IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS PADA TAHU
PASAR TRADISIONAL DI DAERAH CIPUTAT
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Nur Rohimah Fuad
NIM : 1111103000021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS
PADA TAHU PASAR TRADISIONAL DI DAERAH CIPUTAT”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Zeti Harriyati, M.Biomed dan dr. Alyya Siddiqa, SpFK, selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan mengarahkan selama proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.
4. Ibu Endah Wulandari, M.Biomed dan Ibu Yulianti, S.Si, M.Biomed, serta Ibu Suryani dan Ibu Ai yang sangat membantu dalam kelancaran penelitian ini.
vi
6. Teman-teman seperjuangan Riset Ice Cream Muflikha Mayazi, Nurhabibah Edriana, Hanindyo Riezki, Rahman Aji, Faisal Rahman dan Pendukung lainnya Niken Nurul Paramesti, Nur Zaki Hanifah, Lara Sofhy Wahyuni, Vania Utami Putri serta teman seangkatan PSPD 2011, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan sukses menjadi Dokter Muslim Sejati.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Peneliti menyadari laporan penelitian ini jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 15 September 2014
vii ABSTRAK
Nur Rohimah Fuad. Pendidikan Dokter. Identifikasi Kandungan Boraks pada Tahu pasar Tradisional di Daerah Ciputat. 2014.
Dilakukan penelitian analisis kandungan boraks pada tahu pasar tradisional di daerah Ciputat. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan penetapan kadar boraks, menggunakan metode kualitatif dengan uji kertas kunyit dan kuantitatif dengan titrasi asam-basa. Sampel diambil secara purposif pada tahu yang dijual di Pasar Ciputat, Pasar Cimanggis dan swalayan-swalayan. Berdasarkan hasil penelitian, secara kualitatif tidak terdeteksi adanya kandungan boraks pada 9 sampel tahu dan dengan pengujian kuantitatif diperoleh kadar terendah 103,05 ± 10,44 ppm dan kadar tertinggi 123,66 ± 10,44 ppm. Kesimpulan penelitian ini adalah uji kertas kunyit kurang sensitif dalam mendeteksi boraks secara kualitatif.
Kata kunci : Tahu, Boraks, Kunyit, Titrasi Asam-Basa
ABSTRACT
Nur Rohimah Fuad. Medical Education. Identifying The Borax in Tofu at The Traditional Market of Ciputat. 2014.
The study of borax in tofu at the traditional market of Ciputat has been done. It is a descriptive study to identify and determine the content of borax. The method used in this study is the qualitative method by turmeric paper test and quantitative with acid-base titration. The tofu samples were taken purposively at Ciputat Market, Cimanggis Market, and supermarket nearby. The result of the qualitative analysis showed that the borax content were undetected in all of the nine samples. The quantitative result showed that the tofu contained borax with the lowest level was 103,05 ± 10,44 ppm, and the highest level was 123,66 ± 10,44 ppm. The conclusion of this study is that the turmeric paper test has less sensitivity in detecting borax qualitatively.
