• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI

CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI

CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

T E S I S

Disetujui Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

EVY OKTOVINA GURNING NIM. 8136122014

Menyetujui, Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. NIP. 19600705 198601 1 001 NIP. 19590713 198601 1 001

Diketahui:

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRACT

EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. The Effect Model Cooperative Learning and Linguistic Intelligence for Appreciation Short Story in Class X student of SMAN 16 Medan Academic Year 2014/2015. Thesis. Graduate Program, State University of Medan.

(7)

ABSTRAK

EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Linguistik terhadap Kemampuan Apresiasi Cerpen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini di buat untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Kiranya bantuan, masukan-masukan serta saran yang diberikan akan dibalas Allah SWT dengan kebajikan yang berlipat ganda.

Rasa terimakasih tiada terhingga penulis ungkapkan pada Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. sebagai Pembimbing II, yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd., Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd., dan Dr. Abdurahman Adisyahputera, M.Pd, sebagai narasumber yang begitu banyak memberikan arahan dan masukan dalam rangka menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta seluruh staff yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam studi,

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., Selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan beserta staff yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis,

(9)

4. Dra.Hj. Sri Irawati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 16 yang telah memberikan motivasi dan dukungannya selama penulis duduk di bangku perkuliahan dan dalam melakukan penelitian.

5. Drs. Hasbi Mansyur, MM. dan Wahidah Ramadhani, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian.

6. Ayahanda tercinta H. Albinus Gurning (Alm), Ibunda Hj. Dermawan Siregar sosok yang memberikan teladan, kakanda dan seluruh adinda: Ir. Hj. Masta Juwita Gurning, MM., Srie Dara Rezeki Gurning, H. Dedy Gurning, ST., Safrul Kalkautsar Gurning, SE., yang senantiasa memberikan motivasi serta doa dalam menyelesaikan studi penulis.

7. Sahabatku Dra. Zulkaedah Panggabean yang selalu menemaniku disaat susah dan senang.

8. Kekasih hatiku Teguh Imanto, yang menetap di hatiku selalu...

9. Ananda tersayang M. Rizky Munthazir Sirait yang memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi tepat waktu.

Terima kasih yang tiada terhingga dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho atas apa yang telah dan akan kita kerjakan. Amin.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(10)

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian... 13

F. Manfaat Penelitian... 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 16

A. Kajian Teoretis ... 16

1. Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 16

2. Model Pembelajaran Kooperatif... 27

3. Kecerdasan Linguistik ... 41

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 46

D. Pengajuan Hipotesis ... 56

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Populasi dan Sampel... 57

C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 58

D. Metode dan Rancangan Penelitian ... 60

E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 61

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrrumen Penelitian... 67

G. Teknik Analisis Data ... 75

H. Hipotesis Statistik... 78

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 79

A. Deskripsi Data Penelitian ... 79

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 91

(11)

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 103

E. Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 118

A. Simpulan... 118

B. Implikasi... 119

C. Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

(12)

vii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010

s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan... 5

2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 39

3.1. Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015... 57

3.2. Sampel Penelitian... 58

3.3. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2... 61

3.4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 69

3.5. Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Linguistik ... 70

4.1. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 79

4.2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81

4.3. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 82

4.4. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Rendah... 83

4.5. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 85

4.6. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 87

4.7. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 88

4.8. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 90

4.9. Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ... 91

4.10. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif... 94

4.11. Ringkasan Analisis Varians Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 95

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal.

4.1. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 80 4.2. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81 4.3. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan

Linguistik Tinggi... 83 4.4. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan

Linguistik Rendah ... 84 4.5. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan

Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 86 4.6. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan

Kecerdasan Linguistik Rendah... 87 4.7. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan

Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 89 4.8. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan

Kecerdasan Linguistik Rendah... 90 4.9 Garis Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal.

1. RPP Strategi Pembelajaran Team Investigation Group ... 125

2. RPP Strategi Pembelajaran Think Pair Share ... 133

3. Instrumen Penelitian... 139

4. Sebaran Uji Coba Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 152

5. Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 154

6. Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 156

7. Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen.... 157

8. Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 159

9. Sebaran Uji Coba Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 161

10. Perhitungan Validitas Instrumen Kecerdasan Linguistik... 162

11. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 164

12. Sebaran Data Kecerdasan Linguistik dan Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 167

13. Data Pokok Penelitian ... 169

14. Perhitungan Distribusi Frekuensi... 170

15. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 184

16. Uji Homogenitas Varians Data ... 194

17. Perhitungan ANAVA ... 197

18. Uji Scheffe... 200

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Komponen-komponen pendidikan merupakan satu kesatuan yang turut

menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah, salah satu komponen yang

dimaksud adalah bidang pengajaran di antaranya Bahasa Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah menengah lebih

diarahkan pada kompetensi murid untuk berbahasa dan berapresiasi cerpen.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara terintegrasi.

