PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI
CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
T E S I S
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI
CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
T E S I S
Disetujui Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
EVY OKTOVINA GURNING NIM. 8136122014
Menyetujui, Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. NIP. 19600705 198601 1 001 NIP. 19590713 198601 1 001
Diketahui:
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
i
ABSTRACT
EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. The Effect Model Cooperative Learning and Linguistic Intelligence for Appreciation Short Story in Class X student of SMAN 16 Medan Academic Year 2014/2015. Thesis. Graduate Program, State University of Medan.
ABSTRAK
EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Linguistik terhadap Kemampuan Apresiasi Cerpen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini di buat untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Kiranya bantuan, masukan-masukan serta saran yang diberikan akan dibalas Allah SWT dengan kebajikan yang berlipat ganda.
Rasa terimakasih tiada terhingga penulis ungkapkan pada Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. sebagai Pembimbing II, yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd., Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd., dan Dr. Abdurahman Adisyahputera, M.Pd, sebagai narasumber yang begitu banyak memberikan arahan dan masukan dalam rangka menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta seluruh staff yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam studi,
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., Selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan beserta staff yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis,
4. Dra.Hj. Sri Irawati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 16 yang telah memberikan motivasi dan dukungannya selama penulis duduk di bangku perkuliahan dan dalam melakukan penelitian.
5. Drs. Hasbi Mansyur, MM. dan Wahidah Ramadhani, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian.
6. Ayahanda tercinta H. Albinus Gurning (Alm), Ibunda Hj. Dermawan Siregar sosok yang memberikan teladan, kakanda dan seluruh adinda: Ir. Hj. Masta Juwita Gurning, MM., Srie Dara Rezeki Gurning, H. Dedy Gurning, ST., Safrul Kalkautsar Gurning, SE., yang senantiasa memberikan motivasi serta doa dalam menyelesaikan studi penulis.
7. Sahabatku Dra. Zulkaedah Panggabean yang selalu menemaniku disaat susah dan senang.
8. Kekasih hatiku Teguh Imanto, yang menetap di hatiku selalu...
9. Ananda tersayang M. Rizky Munthazir Sirait yang memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi tepat waktu.
Terima kasih yang tiada terhingga dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho atas apa yang telah dan akan kita kerjakan. Amin.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
v
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian... 13
F. Manfaat Penelitian... 13
BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 16
A. Kajian Teoretis ... 16
1. Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 16
2. Model Pembelajaran Kooperatif... 27
3. Kecerdasan Linguistik ... 41
B. Penelitian yang Relevan ... 45
C. Kerangka Berpikir ... 46
D. Pengajuan Hipotesis ... 56
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 57
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57
B. Populasi dan Sampel... 57
C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 58
D. Metode dan Rancangan Penelitian ... 60
E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 61
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrrumen Penelitian... 67
G. Teknik Analisis Data ... 75
H. Hipotesis Statistik... 78
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 79
A. Deskripsi Data Penelitian ... 79
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 91
D. Pembahasan Hasil Penelitian... 103
E. Keterbatasan Penelitian ... 116
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 118
A. Simpulan... 118
B. Implikasi... 119
C. Saran... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
vii
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal.
1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010
s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan... 5
2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 29
2.2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 39
3.1. Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015... 57
3.2. Sampel Penelitian... 58
3.3. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2... 61
3.4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 69
3.5. Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Linguistik ... 70
4.1. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 79
4.2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81
4.3. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 82
4.4. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Rendah... 83
4.5. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 85
4.6. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 87
4.7. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 88
4.8. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 90
4.9. Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ... 91
4.10. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif... 94
4.11. Ringkasan Analisis Varians Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 95
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal.
4.1. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 80 4.2. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81 4.3. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan
Linguistik Tinggi... 83 4.4. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan
Linguistik Rendah ... 84 4.5. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan
Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 86 4.6. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan
Kecerdasan Linguistik Rendah... 87 4.7. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan
Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 89 4.8. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model
Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan
Kecerdasan Linguistik Rendah... 90 4.9 Garis Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal.
