kepada khalayak bahwa norma budaya yang

(49)

komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce

existing patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk ercaya bahwa

suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.32

B. Definisi Pesantren

Pesantren adalah sebuah tempat atau surau yang mengajarkan dan

membimbing seseorang menjadi lebih baik dan mengerti akan agama, banyak

model pesantren dan pesantren dibagi menjadi 3 jenis pesantren salaf

pesantren yang Pertama, pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode

pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari

semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang Kedua, adalah pesantren salaf

yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri

diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang Ketiga, adalah

pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan

mempelajari serangkaian ilmu kanuragan namun dijaman modern ini

pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia

sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib.

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan IslamIndonesia yang

bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan

sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun

yang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim.

Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut

32

(50)

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung,

pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi

masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin

bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni

atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.

Kategori pesantren bisa diteropong dari berbagai perspektif, yaitu: dari

segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan

terhadap perubahan, dari sudut sistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya,

Arifin menggolongkannya menjadi pesantren modern, pesantren

tahassus(tahassus ilmu alat, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir/hadits, ilmu tasawuft

hariqat, dan qira’at al-qur‟an) dan pesantren campuran.33

C. Pengertian Kyai dan Santri 1. Pengertian Kyai

Pengertian Kyai dalam kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebuah

sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam),

sedangkan dalam sebuah pesantren, Kyai adalah pembimbing, pengajar,

atau seorang pimpinan salah satu pesantren.

Kyai menurut Manfrediemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan hidupnya demi Allah serta menyebar luaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kiyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya dia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu

33

(51)

memberikan nasehat.34

Istilah seorang Kyai adalah sebutan yang diperuntukan bagi para

ulama radisional di pulau jawa, walaupun sekarang banyak Kyai yang

sudah tersebar di pulau jawa dan juga di luar pulau jawa.35 Menurut asal

muasalnya, sebagaimana dirinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan

Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda.

Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua

pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat

kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi seorang

pimpinan di pondok pesantren.36

Dalam perkembangannya, gelar seorang Kyai dewasa ini tidak lagi

digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja.

Gelar Kyai pun dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada

seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya,

walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar Kyai ini juga

sering digunakan oleh para Da‟i atau mubaligh yang biasa memberikan

ceramah agama Islam.37

2. Pengertian Santri

Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang

mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh,

34

Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M, 1986), h.131

35

Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai pesantren-kyai langgar jawa,

(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, h.13

36

HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.28

37

Gambar

GAMBARAN UMUM DAN PROFIL
Table 3.1
Gambar 1.1  Gambar pola komunikasi roda  .....................................................
Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bidang PBB & BPHTB Bidang Pajak Daerah & Pendapatan Lain- lain Subbag Umum & Kepegawaian Bidang Anggaran UPT Bidang Akuntansi & Perbendaharaan Seksi

Oleh karena itu apabila review dalam video reaction disangkut pautkan terhadap hak moral menurut penulis tidak melanggar hak cipta dari hak moral pencipta video asli

yaitu tipe manusia yang kurang mampu mempertajam nalar kritisnya terhadap dirinya sendiri. Begitupun mereka tak lagi kritis memandang kebenaran-kebenaran yang

Baru ada petunjuk dari rasa ( aji pang roso ), pendengaran ( aji pang rungu ), penglihatan ( aji pang ndulu ) yaitu petunjuk dari Allah diperintah mengamalkan ini

1) Prakonsepsi atau konsep awal siswa.. Siswa telah memiliki konsep awal atau prakonsepsi sebelum masuk ke dalam kelas. Prakonsepsi yang dimiliki siswa berasal dari

Lehti- ja tähkälaikku ruskolaikku, 0% ei oireita 0,1% 1 laikku / 10 versoa 1% 2 pientä laikkua / verso 5% pieniä laikkuja, jotka vähitellen muodostavat lehden läpäisevän kuolion 10%

Cuma kemudian Bapak juga harus memikirkan, karena hanya dengan kata tembakau saja seolah-olah kemudian ini tidak benar kalau menyebut tembakau sebagai zat adiktif dengan

Zaman, dkk (2008: 4), menjelaskan bahwa dengan penggunaan media kartu angka dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dapat mengoptimalkan potensi kognitif, hal ini