• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Tidur dan Keluhan Kesehatan pada Perawat di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Tidur dan Keluhan Kesehatan pada Perawat di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS TIDUR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD GUNUNG TUA

KAB. PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

SITI ARAFAH SIREGAR NIM. 091000219

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KUALITAS TIDUR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD GUNUNG TUA

KAB. PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SITI ARAFAH SIREGAR NIM. 091000219

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul:

KUALITAS TIDUR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD GUNUNG TUA

KAB. PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2013

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: SITI ARAFAH SIREGAR

NIM. 091000219

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 April 2013 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

(dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS) NIP. 195711171987021002

Penguji I

(Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes) NIP. 196202061992031002

Medan, April 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pekerja yang bekerja menggunakan shift termasuk perawat akan mengalami gangguan circadian rhythms yang bisa berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh diantaranya kualitas tidur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat inap sejumlah 30 orang. Sampel adalah seluruh jumlah populasi (total

sampling). Data primer diperoleh dari kuesioner dan data sekunder diambil dari

rumah sakit. Data dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian diperoleh dari 30 perawat, 20 orang (66,7%) memiliki kualitas tidur baik dan 10 orang (33,3%) memiliki kualitas tidur buruk. Berdasarkan keluhan kesehatan, keluhan tertinggi yang dialami perawat adalah letih sebanyak 14 orang (46,7%) dan keluhan terendah adalah mata perih dan kehitaman di sekitar mata masing-masing sebanyak 1 orang (3,3%).

Saran bagi manajemen Rumah Sakit agar menyediakan ruang istirahat/tidur yang layak dan nyaman kepada perawat. Saran bagi perawat agar mengusahakan jam tidur – bangun secara teratur, usahakan agar kamar tidur nyaman dan tidak terlalu terang, melakukan exercise setiap pagi, serta menyingkirkan hal-hal yang dapat mengganggu tidur.

(5)

ABSTRACT

Worker who used shift time include nurses will have circadian rhytms disorder that can effected to body function, including sleep quality.

The purpose of this research is to determine the quality of sleep and health complain of nurses in the impatient unit of RSUD Gunung Tua Padang Lawas District. Methode which using in this research is descriptive. Population is all the nurses in the impatient unit totalling 30 person. Sampel using is total population. Primary data obtained from questionnaire and secondary data was taken by the hospital. All the data were analyzed descriptively.

The result obtained from 30 nurses, 20 (66,7%) had good sleep quality and 10 persons (33,3%) had bad sleep quality. Based on health complaints, highest complaints experienced by nurses is jaded as many as 14 persons (46.7%) and lowest complaint is smarting eyes and blackish around the eyes, respectively 1 person (3.3%).

Advice for hospital management in order to provide comfortable rest room to nurses. Advice for nurses try to had time of sleep-awake that organized, keep the bedroom comfortable and not too bright, do some exercises in every morning, and get rid of things that can disrupt sleep.

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Arafah Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/ 12 September 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 3 Bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Komplek polda sri gunting blok P 12 Medan Sunggal

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1999 : SDN 105181 Deli Serdang

Tahun 1999-2002 : MTSN 3 Medan

Tahun 2002-2005 : MAN 1 Medan

Tahun 2005-2008 : Akademi Kebidanan Harapan Mama

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Kualitas Tidur dan Keluhan Kesehatan pada Perawat di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan .

3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes, selaku penguji II

5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku penguji III

6. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penasihat Akademik. 7. Bapak dr. Naga Bakti Harahap, selaku Direktur RSUD Gunung Tua. 8. Kepada Ayahanda tercinta S. Siregar.

(8)

vii

10.Kepada Abangda tercinta Rahmad Azahar, SSTP dan Rawab Parlindungan, SH.

11.Teman-teman sekelompok PBL.

12.Teman-teman sekelompok LKP (Henry, Nona, Abdi, dan Kak Eva)

13.Teman-teman peminatan K3 (Kak Yus, Bang Mul, Dewi, Icha, Debby, Mayan, Nadya, Najiha, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, April 2013

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur ... 7

2.1.1. Definisi Tidur ... 7

2.1.2. Fungsi Tidur ... 7

2.1.3. Fisiologi Tidur ... 7

2.2. Kualitas Tidur 10

2.2.1. Gangguan Kualitas Tidur ... 12

2.2.2. Efek Gangguan Tidur ... 13

2.3. Shift Kerja... .... 14

2.3.1. Definisi Shift Kerja ... 14

2.3.2. Jenis Sistem Shift Kerja ... .... 14

2.3.3. Efek Shift Kerja ... .... 19

2.4. Perawat ... .... 19

2.4.1. Defenisi Perawat ... .... 20

2.4.2. Tugas Perawat ... .... 22

2.5. Kerangka Konsep ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1. Lokasi ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... .... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... .... 23

(10)

ix

3.3.2. Sampel ... .... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... .... 24

3.5. Defenisi Operasional ... 25

3.6. Aspek Pengukuran ... .... 25

3.7. Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara ... 30

4.1.1. Sejarah RSUD Gunung Tua ... 30

4.1.2. Visi ... 30

4.1.3. Misi... 30

4.1.4. Kelompok Jabatan Fungsional ... 31

4.2. Hasil Penelitian ... 35

4.2.1. Umur ... 35

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 35

4.2.3. Status Perkawinan ... 36

4.2.4. Gambaran Kualitas Tidur ... 36

4.2.5. Kualitas Tidur ... 42

4.2.6. Keluhan Kesehatan ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran KualitasTidur ... 45

5.2. Keluhan Kesehatan ... 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 52

6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Metropolitan Rota ... 15

Tabel 2.2. Continental Rota ... 16 Tabel 2.3. Sistem Empat Orang Siklus 32 Jam ... 17

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara. ... 35 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang Rawat

Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara ... 35 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Ruang Rawat

Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara ... 36 Tabel 4.4. Distribusi Kualitas Tidur Subjektif Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD

Kabupaten Padang Lawas Utara ... 36 Tabel 4.5. Distribusi Latensi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten

Padang Lawas Utara ... 37 Tabel 4.6. Distribusi Durasi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten

Padang Lawas Utara. ... 38 Tabel 4.8. Distribusi Efisiensi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten

Padang Lawas Utara. ... 38 Tabel 4.9. Distribusi Gangguan Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD

Kabupaten Padang Lawas Utara. ... 39 Tabel 4.10. Distribusi Penggunaan Obat Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap

RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara ... 41 Tabel 4.11. Distribusi Disfungsi Siang Hari Pada Perawat di Ruang Rawat Inap

RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara. ... 41 Tabel 4.12. Kualitas Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang

Lawas Utara... 42 Tabel. 4.13. Distribusi Keluhan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD

(12)

ABSTRAK

Pekerja yang bekerja menggunakan shift termasuk perawat akan mengalami gangguan circadian rhythms yang bisa berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh diantaranya kualitas tidur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat inap sejumlah 30 orang. Sampel adalah seluruh jumlah populasi (total

sampling). Data primer diperoleh dari kuesioner dan data sekunder diambil dari

rumah sakit. Data dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian diperoleh dari 30 perawat, 20 orang (66,7%) memiliki kualitas tidur baik dan 10 orang (33,3%) memiliki kualitas tidur buruk. Berdasarkan keluhan kesehatan, keluhan tertinggi yang dialami perawat adalah letih sebanyak 14 orang (46,7%) dan keluhan terendah adalah mata perih dan kehitaman di sekitar mata masing-masing sebanyak 1 orang (3,3%).

Saran bagi manajemen Rumah Sakit agar menyediakan ruang istirahat/tidur yang layak dan nyaman kepada perawat. Saran bagi perawat agar mengusahakan jam tidur – bangun secara teratur, usahakan agar kamar tidur nyaman dan tidak terlalu terang, melakukan exercise setiap pagi, serta menyingkirkan hal-hal yang dapat mengganggu tidur.

(13)

ABSTRACT

Worker who used shift time include nurses will have circadian rhytms disorder that can effected to body function, including sleep quality.

The purpose of this research is to determine the quality of sleep and health complain of nurses in the impatient unit of RSUD Gunung Tua Padang Lawas District. Methode which using in this research is descriptive. Population is all the nurses in the impatient unit totalling 30 person. Sampel using is total population. Primary data obtained from questionnaire and secondary data was taken by the hospital. All the data were analyzed descriptively.

The result obtained from 30 nurses, 20 (66,7%) had good sleep quality and 10 persons (33,3%) had bad sleep quality. Based on health complaints, highest complaints experienced by nurses is jaded as many as 14 persons (46.7%) and lowest complaint is smarting eyes and blackish around the eyes, respectively 1 person (3.3%).

Advice for hospital management in order to provide comfortable rest room to nurses. Advice for nurses try to had time of sleep-awake that organized, keep the bedroom comfortable and not too bright, do some exercises in every morning, and get rid of things that can disrupt sleep.

(14)

xi BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta melindungi masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-setingginya (Wahyuni, 2007).

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi, mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak luas pada masyarakat (Handayani, 2008).

(15)

diketahui bahwa salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah kelelahan (fatique) dan stres karena gangguan tidur (sleep

distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan

gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja (Wicken, 2004).

Perubahan kualitas tidur yang dialami oleh pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang dipersiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk menyelamatkan umat manusia, fisik, dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk mengatakan aktivitas perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau, masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dalam masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat juga bertugas untuk memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien (Handayani, 2008).

(16)

xiii

tidur kronis, dan penggunaan medikasi yang meningkat (Thurston, 2000). Dengan bekerja shift, perawat akan mengalami stimuli fisik dan sosial dari sumber eksternal yang berlawanan dengan ritme sirkardian (circardian rhytms) dari siang ke malam. Hasilnya mungkin menjadi masalah besar dari perubahan kualitas tidur, kesehatan dan fungsi sosial dan emosional (Thurston, 2000).

Pekerja yang bekerja menggunakan shift termasuk perawat akan mengalami gangguan circadian rhythms yang bisa berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh diantaranya kualitas tidur (Prasadja, dalam sriyati, 2008). Survei Tepas dkk. (1985) menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith dkk. (1982) dalam Wijayanti (2004) menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur. Dampak kerja shift khususnya shift malam akan menyebabkan perubahan pada kualitas tidur perawat diantaranya perubahan jam tidur yang biasanya tidur di malam hari menjadi tidur di siang hari (napping) yang berdampak pada sering terbangun atau terjaga dari tidur, waktu dan kedalaman tidur berkurang, kekurangan total jam tidur dalam 24 jam, dan timbulnya kelelahan yang berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan dalam bekerja (Wahyuni, 2003).

(17)

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Aimul, 2006).

RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan yang bekerja selama 24 jam kegiatan antara lain berupa pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis. Dengan demikian diperlukan pekerja yang bersedia bekerja dengan shift, dimana shift kerja dibagi 3 rotasi yaitu: shift pagi pukul 08.00-14.00 wib lama waktu kerja 6 jam, shift sore pukul 14.00-20.00 wib lama waktu kerja 6 jam, dan shift malam pukul 20.00-08.00 wib lama waktu kerja 12 jam dengan pola rotasi 2-2-2 dimana masing-masing shift bekerja selama dua hari kemudian pada akhir periode shift kerja malam diberi libur dua hari dan kembali lagi siklus shift semula. Salah satu unit pelayanan kesehatan di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara adalah rawat inap, unit ini menuntut tim dokter dan perawat bekerja selama 24 jam, sehingga dibutuhkan kesehatan perawat yang optimal untuk meningkatkan ketrampilan, ketepatan, dan kemahiran dalam bekerja.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, pada waktu shift malam diketahui bahwa beberapa perawat terlihat mengantuk pada saat bekerja, menurunnya

performance dan beberapa kali kesalahan dalam bekerja seperti tertusuk jarum,

(18)

xv

kesehatan pada perawat di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara tahun 2013.”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kualitas tidur perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara Tahun 2013.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perawat dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai kualitas tidur dan keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas tidur. 2. Bagi manajemen Rumah Sakit sebagai informasi, sehingga dapat diketahui

apakah shift kerja yang diterapkan sudah cukup baik terhadap keselamatan dan kesehatan perawat di RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pihak pengelola RSUD

(20)

xvii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respons terhadap rangsangan eksternal. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensoric walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur. Faktor homeostatistik (faktor S) maupun faktor sirkardian (faktor C) juga berinteraksi untuk menentkan waktu dan kualitas tidur (Riadi dkk, 2010).