1. RPP Strategi Pembelajaran Team Investigation Group ... 125
2. RPP Strategi Pembelajaran Think Pair Share ... 133
3. Instrumen Penelitian... 139
4. Sebaran Uji Coba Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 152
5. Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 154
6. Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 156
7. Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen.... 157
8. Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 159
9. Sebaran Uji Coba Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 161
10. Perhitungan Validitas Instrumen Kecerdasan Linguistik... 162
11. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 164
12. Sebaran Data Kecerdasan Linguistik dan Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 167
13. Data Pokok Penelitian ... 169
14. Perhitungan Distribusi Frekuensi... 170
15. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 184
16. Uji Homogenitas Varians Data ... 194
17. Perhitungan ANAVA ... 197
18. Uji Scheffe... 200
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Komponen-komponen pendidikan merupakan satu kesatuan yang turut
menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah, salah satu komponen yang
dimaksud adalah bidang pengajaran di antaranya Bahasa Indonesia.
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah menengah lebih
diarahkan pada kompetensi murid untuk berbahasa dan berapresiasi cerpen.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara terintegrasi.
Kurikulum satuan pendidikan mengemukakan bahwa pembelajaran sastra
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menghayati dan memahami karya
sastra. Sejalan dengan itu Djuanda (2002:54) mengemukakan “pengetahuan
tentang karya sastra dijadikan sebagai penunjang dalam mengapresiasi”.
2
Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni
orang-orang yang tugasnya setiap hari membina pelajaran Bahasa Indonesia.
Dia adalah orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan Bahasa
Indonesia. Dia juga yang selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran
Bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya
pengajaran bahasa Indonesia memang di antaranya ditentukan oleh faktor guru,
di samping faktor-faktor lainnya, seperti faktor murid, metode pembelajaran,
kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak
kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan disertai pengelolaan yang
memadai.
Pelajaran sastra adalah bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia tingkat
menengah selain dari keterampilan menyimak, mendengarkan, menulis dan
berbicara sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karya sastra
menjadi obyek publik untuk dikomsumsi pada saat waktu senggang dan dapat
dinikmati dalam keadaan apa saja, dimana saja, dan siapa saja. Sastra
merupakan ciptaan manusia yang memiliki ciri yang khas karena penyair
berhak ingin menjadi apa saja dalam karyanya. Sastra merupakan kegiatan
kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman dalam bentuk karya sastra yang
fundamental, baik itu dalam bentuk prosa, drama dan puisi sehingga penikmat
atau pengapresiasi mampu membedakan jenis dan karakteristik karya itu
sendiri.
Karya sastra mengandung unsur estetika yang menimbulkan rasa
3
penikmatnya. Seorang pencipta karya sastra tidak hanya ingin
mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, melainkan secara implisit ia
bermaksud juga mendorong, memengaruhi pembaca agar ikut memahami,
menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan di dalam
karyanya. Seorang siswa sudah seharusnya diperkenalkan dengan karya sastra.
Karena karya sastra bersifat universal dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
karena merupakan cerminan kehidupan yang nyata yang dituangkan dalam
bentuk dokumentasi berupa tulisan.
Sudah bukan rahasia lagi dan seolah-olah sudah menjadi asumsi umum
bahwa hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dari sekolah dasar
sampai sekolah lanjutan kurang memuaskan. Masalah yang dimaksud adalah
dilihat dari hasil ujian sebagai salah satu barometer keberhasilan pengajaran
bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut juga pernah peneliti jumpai dalam
beberapa kali pengalaman mengoreksi hasil ujian mengapresiasi sastra siswa
sekolah menengah atas. Dari hasil ujian tersebut banyak para siswa tersebut
kesulitan memahami dan menafsirkan karya sastra tersebut terutama dalam
menentukan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Terlepas dari
faktor-faktor lain dari kenyataan tersebut, kita dapat berasumsi bahwa
4
demikian, tugas guru sastra tidak hanya memberikan pengetahuan (aspek
kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa
cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar
kelas.
Pembelajaran apresiasi cerpen di sekolah menengah atas diharapkan
terlaksana sesuai harapan. Dalam kenyataan kondisi tersebut sangat
mengecewakan. Hal ini dinyatakan Suriyanti (2004:2) bahwa “kondisi
pengajaran sastra sejauh ini sangat mengecewakan, kekecewaan terhadap
pengajaran sastra dirasakan nyaris banyak kalangan seperti sastrawan oleh
pemerhati sastra, masyarakat, murid, bahkan juga kalangan guru sendiri”.