Kurikulum satuan pendidikan mengemukakan bahwa pembelajaran sastra

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menghayati dan memahami karya

sastra. Sejalan dengan itu Djuanda (2002:54) mengemukakan “pengetahuan

tentang karya sastra dijadikan sebagai penunjang dalam mengapresiasi”.

(16)

2

Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni

orang-orang yang tugasnya setiap hari membina pelajaran Bahasa Indonesia.

Dia adalah orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan Bahasa

Indonesia. Dia juga yang selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran

Bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya

pengajaran bahasa Indonesia memang di antaranya ditentukan oleh faktor guru,

di samping faktor-faktor lainnya, seperti faktor murid, metode pembelajaran,

kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak

kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan disertai pengelolaan yang

memadai.

Pelajaran sastra adalah bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia tingkat

menengah selain dari keterampilan menyimak, mendengarkan, menulis dan

berbicara sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karya sastra

menjadi obyek publik untuk dikomsumsi pada saat waktu senggang dan dapat

dinikmati dalam keadaan apa saja, dimana saja, dan siapa saja. Sastra

merupakan ciptaan manusia yang memiliki ciri yang khas karena penyair

berhak ingin menjadi apa saja dalam karyanya. Sastra merupakan kegiatan

kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman dalam bentuk karya sastra yang

fundamental, baik itu dalam bentuk prosa, drama dan puisi sehingga penikmat

atau pengapresiasi mampu membedakan jenis dan karakteristik karya itu

sendiri.

Karya sastra mengandung unsur estetika yang menimbulkan rasa

(17)

3

penikmatnya. Seorang pencipta karya sastra tidak hanya ingin

mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, melainkan secara implisit ia

bermaksud juga mendorong, memengaruhi pembaca agar ikut memahami,

menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan di dalam

karyanya. Seorang siswa sudah seharusnya diperkenalkan dengan karya sastra.

Karena karya sastra bersifat universal dan menjadi bagian yang tak terpisahkan

karena merupakan cerminan kehidupan yang nyata yang dituangkan dalam

bentuk dokumentasi berupa tulisan.

Sudah bukan rahasia lagi dan seolah-olah sudah menjadi asumsi umum

bahwa hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dari sekolah dasar

sampai sekolah lanjutan kurang memuaskan. Masalah yang dimaksud adalah

dilihat dari hasil ujian sebagai salah satu barometer keberhasilan pengajaran

bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut juga pernah peneliti jumpai dalam

beberapa kali pengalaman mengoreksi hasil ujian mengapresiasi sastra siswa

sekolah menengah atas. Dari hasil ujian tersebut banyak para siswa tersebut

kesulitan memahami dan menafsirkan karya sastra tersebut terutama dalam

menentukan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Terlepas dari

faktor-faktor lain dari kenyataan tersebut, kita dapat berasumsi bahwa

(18)

4

demikian, tugas guru sastra tidak hanya memberikan pengetahuan (aspek

kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa

cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar

kelas.

Pembelajaran apresiasi cerpen di sekolah menengah atas diharapkan

terlaksana sesuai harapan. Dalam kenyataan kondisi tersebut sangat

mengecewakan. Hal ini dinyatakan Suriyanti (2004:2) bahwa “kondisi

pengajaran sastra sejauh ini sangat mengecewakan, kekecewaan terhadap

pengajaran sastra dirasakan nyaris banyak kalangan seperti sastrawan oleh

pemerhati sastra, masyarakat, murid, bahkan juga kalangan guru sendiri”.

Trimansyah (1999:2) mengatakan kondisi sastra dan pembelajarannya terasa

terhenti dan jauh tertinggal dan hampir tidak digubris, akibatnya tertinggalnya

sastra anak-anak, murid tidak mengetahui keberadaan sastranya. Hafid

(2003:5) mengungkapkan “bahan pembelajaran apresiasi di sekolah-sekolah

bertumpu pada buku paket”. Kegiatannya hanya menjawab pertanyaan yang

ada dalam buku teks, kemampuan apresiasi hanya berupa pemahaman cerita,

bukan pengalaman bersastra dan penikmatan cerita, serta tidak terjadi interaksi

apresiasi antara murid dengan bacaan cerita.