2.1.2. Fungsi Tidur

Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh (Riadi dkk, 2010). Semua makhluk hidup perlu istirahat setelah melakukan aktivitas/kegiatan, karena aktivitas tersebut memerlukan jaringan hidup sehingga akan timbul kerusakan pada jaringan tersebut, karenanya manusia memerlukan tidur untuk memperbaiki kerusakan yang dimaksud (Ayas, 2004).

2.1.3. Fisiologi Tidur

(21)

1. Fase Rapid Eye Movement (REM) disebut juga active sleep.

2. Fase Nonrapid Eye Movement (NREM) disebut juga quiet sleep (Riadi dkk, 2010).

1. REM (Rapid Eye Movement)

Setelah beberapa waktu mulai terjadi perubahan besar, dimana bola mata bergerak-gerak dengan cepat dan EEG menunjukkan aktivitas yang sama seperti saat bangun. Ini adalah tanda seseorang mamasuki tahap tidur REM dan hanyut dalam mimpi. Akan tetapi tubuh tidak dapat merespon aktifitas otak karena semua tonus (tegangan) otot manghilang sama sekali (Anonim, 2006).

Setelah tahapan REM selama kurang lebih 10 menit, akan kembali ke tahap 2 dan seterusnya hingga satu siklun terpenuhi. Sepanjang malam, siklus ini akan berulang-ulang dialami. Mendekati pagi hari hormon kortisol dilepaskan untuk mempersiapkan diri menghadapi hari baru dengan segar (Anonim, 2006).

(22)

xix 2. NREM (Non Rapid Eye Movement)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium , lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam pada orang dewasa (Japardi, 2002).

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1. Tahap Satu

Merupakan tahap drowsiness, dimana seseorang masih menyadari kondisi di sekelilingnya sehingga masih merasa belum tidur (Anonim, 2006). Pikiran melayang-layang antara gambaran yang terpotong-potong dan dalam keadaan tidur dan tidak tidur tanpa disadari. Selama pada tahap ini akan dengan mudah terbangun (Nicol, 1997).

2. Tahap dua

(23)

3. Tahap tiga

Tahap 3 dan tahap 4 disebut tidur dalam atau tidur slow wave, karena gelombang otak yang semakin lambat (slow wave) dengan frekuensi yang lebih rendah. Tahap 3 lebih merupakan masa peralihan ke tahap 4 (Anonim, 2006). Tahap 4 adalah tidur yang paling nyenyak, keadaan yang relatif tanpa mimpi dan orang yang tidur susah terbangun (Nicol, 1997). Dari tahap 4 biasanya akan kembali perlahan hingga tahap 2 (Anonim, 2006).

2.2. Kualitas tidur

Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari segi usia individu seorang bayi normal membutuhkan waktu untuk tidur selama 16-18 jam sehari, sedangkan manusia dewasa normal rata-rata membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam sehari. Kebutuhan tidurnya akan berkurang antara 4-6 jam sehari. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas tidur seseorang tidak selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak tidak terlalu sering terbangun di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tidur kembali serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Handayani, 2008).

(24)

xxi

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Aimul, 2006).

Hal yang terpenting dalam tidur adalah kualitas tidur (Kompas, 2007). Kualitas tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebutuhan keesokan harinya. Kualitas tidur adalah kebutuhan mutlak yang sama pentingnya dengan makanan bergizi dan olah raga (Kompas, 2007). Kualitas tidur akan naik apabila ada keseimbangan antara tidur fase NREM dan fase REM (Kompas, 2003). Kualitas tidur dipengaruhi oleh berapa hal, yaitu : lelap atau tidaknya tidur, frequent arrousal (sering terbangun di malam hari), dan kadar oksigen di dalam tubuh (Tabloidnova, 2001). Kualitas tidur juga dipengaruhi oleh kedalaman tidur (Kompas, 2003).

(25)

2.2.1. Gangguan Kualitas Tidur

Gangguan kualitas tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan (Japardi, 2002).

Gangguan kualitas tidur dapat dialami semua lapisan masyarakat baik kaya, berpendidikan tinggi, dan rendah maupun orang muda, serta yang sering ditemukan usia lanjut (Japardi, 2002).

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup (Japardi, 2002).

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi, 2002).

Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Japardi, 2002).

(26)

xxiii

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur seseorang akan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga, serta mengurangi aktivitas sosial (Nurmianto, 2004).

Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa efek pada pekerja shift, gangguan tidur dapat mempengaruhi penurunan performance kerja, produktivitas dan kualitas kerja, serta hubungan dalam pekerjaan. Tanpa tidur yang cukup pekerja menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi, memahami sesuatu, dan dalam berkomunikasi. Selain itu Bell menjelaskan akibat dari gangguan tidur sebagai berikut (Bell, 2005):

a. Kurang tidur pada pekerja menyebabkan penurunan yang signifikan pada

performance kerja dan kewaspadaan mencapai 32%.

b. Penurunan kewaspadaan dan tidur yang berlebihan berpengaruh pada kemampuan kognitif dalam berpikir dan memproses informasi.

c. Pekerja shift akan mengalami gangguan dalam kehidupan keluarga.

(27)

Hal di atas diperkuat dengan pernyataan penelitian Klein bahwa gangguan tidur dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan keluhan kesehatan yang serius di tempat kerja. Kurang tidur pada pekerja merupakan sebab utama penurunan produktivitas, ketidakhadiran pekerja (absentisme), dan kecelakaan di tempat kerja (Klein, 2004).

2.3. Shift Kerja

2.3.1. Definisi Shift Kerja

Shift kerja dapat diartikan sebagai pembagian kerja dalam waktu jam yang

meliputi kerja pagi, sore dan malam (Setyawati, 1996 dalam Wijaya dkk., 2006).

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau sebagai

tambahan kerja siang hari sebagaimana yang bisa dilakukan (Kuswadji, 1997 dalam Wijaya dkk., 2006).

2.3.2. Jenis Sistem Shift Kerja

(28)

xxv

sistem shift terus-menerus, yang bekerja di tempat terpencil (pekerja anjungan minyak lepas pantai, awak kapal laut, awak pesawat tenbang, eksekutif manca negara) (Kuswadji, 1997).

Pembagian sistem kerja shift lainnya ialah: jumlah hari kerja malam yang berturut-turut, awal dan akhir kerja shift, jangka waktu masing-masing shift, urutan rotasi shift, jangka daur shift dan keteraturan sistem shift (Kuswadji, 1997).

Pembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling sedikit ada tiga jenis (Kuswadji, 1997) :

1)Metropolitan rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di Inggris. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu.

Tabel 2.1. Metropolitan Rota

Minggu 1 Senin Pagi Minggu 5 Senin Malam

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu sore Rabu Libur

Kamis Sore Kamis Libut

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Libur Minggu Sore

Minggu 2 Senin Libur Minggu 6 Senin Sore

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

(29)

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu 4 Senin Malam Minggu 8 Senin Pagi

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Libur Rabu Sore

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Pagi Jumat Malam

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul 22 – 6

2)Continental rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu akan terjadi setiap 4 minggu.

Tabel 2.2. Continental Rota

Minggu 1 Senin Pagi Minggu 3 Senin Malam

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Sore Rabu Libur

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu 2 Senin Libur Minggu 4 Senin Sore

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

(30)

xxvii

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan: Pagi 6-14; sore 14-22; malam 22-6 3) Sistem 4 orang siklus 32 jam

[image:30.612.107.527.84.136.2]

Dalam sistem ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada libur. Keuntungannya ialah setiap orang akan mengalami tidak kerja pagi sebanyak lima kali seminggu (baik buat mereka yang sekolah di pagi hari). Pergantian pada tengah malam, sehingga pekerja dapat selalu tidur pada malam hari (sebelum bekerja atau sesudah bekerja) (Kuswadji, 1997).

Tabel 2.3. Sistem Empat Orang Siklus 32 Jam

Shift Hari dalam seminggu

S S R K J S A S S R K J S A S S R K J S A Malam A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A Pagi D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D Sore C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C Malam B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B Pagi A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A Sore D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

Keterangan : Malam 00-08; pagi 08-16; sore 16-24

Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan keteraturannya sistem dapat dibagi sebagai berikut:

1. Sistem 3 shift biasa

(31)

dinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas sore sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur sangat menguntungkan. Dinas malam buruk dipandang dan berbagai segi. Makan malam bersama dan kegiatan hobby terganggu. Tidur terganggu akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akhirnya mereka mengalami kelelahan karena tidur yang tidak pulas.

2. Sistem Amerika

Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas sore antara pukul 16-24 dan dinas malam antara pukul 24-8. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.

3. Sistem 12-12

(32)

xxix 2.3.3 Efek Shift Kerja

Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circardian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian).

Selain itu disebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan kerja (Pulat, 2002).

1. Efek Fisiologis

Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh:

a. Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam. b. Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun

masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah.

c. Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift. d. Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift

(33)

e. Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus.

2. Efek Sosial

a. Mengganggu kehidupan keluarga.

b. Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. c. Mengganggu aktivitas kelompok.

3. Efek Performansi

Wyatt dan Marriott dalam mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. 2.4. Perawat

2.4.1. Definisi Perawat

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Alimul, 2006).

(34)

xxxi

kemampuan hidup sehat dan produktif. Rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang diberikan pada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan disekolah secara profesional dalam kontek kebutuhan asuhan keperawatan. ( Gaffar, 1999).

Menurut Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki keahlian dan kualifikasi yang diberi kewenangan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ellis dan Hartley (1984) menjelaskan pengertian perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan (Gaffar, 1999).

(35)

2.4.2. Tugas Perawat

Tugas seorang perawat antara lain: a. Memperhatikan kebutuhan pasien.

b. Merawat manusia dengan tanggung jawab, mengerti diri dan motivasi. c. Memberi pelayanan asuhan kepada orang yang menderita sakit.

Perawat dalam melaksanakan tugas perawatan harus selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien serta tidak mengabaikan dirinya. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia yang nomor dua adalah kebutuhan rasa aman tersebut terhadap pasien yang dirawatnya. Lingkungan tempat perawatan pasien yang tertib dan aman akan membantu mempercepat penyembuhan pasien, untuk itu bila melaksanakan tugas harus memperhatikan prinsip keamanan keselamatan dan kesehatan kerja ( Tarigan dalam Sriyati, 2008).

2.5. Kerangka Konsep

Perawat Kualitas Tidur

(36)

xxxiii BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013.

Adapun alasan penentuan lokasi adalah: 1. Belum pernah dilakukan penelitian.

2. Ada kesediaan dan dukungan dari pihak Rumah Sakit. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2012 – April 2013. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(37)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi (total sampling) yaitu seluruh perawat rawat inap di RSUD Kab. Padang Lawas Utara sebanyak 30 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 1. Data primer.

Data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Data primer didapatkan menggunakan kuesioner mengenai kualitas tidur perawat. Kuesioner yang digunakan dari Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) (Bussye, et al., 1988). Sedangkan kuesioner keluhan kesehatan disusun dengan berpedoman pada buku “Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan” karangan Aziz Aimul.

2. Data sekunder

(38)

xxxv 3.5. Definisi Operasional

a. Kualitas tidur adalah kepuasan tidur perawat yang dinilai berdasarkan kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan pada siang hari seperti mengantuk. b. Keluhan kesehatan adalah masalah kesehatan yang dikeluhkan oleh perawat

sehubungan dengan kualitas tidur yang terdiri atas: kehitaman di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, gangguan saluran pencernaan, lemah, letih, lesu, sakit kepala, dan mata perih yang dialami dalam sebulan terakhir.

c. Perawat adalah tenaga perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara.

3.6. Aspek Pengukuran

(39)

(Buysse et al, 1989). Adapun 19 pertanyaan tersebut yaitu: Q1, Q2, Q3, Q4, Q5 (a-j), Q6, Q7, Q8, dan Q9.

Adapun rincian ke-tujuh komponen PSQI dan perhitungan skor kualitas tidur adalah sebagai berikut:

a. Komponen 1: Kualitas Tidur Subjektif

Kualitas tidur subjektif dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap Q9. Jika responden menjawab “sangat baik” diberi skor 0, “cukup baik” diberi skor 1, “cukup buruk” diberi skor 2, “sangat buruk” diberi skor 3.

b. Komponen 2: Latensi Tidur

Latensi tidur dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap Q2 dan Q5a. Untuk Q2, jika responden menjawab “<15 menit” diberi skor 0, “16-30 menit” diberi skor 1, “31-60 menit” diberi skor 2. “>60 menit” diberi skor 3. Untuk Q5a, jika responden menjawab “tidak selama sebulan terakhir” diberi skor 0, “kurang dari sekali seminggu” diberi skor 1, “sekali atau dua kali seminggu” diberi skor 2, “tiga kali atau lebih seminggu” diberi skor 3.