Trimansyah (1999:2) mengatakan kondisi sastra dan pembelajarannya terasa
terhenti dan jauh tertinggal dan hampir tidak digubris, akibatnya tertinggalnya
sastra anak-anak, murid tidak mengetahui keberadaan sastranya. Hafid
(2003:5) mengungkapkan “bahan pembelajaran apresiasi di sekolah-sekolah
bertumpu pada buku paket”. Kegiatannya hanya menjawab pertanyaan yang
ada dalam buku teks, kemampuan apresiasi hanya berupa pemahaman cerita,
bukan pengalaman bersastra dan penikmatan cerita, serta tidak terjadi interaksi
apresiasi antara murid dengan bacaan cerita.
Noor (2011:75) menyatakan pembelajaran sastra yang idealnya menarik
dan besar sekali manfaatnya bagi siswa disajikan hanya sekedar memenuhi
tuntutan kurikulum. Namun dalam kenyataannya hakikat pembelajaran sastra
tidak ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi ini menyebabkan
5
Salah satu sekolah yang peneliti temui adalah SMA Negeri 16 Medan, seperti
disajikan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010 s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan
No Tahun Pelajaran Nilai Nilai Rata-Rata
Tertinggi TerendahNilai Rata-RataNilai KKM
1 2009/2010 78 50 60 70
2 2010/2011 74 55 65 71
3 2011/2012 82 60 65 72
4 2012/2013 79 55 66 73
Sumber: Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan, 2014, data diolah
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar apresiasi
cerpen siswa di bawah KKM pada empat tahun ajaran berturut-turut. Menurut
keterangan dari guru Bahasa Indonesia dan siswa di SMA Negeri 16 Medan,
masalah nilai di atas diakibatkan para siswa SMA cenderung mengalami
kesulitan memahami bagaimana mengapresiasi cerpen yang tepat. Artinya,
masalah juga terdapat pada guru-guru Bahasa Indonesia, yang kurang mampu
menjelaskan materi apresiasi cerpen secara tepat dan sederhana.
Dengan pembelajaran apresiasi cerpen, siswa bisa belajar memahami
nilai-nilai agung berupa pergulatan baik dan buruk, realitas sosial, nilai-nilai
religiusitas dan moral yang bisa mempertajam kepekaan terhadap kondisi
masyarakat dan tingkah laku sesama, baik dari karakter tokoh maupun latar
6
mengungkapkan apresiasi cerpen adalah kegiatan menggauli karya sastra
secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya
sastra.
Dalam mengapresiasi cerpen tiga langkah, pertama adalah keterlibatan
jiwa, dalam kegiatan ini pembaca memahami masalah-masalah, merasakan
perasaan-perasaan, dan dapat membayangkan dunia khayal yang diciptakan
sastrawan. Kedua, adalah pembaca menghargai dan mengagumi penguasaan
sastrawan di dalam memilih, mengolah, dan menyusun lambang-lambang
hingga sastrawan dapat menyampaikan pengalaman secara memadai.
Penghargaan dan kekaguman ini menimbulkan rasa puas. Ketiga, tingkat ketika
pembaca memasalahkan dan menemukan hubungan (relevansi) pengalaman
yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang
dihadapinya. Pada tingkat ini pembaca memahami bahwa walaupun dunia
khayal yang diciptakan bukan kenyataan, tetapi justru dunia itu diciptakan agar
dapat memahami dan menghayati dunia dan kehidupan nyata dengan lebih
baik.
Bertolak pada permasalahan yang muncul dari berbagai aktivitas
pembelajaran di atas, maka perlu adanya kegiatan pembelajaran yang disajikan
dengan cara mendorong keaktifan, mampu meningkatkan solidaritas, dan
mengoptimalkan keterlibatan siswa. Pemilihan strategi dan metode yang tepat
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan pada akhirnya akan
7
tanpa suatu model pembelajaran yang cocok, tepat, dan jitu tidak mungkin
tujuan tercapai. Oleh karena itu, guru seharusnya mampu mencari model
pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses
pengajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan hasil
belajar diharapkan dapat lebih ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
pembelajaran apresiasi cerpen adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share merupakan
salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang
melibatkan siswa secara aktif belajar dalam suasana kelompok untuk
memecahkan masalah belajar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain (Getter dan Rowe,
2008:117). Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi
mereka juga harus siap dan bertanggung jawab memberikan maupun
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain (Nurhadi
dan Senduk, 2003:69). Oleh karena itu, siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan.