viii
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ... 3
2.1.2.1 Sifat dan Karakteristik... 7
2.1.2.2 Kegunaan Boraks ... 8
2.1.2.3 Farmakokinetik ... 8
2.1.2.4 Bahaya Boraks ... 9
2.1.2.5 Cara Analisis ... 10
2.1.3 Titrasi ... 10
2.2 Kerangka teori ... 12
2.3 Kerangka konsep ... 13
2.4 Definisi operasional ... 13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ... 14
3.2 Waktu dan tempat penelitian ... 14
3.3 Bahan pengujian ... 14
3.4 Alat dan bahan penelitian ... 14
ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ... 17
4.2 Pembahasan ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Kunyit (Curcuma longa L.) ... 24
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Boraks Pada Tahu Secara Kualitatif ... 25
Lampiran 3. Hasil Identifikasi Boraks Pada Tahu Secara Kuantitatif ... 27
Lampiran 4. Grafik Hasil Identifikasi Boraks Pada Tahu Menggunakan Titrasi Asam Basa ... 28
Lampiran 5. Hasil Uji Presisi Tahu Daerah Ciputat ... 29
Lampiran 6. Foto Preparasi Sampel ... 30
Lampiran 7. Foto Uji Kertas Tumerik... 31
Lampiran 8. Foto Alat Dan Bahan Titrasi ... 33
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Makanan dari olahan kedelai yang sering dikonsumsi di Indonesia adalah tahu. Proses pembuatan tahu dilakukan dengan cara menggumpalkan menggunakan bahan-bahan tertentu. Bahan yang biasa digunakan untuk menggumpalkan tahu adalah garam CaSO4 atau yang biasa disebut batu tahu. Beberapa penyimpangan yang dilakukan produsen dalam pembuatan tahu adalah penambahan boraks. Menurut Preventive and Care (PNC) Medical Center melaporkan bahwa boraks digunakan sebagai campuran pada tahu untuk mendapatkan bentuk yang bagus, kenyal, tekstur padat atau tidak mudah hancur.1
Boraks merupakan suatu bahan kimia berbentuk kristal berwarna putih dengan rumus kimia Na2B4O7.10H2O. Boraks digunakan pada industri kaca, porselin, alat pembersih, bahan pestisida, dan bahan pengawet lainnya. Selain itu di bidang kedokteran boraks juga digunakan untuk antiseptik, bahan pembuatan salep, dan obat pencuci mata. Pada beberapa laporan penelitian melaporkan boraks telah digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan seperti bakso, mie, lontong, kerupuk, dan tahu. Penambahan boraks bertujuan untuk memberikan tekstur padat, meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, dan memberikan rasa gurih serta bersifat tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati. Dan makanan tersebut dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun di swalayan-swalayan.2,3,4
2
di Medan dihasilkan bahwa 80% dari sampel yang di periksa mengandung boraks dengan kadar berkisar antara 0,09-0,29%. 5,6,7
Konsumsi boraks berlebih dengan kadar mencapai 2 g/Kg dapat menyebabkan keracunan, dengan gelaja antara lain : iritasi kulit dan saluran pernapasan; gangguan percernaan seperti mual, muntah persisten, nyeri perut dan diare; dan gejala keracunan yang berat dapat menyebabkan ruam kulit, penurunan kesadaran, depresi napas bahkan gagal ginjal. Penelitian di Malaysia tahun 1988 kasus keracunan boraks pernah dilaporkan setelah mengkonsumsi mie, juga di Bengkulu tahun 2011 dikabarkan warga keracunan makanan yang diduga mengandung boraks. Oleh karena efek toksisitasnya, banyak negara yang telah melarang penambahan boraks pada makanan seperti Inggris, Thailand, China, Malaysia, terutama di Indonesia, sehingga Pemerintah mengeluarkan peraturan larangan penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/Per/IV/2012. 8,9
Selain efek toksisitasnya, boraks juga memiliki efek yang lebih berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka panjang seperti depresi sirkular, takikardi, sianosis, kejang hingga koma. Beberapa penelitian pada hewan melaporkan boraks dengan konsentrasi 6.700 ppm dapat menurunkan kuantitas sperma dan atrofi testis sehingga mengakibatkan terjadinya infertilitas pada pria. Selain itu, juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, kelainan kutaneus dan retardasi pertumbuhan serta toksisitas pada embrio atau fetus.10
Deteksi boraks telah banyak dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif seperti: uji nyala api, uji kertas kurkuma, titrasi volumetrik maupun spektofotometri. Telah dipublikasikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (2013) bahwa identifikasi kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kunyit yang kemungkinan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dirumah.11
3
kurkumin. Pada penelitian Halim (2012) dilaporkan kurkumin dapat berikatan dengan asam borat yang kemudian akan membentuk komponen rososianin berwarna merah sehingga dapat digunakan sebagai uji deteksi boraks.12,13
Sejauh ini di daerah Ciputat belum ada penelitian atas makanan khususnya tahu yang mengandung boraks yang di publikasikan, karena hal tersebut sehingga perlu di lakukan penelitian terhadap tahu yang dijual di pasar tradisional dan swalayan yang dekat dengan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah tahu yang dijual di pasar tradisional di daerah Ciputat mengandung boraks?
Untuk mengetahui kadar kandungan boraks pada tahu yang terdeteksi mengandung boraks.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan.
Menambah wawasan serta pengalaman Penulis dalam melakukan studi penelitian.
4
1.4.2 Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Memajukan FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan mempublikasikan penelitian ini.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat cara sederhana dalam deteksi boraks pada makanan. Memberi informasi agar masyarakat lebih berhati-hati dalam membeli
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tahu
Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai (Glycine max), berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Dibuat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara mengendapkan protein.14
Gambar 2.1. Tahu (Sumber : http://google.co.id)
6
Tabel 2.1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
No. Zat Gizi Kandungan
(Sumber : Isyuniarto. 2006 )
Tabel 2.2. Kandungan gizi per 100 gram tahu Komposisi Gizi Kadar per 100 gram
7
Proses pembuatan tahu dilakukan dengan cara merendam kedelai selama 4 sampai 12 jam untuk memudahkan pengelupasan kulit. Kedelai yang telah dikupas kulitnya kemudian direndam kembali selama 30 sampai 45 menit untuk memudahkan pemisahan kulit dan bahan lain yang masih menempel pada kedelai. Kedelai yang bersih digiling dengan penambahan air sebanyak 8 sampai 10 kali jumlah kedelai yang diolah.
2.1.2 Boraks
2.1.2.1Sifat dan Karakteristik
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat atau garam boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3). Nama lainnya adalah bleng, pijer, atau gendar. Jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat, dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat.2
Gambar 2.2. Boraks (Sumber : http://google.co.id)
8
Gambar 2.3. Rumus bangun Boraks-anhidrat (Na2B4O7)
(Sumber: IPB)
2.1.2.2Kegunaan Boraks
Boraks digunakan dalam industri gelas, bahan pelapis kayu tahan air, semen, pelicin porselin, alat pembersih, pengawet, dan pembasmi semut. Dalam dunia medis boraks digunakan sebagai antiseptik.3
Alasan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan karena asam borat dapat menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme, sehingga makanan tetap segar dan tahan lama. Selain itu menurut Yiu et al. (2008), asam borat yang ditambahkan pada makanan pati dapat mengontrol gelatinasi zat tepung, sehingga dapat meningkatkan ketajaman warna, tekstur dan cita rasa makanan.8
Di masyarakat, Boraks atau bleng atau pijer biasanya digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan berikut ini: 15
- Karak/lempeng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuat gendar (adonan calon kerupuk)
- Mie
- Lontong dan ketupat, sebagai pengeras - Bakso, sebagai pengawet dan pengeras - Kecap, sebagai pengawet
- Cenil, sebagai pengeras
- Daun singkong pada Masakan Padang, agar lebih cepak masak serta daun tidak cepat menghitam dan tetap segar
2.1.2.3Farmakokinetik
9
yaitu lebih dari 90% dari dosis yang diberikan. Boraks tidak dapat diabsopsi melalui kulit yang intak. Absopsi perkutaneus pada kulit yang intak sangat lambat, yaitu sekitar 0,2% dari seluruh dosis yang diberikan dalam 24 jam.16
Boraks didistribusi ke seluruh tubuh melalui jaringan lunak dan tidak dimetabolisme dalam tubuh. Boraks dalam bentuk asam borat diekskresi hampir 90% melalui urin, dan memiliki waktu paruh kira-kira 13 jam.16
2.1.2.4Bahaya Boraks
Bahaya utama terhadap kesehatan adalah iritasi saluran pernapasan, kulit dan mata. Organ sasaran diantaranya darah, ginjal, jantung, sistem saraf pusat, hati, limpa, sistem pencernaan, mata, sistem reproduksi, dan kulit.4
Paparan jangka pendek terhadap boraks dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, konjungtivitis, eritema dan macular rash, mengiritasi saluran pencernaan dan menyebabkan mual, muntah, diare serta kram perut. Pada dosis yang besar dapat menyebabkan takikardia, sianosis, delirium, kejang-kejang dan koma. Kematian telah dilaporkan terjadi pada orang dewasa dengan dosis 5 sampai 20 gram/KgBB.
Paparan jangka panjang terhadap boraks jika kontak dengan kulit menimbulkan kerusakan kulit lokal dan dermatitis. Secara oral dapat mengakibatkan efek sistemik, seperti mual dan muntah persisten, jika terabsorpsi menyebabkan gangguan sistemik, depresi sirkulasi darah, syok, dan koma.
10
(kronik) pada hewan dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, kelainan kutaneus, dan memperlambat pertumbuhan.8
Karena efeknya yang sangat berbahaya bagi kesehatan maka Pemerintah mengeluarkan peraturan larangan penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/Per/2012 tentang Bahan Tambahan Makanan, mengatakan bahwa boraks termasuk bahan yang berbahaya dan beracun (B3) sehingga tidak boleh digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan.9
2.1.2.5Cara analisis
Beredarnya boraks di pasaran membuat para peneliti melakukan beberapa cara untuk mendeteksi adanya kandungan boraks di dalam makanan, mulai dengan cara sederhana meneteskan air kunyit atau uji kertas tumerik sampai cara yang kompleks seperti uji nyala api, uji warna kertas tumerik, uji kertas kurkumin, dengan sentrifugasi maupun pengabuan, serta titrasi volumetrik dan spektofotometri7,17
2.1.3 Titrimetri
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan volume larutan tersebut terhadap volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku.18
Analisis titrimetri atau analisis volumetri merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Tetapi keterbatasan dalam metode ini adalah kurang spesifik.19
Volumetri dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi, yaitu:19
1. Reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri = netralisasi)
11
berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air ataupun dalam lingkungan bebas air.
2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Dasar yang digunakan adalah perpindahan elektron, misalnya pada permanganometri, serimetri, iodiiodometri, iodatometri, dan bromatometri.
3. Reaksi pengendapan (presipitasi)
Penetapan kadar berdasarkan pada terjadinya endapan yang sukar larut misalnya pada penetapan kadar secara argentometri.
4. Reaksi pembentukan kompleks
Dasar yang digunakan adalah terjadinya reaksi antara zat-zat pengkompleks organik dengan ion logam menghasilkan senyawa kompleks, misalnya pada kompleksometri.
Teknik volumetri dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan cara titrasinya, yaitu:19 1. Titrasi langsung
Adalah melakukan titrasi secara langsung terhadap zat yang akan ditetapkan. Cara ini bersifat mudah, cepat, dan sederhana.
2. Titrasi kembali
12
Pestisida Antiseptik
13
2.3 Kerangka Konsep
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Skala
pengukuran 1. Tahu Makanan terbuat
dari kedelai dan bertekstur padat
Timbangan Numerik
2. Boraks Bahan tambahan makanan yang dilarang
Titrasi Numerik
Uji kualitatif
Titrasi asam basa
Makanan
Uji kertas kunyit
Uji kuantitatif
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif di Laboratorium untuk mendeteksi kandungan boraks pada tahu pasar tradisional dan swalayan di wilayah Ciputat. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitian saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Adapun kriteria sampel yang diambil ialah semua tahu warna putih baik bertekstur keras ataupun lembek.
3.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2014 di Laboratorium Biologi dan Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3Bahan yang Diuji
Tahu yang didapatkan dari pasar tradisional Ciputat, Cimanggis, dan Swalayan di daerah Ciputat.
3.4Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Buret, statif, erlenmeyer 100 ml, labu ukur 25 ml, gelas kimia 100 ml, mikropipet, cawan porselen, timbangan analitik, kaca arloji, dan pipet kaca tetes.
15
3.5Cara Kerja Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan air kunyit
Kunyit segar diparut kemudian disaring airnya. b. Pembuatan kertas tumerik
Celupkan kertas saring ke air kunyit dan dibolak-balik sampai merata pada seluruh permukaan kertas saring. Kemudian ditempatkan diatas papan untuk dikeringkan di bawah terik sinar matahari.
c. Preparasi sampel
18 gram sampel dihaluskan menggunakan blender, direndam dengan 100 mL akuades selama 24 jam, kemudian disaring dan ambil filtratnya.
d. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M
Timbang 2 gram NaOH, kemudian dilarutkan dalam akuades sebanyak 500 ml.
e. Standarisasi Larutan NaOH dengan HCl
Pembuatan larutan HCl 0,1 M dilakukan dengan cara pengambilan
829 μL HCl 37% pekat menggunakan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 100 mL yang telah berisi sebagian besar akuades, kocok dan encerkan sampai tanda batas.
Pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M, masukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M, dilakukan titrasi sampai warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda. Catat volume NaOH yang digunakan. Kemudian ulangi tiga kali perlakuan lalu hitung rata-rata volume NaOH yang digunakan. 2. Tahap Pengujian
a. Analisa kualitatif
16
Larutkan 1 sendok teh boraks dan pijer ke dalam air, kemudian teteskan ke kertas tumerik dan amati perubahan warnanya menjadi jingga dan merah kecoklatan.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sampel tahu, yaitu sebagai berikut:
Filtrat sampel diteteskan ke kertas tumerik dan diamati apakah terdapat perubahan warna menjadi jingga dan merah kecoklatan atau kertas kunyit tetap berwarna kuning.
b. Analisa kuantitatif
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut hasil identifikasi boraks pada tahu di daerah Ciputat secara kualitatif dengan menggunakan uji kertas kunyit dan secara kuantitatif menggunakan titrasi asam-basa.
Tabel 4.1. Hasil identifikasi kadar boraks pada tahu di daerah Ciputat
Jenis Tahu Kualitatif (Perubahan Warna)
Kuantitatif (ppm)
Ciputat (-) 123,66 ± 10,44
Cimanggis (-) 103,05 ± 10,44
Swalayan (-) 103,05 ± 10,44
Keterangan :
(-) : Tidak terjadi perubahan warna
18
4.2 Pembahasan
Pengujian secara kualitatif dengan menggunakan uji warna kertas tumerik, asam borat pro analisis (P.A.) dan pijer (nama lain boraks di pasarnya) sebagai kontrol positif menghasilkan warna jingga dan warna merah kecoklatan. Dari 9 sampel tahu yang dianalisis tidak didapatkan adanya perubahan warna.
Pengujian secara kuantitatif dengan titrasi asam basa berupa pemberian HCl 37 % pekat bertujuan agar terjadi reaksi antara asam klorida pekat dengan boraks. Hasil dari penambahan HCl pekat menghasilkan produk-produk, salah satunya berupa asam borat Adapun reaksinya sebagai berikut:
Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O → 4H3BO3 + 2NaCl
Asam borat (H3BO3) merupakan asam lemah. Dalam melakukan proses titrasi diperlukan penambahan manitol agar dapat melepaskan ion H+sehingga dapat dititrasi dengan larutan NaOH. Hasil reaksi ini berupa larutan jernih yang tidak berwarna sehingga diperlukan penambahan fenolftalein sebagai indikator agar dapat diamati secara visual.21
Campuran asam borat, manitol, dengan fenolftalein, jika dititrasi dengan NaOH akan menimbulkan warna merah muda. Larutan merah muda tersebut akan cepat menghilang jika labu erlenmeyer digerakkan atau diputar. Proses titrasi dihentikan sampai tercapai titik ekuivalen, yaitu ditandai dengan adanya warna merah muda yang menetap.
Berdasarkan pada uji kuantitatif yang dilakukan dengan titrasi asam basa tersebut, didapatkan kadar boraks pada tahu daerah Ciputat berkisar antara 103,05 ± 10,44 – 123,66 ± 10,44 ppm (Tabel 4.1.). Pada penelitian yang dilakukan oleh Raisani R (2009) didapatkan kadar boraks berkisar antara 3,76
19
kadar atau konsentrasi boraks yang sedikit, faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan warna adalah temperatur dan keseimbangan pH.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triastuti (2013) menyatakan bahwa tahu Kota Manado yang dianalisis dengan beberapa metode, terutama uji warna kertas tumerik tidak terdeteksi adanya boraks. Setelah dilakukan konfirmasi uji menggunakan spektrofotometri UV-Vis juga terbukti tidak terdeteksi adanya kandungan boraks.17
Hal tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi di Universitas Negeri Yogyakarta (2013) melaporkan bahwa
paper test kit atau uji warna kertas tumerik dapat mendeteksi kandungan boraks pada makanan jika kadar minimalnya adalah 200 ppm.11
Penelitian lain dalam mendeteksi boraks yang dilakukan pada kurma oleh Azas QS (2013), uji warna kertas kunyit menggunakan HCl yang ditambahkan pada larutan sampel dapat mengidentifkasi adanya boraks pada konsentrasi
lebih dari 20 μg/mL. Hal ini dikarenakan sifat HCl yang dapat melepaskan
boraks dari ikatannya dan membentuk kompleks kelat rososianin yang berwarna merah.6
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, tahu yang beredar di daerah Ciputat memiliki kadar boraks yang relatif rendah, yaitu berkisar antara 103,05 ± 10,44 – 123,66 ± 10,44 ppm. Dari beberapa literatur didapatkan bahwa konsumsi boraks dalam jangka panjang dapat mengakibatkan akumulasi di jaringan organ dalam seperti otak, hati, ginjal dan sistem reproduksi pria.
20
kelangsungan hidup sel itu sendiri, terutama pada jaringan yang bergantung pada energi yang tinggi seperti otot skelet.
21 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:
Tahu yang dijual di Pasar Tradisional dan swalayan daerah Ciputat terdeteksi mengandung boraks dengan kadar yang relatif rendah, yaitu berkisar antara 103,05 ± 10,44 – 123,66 ± 10,44 ppm dengan pengujian kuantitatif, sehingga secara kualitatif tidak dapat terdeteksi menggunakan uji warna kertas tumerik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan boraks pada tahu dengan metode atau instrumen yang lain.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pangan. Tahu. Institut Pertanian Bogor, 1981,
2. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan, Jakarta, 1995, p605
3. Saparinto, Cahyo, dan Diana Hidayati. Bahan Tambahan Pangan, Kanisius, Yogyakarta, 2006, p61
4. Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas). Pusat Informasi Obat dan Makanan: Asam Borat. Badan POM RI. 2011. http//:ik.pom.go.id (Diunduh 14 Mei 2014)
5. Raisani, Rusli. Penetapan Kadar Boraks pada Mie Basah yang Beredar di Pasar Ciputat dengan Metode Spektofotometri UV-Vis Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Azas, Qaffah. Analisis Kadar Boraks pada Kurma yang Beredar di Pasar Tanah Abang dengan Spektofotometer UV-Vis Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Silalahi, J. Pemeriksaan Boraks di dalam Bakdo di Medan. Maj Kedokt
Indon, Volum: 60, Nomer: 11, November 2010
8. See, AW, et al. 2010. Risk and Health Effect of Boric Acid. American Journal of Applied Sciencies 7(5): 620-627 (Diunduh 27 April 2014) 9. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 033
Tahun 2012: Tentang Bahan Tambahan Makanan. http://jdih.pom.go.id (Diunduh 14 Maret 2014)
10.Heindel, Jerrold, et al. 1990. Abstract : Developmental toxicity of boric acid in mice and rats. Annual Meeting of the Society of Toxicology, Miami Beach, Florida. http://www.sciencedirect.com/ (Diunduh 27 april 2014) 11.Kementrian Riset dan Teknologi. 2013. Artikel Paper Test Kit Sederhana
23
12.Wasito, Hendri: Obat Tradisional Kekayaan Indonesia edisi 1, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, p72-73
13.Halim, Azhar Abdul, et al. 2012. Boron Removal from Aqueous Solution Using Curcumin-Aided Electrocoagulation. Midlle-East Journal of Scientific Research 11(5): 583-588
14.Isyuniarto, dkk. 2006. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Teknik Lucutan Plasma. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN. ISSN 0216-3128
15.Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Mutu dan Keamanan Pangan: Bahaya Boraks. http://bkpd.lampungprov.go.id
16.USDA Forest Service. 2006. Human Health and Ecological Risk Assessment for Borax. http://www.fs.fed.us
17.Triastuti, Endang. Analisis Boraks pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado. Pharmachon, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.2 No. 01 Februari 2013 18.Muchtaridi dan Sandri Justiana. Kimia. Yudhistira. 2006, p199
19.Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. 2012, p120-122
20.Anonim, Khasiat kunyit sebagai obat tradisional. Warta penelitian dan pengembangan tanaman industri vol. 19 No. 2, Agustus 2013
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id
24
25
Lampiran 2
Tabel 1. Hasil identifikasi boraks pada tahu secara kualitatif
Bahan
Uji Warna Dengan Kertas KunyitAsam Borat proanalisis Warna berubah menjadi jingga (+) Pijer Warna berubah menjadi merah kecoklatan (+)
Tahu CP 1 Tidak ada perubahan warna (-)
Catatan : tanda (+) = positif mengandung boraks; tanda (-) = tidak terdeteksi mengandung boraks.
Keterangan :
26
27
Lampiran 3
Tabel 2. Hasil identifikasi boraks pada tahu secara kuantitatif
28
Lampiran 4
Grafik 1. Hasil identifikasi boraks pada tahu menggunakan titrasi asam-basa.
0
ppm 123,66 123,66 123,66 61,83 123,66 123,66 61,83 123,66 123,66
K
29
Lampiran 5
Tabel 3. Hasil Uji Presisi Tahu Daerah Ciputat
30
Lampiran 6
Gambar Penelitian
Preparasi Sampel
Tahu 18 gram Tahu setelah didiamkan 24 jam
31
Lampiran 7
Gambar Penelitian
Uji Kertas Tumerik
Air Kunyit
32
33
Lampiran 8
Gambar Penelitian
Alat dan Bahan Titrasi
Buret dan Statif NaOH 0,1 M, Corong, dan beaker glass
Indikator Fenolftalein Manitol 0,2 gram
34
Lampiran 9
Gambar Penelitian
Proses dan Hasil Titrasi
Proses Awal Titrasi Titik Akhir Titrasi
35
Lampiran 10
Riwayat Peneliti
Identitas:
Nama : Nur Rohimah Fuad
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 13 Oktober 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mawar No.25 Desa Jogodalu Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik
E-mail : nurohf@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1997 – 2003 : Madrasah Ibtidaiyah Ma’hadut Thullab Gresik 2005 – 2008 : Sekolah Menengah Pertama Muallimat NU Gresik 2008 – 2011 :Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah
Pacet Mojokerto
2011– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,