Selanjutnya, skor Q2 dijumlahkan dengan skor Q5a sehingga diperoleh skor komponen 2:

jika jumlah Q2+Q5a=0, maka skor komponen 2 = 0 jika jumlah Q2+Q5a=1s/d 2, maka skor komponen 2 = 1 jika jumlah Q2+Q5a=3 s/d 4, maka skor komponen 2 = 2 jika jumlah Q2+Q5a=5 s/d 6, maka skor komponen 2 = 3 c. Komponen 3: Durasi Tidur

(40)

xxxvii

Jika responden menjawab “>7 jam” diberi skor 0, “6-7 jam” diberi skor 1, “5-6 jam” diberi skor 2, “<5 jam” diberi skor 3.

d. Komponen 4: Efisiensi Tidur

Untuk menilai efisiensi tidur digunakan rumus sebagai berikut: Efisiensi tidur = (jam tidur / jam di tempat tidur) X 100% Ket:

Jam tidur : jawaban Q4

Jam di tempat tidur : jawaban Q3 – jawaban Q1

Selanjutnya, skor komponen 4 dilihat berdasarkan skor efisiensi yang diperoleh.

Efisiensi Tidur Skor Komponen 4

>85% 0

75-84% 1

65-74% 2

<65% 3

e. Komponen 5: Gangguan Tidur

Gangguan tidur dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap Q5b hingga Q5j. Untuk setiap pertanyaan, jika responden menjawab “tidak selama sebulan terakhir” diberi nilai 0, “kurang dari sekali dalam seminggu” diberi skor 1, “sekali atau dua kali dalam seminggu” diberi skor 2, “tiga kali atau lebih dalam seminggu” diberi skor 3.

(41)

Jumlah skor 5b hingga 5j Skor komponen 5

0 0

1-9 1

10-18 2

19-27 3

f. Komponen 6: Penggunaan Obat Tidur

Penggunaan obat tidur dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap Q6. jika responden menjawab “tidak selama sebulan terakhir” diberi nilai 0, “kurang dari sekali dalam seminggu” diberi skor 1, “sekali atau dua kali dalam seminggu” diberi skor 2, “tiga kali atau lebih dalam seminggu” diberi skor 3.

g. Komponen 7: disfungsi siang hari

Disfungsi siang hari dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap Q7 dan Q8. Untuk Q7, jika responden menjawab “tidak selama sebulan terakhir” diberi nilai 0, “kurang dari sekali dalam seminggu” diberi skor 1, “sekali atau dua kali dalam seminggu” diberi skor 2, “tiga kali atau lebih dalam seminggu” diberi skor 3. Untuk Q8, jika responden menjawab “tidak ada masalah sama sekali” diberi nilai 0, “hanya masalah kecil” diberi skor 1, “sedikit masalah” diberi skor 2, “masalah yang besar” diberi skor 3.

Selanjutnya, skor Q7 dan Q8 dijumlahkan sehingga diperoleh skor komponen 7 sebagai berikut:

(42)

xxxix

jika jumlah Q7+Q8=5 s/d 6, maka skor komponen 7 = 3

selanjutnya skor komponen 1 s/d 7 dijumlahkan sehingga diperoleh Global PSQI Score.

Kualitas tidur perawat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu (Buysse et al, 1989):

1. Kualitas tidur baik, adalah jika jumlah Global PSQI Score yang diperoleh ≤ 5. 2. Kualitas tidur buruk, adalah jika jumlah Global PSQI Score yang diperoleh > 5. 3.7. Analisa Data

(43)

BAB IV HASIL

4.1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara

RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara yang berlokasi di jalan Raya Gunung Tua – Binaga Kab. Padang Lawas Utara, Kualifikasi: Kelas C, dengan jumlah pegawai tetap 100 orang dan pegawai tidak tetap 150 orang.

4.1.1. Sejarah RSUD Gunung Tua

RSUD Gunung Tua mulai dibangun tahun 2000 dan diresmikan pada tahun 2003 oleh Bupati Tapanuli Selatan. Pada tanggal 22 April 2003 Nomor: 050/1071/2003, Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan memberikan izin penyelenggaraan RSUD Gunung Tua dengan status kelas C.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 37 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, maka RSUD Gunung Tua menjadi lembaga teknis daerah, sesuai dengan peraturan daerah kabupaten Padang Lawas Utara Nomor : 09 tahun 2010 yang dikepalai seorang direktur.

4.1.2. VISI

Terwujudnya rumah sakit terdepan dan menjadi pilihan utama masyarakat Padang Lawas Utara dan sekitarnya

4.1.3. Misi

(44)

xli

2. Menyelenggarakan pelayanan penuunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.

3. Menjadikan tempat rujukan di wilayah kabupaten Padang Lawas Utara dan sekitarnya.

4.1.4. Kelompok Jabatan Fungsional a. Komite Medik

1. Komite medik merupakan kelompok tenaga medik yang keanggotaannya terdiri dari ketua-ketua staf medik fungsional.

2. Komite medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur. 3. Komite medik dipimpin oleh seseorang ketua yang dipilih oleh anggotanya

dan diangkat serta ditetapkan dengan keputusan direktur.

4. Komite medik mempunyai tugas membantu direktur dalam menyusun standar pelayanan medik, memantau pelaksanaannya, pembina etika profesi, mengatur kewenangan staf medik fungsional mengembangkan program pelayanan.

5. Dalam melaksanakan tugasnya komite medik dapat dibantu oleh panitia medik yang anggotanya terdiri dari staff medik fungsional dan tenaga profesi lainnya secara ex-offisio

6. Panitia adalah kelompok kerja khusus yang dibentuk untuk mengatasi masalah.

(45)

b. Staf Medik Fungsional

1. Staf medik fungsional merupakan dokter yang bekerja di instalasi dalam jabatan fungsional dan bertanggung jawab kepada ketua komite medik.

2. Staf medik fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

3. Dalam melaksanakan tugasnya, staf medik fungsional dikelompokkan berdasarkan keahlian.

4. Kelompok staf medik sebagaimana dimaksud ayat (3) dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh seorang ketua yang dipilih anggota kelompoknya untuk masa bakti tertentu.

5. Jumlah besaran staf medik fungsional ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

6. Ketua kelompok staf medik fungsional diangkat dan ditetapkan dengan keputusan direktur.

Staf medik fungsional terdiri dari:

1. Staf Medik Fungsional Penyakit Anak

2. Staf Medik Fungsional Kebidanan dan Penyakit Kandungan 3. Staf Medik Fungsional Bedah

4. Staf Medik Fungsional Penyakit Dalam 5. Staf Medik Fungsional Anestesi

(46)

xliii 8. Staf Medik Fungsional Neurologi 9. Staf Medik Fungsional Mata

10. Staf Medik Fungsional Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) 11. Staf Medik Fungsional Dokter Umum

12. Staf Medik Fungsional Dokter Gigi c. Komite Keperawatan

1. Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi perawat/bidan yang anggotanya terdiri dari perawat/bidan.

2. Komite keperawatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur

3. Komite keperawatan dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggotanya.

4. Komite keperawatan mempunyai tugas membantu direktur dalam menyusun standar keperawatan, pembinaan asuhan keperawatan, melaksanakan pembina etika profesi keperawatan.

5. Ketua komite keperawatan diangkat dan ditetapkan dengan keputusan direktur.

d. Instalasi

1. Instalasi merupakan unit penyelenggara pelayanan fungsional Rumah Sakit Umum Daerah.

2. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala dalam jabatan fungsional.

(47)

4. Jumlah dan jenis instalasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit ditetapkan dengan keputusan kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Kepala instalasi diangkat dan ditetapkan dengan keputusan direktur Instalasi terdiri dari:

1. Instalasi Rawat Jalan 2. Instalasi Rawat Inap 3. Instalasi Rawat Darurat 4. Instalasi Bedah Sentral 5. Instalasi Anestesi dan ICU 6. Instalasi Hemodyalisis 7. Instalasi Radiologi 8. Instalasi Farmasi 9. Instalasi Gizi

10. Instalasi Laboratorium 11. Instalasi Rehabilitasi Medik

12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit 13. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi

(48)

xlv 4.2. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner pada perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.

4.2.1. Umur

[image:48.612.113.527.292.359.2]

Adapun distribusi perawat berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Perawat Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

≥30 18 60

<30 12 40

Total 30 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat berada pada kelompok umur ≥ 30 yaitu sebanyak 18 orang (60%).

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Adapun distribusi perawat berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut. Tabel 4.2. Distribusi Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang

Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara. Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

DIII Keperawatan 28 93,3

S1 Keperawatan 2 6,7

Total 30 100

[image:48.612.112.527.538.605.2]
(49)

4.2.3. Status Perkawinan

[image:49.612.117.511.178.246.2]

Adapun distribusi perawat berdasarkan status perkawinan adalah sebagai berikut. Tabel 4.3. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Perkawinan di Ruang Rawat

Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara. Status Perkawinan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Menikah 17 56,7

Belum Menikah 13 43,3

Total 30 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat berstatus menikah yaitu sebanyak 17 orang (56,7 %).

4.2.4. Gambaran Kualitas Tidur

Adapun gambaran kualitas tidur perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Distribusi Kualitas Tidur Subjektif Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pertanyaan Jawaban Kualitas tidur

secara keseluruhan.

Sangat Baik Cukup Baik Cukup Buruk

Sangat Buruk

N % N % N % N %

11 36,7 12 40 7 23,3 0 0

(50)
[image:50.612.115.535.137.381.2]

xlvii

Tabel 4.5. Distribusi Latensi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

No Pertanyaan Jawaban 1

Waktu yang dibutuhkan

untuk tertidur setiap malam.

< 15 menit 16-30 menit 31-60 menit nit

N % N % N % N %

18 60 9 30 3 10,0 0 0

2.

Tidak bisa tidur dalam waktu 30 menit.

Tidak selama sebulan terakhir

Kurang dari sekali dalam seminggu Sekali atau dua kali dalam seminggu Tiga kali atau lebih dalam seminggu

N % N % N % N %

6 20 22 73,3 2 6,7 0 0

(51)

Tabel 4.6. Distribusi Durasi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pertanyaan Jawaban Lama tidur di

malam hari (Ini mungkin berbeda dari jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur)

> 7 jam 6 – 7 jam 5 – 6 jam < 5 jam

N % N % N % N %

23 76,7 7 23,3 0 0 0 0

[image:51.612.107.522.448.672.2]

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan durasi tidur, paling banyak perawat memiliki lama tidur selama >7 jam yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) dan paling sedikit perawat memiliki lama tidur selama 6-7 jam yaitu sebanyak 7 orang (23,3%).

Tabel 4.8. Distribusi Efisiensi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pertanyaan Jawaban Jam tidur di malam

hari

20.00 WIB 21.00 WIB 22.00 WIB ≥ 23.00 WIB

N % N % N % N %

1 3,3 13 43,3 8 26,7 8 26,7

Jam bangun di pagi hari

04.00 WIB 05.00 WIB 06.00 WIB 7.00 WIB

N % N % N % N %

2 6,7 14 46,7 14 46,7 0 0

Efisiensi Tidur > 85 % 75 – 84 % 65 – 74 % < 65 %

N % N % N % N %

(52)

xlix

Berdasarkan efisiensi tidur, paling banyak perawat tidur jam 21.00 WIB yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Paling banyak perawat bangun tidur di pagi hari pada pukul 05.00 WIB dan 06.00 WIB, masing-masing sebanyak 14 orang (46,7%). Paling banyak perawat memiliki efisiensi tidur >85% yaitu sebanyak 29 orang (96,7%). Tabel 4.9. Distribusi Gangguan Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap

RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara. Pernyataan Jawaban

Seberapa sering mengalami kesulitan tidur karena... Tidak selama sebulan terakhir Kurang dari sekali dalam seminggu Sekali atau dua kali dalam seminggu Tiga kali atau lebih dalam seminggu

N % N % N % N %

b. Bangun di tengah malam atau dini hari

10 33,3 19 63,3 1 3,3 0 0

a. Harus bangun untuk ke kamar mandi

8 26,7 20 66,7 2 6,7 0 0

b. Tidak bisa bernapas dengan nyaman

27 90 3 10 0 0 0 0

c. Batuk atau mendengkur keras

28 93,3 2 6,7 0 0 0 0

d. Merasa kedinginan 24 80 6 20 0 0 0 0

e. Merasa kepanasan 1 3,3 17 56,7 12 40 0 0

f. Mengalami mimpi

buruk

(53)

sa nyeri

30 100 0 0 0 0 0 0

j. Alasan lain, jelaskan

- - - -

(54)
[image:54.612.107.525.125.248.2]

li

Tabel 4.10. Distribusi Penggunaan Obat Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pertanyaan Jawaban

Seberapa sering minum obat untuk membantu tidur. Tidak selama sebulan terakhir Kurang dari sekali dalam seminggu Sekali atau dua kali dalam seminggu Tiga kali atau lebih dalam seminggu

N % N % N % N %

24 80 4 13,3 2 6,7 0 0

Berdasarkan penggunaan obat tidur, sebanyak 4 orang (13,3%) mengonsumsi obat tidur kurang dari sekali dalam seminggu. Sebanyak 2 orang (6,7%) mengonsumsi obat tidur sekali atau dua kali dalam seminggu.

Tabel 4.11. Distribusi Disfungsi Siang Hari Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pertanyaan Jawaban Seberapa sering

kesulitan untuk tidak mengantuk saat mengemudi, makan, atau bersosialisasi Tidak selama sebulan terakhir Kurang dari sekali dalam seminggu Sekali atau dua kali dalam seminggu Tiga kali atau lebih dalam seminggu

N % N % N % N %

19 63,3 11 36,7 0 0 0 0

Seberapa besar masalah itu telah mengurangi

antusiasme untuk menyelesaikan sesuatu. Tidak ada masalah sama sekali hanya masalah yang sangat kecil Sedikit masalah Masalah yang sangat besar

N % N % N % N %

[image:54.612.108.527.407.655.2]
(55)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan disfungsi siang hari, paling banyak perawat tidak mengalami kesulitan untuk tidak mengantuk saat mengemudi, makan, atau bersosialisasi selama sebulan terakhir yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) dan paling sedikit perawat mengalaminya kurang dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 11 orang (36,7%). Berdasarkan pertanyaan “seberapa besar masalah itu telah mengurangi antusiasme untuk menyelesaikan sesuatu” paling banyak perawat menjawab “tidak ada masalah sama sekali” dan “hanya masalah yang sangat kecil” yaitu masing-masing sebanyak 15 orang (50%).

4.2.5. Kualitas Tidur

[image:55.612.114.520.428.508.2]

Adapun kualitas tidur perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Kualitas Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Kualitas Tidur Perawat Jumlah

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 20 66,7

Buruk 10 33,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 20 orang (66,7%). Sebanyak 10 perawat memiliki kualitas tidur buruk yaitu 9 orang (33,3%)

4.2.6. Keluhan Kesehatan

(56)
[image:56.612.111.519.147.515.2]

liii

Tabel. 4.13. Distribusi Keluhan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.

Dari tabel di atas, berdasarkan keluhan kesehatan berupa kehitaman di sekitar mata, sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 26 orang (86,7%). Berdasarkan keluhan kesehatan berupa bengkak di kelopak mata sebagian besar perawat tidak pernah mengalaminya yaitu sebanyak 28 orang (93,3%). Berdasarkan keluhan kesehatan berupa gangguan saluran pencernaan, sebagian perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Berdasarkan keluhan kesehatan berupa lemah sebagian besar perawat kadang-kadang No Keluhan Kesehatan Ya, sering Ya,

kadang-kadang

Tidak Pernah

Jumlah

N % N % N % N %

1 Kehitaman di sekitar mata

1 3,3 26 86,7 3 10 30 100

2 Bengkak di kelopak mata

0 0 2 6,7 28 93,3 30 100

3 Gangguan saluran pencernaan

2 6,7 25 83,3 3 10 30 100

4 Lemah 11 36,7 19 63,3 0 0 30 100

5 Letih 14 46,7 16 53,3 0 0 30 100

6 Lesu 13 43,3 17 56,7 0 0 30 100

7 Sakit kepala 7 23,3 21 70 2 6,7 30 100

(57)
(58)

lv BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan, berdasarkan kualitas tidur subjektif paling banyak perawat merasa memiliki kualitas tidur cukup baik yaitu sebanyak 12 orang (40%) dan paling sedikit perawat merasa memiliki kualitas tidur cukup buruk yaitu sebanyak 7 orang (23,3%). Perbedaan antara hasil kualitas tidur subjektif dengan kualitas tidur yang diukur dengan PSQI disebabkan karena jawaban perawat sangat bersifat subjektif tanpa disertai pengetahuan tentang kualitas tidur yang baik dan buruk.

Berdasarkan latensi tidur, paling banyak perawat membutuhkan waktu untuk tidur selama <15 menit yaitu sebanyak 18 orang (60 %), tidak ada perawat yang membutuhkan waktu untuk tidur lebih dari 60 menit. Paling banyak perawat tidak bisa tidur dalam waktu 30 menit selama kurang dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Pada individu normal latensi tidur biasanya terjadi kira-kira 10-20 menit (Majid, 2009). Dilihat dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian perawat memiliki latensi tidur yang normal.

(59)

waktu untuk tidur selama 16-18 jam sehari, sedangkan manusia dewasa normal rata-rata membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam sehari.

Dalam hal durasi tidur, mayoritas perawat tidak mengalami masalah karena durasi tidur mereka normal. Jumlah kebutuhan istirahat dan tidur tiap individu bervariasi menurut usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam untuk tidur (Potter & Perry, 2005). Menurut Kozier (2004) kebutuhan istirahat dan tidur seseorang bergantung kepada umur, penyakit fisik, obat-obatan, stresemosional, dan lingkungan.

Berdasarkan efisiensi tidur, paling banyak perawat tidur jam 21.00 WIB yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Paling banyak perawat bangun tidur di pagi hari pada pukul 05.00 WIB dan 06.00 WIB, masing-masing sebanyak 14 orang (46,7%). Berdasarkan durasi tidur, paling banyak perawat tidur lebih dari 7 jam yaitu sebanyak 26 orang (86,7%). Tidak ada perawat yang tidur kurang dari 5 jam. Paling banyak perawat memiliki efisiensi tidur >85% yaitu sebanyak 29 orang (96,7%).

(60)

lvii

otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik (Japardi, 2002). Hampir semua o8urang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi, 2002).

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup (Japardi, 2002).

Berdasarkan penggunaan obat tidur, sebanyak 6 orang (20%) mengonsumsi obat tidur kurang dari sekali dalam seminggu. Penggunaan obat tidur dapat memberikan efek samping yang berhubungan dengan meliputi: residual daytime

sedation, gangguan kognitif, motor incoordination, ketergantungan, rebound

insomnia. Obat tidur yang dijual bebas sering kali membuat seseorang mengantuk

(61)

dari tidur (Handayani, 2008). Tipe obat tidur yang diperoleh dengan resep dokter bekerja dengan baik untuk membantu seseorang untuk tertidur dan mempertahankan tidur, bahkan sampai sepanjang hari. Walau bagaimanapun tidak dianjurkan bagi seseorang untuk terbiasa mengkonsumsinya (misalnya lebih dari satu atau dua kali dalam seminggu) karena tidak ada penelitian pada pekerja shift dan penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan obat tidur oleh pekerja shift di setiap waktu pada saat mereka ingin tertidur sepanjang hari bukanlah jalan keluar yang baik. Pada beberapa orang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, mereka selalu menggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terus berlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marah jika konsumsi obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yang lama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangun dari tidur (Handayani, 2008).

Berdasarkan disfungsi siang hari, paling banyak perawat tidak mengalami kesulitan untuk tidak mengantuk saat mengemudi, makan makanan, atau terlibat dalam kegiatan sosial yaitu sebanyak 19 orang (63,3%).

(62)

lix

3 kali lebih rentan mengalami rasa dingin. Kualitas tidur seseorang tidak selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang berkualitas baik adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembali serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti sedangkan kualitas tidur yang berkualitas buruk sebaliknya (Handayani, 2008). Kualitas tidur dipengaruhi oleh shift kerja. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam (Pulat, 2002). Kualitas tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebutuhan keesokan harinya. Kualitas tidur akan naik apabila ada keseimbangan antara tidur fase NREM dan fase REM (Kompas, 2003).

Dekker et.al., menyatakan bahwa kualitas tidur pekerja dengan shift kerja berbeda dengan pekerja yang tidak shift kerja (Wijaya dkk, 2006). Survei Tepas et. al. (1985) menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith et. Al. (1982) menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur (Wijayanti, 2004).

(63)

dapat terjadi karena ruang tidur mereka yang kurang nyaman, kurang melakukan exercise setiap pagi, mengalami stres kerja, dan gangguan tidur yang lainnya.

5.2. Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan, berdasarkan keluhan kesehatan berupa kehitaman di sekitar mata, sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 26 orang (86,7%).

Orang yang kurang tidur biasanya terlihat pucat dan kurang lancarnya penyebaran darah dan karena daerah mata jauh lebih sensitive dibandingkan daerah tubuh lainnya maka perubahan akan jauh lebih terlihat dengan munculnya lingkaran hitam (Anonim, 2013).

Berdasarkan keluhan kesehatan berupa gangguan saluran pencernaan, sebagian perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Gangguan pencernaan dapat terjadi karena kurangnya zat kimia bernama TFF2 di dalam perut/usus yang mampu memperbaiki kerusakan jaringan. TFF2 akan timbul pada malam hari, jadi ketika orang yang kurang tidur dan kebanyakan begadang kadar zat tersebut menurun (Anonim, 2013).

(64)

lxi

Tidur memulihkan dan meremajakan sel-sel tubuh, mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh selama proses tidur, serta memberi energi bagi tubuh dan otak. Kebutuhan ini sangat penting dan harus dipenuhi, karena kurang tidur dapat menyebabkan selalu lelah, letih dan lesu (Hestiantoro, 2001).

Berdasarkan keluhan kesehatan berupa sakit kepala sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 21 orang (70%). Berdasarkan keluhan kesehatan berupa mata perih sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 25 orang (83,3%).

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat rawat inap di RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Berdasarkan perhitungan ke-tujuh komponen PSQI yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi siang hari diperoleh kualitas tidur perawat paling banyak memiliki kualitas tidur baik yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) dan paling sedikit memiliki kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 10 orang (33,3%).

2. Berdasarkan keluhan kesehatan, keluhan tertinggi adalah letih yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) dan keluhan terendah adalah mata perih dan kehitaman di sekitar mata yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).

6.2. Saran

(66)

lxiii b. Bagi perawat:

1. Untuk meningkatkan kualitas tidur disarankan agar mengusahakan jam tidur – bangun secara teratur, usahakan agar kamar tidur nyaman dan tidak terlalu terang, melakukan exercise setiap pagi, menyingkirkan hal-hal yang dapat mengganggu tidur.

2. Untuk mencegah gangguan pencernaan pada perawat sebaiknya mengkonsumsi makanan yang berserat.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Aimul, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan. Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ayas, N. 2004. Dampak dan Pengaruh Tidur terhadap Kesehatan. November 2012.

Anonim. 2012. Bahaya Kerja Shift Malam

Anonim, 2013. Penyebab dan Obat Alami Mata Panda Hitam di Sekitar Mata.

Anonim, 2013. Kebanyakan Begadang Bisa Timbulkan Gangguan Kesehatan.

Aria, B. 2006. Menggapai Prestasi Puncak dengan Tidur.

Bussye D, et al. 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrumen For Psychiatric and Research. Available at: Http//sakai.ohsu.Edu/acces/content /brodym/N547A%20spring08/apendix/PSQI.doc. Diakses 20 Februari 2013

Craven, R. F & Hindle, C. J (2000). Fundamentals of Nursing Human health and Function (3rd ed). Philadelphia –J.B. Lippincott Company.

Djauzi, S

Gambar

Tabel 2.1. Metropolitan Rota
Tabel 2.2. Continental Rota
Tabel 2.3. Sistem Empat Orang Siklus 32 Jam
Tabel 4.1. Distribusi Perawat Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Inap  RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan obat tidur, baik yang diresepkan atau tidak diresepkan untuk.. memperbaiki kualitas tidurnya; 7) Disfungsi pada siang hari yaitu kualitas tidur. yang kurang baik

Peneliti berasumsi bahwa adanya konflik interpersonal pada perawat yang bekerja di RSUD Gunung tua disebabkan kurangnya komunikasi antara perawat selain itu Konflik peran timbul jika