Noor (2011:75) menyatakan pembelajaran sastra yang idealnya menarik

dan besar sekali manfaatnya bagi siswa disajikan hanya sekedar memenuhi

tuntutan kurikulum. Namun dalam kenyataannya hakikat pembelajaran sastra

tidak ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi ini menyebabkan

(19)

5

Salah satu sekolah yang peneliti temui adalah SMA Negeri 16 Medan, seperti

disajikan pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010 s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan

No Tahun Pelajaran Nilai Nilai Rata-Rata

Tertinggi TerendahNilai Rata-RataNilai KKM

1 2009/2010 78 50 60 70

2 2010/2011 74 55 65 71

3 2011/2012 82 60 65 72

4 2012/2013 79 55 66 73

Sumber: Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan, 2014, data diolah

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar apresiasi

cerpen siswa di bawah KKM pada empat tahun ajaran berturut-turut. Menurut

keterangan dari guru Bahasa Indonesia dan siswa di SMA Negeri 16 Medan,

masalah nilai di atas diakibatkan para siswa SMA cenderung mengalami

kesulitan memahami bagaimana mengapresiasi cerpen yang tepat. Artinya,

masalah juga terdapat pada guru-guru Bahasa Indonesia, yang kurang mampu

menjelaskan materi apresiasi cerpen secara tepat dan sederhana.

Dengan pembelajaran apresiasi cerpen, siswa bisa belajar memahami

nilai-nilai agung berupa pergulatan baik dan buruk, realitas sosial, nilai-nilai

religiusitas dan moral yang bisa mempertajam kepekaan terhadap kondisi

masyarakat dan tingkah laku sesama, baik dari karakter tokoh maupun latar

(20)

6

mengungkapkan apresiasi cerpen adalah kegiatan menggauli karya sastra

secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan,

kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya

sastra.

Dalam mengapresiasi cerpen tiga langkah, pertama adalah keterlibatan

jiwa, dalam kegiatan ini pembaca memahami masalah-masalah, merasakan

perasaan-perasaan, dan dapat membayangkan dunia khayal yang diciptakan

sastrawan. Kedua, adalah pembaca menghargai dan mengagumi penguasaan

sastrawan di dalam memilih, mengolah, dan menyusun lambang-lambang

hingga sastrawan dapat menyampaikan pengalaman secara memadai.

Penghargaan dan kekaguman ini menimbulkan rasa puas. Ketiga, tingkat ketika

pembaca memasalahkan dan menemukan hubungan (relevansi) pengalaman

yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang

dihadapinya. Pada tingkat ini pembaca memahami bahwa walaupun dunia

khayal yang diciptakan bukan kenyataan, tetapi justru dunia itu diciptakan agar

dapat memahami dan menghayati dunia dan kehidupan nyata dengan lebih

baik.

Bertolak pada permasalahan yang muncul dari berbagai aktivitas

pembelajaran di atas, maka perlu adanya kegiatan pembelajaran yang disajikan

dengan cara mendorong keaktifan, mampu meningkatkan solidaritas, dan

mengoptimalkan keterlibatan siswa. Pemilihan strategi dan metode yang tepat

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan pada akhirnya akan

(21)

7

tanpa suatu model pembelajaran yang cocok, tepat, dan jitu tidak mungkin

tujuan tercapai. Oleh karena itu, guru seharusnya mampu mencari model

pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses

pengajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan hasil

belajar diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam

pembelajaran apresiasi cerpen adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share merupakan

salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang

melibatkan siswa secara aktif belajar dalam suasana kelompok untuk

memecahkan masalah belajar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain (Getter dan Rowe,

2008:117). Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap dan bertanggung jawab memberikan maupun

mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain (Nurhadi

dan Senduk, 2003:69). Oleh karena itu, siswa saling tergantung satu dengan

yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan.

(22)

8

siswa dapat terlihat sehingga muncul jawaban-jawaban secara spontan yang

bisa memberikan kontribusi pada kelompok yang sedang dihadapinya.

Sehingga di sini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator.

Siswa yang kesulitan akan tertolong dan materi yang sulit akan lebih mudah

untuk dipahami siswa sehingga ketuntasan dalam proses pembelajaran dapat

tercapai.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, salah satu

model pembelajaran yang dapat dikedepankan adalah pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation (GI). Group investigation adalah kelompok kecil

untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini

menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil

akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta

pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual

siswa dibandingkan belajar secara individual. Eggen dan Kauchak seperti

dikutip Maimunah, 2005:21) mengemukakan group investigation adalah

strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk

melakukan investigasi terhadap suatu topik.

Dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap

pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok.

Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3 – 5 orang, dan akhirnya siswa dapat

menggabungkan, mempersentasikan dan mengikhtisarkan jawaban mereka

(23)

9

sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan

pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan

masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan

menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar

kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi

yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat

menghasilkan produk berupa laporan kelompok. Yang terpenting dalam

pembelajaran yang menggunakan model investigasi kelompok, guru harus

memberikan contoh (memodelkan) berbagai keterampilan sosial dan

komunikasi yang diharapkan dari siswa.

Selain faktor model pembelajaran yang tepat sebagai faktor eksternal,

faktor lain sebagai faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar

apresiasi cerpen siswa adalah kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik

adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara

lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata,

urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan.

Gardner (1999:48) mengungkapkan kecerdasan linguistik merupakan

kemampuan yang dimiliki individu yang melibatkan kepekaan terhadap bahasa

(24)

10

suka menulis kreatif di rumah, mengarang kisah khayal atau menuturkan

lelucon dan cerita, sangat hapal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil,

menikmati membaca buku di waktu senggang, mengeja kata-kata dengan cepat

dan mudah, menyukai pantun lucu dan permainan kata, suka mengisi teka-teki

silang atau melakukan permainan seperti scrable atau anagram, menikmati

mendengarkan kata-kata lisan (cerita, program radio, pembacaan buku dan

lain-lain), mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya, dan unggul

dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis. Siswa

yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar

membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi.

Bagi guru mengetahui kecerdasan linguistik siswa sangat diperlukan

untuk meningkatkan cara belajar siswa, sehingga siswa terdorong mengikuti

setiap proses pembelajaran yang berakhir pada capaian hasil belajar optimal.

Tinggi rendahnya kecerdasan linguistik siswa terlihat dari perilakunya seperti

keinginan untuk terlibat secara penuh dalam setiap proses belajar, keaktifan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, keinginan untuk berhasil, dan

sebagainya. Kecerdasan linguistik merupakan dorongan yang diterima siswa

untuk berbuat lebih baik dalam mencapai hasil belajar apresiasi cerpen yang

tinggi.

Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini diberi judul

“Pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap

hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun

(25)

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan

masalah yang ada sebagai berikut: Berapa besar pemanfaatan model

pembelajaran pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Faktor-faktor apa

saja yang harus diperhatikan dalam meningkatkan hasil belajar apresiasi cerpen

siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Untuk mencapai tujuan pembelajaran

apresiasi cerpen, penggunaan model pembelajaran apa yang efektif? Jika

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, apakah

kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil

belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Jika

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup investigation, apakah

kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh terhadap hasil

belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Apakah tingkat

kecerdasan linguistik berpengaruh terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa

kelas X SMA Negeri 16 Medan? Model pembelajaran manakah yang sesuai

untuk siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi? Model pembelajaran

(26)

12

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut,

maka masalah yang dikaji dalam penelitian dibatasi pada masalah yang

berkaitan dengan hasil belajar apresiasi cerpen, yaitu pengaruh model

pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar

apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan. Model pembelajaran

dalam penelitian ini dibatasi hanya pada model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Sharedan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation.

Hasil belajar apresiasi cerpen lebih ditekankan pada kemampuan siswa

mengapresiasi cerpen yang diukur dengan lembar observasi apresiasi cerpen

sesuai pedoman yang dipakai guru. Subjek dalam penelitian dibatasi hanya

pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.

D. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16

Medan?

2. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan

linguistik tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki

(27)

13

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan

kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa

kelas X SMA Negeri 16 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16

Medan.

2. Hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik

tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kecerdasan

linguistik rendah pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.

3. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik

terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16

Medan.

F. Manfaat Penelitian

(28)

14

bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan

sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa

mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS dan GI melibatkan siswa secara aktif dalam belajar bahasa

Indonesia.

2) Diharapkan siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya

sendiri dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam

menghadapi permasalahan yang dihadapi, memperoleh pengalaman

baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.

b. Bagi Guru

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan informasi keefektifan penggunaan model pembelajaran dalam

apresiasi cerpen siswa.

2) Bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan model

pembelajaran yang tepat dan efektif serta sesuai dengan kecerdasan

linguistik siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna

(29)

15

2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan guru Bahasa

Inggris dalam menggunakan model pembelajaran sesuai dengan

kecerdasan linguistik siswa.

d. Bagi Dinas Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan pertimbangan untuk pengembangan model-model

pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas.

2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru

khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair SharedanGroup Investigation.

e. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam penulisan penelitian

ilmiah untuk mengembangkan kemampuan mengajar peneliti sebagai

(30)

118 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

1. Kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipethink pair share.

2. Kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik rendah.

(31)

119

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, di antaranya:

1. Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, yakni kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam pengembangan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi cerpen. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, siswa akan merasakan bagaimana mengapresiasi cerpen dengan tepat sebelum menuliskannya/ mengucapkannya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian menyatakan bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigationlebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipethink pair share. 2. Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, yakni kemampuan

(32)

120

bagaimana cara menggunakan mengapresiasi cerpen secara tepat. Peningkatkan kecerdasan linguistik siswa dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada siswa dalam bentuk nasihat-nasihat belajar dan sebagainya. Kecerdasan linguistik siswa dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi cerpen pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.

3. Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, yakni terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen pada siswa. Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran kooperatif yang digunakan guru dengan tingkat kecerdasan linguistik siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang dapat memaksimalkan kemampuan siswa, baik pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik dengan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa.

C. Saran

(33)

121

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa perlu dilakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan: (a) mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran mengapresiasi cerpen pada pelajaran Bahasa Indonesia, (b) pihak sekolah harus menyediakan peralatan belajar yang dipakai untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dan (c) melaksanakan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation kepada seluruh guru.

2. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan linguistik pada siswa perlu dilakukan upaya sebagai berikut: (a) melakukan tes kecerdasan linguistik siswa sebelum melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia, untuk mengetahui posisi awal pembelajaran dilakukan, dan (b) sekolah memfasilitasi les tambahan untuk melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia.

(34)

122

DAFTAR PUSTAKA

Akçay, Nilüfer Okur dan Kemal Doymus. 2012. “The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements”.Journal of Educational Sciences Research Internasional E-Journal. Vol. 2 No. 1 June 2012

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo

Arends, Richard. 2008.Learning to Teach. New York: McGraw Hill Company Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan -tps.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2014

Getter, Kristin L dan D. Bradley Rowe. 2008. “Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course”. NACTA Journal, December 2008. pp. 39-43

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibe, N. 2009. “Metacognitive Strategies on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”. Science Education International. Vol. 20, No.1/2, December 2009, 25-31

Ibnian, Salem Saleh Khalaf dan Ala’ Daifallah Hadban. 2013. “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”. International Journal of Humanities and Social Science Vol.3 No.4. Special Issue – February 2013 Ibrahim, N. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-Universitas Press Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.

(35)

123

La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012.Analisis Penerapan: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Maimunah. 2005. “Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model

GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM”. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Nurgiyantoro, Burhan. 2010.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

____________________. 2010.Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Pitoyo, Andri., Herman J. Waluyo, dan Sarwiji Suwandi, Andayani. 2014. “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style”.Journal of Education and Practice Vol.5, No.1, 2014 Sani, Ridwan Abdullah. 2010.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup

Saputro, Suprihadi. 2000. Strategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Malang

Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media

Semi, M. Atar. 1988.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

Sharan, Shlomo. 2009. Hanbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta: Imperium

(36)

124

Sungur, S., Tekkaya, C. dan Geban, O. 2006. “Improving Achievement Through Problem Based Learning”.Journal of Biology Education, 40(4):155-160 Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suryanti, Budhiyanto J. dan Nugroho, Ika P. 2004, “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Trimansyah, Bambang. 1999.Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa

Referensi

Dokumen terkait

Istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada sebuah chip bertenaga baterai yang ditemukan di banyak komputer pribadi yang menyimpan beberapa informasi sdasar,

Berdasarkan dari deskripsi data, analisis hipotesis dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah: Pertama , uji kecenderungan data variabel supervisi akademik

Diamati karakteristik produktivitas meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan, bobot badan pertama bertelur, umur masak kelamin, produksi telur, jumlah telur, clutch,

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat lingkar kampus mengenai manajemen yang baik dan profesional serta pembuatan proposal

Pra-Siklus ……….. Hasil Observasi Kegiatan Praktikum Guru Pra-Siklus………... Persentase Rata-rata Capaian KPS Peserta Didik Pra- Siklus………... Hasil Akhir Persentase

[r]

Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan putusan serta-merta, maka untuk menjaga agar skripsi ini tidak menyimpang dari materi yang hendak disajikan perlu

[r]