8
siswa dapat terlihat sehingga muncul jawaban-jawaban secara spontan yang
bisa memberikan kontribusi pada kelompok yang sedang dihadapinya.
Sehingga di sini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator.
Siswa yang kesulitan akan tertolong dan materi yang sulit akan lebih mudah
untuk dipahami siswa sehingga ketuntasan dalam proses pembelajaran dapat
tercapai.
Selain model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, salah satu
model pembelajaran yang dapat dikedepankan adalah pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI). Group investigation adalah kelompok kecil
untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini
menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil
akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta
pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual
siswa dibandingkan belajar secara individual. Eggen dan Kauchak seperti
dikutip Maimunah, 2005:21) mengemukakan group investigation adalah
strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik.
Dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap
pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok.
Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3 – 5 orang, dan akhirnya siswa dapat
menggabungkan, mempersentasikan dan mengikhtisarkan jawaban mereka
9
sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan
pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan
masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan
menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar
kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi
yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat
menghasilkan produk berupa laporan kelompok. Yang terpenting dalam
pembelajaran yang menggunakan model investigasi kelompok, guru harus
memberikan contoh (memodelkan) berbagai keterampilan sosial dan
komunikasi yang diharapkan dari siswa.
Selain faktor model pembelajaran yang tepat sebagai faktor eksternal,
faktor lain sebagai faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar
apresiasi cerpen siswa adalah kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik
adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara
lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata,
urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan.
Gardner (1999:48) mengungkapkan kecerdasan linguistik merupakan
kemampuan yang dimiliki individu yang melibatkan kepekaan terhadap bahasa
10
suka menulis kreatif di rumah, mengarang kisah khayal atau menuturkan
lelucon dan cerita, sangat hapal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil,
menikmati membaca buku di waktu senggang, mengeja kata-kata dengan cepat
dan mudah, menyukai pantun lucu dan permainan kata, suka mengisi teka-teki
silang atau melakukan permainan seperti scrable atau anagram, menikmati
mendengarkan kata-kata lisan (cerita, program radio, pembacaan buku dan
lain-lain), mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya, dan unggul
dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis. Siswa
yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar
membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi.
Bagi guru mengetahui kecerdasan linguistik siswa sangat diperlukan
untuk meningkatkan cara belajar siswa, sehingga siswa terdorong mengikuti
setiap proses pembelajaran yang berakhir pada capaian hasil belajar optimal.
Tinggi rendahnya kecerdasan linguistik siswa terlihat dari perilakunya seperti
keinginan untuk terlibat secara penuh dalam setiap proses belajar, keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, keinginan untuk berhasil, dan
sebagainya. Kecerdasan linguistik merupakan dorongan yang diterima siswa
untuk berbuat lebih baik dalam mencapai hasil belajar apresiasi cerpen yang
tinggi.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini diberi judul
“Pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap
hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
masalah yang ada sebagai berikut: Berapa besar pemanfaatan model
pembelajaran pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Faktor-faktor apa
saja yang harus diperhatikan dalam meningkatkan hasil belajar apresiasi cerpen
siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Untuk mencapai tujuan pembelajaran
apresiasi cerpen, penggunaan model pembelajaran apa yang efektif? Jika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, apakah
kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil
belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Jika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup investigation, apakah
kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh terhadap hasil
belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Apakah tingkat
kecerdasan linguistik berpengaruh terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa
kelas X SMA Negeri 16 Medan? Model pembelajaran manakah yang sesuai
untuk siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi? Model pembelajaran
12
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut,
maka masalah yang dikaji dalam penelitian dibatasi pada masalah yang
berkaitan dengan hasil belajar apresiasi cerpen, yaitu pengaruh model
pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar
apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan. Model pembelajaran
dalam penelitian ini dibatasi hanya pada model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Sharedan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation.
Hasil belajar apresiasi cerpen lebih ditekankan pada kemampuan siswa
mengapresiasi cerpen yang diukur dengan lembar observasi apresiasi cerpen
sesuai pedoman yang dipakai guru. Subjek dalam penelitian dibatasi hanya
pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.
D. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16
Medan?
2. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan
linguistik tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki
13
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan
kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa
kelas X SMA Negeri 16 Medan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16
Medan.
2. Hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik
tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kecerdasan
linguistik rendah pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.
3. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik
terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16
Medan.
F. Manfaat Penelitian
14
bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa
mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dan GI melibatkan siswa secara aktif dalam belajar bahasa
Indonesia.
2) Diharapkan siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya
sendiri dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam
menghadapi permasalahan yang dihadapi, memperoleh pengalaman
baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.
b. Bagi Guru
Diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1) Bahan informasi keefektifan penggunaan model pembelajaran dalam
apresiasi cerpen siswa.
2) Bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat dan efektif serta sesuai dengan kecerdasan
linguistik siswa.
c. Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1) Bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna
15
2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan guru Bahasa
Inggris dalam menggunakan model pembelajaran sesuai dengan
kecerdasan linguistik siswa.
d. Bagi Dinas Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1) Bahan pertimbangan untuk pengembangan model-model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas.
2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru
khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair SharedanGroup Investigation.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam penulisan penelitian
ilmiah untuk mengembangkan kemampuan mengajar peneliti sebagai
118 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:
1. Kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipethink pair share.
2. Kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik rendah.
119
B. Implikasi
Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, di antaranya:
1. Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, yakni kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam pengembangan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi cerpen. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, siswa akan merasakan bagaimana mengapresiasi cerpen dengan tepat sebelum menuliskannya/ mengucapkannya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian menyatakan bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigationlebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipethink pair share. 2. Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, yakni kemampuan
120
bagaimana cara menggunakan mengapresiasi cerpen secara tepat. Peningkatkan kecerdasan linguistik siswa dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada siswa dalam bentuk nasihat-nasihat belajar dan sebagainya. Kecerdasan linguistik siswa dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi cerpen pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.
3. Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, yakni terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen pada siswa. Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran kooperatif yang digunakan guru dengan tingkat kecerdasan linguistik siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang dapat memaksimalkan kemampuan siswa, baik pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik dengan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa.
C. Saran
121
1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa perlu dilakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan: (a) mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran mengapresiasi cerpen pada pelajaran Bahasa Indonesia, (b) pihak sekolah harus menyediakan peralatan belajar yang dipakai untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dan (c) melaksanakan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation kepada seluruh guru.
2. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan linguistik pada siswa perlu dilakukan upaya sebagai berikut: (a) melakukan tes kecerdasan linguistik siswa sebelum melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia, untuk mengetahui posisi awal pembelajaran dilakukan, dan (b) sekolah memfasilitasi les tambahan untuk melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia.
122
DAFTAR PUSTAKA
Akçay, Nilüfer Okur dan Kemal Doymus. 2012. “The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements”.Journal of Educational Sciences Research Internasional E-Journal. Vol. 2 No. 1 June 2012
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo
Arends, Richard. 2008.Learning to Teach. New York: McGraw Hill Company Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan -tps.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2014
Getter, Kristin L dan D. Bradley Rowe. 2008. “Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course”. NACTA Journal, December 2008. pp. 39-43
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ibe, N. 2009. “Metacognitive Strategies on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”. Science Education International. Vol. 20, No.1/2, December 2009, 25-31
Ibnian, Salem Saleh Khalaf dan Ala’ Daifallah Hadban. 2013. “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”. International Journal of Humanities and Social Science Vol.3 No.4. Special Issue – February 2013 Ibrahim, N. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-Universitas Press Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.
123
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012.Analisis Penerapan: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Maimunah. 2005. “Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model
GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM”. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Nurgiyantoro, Burhan. 2010.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
____________________. 2010.Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang
Pitoyo, Andri., Herman J. Waluyo, dan Sarwiji Suwandi, Andayani. 2014. “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style”.Journal of Education and Practice Vol.5, No.1, 2014 Sani, Ridwan Abdullah. 2010.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup
Saputro, Suprihadi. 2000. Strategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Malang
Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media
Semi, M. Atar. 1988.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya
Sharan, Shlomo. 2009. Hanbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta: Imperium
124
Sungur, S., Tekkaya, C. dan Geban, O. 2006. “Improving Achievement Through Problem Based Learning”.Journal of Biology Education, 40(4):155-160 Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Suryanti, Budhiyanto J. dan Nugroho, Ika P. 2004, “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Trimansyah, Bambang. 1999.Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa